Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu dari fungsi manajerial yang
terdapat pada perusahaan, yang memiliki peranan yang penting. Di samping fungsi
manajerial lainnya dalam perusahaan seperti manajemen pemasaran, manajemen
sumber daya manusia, manajemen operasional, manajemen strategik, dan lain
sebagainya. Manajemen keuangan menitikberatkan pada pengelolaan keuangan yang
dilakukan oleh perusahaan atau pihak lain, dengan tujuan untuk mendapatkan laba
yang maksimal.
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan
Pada dasarnya manajemen keuangan
mempunyai dua unsur kata yaitu
“Manajemen” dan “Keuangan”. Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi
operasional perusahaan yang sangat penting. Manajemen keuangan membicarakan
pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu,
perusahaan, maupun pemerintah.
Pengertian manajemen menurut Hasibuan (2004:2):
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu”
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:34) pengertian keuangan yaitu:
“Keuangan
merupakan
ilmu
seni
dalam
mengelola
uang
yang
mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan
berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat
dalam transfer uang dimana diantara individu maupun antar bisnis dan
pemerintah”
16
17
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:4)
pengertian manajemen
keuangan adalah sebagai berikut:
“Manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana
dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian
manajemen keuangan yaitu usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana yang akan
digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, lalu
kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik dana internal
perusahaan maupun dana eksternal perusahaan ke dalam berbagai bentuk investasi.
Keputusan invstasi ini yang diharapkan dapat menghasilkan laba yang maksimal.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:4) terdapat tiga fungsi utama
dalam manajemen keuangan yaitu keputusan investasi (intvesment decision),
keputusan pendanaan (financing decision) dan keputusan pengelolaan aset (asset
mangement decision). Ketiga keputusan keuangan tersebut diimplementasikan dalam
kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan
mampu meningkatkan nilai perusahaan, makin tinggi nilai perusahaan maka akan
makin tinggi juga harga saham akan terpenuhi dengan baik. Seiring dengan
bertambahanya return saham perusahaan.
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan
dikelola perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling
penting diantara ketiga fungsi yang ada. Hal ini dikarenakan keputusan investasi ini
berpengaruh secara langsug terhadap rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan
untuk waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment)
merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang dihasilkan dari
suatu investasi.
18
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan menitikberatkan pada dua hal. Pertama, keputusan
mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi.
Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa
hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan
tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut dengan struktur
modal optimum. Karena itu perlu ditetapkan apakah perusahaan akan menggunakan
sumber dana eksternal ynag berasal dari hutang dengan menerbitkan saham baru
sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan akan lebih minimal.
3. Keputusan Pengelolaan Asset (Asset Management Decision)
Manajer keuangan bersama manajer lainnya dalam suatu perusahaan
bertanggung jawab terhadap berbagai tindakan operasi sari aset-aset yang ada.
Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pembatas aset menjadi
tanggung jawab manajer keuangan tanggung jawab tersebut menuntut manajer
keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva
tetap.
2.2
Investasi
2.2.1
Pengertian Investasi
Investasi adalah kegiatan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di
masa yang akan datang. Berapa pakar mengemukakan pendapatnya tentang investasi.
Menurut Jogiyanto (2007:5) bahwa :
“Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan
didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang ditentukan”
19
Sedangkan menurut Kamarudin Ahmad (2004:3) bahwa :
“Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan keuntungan tertentu atas uang atau dana
tersebut”.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, investasi merupakan
penggunaan untuk memperoleh tambahan pendapatan baik melalui investasi yang
menghasilkan barang dan jasa atau penananaman modal pada surat berharga yang
menghasilkan capital gain.
2.2.2
Jenis-Jenis Investasi
Investasi merupakan penempatan dana pada bebagai aktiva keuangan sebagai
upaya untuk meningkatkan modal atau kekayaan, baik melalui investasi pada real
asset maupun investasi melalui financial asset dengan tujuan untuk memperoleh
pendapatan optimal dengan risiko minimal dimasa yang akan datang. Investasi pada
financial asset pada umumnya dilakukan melalui pasar modal (Capital Market) yang
pelaksanaannya dilakukan di bursa saham (secondary market) melalui agen, broker,
maupun melalui lenbaga keuangan yang ditunjuk.
Menurut Sunariyah (2006:4) , investasi dalam arti luas terdiri dari dua
bagian utama, yaitu:
1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real asset)
Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang
seni, dan real estate.
2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable
securities atau financial assets)
Aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan
klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas.
20
Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Investasi Langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga
secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan
harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital
gains.
2. Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki
diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang
berfungsi sebagai perantara. Pemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui
lembaga-lembaga keuangan terdaftar, yang bertindak sebagai perantara atau
intermediary. Dalam peranannya sebagai investor tidak langsung, perdagangan
perantara (pialang) mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam
investasi langsung. Selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital gain
atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perantara tersebut.
2.2.3 Tujuan Investasi
Para investor melakukan investasi dengan tujuan untuk mendapatkan
tambahan penghasilan dimasa mendatang. Menurut Kamarudin Ahmad (2004:3),
ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, yaitu:
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya bagaimana berusaha untuk
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang
dimasa datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi
Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain,
seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot
nilainya karena digerogoti oleh inflasi.
21
3. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang
diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha
tertentu.
2.2.4
Manfaat Investasi
Investasi di pasar modal mempunyai beberapa kelebihan dibanding dengan
investasi pada sektor perbankkan ataupun sektor lainnya. Bagi investor pasar modal
memberikan kelebihan-kelebihan yang menarik. Manfaat yang dapat diperoleh bagi
masyarakat (pemodal) dalam berinvestasi di pasar modal menurut
Kamarudin
Ahmad (2004:58) antara lain :
1. Nilai investasi berkembang mengikuti perubahan ekonomi. Peningkatan
tersebut tercermin pada meningkatnya harga yang menjadi capital gain.
2. Sebagai pemegang saham investor memperoleh dividen
3. Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke
saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan mengurangi resiko
5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrument untuk
mengurangi resiko.
2.3
Pasar Modal
2.3.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan salah satu wahana yang dapat dimanfaatkan untuk
memobilisasi dana, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kehadiran pasar
modal memperbanyak pilihan sumber dana (khususnya dana jangka pendek) bagi
perusahaan. Hal ini berarti keputusan pembelanjaan akan semakin bervariasi.
Implikasi lebih lanjut dari keadaan ini adalah meningkatnya kemampuan perusahaan
22
untuk menentukan struktur modal yang optimal yaitu struktur modal dengan biaya
rata-rata tertimbang yang terendah. Dengan begitu tujuan perusahaan untuk
mengoptimalkan kekayaan pemilik (share holder) akan relatif mudah tercapai.
Pasar modal terbentuk karena adanya hubungan keuangan beberapa institusi
dan peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dana jamgka panjang. Pasar
modal dibentuk oleh berbagai bursa efek yang membentuk tempat transaksi baik
untuk hutang maupun modal sendiri. Selain itu pasar modal bertindak sebagai
penghubung antara investor dengan perusahaan maupun institusi pemerintahaan
melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham,
dan lainnya. Untuk lebih jelasnnya akan dikemukakan pendapat menurut Husnan
(2003:3) bahwa :
“Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk
berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat
diperjual belikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik
yang diterbitkan oleh pemerintah, pubic authorities, maupun perusahaan
swasta. Pasar modal memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi
dimana pasar modal berfungsi sebagai fasilitator untuk memindahkan
dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana ke pihak yang
memerlukan dana dalam jangka panjang”
Menurut Sunariyah (2006:5) mendefenisikan pasar modal sebagai berikut :
“Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penwaran dengan
permintaan surat berharga. Ditempat inilah para pelaku pasar yaitu
individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana
(surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang
ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, ditempat itu pula perusahaan
(entitis) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan
cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas dipasar modal sebagai
emiten”.
23
Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar modal adalah
suatu lembaga institusi keuangan yang disiapkan guna memeperdagangkan sahamsaham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para
perantara perdagangan efek.
2.3.2
Tujuan Pasar Modal
Tujuan pasar modal di indonesia mempunyai jangkauan yang lebih luas.
Jangkauan yang hendak di capai mencakup tiga aspek mendasar. Tiga aspek
mendasar yang ingin dicapai pasar modal di indonesa menurut Kamarudin Ahmad
(2004:19) yaitu:
1. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan
saham-saham perusahaan
2. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui saham kepemilikan perusahaan
3. Membangkitkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dan perhimpunan
dana untuk digunakan secara produktif
2.3.3
Fungsi Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2006:7) fungsi pasar modal pada suatu negara dapat
dilihat dari lima segi, yaitu:
1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
2. Pasar modal memeberikan kesempatan kepada para pemodal untuk
menentukan hasil (return) yang diharapkan.
3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali
saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam perkembangan suatu perekonomian, yaitu dengan memebeli sebagian
kecil saham perusahaan public.
24
5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
2.3.4
Jenis-Jenis Pasar
Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis
ataupun
bentuk
pasar
modal
dimana
sekuritas
tersebu
t diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2006:12-14) ada
beberapa macam, yaitu:
1. Pasar Perdana (primary market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum
saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukan,
bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham
atau sekuritas-sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran
umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Harga saham di pasar
perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public
(emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
2. Pasar Sekunder (secondary market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana. Jadi pasar sekunder dimana saham dan
sekuritas lain diperjualbelikan secar luas, setelah melalui masa penjualan di pasar
perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran
pembeli dan penjual.
3. Pasar Ketiga (third market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar
bursa (over the counter market). Bursa pararel merupaan suatu sistem perdagangan
efek resmi dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi oleh Otoritas Jasa
25
Keuangan (OJK). Jadi, dalam pasar keriga tidak memiliki pusat lokasi perdagangan
yang dinamakan floor trading (lantai bursa).
4. Pasar Keempat (fourth market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau
dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham
lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi dalam
perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale).
2.3.5
Instrumen yang Diperdagangkan
Instrumen yang diperdagangkan di bursa efek menurut Ridwan S. Sundjaja
dan Inge Barlian (2003:436) adalah sebagai berikut :
1. Saham Biasa (common stock)
Saham biasa didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan. Saham bisa merupakan surat berharga yang
paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat.
2. Obligasi (bond)
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antar
pemberi dana, dalam hal ini investor dengan penerbit saham yang disebut sebagai
emiten. Penerbit membayar bunga atas obligasi tersebut.pada tanggal-tanggal yang
telah ditentukan secara periodik dan akhirnya menebus nilai hutang tersebur pada
saat jatuh tempo dengan megembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga
yang tetap secara periodik.
3. Saham Prefern (preferen stock)
Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan
antara obligasi dan saham biasa. Karena bisa menghasilkan pendapatan tetap sepeti
pada bunga obligasi.
26
4. Obligasi Konversi
Obligasi konversi hampir sama dengan obligasi biasa, hanya saja obligasi
konversi memiliki keunikan yaitu dapat ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi
konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi, misalnya setiap
obligasi bisa di konversi menjadi tiga lembar saham biasanya setelah periode
tertentu.
5. Right
Right adalah surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal untuk
membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Kebijakan untuk memebeli right issue
merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah
modal perusahaan. Imbalan dengan membeli right adalah sama halnya kepemilikan
saham, yaitu dividen dan capital gain
6. Waran
Waran seperti halnya right adalah merupakan hal untuk membeli saham biasa
pada waktu dan harga yang telah ditentukan. Waran diterbitkan dengan tujuan agar
investor tertarik untuk membeli obligasi atau saham yang akan di terbitkan emiten
7. Reksadana
Reksadana merupakan salah satu alternative investasi bagi masyarakat
pemodal kecil dan pemodal yang memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
mengitung resiko atas investasi mereka.
Dengan demikian terlihat jelas bahwa pasar modal indonesia adalah tempat
untuk jual beli dana dalam berbagai bentuk kepemilikan yang dapat dipilih oleh
investor dalam alternatif investasinya terhadap suatu perusahaan.
27
2.4
Bursa Efek
2.4.1
Pengertian Bursa Efek
Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi dengan mekanisme resmi
untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek secara langsung atau melalui wakilwakilnya. Pengertian Bursa Efek menurut Undang-undang No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal Pasal 1 ayat 4 adalah :
“Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dana atau sarana untuk memepertemukan penawaran jual beli
efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara
mereka.”
Sedangkan
Keputusan
Direksi
Bursa
Efek
Jakarta
No.Kep.01/BEJ/IV/1995, Bursa efek didefinisikan sebagai berikut :
“Suatu sistem atau sarana untuk mempertemukan order jual beli anggota
bursa dengan tujuan memperdagangkan saham-saham tersebut untuk
kepentingan nasabahnya maupun untuk kepentingan dirinya.”
Sedangkan menurut Totok Budi Santoso dan Sigit Triandaru (2006:279) :
“Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang
memepertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung.”
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bursa Efek
adalah
lembaga
yang
menyelenggarakan
atau
menyediakan
system
guna
terlaksannya transaksi yang ada di pasar modal. Intinya, bursa efek adalah forum
dimana penjual dan pembeli sekuritas melakukan transaksi keuangan.
28
2.4.2 Fungsi Bursa Efek
Bursa efek yang menyediakan sarana perdagangan efek antara penjual dan
pembeli mempunyai fungsi dalam mencapai tujuannya. Fungsi bursa menurut
Kamarudin Ahmad (2004:19) :
1. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah ditawarkan
kepada masyarakat.
2. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui
mekanisme pasar.
3. Membantu pembelanjaan (penukaran dana) dunia usaha, melalui perhimpunan
dana masyarakat.
4. Memperluas proses perluasan partisipasi masyarakat dalam pemikiran sahamsaham perusahaan.
Tujuan dari bursa efek menurut Kamarudin Ahmad (2002:19) :
“Untuk menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan
efisien.”
Sedangkan mekanisme perdagangan efek di di Bursa Efek Jakarta seperti
dikemukan oleh Sunariyah (2004:40) :
“Untuk melakukan jual beli, investor harus melalui perusahaan efek
(broker/pialang) yang juga anggota bursa yang selanjutnya akan
bertindak sebagai penjual atau pembeli. Kegiatan transaksi tersebut
dilakukan di bursa efek, yaitu sebuah pasar yang terorganisir, tempat
para pialang melakukan transaksi jual beli surat berharga dengan
berbagai peraturan yang ditetapkan di bursa efek. Kegiatan transaksi
perdagangan di lantai bursa dilakukan oleh perusahaan efek melalui
orang yang ditunjuk sebagai wakil perantara perdagangan efek.”
29
2.5
Laporan Keuangan
2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana
dalam proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan,
diikhtisiarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Dimana
dalam laporan keuangan tersebut akan terlihat data kuantitatif dari harta, hutang,
modal, pendapatan, dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge
Barlian (2002:68) :
“Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil
dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data
keuangan/aktivitas tersebut”
Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:105) :
“laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha dari suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu”
Analisis laporan keuangan mencakup perangkat kerja dan tekhnikal yang
memungkinkan para analisis memeriksa laporan keuangan masa lalu dan saat ini,
sehingga performa perusahaan dan posisi keuangan perusahaan dapat dievaluasi serta
resiko dan potensi dimasa depan dapat diestimasi. Dari penjelasan diatas dapat di
tarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk menginformasikan
kondisi keuangan pada periode tertentu, yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas
laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja perusahaan.
2.5.2
Analisis Laporan Keuangan
Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan keuangan maka terlebih
dahulu ia perlu memahami mengenai kondisi suatu perusahaan. Untuk memahami
30
kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan
perusahaan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang paling
penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaaat untuk pengambilan
keputusan ekonomi apabila dengan informasi keuangan tersebut dapat diprediksi apa
yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan
keuangan melalui proses perbandingan, evaluasi dan analisis trend akan di peroleh
prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Disinilah arti
penting suatu analisis laporan keuangan.
Rasio keuangan merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan
dalam membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasio pada dasarnya adalah suatu
teknik yang digunakan untuk melihat sifat-sifat kegiatan operasi perusahaan dengan
cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja perusahaan yang telah distandarisasi.
Analisis rasio menggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah dengan
jumlah yang lainnya. Perhitungan yang digunakan analisis rasio ini sebenarnya relatif
sederhana, namun interprestasi terhadap rasio tersebut merupakan masalah yang
cukup kompleks. Oleh karena itu, efektifnya rasio keuangan ini sebagai suatu alat
analisis sangat tergantung dari kemampuan dan keahlian analisis menginterprestasi
rasio-rasio yang digunakan.
Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan, alat analisis yang
digunakan adalah analisis rasio laporan keuangan. Menurut Sofyan Syahri Harahap
(2004:300) analisis laporan keuangan dibagi enam jenis yaitu :
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melaluisumber informasi
tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar.
31
2. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio)
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan
dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang
seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang.
3. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
4. Rasio Leverage (Leverage Ratio)
Rasio ini mengggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap
modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh
utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang di gambarkan oleh modal
(equity)
5. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasionalnya dengan baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan
kegiatan lainnya.
6. Rasio Produktivitas (Productivity Ratio)
Rasio ini menunjukan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang
terdapat dalam perusahaan. Rasio ini menunjukan sejauh mana kemampuan
karyawan dalam menghasilkan laba
32
2.6
Rasio Leverage
Rasio leverage (rasio utang) menunjukan seberapa besar kebutuhan dana
perusahaan dibelanjai atau didanai dengan pinjaman (hutang). Apabila perusahaan
tidak menggunakan leverage dalam struktur modalnya, maka perusahaan dalam
beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri, sehingga risiko perusahaan
semakin kecil. Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar pula
jumlah pinjaman yang digunakan, sehingga resiko keuangan yag dihadapi semakin
besar.
Rasio leverage menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (70:2004) :
“Rasio ini (leverage) mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan
hutang”
Sedangkan menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz., JR
(2005:208) :
“Rasio leverage menunjukan sejauh mana sebuah perusahaan dibiayai
oleh utang.”
Para kreditor secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah.
Semakin rendah rasio ini, semakin besar perlindungan bagi kreditor (margin
perlindungan) jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar. Rasio ini
berfungsi menekan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan
menunjukan aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang.
Jadi rasio leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan sumber dana
yang menimbulkan beban tetap. Apabila perusahaan menggunakan hutang, maka
perusahaan harus membayar bunga. Bagi perusahaan yang menggunakan hutang.
Maka tentu berharap untuk bisa memperoleh laba operasi dari penggunaan hutang
tersebut yang lebih besar dari biaya bunganya.
33
2.6.1
Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio pengelolaan modal
yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan
pinjaman yang disediakan oleh pemegang saham. Seperti yang diungkapkan oleh
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:70) :
“Debt to Equity Ratio menunjukan perbandingan antara hutang dengan
modal sendiri.”
Diah Andarini (2007:20) menyatakan :
“Rasio DER dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang
terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan”
Menurut Agnes Sawir (2003:13), rasio ini dapat dicari dengan menggunakan
rumus :
Debt to Equity Ratio (DER) =
Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar
dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Apabila perusahaan
menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti
perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan
tersebut. Sehingga hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang dibayarkan oleh
deviden.
Para pemberi pinjaman menginginkan rasio ini semakin rendah. Semakin
rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh
pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi
penyusutan nilai aktiva atau kerugian.
Bagi investor, semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi resiko yang akan
dihadapi. Bagi investor yang tidak suka untuk mengambil risiko, maka mereka akan
34
menghindari untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki DER
yang tinggi. Hal ini berpengaruh pada harga saham perusahaan tersebut.
2.7
Rasio Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keoutusan.
Rasio profitabilitas menunjukan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan
aktiva dan pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi. Profitabilitas juga dapat
dikatakan merupakan informasi mengenai efektivitas operasional perusahaan. Jumlah
keuntungan yang didapat satu perusahaan dapat kita lihat pada laporan laba rugi
tahunan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan setiap perusahaan akan selalu
memaksimalkan laba yang diperolehnya.
Rasio profitabilitas menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:72):
“Rasio-rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efesiensi penggunaan
aktiva perusahaaan (atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan)”
Sedangkan menurut R. Agus Sartono (2001:122) bahwa:
“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.”
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah
suatu keuntungan yang diperoleh perusahaan yang berasal dari penjualan atau
investasi perusahaan. Keuntungan perusahaan ini dapat diukur sebagai salah satu
indikator yang berpengaruh terhadap tingkat harga saham.
2.7.1
Earning Per Share (EPS)
Salah satu indikator dari rasio profitabilitas adalah Earning per Share yang
pada umumnya digunakan para pemegang saham untuk mengetahui seberapa besar
keuntungan yang diperoleh per lembar saham. Earning per Share tinggi merupakan
daya tarik bagi investor. Semakin tinggi EPS, maka kemampuan perusahaan untuk
menerbitkan pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi. EPS
35
menggambarkan jumlah laba yang diperoleh setiap lembar selama periode tertentu.
Adapun pendapat beberapa ahli sebagai berikut :
Menurut Irham Fahmi, S.E, M.Si dan Yovi Lavianti Hadi, S.S, M.M
(2009:77) :
“pengertian laba per lembar saham atau EPS merupakan rasio yang
menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor
atau pemegang saham per lembar sahamnya.
Menurut Harahap (2004:305) menyatakan bahwa :
“Earning Per Share adalah rasio keuangan yang menunjukan berapa
besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.”
Sedangkan Earning Per Share menurut Sutrisno (2007:225) bahwa :
“EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan per lembar saham yang dimiliki oleh pemiliknya.”
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik simpulan bahwa Earning Per
Share merupakan rasio profitabilitas sebagai informasi yang digunakan untuk tiap
lembar saham yang dimiliki sebagai informasi yang dibutuhkan bagi seorang
investor :
(
)
Alasan pemilihan variable ini adalah pemain saham atau invetor perlu
memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham agar bisa
mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Para
investor dalam berinvestasi biasanya memperhitungkan mengenai seberapa besar
keuntungan yang dapat diberikan oleh suatu perusahaan dalam kaitannya dengan
investasi yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
36
Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu variable keuangan yang
menggambarkan kinerja perusahaan. Jika variable keuangan tersebut menunjukan
kinerja yang baik atas suatu perusahaan tersebut kemudian akan berpengaruh
terhadap harga saham dan juga return saham jika permintaan lebih banyak daripada
jumlah saham yang ditawarkan, maka harga saham tersebut akan semakin meningkat
sehingga return saham yang dihasilkan juga meningkat, sebaliknya jika permintaan
lebih sedikit, maka harga saham tersebut akan semakin meningkat sehingga return
saham yang dihasilkan juga meningkat. Sebaliknya jika permintaan lebih sedikit,
maka harga saham juga akan turun dan return juga akan menurun.
2.8
Saham
2.8.1
Pengertian Saham
Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau
pemilikan seseorang atau badan dalam suat perusahaan. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut sesuai dengan proporsi kepemilikannya
yang tertera pada saham.
Menurut Suad Husnan (2003:285) yaitu :
“Saham menunjukan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT).”
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:231) pengertian saham adalah :
“Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya
atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga
merupakan bukti pengembalian bagian atau peserta dalam perusahaan
yang berbentuk PT (Perusahaan Terbatas)”
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saham merupakan
tanda bukti keikutsertaan dan kepemilikan dalam permodalan perusahaan dan
investor mempunyai hak atas sebagian kekayaan atas perusahaan itu berupa dividen
37
yang diambil dari laba yang didapat perusahaan. Para pemilik saham juga berhak
mendapatkan haknya jika perusahaan tersebut dislikuidasi.
2.8.2
Jenis-jenis Saham
Martono dan Agus Harjito (2007:234) membagi saham menjadi dua jenis
yaitu (1) Saham Biasa dan (2) Saham Preferen
a) Saham Biasa (common stock)
Saham biasa yaitu saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan
kepemilikannya melekat pada pemegang sertiikat tersebut. Saham biasa merupakan
saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa perusahaan
merupakan pemilik akhir perusahaan. Secara kelompok mereka memiliki perusahaan
dan menanggung risiko terakhir kepemilikan. Kepemilikan mereka dibatasi sesuai
investasi. Jika terjadi likuidasi, pemilik saham biasa memiliki hak atas sisa tuntutan
terhadap aktiva perusahaan setelah tuntutan kreditur dan pemegang saham preferen
dipenuhi seluruhnya. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo, namun pemegang
saham dapat melikuidasi investasinya dengan menjual saham yang dimiliki pada
pasar sekunder.
b) Saham Prefern (preferend stock)
Saham preferen yang merupakan pendanaan yang memiliki sifat kombinasi
antara hutang dan saham biasa. Jika terjadi likuidasi, tuntutan pemegang saham
preferen atas aktiva berada pada urutan setelah kreditur namun sebelum pemegang
saham biasa. Dari sisi perusahaan yang mengeluarkan saham prefern manfaat utama
yang diperoleh adalah bahwa pembiayaan dividen atas saham preferen relatif lebih
fleksible dibandingkan dengan bunga hutang. Karena walaupun saham preferen
memiliki dividen, namun pembiayaan dividen cenderug bersifat sebagai kebijakan
perusahaan. Pada dasarnya, ada dua jenis saham preferen yaitu, saham preferen
kumulatif selalu diperhitungkan kewajiban pembiayaan dividennya sebelum
membayar
dividen kepada pemegang saham biasa. Sedangkan saham preferen
partisipasi merupakan saham preferen dimana pemiliknya juga berhak menerima
38
deviden tambahan. Dengan saham preferen partisipasi berarti pemegang saham
preferen jenis ini diberikan kesempatan untuk menikmati nilai sisa laba perusahaan
berdasarkan jumlah yang disepakati.
2.8.3
Kepemilikan dan Karakteristik Saham
Pemilik saham biasa, bagi pemilik saham ini hak untuk memperoleh deviden
akan didahulukan lebih dahulu kepada saham preferen. Begitu pula dengan hak
terhadap harga apabila perusahaan dislikuidasi.
Kepemilikan saham biasa pada suatu perusahaan menurut Ridwan S.
Sundjaja dan Inge Barlian (2003 :348) dapat berbentuk :
1. Kepemilikan saham pribadi, yatu semua saham biasa dari perusahaan yang
dimiliki secara pribadi atau individual.
2. Kepemilikan saham tetap, yaitu semua saham biasa dari perusahaan yang
dimiliki oleh sebuah kelompok besar yang tidak ada hubugannya antar
individu dan atau suatu lembaga investasi.
2.8.4
Analisis Saham
Menurut penelitian terdahulu Djoko Susanto dan Agus Sabadi (2002)
setiap pelaku di pasar modal memerlukan suatu alat analisis untuk membantu dalam
mengambil keputusan membeli atau menjual saham. terdapat dua tipe dasar analisis
pasar untuk pedoman para pelaku di pasar modal setiap tipe mempunyai kelebihan
sendiri-sendiri. Kedua tipe analisis tersebut adalah analisis fundamental dan analisis
teknikal atau grafik. Didalam praktiknya, para investor menggunakan kedua tipe
analisis tersebut untuk transaksi saham mereka.
39
2.8.4.1 Analisis Fundamental
Analisis fundamental mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor yang
menentukan nilai instrinsik suatu instrumen finansial. Menurut Suad Husnan
(2003:315) bahwa :
“Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental
yang memepengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan
menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.”
Sedangkan menurut Kamarudin Ahmad (2004:82) :
“Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai
instrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan data
keuangan perusahaan.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis fudamental
digunakan untuk mengevaluasi prospek masa mendatang. Pertumbuhan dan profit
perusahaan dalam kaitannya dengan perekonomian secara makro ekonomi nasional,
pertimbangan perusahaan dan kondisi perusahaan itu sendiri. Analisis fundamental
akan membandingkan nilai instrinsik suatu saham sudah benar-benar mencerminkan
nilai yang seharusnya.
2.8.4.2 Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu analisis yang lebih memperhatikan pasar
apa yang telah terjadi di pasar, dari pada apa yang harusnya terjadi. Para analis
teknikal tidak begitu peduli terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar,
sebagaimana para analis fundamental, tetapi lebih berkonsentrasi pada instrumen
pasarnya.
40
Definisi analisis teknikal menurut Suad Husnan (2003:34) :
“Analisis teknikal merupakan upaya utuk memeperkirakan harga saham
(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham (kondisi
pasar) di waktu yang lalu.”
Sedangkan menurut Kamaruddin Ahmad (2004:81) :
“Analisis
teknikal
menganggap
bahwa
saham
adalah
komoditas
perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya
merupakan manifestasi kondisi psikologis dari pemodal”
Berdasarkan kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis teknikal
merupakan upaya untuk memeperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan
harga tersebut diwaktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah
(1) harga saham mencerminkan informasi yang relevan (2) informasi tersebut
ditujukan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu (3) perubaan harga saham akan
mempunyai pola tertentu dan berulang. Para analisis teknikal tidak seperti para
analisis fundamental, meraka merasa sia-sia apabila harus mempelajari laporan
keuangan perusahaan dan data lainnya dalam menentukan nilai suatu saham atau
instrumen pasar lainnya.
2.8.5
Harga Saham
2.8.5.1 Pengertian Harga Saham
Suatu saham memuat harga saham yang disebut harga nominal. Harga
nominal ini merupakan harga yang ditetapkan oleh emiten menilai setiap lembar
saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal ini biasanya tergantung pada
keinginan emiten dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan untuk memperoleh
laba. Penentuan harga ini tentunya akan berbeda dengan harga perdana (primary
price) dari suatu saham. Harga saham perdana adalah harga sebelum suatu saham
dicatatkan (listed) di bursa efek. Harga perdana mengungkapkan harga yang terdiri
atas hasil negoisasi antara penjamin emisi (under writer) dengan calon emiten. Jika
41
suatu saham terjual dengan harga perdana yang lebih tinggi maka selisih harga
saham tersebut sebagai agio saham.
2.8.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham di bursa biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
biasanya bersifat kualitatif dan kuantitatif antara lain pengaruh peraturan,
perdagangan saham, pengawasan atas kemungkinan pelanggaran atas pelaku bursa,
psikologi pemodal yang setiap saat bisa berubah karena kondisi tertentu dan lain
sebagainya.
Menurut Irham Fahmi, S.E, M.Si dan Yovi Lavianti Hadi, S.S, M.M
(2009:72) ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham itu akan
mengalami fluktuasi, yaitu :
a. Kondisi mikro dan makro ekonomi
b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan
usaha), seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang
pembantu (sub brand office) baik yang di buka di domestik maupun luar
negeri
c. Pergantian direksi secara tiba-tiba
d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak
pidana dan kasusnya sudah masuk pengadilan
e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya
f. Risiko sitematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh
dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
g. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham.
42
2.9
Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Earnig Per Share (EPS)
Terhadap Harga Saham
2.9.1
Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham
Debt to Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi harga saham karena rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutupi sebagian atau
seluruh utang-utang baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang
berasal dari modal sendiri maupun modal asing. Dengan kata lain, rasio ini
mengukur seberapa besar total passiva yang terdiri atas persentase modal perusahaan
sendiri dibandingkan dengan hutang. Jadi apabila dalam laporan perusahaan,
perusahaan dapat memenuhi kewajibannya maka aktivitas perusahaan akan berjalan
dengan baik, sehingga harga saham pun cenderung meningkat. Hal ini juga dapat
dilihat menurut beberapa penyusunan litelatur khususnya dibidang manajemen
keuangan, salah satu diantaranya menurut Sutrisno (2001:249) :
“Dengan
menggunakan
dana
utang,
maka
apabila
perusahaan
mendapatkan keuntungan lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik
perusahaan keuntungannya akan meningat.”
Berdasarkan pernyataan diatas, penggunaan utang akan menimbulkan resiko,
namun dapat juga digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian pemegang
saham, yang terlihat dari peningkatan harga saham perusahaan.
2.9.2
Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Earning Per Share (EPS) merupkan indikator yang paling umum digunakan
oleh investor, karena rasio ini mengungkapkan kemungkinan EPS yang dapat
diperoleh para pemegang saham. Menurut Sutrisno (2001:5)
“Harga saham mencerminkan nilai riil perusahaan. Harga saham sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (1) laba per lembar saham, (2)
ringkat
harga
perusahaan.”
bebas
resiko,
(3)
tingkat
ketidakpastian
operasi
43
Semakin tinggi EPS, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keutungan yag semakin tinggi juga, manajemen biaya perusahaan
berlangsung secara efektif dalam konteks pencapaian laba yang diharapkan oleh
perusahaan dan hal ini menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya
dalam peusahaan.
Dalam kajian penelitian terdahulu Syahib Natarsyah (2000), mengemukakan
bahwa ada pengaruh faktor fundamental dan resiko sistematik terhadap harga saham
sangat sesuai dengan jalur penelitian penulis.
2.9.3
Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS)
Terhadap Harga Saham
Analisa saham yang dilakukan oleh investor memerlukan informasi. Salah
satu informasi yang tersedia bagi investor adalah laporan keuangan yang
dipubllikasikan perusahaan. Laporan keuangan yang diperoleh investor baru akan
berguna apabila telah dianalisa. Analisa terhadap laporan keuangan memiliki ukuran
tertentu. Ukuran yang umum digunakan adalah rasio keuangan, diantaranya yang
digunakan investor dalam menganalisa saham adalah DER dan EPS.
Perubahan DER dan EPS berpengaruh terhadap harga saham. Apabila DER
perusahaan menurun dibandinkan dengan periode yang sebelumnya, maka harga
sahamnya akan meningkat. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki DER meningkat,
maka harga saham akan menurun. Apabila EPS perusahaan menurun dibandingkan
dengan periode sebelumnya, maka harga saham akan menurun juga. Sebaliknya,
perusahaan yang memiliki EPS yang meningkat maka harga sahamnya akan
meningkat.
44
2.10 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Peneltian Terdahulu
No
1
Peneliti
Judul
Penelitian
Variabel
Alat
Analisis
Hasil Penelitian
Arman
M.S
Hamka
(2012)
Pengaruh
Variabel
Earning per
Share (EPS),
Price Earning
Ratio (PER),
dan Return on
Equity (ROE)
Terhadap
Harga Saham.
(Studi Pada
Perusahaan
Pertambangan
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia)
-Variabel
Depende
n : Harga
Saham
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
1. Variabel Earning Per
Share (EPS), Price
Earning Ratio (PER) dan
Return On Equity (ROE)
secara bersama-sama
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
pada perusahaan minings
yang terdaftar di BEI
tahun 2008- 2011. Hal
ini berarti bahwa secara
bersama-sama ketiga
variabel tersebut
mempunyai pengaruh
terhadap naik turunnya
harga saham. Dengan
demikian, ketiga variabel
ini dapat digunakan oleh
investor sebagai bahan
pertimbangan dalam
pengambilan keputusan
investasi.
2. Variabel Earning Per
Share (EPS), Price
Earning Ratio (PER) dan
Return On Equity (ROE)
masing-masing
berpengaruh signifikan
terhadap harga saham
perusahaan yang
terdaftar di BEI pada
tahun 2008-2011.
Earning Per Share (EPS)
memiliki pengaruh yang
searah terhadap harga
saham, hal ini berarti
investor
(Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis
Universitas
Brawijaya)
-Variabel
Independ
en :
Earning
per Share
(EPS),
Price
Earning
Ratio
(PER),
dan
Return
on
Equity
(ROE)
45
2
Gede
Priana
Dwiprat
ama
(2012)
Pengaruh
PBV, DER,
EPS, DPR dan
ROA terhadap
harga saham
(studi empiris
pada
perusahaan
food and
beverage yang
terdaftar di
BEI)
(repository.gu
nadarma.ac.id)
-Variabel
Depende
n : Harga
Saham
-Variabel
Independ
en :
PBV,
DER,
EPS,
DPR,
ROA
mempertimbangkan laba
yang akan diperoleh
pada setiap lembar
saham. Price Earning
Ratio (PER) memiliki
pengaruh yang searah
dengan harga saham,
dalam hal ini investor
mempertimbangkan gain
yang akan didapatkan
saat harga saham terus
meningkat. Sedangkan
Return On Equity (ROE)
memiliki pengaruh yang
searah terhadap harga
saham, dimana ROE
yang dimiliki perusahaan
tahun 2008-2011
mengalami peningkatan
maka harga saham terus
meningkat. Hal ini
disebabkan oleh
pemikiran investor di
mana nilai ROE yang
tinggi memungkinkan
untuk meningkat lagi,
jadi investor yakin ROE
tinggi, di masa yang
akan datang harga saham
bisa meningkat.
a. Pada uji regresi secara
parsial, dimana uji-t
dilakukan untuk
mengetahui kemampuan
pangaruh dari masing
masing variabel bebas
(PBV, DER, EPS, DPR,
dan ROA) terhadap
variabel
tergantung/terikat (Harga
Saham) diketahui bahwa
hanya variabel EPS
(Earning Per Share)
yang positif berpengaruh
secara parsial terhadap
harga saham. Dapat
46
3.
Endawa
ti
(2012)
Pengaruh
Rasio
Keuangan
Terhadap
Harga Saham
Perusahaan
Agroindustri
Yang
Terdaftar Pada
Indeks LQ45
Di Bursa Efek
Indonesia
(repository.gu
nadarma.ac.id)
-Variabel Metode
Depende Regresi
n : Harga Berganda
Saham
-Variabel
Independ
en : Net
Profit
Margin,
Earning
Per
Share,
Debt to
Equity
Ratio,
Return
on
Assets,
Book
Value,
Operatin
g Profit
Margin,
dikatakan EPS yang
memiliki konstribusi
dominan terhadap harga
saham
b. sedangkan pada uji
regresi secara simultan,
dimana uji simultan
(serempak) atau uji F
dilakukan untuk
mengetahui apakah
variabel bebas (PBV,
DER, EPS, DPR, dan
ROA) secara bersamasama bepengaruh secara
signifikan atau tidak
terhadap variabel terikat
(Harga Saham).
Diketahui bahwa semua
variabel bebas
bepengaruh secara
simultan terhadap Harga
Saham
 Dilihat dari tabel
Koefisien korelasi
dapat disimpulkan
bahwa hubungan
antara NPM, EPS,
ROA, BV, OPM,
ROE dengan harga
saham mempunyai
hubungan yang
positif, sedangkan
hubungan antara DER
dengan harga saham
adalah negatif. Dan
dari tabel analisis
determinasi
menunjukan adanya
hubungan anatara
rasio keuangan
dengan harga saham.
Yaitu dengan
diperolehnya nilai R
sebesar 0.741, yang
berarti bahwa
hubungan antara
47
Return
on
Equity
NPM, EPS, DER,
ROA, BV, OPM,
ROE dengan harga
saham adalah sebesar
74,1%.
 Pada uji regresi secara
simultan (uji f),
variabel independen
yaitu NPM, EPS,
DER, ROA, BV,
OPM, ROE secara
signifikan
mempengaruhi
variabel dependen
yaitu harga saham.
Dan bila dilihat dari
analisis determinasi
yaitu nilai R square
sebesar 0.525 ini
menunjukkan bahwa
harga saham
dipengaruhi oleh
NPM, EPS, DER,
ROA, BV, OPM,
ROE sebesar 52.5%.
 Pada uji regresi secara
parsial (uji T),
variabel independen
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap variabel
dependen. Disini
berarti ROA
mempengaruhi harga
saham secara
signifikan. Sedangkan
variabel NPM, EPS,
DER, ROA, BV,
OPM, ROE tidak
berpengaruh terhadap
harga saham. ROA
sebesar 267.624
menyatakan bahwa
apabila setiap
penambahan ROA,
akan menambah harga
48
4.
Angraw
it
Kusuma
Wardan
i (2012)
Analisis
pengaruh EPS,
PER, ROE,
FL, DER, CR,
ROA pada
harga saham
dan
dampaknya
terhadap
kinerja
perusahaan
LQ45 yang
terdaftar di
BEI periode
2005-2009
(repository.gu
nadarma.ac.id)
-Variabel
Depende
n : Harga
Saham
teknik
analisis
Structural
Equation
Modeling
-Variabel (SEM),
Independ dengan
en: EPS, bantuan
PER,
program
ROE,
AMOS 18
FL,
(Analysis
DER,
of
CR,
Moment
ROA
Structure).
saham sebesar
267.624.
Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui
pengaruh EPS, PER,
ROE, FL, DER, CR,
ROA pada Harga Saham
dan dampaknya terhadap
kinerja perusahaan.
Berikut ini adalah
kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian
ini, yaitu : 1. Dari 7
variabel yang digunakan
dalam penelitian ini
tidak semuanya
berpengaruh secara
parsial pada harga
saham. Variabel yang
memiliki pengaruh pada
harga saham han ya
variabel EPS, PER,
ROE, DER, ROA. 2.
Harga saham terhadap
Kinerja memiliki
pengaruh sangat
signifikan sebesar 162%.
Hal ini menunjukkan
harga saham memiliki
pengaruh yang sangat
besar terhadap kinerja.
Ini berarti nilai Kinerja
akan semakin besar
sehingga investor akan
semakin tertarik dengan
nilai kinerja yang
semakin tinggi. 3.
Pengaruh EPS, PER,
ROE, FL, DER, CR,
ROA pada Harga Saham
dan dampaknya terhadap
kinerja perusahaan
bernilai negatif yaitu
sebesar -112.9%. Hasil
ini menyatakan bahwa
manajemen perusahaan
49
tidak berhasil
meningkatkan nilai
perusahaan bagi pemilik
perusahaan sesuai
dengan tujuan
manajemen keuangan
memaksimumkan nilai
perusahaan. Untuk itu
perusahaan harus
mengkoreksi kembali
prospek kegiatan yang
dijalankan perusahaan
agar lebih produktif.
Sehingga para pemegang
saham para pemegang
saham akan merasakan
keuntungan yang lebih
besar dari biaya
modalnya.
Download