BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah saat ini telah menetapkan sektor pariwisata sebagai sektor yang perlu dikembangkan dan dibina untuk dijadikan sektor unggulan. Hal ini didasari oleh keanekaragaman hayati dan budaya yang dimiliki Indonesia mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke berbagai destinasi wisata Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo saat rapat kabinet terbatas bidang pariwisata di Istana Bogor, yang dikutip oleh Adhi (dalam Kompas 19/02/2015), bahwa : sektor pariwisata mampu menjadi sektor unggulan yang memacu pertumbuhan ekonomi. Data Kementrian Pariwisata menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia sepanjang 2014 tercatat 9.435.411 orang, atau naik 7,19 persen dibandingkan dengan jumlah wisatawan mancanegara yang datang sepanjang tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia mengalami kenaikan. Naiknya jumlah kunjungan wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata Indonesia akan memacu pertumbuhan ekonomi dan membantu meningkatkan devisa negara. Selain dapat membantu meningkatkan devisa negara, sektor pariwisata dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja. Masyarakat dapat menjadi bagian dari pengelola wisata dan dapat pula menjadi penyedia akomodasi yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di lokasi wisata. Kegiatan pariwisata dapat menurunkan kualitas lingkungan apabila dalam pelaksanaan kegiatannya tidak memperhatikan lingkungan, karena kegiatan pariwisata cenderung berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan melibatkan masyarakat. Kunjungan wisatawan yang memiliki tingkah laku dan kebiasaan yang beragam dapat mempengaruhi pola pikir dan kehidupan masyarakat setempat. Untuk mengantisipasi beberapa hal tersebut, maka kegiatan pariwisata Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2 harus lebih memperhatikan aspek alam, lingkungan serta budaya masyarakat. Sebagaimana yang tercantum dalam Kode Etik Pariwisata Dunia bahwa : Kebijakan pembangunan kepariwisataan dan kegiatan kepariwisataan itu harus dilaksanakan dengan memperhatikan keindahan, nilai arkeologi dan warisan budaya, yang seharusnya dilindungi dan diteruskan kepada generasi mendatang; perhatian khusus hendaknya diberikan untuk melestarikan dan meningkatkan nilai bangunan, candi dan museum ataupun daerah arkeologi serta tempat bersejarah yang seharusnya terbuka luas kepada masyarakat untuk mengembangkan sumberdaya budaya ataupun bangunan yang dimiliki secara pribadi dengan memperhatikan hal kepemilikan yang ada padanya, termasuk bangunan tempat ibadah tanpa mengorbankan kebiasaan untuk melakukan peribadatan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pembangunan ataupun pengembangan kepariwisataan harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Kegiatan pariwisata harus memperhatikan daya tampung dari lingkungan wisata agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya. Unsur pembaharuan atau modifikasi terhadap lingkungan dan budaya harus tetap berada dalam batas wajar. Unsur tersebut harus tetap memperhatikan keutuhan budaya. Segala bentuk budaya yang dimiliki masyarakat harus tetap utuh dan dipegang teguh oleh masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan hasil Deklarasi Bali pada 14 Juli 2000 (dalam Nugroho 2011, hlm. 4) yang menyatakan bahwa “budaya, lingkungan dan peninggalan sejarah adalah nyawa atau roh dari kegiatan pariwisata Indonesia. Tanpa adanya budaya maka pariwisata akan terasa hambar dan kering, dan tidak akan memiliki daya tarik untuk dikunjungi”. Dalam mempertahankan budaya, lingkungan dan peninggalan sejarah yang merupakan daya tarik wisata Indonesia, maka dalam pengembangan sektor pariwisata yang terdapat di Indonesia harus selalu memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan budaya yang ada. Oleh sebab itu, saat ini banyak dikembangkan sebuah wisata berwawasan lingkungan dan memperhatikan budaya masyarakat (ekowisata). Ekowisata merupakan sebuah perjalanan wisata yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan budaya masyarakat lokal. Sebagaimana yang Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 diungkapkan oleh World Conservation Union (dalam Nugroho 2011, hlm. 15), bahwa : Ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal. Ekowisata dapat dijadikan sebuah solusi dalam pengembangan wisata alam dan budaya. Melalui ekowisata, masyarakat dan wisatawan akan belajar mempertahankan kelestarian alam dan budaya setempat Salah satu daerah yang memiliki keanekaragaman hayati, keanekaragaman budaya dan peninggalan sejarah adalah Kabupaten Ciamis. Morfologi Kabupaten Ciamis yang cukup bervariasi berpotensi untuk dijadikan destinasi wisata. Jenis wisata yang dimiliki Kabupaten Ciamis diantaranya adalah wisata alam, wisata budaya dan wisata ziarah. Wisata alam yang dimiliki Kabupaten Ciamis antara lain berupa hutan lindung, air terjun, danau, dan pantai. Wisata budaya berkaitan erat dengan peninggalan sejarah dan arkeologis Kerajaan Galuh yang berada di Kabupaten Ciamis. Berikut merupakan daftar pariwisata yang terdapat di Kabupaten Ciamis, dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Daftar Pariwisata Kabupaten Ciamis No Objek Wisata 1. Situ Lengkong Panjalu 2. Astana Gede Lokasi Kecamatan Panjalu Jenis Wisata Wisata Ziarah Kecamatan Kawali Wisata Ziarah 3. Kecamatan Cijeungjing Wisata Budaya Kecamatan Rancah Wisata Budaya Kecamatan Panjalu Kecamatan Kalipucang Kecamatan Pangandaran Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Kecamatan Pangandaran Kecamatan Kalipucang Kecamatan Parigi Kecamatan Cijulang Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam 4. 5. 6. 7. Cagar Budaya Karangkamulyan Kampung Kuta Curug Tujuh Karang Nini Cagar Alam Pananjung 8. Pangandaran 9. Pantai Karapyak 10. Batu Hiu 11. Green Potensi Wisata Hutan lindung, danau, makam ziarah Hutan lindung, temuan arkeologi, makam ziarah Peninggalan arkeologi, hutan lindung Dusun adat, hutan lindung Hutan lindung, air terjun Hutan jati dan pantai Hutan wisata, goa buatan dan goa alami Pantai Pantai Pantai Aliran sungai melewati Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 Canyon(Cukang Taneuh) 12. Batu Karas gua stalaktit Kecamatan Cijulang Wisata Alam Pantai Sumber : Profil Pariwisata dan Budaya Kabupaten Ciamis 2014, diolah Berdasarkan Tabel 1.1, jenis wisata yang terdapat di Kabupaten Ciamis didominasi oleh wisata alam khususnya wisata pantai yang terletak di selatan Kabupaten Ciamis. Wisata pantai yang terdapat di Kabupaten Ciamis mampu menarik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk mengunjungi destinasi wisata tersebut. Sehingga dari kunjungan wisatawan tersebut dapat membantu peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Ciamis dan dijadikan sebagai wisata unggulan kabupaten. Akan tetapi berdasarkan Undang-undang No.21 tahun 2012, Kabupaten Pangandaran secara resmi dimekarkan menjadi sebuah kabupaten yang terpisah dari Kabupaten Ciamis. Setelah sebelumnya pada tanggal 21 Februari 2003 Kabupaten Ciamis memekarkan Kota Banjar yang diatur dalam Undang-undang No.27 tahun 2002. Pemekaran wilayah Kabupaten Ciamis berdampak terhadap luasan kawasan kabupaten yang memiliki beragam potensi, baik potensi alam maupun potensi budaya. Pemekaran Kecamatan Pangandaran menjadi kabupaten berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Ciamis. Selain kehilangan sektor perikanan laut, Kabupaten Ciamis juga kehilangan sektor pariwisata unggulan. Jika pada awalnya pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor pariwisata sebesar 3,5 Milyar – 4 Milyar, kini menurun menjadi sebesar 1,5 Milyar. Sehingga saat ini Kabupaten Ciamis harus mencari objek wisata lain yang akan menambah pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Ciamis. (Hasil wawancara dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis) Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, salah satu destinasi wisata yang dapat di proyeksikan menjadi objek wisata unggulan Kabupaten Ciamis adalah Situ Lengkong Panjalu yang terletak di Kecamatan Panjalu. Beberapa alasan yang melatarbelakangi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memproyeksikan Situ Lengkong Panjalu menjadi wisata unggulan Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5 karena Situ Lengkong Panjalu memiliki wisatawan tetap, dan fasilitas yang tersedia sudah lebih memadai dibandingkan dengan fasilitas yang terdapat pada objek wisata lainnya. Situ Lengkong Panjalu lebih dikenal sebagai wisata religi/wisata ziarah karena terdapat makam Hariang Kencana atau Sayyid Ali Bin Muhammad Bin Umar yang merupakan putra dari Hariang Borosngora, Raja di Kerajaan Panjalu. Oleh sebab itu, terdapat wisatawan yang akan selalu rutin menungunjungi destinasi wisata ini untuk melakukan ziarah. Puncak kunjungan wisatawan biasanya jatuh pada bulan Maulud. Karena pada bulan tersebut terdapat sebuah upacara adat kirab pusaka yang diberi nama upacara adat “Nyangku”. Upacara adat tersebut ditujukan untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Raja-raja Panjalu. Disamping itu, upacara adat “Nyangku” merupakan syukuran masyarakat Panjalu dalam memperingati pertama kalinya Prabu Borosngora melakukan syi’ar Islam di tanah Panjalu (Profil Pariwisata dan Budaya Kabupaten Ciamis, hlm.27). Selain dikenal sebagai wisata ziarah dan wisata budaya, daya tarik wisata Situ Lengkong juga terletak pada keragaman ekosistemnya. Terdapat cagar alam dan danau yang memiliki berbagai tumbuhan dan hewan yang perlu dijaga kelestariannya. Karena keberadaan tumbuhan dan hewan tersebut merupakan bagian dari sistem penyangga kawasan Situ Lengkong. Ridha (2008, hlm. 2) menyebutkan bahwa “ Situ Lengkong juga memiliki fungsi secara ekologis yakni berperan sebagai kawasan penyangga tata air, kawasan perlindungan flora dan fauna serta untuk melestarikan keutuhan cagar alam Panjalu”. Dilihat dari fungsi dan perannya secara ekologis, maka kawasan Situ Lengkong harus dikonservasi agar tidak mengalami penurunan kualitas ekosistem yang dapat menganggu kelangsungan hidup ekosistem yang ada didalamnya. Sedangkan kondisi Situ Lengkong saat ini sudah mengalami penurunan kualitas ekosistem seperti berkurangnya populasi kelelawar dan pendangkalan situ. Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6 Dadi, selaku pengamat lingkungan Kabupaten Ciamis yang dikutip dari Supendi (dalam Harapan Rakyat 03/09/2014), menyebutkan bahwa : kondisi ekosistem atau hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan di kawasan tersebut sangat memprihatinkan. Saat ini jumlah kelelawar hanya sekitar 1.200 ekor. Padahal pada saat dilakukan penelitian tahun 1996, kelelawar yang berada di Situ Lengkong Panjalu berjumlah 13.000 ekor. Menurut Dadi, dari sisi lingkungan, salah satu daya tarik Situ Lengkong Panjalu adalah ekosistemnya, sehingga untuk pengembangan kedepannya dapat dikembangkan dari segi ekosistemnya selain dari segi wisata budaya atau wisata religinya. Pengembangan wisata yang dikembangkan dari segi ekosistemnya dapat dilakukan dengan membentuk suatu ekowisata. Salah satu penyebab berkurangnya jumlah kelelawar dikarenakan oleh adanya perburuan kelelawar secara liar oleh masyarakat setempat. Kelelawar yang diburu kemudian dijual dan dimanfaatkan untuk pengobatan. (Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar Situ Lengkong, 2015) Berkurangnya jumlah kelelawar yang berada di Situ Lengkong Panjalu dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ekosistem lain. Karena kelelawar memiliki peranan yang cukup berpengaruh terhadap makhluk hidup lainnya. Secara biologis, manfaat dari kotoran kelelawar dapat menjadi pupuk bagi pohonpohon yang berada di Nusa Gede. Selain itu, keberadaan kelelawar juga dapat membantu pendistribusian biji-bijian dan buah-buahan dari lokasi lain ke cagar alam Nusa Gede yang terdapat di Situ Lengkong Panjalu. Sedangkan masalah pendangkalan situ disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah pemukiman penduduk, pembuangan sampah rumah tangga ke dalam situ dan kurangnya pemeliharaan lingkungan disekitar situ. Apabila dilihat dari beberapa masalah yang terdapat di Situ Lengkong Panjalu, maka diperlukan sebuah studi kelayakan untuk pengembangan kawasan Situ Lengkong sebagai wisata unggulan yang lebih berwawasan lingkungan. Geografi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena yang terjadi di dalam ruang bumi turut serta dalam pengkajian kegiatan pariwisata. Karena pada umumnya pariwisata merupakan suatu kegiatan yang memanfaatkan lingkungan. Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7 Apabila terdapat suatu permasalahan dalam pariwisata yang berkaitan dengan lingkungan, maka geografi dapat mengambil langkah analisis melalui pendekatan ekologi. Dimana pendekatan ekologi merupakan sebuah pendekatan yang didalamnya terdapat analisis keterkaitan antara pengaruh dan peranan suatu organisme dalam suatu ekosistem. Pendekatan ekologi tidak hanya mengaitkan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alam, tetapi dikaitkan juga dengan fenomena alam serta aktivitas yang dilakukan manusia, dan dikaitkan dengan perilaku manusia serta kesadaran manusia terhadap lingkungan. Tema analisis yang digunakan adalah tema analisis interaksi antara kenampakan fisik budayawi dengan lingkungannya. Melalui tema analisis ini, kenampakan fisik budayawi menjadi fokus kajian. Kegiatan manusia seperti kegiatan pariwisata yang selalu mengalami perubahan dan memaksa perubahan pada lingkungan menjadi fokus kajian dalam tema analisis ini. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah “Analisis Geografis Kelayakan Situ Lengkong Panjalu sebagai Objek Wisata Berbasis Ekowisata”. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah merupakan pengenalan masalah penelitian dengan menentukan batasan permasalahannya sehingga terjadinya pemfokusan terhadap teori dan variabel serta kaitan antar variabel yang akan diteliti. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kabupaten Ciamis memiliki jenis pariwisata yang cukup beragam dengan wisata unggulan yang berada di selatan Kabupaten Ciamis. Pemekaran wilayah selatan Kabupaten Ciamis berdampak terhadap aset wisata unggulan Kabupaten Ciamis sehingga Kabupaten Ciamis harus mencari destinasi wisata unggulan yang baru. 2. Adanya kerusakan dalam sebuah ekosistem Situ Lengkong Panjalu yang dapat mempengaruhi kelangsungan ekosistem lainnya membuat sistem pengembangan wisata Situ Lengkong harus lebih memperhatikan lingkungan. Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8 Selain itu pemahaman masyarakat dan wisatawan mengenai kelestarian lingkungan perlu ditingkatkan. 3. Ekowisata merupakan salah satu wisata yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan juga kebudayaan masyarakat lokal. Selain itu, ekowisata memiliki tiga konsep antara lain konservasi, pemberdayaan masyarakat dan kepuasan wisatawan. 4. Analisis Geografis kelayakan ekowisata dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan wisata Situ Lengkong untuk dijadikan sebuah objek wisata berbasis ekowisata yang mengutamakan pelestarian lingkungan (konservasi), pelestarian budaya masyarakat lokal, pemberdayaan masyarakat tanpa mengurangi kepuasan wisatawan terhadap pariwisata tersebut. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi rumusan masalah dari pemenuhan standar kelayakan objek wisata Situ Lengkong Panjalu dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat kelayakan ekowisata pada objek wisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari aspek fisik alam ? 2. Bagaimana tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari masyarakat yang berada di sekitar objek wisata Situ Lengkong Panjalu ? 3. Bagaimana tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari wisatawan yang berkunjung? 4. Bagaimana upaya pengelola dalam mengkonservasi wisata Situ Lengkong Panjalu ? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari aspek fisik alam. Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9 2. Menganalisis tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari masyarakat yang berada di sekitar objek wisata. 3. Menganalisis tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalau dilihat dari wisatawan yang berkunjung. 4. Menganalisis upaya pengelola dalam mengkonservasi wisata Situ Lengkong Panjalu. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berguna bagi semua pihak terkait, beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal pemanfaatan Situ Lengkong melalui pendekatan ekologi dan diharapkan bermanfaat bagi pengembangan wisata Situ Lengkong yang lebih berwawasan lingkungan yang mengutamakan kelestarian lingkungan, konservasi dan edukasi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai konsep ekowisata dan fungsi ekosistem yang berada dalam suatu objek ekowisata, sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai teori yang dipelajari dengan fakta yang terdapat dilapangan dan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Geografi. b. Bagi Pemerintah Desa Panjalu dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, dapat menjadi bahan masukan dalam hal pengelolaan dan pengembangan Situ Lengkong yang lebih memperhatikan kelangsungan ekosistem Situ Lengkong Panjalu. Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10 c. Bagi Ilmu Geografi, dapat dijadikan salah satu sumber belajar geografi terutama yang berkaitan dengan ekosistem dan pelestarian lingkungan hidup. Sehingga siswa dapat memahami fungsi ekosistem dan cara melestarikan lingkungan hidup. d. Bagi Peneliti berikutnya, dapat dijadikan bahan masukan atau referensi dalam melakukan penelitian terkait studi kelayakan ekowisata danau. F. Struktur Organisasi Skripsi Untuk memudahkan dalam memahami isi penulisan dari penelitian ini, maka pembahasan akan diuraikan dalam lima bab, dengan struktur organisasi sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitiann, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi dan keaslian penelitian. BAB II Kajian Pustaka Tinjauan pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Dalam tinjauan pustaka terdapat uraian tentang studi kelayakan ekowisata, prinsip dan karakteristik ekowisata,pendekatan pengembangan ekowisata, potensi ekowisata, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam ekowisata, pengertian ekosistem danau dan pemanfaatan ekosistem dalam ekowisata, studi kelayakan ekowisata, analisis geografi dalam ekowisata, masyarakat dan wisatawan dalam ekowisata, upaya konservasi dan ekosistem danau sebagai objek ekowisata. BAB III Metode Penelitian Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya seperti lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, alat pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11 Bab hasil penelitian dan pembahasan terdiri atas gambaran umum daerah penelitian, hasil dan pembahasan penelitian dan implikasi penelitian terhadap pendidikan geografi. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. G. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian dibuat untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan. Penelitian ini berjudul Analisis Geografis Kelayakan Situ Lengkong Panjalu sebagai objek wisata Berbasis Ekowisata. Situ Lengkong sebagai suatu objek wisata yang memiliki keankearagaman hayati dan budaya memiliki daya tarik untuk dapat dikaji dari berbagai bidang. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan di Situ Lengkong Panjalu diantaranya mengenai nilai ekonomi wisata Situ Lengkong, dan inventarisasi peluang dan pengembangan ekowisata Situ Lengkong. Penelitian terkait Inventarisasi Peluang dan Pengembangan Ekowisata Situ Lengkong diteliti oleh Hani Agustin pada tahun 2006 dan penelitian tentang Nilai Ekonomi Wisata Situ Lengkong yang diteliti oleh R.Muhamad Juwarno Ridha pada tahun 2007 memiliki persamaan lokasi penelitian dengan penelitian ini. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Hani dan R.Muhamad dengan penelitian ini terletak pada rumusan masalah, tujuan, dan variabel penelitian. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hani Agustin yaitu terkait inventarisasi potensi peluang dan pengembangan ekowisata Situ Lengkong Panjalu. Hasil dari penelitian tersebut diantaranya adalah kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu memiliki kekuatan seperti keanekaragaman hayati perairan dan ekosistem, kondisi perairan tidak tercemar, memiliki jenis tumbuhan air yang Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12 memiliki nilai estetika dan mampu menetralisir pencemaran lingkungan, memiliki daya tarik/potensi sebagai ekowisata, potensi budaya lokal dan dukungan dari masyarakat. Selain itu, kawasan Situ Lengkong Panjalu memiliki kondisi geografis yang strategis, mendapat dukungan dari pemerintah pusat, aksesibilitas yang mudah dan memadai. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian Hani disebutkan bahwa pengetahuan stakeholder terkait ekowisata masih kurang. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2006, dan dari hasil penelitian disebutkan bahwa kondisi perairan tidak tercemar karena Situ Lengkong Panjalu memilki tumbuhan air yang mampu menetralisir pencemaran lingkungan. Dari hasil penelitian tersebut tidak disebutkan bahwa Situ Lengkong telah mengalami pendangkalan akibat rusaknya lingkungan sekitar situ. Sedangkan berdasarkan wawancara dengan beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar situ menyatakan bahwa pendangkalan situ telah terjadi sejak sepuluh tahun yang lalu yang disebabkan oleh pembuangan limbah rumahtangga ke dalam situ dan kurangnya kesadaran wisatawan yang membuang sampah kedalam situ. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ulang kelayakan potensi wisata Situ Lengkong untuk dijadikan objek ekowisata. Selain itu, perlu diadakannya pengukuran tingkat persepsi masyarakat dan wisatawan terkait fungsi ekosistem Situ Lengkong tehadap kelangsungan hidup ekosistem yang ada di dalamnya. Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Said dilakukan di Indramayu dengan rumusan masalah terkait tingkat kelayakan kawasan Pantai Eretan Kulon Indramayu untuk dikembangkan menjadi kawasan kegiatan ekowisata, mengenai perkembangan usaha yang dilakukan masyarakat yang sesuai dengan kegiatan ekowisata, mengenai sikap masyarakat terhadap pengembangan ekowisata dan mengenai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendukung kelayakan dan pengembangan Pantai Eretan Kulon Indramayu sebagai kawasan ekowisata. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ash Shiddieqy. Penelitian tersebut dilakukan di Kepulauan Riau dengan rumusan masalah terkait kondisi biofisik ekosistem mangrove dan cara menentukan Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 13 kelayakan Sungai Carang sebagai ekowisata mangrove yang didasarkan pada pembobotan dan skor. Penelitian terakhir yang mengkaji ekowisata adalah penelitian Marina Bela Norika yang berlokasi di Kabupaten Bandung dengan rumusan masalah diantaranya adalah terkait potensi yang mendukung jawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi sebagai ekowisata, zonasi ekowisata yang ada di Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi, dan upaya yang dilakukan pengelola agar tidak terjadi kepunahan bagi flora dan fauna yang ada di Kawasan Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mohamad Said, Ash Shiddieqy dan Marina Bela Norika terletak pada rumusan masalah, tujuan dan variabel penelitian. Untuk mengetahui perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.2 Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 13 Tabel 1.2 Keaslian Penelitian No Nama Tahun Penelitian Judul Masalah Tujuan 1. Hani Agustin 2006 Inventarisasi Potensi dan Peluang Pengembang -an Ekowisata Situ Lengkong Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis Jawa Barat 1. Faktor-faktor apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengelola kawasan Situ Lengkong ? 2. Faktor-faktor apa yang menentukan pengelolaan dan peluang pengembangan di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu ? 3. Bagaimana alternatif strategi pengembangan kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu ? 1. Menginventarisasi dan mengkaji potensi wisata alam dan wisata budaya di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu 2. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengelolaan yang ada sekarang atau yang akan dikembangkan di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu 3. Mengetahui faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang terdapat di dalam pengelolaan objek wisata alam dan wisata budaya di kawasan ekowisata Situ Lengkong Panjalu 4. Merumuskan alternatif strategi pengembangan wisata alam dan wisata budaya yang berkelanjutan di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu. 2. R M. Juwarno Ridha 2007 Nilai Ekonomi Wisata Kawasan Situ Lengkong Panjalu Kabupaten Ciamis dengan 1. Bagaimana nilai ekonomi 1. Tujuan dari penelitian ini kawasan Situ Lengkong adalah untuk mengetahui Panjalu berdasarkan analisis nilai ekonomi wisata metode kontingensi melalui kawasan Situ Lengkong pendekatan kesediaan Panjalu sebagai kawasan membayar dan di bayar wisata yang mempunyai masyarakat di lokasi fungsi ekologi bagi tersebut ? kelestarian kawasan Situ Lengkong dan Cagar Alam Panjalu dengan Metode Metode Deskriptif Metode Survei Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Variabel Hasil yang diharapkan Variabel dari penelitian ini diantaranya adalah : Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan wisata di Situ Lengkong meliputi : 1. Faktor Internal (potensi daerah, pengetahuan operator wisata, partisipasi masyarakat lokal) 2. Faktor Eksternal (kesadaran wisatawan, kegiatan pendidikan dan penelitian) 3. Faktor Struktural (kelembagaan, kebijakan, perundangan dan peraturan) Yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah kesediaan membayar dan dibayar masyarakat yang berada di lokasi penelitian, yang berpengaruh 1. Kawasan Wisata Situ Lengkong Panjalu memiliki kekuatan seperti keankearagaman hayati perairan dan ekosistem ,kondisi perairan tidak tercemar, memiliki jenis tumbuhan air yang memiliki nilai estetika dan mampu menetralisir pencemaran lingkungan, memiliki daya tarik/potensi sebagai ekowisata, potensi budaya lokal dan dukungan dari masyarakat. 2. Peluang yang terdapat di kawasan Situ Lengkong Panjalu adalah memiliki kondisi geografis yang strategis, mendapat dukungan dari pemerintah pusat , aksesibilitas yang mudah dan memadai. 3. Berdasarkan analisis SWOT di kawasan Situ Lengkong Panjalu, pengelola perlu mengambil strategi S-O, yaitu dengan memanfaatkan peluang yang terdapat di kawasan Situ Lengkong Panjalu 1. Nilai total kesediaan nmembayar responden penelitian (Rp/tahun) = Rp 701.147.640, 51 dengan rata-rata nilai kesediaan membayar (per/orang) = Rp 3.193,92. 2. Sedangkan nilai total kesediaan dibayar responden penelitian (Rp/tahun) = Rp 877.092.044,13 dengan rata-rata nilai kesediaan dibayar (per/orang) = Rp 3.995,37. 3. Nilai kesediaan membayar yang lebih besar dari pendapatan melalui retribusi sebesar Rp 14 Metode Kontingen si 3. Mohamad Said 2010 Studi Kelayakan Pantai Eretan Kulon Kecamatan Kandanghau r sebagai Kawasan Ekowisata Kabupaten Indramayu 4. Ash Shiddieqy 2014 Kelayakan Ekowisata menggunakan metode kontingensi melalui pendekatan nilai kesediaan membayar dan dibayar masyarakat. 1. Bagaimanankah tingkat kelayakan kawasan Pantai Eretan Kulon Indramayu untuk dikembangkan menjadi kawasan kegiatan ekowisata ? 2. Bagaimanakah perkembangan usaha yang dilakukan masyarakat di Kawasan Pantai Eretan Kulon Indramayu yang sesuai dengan kegiatan ekowisata ? 3. Bagaimanakah sikap masyarakat Pantai Eretan Kulon Indramayu terhadap pengembangan ekowisata Pantai Eretan Kulon Indramayu ? 4. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah setempat dalam mendukung kelayakan dan pengembangan Pantai Eretan Kulon Indramayu sebagai kawasan ekowisata ? 1. Bagaimana kondisi biofisik ekosistem mangrove 1. Menganalisis sejauh mana kelayakan Pantai Eretan Kulon Kecamatan Kandanghaur sebagai Kawasan Ekowisata Kabupaten Indramayu. 2. Mengidentifikasi perkembangan usaha masyarakat Pantai Eretan Kulon Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu yang sesuai dengan ekowisata. 3. Mengidentifikasi sikap masyarakat Pantai Eretan Kulon Indramayu terhadap pengembangan Pantai Eretan Kulon sebagai Kawasan Ekowisata di Kabupaten Indramayu. 4. Mengetahui upaya yang dilakukan masyarakat dan pemerintah setempat dalam mendukung kelayakan dan pengembangan Pantai Eretan Kulon Indramayu sebagai kawasan ekowisata. 1. Mengetahui kondisi biofisik ekosistem mangrove terhadap nilai ekonomi wisata kawasan Situ Lengkong. Metode Deskriptif Kuantitatif Metode Survei Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 113.357.640,51 menjadi surplus konsumen. 4. Faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar/dibayar responden yaitu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga dan kondisi Situ Lengkong itu sendiri. 5. Hasil penelitian ini berguna dalam penyempurnaan pengelolaan kawasan Situ Lengkong Panjalu dengan mendapat gambaran nilai ekonomi wisata kawasan Situ Lengkong Panjalu ini untuk pengelolaan ke depannya supaya sumberdaya yang ada tetap lestari dan tidak terjadi penurunan kualitas. Variabel dari 1. Secara umum dukungan kelayakan dari segi fisik penelitian ini dan sosial mendukung pada dukungan kelas II, diantaranya yang berarti bahwa dari segi faktor fisik dan sosial adalah : budaya mempunyai dukungan yang besar terhadap Kelayakan Pantai dukungan kelayakan kawasan Pantai Eretan Kulon Eretan Kulon Kecamatan Kandanghaur sebagai kawasan meliputi : ekowisata. 1. Faktor 2. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dapat pendukung diikutserrtakan dalam kegiatan ekowisata yakni kelayakan sebagai pemasok ikan segar untuk para 2. Wisatawan pengunjung, dapat menyewakan perahu, untuk 3. Upaya kegiatan berperahu maupun memancing dengan pengembangan menggunakan perahu nelayan. Berperahu dapat ekowisata dilakukan untuk mengamati vegetasi mangrove beserta keragaman flora dan faunanya. 3. Sebagian besar masyarakat dan wisatawan sangat setuju terhadap pengembangan Pantai Eretan Kulon sebagai Kawasan Ekowisata karena dapat memberikan peluang kerja bagi masyarakat. 4. Upaya yang dilakukan pemerintah dan bekerjasama dengan masyarakat dan LSM diantaranya adalah dengan melakukan program rehabilitasi hutan mangrove yang ada di pesisir Indramayu, membangun break water disepanjang pantai agar tingkat abrasi dapat di redam, membuat PERDA atau papan informasi mengenai kawasan konservasi di sekitar Pantai Eretan Kulon Indramayu. Yang dikaji 1. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa didalam perairan Sungai Carang memiliki enam family dan 15 Mangrove Arungan Sungai di Sungai Carang Berdasarkan pada Biofisik Mangrove 5. 6. Marina Bela Norika Triana Kusuma wati 2014 2015 arungan sungai di Sungai Carang ? 2. Bagaimana cara menentukan kelayakan Sungai Carang sebagai ekowisata mangrove arungan sungai berdasarkan bobot dan skor ? 2. Menetukan kelayakan Sungai Carang sebagai ekowisata mangrove arungan sungai berdasarkan bobot dan skor. penelitian ini yaitu kondisi biofisik ekosistem mangrove Sungai Carang Potensi 1. Potensi apa saja yang 1. Menganalisis potensi yang Ekowisata di mendukung Kawasan mendukung Kawasan Kawasan Konservasi Taman Buru Konservasi Taman Buru Taman Buru Gunung Maigit Kareumbi Gunung Masigit Kareumbi Gunung sebagai ekowisata ? sebagai ekowisata Masigit 2. Bagaimana zonasi 2. Memetakan zonasi Kareumbi ekowisata yang ada di ekowisata di Kawasan Kawasan Konservasi Konservasi Taman Buru Taman Buru Gunung Gunung Masigit Kareumbi Masigit Kareumbi ? 3. Mengidentifikasi upaya 3. Bagaimana upaya dari dari pengelola agar tidak pengelola agar tidak terjadi terjadi kepunahan bagi kepunahan bagi flora dan flora dan fauna yang ada di fauna yang ada di Kawasan Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi ? Masigit Kareumbi Metode Deskriptif Analisis Geografis Studi Kelayakan Situ Lengkong Panjalu sebagai Metode Survei Deskriptif 1. Apakah aspek fisik, atraksi 1. Menganalisis kelayakan alam, atraksi sosial budaya Situ Lengkong Panjalu masyarakat, aksesibilitas untuk dijadikan sebagai dan fasilitas wisata Situ objek wisata berbasis Lengkong Panjalu layak ekowisata dilihat dari aspek dijadikan sebagai objek fisik, atraksi alam, atraksi wisata berbasis ekowisata sosial budaya masyarakat, ? aksesibilitas dan fasilitas Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Variabel dari penelitian ini adalah ekowisata dengan sub variabel : 1. Lingkungan (iklim, morfologi, hidrologi, flora, fauna) 2. Masyarakat (ekologi, sosial, ekonomi) 3. Pendidikan (pengalaman berpariwisata, pemahaman akan lingkungan) 4. Manajemen (pengelolaan, sarana dan prasarana, promosi) Variabel Kelayakan Situ Lengkong Panjalu meliputi : 1. Atraksi Alam 2. Atraksi Sosial Budaya Masyarakat 2. 1. 2. 3. delapan spesies mangrove, dengan kerapatan ratarata 8ind/100 m2. Sedangkan biota yang berasosiasi di ekosistem mangrove ini terdapat jenis burung, reptil, ikan, udang, kepiting, moluska. Setelah dilakukan penilaian kelayakan skor dan bobot, Sungai Carang memiliki kategori sedang dengan nilai skor 1,72. Sungai Carang perlu pengelolaan yang bersifat keberlanjutan jika ingin dijadikan tempat ekowisata yang memiliki nilai jual tinggi. Adanya potensi ekowisata dalam aspek fisik, aksesibilitas dan sarana dan prasarana, dimana setiap aspek memiliki keunggulan masing-masing. Dibuatkannya peta zonasi ekowisata pada kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan dan teori yang ada. Upaya yang dilakukan pengelola dalam pengembangan kawasan berjalan cukup baik meski tanpa bantuan pihak pemerintah namun pengelola dapat mengembangkan kawasan walaupun dengan hasil yang belum maksimal. Pengelola membuat program wali pohon dan penangkaran rusa sebagai upaya untuk pelestarian flora dan fauna yang ada di kawasan konservasi agar tidak terjadi kepunahan ekosistem bila nanti daya tarik wisata berburu telah dibuka. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : 1. Mengeksplorasi potensi wisata yang terdapat di Situ Lengkong Panjalu, baik dari segi fisik maupun sosial. 2. Diperolehnya skala kelayakan ekowisata yang dimiliki oleh Situ Lengkong Panjalu, dilihat dari aspek fisik, atraksi alam, atraksi sosial budaya masyarakat, aksesibilitas menuju lokasi wisata, 16 Objek Ekowisata Kabupaten Ciamis 2. Bagaimana tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari masyarakat dan wisatawan yang berkunjung? 3. Bagaimana upaya pengelola dalam mengkonservasi wisata Situ Lengkong Panjalu ? wisata. 2. Menganalisis tingkat kelayakan ekowisata Situ Lengkong Panjalu dilihat dari masyarakat dan wisatawan yang berkunjung. 3. Menganalisis upaya pengelola dalam mengekonservasi wisata Situ Lengkong Panjalu. Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Aksesibilitas 4. Sarana dan Prasarana 5. Wisatawan 6. Masyarakat Lokal 7. Pengelola Wisata sarana dan prasarana (fasilitas wisata), dilihat dari perilaku masyarakat dan wisatawan yang berkunjung. 3. Melalui analisis upaya yang telah dilakukan oleh pengelola wisata dalam mengatasi penurunan kualitas ekosistem diharapkan dapat diketahui lebih lanjut upaya pengelolaan situ yang lebih berwawasan lingkungan tanpa mengurangi nilai potensi wisata itu sendiri. 11 Triana Kusumawati, 2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu