BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu dari fungsi manajerial yang terdapat pada perusahaan, yang memiliki peranan yang penting. Di samping fungsi manajerial lainnya dalam perusahaan seperti manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia, manajemen operasional, manajemen strategik, dan lain sebagainya. Manajemen keuangan menitikberatkan pada pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan atau pihak lain, dengan tujuan untuk mendapatkan laba yang maksimal. 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Pada dasarnya manajemen keuangan mempunyai dua unsur kata yaitu “Manajemen” dan “Keuangan”. Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintah. Pengertian manajemen menurut Hasibuan (2004:2): “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu” Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:34) pengertian keuangan yaitu: “Keuangan merupakan ilmu seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat dalam transfer uang dimana diantara individu maupun antar bisnis dan pemerintah” 16 17 Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:4) pengertian manajemen keuangan adalah sebagai berikut: “Manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, lalu kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik dana internal perusahaan maupun dana eksternal perusahaan ke dalam berbagai bentuk investasi. Keputusan invstasi ini yang diharapkan dapat menghasilkan laba yang maksimal. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:4) terdapat tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu keputusan investasi (intvesment decision), keputusan pendanaan (financing decision) dan keputusan pengelolaan aset (asset mangement decision). Ketiga keputusan keuangan tersebut diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan, makin tinggi nilai perusahaan maka akan makin tinggi juga harga saham akan terpenuhi dengan baik. Seiring dengan bertambahanya return saham perusahaan. 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting diantara ketiga fungsi yang ada. Hal ini dikarenakan keputusan investasi ini berpengaruh secara langsug terhadap rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment) merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi. 18 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan menitikberatkan pada dua hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut dengan struktur modal optimum. Karena itu perlu ditetapkan apakah perusahaan akan menggunakan sumber dana eksternal ynag berasal dari hutang dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan akan lebih minimal. 3. Keputusan Pengelolaan Asset (Asset Management Decision) Manajer keuangan bersama manajer lainnya dalam suatu perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tindakan operasi sari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pembatas aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. 2.2 Investasi 2.2.1 Pengertian Investasi Investasi adalah kegiatan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Berapa pakar mengemukakan pendapatnya tentang investasi. Menurut Jogiyanto (2007:5) bahwa : “Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang ditentukan” 19 Sedangkan menurut Kamarudin Ahmad (2004:3) bahwa : “Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut”. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, investasi merupakan penggunaan untuk memperoleh tambahan pendapatan baik melalui investasi yang menghasilkan barang dan jasa atau penananaman modal pada surat berharga yang menghasilkan capital gain. 2.2.2 Jenis-Jenis Investasi Investasi merupakan penempatan dana pada bebagai aktiva keuangan sebagai upaya untuk meningkatkan modal atau kekayaan, baik melalui investasi pada real asset maupun investasi melalui financial asset dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan optimal dengan risiko minimal dimasa yang akan datang. Investasi pada financial asset pada umumnya dilakukan melalui pasar modal (Capital Market) yang pelaksanaannya dilakukan di bursa saham (secondary market) melalui agen, broker, maupun melalui lenbaga keuangan yang ditunjuk. Menurut Sunariyah (2006:4) , investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: 1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real asset) Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni, dan real estate. 2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets) Aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas. 20 Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Investasi Langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gains. 2. Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara. Pemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan terdaftar, yang bertindak sebagai perantara atau intermediary. Dalam peranannya sebagai investor tidak langsung, perdagangan perantara (pialang) mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam investasi langsung. Selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perantara tersebut. 2.2.3 Tujuan Investasi Para investor melakukan investasi dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan penghasilan dimasa mendatang. Menurut Kamarudin Ahmad (2004:3), ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, yaitu: 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang dimasa datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi. 21 3. Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. 2.2.4 Manfaat Investasi Investasi di pasar modal mempunyai beberapa kelebihan dibanding dengan investasi pada sektor perbankkan ataupun sektor lainnya. Bagi investor pasar modal memberikan kelebihan-kelebihan yang menarik. Manfaat yang dapat diperoleh bagi masyarakat (pemodal) dalam berinvestasi di pasar modal menurut Kamarudin Ahmad (2004:58) antara lain : 1. Nilai investasi berkembang mengikuti perubahan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga yang menjadi capital gain. 2. Sebagai pemegang saham investor memperoleh dividen 3. Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan mengurangi resiko 5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrument untuk mengurangi resiko. 2.3 Pasar Modal 2.3.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan salah satu wahana yang dapat dimanfaatkan untuk memobilisasi dana, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kehadiran pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana (khususnya dana jangka pendek) bagi perusahaan. Hal ini berarti keputusan pembelanjaan akan semakin bervariasi. Implikasi lebih lanjut dari keadaan ini adalah meningkatnya kemampuan perusahaan 22 untuk menentukan struktur modal yang optimal yaitu struktur modal dengan biaya rata-rata tertimbang yang terendah. Dengan begitu tujuan perusahaan untuk mengoptimalkan kekayaan pemilik (share holder) akan relatif mudah tercapai. Pasar modal terbentuk karena adanya hubungan keuangan beberapa institusi dan peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dana jamgka panjang. Pasar modal dibentuk oleh berbagai bursa efek yang membentuk tempat transaksi baik untuk hutang maupun modal sendiri. Selain itu pasar modal bertindak sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan maupun institusi pemerintahaan melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Untuk lebih jelasnnya akan dikemukakan pendapat menurut Husnan (2003:3) bahwa : “Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, pubic authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi dimana pasar modal berfungsi sebagai fasilitator untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana dalam jangka panjang” Menurut Sunariyah (2006:5) mendefenisikan pasar modal sebagai berikut : “Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penwaran dengan permintaan surat berharga. Ditempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, ditempat itu pula perusahaan (entitis) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas dipasar modal sebagai emiten”. 23 Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar modal adalah suatu lembaga institusi keuangan yang disiapkan guna memeperdagangkan sahamsaham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara perdagangan efek. 2.3.2 Tujuan Pasar Modal Tujuan pasar modal di indonesia mempunyai jangkauan yang lebih luas. Jangkauan yang hendak di capai mencakup tiga aspek mendasar. Tiga aspek mendasar yang ingin dicapai pasar modal di indonesa menurut Kamarudin Ahmad (2004:19) yaitu: 1. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan 2. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui saham kepemilikan perusahaan 3. Membangkitkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dan perhimpunan dana untuk digunakan secara produktif 2.3.3 Fungsi Pasar Modal Menurut Sunariyah (2006:7) fungsi pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari lima segi, yaitu: 1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. 2. Pasar modal memeberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. 3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian, yaitu dengan memebeli sebagian kecil saham perusahaan public. 24 5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. 2.3.4 Jenis-Jenis Pasar Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebu t diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2006:12-14) ada beberapa macam, yaitu: 1. Pasar Perdana (primary market) Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas-sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. 2. Pasar Sekunder (secondary market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secar luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran pembeli dan penjual. 3. Pasar Ketiga (third market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa pararel merupaan suatu sistem perdagangan efek resmi dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi oleh Otoritas Jasa 25 Keuangan (OJK). Jadi, dalam pasar keriga tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). 4. Pasar Keempat (fourth market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale). 2.3.5 Instrumen yang Diperdagangkan Instrumen yang diperdagangkan di bursa efek menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:436) adalah sebagai berikut : 1. Saham Biasa (common stock) Saham biasa didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Saham bisa merupakan surat berharga yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. 2. Obligasi (bond) Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antar pemberi dana, dalam hal ini investor dengan penerbit saham yang disebut sebagai emiten. Penerbit membayar bunga atas obligasi tersebut.pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan secara periodik dan akhirnya menebus nilai hutang tersebur pada saat jatuh tempo dengan megembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yang tetap secara periodik. 3. Saham Prefern (preferen stock) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa. Karena bisa menghasilkan pendapatan tetap sepeti pada bunga obligasi. 26 4. Obligasi Konversi Obligasi konversi hampir sama dengan obligasi biasa, hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan yaitu dapat ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi, misalnya setiap obligasi bisa di konversi menjadi tiga lembar saham biasanya setelah periode tertentu. 5. Right Right adalah surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Kebijakan untuk memebeli right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan. Imbalan dengan membeli right adalah sama halnya kepemilikan saham, yaitu dividen dan capital gain 6. Waran Waran seperti halnya right adalah merupakan hal untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang telah ditentukan. Waran diterbitkan dengan tujuan agar investor tertarik untuk membeli obligasi atau saham yang akan di terbitkan emiten 7. Reksadana Reksadana merupakan salah satu alternative investasi bagi masyarakat pemodal kecil dan pemodal yang memiliki banyak waktu dan keahlian untuk mengitung resiko atas investasi mereka. Dengan demikian terlihat jelas bahwa pasar modal indonesia adalah tempat untuk jual beli dana dalam berbagai bentuk kepemilikan yang dapat dipilih oleh investor dalam alternatif investasinya terhadap suatu perusahaan. 27 2.4 Bursa Efek 2.4.1 Pengertian Bursa Efek Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek secara langsung atau melalui wakilwakilnya. Pengertian Bursa Efek menurut Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 ayat 4 adalah : “Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dana atau sarana untuk memepertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.” Sedangkan Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta No.Kep.01/BEJ/IV/1995, Bursa efek didefinisikan sebagai berikut : “Suatu sistem atau sarana untuk mempertemukan order jual beli anggota bursa dengan tujuan memperdagangkan saham-saham tersebut untuk kepentingan nasabahnya maupun untuk kepentingan dirinya.” Sedangkan menurut Totok Budi Santoso dan Sigit Triandaru (2006:279) : “Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang memepertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.” Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bursa Efek adalah lembaga yang menyelenggarakan atau menyediakan system guna terlaksannya transaksi yang ada di pasar modal. Intinya, bursa efek adalah forum dimana penjual dan pembeli sekuritas melakukan transaksi keuangan. 28 2.4.2 Fungsi Bursa Efek Bursa efek yang menyediakan sarana perdagangan efek antara penjual dan pembeli mempunyai fungsi dalam mencapai tujuannya. Fungsi bursa menurut Kamarudin Ahmad (2004:19) : 1. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah ditawarkan kepada masyarakat. 2. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme pasar. 3. Membantu pembelanjaan (penukaran dana) dunia usaha, melalui perhimpunan dana masyarakat. 4. Memperluas proses perluasan partisipasi masyarakat dalam pemikiran sahamsaham perusahaan. Tujuan dari bursa efek menurut Kamarudin Ahmad (2002:19) : “Untuk menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien.” Sedangkan mekanisme perdagangan efek di di Bursa Efek Jakarta seperti dikemukan oleh Sunariyah (2004:40) : “Untuk melakukan jual beli, investor harus melalui perusahaan efek (broker/pialang) yang juga anggota bursa yang selanjutnya akan bertindak sebagai penjual atau pembeli. Kegiatan transaksi tersebut dilakukan di bursa efek, yaitu sebuah pasar yang terorganisir, tempat para pialang melakukan transaksi jual beli surat berharga dengan berbagai peraturan yang ditetapkan di bursa efek. Kegiatan transaksi perdagangan di lantai bursa dilakukan oleh perusahaan efek melalui orang yang ditunjuk sebagai wakil perantara perdagangan efek.” 29 2.5 Laporan Keuangan 2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan, diikhtisiarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Dimana dalam laporan keuangan tersebut akan terlihat data kuantitatif dari harta, hutang, modal, pendapatan, dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002:68) : “Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan/aktivitas tersebut” Sedangkan menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:105) : “laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu” Analisis laporan keuangan mencakup perangkat kerja dan tekhnikal yang memungkinkan para analisis memeriksa laporan keuangan masa lalu dan saat ini, sehingga performa perusahaan dan posisi keuangan perusahaan dapat dievaluasi serta resiko dan potensi dimasa depan dapat diestimasi. Dari penjelasan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada periode tertentu, yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja perusahaan. 2.5.2 Analisis Laporan Keuangan Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan keuangan maka terlebih dahulu ia perlu memahami mengenai kondisi suatu perusahaan. Untuk memahami 30 kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang paling penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaaat untuk pengambilan keputusan ekonomi apabila dengan informasi keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan, evaluasi dan analisis trend akan di peroleh prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Disinilah arti penting suatu analisis laporan keuangan. Rasio keuangan merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasio pada dasarnya adalah suatu teknik yang digunakan untuk melihat sifat-sifat kegiatan operasi perusahaan dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja perusahaan yang telah distandarisasi. Analisis rasio menggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah yang lainnya. Perhitungan yang digunakan analisis rasio ini sebenarnya relatif sederhana, namun interprestasi terhadap rasio tersebut merupakan masalah yang cukup kompleks. Oleh karena itu, efektifnya rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis sangat tergantung dari kemampuan dan keahlian analisis menginterprestasi rasio-rasio yang digunakan. Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan, alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio laporan keuangan. Menurut Sofyan Syahri Harahap (2004:300) analisis laporan keuangan dibagi enam jenis yaitu : 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melaluisumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. 31 2. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio) Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang. 3. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. 4. Rasio Leverage (Leverage Ratio) Rasio ini mengggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang di gambarkan oleh modal (equity) 5. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasionalnya dengan baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. 6. Rasio Produktivitas (Productivity Ratio) Rasio ini menunjukan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang terdapat dalam perusahaan. Rasio ini menunjukan sejauh mana kemampuan karyawan dalam menghasilkan laba 32 2.6 Rasio Leverage Rasio leverage (rasio utang) menunjukan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai atau didanai dengan pinjaman (hutang). Apabila perusahaan tidak menggunakan leverage dalam struktur modalnya, maka perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri, sehingga risiko perusahaan semakin kecil. Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar pula jumlah pinjaman yang digunakan, sehingga resiko keuangan yag dihadapi semakin besar. Rasio leverage menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (70:2004) : “Rasio ini (leverage) mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang” Sedangkan menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz., JR (2005:208) : “Rasio leverage menunjukan sejauh mana sebuah perusahaan dibiayai oleh utang.” Para kreditor secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin besar perlindungan bagi kreditor (margin perlindungan) jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar. Rasio ini berfungsi menekan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukan aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Jadi rasio leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan beban tetap. Apabila perusahaan menggunakan hutang, maka perusahaan harus membayar bunga. Bagi perusahaan yang menggunakan hutang. Maka tentu berharap untuk bisa memperoleh laba operasi dari penggunaan hutang tersebut yang lebih besar dari biaya bunganya. 33 2.6.1 Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman yang disediakan oleh pemegang saham. Seperti yang diungkapkan oleh Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:70) : “Debt to Equity Ratio menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri.” Diah Andarini (2007:20) menyatakan : “Rasio DER dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan” Menurut Agnes Sawir (2003:13), rasio ini dapat dicari dengan menggunakan rumus : Debt to Equity Ratio (DER) = Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut. Sehingga hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang dibayarkan oleh deviden. Para pemberi pinjaman menginginkan rasio ini semakin rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian. Bagi investor, semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapi. Bagi investor yang tidak suka untuk mengambil risiko, maka mereka akan 34 menghindari untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki DER yang tinggi. Hal ini berpengaruh pada harga saham perusahaan tersebut. 2.7 Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keoutusan. Rasio profitabilitas menunjukan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva dan pengelolaan utang terhadap hasil-hasil operasi. Profitabilitas juga dapat dikatakan merupakan informasi mengenai efektivitas operasional perusahaan. Jumlah keuntungan yang didapat satu perusahaan dapat kita lihat pada laporan laba rugi tahunan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan setiap perusahaan akan selalu memaksimalkan laba yang diperolehnya. Rasio profitabilitas menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:72): “Rasio-rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efesiensi penggunaan aktiva perusahaaan (atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan)” Sedangkan menurut R. Agus Sartono (2001:122) bahwa: “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.” Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah suatu keuntungan yang diperoleh perusahaan yang berasal dari penjualan atau investasi perusahaan. Keuntungan perusahaan ini dapat diukur sebagai salah satu indikator yang berpengaruh terhadap tingkat harga saham. 2.7.1 Earning Per Share (EPS) Salah satu indikator dari rasio profitabilitas adalah Earning per Share yang pada umumnya digunakan para pemegang saham untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh per lembar saham. Earning per Share tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi EPS, maka kemampuan perusahaan untuk menerbitkan pendapatan kepada pemegang sahamnya semakin tinggi. EPS 35 menggambarkan jumlah laba yang diperoleh setiap lembar selama periode tertentu. Adapun pendapat beberapa ahli sebagai berikut : Menurut Irham Fahmi, S.E, M.Si dan Yovi Lavianti Hadi, S.S, M.M (2009:77) : “pengertian laba per lembar saham atau EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. Menurut Harahap (2004:305) menyatakan bahwa : “Earning Per Share adalah rasio keuangan yang menunjukan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.” Sedangkan Earning Per Share menurut Sutrisno (2007:225) bahwa : “EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki oleh pemiliknya.” Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik simpulan bahwa Earning Per Share merupakan rasio profitabilitas sebagai informasi yang digunakan untuk tiap lembar saham yang dimiliki sebagai informasi yang dibutuhkan bagi seorang investor : ( ) Alasan pemilihan variable ini adalah pemain saham atau invetor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Para investor dalam berinvestasi biasanya memperhitungkan mengenai seberapa besar keuntungan yang dapat diberikan oleh suatu perusahaan dalam kaitannya dengan investasi yang ditanamkan di perusahaan tersebut. 36 Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu variable keuangan yang menggambarkan kinerja perusahaan. Jika variable keuangan tersebut menunjukan kinerja yang baik atas suatu perusahaan tersebut kemudian akan berpengaruh terhadap harga saham dan juga return saham jika permintaan lebih banyak daripada jumlah saham yang ditawarkan, maka harga saham tersebut akan semakin meningkat sehingga return saham yang dihasilkan juga meningkat, sebaliknya jika permintaan lebih sedikit, maka harga saham tersebut akan semakin meningkat sehingga return saham yang dihasilkan juga meningkat. Sebaliknya jika permintaan lebih sedikit, maka harga saham juga akan turun dan return juga akan menurun. 2.8 Saham 2.8.1 Pengertian Saham Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suat perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut sesuai dengan proporsi kepemilikannya yang tertera pada saham. Menurut Suad Husnan (2003:285) yaitu : “Saham menunjukan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).” Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:231) pengertian saham adalah : “Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga merupakan bukti pengembalian bagian atau peserta dalam perusahaan yang berbentuk PT (Perusahaan Terbatas)” Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saham merupakan tanda bukti keikutsertaan dan kepemilikan dalam permodalan perusahaan dan investor mempunyai hak atas sebagian kekayaan atas perusahaan itu berupa dividen 37 yang diambil dari laba yang didapat perusahaan. Para pemilik saham juga berhak mendapatkan haknya jika perusahaan tersebut dislikuidasi. 2.8.2 Jenis-jenis Saham Martono dan Agus Harjito (2007:234) membagi saham menjadi dua jenis yaitu (1) Saham Biasa dan (2) Saham Preferen a) Saham Biasa (common stock) Saham biasa yaitu saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan kepemilikannya melekat pada pemegang sertiikat tersebut. Saham biasa merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa perusahaan merupakan pemilik akhir perusahaan. Secara kelompok mereka memiliki perusahaan dan menanggung risiko terakhir kepemilikan. Kepemilikan mereka dibatasi sesuai investasi. Jika terjadi likuidasi, pemilik saham biasa memiliki hak atas sisa tuntutan terhadap aktiva perusahaan setelah tuntutan kreditur dan pemegang saham preferen dipenuhi seluruhnya. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo, namun pemegang saham dapat melikuidasi investasinya dengan menjual saham yang dimiliki pada pasar sekunder. b) Saham Prefern (preferend stock) Saham preferen yang merupakan pendanaan yang memiliki sifat kombinasi antara hutang dan saham biasa. Jika terjadi likuidasi, tuntutan pemegang saham preferen atas aktiva berada pada urutan setelah kreditur namun sebelum pemegang saham biasa. Dari sisi perusahaan yang mengeluarkan saham prefern manfaat utama yang diperoleh adalah bahwa pembiayaan dividen atas saham preferen relatif lebih fleksible dibandingkan dengan bunga hutang. Karena walaupun saham preferen memiliki dividen, namun pembiayaan dividen cenderug bersifat sebagai kebijakan perusahaan. Pada dasarnya, ada dua jenis saham preferen yaitu, saham preferen kumulatif selalu diperhitungkan kewajiban pembiayaan dividennya sebelum membayar dividen kepada pemegang saham biasa. Sedangkan saham preferen partisipasi merupakan saham preferen dimana pemiliknya juga berhak menerima 38 deviden tambahan. Dengan saham preferen partisipasi berarti pemegang saham preferen jenis ini diberikan kesempatan untuk menikmati nilai sisa laba perusahaan berdasarkan jumlah yang disepakati. 2.8.3 Kepemilikan dan Karakteristik Saham Pemilik saham biasa, bagi pemilik saham ini hak untuk memperoleh deviden akan didahulukan lebih dahulu kepada saham preferen. Begitu pula dengan hak terhadap harga apabila perusahaan dislikuidasi. Kepemilikan saham biasa pada suatu perusahaan menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003 :348) dapat berbentuk : 1. Kepemilikan saham pribadi, yatu semua saham biasa dari perusahaan yang dimiliki secara pribadi atau individual. 2. Kepemilikan saham tetap, yaitu semua saham biasa dari perusahaan yang dimiliki oleh sebuah kelompok besar yang tidak ada hubugannya antar individu dan atau suatu lembaga investasi. 2.8.4 Analisis Saham Menurut penelitian terdahulu Djoko Susanto dan Agus Sabadi (2002) setiap pelaku di pasar modal memerlukan suatu alat analisis untuk membantu dalam mengambil keputusan membeli atau menjual saham. terdapat dua tipe dasar analisis pasar untuk pedoman para pelaku di pasar modal setiap tipe mempunyai kelebihan sendiri-sendiri. Kedua tipe analisis tersebut adalah analisis fundamental dan analisis teknikal atau grafik. Didalam praktiknya, para investor menggunakan kedua tipe analisis tersebut untuk transaksi saham mereka. 39 2.8.4.1 Analisis Fundamental Analisis fundamental mengidentifikasi dan mengukur faktor-faktor yang menentukan nilai instrinsik suatu instrumen finansial. Menurut Suad Husnan (2003:315) bahwa : “Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang memepengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.” Sedangkan menurut Kamarudin Ahmad (2004:82) : “Analisis fundamental adalah suatu pendekatan untuk menghitung nilai instrinsik saham biasa (common stock) dengan menggunakan data keuangan perusahaan.” Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis fudamental digunakan untuk mengevaluasi prospek masa mendatang. Pertumbuhan dan profit perusahaan dalam kaitannya dengan perekonomian secara makro ekonomi nasional, pertimbangan perusahaan dan kondisi perusahaan itu sendiri. Analisis fundamental akan membandingkan nilai instrinsik suatu saham sudah benar-benar mencerminkan nilai yang seharusnya. 2.8.4.2 Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan suatu analisis yang lebih memperhatikan pasar apa yang telah terjadi di pasar, dari pada apa yang harusnya terjadi. Para analis teknikal tidak begitu peduli terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, sebagaimana para analis fundamental, tetapi lebih berkonsentrasi pada instrumen pasarnya. 40 Definisi analisis teknikal menurut Suad Husnan (2003:34) : “Analisis teknikal merupakan upaya utuk memeperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham (kondisi pasar) di waktu yang lalu.” Sedangkan menurut Kamaruddin Ahmad (2004:81) : “Analisis teknikal menganggap bahwa saham adalah komoditas perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari pemodal” Berdasarkan kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis teknikal merupakan upaya untuk memeperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga tersebut diwaktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah (1) harga saham mencerminkan informasi yang relevan (2) informasi tersebut ditujukan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu (3) perubaan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan berulang. Para analisis teknikal tidak seperti para analisis fundamental, meraka merasa sia-sia apabila harus mempelajari laporan keuangan perusahaan dan data lainnya dalam menentukan nilai suatu saham atau instrumen pasar lainnya. 2.8.5 Harga Saham 2.8.5.1 Pengertian Harga Saham Suatu saham memuat harga saham yang disebut harga nominal. Harga nominal ini merupakan harga yang ditetapkan oleh emiten menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal ini biasanya tergantung pada keinginan emiten dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan untuk memperoleh laba. Penentuan harga ini tentunya akan berbeda dengan harga perdana (primary price) dari suatu saham. Harga saham perdana adalah harga sebelum suatu saham dicatatkan (listed) di bursa efek. Harga perdana mengungkapkan harga yang terdiri atas hasil negoisasi antara penjamin emisi (under writer) dengan calon emiten. Jika 41 suatu saham terjual dengan harga perdana yang lebih tinggi maka selisih harga saham tersebut sebagai agio saham. 2.8.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Harga saham di bursa biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang biasanya bersifat kualitatif dan kuantitatif antara lain pengaruh peraturan, perdagangan saham, pengawasan atas kemungkinan pelanggaran atas pelaku bursa, psikologi pemodal yang setiap saat bisa berubah karena kondisi tertentu dan lain sebagainya. Menurut Irham Fahmi, S.E, M.Si dan Yovi Lavianti Hadi, S.S, M.M (2009:72) ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham itu akan mengalami fluktuasi, yaitu : a. Kondisi mikro dan makro ekonomi b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub brand office) baik yang di buka di domestik maupun luar negeri c. Pergantian direksi secara tiba-tiba d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk pengadilan e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya f. Risiko sitematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat. g. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham. 42 2.9 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Earnig Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham 2.9.1 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Debt to Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi harga saham karena rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutupi sebagian atau seluruh utang-utang baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari modal sendiri maupun modal asing. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar total passiva yang terdiri atas persentase modal perusahaan sendiri dibandingkan dengan hutang. Jadi apabila dalam laporan perusahaan, perusahaan dapat memenuhi kewajibannya maka aktivitas perusahaan akan berjalan dengan baik, sehingga harga saham pun cenderung meningkat. Hal ini juga dapat dilihat menurut beberapa penyusunan litelatur khususnya dibidang manajemen keuangan, salah satu diantaranya menurut Sutrisno (2001:249) : “Dengan menggunakan dana utang, maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningat.” Berdasarkan pernyataan diatas, penggunaan utang akan menimbulkan resiko, namun dapat juga digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham, yang terlihat dari peningkatan harga saham perusahaan. 2.9.2 Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Earning Per Share (EPS) merupkan indikator yang paling umum digunakan oleh investor, karena rasio ini mengungkapkan kemungkinan EPS yang dapat diperoleh para pemegang saham. Menurut Sutrisno (2001:5) “Harga saham mencerminkan nilai riil perusahaan. Harga saham sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (1) laba per lembar saham, (2) ringkat harga perusahaan.” bebas resiko, (3) tingkat ketidakpastian operasi 43 Semakin tinggi EPS, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keutungan yag semakin tinggi juga, manajemen biaya perusahaan berlangsung secara efektif dalam konteks pencapaian laba yang diharapkan oleh perusahaan dan hal ini menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya dalam peusahaan. Dalam kajian penelitian terdahulu Syahib Natarsyah (2000), mengemukakan bahwa ada pengaruh faktor fundamental dan resiko sistematik terhadap harga saham sangat sesuai dengan jalur penelitian penulis. 2.9.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Analisa saham yang dilakukan oleh investor memerlukan informasi. Salah satu informasi yang tersedia bagi investor adalah laporan keuangan yang dipubllikasikan perusahaan. Laporan keuangan yang diperoleh investor baru akan berguna apabila telah dianalisa. Analisa terhadap laporan keuangan memiliki ukuran tertentu. Ukuran yang umum digunakan adalah rasio keuangan, diantaranya yang digunakan investor dalam menganalisa saham adalah DER dan EPS. Perubahan DER dan EPS berpengaruh terhadap harga saham. Apabila DER perusahaan menurun dibandinkan dengan periode yang sebelumnya, maka harga sahamnya akan meningkat. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki DER meningkat, maka harga saham akan menurun. Apabila EPS perusahaan menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya, maka harga saham akan menurun juga. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki EPS yang meningkat maka harga sahamnya akan meningkat. 44 2.10 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Peneltian Terdahulu No 1 Peneliti Judul Penelitian Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian Arman M.S Hamka (2012) Pengaruh Variabel Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham. (Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) -Variabel Depende n : Harga Saham Analisis Regresi Linier Berganda 1. Variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Return On Equity (ROE) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan minings yang terdaftar di BEI tahun 2008- 2011. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap naik turunnya harga saham. Dengan demikian, ketiga variabel ini dapat digunakan oleh investor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. 2. Variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Return On Equity (ROE) masing-masing berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2011. Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh yang searah terhadap harga saham, hal ini berarti investor (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya) -Variabel Independ en : Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Return on Equity (ROE) 45 2 Gede Priana Dwiprat ama (2012) Pengaruh PBV, DER, EPS, DPR dan ROA terhadap harga saham (studi empiris pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI) (repository.gu nadarma.ac.id) -Variabel Depende n : Harga Saham -Variabel Independ en : PBV, DER, EPS, DPR, ROA mempertimbangkan laba yang akan diperoleh pada setiap lembar saham. Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh yang searah dengan harga saham, dalam hal ini investor mempertimbangkan gain yang akan didapatkan saat harga saham terus meningkat. Sedangkan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang searah terhadap harga saham, dimana ROE yang dimiliki perusahaan tahun 2008-2011 mengalami peningkatan maka harga saham terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh pemikiran investor di mana nilai ROE yang tinggi memungkinkan untuk meningkat lagi, jadi investor yakin ROE tinggi, di masa yang akan datang harga saham bisa meningkat. a. Pada uji regresi secara parsial, dimana uji-t dilakukan untuk mengetahui kemampuan pangaruh dari masing masing variabel bebas (PBV, DER, EPS, DPR, dan ROA) terhadap variabel tergantung/terikat (Harga Saham) diketahui bahwa hanya variabel EPS (Earning Per Share) yang positif berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Dapat 46 3. Endawa ti (2012) Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Agroindustri Yang Terdaftar Pada Indeks LQ45 Di Bursa Efek Indonesia (repository.gu nadarma.ac.id) -Variabel Metode Depende Regresi n : Harga Berganda Saham -Variabel Independ en : Net Profit Margin, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Book Value, Operatin g Profit Margin, dikatakan EPS yang memiliki konstribusi dominan terhadap harga saham b. sedangkan pada uji regresi secara simultan, dimana uji simultan (serempak) atau uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (PBV, DER, EPS, DPR, dan ROA) secara bersamasama bepengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat (Harga Saham). Diketahui bahwa semua variabel bebas bepengaruh secara simultan terhadap Harga Saham Dilihat dari tabel Koefisien korelasi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara NPM, EPS, ROA, BV, OPM, ROE dengan harga saham mempunyai hubungan yang positif, sedangkan hubungan antara DER dengan harga saham adalah negatif. Dan dari tabel analisis determinasi menunjukan adanya hubungan anatara rasio keuangan dengan harga saham. Yaitu dengan diperolehnya nilai R sebesar 0.741, yang berarti bahwa hubungan antara 47 Return on Equity NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE dengan harga saham adalah sebesar 74,1%. Pada uji regresi secara simultan (uji f), variabel independen yaitu NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE secara signifikan mempengaruhi variabel dependen yaitu harga saham. Dan bila dilihat dari analisis determinasi yaitu nilai R square sebesar 0.525 ini menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE sebesar 52.5%. Pada uji regresi secara parsial (uji T), variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Disini berarti ROA mempengaruhi harga saham secara signifikan. Sedangkan variabel NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. ROA sebesar 267.624 menyatakan bahwa apabila setiap penambahan ROA, akan menambah harga 48 4. Angraw it Kusuma Wardan i (2012) Analisis pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada harga saham dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 2005-2009 (repository.gu nadarma.ac.id) -Variabel Depende n : Harga Saham teknik analisis Structural Equation Modeling -Variabel (SEM), Independ dengan en: EPS, bantuan PER, program ROE, AMOS 18 FL, (Analysis DER, of CR, Moment ROA Structure). saham sebesar 267.624. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada Harga Saham dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu : 1. Dari 7 variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya berpengaruh secara parsial pada harga saham. Variabel yang memiliki pengaruh pada harga saham han ya variabel EPS, PER, ROE, DER, ROA. 2. Harga saham terhadap Kinerja memiliki pengaruh sangat signifikan sebesar 162%. Hal ini menunjukkan harga saham memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja. Ini berarti nilai Kinerja akan semakin besar sehingga investor akan semakin tertarik dengan nilai kinerja yang semakin tinggi. 3. Pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA pada Harga Saham dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan bernilai negatif yaitu sebesar -112.9%. Hasil ini menyatakan bahwa manajemen perusahaan 49 tidak berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimumkan nilai perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mengkoreksi kembali prospek kegiatan yang dijalankan perusahaan agar lebih produktif. Sehingga para pemegang saham para pemegang saham akan merasakan keuntungan yang lebih besar dari biaya modalnya.