HAK CIPTA DILINDUNGI UND ANG

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Minyak Atsiri
2.1.1 Deskripsi Umum Minyak Atsiri
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak
terbang (volatile oil) yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah
menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir
(pungent taste), dan berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Oleh
karenanya istilah essential dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
tanaman asalnya (Sumitra, 2003).
Sumber minyak atsiri terdapat pada bagian tertentu tanaman.Bagian ini
antara lain akar, biji, buah, bunga, daun, kulit kayu, ranting dan rimpang atau akar
tinggal.Bahkan ada jenis tanaman yang seluruh bagiannya mengandung minyak
atsiri.Kandungan minyaknya tidak akan sama antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya (Lutony dan Rahmayati, 2002).Minyak atsiri merupakan
salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena
reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan air.Minyak tersebut disintesa
dalam sel kelenjar (glandula sel) pada jaringan tanaman dan terbentuk juga dalam
pembuluh resin (misalnya : minyak terpentin dari pohon pinus) (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri dihasilkan di dalam tubuh tanaman dan kemudian disimpan
dalam berbagai organ.Penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dibuat dalam
kelenjar minyak atsiri (Koensoemardiyah, 2010).Kelenjar minyak atsiri ada yang
terdapat di dalam tanaman atau disebut kelenjar internal dan ada pula yang di luar
tanaman atau disebut kelenjar eksternal.
Kelenjar internal terbentuk oleh masuknya minyak atsiri yang semula ada
di luar sel, yang kemudian merusak sel-sel di sekitarnya sehingga terbentuklah
saluran semacam organ dengan minyak atsiri didalamnya. Sel-sel tersebut
kemudian larut dan membentuk kelompok sel yang disebut ”kelenjar” dan
8
FTIP001651/021
9
kemungkinan suatu deretan sel terlarut sehingga membentuk saluran yang di
dalamnya berisi minyak atsiri.Pembentukan kelenjar yang demikian disebut
sebagai pembentukan secara schizolysigen (Koensoemardiyah, 2010).
Kelenjar eksternal berupa sel-sel permukaan atau sering disebut sebagai
”sel epidermis”.Produk dari kelenjar (minyak atsiri) biasanya tertimbun diantara
kutikula (lapisan sel terluar) dan dinding sel antara satu sel dengan sel yang
lain.Kutikula berupa lapisan tipis akan pecah bila terkena gesekan.Bila kutikula
pecah, minyak atsiri akan ke luar sehingga bau minyak atsiri akan menyebar.
Tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah
150 – 200 spesies, yang termasuk famili: Pinaceae, Labiatae, Compositae,
Lauraceae, Myrtaceae, Rutaceae, Myristicaceae, Astereaceae, Apocynaceae dan
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Umbelliferaceae.Minyak atsiri terdapat pada bagian yang berbeda-beda dari setiap
tanamannya, ada yang terdapat pada daun (mint), biji (adas), bunga (melati), buah
(orange), rimpang (jahe), akar (akar wangi), kulit kayu (kayu manis), kayu
(cemara), dan resin (kemenyan) (Hamid dkk., 2011).Minyak atsiri selain
dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh
enzim atau dapat dibuat dengan sintesis, misalnya vanilla.
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004) sifat-sifat minyak atsiri tersusun
oleh bermacam-macam komponen senyawa, memiliki bau khas, umumnya berbau
tajam, memberi kesan hangat sampai panas atau dingin ketika terasa dikulit
bergantung dari jenis komponen penyusunnya.Dalam keadaan murni atau belum
tercemar oleh senyawa lain minyak atsiri memiliki sifat mudah menguap pada
suhu kamar. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak berubah
menjadi tengik (rancid) serta bersifat tidak stabil pada pengaruh lingkungan, baik
berupa udara, sinar matahari dan panas.Pada umumnya memiliki karakteristik
indeks bias yang tinggi, optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi
yang spesifik dan tidak dapat bercampur dengan air tetapi mudah larut dalam
pelarut organik.
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu
proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan,
mencegahkerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan
FTIP001651/022
10
makanan bagi tanaman.Sedangkan fungsi minyak atsiri secara umum, digunakan
sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetika,
farmasi, bahan penyedap (flavoring agent) dalam industri makanan dan minuman
(Ketaren, 1985).
2.1.2 Komponen Kimia Atsiri Secara Umum
Minyak atsiri mengandung bermacam-macam komponen kimia yang
berbeda.Menurut Ketaren (1985) umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri
disebabkan perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat
tumbuh,
umur
panen,
metode
ekstraksi
yang
digunakan
dan
cara
penyimpanannya.Oleh karena itu, minyak atsiri bukan merupakan senyawa
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
tunggal tetapi tersusun dari berbagai macam komponen. Komposisi atau
kandungan masing-masing komponen kimia pada minyak atsiri adalah hal yang
paling mendasar dalam menentukan aroma maupun kegunaannya. Jadi penentuan
komponen penyusun dan komposisi masing-masing komponen tersebut di dalam
minyak atsiri merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kegunaan,
kualitas ataupun mutu dari suatu minyak atsiri.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam bahan alam (daun, batang,
akar, biji) untuk minyak atsiri dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok
pertama merupakan minyak atsiri yang komponennya mudah dipisahkan untuk
kemudian menjadi bahan awal sintesis seperti minyak sereh, minyak daun
cengkeh, minyak permen, dan minyak terpentin.Sementara kelompok kedua
merupakan minyak atsiri dengan komponennya tidak mudah dipisah seperti
minyak pandan wangi, minyak akar wangi, minyak nilam, minyak cendana, dan
minyak kenanga sehingga dapat langsung digunakan.
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan
kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) serta
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan belerang
(S). Pada umumnya sebagian besar minyak atsiri terdiri dari campuran
persenyawaan golongan hidrokarbon dan “Oxygenated hydrocarbon” dan pada
FTIP001651/023
11
umumnya kedua golongan tersebut mengandung unit terpen.Disamping itu,
minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil yang merupakan
komponen tidak dapat menguap (Ketaren, 1985).
1.
Golongan Hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon terbentuk dari unsur
Hidrogen (H) dan Karbon (C).Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam alam
dan minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen, seskuiterpen,
diterpen, dan politerpen, serta paraffin, olefin, dan hidrokarbon aromatik.
2. Golongan “Oxygenated hydrocarbon”
Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur
Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
dalam golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehida, keton, oksida,
ester, dan eter.
Golongan
Persenyawaan
“Oxygenated
hydrocarbon”
merupakan
persenyawaan yang menyebabkan bau wangi dalam minyak atsiri, sedangkan
golongan hidrokarbon berpengaruh kecil terhadap nilai wangi minyak
atsiri.Persenyawaan “Oxygenated hydrocarbon” mempunyai nilai kelarutan yang
tinggi dalam alkohol encer, serta lebih tahan dan stabil terhadap proses oksidasi
dan resinifikasi, dan sebaliknya, golongan persenyawaan hidrokarbon lebih
mudah mengalami proses oksidasi dan resinifikasi di bawah pengaruh cahaya dan
udara atau pada kondisi penyimpanan yang kurang baik, sehingga dapat merusak
bau dan menurunkan nilai kelarutan minyak dalam alkohol.
Ditinjau dari segi kimia fisika, minyak atsiri hanya mengandung dua
golongan senyawa, yaitu oleoptena dan stearoptena (Agusta, 2010).Oleoptena
adalah bagian hidrokarbon di dalam minyak atsiri dan berwujud cairan.Umumnya
senyawa golongan oleoptena ini terdiri atas senyawa monoterpena.Sedangkan
stearoptena adalah senyawa hidrokarbon teroksigenasi yang umumnya berwujud
padat.Stearoptena ini umumnya terdiri atas senyawa turunan oksigen dari terpen.
Sementara itu Guenther dkk. (1987) menyebutkan komponen kimia atsiri
terbagi ke dalam 4 golongan besar, yaitu:
FTIP001651/024
12
1. Terpen, yang ada hubungannya dengan isoprena atau isopentena;
2. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang;
3. Turunan benzena;
4. Bermacam-macam persenyawaan lainnya, seperti: alkohol, aldehid, keton,
fenol, eter fenolik, oksida, ester, dll.
2.2
Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)
Tanaman kamboja termasuk jenis tanaman genus Plumeria.Nama Plumeria
diberikan untuk menghormati Charles Plumier (1646-1706), seorang pakar botani
asal Perancis (http://www.dryplumeria.com).Tanaman kamboja berasal dari
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Amerika Tengah, walaupun berasal dari tempat yang jauh, bunga kamboja
sekarang merupakan pohon yang sangat popular di pulau Bali karena ditanam di
hampir setiap pura serta sudut kampong, dan memiliki fungsi penting dalam
kebudayaan.Bunga ini sangat dikenal sebagai bunga kuburan atau bunga makam
karena banyak tumbuh di daerah pemakaman, serta cara membudidayakannya
yang mudah hanya dengan stek batang.Bunga kamboja, selain digunakan untuk
upacara keagamaan juga digunakan sebagai
aromaterapi
karena
dapat
mempengaruhi psikologis seseorang melalui bau yang dikeluarkannya.Menurut
pakar botani, bukan hanya minyak atsirinya saja yang berguna tapi seluruh bagian
tanaman kamboja dapat digunakan untuk pengobatan (Wijayakusuma, 2000).
Tanaman kamboja dapat berbunga sepanjang tahun.Bahkan pada bulanbulan tertentu dapat berbunga lebih banyak.Tangkai bunga muncul dari ujung
batang.Pada setiap tangkai bunga bisa dijumpai puluhan kuntum bunga.Umumnya
berbunga secara serentak namun ada beberapa varietas yang berbunga secara
bergantian.Karakteristik dari bunga kamboja ini seperti bunga dalam malai rata,
berkumpul diujung ranting, kelopak kecil, sisi dalam tanpa kelenjar, mahkota
berbentuk corong, sisi dalam berambut, sisi luar kemerahan atau putih, sisi dalam
agak kuning, putih atau merah, dan berbau harum (Dalimartha, 1999).
FTIP001651/025
13
Tanaman kamboja merupakan tanaman tropis yang banyak dibudidayakan
di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.Kebutuhan tanaman terhadap
paparan sinar matahari untuk merangsang pembungaan berkisar antara 7–8 jam
per hari.Kondisi lingkungan yang hangat sangat disukai oleh tanaman dimana
kondisi ini cocok dengan kondisi lingkungan di Indonesia.Kebutuhan akan sinar
matahari digunakan untuk proses pembungaan dimana ketika tanamankurang
mendapat sinar matahari maka tanaman akan lebih banyak menumbuhkan daun
dibanding bunga.
Menurut Khafidzin (2005), ada empat spesies plumeria yang paling banyak
dikenal, yaitu Plumeria alba, Plumeria rubra, Plumeria pudica, dan Plumeria
obtusa.Setiap spesies dari plumeria menghasilkan bentuk daun, penampilan dan
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
habitat yang berbeda.
Daun dari Plumeria alba sedikit menyempit dan terlipat sedangkan daun
Plumeria pudica mempunyai daun yang panjang berbentuk oak berwarna hijau
gelap.Berbeda lagi dengan Plumeria obtusa.Bentuk daun Plumeria obtusa
cenderung oval dan tidak meruncing di bagian ujungnya.Plumeria pudica adalah
salah satu dari tipe yang tidak merontokkan bunganya di musim dingin dan selalu
berdaun hijau.Sedangkan Plumeria obtusa merontokkan bunganya di musim
dingin.Bentuk daun Plumeria alba lebih menyirip dan meruncing di bagian ujung
daunnya, sedangkan Plumeria obtusa daunnya berbentuk oval.Perbedaan dari ke
empat jenis Plumeria ini dapat dilihat pada Gambar 1.
2.2.1 Plumeria obtusa
Plumeria obtusa merupakan anggota dari famili Apocynaceae dan lebih
dikenal dengan sebutan Kamboja (Frangipani) (Eggenberger and Eggenberger
dalam Pitpiangchan, 2009).Bunga kamboja (Plumeria obtusa) berwarna putih
dengan sedikit corak warna kuning di dasar mahkota (petal).Mahkota bunga
berjumlah lima helai yang membentuk corong dengan lingkar yang sempit
(tubular) dan sisi bagian dalamnya berambut.Ujung mahkota berbentuk
membulat.Ukuran diameter bunga berkisar 8 cm.Tangkai putik tanaman
FTIP001651/026
14
berukuran pendek dengan dasar bunga yang menonjol sehingga menutupi tabung
kelopak.Kepala putik berlekuk dua dan memiliki dua bakal buah yang
terpisah.Bagian dalam bunga berlilin dan berambut halus.Bunga paling banyak
mengeluarkan wangi dan merekah pada bulan Maret sampai Oktober (Criley,
1998)
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 1. Jenis-Jenis Plumeria
(a) Bunga Plumeria obtusa (b) Bentuk Daun Plumeria obtusa (c) Plumeria alba
(d) Plumeria pudica (e) Bentuk Daun Plumeria pudica (f) Plumeria rubra
Sumber : http://www.tropicsphere.com dan http://www.cocopeat.esmartweb.com
2.2.2 Kandungan Kimia Tanaman Kamboja
Bahan kimia yang terkandung dalam getah kamboja diantaranya damar,
kautchuk, senyawa karet, senyawa triterpenoid, amyrin, flavonoid, polifenol, dan
lupeol
(Hariana,
2007).Tanaman
kamboja
spesies
Plumeria
acuminate
mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol, dan asam
FTIP001651/027
15
serotinat
(Dalimartha,
1999).Plumierid
merupakan
suatu
zat
pahit
beracun.Menurut Sastrohamidjojo (2004) kandungan kimia getah tanaman ini
adalah damar dan asam plumeria C10H10O5 (oxymethyl dioxykaneelzuur)
sedangkan kulitnya mengandung zat pahit beracun, sebagai laxant. Menurut
Syamsulhidayat
dan
Hutapea
(1991)
akar
dan
daun Plumeria
acuminate,mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu
daunnya juga mengandung alkaloid.Tumbuhan ini mengandung fulvoplumierin,
yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri, selain itu juga
mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol,sitronelol, fenetilalkohol
dan linalool (Tampubolon, 1981). Kulit batang kamboja mengandung flavonoid,
alkaloid, polifenol. (Prihandono, 1996).
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
2.2.3 Minyak Bunga Kamboja
Minyak bunga kamboja atau lebih dikenal dengan sebutan frangipani oil
(bahasa Inggris) digunakan sebagai bahan campuran kosmetik dan digunakan
sangat baik untuk aromaterapi termasuk lilin aroma, bunga rampai yang
menyegarkan, sebagai tambahan wewangian untuk minyak pijat dan sebagai
parfum yang memiliki aroma yang sangat menyenangkan (Woodspirits Natures
Essential, 2003 dalam Pitpiangchan, 2009).Komposisi kimia yang terkandung
dalam minyak bunga kamboja telah diteliti sebelumnya oleh Pitpiangchan dkk.
(2009).Menurut Pitpiangchan dkk. (2009), komposisi kimia minyak bunga
kamboja yang diekstrak dengan metode enfleurasi ada 13 komponen.Analisis
komposisi kimia ini dilakukan dengan menggunakan teknik kromatografi, yaitu
kromatografi gas-spektrometri massa (KG-SM).Komposisi kimia dengan metode
enfleurasi pada bunga kamboja dapat dilihat pada Tabel 1.
FTIP001651/028
16
Tabel 1. Komposisi Kimia Minyak Bunga Kamboja
No
Komposisi
Persentase Komposisi (%)
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
1
Linalool
23,130
2
(Z)-geraniol
8,310
3
(Z)-citral
1,870
4
(E)-geraniol
4,690
5
(E)-citral
4,140
6
(Z)-beta-farnesene
8,160
7
(E)-beta-farnesene
0,810
8
(E)-nerolidol
1,420
9
(Z)-farsenol
4,670
10
(E)-farsenol
3,400
11
(E)-farsenal
9,040
12
Benzyl benzoate
14,730
13
Benzyl-salicylate
15,620
Pitpiangchan dkk. (2009)
2.3
Ekstraksi Minyak Atsiri Secara Umum
Hampirseluruh bagian tanaman, baik akar, biji, bunga, batang, buah, daun,
maupun rimpang dapat disuling menjadi minyak atsiri yang wangi.Karena bentuk
bahan baku minyak atsiri sangat beragam, cara memproduksinyapun berbedabeda.Jenis komoditas dan persentase rendemen mempengaruhi teknologi
produksi.Untuk memproduksi atsiri berbahan bunga, misalnya, lazim digunakan
teknologi ekstraksi.
Minyak Atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya,
kelarutan dalam pelarut organik, dan keluratan dalam air yang diperoleh dari
bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga
(Armando, 2009).Berdasarkan sifat-sifat tersebut, minyak atsiri dapat dibuat
FTIP001651/029
17
dengan beberapa metode, yaitu penyulingan, ekstraksi, dan pengepresan
(pressing).
Cara ekstraksi merupakan sistem pembuatan minyak atsiri yang bahan
bakunya memiliki rendemen kecil, rusak pada suhu tinggi, dan rata-rata larut
dalam air.Cara ekstraksi biasanya digunakan untuk bahan baku minyak atsiri yang
berasal dari bunga (Rusli, 2010).Metode ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction), ekstraksi
dengan
lemak
dingin
(enfleurasi),
ekstraksi
dengan
lemak
panas
(maserasi).Minyak bunga yang dihasilkan dari metode ekstraksi ini, baik solvent,
enfleurasi maupun maserasi termasuk ke dalam jenis minyak bunga alamiah
(natural floral oils).Produk minyak tersebut biasanya diperdagangkan dengan
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
menggunakan nama absolut atau bahan parfum alamiah.
Prinsip dari ekstraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak
atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap.Ekstraksi dengan
pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang
mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, seperti untuk mengekstrak minyak dari
bunga-bungaan misalnya bunga cempaka, melati, dan mawar (Armando, 2009).
Seperti halnya metode pelarut menguap, metode enfleurasi juga sangat
cocok digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga.Hal
ini menurut Hamid dkk. (2011) karena metode enfleurasi paling cocok untuk
diterapkan pada proses ekstraksi minyak yang berasal dari bunga-bungaan seperti
melati dan sedap malam (tuberose), yang memiliki rendemen minyak yang rendah
dan sangat dipengaruhi oleh proses pemanasan uap dan air yang dapat merusak
komponen minyak.Selain enfleurasi, cara ekstraksi minyak bunga dengan
menggunakan lemak juga bisa dilakukan dengan metode maserasi.Maserasi
berasal dari bahasa latin “macerare” yang memiliki arti merendam. Metode
maserasi juga dikenal dengan sebutan hot enfleurage karena analog dengan
metode enfleurasi dimana perbedaaannya hanya terletak pada pemanasan selama
ekstraksi.
Jenis bunga tertentu seperti bunga melati dan sedap malam menghasilkan
rendemen minyak bunga tertinggi jika diekstraksi dengan lemak dingin
FTIP001651/030
18
(enfleurasi), sebab kegiatan fisiologi bunga setelah dipetik masih berlangsung
terus selama 24 jam atau lebih. Selama proses ini, lemak pada chasis
mengabsorpsi minyak yang dikeluarkan oleh bunga.Beberapa jenis bunga seperti
mawar, orange, akasia, dan mimosa, kegiatan fisiologinya terhenti setelah
pemetikan.Bunga tersebut jika diekstraksi atau disuling hanya menghasilkan
sejumlah minyak, yang sesuai dengan jumlah yang diproduksi oleh bunga pada
waktu yang singkat dan untuk seterusnya bunga akan mati dan tidak memproduksi
minyak.Untuk mengatasi hal ini digunakan metode lain.Metode yang digunakan
ialah dengan memakai suatu medium yang dapat menembus jaringan bunga dan
melarutkan semua minyak bunga yang ada di dalam kelenjar minyak, metode
tersebut adalah metode maserasi yang menggunakan bantuan lemak panas untuk
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
mengabsorpsi minyak dalam bunga.Maserasi merupakan proses ekstraksi yang
cukup terkenal, sebelum dikenalnya proses yang menggunakan pelarut mudah
menguap.
Kelemahan dari metode maserasi ialah terkadang bila proses penyaringan
lemak tidak sempurna, hasil minyak bunga masih mengandung lemak (absorben)
dapatmerubah bau asli minyak bunga.Kelemahan lain dari cara tersebut adalah
karena minyak bunga absolute of maceration lebih mudah tengik akibat lemak
yang terdapatdidalamnya.Ekstrait yang masih mengandung sejumlah besar
alkohol lebih tahan terhadap proses ketengikan(Guenther dkk., 1987).
2.3.1 Ekstraksi dengan Lemak Dingin (Enfleurasi)
Enfleurasi adalah cara pengambilan minyak bunga dengan menggunakan
lemak dingin.Lemak digunakan untuk menyerap aroma yang keluar dari
bunga.Kemudian lemak yang telah menyerap aroma tersebut dilarutkan dengan
alkohol dan dilanjutkan dengan evaporasi vakum untuk mendapatkan minyak
bunga yang pekat atau sering disebut absolut.
Keberhasilan pengambilan minyak bunga melalui proses enfleurasi
ditentukan oleh banyak hal, seperti kemurnian lemak, konsistensi lemak, suhu saat
evaporasi, dan tentu saja mutu bahan baku bunganya sendiri.Selain itu Guenther
dkk. (1987) menyatakan bahwa keberhasilan metode enfleurasi terutama
FTIP001651/031
19
tergantung dari perbandingan antara lemak dan bunga yang dipakai.Adsorpsi
minyak bunga oleh lemak dilakukan pada suhu ruang.Setelah adsorpsi selesai,
bunga diambil secara manual dari permukaan lemak yang disebut proses
defleurasi.
Bunga yang telah layu dipisahkan dari lemak, dan lemak harum yang
dihasilkan di sebut pomade.Pomade dapat diolah lebih lanjut dengan
mengekstraksinya menggunakan alkohol keras, sehingga dihasilkan ekstrait
beralkohol yang telah siap diperdagangkan atau diubah menjadi pomade absolut
dengan cara penyulingan vakum.Minyak yang didapat disebut absolut
enfleurasi.Ekstrait tidak hanya mengandung minyak bunga tetapi juga sejumlah
kecil alkohol.Menurut Guenther dkk. (1987), kira-kira 1% lemak larut dalam
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
alkohol dan tidak dapat dipisahkan meskipun dengan pendinginan ekstrait jauh di
bawah suhu 0oC.
Menurut Ketaren (1985), terdapat keuntungan dan kerugian dari metode
enfleurasi.Keuntungannya adalah rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi
dibandingkan dengan cara menggunakan pelarut menguap, sebab minyak yang
menguap dihasilkan oleh proses fisiologis bunga dapat diadsorbsi oleh lemak
sampai bunga layu dan ekstrait yang diperoleh hanya berisi minyak bunga tanpa
zat-zat lain seperti lilin dan kotoran.Selain itu, minyak yang dihasilkan berbau
lebih wangi karena kerusakan minyak pada proses enfleurasi relatif lebih
kecil.Kelemahan proses enfleurasi dibandingkan dengan ekstraksi dengan pelarut
menguap adalah proses enfleurasi memerlukan tenaga kerja yang terampil dan
berpengalaman dan terkadang bila proses penyaringan lemak tidak sempurna,
hasil minyak bunga masih mengandung lemak (adsorben) yang dapatmerubah bau
asli minyak bunga.Selain itu pomade dan absolut enfleurasi mudah tengik dan
cenderung bersifat asam.Hal ini disebabkan adanya asam lemak bebas dari
adsorben dan asam organik bebas yang dihasilkan oleh bunga secara alami seperti
asam fenil asetat dan adanya hidrolisis senyawa ester dari minyak bunga yang
larut dalam alkohol dan ikut terekstraksi pada pembuatan absolut.
2.3.2 Analisis Mutu Hasil Ekstraksi Minyak Bunga Alamiah
FTIP001651/032
20
Kualitas dari minyak atsiri hasil ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain iklim, musim, kondisi geografis, waktu panen, dan teknik
ekstraksi yang digunakan (Pannizi dkk., 1993).Selain itu, Sumarni dkk. (2003)
menyatakan bahwa kualitas minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah
dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur
didalamnya.
Minyak bunga alamiah, merupakan minyak atsiri yang tetap menduduki
tempat yang teratas dan pemeriksaan mutunya biasanya dilakukan dengan uji bau
(olfactory test) yang sederhana.Uji seperti ini memerlukan pengalaman khusus,
mempunyai daya pembauan yang tajam dan mengenal metode pembuatan dan
variasi mutu.Selain itu, tester semacam ini hanya dimiliki oleh sebagian kecil para
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
pembeli dan pengolah parfum.Karena permasalahan ini, maka diperlukan
ketentuan dan metode standar umum untuk teknik analisis mutu minyak bunga
alamiah.
Jika minyak relatif murni, dan diolah dengan satu macam metode dan dari
bunga yang tumbuh pada lokasi yang sama, maka minyak bunga yang dihasilkan
mempunyai karakter sama dalam hal kadar minyak dan sifat fisiko-kimia
komponen minyak.Pada metode enfleurasi, mutu minyak terutama tergantung
pada perbandingan antara berat bunga dan berat lemak yang digunakan (Guenther
dkk., 1987).
Analisis yang umum digunakan untuk mengetahui mutu minyak adalah
dengan analisis fisiko-kimia.Secara umum, setiap pengujian sifat fisiko-kimia
dapat diterapkan terutama terhadap zat berbau wangi yang merupakan fraksi
menguap dari minyak bunga. Dengan sifat fisika seperti bobot jenis, indeks bias,
viskositas dan kelarutan dalam alkohol minyak atsiri dapat diketahui
kemurniannya dengan melihat karakteristik fisiknya.Selain itu, pomade dan
absolut hasil proses enfleurasi mudah tengik dan cenderung bersifat asam.Dalam
kenyataannya absolut enfleurasi mempunyai bilangan asam yang tinggi (tapi tidak
lebih dari 800), yang disebabkan oleh asam lemak bebas yang larut dalam alkohol
ikut terekstrak.Oleh karena itu, terhadap minyak perlu dilakukan analisis bilangan
asam dan bilangan ester yang termasuk kedalam analisis kimia.
FTIP001651/033
21
1.
Warna
Minyak atsiri yang diekstraksi dengan menggunakan pelarut menguap atau
tidak menguap seperti lemak biasanya mempunyai warna gelap karena
mengandung pigmen alami yang tidak dapat menguap.Penentuan warna minyak
bunga
kamboja
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
alat
Chromameter.Prinsipnya adalah dengan membaca notasi hunter pada alat
Chromameter yang terdiri dari nilai L, a, b, dimana notasi L menyatakan
kecerahan yaitu cahaya pantul yang menghasilkan warna kromatik putih, abu-abu
dan hitam.Parameter L mempunyai nilai 0 (hitam) sampai 100 (putih).Notasi a
menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau, dengan nilai +a (positif) dari
0-100 (merah) dan nilai –a (negatif) dari 0-80 (hijau).Notasi b menyatakan warna
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
kromatik campuran biru-kuning dengan nilai +b (positif) dari 0-70 (kuning) dan
nilai –b (negatif) dari 0-80 (biru).C* (chroma) menunjukkan tingkat
kekuatan/ketegasan dan keburaman suatu warna.Semakin besar nilai C*, maka
semakin kuat/tegas warna yang diukur.Nilai h (hue) menunjukkan derajat
warna.Nilai 0o berawal dari warna merah, nilai hue bertambah besar dengan
putaran berlawanan arah jarum jam.
2.
Viskositas
Viskositas adalah ukuran penolakan sebuah fluida terhadap perubahan
bentuk di bawah tekanan. Biasanya diterima sebagai kekentalan atau penolakan
terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida kepada
aliran dan dapat dianggap sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluida.
Air memiliki viskositas rendah, sedangkan minyak memiliki viskositas tinggi.
Viskositas yang terjadi disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul-molekul.
Viskositas suatu fluida berhubungan langsung dengan konsentrasi padatan
terlatut. Dalam minyak atsiri (hasil enfleurasi) hal ini berhubungan konsentrasi
komponen penyusun minyak.Semakin tinggi konsentrasi penyusun minyak atsiri
(lemak), semakin tinggi pula nilai viskositasnya.Selain itu, faktor lain yang juga
mempengaruhi nilai viskositas adalah suhu. Semakin tinggi suhu akan
mengurangi nilai viskositasnya.
FTIP001651/034
22
3.
Bobot Jenis
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu
dan kemurnian minyak atsitri.Nilai bobot jenis minyak bunga kamboja
didefinisikan sebagai perbandingan antara berat minyak bunga kamboja dengan
berat air pada volume yang sama.Bobot jenis sering dihubungkan dengan fraksi
berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya.Semakin besar fraksi
berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai bobot
jenisnya.Biasanya bobot jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar
dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi.
4.
Indeks Bias
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya didalam
udara dengan kecepatan cahaya didalam suatu zat pada suhu tertentu.Indeks bias
minyak bunga kamboja berhubungan erat dengan komponen-komponen
penyususn dalam minyak bunga kamboja itu sendiri.Sama halnya dengan bobot
jenis dimana komponen penyusun minyak bunga kamboja dapat dipengaruhi nilai
indeks biasnya.Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen
atau komponen bergugus oksigen ikut terekstrak, maka kerapatan medium minyak
atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk
dibiaskan.Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar.Menurut Guenther
dkk.(1987), nilai indeks bias salah satunya dipengaruhi dengan adanya air dalam
kandungan minyak tersebut.Semakin banyak kandungan air dalam minyak, maka
semakin kecil nilai indeks biasnya.
5.
Kelarutan dalam Alkohol
Kelarutan dalam alkohol adalah daya larut suatu zat dalam alkohol yang
ditentukan
oleh
jenis
komponen
kimia
yang
terkandung
dalam
zat
tersebut.Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol pada perbandingan dan
konsentrasi tertentu.Konsentrasi alkohol yang sering digunakan untuk keperluan
analisis adalah 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, atau 95%.Menurut Guenther dkk.
(1987), umumnya minyak yang kaya akan komponen oxygenated mudah larut
FTIP001651/035
23
dalam alkohol dibanding komponen yang banyak mengandungterpen.Semakin
tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut,
karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak
mempunyai gugus fungsional.Selain itu, Guenther dkk. (1987) juga menyebutkan
karakteristik dari tingkat kelarutan minyak yang bersifat empiris, dengan beberapa
karakteristik sebagai berikut: Larutan jernih, Sedikit berkabut, Berkabut, Sedikit
kabur, Kabur, Sedikit keruh, Keruh, dan Suram
Nilai kelarutan minyak atsiri akan berkurang karena pengaruh umur
simpanminyak.Hal ini disebabkan karena terjadinya proses polimerisasi minyak
selama penyimpanan.Senyawa polimer yang terbentuk akan menurunkan daya
kelarutannya dalam alkohol (Ketaren, 2008).
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
6.
Bilangan Asam
Bilangan asam minyak adalah angka yang menyatakan jumlah asam lemak
bebas yang terkandung di dalam minyak tersebut.Sebagian besar minyak atsiri
mengandung sejumlah kecil asam bebas.Menurut Ketaren (1985), bilangan asam
didefinisikan sebagai jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan
asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak.Bilangan asam adalah
ukuran dari asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam
lemak atau campuran asam lemak.
Bilangan asam yang semakin tinggi dapat mempengaruhi mutu minyak
dan dapat merubah aroma khas dari minyak atsiri.Hal ini dapat terjadi karena
lamanyapenyimpanan minyak dan adanya kontak antara minyak yang dihasilkan
dengan
cahaya
dan
udara
sekitar
ketika
berada
pada
wadah
penyimpanan.Sebagian komponen minyak jika kontak dengan udara atau berada
pada kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi dengan udara atau
berada pada kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi dengan udara
dan dikatalisasi oleh cahaya, sehingga akan membentuk senyawa asam bebas.Jika
penyimpanan minyak tidak diperhatikan, maka akan semakin banyak pula
senyawa asam bebas yang terbentuk.
FTIP001651/036
24
7.
Bilangan Ester
Bilangan ester suatu minyak adalah angka yang menyatakan jumlah ester
yang terkandung di dalam minyak yaitu jumlah milligram Kalium Hidroksida
(KOH) yang diperlukan untuk penyabunan ester dalam 1 gram minyak. Jika
bilangan penyabunan dan bilangan ester telah ditetapkan, selisih antara keduanya
menunjukkan bilangan ester.Bilangan ester sangat penting dalam penentuan mutu
minyak atsiri, terutama minyak yang berasal dari bunga-bungan yang diekstrak
dengan metode enfleurasi, karena ester merupakan komponen yang berperan
dalam menentukan aroma minyak.Menurut Guenther dkk. (1987), nilai bilangan
ester yang tinggi menunjukkan minyak tersebut tidak mudah teroksidasi, sehingga
komposisi aroma minyak, dalam hal ini minyak bunga kamboja menjadi
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
sempurna dan ketahanan aroma menjadi lebih lama.
2.4
Lemak
Lemak merupakan trigliserida (ester dari gliserol dan asam lemak) yang
memiliki ikatan rangkap yang membentuk struktur ruang tiga dimensi, sehingga
gugus-gugus ester pada lemak merupakan jerat. Proses penjeratan terjadi karena
gaya tarik menarik antara ester dari lemak dengan minyak atsiri sehingga lemak
mampu menyerap minyak atsiri yang bersifat volatil (Ketaren, 1985).Daya
adsorpsi lemak selain ditentukan oleh titik cair dan jumlah ikatan rangkapnya,
ditentukan pula oleh ruangan 3 dimensi dalam molekul lemak.Adanya bahan
aditif berupa zat pengawet dan antioksidan serta zat warna yang masih terikat
walaupun dalam jumlah relatif sedikit dapat mengurangi daya adsorpsi lemak.
Lemak yang siap digunakan dalam ekstraksi secara enfleurasi ialah
berwarnaputih, licin, konsistensi seragam, bebas dari air dan tidak berbau.
Menurut Guenther dkk. (1987), campuran satu bagian lemak sapi dan dua bagian
lemak babi sangat baik untuk proses enfleurasi. Tetapi penggunaan lemak babi
tidak bisa diterapkan di Indonesia karena mayoritas penduduknya beragama
Islam, maka peran lemak babi ini harus diganti.
FTIP001651/037
25
Hasil penelitian Suyanti (2000), peran lemak babi dapat digantikan dengan
jenis ”shortening” untuk kue dan roti yaitu campuran lemak sapi dan lemak
nabati. Menurut Winarno (1992), shortening adalah lemak padat yang mempunyai
sifat plastis dan kestabilan tertentu, umumnya berwarna putih sehingga sering
disebut mentega putih. Sedangkan menurut Ketaren (2008), mentega putih
(shortening) adalah lemak padat yang umumnya berwarna putih dan mempunyai
titik cair, sifat plastis, dan kestabilan tertentu.Bahan ini diperoleh dari hasil
pencampuran dua atau lebih lemak, atau dengan cara hidrogenasi.Pada umumnya
sebagian besar mentega putih dibuat dari minyak nabati seperti minyak biji kapas,
minyak kacang kedelai, minyak kacang tanah, dan lain-lain.Dalam pangan, sifatsifat mentega putih didasarkan atas nilai shortening dan sifat plastis.Sementara
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
sifat fisiko-kimia mentega putih baik dalam kriteria segar dan terpakai dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sifat Fisiko-kimia Mentega Putih
Sifat
Indeks bias (40°C)
Kekentalan (cenistokes 40°C)
Warna (photometric)
Bilangan iod (Wijs)
Asam lemak bebas (%)
Bilangan peroksida (meq/kg)
NAF* ester (%)
Nilai sifat fisiko-kimia
Segar
Terpakai
1,466
1,466
8,490
9,930
37,000
50,200
98,200
96,300
0,020
8,540
1,180
5,370
1,720
1,720
*NAF = pembentukan non urea adduct
Krishnamurty dan Chang (1967) dalam Ketaren (2008)
Menurut
Ketaren (2008), macam
pembentukannya ada
tiga,
yaitu
shortening
compound
berdasarkan proses
shortening, mentega
putih
dihidrogenasi (all hydrogenated shortening) dan mentega putih mengandung
emulsifier (mono dan gliserida).Tipe Compound Shorteningadalah suatu tipe
mentega putih yang dihasilkan dari pencampuran lemak hewani (berwujud padat)
dan minyak nabati (Ketaren, 2008).Tipe Mentega Putih Dihidrogenasi dibuat
FTIP001651/038
26
dengan cara mencampur dua macam minyak hidrogenasi atau lebih dengan
bilangan iod dan kekentalan yang berbeda-beda.Pada prinsipnya, proses
hidrogenasi bertujuan untuk meningkatkan plastisitas lemak, dengan cara
mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi asam lemak jenuh.Mentega Putih
yang mengandung Emulsifiermerupakan tipe mentega putih dihidrogenasi yang
mengandung emulsifier. Emulsifier yang digunakan terdiri dari mono dan
digliserida, lesitin, dan kadang-kadang ditambahkan gliserol.
Untuk metode enfleurasi ini, lemak (mentega putih) yang digunakan
sebagai adsorben adalah mentega putih dengan merk Blue Band (White Cream
Fat) atau lebih sering disebut shorteningsnow white.Komposisi dari shortening
snow white ini dapat dilihat pada Tabel 3.Sedangkan untuk sifat fisiko-kimia dan
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
komponen asam lemak penyusun snow white berdasarkan hasil penelitian dari
Meidina (2000) dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 3. Komposisi Shortening Snow White
No.
Komposisi
1
Minyak Nabati
2
Antioksidan (BHA, BHT)
Tabel 4. Hasil Karakterisasi Sifat Fisiko-kimia Snow White
FTIP001651/039
27
Parameter
Sifat Fisiko-kimia
Penampakan warna
Putih bersih
Bau
Tidak berbau
Konsistensi (mm/detik/g)
1,230
Titik cair (oC)
39
Bilangan Asam (%)
0,093
Bilangan Iod (Wijs)
42,892
Bilangan Penyabunan (meq/g)
213,527
Meidina (2000)
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
[1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini
dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis
[2] Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumber tulisan
[3] Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
Tabel 5. Komponen Asam Lemak Penyususn Snow White
Komponen Penyususn Asam
Lemak
Jenis Asam
Lemak
Kadar
Komponen
(%)
Persentase Kadar
Komponen (%)
Asam Octanoat (C8:0)
jenuh
1,340
1,600
Asam Decanoat (C10:0)
jenuh
0,980
1,200
Asam Laurat (C12:0)
jenuh
6,420
7,700
Asam Myristat (C14:0)
jenuh
3,450
4,100
Asam Palmitat (C16:0)
jenuh
32,800
39,200
Asam Stearat (C18:0)
jenuh
3,760
4,500
Asam Oleat (C18:1)
tak jenuh
27,570
32,900
Asam Linoleat (C18:2)
tak jenuh
7,290
8,500
jenuh
0,260
0,300
83,770
100,000
Asam Eicosanoate (C20:0)
Total komponen penyusun asam lemak
Meidina (2000)
FTIP001651/040
Download