JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN PROGRAM FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATEMATIK SISWA SMP Mualdin Sinurat ([email protected]) Edi Syahputra, W. Rajagukguk Abstract The purposes of this study were: (1) to develop mathematics learning media by using Flash Program that could improve the student mathematics communication skills by applying the student active learning strategies. (2) to determine the validity of mathematics media learning with Flash Program by applying student active learning strategies and (3) to determine the effectiveness, practicality, the simplicity of the media learning those were developed in mathematics especially in Transformation material. The subject in this study was the first grade of Putri Cahaya Medan junior high school that were consisted of 42 students and the object of the study was the qualities of the learning media from the validity, the effectiveness, practicality, to improve the students mathematics communication skills. The instruments used in this study consisted of the validation sheets that were taken from the material experts and media specialists, the observation sheets of the students’ activities, the students’ questionnaire responses, and the sheets of the Mathematics Communication Skills test. The expert assessment results to the media, they found that the percentage of the average assessment of the experts to the quality of the media was about 96.12%, the category was "very good", the validity of 0,8156, media experts (expert design and software) 94,79%, the validity level was 0,7332 and the trial results of the small group was 97,31%, the validity level was 0,72002, it meant that the media was adequate and suitable to use. From the field trials results, the level of the students mastery learning was 88.10%, with the Increasing of the students mathematics communication skills in a "high" category showed by N - gain = 0,785, the positive responses of students to the media were "very good" with the percentage of 81.72% and the percentage of activity levels students in the learning process was to meet the ideal time. Based on the data above, it could be concluded that: the mathematics learning media by using Flash programs could improve the students' mathematics communication skill and the quality of the media was good that met the valid criteria, practical and effective. Keywords: learning media, flash program, mathematical communication Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengembangkan media pembelajaran matematika berbantuan program Flash yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menerapkan strategi student active learning, (2) mengetahui tingkat validitas media pembelajaran matematika dengan program Flash yang menerapkan strategi student active learning dan (3) mengetahui keefektifan dan kepraktisan media pembelajaran yang dikembangkan pada mata pelajaran matematika materi Transformasi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Putri Cahaya Medan sebanyak 42 orang dan objek penelitian ini adalah untuk kualitas media pembelajaran dari segi validitas, kepraktisan dan keefektifan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 154 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 matematik siswa. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar validasi oleh ahli materi dan ahli media, lembar observasi aktivitas siswa, angket respons siswa serta tes kemampuan komunikasi matematik. Hasil penilaian para ahli terhadap media diperoleh bahwa persentase rata-rata penilaian ahli materi terhadap kualitas media adalah 96,12% kategori “sangat baik” dengan tingkat validitas 0,8156, ahli media (ahli desain dan perangkat lunak) 94,79% dengan tingkat validitas 0,7332 serta hasil ujicoba kelompok kecil 97,31% dengan tingkat validitas 0,72002 yang menyatakan bahwa media memadai dan layak digunakan. Dari hasil ujicoba lapangan diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 88,10% dengan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dalam kategori “tinggi” yang ditunjukkan oleh N-gain = 0,785, respon positif siswa terhadap media “sangat baik” dengan persentase 81,72% serta persentase kadar aktivitas siswa pada proses pembelajaran adalah memenuhi waktu ideal. Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa: media pembelajaran matematika berbantuan program flash dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa dan kualitas media adalah baik yaitu memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Kata Kunci: Media pembelajaran, program flash, komunikasi matematik A. Pendahuluan Memasuki abad ke-21 sekarang ini pendidikan Indonesia mengalami pergeseran paradigma dari behavioristik ke konstruktivistik.Menyikapi perubahan ini, guru bukan hanya sekedar mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus menjadi manajer belajar. Hal ini mengandung arti, setiap guru diharapkan mampu mengintergrasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam kegiatan pembelajaran, menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas dan aktivitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode, dan berbagai sumber belajar agar mencapaui tujuan pembelajaran yang diharapkan, (Rusman, 2013:35). Pendapat ini menegaskan bahwa guru memiliki tugas dan tanggung jawab secara optimal mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik yang ditandai dengan tingginya keaktifan siswa.Keaktifan siswa yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam melaksanakan aktifitas mulai dari pembahasan konsep, proses penemuan solusi hingga penarikan kesimpulan atas konsep yang dipelajari. Dengan tingginya keaktifan siswa maka dalam pembelajaran akan terjadi komunikasi multi arah sehingga proses pembelajaran tidak didominasi oleh guru melainkan guru hanya sebagai fasilitator. Proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara maksimal juga akan meningkatkan kemampuan matematik siswa termasuk kemampuan komunikasi matematik. Pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematik karena komunikasi dapat membantu pembelajaran siswa tentang konsep matematika.Turmudi (2008:73) mengatakan bahwa aspek komunikasi dan penalaran menjadi aspek penting dalam pembelajaran matematika karena komunikasi melatih siswa untuk dapat mengkomunikasikan gagasannya, baik komunikasi lisan maupun komunikasi tulis. Jadi komunikasi adalah bagian yang esensial dari pendidikan matematika. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Rusman (2013:3) mengatakan bahwa proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Oleh karena itu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaknya membuat perencanaan yang baik tentang perangkat Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 155 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 pembelajaran yang akan digunakan seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Buku Guru, Lembar Kerja Siswa, Instrumen Penilaian maupun Media Pembelajaran. Pada kenyataan dalam melaksanakan proses pembelajaran, pada umumnya guru kurang mempersiapkan perangkat pembelajaran tersebut dengan sebaikbaiknya.Dalam pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode ceramah sehingga konsep matematika sulit dipahami, akibatnya kemampuan matematik siswa tidak terbangun dengan baik sehingga prestasi belajar menjadi rendah. Pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah biasanya hanya menekankan pada transformasi informasi faktual, guru cenderung menuliskan definisi atau teorema beserta buktinya di papan tulis dilanjutkan contoh penerapan teorema tersebut dalam penyelesaian soal, siswa mencatat apa yang dijelaskan guru dan contoh penyelesaian soal yang ditulis. Selain itu, guru menuliskan soal-soal di papan tulis dan siswa diminta mengerjakan, serta guru meminta siswa untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis. Dengan kata lain proses pembelajaran selama ini masih terbatas pada penjelasan konsep yang abstrak melalui ceramah dan ilustrasi melalui gambar di papan tulis. Matematika sebagaiilmu dasar merupakan objek yang bersifat abstrak. Adanya sifat abstrak ini dapat mengakibatkan siswa sulit memahami materi pelajaran matematika.Untuk membantu siswa dapat memahami konsep-konsep abstrak dalam pembelajaran matematika perlu dibantu dengan alat peraga menggunakan benda-benda konkrit atau media pembelajaran lainnya. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan (membuat ataupun mengembangkan) media itu dengan baik, (Rusman,2013:55). Dalam proses pembelajaran, hadirnya media sangat diperlukan, sebab mempunyai peranan besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini karena belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya.Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada dibalik realitas, Sutikno (2013:106). Penggunaan media atau alat bantu disadari oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, terutama membantu peningkatan prestasi belajar siswa, Munadi (2013:2). Pemilihan dan penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran harus memperhatikan karakteristik peserta didik. Menurut Piaget (Amri, 2013:21) setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori kognitif). Piaget membagi perkembangan berpikir anak kedalam tahap-tahap sebagai berikut: usia 0-2 tahun (sensorimotor), 2-7 tahun (praoperasional), 711 tahun (operasi konkret) dan usia 11-15 tahun (operasi formal). Berpikir operasi formal yang dimaksud adalah bahwa anak usia remaja mampu memahami konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu dimana pada usia ini remaja mendekati efisiensi intelektual yang maksimal, akan tetapi karena kurangnya pengalaman sehingga membatasi pengetahuan dan kecakapannya untuk memanfaatkan apa yang diketahui. Hal ini menyebabkan mereka kadangkala mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep-konsep abstrak dan mungkin tidak mampu dipahami sepenuhnya.Upaya mengatasi keterbatasan pengamatan dan interaksi langsung siswa dengan objek ataupun konsep-konsep abstrak itu dapat dilakukan dengan menggunakan mediadalam pembelajaran. Sesuai dengan kerucut pengalaman Dale (dalam Rusman , 2013:165), kurang lebih 80% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya 15 % diperoleh melalui indera dengar, dan 5% lagi dari indera yang lainnya. Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 156 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 Kemajuan teknologi dewasa ini memberi motivasibagi guru untuk menyampaikan materi pembelajaran melalui media pembelajaran. Salah satu jenis media pembelajaran yang mutakhir yaitu komputer yang dapat digunakan untuk menyampaikan bahan pembelajaran secara interaktif dan dapat mempermudah pembelajaran karena didukung oleh berbagai aspek: suara, video, animasi, teks, dan grafiks. Belajar berbantuanmultimedia membuat siswa terlibat dan lebih aktif belajarnya, membuat komunikasi lebih efektif, memfasilitasi forum, dan menambah minat dan motivasi belajar. Namun sampai saat ini masih banyak guru yang kurang memberi perhatian terhadap media pembelajaran ini sehingga perlu penyadaran bagi guru untuk melakukan pengembangan dan penggunaan media pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas karena media pembelajaran memberi kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Hasil riset BAVA (British Audio Visual Aids) memaparkan bahwa hasil pembelajaran yang tidak menggunakan media hanya terserap 13% dari keseluruhan materi yang telah diberikan. Dengan mengunakan media pembelajaran perolehan bahan ajar yang terserap dapat ditingkatkan sampai 86%. Pentingnya penggunaan media juga diungkapkan Rusman (2013: 140) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, media memegang peranan penting untuk mencapai tujuan belajar. Hal ini dipertegas dari pendapat Arsyad (2013:11) yang mengatakan penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran itu. Muhtaron (2010) dalam penelitiannya tentang pengaruh penggunaan Compact Disc of Math (CD-M) sebagai media pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa juga menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan media lebih tinggi dari pada yang tidak diajar dengan media. Berbagai hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pengembangan media pembelajaran memberikan peningkatan terhadap kualitas pembelajaran matematika. Mega, F.V (2010) dalam penelitiannya tentang Pengembangan Media Pembelajaran Geometri Ruang Berbasis Multimedia untuk siswa SMP Kelas VIII menyimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis multimedia mampu menumbuhkan motivasi belajar matematika siswa. Hal ini juga didukung hasil penelitian Basmalah, Y.N (2013) dalam penelitian tentang pengembangan media pembelajaran matematika berbasis multimedia interaktif menggunakan software swish max dengan pendekatan matematika relaistik menyimpulkan bahwa media pembelajaran yang dihasilkan berdampak baik pada prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengadakan analisis kebutuhan di SMP Putri Cahaya Medan tentang pentingnya pengembangan media pembelajaran. Hasil wawancara terhadap guru matematika di SMP Putri Cahaya Medan yaitu Bapak Dodi Sijabat, S.Pd dan Bapak Yoakin Sinaga, S.Pd tentang pengajaran materi transformasi, mereka mengatakan sebaiknya menggunakan media pembelajaran karena materi tersebut membutuhkan visualisasi dalam pemahaman konsep. Adapun media yang dibutuhkan dalam pembelajaran ini adalah media pembelajaran interaktif atau audio-visual. Dari hasil angket yang diisi oleh20 gurudi SMP Putri Cahaya Medan menunjukkan bahwa 100% dari guru-guru tersebut membutuhkan media pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran dengan alasan agar proses pembelajaran lebih menarik, siswa dapat lebih aktif dan pembelajaran berjalan lebih efektif.Sedangkan dari hasil angket yang disebar kepada 80 orang siswa yang diambil sebagai sampel, 100 % siswa menyatakan membutuhkan media pembelajaran interaktif yang dapat mereka jadikan sebagai sarana pembelajaran secarabersama dalam kelas ataupun individual. Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 157 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 Dengan alasan pada umumnya merasa jenuh dengan pola pembelajaran sekarang karenakurang menarik dan membosankan sehingga tidak tertarik terhadap pelajaran matematika. Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut, dalam penyampaian materi matematika dibutuhkan media pembelajaran interaktifdengan strategi yang menekankan keaktifan siswa sehingga pembelajaran yang terjadi berpusat pada siswa. Media yang dapat dipilih dalam proses belajar ini adalah media pembelajaran berupa CD interaktif yangmenyajikan animasi, gambar grafis, teks dan audio sehingga dapatmembangkitkan motivasi siswa dalam mempelajari konsep Transformasi.Dari uraian di atas, penggunaan media pembelajaran matematika sangat penting untuk meningkatkan motivasi belajar, keaktifan, serta hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang efektif sesuai dengan kebutuhan dapat diperoleh melalui pengembangan.Hal ini mendorong keinginan peneliti untuk mengembangkan media pembelajaran matematika kelas VIIpokok bahasan Transformasiberbasis teknologi menggunakan Flash dengan strategi student active learning(pembelajaran siswa aktif). B. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Putri Cahaya Medan yang berlokasi di Jalan Hayam Wuruk no. 11 Medan Baru pada siswa kelas VII Tahun Pelajaran 2014/2015. Waktu pelaksanaan penelitian mulai bulan Oktober 2014 sampai dengan Februari 2015. Model Pengembangan Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan media pembelajaran ini adalah model pengembangan perpaduan dari model pengembangan Borg and Gall dengan model pengembangan pembelajaran model Dick dan Carey dengan Prosedur pengembangan yang ditempuh untuk menghasilkan produk media pembelajaran dibagi menjadi 6 tahap yaitu: (1) tahap pertama melakukan penelitian pendahuluan, (2) tahap kedua pembuatan desain software, (3) tahap ketiga pengumpulan bahan, (4) tahap keempat membuat dan memproduksi media pembelajaran interaktif, (5) tahap kelima melakukan review atau uji coba lapangan dalam rangka evaluasi formatif dan revisi produk. Evaluasi formatif terus berlangsung selama proses pengembangan mulai dari tahap analisis, desain, produksi maupun implementasi sampai diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, (6) Uji keefektifan produk Desain Uji Coba Desain uji coba dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) Validasi ahli (Ahli Materi, Ahli Media dan Desain), (2) Analisis konseptual,(3) Revisi pengembangan (tahap I), berdasarkan penilaian yang berupa masukan, kritik atau saran dari 5 ahli materi, 5 ahli media pembelajaran dan Desain untuk dilakukan perbaikan, (4) Uji coba kelompok kecil, (5) Revisi pengembangan (tahap II), berdasarkan penilaian yang berupa masukan, kritik atau saran dari 12 siswa kelas VII SMP Putri Cahaya Medan yang memiliki prestasi tinggi, sedang dan rendah,(6) Analisis konseptual dan produk untuk melihat daya tarik dan kelayakan produk, (7) Revisi produk (tahap III), (8) Uji coba lapangan terhadap 42 siswa kelas VII SMP Putri Cahaya Medan untuk melihat keefektifan pruduk. Teknik Analisis Data Validitas Media Untuk menentukan kualitas media pembelajaran yang dikembangkan, diperoleh dengan menentukan validitas isi dengan menggunakan analisis melalui interater Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 158 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 kesepakatan para ahli. Data kualitatif yang berupa pernyataan sangat kurang baik, kurang baik,sedang, baik dan sangat baik diubah menjadi data kuantitatif dengan skala nilai 1 sampai 5 yang diperoleh dari beberapa ahli dan diolah dengan menentukan tingkat kesepakatan dengan statistik analisis melalui interater ( Asmin,2012:239) r = RJKb RJKe RJK b JKb = JKk = 1 K 1 n X X JKt = X 2 ij X .. 2 2 i nt X .. 2 2 .j nt X .. 2 nt JKe = JKt – JKk – JKb RJKb = JK b dbb RJKe = JK e dbe JKb = Jumlah Kuadrat butir JKk = Jumlah Kuadrat Pengamat JKt = Jumlah Kuadrat Total Jke = Jumlah Kuadrat kekeliruan dbt = nt – 1 = derajat kebebasan total dbb = nb – 1 = derajat kebebasan butir dbk = k – 1 = derajat kebebasan pengamat, dan dbe = (n – 1)(k-1) = derajat kebebasan kekeliruan Kriteria penilaian tingkat kesepakatan antara pengamat menurut Borg & Gall (1983:479) , bahwa tingkat kesepakatan 0,70 sampai 0,80 sudah memadai. Teknik Analisis Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa, dilakukan tes hasil belajar. Tes dilakukan dua kali yaitu tes awal (pretes) yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dan tes akhir (postes) dilakukan setelah selesai proses pembelajarandengan menggunakan media yang dikembangkan dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan. Hasil dari kedua tes tersebut digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menghitung N-gain dengan rumus Ngain oleh Hake (1999) sebagai berikut: g gain gain max post tes pre tes 100 pre tes Kriteria peningkatannya ditentukan sebagai berikut: g < 0,3 kategori rendah 0,3 ≤ g< 0,7 kategori sedang g ≥ 0,7 kategori tinggi Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 159 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 Teknik Analisis Data Respon Siswa Untuk data respon positif siswa terhadap media yang dikembangkan, diberikan angket respon siswa setelah selesai pembelajaran dengan menggunakan media. Data yang diperoleh diubah menjadi data kwantitatif melalui skala likert 1 sampai 4 dengan kriteria pilihan A = 4, B= 3, C=2, D=1 lalu dihitung nilai totalnya. Hasil tes dan Respon positif siswa yang diperoleh digunakan untuk menentukan keefektifan media pembelajaran yang dikembangkan dalam persentase dengan rumus sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2013:266). X= Dengan kriteria penilaian seperti yang tertulis pada tabel berikut ini. Tabel Skor Penilaian Keefektifan Media Pembelajaran Nilai Kriteria A Sangat baik B Baik C Sedang D Kurang baik E Sangat kurang baik X = Skor Empiris Persentase 80% X 100% 60% X < 80% 40% X < 60% 20% X < 40% 0% X < 20% C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Setelah media pembelajaran yang dikembangkan diproduksi maka dilakukan tahapan review dan ujicoba lapangan. Hasil ujicoba lapangan diperoleh data tentang kemampuan komunikasi matematik siswa, validitas media melalui penilaian para ahli serta keefektifan dan kepraktisan media melalui ujicoba pada proses belajar mengajar di kelas. Data hasil ujicoba tersebut diuraikan sebagai berikut. Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Hasil perhitungan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa diperoleh rata-rata seperti pada tabel berikut: Tabel Rataan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa No 1 2 3 4 Aspek Rataan Nilai Pretes Nilai Postes Gain N-Gain 35,36 86,19 50,60 0,785 Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas diperoleh bahwa 12 orang atau 28,57% siswa memperoleh peningkatan kemampuan komunikasi matematik dengan kategori sedang dan 30 orang atau 72,43% siswa memperoleh peningkatan dengan Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 160 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 kategori tinggi. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata N-gain 0,785 yang artinya peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah kategori “tinggi”. Validitas Media Pembelajaran Matematika Validasi produk (media pembelajaran matematika) yang dikembangkan dilakukan oleh dua kelmpok ahli yaitu ahli Materi dan ahli Media (ahli desain dan perangkat lunak). Hasil validasi yang diperoleh adalah sebagai berikut: a. Data Hasil Validasi Ahli Materi Hasil penilaian ahli materi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Terhadap Media Pembelajaran Matematika Oleh Ahli Materi No 1 2 3 Aspek Kelayakan isi materi Kebahasaan Kegrafikan Rata-rata Persentase Rata-rata 92,36% 98,00% 98,00% 96,12% Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Pada tabel di atas, maka tingkat kecenderungan penilaian ahli materi terhadap kualitas media pembelajaran adalah “ Sangat Baik” dan tingkat validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan berdasarkan penilaian ahli materi dirangkum dalam tabel berikut : Tabel Rangkuman Anava Analisis Hoyt Sumber Variasi Responden Butir Sisa Total JK 0,7467 8,7467 6,4533 15,9467 db 4 14 56 74 RJK atau Varians 0,1867 0,6248 0,1152 - r 0,8156 - Berdasarkan hasil perhitungan di atas tingkat kesepakatan para ahli materi untuk menilai validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan adalah 0,8156. Dengan demikian tingkatvaliditas isi media pembelajaran yang dikembangkansudah memadai. Hal ini berarti media yang dikembangkan menurut ahli materi adalah valid. b. Data Hasil Validasi Ahli Media Dari hasil penilaian ahli media (ahli desain dan ahli perangkat lunak) terhadap media pembelajaran yang dikembangkan pada materi transformasi diperoleh data ratarata penilaian dalam persentase sebagai berikut: Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 161 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 Tabel Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Terhadap Media Pembelajaran Matematika Oleh Ahli Media No 1 2 3 Aspek Kualitas Desain Kegrafikan Kebahasaan Rata-rata Persentase Rata-rata 92,67% 93,71% 98,00% 94,79% Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Tingkat validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan menurut penilaian yang diberikan oleh ahli media dirangkum dalam tabel sebagai berikut : Tingkat Tabel Rangkuman Anava Analisis Hoyt Sumber Variasi Responden Butir Sisa Total JK db RJK atau Varians 0,2134 4 0,05335 9,5467 14 0,6819 10,1866 56 0,1819 19,9467 74 - r 0,7332 - Berdasarkan hasil perhitungan di atas tingkat kesepakatan para ahli media untuk menilai validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan adalah 0,7332. Data ini menunjukkan tingkat validitas isi media pembelajaran yang dikembangkan sudah memadai. Hal ini berarti media yang dikembangkan menurut ahli media adalah valid. c. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil Uji coba kelompok kecil dilakukan terhadap 12 orang siswa yang terdiri dari 4 siswa yang berprestasi tinggi (kelompok atas), 4 siswa yang berprestasi sedang (kelompok menengah), dan 4 siswa yang berprestasi rendah (kelompok bawah). Dari hasil penilaian oleh siswa pada ujicoba kelompok kecil diperoleh persentase rata-rata penilaian sebagai berikut: Tabel Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Terhadap Media Pembelajaran Matematika Oleh Siswa pada Ujicoba Kelompok Kecil No 1 2 Aspek Kualitas Desain Kegrafikan Rata-rata Persentase Rata-rata 95,45% 99,17% 97,31% Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Tingkat validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan melalaui penilaian siswa pada ujicoba kelompok kecil dapat dilihat pada tabel berikut : Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 162 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 Tabel Rangkuman Anava Analisis Hoyt Sumber Variasi Responden Butir Sisa Total JK 0,5778 6,3111 19,422 26,3111 db 11 14 154 179 RJK atau Varians 0,0525 0,4508 0,1261 - r 0,72023 - Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas tingkat kesepakatan responden pada kelompok kecil untuk menilai validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan adalah 0,72023. Hal ini berarti media yang dikembangkan menurut ahli media adalah valid. Keefektifan dan Kepraktisan Media Pembelajaran Matematika Untuk mengukur keefektifan dan kepraktisan media yang dikembangkan, dilakukanujicoba lapangan dalam proses pembelajaran di SMP Putri Cahaya Medankelas VII-1 sebanyak 5 kali pertemuan. Uji coba lapangan menghasilkan data-data tentang respon siswa terhadap media yang dikembangkan saat digunakan pada proses pembelajaran di kelas serta ketuntasan hasil belajar pada kemampuan komunikasi matematik siswa. a. Respons Siswa Terhadap Media Pembelajaran Setelah proses pembelajaran dilaksanakan siswa diberi angket untuk melihat respon siswa tentang Media Pembelajaran Matematika yang digunakan kepada responden sebanyak 42 orang. Dari data yang diperoleh maka ditentukan persentase menggunakan rumus (Suharsimi Arikunto, 2013:266) dengan perhitungansebagai berikut: X= X= X= 81,72% Dengan kriteria penilaian seperti yang tertulis pada tabel berikut ini. Tabel Skor Penilaian Respon Siswa Terhadap Media Pembelajaran No 1 2 3 4 5 Kriteria Sangat baik Baik Sedang Kurang baik Sangat kurang baik Persentase 80% X 100% 60% X < 80% 40% X < 60% 20% X < 40% 0% X < 20% Dari hasil perhitungan pada tabel kriteria di atas dengan diperoleh bahwa respon siswa terhadap media pembelajaran adalah “sangat baik” dengan persentase 81,72%. Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 163 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 b. Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Berdasarkan data pada perhitungan ketuntasan individual siswa pada postes diperoleh persentase ketuntasan pada postes dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Pada Postes Kriteria Tuntas Tidak tuntas Jumlah Siswa 37 5 Persentase 88,10% 11,90% Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas ketuntasan belajar siswa di atas diperoleh bahwa 37 dari 42 siswa atau 88,10% tuntas untuk pencapaian kompetensi tentang kemampuan komunikasi matematik. Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. 2. Pembahasan Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang diajukan pada bagian sebelumnya, maka data yang diperoleh sebagai hasil penelitian akan dianalisis untuk melihat apakah rumusan masalah tersebut terjawab atau tidak. Dalam hal ini analisis data yang dilakukan adalah analisis terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan penggunaan media pembelajaran matematika, tingkat validitasmedia pembelajaran yang divalidasi oleh ahli materi, ahli media (ahli desain dan perangkat lunak) dan hasil ujicoba kelompok kecil serta analisis data keefektifan dan kepraktisan media pembelajaran yang dikembangkan. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Berdasarkan data yang diperoleh tentang kemampuan komunikasi matematik siswa bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran berbantuan program flash dari 42 orang responden 30 orang (72,43%) diantaranya megalami peningkatan kemampuan komunikasi matematik dengan kategori tinggi dan 12 orang (28,57%) lainnya mengalami peningkatan kemampuan komunikasi komunikasi sedang. Jika dilihat dari keseluruhan maka diperoleh rata-rata N-gain = 0,785 yang artinya penigkatan kemampuan komunikasi matematiknya tinggi. Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa ini dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran matematika yang dikembangkan pada proses pembelajaran matematika. Penyampaian materi geometri, komunikasi matematik dalam pemahaman materi atau konsep dapat dipermudah dengan menggunakan media pembelajaran. Hal ini juga ditegaskan Rusman (2013:163) mengatakan salah satu fungsi media pembelajaran adalah mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra. Dalam menjelaskan objek pembelajaran yang sifatnya sangat luas, besar, atau sempit, kecil atau bahaya, sehingga dengan media dapat semakin mendekatkan pada objek yang dimaksud. Hal ini diperkuat oleh pendapat Kemp and Dayton (dalam Rusman 2013:168) mengatakan bahwa media pembelajaran memiliki kontibusi terhadap pengembangan dan peningkatan pembelajaran dalam penyampaian pesan hingga lebih standart. Hal ini juga didukung pendapat Dale (dalam Rusman 2013:165) mengatakan bahwa tingkatan pengalaman belajar yaitu pengalaman langsung, pengalaman gambar dan pengalaman abstrak merupakan suatu proses komunikasi. Dengan penggunaan media pengalaman belajar ini dapat ditingkatkan karena media Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 164 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 merupakan tekonologi pembawa pesan yang dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.Scramm (dalam Rusman 2013:159). Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Yuananda Nur Basmalah (2013) yang menyimpulkan bahwa media pembelajaran yang memiliki keefektifan yang tinggi berdampak baik pada prestasi belajar siswa. Tingkat Validitas Media Pembelajaran Matematika Yang Dikembangkan Berbantuan Program Flash Media pembelajaran matematika berbantuan flash yang dikembangkan telah divalidasikan kepada para ahli yaitu ahli materi dan ahli media (ahli desain dan perangkat lunak) maupun validasi melalui ujicoba kelompok kecil. Analisis data hasil validasi ini akan menunjukkan tingkat validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan. a. Tingkat Validasi Oleh Ahli Materi Hasil penilaian oleh ahli materi pada setiap aspek penilaian secara keseluruhan ditentukan oleh skor rata-rata pada kategorinya masing-masing. Dari penilaian ahli materi terhadap media pembelajaran pembelajaran Matematika berdasarkan ketiga aspek menunjukan persentase rata-rata penilaian masing-masing 92,36% pada aspek kelayakan isimateri, 98,00% pada aspek kebahasaan, dan 98,00% pada aspek kegrafikan. Secara keseluruhan aspek diperoleh rata-rata 96,12% termasuk kategori “sangat baik”. Hal ini berarti media pembelajaran interaktif mata pelajaran Matematika yang dikembangkan dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pembelajaran untuk materi transformasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2013:75) yang mengatakan salah satu kriteria media yang layak dipilih adalah media yang selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran. Pendapat ini juga didukung oleh Sutikno (2013:112) mengatakan bahwa media layak dipakai jika mendukung isi materi pembelajaran. Dalam hal validasi media yang dikembangkan, Sugiyono (2013:414) mengatakan validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk tersebut. Dari hasil penilaian 5 orang ahli materi terhadap kualitas media pembelajaran diperoleh tingkat validitas 0,8156. Menurut Borg & Gall (1983:479) mengatakan bahwa tingkat kesepakatan 0,70 sampai 0,80 sudah “memadai” artinya media pembelajaran layak untuk digunakan. Sehubungan dengan itu Arikunto (2013:167) mengatakan suatu instrumen (media) memiliki validitas apabila secara analisis sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. b. Tingkat Validasi Oleh Ahli Media Dari hasil penilaian ahli media (ahli desain dan ahli perangkat lunak) terhadap media pembelajaran yang dikembangkan pada materi transformasi diperoleh data ratarata penilaian dalam persentase pada aspek kualitas desain menunjukan persentase ratarata 92,67% , pada aspek kegrafikan 93,71% dan pada aspek kebahasaan 98,00% . Ratarata secara keseluruhan aspek diperoleh 94,79% termasuk pada kategori “sangat baik”. Sedangkan tingkat validitas media dari hasil penilaian para ahli media menurut kesepakatan para ahli adalah 0,7332. Dalam hal ini validasi dilakukan oleh 5 orang ahli media yaitu ahli desain dan perangkat lunak. Ciri utama media menurut Brezt (dalam Sadiman 2009:20) ada tiga unsur yaitu suara, visual dan gerak. Sehubungan dengan pendapat tersebut maka penilaian atau validasi terhadap kualitas produk (media pembelajaran) oleh ahli media (ahli desain dan perangkat lunak) didasarkan pada tiga Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 165 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 aspek yaitu kualitas desain, kegrafikan dan kebahasaan.Sugiyono (2013:414) mengatakan validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan apakah efektif atau tidak secara rasional. Hal ini didukung oleh pendapat Asyhar (2012:123) yang mengatakan bahwa ahli media mengkaji (melakukan validasi) terhadap aspek penyajian seperti kemenarikan, animasi, musik, sound effect, format program, alur program dan lain-lain. Dari hasil yang diperoleh bahwa tingkat validitas media yang dikembangkan adalah 0.7332 maka media dikatakan valid dan layak digunakan. Hal ini sesuai dengan kriteria yang dikatakan olehBorg & Gall (1983:479) mengatakan bahwa tingkat kesepakatan 0,70 sampai 0,80 sudah memadai artinya media pembelajaran layak untuk digunakan. Hasil ini sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh Nieeven (dalam Trianto 2010:24) bahwa suatu material (media pembelajaran) dikatakan valid jika semua ahli yang memvalidasi menyatakan valid.Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Yuni Yamasari (2010) yang menyimpulkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan berkualitas dan layak digunakan jika memenuhi validitas isi dan konstruk yang dinilai oleh validator (para ahli). c. Tingkat Validitas Oleh Siswa Pada Ujicoba Kelompok Kecil Berdasarkan hasil penilaian oleh siswa pada ujicoba kelompok kecil diperoleh persentase rata-rata penilaian sebagai berikut: untuk aspek kualitas desain 95,45% dan Kegrafikan 99,17%. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata 97,31% termasuk pada kategori “sangat baik”. Tingginya persentase ini dimungkinkan karena sebelum diujicobakan kepada siswa kelompok kecil, media sudah dilakukan revisi terlebih dahulu sesuai dengan saran para ahli materi dan media. Sedangkan hasil penilaian responden untuk tingkat validitas pada ujicoba kelompok kecil terhadap kualitas media pembelajaran diperoleh 0,72023. Menurut Borg & Gall (1983:479) mengatakan bahwa tingkat kesepakatan 0,70 sampai 0,80 sudah memadai artinya media pembelajaran layak untuk digunakan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Johnson (2012) menyatakan bahwa tanggapan peserta didik pada ujicoba kelompok kecil terhadap media pembelajaran interaktif yang dikembangkan termasuk kategori sangat memuaskan layak digunakan pada ujicoba lapangan dan memberikan peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Intan Permata Sari (2012) yang menyatakan bahwa media pembelajaran yang dikembangkkan dengan menggunakan program macromedia flash profesional 8.0 yang telah divalidasi dengan kategori sangat baik menyebabkan pembelajaran efektif. Keefektifan dan Kepraktisan Media Pembelajaran Berbantuan Flash Suatu media pembelajaran dikatakan efektif jika media tersebut mendapat respon positif dari siswa dan dapat meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran. Sedangkan media dikatakan praktis jika semua validator (ahli) mengatakan bahwa media layak digunakan serta kenyataan menunjukkan bahwa media dapat diterapkan. a. Respons Siswa Terhadap Media Pembelajaran. Berdasarkan data hasil perhitungan respon siswa terhadap media pembelajaran yang dikembangkan yang menunjukkan bahwa respon siswa terhadap media pembelajaran yang dikembangkan dalam kategori “sangat baik” dengan persentasi 81,72 %. Data ini diperoleh dari angket respon siswa yang diberikan kepada 42 orang siswa sebagai responden pengguna media pada ujicoba lapangan. Nieeven dalam Trianto (2010:25) mengatakan salah satu syarat media dikatakan efektif jika memperoleh respon Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 166 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 positif dari siswa. Sehubungan dengan itu berdasarkan perhitungan data di atas diproleh bahwa media yang dikembangkan memenuhi salah satu kriteria keefektifan dan media dapat diterima oleh siswa. a. Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Berdasarkan data hasil ketuntasan kemampuan komunikasi matematik siswa diperoleh 37 orang (88,10%) tuntas dan 5 orang (11,90%) tidak tuntas. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya kesesuaian proses pembelajaran yang dilakukan dengan metode dan penggunaan sarana maupun sumber belajar seperti media pembelajaran berbantuan program flash. Sehingga penyampaian materi dapat dipahami siswa dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2010:185) yang mengatakan bahwa keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran dan media yang dipilih. Pencapaian ketuntasan belajar yang diperoleh jika dibandingkan antara nilai pretes dengan nilai postes maka siswa yang memperoleh peningkatan kemampuan sedang ada 2 orang dari 12 orang yang nilai pretes sudah baik dan postesnya tidak mencapai maksimal. Sedangkan 10 orang lagi termasuk nilai pretesnya rendah. Pada pretes siswa yang sudah mencapai nilai di atas ketuntasan ada 3 orang atau setara dengan 7,14% dan 39 orang atau 92,86% tidak tuntas. Dari 39 orang tersebut pada postes ternyata 5 orang atau 11,9% tetap berada dibawah nilai ketuntasan. Secara klasikal ketuntasan kemampuan komunikasi matematika adalah 88,10% atau 37 orang dan tidak tuntas sebanyak 5 orang atau 11,90%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran secara klasikal dinyatakan tuntas dalam pencapaian kompetensi dasar untuk kemampuan komunikasi matematik siswa. Berdasarkan hasil ujicoba lapangan diperoleh bahwa respon siswa terhadap media pembelajaran termasuk kategori “sangat baik” dengan persentase 81,72%, ketuntasan belajar siswa mencapai 88,10%. Dari data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan efektif karena dipenuhi kriteria rata-rata ketuntasan belajar siswa mencapai 88,10% dan respon positif siswa kategori “sangat baik” sesuai kriteria yang dikemukana Nieeven dalam Trianto (2010:25). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuni, Y (2010) mengatakan media pembelajaran yang dikembangkan berbasis ICT berkualitas karena memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Kepraktisan Media Pembelajaran Matematika Berdasarkan hasil penilaian para ahli, 100% yang terdiri dari 10 orang mengatakan bahwa media layak digunakan dengan sedikit revisi. Demikian juga melalui pengamatan pada ujicoba siswa kelompok kecil, media dapat digunakan dengan mudah yaitu 12 orang (100%) dapat menggunakan media pembelajaran matematika. Pada ujicoba lapangan, media yang digunakan dalam proses pembelajaran sebanyak 5 kali pertemuan juga dapat digunakan dengan mudah. Data ini menunjukkan bahwa media pembelajaran matematika yang dikembangkan memenuhi kriteria kepraktisan yaitu semua ahli (validator) mengatakan media layak digunakan dan pada kenyataannya media dapat digunakan. Menurut Thorn (dalam Rusman 2013:141) kriteria suatu media dikatakan praktis dan berkualitas jika memenuhi kriteria penilaian yaitu kemudahan navigasi, kandungan kognisi, memuat pengetahuan dan presentasi informasi, memiliki integritas media, memiliki estetika dan berfungsi secara keseluruhan. Pendapat ini diperkuat oleh Trianto (2010:25) mengatakan bahwa aspek kepraktisan dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 167 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 yang dikembangkan dapat diterapkan dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan. Hal ini diperkuat oleh penilaianvalidator yang mengatakan media yang dikembangkan layak digunakan dengan sedikit atau tanpa revisi. Hal ini didukung oleh penelitian Intan Permata Putri (2012) membuktikan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan dengan program Macromedia Flash Profesional 8.0 memberi sumbangan praktis dan memberi kemudahan dalam penyelenggaraan pembelajaran yang berdampak pada efektifitas proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Yuni Yamasari (2010) yang membuktikan bahwa pengembangan media pembelajaran berbasis ICT yang berkualitas adalah Valid, Praktis dan Efektif. D. Penutup Kesimpulan Berdasarkan rumusan, tujuan, hasil dan pembahasan penelitian pengembangan media pembelajaran berbantuan program flash untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan: 1. Kemampuan komunikasi matematik siswa mengalami peningkatan dengan kategori sedang 28,57% dan kategori tinggi 72,43%. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata Ngain 0,785 yang artinya peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa termasuk dalam kategori “tinggi”. Dengan demikian media pembelajaran matematika yang dikembangkan berbantuan program flash dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. 2. Hasil validasi para ahli dan penilaian para siswa pada ujicoba kelompok kecil menunjukkan bahwa: a. Persentase rata-rata penilaian ahli materi terhadap media 96,12% dengan kategori “sangat baik”. Tingakat validitas berdasarkan penilaian kesepakatan para ahli materi adalah 0,8156 yang artinya media memadai dan layak untuk digunakan. b. Persentase rata-rata penilaian ahli media terhadap media 94,79% dengan kategori “sangat baik”. Tingakat validitas berdasarkan penilaian kesepakatan para ahli media adalah 0,7332 yang artinya media memadai dan layak untuk digunakan. c. Persentase rata-rata penilaian siswa pada ujicoba kelompok kecil terhadap media 97,31% dengan kategori “sangat baik”. Tingakat validitas berdasarkan penilaian kesepakatan penilaian siswa pada ujicoba kelompok kecil adalah 0,72023 yang artinya media memadai dan layak untuk digunakan. Dengan demikian media pembelajaran matematika berbantuan program flash memiliki kualitas “sangat baik” dengan tingkat validitas memadai dan layak digunakan dalam proses pembelajaran. 3. Hasil ujicoba lapangan dalam proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran matematika berbantuan program flash menunjukkan bahwa: a. ketuntasan belajar siswa pada postes 88,10% dan respon siswa terhadap media pembelajaran kategori “sangat baik” dengan persentase 81,72%. Dengan demikian media pembelajaran matematika berbantuan program flash “efektif ” dan layak digunakan dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII. b. Validator atau para ahli mengatakan bahwa media yang dikembangkan layak digunakan dan kenyataan menunjukkan pada ujicoba lapangan media yang dikembangkan dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dengan demikian media pembelajaran matematika berbantuan program flash “praktis ” dan layak digunakan dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII. Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 168 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan di atas, maka berikut ini diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Media pembelajaran berbantuan program flash merupakan media yang dapat menarik minat dan keaktifan siswa, maka guru dapat menggunakannya sebagai media pembelajaran matematika khususnya materi geometri. 2. Model pengembangan perpaduan Borg&Gall dengan Dick dan Carey dapat digunakan untuk melaksanakan penelitian pengembangan media pembelajaran, untuk itu perlu ditindaklanjuti bagi penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih representatif. 3. Dalam penelitian pengembangan media pembelajaran berbantuan flash dipengaruhi keterbatasan dana, waktu dan kemampuan.Untuk itu perlu ada yang memfasilitasi dari pihak-pihak terkait. DAFTAR PUSTAKA Amri, S. (2013).Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Ansari, I.B. (2009). Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi, Banda Aceh: Yayasan Pena. Arikunto, S. (2009).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2013).Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, A. (2008). Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Asmin.(2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia. Asyhar, R. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Jakarta: Referensi. Basmalah, Y.N. (2013), Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Multimedia Interaktif Menggunakan Soft Ware Swish Max dengan Pendekatan Matematika Realistik pada Pokok Bahasan Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Borg, W. & V Gall, M.D. (2005). Educational Research. An Introduction (7th ed). New York & London: Longman. Dick, W. & Carey L. (2005), The Systematic Design of Instruction,Second Edition, London-England: Scott, Foresman and Company. Johnson. (2012), Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif pada Mata Pelajaran Matematika, Tesis tidak diterbitkan, Medan: Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 169 JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.12 No.2, Agustus 2015 Lestari, R. (2013), Pengembangan Media Pembelajaran Pembelahan Sel dengan Menggunakan Macromedia Flash untuk Kelas XII SMA, Tesis tidak diterbitkan, Medan: Program Studi Magister Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Mega, F.V. (2010), Pengembangan Media Pembelajaran Geometri Ruang Berbasis Multimedia pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Untuk Siswa SMP kelas VIII, Sikripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Muhtaron. (2010), Pengaruh Penggunaan Compact Disc of Math (CD-M) sebagai Media Pembelajaran Matematika terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Mranggen, Jurnal Aksioma, (OnLine), Vol.1, No.1/Maret 2010, ISSN: 2086-2725. Munadi, Y. (2013), Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Referensi. Putri, I.P. (2012), Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif pada Mata Pelajaran Fisika Siswa Kelas IX MTsN 3 Medan, Tesis tidak diterbitkan, Medan: Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Rusman. (2013a), Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, Bandung: Alfabeta. Rusman. (2013b), Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sadiman, A.S. (2009), Media Pendidikan:Pengertian, Pemanfaatannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Pengembangan, dan Sugiyono, (2013), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Sutikno, S. (2013), Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil, Lombok: Holistica. Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Turmudi, (2008), Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika, Jakarta: Leuser Cita Pustaka. Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170) 170