BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipotiroid kongenital merupakan defisiensi hormon tiroid yang terjadi sejak saat lahir.1Kelainan ini pada sebagian besar kasus bersifat permanen dan disebabkan kelainan pada perkembangan kelenjar tiroid (disgenesis atau agenesis) atau defek hormonogenesis tiroid.2Hipotiroid kongenital merupakan penyebab paling sering retardasi mental yang dapat dicegah. Luaran perkembangan saraf umumnya normal jika penegakan diagnosis serta terapi diberikan sejak minggu awal kelahiran.3 Hormon tiroid berperan sangat penting dalam perkembangan fungsional dan kematangan sistem saraf pusat.4Perkembangan otak sangat bergantung pada hormon ini pada 2-3 tahun pertama kehidupan karena hormon ini memacu pertumbuhan sel, diferensiasi sel, dan menginduksi fungsi neurotransmitter. Defisiensi hormon ini pada kehidupan janin dan masa awal bayi dapat menyebabkan kerusakan fungsi saraf dan kognitif yang ireversibel. Berbeda dengan masa-masa awal, hipotiroidisme yang terjadi pada usia> 3 tahun dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan pematangan skeletal.3,5 Sebagian besar bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital tidak menunjukkan gejala yang nyata atau spesifik sehingga penegakan diagnosis secara klinis sulit dilakukan. Skrining terhadap bayi yang baru lahir menjadi kunci yang sangat penting mengingat risiko cedera otak yang disebabkan defisiensi hormon tiroid ini apabila tidak didiagnosis dan diterapi sejak awal. Namun sayangnyaskrining ini baru terlaksana hanya di negara-negara maju(25% dari seluruh bayi yang ada di dunia).2,3 Faktor-faktor lain yang berperan penting dalam menentukan luaran jangka panjang diantaranya derajat keparahan hipotiroid, usia dimulainya terapi tiroksin, dosis awal tiroksin, dan waktu yang diperlukan untuk mencapai target normal kadar T4 dan TSH. Monitoring serta evaluasi rutin juga diperlukan untuk mendukung keberhasilan pengobatan.6 1 B. ALASAN PEMILIHAN KASUS 1. Pasien a. Hipotiroid kongenital merupakan salah satu penyebab terseringterjadinya gangguan perkembangan kognitif, perilaku, danretardasi mental pada anak. Hal initerkait dengan keterlambatan diagnosis, terapi, serta pemantauan kadar hormon tiroksin (T4) dan TSH yang kurang baik selama masa perkembangan kritis otak anak (sejak fetus sampai dengan usia 2-3 tahun). Dengan pengamatan dan pemantauan secara berkala diharapkan dapat menurunkan risiko terjadinya gangguan perkembangan tersebut pada pasien ini. b. Pasien memiliki seorang kakak kandung yang menderita hipotiroid kongenital yang tidak terdiagnosis dan mendapat terapi lebih dini sehingga saat ini tampak komplikasi dari penyakit tersebut berupa retardasi mental. Diharapkan dengan pendekatan multidisiplin serta pemantauan secara berkala yang bersifat antisipatif dan preventif dapat mengubah perjalanan alamiah penyakit dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien. c. Domisili cukup dekat dan terjangkau serta orangtua pasien kooperatif. 2. Keluarga Agar keluarga dapat memahami keadaan pasien baik dari segi penyakit, perjalanan pernyakit, kemungkinan komplikasi, tatalaksana dan prognosis pasien sehingga dapat ikut berperan dalam pemantauan dan penatalaksanaannya, mengingat penyakit ini kemungkinan tidak dapat disembuhkan sehingga berlangsung seumur hidup dan menyebabkan burden of disease yang besar bagi pasien dan keluarganya. 3. Residen Dengan mengikuti perjalanan penyakit pasien, residen akan mengetahui pemantauan dan tatalaksana hipotiroid kongenital secara lebih terperinci, tidak hanya berdasarkan pada medikamentosamelainkan juga aspek lain seperti faktor sosial lingkungan dan pendidikan sehingga morbiditas penyakit ini dapat dikurangi. 2 4. Penderita hipotiroid kongenital lainnya Dapat menjadi referensi dan motivasi untuk orang tua maupun penderita hipotiroid kongenital lainnya untuk meningkatkan kepatuhan dalam mengikuti program tatalaksana jangka panjang. C. TUJUAN PEMANTAUAN 1. Diharapkan dengan adanya pemantauan kasus ini anak akan mencapai luaran yang optimal baik dalam hal kondisi hormon yang eutiroid, pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai usia terutama dalam periode kritis perkembangan otak sampai dengan usia 3 tahun. 2. Meningkatkan pengetahuan atau pemahaman orang tua dan keluargamengenai penyakit anak, pengelolaan dan tatalaksana yang optimal. D. INFORMED CONSENT Sebelum pemantauan jangka panjang dilakukan terhadap pasien, peneliti memberikan penjelasan dan meminta persetujuan baik lisan (proxy consent lisan) maupun tertulis (proxy consent tertulis) kepada orang tua pasien pada bulan September 2013. 3 4