pengembangan media pembelajaran matematika berbantuan

advertisement
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBANTUAN PROGRAM FLASH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MATEMATIK SISWA SMP
Mualdin Sinurat ([email protected])
Edi Syahputra, W. Rajagukguk
Abstract
The purposes of this study were: (1) to develop mathematics learning media by using
Flash Program that could improve the student mathematics communication skills by
applying the student active learning strategies. (2) to determine the validity of
mathematics media learning with Flash Program by applying student active learning
strategies and (3) to determine the effectiveness, practicality, the simplicity of the media
learning those were developed in mathematics especially in Transformation material.
The subject in this study was the first grade of Putri Cahaya Medan junior high school
that were consisted of 42 students and the object of the study was the qualities of the
learning media from the validity, the effectiveness, practicality, to improve the students
mathematics communication skills. The instruments used in this study consisted of the
validation sheets that were taken from the material experts and media specialists, the
observation sheets of the students’ activities, the students’ questionnaire responses, and
the sheets of the Mathematics Communication Skills test. The expert assessment results
to the media, they found that the percentage of the average assessment of the experts to
the quality of the media was about 96.12%, the category was "very good", the validity of
0,8156, media experts (expert design and software) 94,79%, the validity level was
0,7332 and the trial results of the small group was 97,31%, the validity level was
0,72002, it meant that the media was adequate and suitable to use. From the field trials
results, the level of the students mastery learning was 88.10%, with the Increasing of the
students mathematics communication skills in a "high" category showed by N - gain =
0,785, the positive responses of students to the media were "very good" with the
percentage of 81.72% and the percentage of activity levels students in the learning
process was to meet the ideal time. Based on the data above, it could be concluded that:
the mathematics learning media by using Flash programs could improve the students'
mathematics communication skill and the quality of the media was good that met the
valid criteria, practical and effective.
Keywords: learning media, flash program, mathematical communication
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengembangkan media pembelajaran matematika
berbantuan program Flash yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik
siswa dengan menerapkan strategi student active learning, (2) mengetahui tingkat
validitas media pembelajaran matematika dengan program Flash yang menerapkan
strategi student active learning dan (3) mengetahui keefektifan dan kepraktisan media
pembelajaran yang dikembangkan pada mata pelajaran matematika materi Transformasi.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Putri Cahaya Medan sebanyak
42 orang dan objek penelitian ini adalah untuk kualitas media pembelajaran dari segi
validitas, kepraktisan dan keefektifan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
154
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
matematik siswa. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar validasi oleh ahli materi
dan ahli media, lembar observasi aktivitas siswa, angket respons siswa serta tes
kemampuan komunikasi matematik. Hasil penilaian para ahli terhadap media diperoleh
bahwa persentase rata-rata penilaian ahli materi terhadap kualitas media adalah 96,12%
kategori “sangat baik” dengan tingkat validitas 0,8156, ahli media (ahli desain dan
perangkat lunak) 94,79% dengan tingkat validitas 0,7332 serta hasil ujicoba kelompok
kecil 97,31% dengan tingkat validitas 0,72002 yang menyatakan bahwa media memadai
dan layak digunakan. Dari hasil ujicoba lapangan diperoleh tingkat ketuntasan belajar
siswa adalah 88,10% dengan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa
dalam kategori “tinggi” yang ditunjukkan oleh N-gain = 0,785, respon positif siswa
terhadap media “sangat baik” dengan persentase 81,72% serta persentase kadar aktivitas
siswa pada proses pembelajaran adalah memenuhi waktu ideal.
Berdasarkan data tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa: media pembelajaran
matematika berbantuan program flash dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik siswa dan kualitas media adalah baik yaitu memenuhi kriteria valid, praktis
dan efektif.
Kata Kunci: Media pembelajaran, program flash, komunikasi matematik
A. Pendahuluan
Memasuki abad ke-21 sekarang ini pendidikan Indonesia mengalami pergeseran
paradigma dari behavioristik ke konstruktivistik.Menyikapi perubahan ini, guru bukan
hanya sekedar mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus menjadi manajer
belajar. Hal ini mengandung arti, setiap guru diharapkan mampu mengintergrasikan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam kegiatan pembelajaran, menciptakan
kondisi belajar yang menantang kreativitas dan aktivitas siswa, memotivasi siswa,
menggunakan multimedia, multimetode, dan berbagai sumber belajar agar mencapaui
tujuan pembelajaran yang diharapkan, (Rusman, 2013:35). Pendapat ini menegaskan
bahwa guru memiliki tugas dan tanggung jawab secara optimal mampu melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan baik yang ditandai dengan tingginya keaktifan
siswa.Keaktifan siswa yang dimaksud adalah keterlibatan siswa dalam melaksanakan
aktifitas mulai dari pembahasan konsep, proses penemuan solusi hingga penarikan
kesimpulan atas konsep yang dipelajari. Dengan tingginya keaktifan siswa maka dalam
pembelajaran akan terjadi komunikasi multi arah sehingga proses pembelajaran tidak
didominasi oleh guru melainkan guru hanya sebagai fasilitator.
Proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara maksimal juga akan
meningkatkan kemampuan matematik siswa termasuk kemampuan komunikasi
matematik. Pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematik karena
komunikasi dapat membantu pembelajaran siswa tentang konsep matematika.Turmudi
(2008:73) mengatakan bahwa aspek komunikasi dan penalaran menjadi aspek penting
dalam pembelajaran matematika karena komunikasi melatih siswa untuk dapat
mengkomunikasikan gagasannya, baik komunikasi lisan maupun komunikasi tulis. Jadi
komunikasi adalah bagian yang esensial dari pendidikan matematika.
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Rusman (2013:3) mengatakan bahwa
proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar
terlaksana secara efektif dan efisien. Oleh karena itu guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran hendaknya membuat perencanaan yang baik tentang perangkat
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
155
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
pembelajaran yang akan digunakan seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Buku Siswa, Buku Guru, Lembar Kerja Siswa, Instrumen Penilaian maupun
Media Pembelajaran. Pada kenyataan dalam melaksanakan proses pembelajaran, pada
umumnya guru kurang mempersiapkan perangkat pembelajaran tersebut dengan sebaikbaiknya.Dalam pembelajaran cenderung abstrak dan dengan metode ceramah sehingga
konsep matematika sulit dipahami, akibatnya kemampuan matematik siswa tidak
terbangun dengan baik sehingga prestasi belajar menjadi rendah.
Pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah biasanya hanya menekankan pada
transformasi informasi faktual, guru cenderung menuliskan definisi atau teorema beserta
buktinya di papan tulis dilanjutkan contoh penerapan teorema tersebut dalam
penyelesaian soal, siswa mencatat apa yang dijelaskan guru dan contoh penyelesaian soal
yang ditulis. Selain itu, guru menuliskan soal-soal di papan tulis dan siswa diminta
mengerjakan, serta guru meminta siswa untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan
tulis. Dengan kata lain proses pembelajaran selama ini masih terbatas pada penjelasan
konsep yang abstrak melalui ceramah dan ilustrasi melalui gambar di papan tulis.
Matematika sebagaiilmu dasar merupakan objek yang bersifat abstrak. Adanya
sifat abstrak ini dapat mengakibatkan siswa sulit memahami materi pelajaran
matematika.Untuk membantu siswa dapat memahami konsep-konsep abstrak dalam
pembelajaran matematika perlu dibantu dengan alat peraga menggunakan benda-benda
konkrit atau media pembelajaran lainnya. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan
tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan
menggunakan serta mengusahakan (membuat ataupun mengembangkan) media itu
dengan baik, (Rusman,2013:55).
Dalam proses pembelajaran, hadirnya media sangat diperlukan, sebab
mempunyai peranan besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Hal ini karena belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit,
baik dalam konsep maupun faktanya.Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali
bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada dibalik realitas,
Sutikno (2013:106). Penggunaan media atau alat bantu disadari oleh banyak praktisi
pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar
kelas, terutama membantu peningkatan prestasi belajar siswa, Munadi (2013:2).
Pemilihan dan penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran harus
memperhatikan karakteristik peserta didik. Menurut Piaget (Amri, 2013:21) setiap anak
memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan
lingkungannya (teori kognitif). Piaget membagi perkembangan berpikir anak kedalam
tahap-tahap sebagai berikut: usia 0-2 tahun (sensorimotor), 2-7 tahun (praoperasional), 711 tahun (operasi konkret) dan usia 11-15 tahun (operasi formal). Berpikir operasi formal
yang dimaksud adalah bahwa anak usia remaja mampu memahami konsep-konsep
abstrak dalam batas-batas tertentu dimana pada usia ini remaja mendekati efisiensi
intelektual yang maksimal, akan tetapi karena kurangnya pengalaman sehingga
membatasi pengetahuan dan kecakapannya untuk memanfaatkan apa yang diketahui. Hal
ini menyebabkan mereka kadangkala mengalami kesulitan dalam menangkap dan
memahami konsep-konsep abstrak dan mungkin tidak mampu dipahami
sepenuhnya.Upaya mengatasi keterbatasan pengamatan dan interaksi langsung siswa
dengan objek ataupun konsep-konsep abstrak itu dapat dilakukan dengan menggunakan
mediadalam pembelajaran. Sesuai dengan kerucut pengalaman Dale (dalam Rusman ,
2013:165), kurang lebih 80% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang,
dan hanya 15 % diperoleh melalui indera dengar, dan 5% lagi dari indera yang lainnya.
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
156
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Kemajuan teknologi dewasa ini memberi motivasibagi guru untuk menyampaikan
materi pembelajaran melalui media pembelajaran. Salah satu jenis media pembelajaran
yang mutakhir yaitu komputer yang dapat digunakan untuk menyampaikan bahan
pembelajaran secara interaktif dan dapat mempermudah pembelajaran karena didukung
oleh berbagai aspek: suara, video, animasi, teks, dan grafiks. Belajar
berbantuanmultimedia membuat siswa terlibat dan lebih aktif belajarnya, membuat
komunikasi lebih efektif, memfasilitasi forum, dan menambah minat dan motivasi
belajar. Namun sampai saat ini masih banyak guru yang kurang memberi perhatian
terhadap media pembelajaran ini sehingga perlu penyadaran bagi guru untuk melakukan
pengembangan dan penggunaan media pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelas karena media pembelajaran memberi kontribusi dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran.
Hasil riset BAVA (British Audio Visual Aids) memaparkan bahwa hasil
pembelajaran yang tidak menggunakan media hanya terserap 13% dari keseluruhan
materi yang telah diberikan. Dengan mengunakan media pembelajaran perolehan bahan
ajar yang terserap dapat ditingkatkan sampai 86%. Pentingnya penggunaan media juga
diungkapkan Rusman (2013: 140) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, media
memegang peranan penting untuk mencapai tujuan belajar. Hal ini dipertegas dari
pendapat Arsyad (2013:11) yang mengatakan penggunaan media pembelajaran pada
tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran itu.
Muhtaron (2010) dalam penelitiannya tentang pengaruh penggunaan Compact
Disc of Math (CD-M) sebagai media pembelajaran matematika terhadap hasil belajar
siswa juga menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
media lebih tinggi dari pada yang tidak diajar dengan media.
Berbagai hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pengembangan media
pembelajaran memberikan peningkatan terhadap kualitas pembelajaran matematika.
Mega, F.V (2010) dalam penelitiannya tentang Pengembangan Media Pembelajaran
Geometri Ruang Berbasis Multimedia untuk siswa SMP Kelas VIII menyimpulkan
bahwa media pembelajaran berbasis multimedia mampu menumbuhkan motivasi belajar
matematika siswa. Hal ini juga didukung hasil penelitian Basmalah, Y.N (2013) dalam
penelitian tentang pengembangan media pembelajaran matematika berbasis multimedia
interaktif menggunakan software swish max dengan pendekatan matematika relaistik
menyimpulkan bahwa media pembelajaran yang dihasilkan berdampak baik pada prestasi
belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengadakan analisis kebutuhan di SMP Putri
Cahaya Medan tentang pentingnya pengembangan media pembelajaran. Hasil wawancara
terhadap guru matematika di SMP Putri Cahaya Medan yaitu Bapak Dodi Sijabat, S.Pd
dan Bapak Yoakin Sinaga, S.Pd tentang pengajaran materi transformasi, mereka
mengatakan sebaiknya menggunakan media pembelajaran karena materi tersebut
membutuhkan visualisasi dalam pemahaman konsep. Adapun media yang dibutuhkan
dalam pembelajaran ini adalah media pembelajaran interaktif atau audio-visual.
Dari hasil angket yang diisi oleh20 gurudi SMP Putri Cahaya Medan
menunjukkan bahwa 100% dari guru-guru tersebut membutuhkan media pembelajaran
interaktif dalam proses pembelajaran dengan alasan agar proses pembelajaran lebih
menarik, siswa dapat lebih aktif dan pembelajaran berjalan lebih efektif.Sedangkan dari
hasil angket yang disebar kepada 80 orang siswa yang diambil sebagai sampel, 100 %
siswa menyatakan membutuhkan media pembelajaran interaktif yang dapat mereka
jadikan sebagai sarana pembelajaran secarabersama dalam kelas ataupun individual.
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
157
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Dengan alasan pada umumnya merasa jenuh dengan pola pembelajaran sekarang
karenakurang menarik dan membosankan sehingga tidak tertarik terhadap pelajaran
matematika.
Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut, dalam penyampaian materi matematika
dibutuhkan media pembelajaran interaktifdengan strategi yang menekankan keaktifan
siswa sehingga pembelajaran yang terjadi berpusat pada siswa. Media yang dapat dipilih
dalam proses belajar ini adalah media pembelajaran berupa CD interaktif
yangmenyajikan animasi, gambar grafis, teks dan audio sehingga dapatmembangkitkan
motivasi siswa dalam mempelajari konsep Transformasi.Dari uraian di atas, penggunaan
media pembelajaran matematika sangat penting untuk meningkatkan motivasi belajar,
keaktifan, serta hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang efektif sesuai dengan
kebutuhan dapat diperoleh melalui pengembangan.Hal ini mendorong keinginan peneliti
untuk mengembangkan media pembelajaran matematika kelas VIIpokok bahasan
Transformasiberbasis teknologi menggunakan Flash dengan strategi student active
learning(pembelajaran siswa aktif).
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Putri Cahaya Medan yang berlokasi di Jalan
Hayam Wuruk no. 11 Medan Baru pada siswa kelas VII Tahun Pelajaran 2014/2015.
Waktu pelaksanaan penelitian mulai bulan Oktober 2014 sampai dengan Februari 2015.
Model Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan media pembelajaran
ini adalah model pengembangan perpaduan dari model pengembangan Borg and Gall
dengan model pengembangan pembelajaran model Dick dan Carey dengan Prosedur
pengembangan yang ditempuh untuk menghasilkan produk media pembelajaran dibagi
menjadi 6 tahap yaitu: (1) tahap pertama melakukan penelitian pendahuluan, (2) tahap
kedua pembuatan desain software, (3) tahap ketiga pengumpulan bahan, (4) tahap
keempat membuat dan memproduksi media pembelajaran interaktif, (5) tahap kelima
melakukan review atau uji coba lapangan dalam rangka evaluasi formatif dan revisi
produk. Evaluasi formatif terus berlangsung selama proses pengembangan mulai dari
tahap analisis, desain, produksi maupun implementasi sampai diperoleh hasil yang sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, (6) Uji keefektifan produk
Desain Uji Coba
Desain uji coba dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) Validasi
ahli (Ahli Materi, Ahli Media dan Desain), (2) Analisis konseptual,(3) Revisi
pengembangan (tahap I), berdasarkan penilaian yang berupa masukan, kritik atau saran
dari 5 ahli materi, 5 ahli media pembelajaran dan Desain untuk dilakukan perbaikan, (4)
Uji coba kelompok kecil, (5) Revisi pengembangan (tahap II), berdasarkan penilaian
yang berupa masukan, kritik atau saran dari 12 siswa kelas VII SMP Putri Cahaya Medan
yang memiliki prestasi tinggi, sedang dan rendah,(6) Analisis konseptual dan produk
untuk melihat daya tarik dan kelayakan produk, (7) Revisi produk (tahap III), (8) Uji
coba lapangan terhadap 42 siswa kelas VII SMP Putri Cahaya Medan untuk melihat
keefektifan pruduk.
Teknik Analisis Data Validitas Media
Untuk menentukan kualitas media pembelajaran yang dikembangkan, diperoleh
dengan menentukan validitas isi dengan menggunakan analisis melalui interater
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
158
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
kesepakatan para ahli. Data kualitatif yang berupa pernyataan sangat kurang baik, kurang
baik,sedang, baik dan sangat baik diubah menjadi data kuantitatif dengan skala nilai 1
sampai 5 yang diperoleh dari beberapa ahli dan diolah dengan menentukan tingkat
kesepakatan dengan statistik analisis melalui interater ( Asmin,2012:239)
r = RJKb  RJKe
RJK b
JKb =
JKk =
1
K
1
n
X
X
JKt =  X 2
ij
 X ..
2
2
i

nt
 X ..
2
2
.j

nt
 X ..
2

nt
JKe = JKt – JKk – JKb
RJKb = JK b
dbb
RJKe = JK e
dbe
JKb = Jumlah Kuadrat butir
JKk = Jumlah Kuadrat Pengamat
JKt = Jumlah Kuadrat Total
Jke = Jumlah Kuadrat kekeliruan
dbt = nt – 1 = derajat kebebasan total
dbb = nb – 1 = derajat kebebasan butir
dbk = k – 1 = derajat kebebasan
pengamat, dan
dbe = (n – 1)(k-1) = derajat kebebasan
kekeliruan
Kriteria penilaian tingkat kesepakatan antara pengamat menurut Borg & Gall
(1983:479) , bahwa tingkat kesepakatan 0,70 sampai 0,80 sudah memadai.
Teknik Analisis Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa, dilakukan
tes hasil belajar. Tes dilakukan dua kali yaitu tes awal (pretes) yang dilakukan sebelum
proses pembelajaran dan tes akhir (postes) dilakukan setelah selesai proses
pembelajarandengan menggunakan media yang dikembangkan dilaksanakan sebanyak 5
kali pertemuan. Hasil dari kedua tes tersebut digunakan untuk melihat peningkatan
kemampuan komunikasi matematik siswa dengan menghitung N-gain dengan rumus Ngain oleh Hake (1999) sebagai berikut:
g 
gain
gain
max

post tes  pre tes
100  pre tes
Kriteria peningkatannya ditentukan sebagai berikut:
g < 0,3
kategori rendah
0,3 ≤ g< 0,7 kategori sedang
g ≥ 0,7
kategori tinggi
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
159
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Teknik Analisis Data Respon Siswa
Untuk data respon positif siswa terhadap media yang dikembangkan, diberikan
angket respon siswa setelah selesai pembelajaran dengan menggunakan media. Data yang
diperoleh diubah menjadi data kwantitatif melalui skala likert 1 sampai 4 dengan kriteria
pilihan A = 4, B= 3, C=2, D=1 lalu dihitung nilai totalnya.
Hasil tes dan Respon positif siswa yang diperoleh digunakan untuk menentukan
keefektifan media pembelajaran yang dikembangkan dalam persentase dengan rumus
sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2013:266).
X=
Dengan kriteria penilaian seperti yang tertulis pada tabel berikut ini.
Tabel Skor Penilaian Keefektifan Media Pembelajaran
Nilai
Kriteria
A
Sangat baik
B
Baik
C
Sedang
D
Kurang baik
E
Sangat kurang baik
X = Skor Empiris
Persentase
80% X 100%
60% X < 80%
40% X < 60%
20% X < 40%
0% X < 20%
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Setelah media pembelajaran yang dikembangkan diproduksi maka dilakukan
tahapan review dan ujicoba lapangan. Hasil ujicoba lapangan diperoleh data tentang
kemampuan komunikasi matematik siswa, validitas media melalui penilaian para ahli
serta keefektifan dan kepraktisan media melalui ujicoba pada proses belajar mengajar di
kelas. Data hasil ujicoba tersebut diuraikan sebagai berikut.
Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Hasil perhitungan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa
diperoleh rata-rata seperti pada tabel berikut:
Tabel Rataan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
No
1
2
3
4
Aspek
Rataan
Nilai Pretes
Nilai Postes
Gain
N-Gain
35,36
86,19
50,60
0,785
Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas diperoleh bahwa 12 orang atau
28,57% siswa memperoleh peningkatan kemampuan komunikasi matematik dengan
kategori sedang dan 30 orang atau 72,43% siswa memperoleh peningkatan dengan
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
160
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
kategori tinggi. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata N-gain 0,785 yang artinya
peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah kategori “tinggi”.
Validitas Media Pembelajaran Matematika
Validasi produk (media pembelajaran matematika) yang dikembangkan dilakukan
oleh dua kelmpok ahli yaitu ahli Materi dan ahli Media (ahli desain dan perangkat lunak).
Hasil validasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
a.
Data Hasil Validasi Ahli Materi
Hasil penilaian ahli materi yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Terhadap Media Pembelajaran Matematika Oleh Ahli
Materi
No
1
2
3
Aspek
Kelayakan isi materi
Kebahasaan
Kegrafikan
Rata-rata
Persentase Rata-rata
92,36%
98,00%
98,00%
96,12%
Kriteria
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Pada tabel di atas, maka tingkat kecenderungan penilaian ahli materi terhadap
kualitas media pembelajaran adalah “ Sangat Baik” dan tingkat validitas media
pembelajaran matematika yang dikembangkan berdasarkan penilaian ahli materi
dirangkum dalam tabel berikut :
Tabel Rangkuman Anava Analisis Hoyt
Sumber Variasi
Responden
Butir
Sisa
Total
JK
0,7467
8,7467
6,4533
15,9467
db
4
14
56
74
RJK atau Varians
0,1867
0,6248
0,1152
-
r
0,8156
-
Berdasarkan hasil perhitungan di atas tingkat kesepakatan para ahli materi untuk
menilai validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan adalah 0,8156.
Dengan demikian tingkatvaliditas isi media pembelajaran yang dikembangkansudah
memadai. Hal ini berarti media yang dikembangkan menurut ahli materi adalah valid.
b.
Data Hasil Validasi Ahli Media
Dari hasil penilaian ahli media (ahli desain dan ahli perangkat lunak) terhadap
media pembelajaran yang dikembangkan pada materi transformasi diperoleh data ratarata penilaian dalam persentase sebagai berikut:
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
161
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Tabel Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Terhadap Media Pembelajaran Matematika
Oleh Ahli Media
No
1
2
3
Aspek
Kualitas Desain
Kegrafikan
Kebahasaan
Rata-rata
Persentase Rata-rata
92,67%
93,71%
98,00%
94,79%
Kriteria
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Tingkat validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan menurut
penilaian yang diberikan oleh ahli media dirangkum dalam tabel sebagai berikut :
Tingkat Tabel Rangkuman Anava Analisis Hoyt
Sumber Variasi
Responden
Butir
Sisa
Total
JK
db
RJK
atau
Varians
0,2134 4 0,05335
9,5467 14 0,6819
10,1866 56 0,1819
19,9467 74 -
r
0,7332
-
Berdasarkan hasil perhitungan di atas tingkat kesepakatan para ahli media untuk
menilai validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan adalah 0,7332.
Data ini menunjukkan tingkat validitas isi media pembelajaran yang dikembangkan
sudah memadai. Hal ini berarti media yang dikembangkan menurut ahli media adalah
valid.
c. Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil
Uji coba kelompok kecil dilakukan terhadap 12 orang siswa yang terdiri dari 4
siswa yang berprestasi tinggi (kelompok atas), 4 siswa yang berprestasi sedang
(kelompok menengah), dan 4 siswa yang berprestasi rendah (kelompok bawah).
Dari hasil penilaian oleh siswa pada ujicoba kelompok kecil diperoleh persentase
rata-rata penilaian sebagai berikut:
Tabel Persentase Rata-rata Hasil Penilaian Terhadap Media Pembelajaran Matematika Oleh
Siswa pada Ujicoba Kelompok Kecil
No
1
2
Aspek
Kualitas Desain
Kegrafikan
Rata-rata
Persentase Rata-rata
95,45%
99,17%
97,31%
Kriteria
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Tingkat validitas media pembelajaran matematika yang dikembangkan melalaui
penilaian siswa pada ujicoba kelompok kecil dapat dilihat pada tabel berikut :
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
162
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Tabel Rangkuman Anava Analisis Hoyt
Sumber Variasi
Responden
Butir
Sisa
Total
JK
0,5778
6,3111
19,422
26,3111
db
11
14
154
179
RJK atau Varians
0,0525
0,4508
0,1261
-
r
0,72023
-
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas tingkat kesepakatan responden
pada kelompok kecil untuk menilai validitas media pembelajaran matematika yang
dikembangkan adalah 0,72023. Hal ini berarti media yang dikembangkan menurut ahli
media adalah valid.
Keefektifan dan Kepraktisan Media Pembelajaran Matematika
Untuk mengukur keefektifan dan kepraktisan media yang dikembangkan,
dilakukanujicoba lapangan dalam proses pembelajaran di SMP Putri Cahaya Medankelas
VII-1 sebanyak 5 kali pertemuan. Uji coba lapangan menghasilkan data-data tentang
respon siswa terhadap media yang dikembangkan saat digunakan pada proses
pembelajaran di kelas serta ketuntasan hasil belajar pada kemampuan komunikasi
matematik siswa.
a.
Respons Siswa Terhadap Media Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran dilaksanakan siswa diberi angket untuk melihat respon
siswa tentang Media Pembelajaran Matematika yang digunakan kepada responden
sebanyak 42 orang. Dari data yang diperoleh maka ditentukan persentase menggunakan
rumus (Suharsimi Arikunto, 2013:266) dengan perhitungansebagai berikut:
X=
X=
X= 81,72%
Dengan kriteria penilaian seperti yang tertulis pada tabel berikut ini.
Tabel Skor Penilaian Respon Siswa Terhadap Media Pembelajaran
No
1
2
3
4
5
Kriteria
Sangat baik
Baik
Sedang
Kurang baik
Sangat kurang baik
Persentase
80% X 100%
60% X < 80%
40% X < 60%
20% X < 40%
0% X < 20%
Dari hasil perhitungan pada tabel kriteria di atas dengan diperoleh bahwa respon
siswa terhadap media pembelajaran adalah “sangat baik” dengan persentase 81,72%.
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
163
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
b. Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Berdasarkan data pada perhitungan ketuntasan individual siswa pada postes
diperoleh persentase ketuntasan pada postes dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Pada Postes
Kriteria
Tuntas
Tidak tuntas
Jumlah Siswa
37
5
Persentase
88,10%
11,90%
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas ketuntasan belajar siswa di atas
diperoleh bahwa 37 dari 42 siswa atau 88,10% tuntas untuk pencapaian kompetensi
tentang kemampuan komunikasi matematik. Hal ini menunjukkan bahwa media
pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik siswa.
2. Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang diajukan pada
bagian sebelumnya, maka data yang diperoleh sebagai hasil penelitian akan dianalisis
untuk melihat apakah rumusan masalah tersebut terjawab atau tidak.
Dalam hal ini analisis data yang dilakukan adalah analisis terhadap peningkatan
kemampuan komunikasi matematik siswa dengan penggunaan media pembelajaran
matematika, tingkat validitasmedia pembelajaran yang divalidasi oleh ahli materi, ahli
media (ahli desain dan perangkat lunak) dan hasil ujicoba kelompok kecil serta analisis
data keefektifan dan kepraktisan media pembelajaran yang dikembangkan.
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh tentang kemampuan komunikasi matematik siswa
bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran berbantuan program
flash dari 42 orang responden 30 orang (72,43%) diantaranya megalami peningkatan
kemampuan komunikasi matematik dengan kategori tinggi dan 12 orang (28,57%)
lainnya mengalami peningkatan kemampuan komunikasi komunikasi sedang. Jika dilihat
dari keseluruhan maka diperoleh rata-rata N-gain = 0,785 yang artinya penigkatan
kemampuan komunikasi matematiknya tinggi. Peningkatan kemampuan komunikasi
matematik siswa ini dipengaruhi oleh penggunaan media pembelajaran matematika yang
dikembangkan pada proses pembelajaran matematika. Penyampaian materi geometri,
komunikasi matematik dalam pemahaman materi atau konsep dapat dipermudah dengan
menggunakan media pembelajaran. Hal ini juga ditegaskan Rusman (2013:163)
mengatakan salah satu fungsi media pembelajaran adalah mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, tenaga dan daya indra. Dalam menjelaskan objek pembelajaran yang sifatnya
sangat luas, besar, atau sempit, kecil atau bahaya, sehingga dengan media dapat semakin
mendekatkan pada objek yang dimaksud. Hal ini diperkuat oleh pendapat Kemp and
Dayton (dalam Rusman 2013:168) mengatakan bahwa media pembelajaran memiliki
kontibusi terhadap pengembangan dan peningkatan pembelajaran dalam penyampaian
pesan hingga lebih standart. Hal ini juga didukung pendapat Dale (dalam Rusman
2013:165) mengatakan bahwa tingkatan pengalaman belajar yaitu pengalaman langsung,
pengalaman gambar dan pengalaman abstrak merupakan suatu proses komunikasi.
Dengan penggunaan media pengalaman belajar ini dapat ditingkatkan karena media
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
164
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
merupakan tekonologi pembawa pesan yang dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.Scramm (dalam Rusman 2013:159). Pendapat ini didukung oleh hasil
penelitian Yuananda Nur Basmalah (2013) yang menyimpulkan bahwa media
pembelajaran yang memiliki keefektifan yang tinggi berdampak baik pada prestasi
belajar siswa.
Tingkat Validitas Media Pembelajaran Matematika Yang Dikembangkan
Berbantuan Program Flash
Media pembelajaran matematika berbantuan flash yang dikembangkan telah
divalidasikan kepada para ahli yaitu ahli materi dan ahli media (ahli desain dan perangkat
lunak) maupun validasi melalui ujicoba kelompok kecil. Analisis data hasil validasi ini
akan menunjukkan tingkat validitas media pembelajaran matematika yang
dikembangkan.
a. Tingkat Validasi Oleh Ahli Materi
Hasil penilaian oleh ahli materi pada setiap aspek penilaian secara keseluruhan
ditentukan oleh skor rata-rata pada kategorinya masing-masing. Dari penilaian ahli
materi terhadap media pembelajaran pembelajaran Matematika berdasarkan ketiga aspek
menunjukan persentase rata-rata penilaian masing-masing 92,36% pada aspek kelayakan
isimateri, 98,00% pada aspek kebahasaan, dan 98,00% pada aspek kegrafikan. Secara
keseluruhan aspek diperoleh rata-rata 96,12% termasuk kategori “sangat baik”. Hal ini
berarti media pembelajaran interaktif mata pelajaran Matematika yang dikembangkan
dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pembelajaran untuk materi transformasi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Arsyad (2013:75) yang mengatakan salah satu kriteria media
yang layak dipilih adalah media yang selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas
pembelajaran. Pendapat ini juga didukung oleh Sutikno (2013:112) mengatakan bahwa
media layak dipakai jika mendukung isi materi pembelajaran.
Dalam hal validasi media yang dikembangkan, Sugiyono (2013:414) mengatakan
validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga
ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk tersebut. Dari hasil penilaian 5
orang ahli materi terhadap kualitas media pembelajaran diperoleh tingkat validitas
0,8156. Menurut Borg & Gall (1983:479) mengatakan bahwa tingkat kesepakatan 0,70
sampai 0,80 sudah “memadai” artinya media pembelajaran layak untuk digunakan.
Sehubungan dengan itu Arikunto (2013:167) mengatakan suatu instrumen (media)
memiliki validitas apabila secara analisis sudah sesuai dengan isi dan aspek yang
diungkapkan.
b. Tingkat Validasi Oleh Ahli Media
Dari hasil penilaian ahli media (ahli desain dan ahli perangkat lunak) terhadap
media pembelajaran yang dikembangkan pada materi transformasi diperoleh data ratarata penilaian dalam persentase pada aspek kualitas desain menunjukan persentase ratarata 92,67% , pada aspek kegrafikan 93,71% dan pada aspek kebahasaan 98,00% . Ratarata secara keseluruhan aspek diperoleh 94,79% termasuk pada kategori “sangat baik”.
Sedangkan tingkat validitas media dari hasil penilaian para ahli media menurut
kesepakatan para ahli adalah 0,7332. Dalam hal ini validasi dilakukan oleh 5 orang ahli
media yaitu ahli desain dan perangkat lunak. Ciri utama media menurut Brezt (dalam
Sadiman 2009:20) ada tiga unsur yaitu suara, visual dan gerak. Sehubungan dengan
pendapat tersebut maka penilaian atau validasi terhadap kualitas produk (media
pembelajaran) oleh ahli media (ahli desain dan perangkat lunak) didasarkan pada tiga
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
165
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
aspek yaitu kualitas desain, kegrafikan dan kebahasaan.Sugiyono (2013:414) mengatakan
validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan apakah efektif atau
tidak secara rasional. Hal ini didukung oleh pendapat Asyhar (2012:123) yang
mengatakan bahwa ahli media mengkaji (melakukan validasi) terhadap aspek penyajian
seperti kemenarikan, animasi, musik, sound effect, format program, alur program dan
lain-lain.
Dari hasil yang diperoleh bahwa tingkat validitas media yang dikembangkan adalah
0.7332 maka media dikatakan valid dan layak digunakan. Hal ini sesuai dengan kriteria
yang dikatakan olehBorg & Gall (1983:479) mengatakan bahwa tingkat kesepakatan 0,70
sampai 0,80 sudah memadai artinya media pembelajaran layak untuk digunakan. Hasil
ini sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh Nieeven (dalam Trianto 2010:24)
bahwa suatu material (media pembelajaran) dikatakan valid jika semua ahli yang
memvalidasi menyatakan valid.Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Yuni
Yamasari (2010) yang menyimpulkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan
berkualitas dan layak digunakan jika memenuhi validitas isi dan konstruk yang dinilai
oleh validator (para ahli).
c. Tingkat Validitas Oleh Siswa Pada Ujicoba Kelompok Kecil
Berdasarkan hasil penilaian oleh siswa pada ujicoba kelompok kecil diperoleh
persentase rata-rata penilaian sebagai berikut: untuk aspek kualitas desain 95,45% dan
Kegrafikan 99,17%. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata 97,31% termasuk pada
kategori “sangat baik”. Tingginya persentase ini dimungkinkan karena sebelum
diujicobakan kepada siswa kelompok kecil, media sudah dilakukan revisi terlebih dahulu
sesuai dengan saran para ahli materi dan media. Sedangkan hasil penilaian responden
untuk tingkat validitas pada ujicoba kelompok kecil terhadap kualitas media
pembelajaran diperoleh 0,72023. Menurut Borg & Gall (1983:479) mengatakan bahwa
tingkat kesepakatan 0,70 sampai 0,80 sudah memadai artinya media pembelajaran layak
untuk digunakan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Johnson (2012) menyatakan
bahwa tanggapan peserta didik pada ujicoba kelompok kecil terhadap media
pembelajaran interaktif yang dikembangkan termasuk kategori sangat memuaskan layak
digunakan pada ujicoba lapangan dan memberikan peningkatan hasil belajar siswa. Hasil
penelitian ini juga didukung oleh Intan Permata Sari (2012) yang menyatakan bahwa
media pembelajaran yang dikembangkkan dengan menggunakan program macromedia
flash profesional 8.0 yang telah divalidasi dengan kategori sangat baik menyebabkan
pembelajaran efektif.
Keefektifan dan Kepraktisan Media Pembelajaran Berbantuan Flash
Suatu media pembelajaran dikatakan efektif jika media tersebut mendapat respon
positif dari siswa dan dapat meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran. Sedangkan
media dikatakan praktis jika semua validator (ahli) mengatakan bahwa media layak
digunakan serta kenyataan menunjukkan bahwa media dapat diterapkan.
a. Respons Siswa Terhadap Media Pembelajaran.
Berdasarkan data hasil perhitungan respon siswa terhadap media pembelajaran
yang dikembangkan yang menunjukkan bahwa respon siswa terhadap media
pembelajaran yang dikembangkan dalam kategori “sangat baik” dengan persentasi 81,72
%. Data ini diperoleh dari angket respon siswa yang diberikan kepada 42 orang siswa
sebagai responden pengguna media pada ujicoba lapangan. Nieeven dalam Trianto
(2010:25) mengatakan salah satu syarat media dikatakan efektif jika memperoleh respon
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
166
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
positif dari siswa. Sehubungan dengan itu berdasarkan perhitungan data di atas diproleh
bahwa media yang dikembangkan memenuhi salah satu kriteria keefektifan dan media
dapat diterima oleh siswa.
a. Ketuntasan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Berdasarkan data hasil ketuntasan kemampuan komunikasi matematik siswa
diperoleh 37 orang (88,10%) tuntas dan 5 orang (11,90%) tidak tuntas. Kondisi ini dapat
terjadi karena adanya kesesuaian proses pembelajaran yang dilakukan dengan metode
dan penggunaan sarana maupun sumber belajar seperti media pembelajaran berbantuan
program flash. Sehingga penyampaian materi dapat dipahami siswa dengan baik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Trianto (2010:185) yang mengatakan bahwa keberhasilan
pembelajaran sangat tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran dan media yang
dipilih.
Pencapaian ketuntasan belajar yang diperoleh jika dibandingkan antara nilai pretes
dengan nilai postes maka siswa yang memperoleh peningkatan kemampuan sedang ada 2
orang dari 12 orang yang nilai pretes sudah baik dan postesnya tidak mencapai maksimal.
Sedangkan 10 orang lagi termasuk nilai pretesnya rendah. Pada pretes siswa yang sudah
mencapai nilai di atas ketuntasan ada 3 orang atau setara dengan 7,14% dan 39 orang
atau 92,86% tidak tuntas. Dari 39 orang tersebut pada postes ternyata 5 orang atau 11,9%
tetap berada dibawah nilai ketuntasan. Secara klasikal ketuntasan kemampuan
komunikasi matematika adalah 88,10% atau 37 orang dan tidak tuntas sebanyak 5 orang
atau 11,90%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran secara klasikal
dinyatakan tuntas dalam pencapaian kompetensi dasar untuk kemampuan komunikasi
matematik siswa.
Berdasarkan hasil ujicoba lapangan diperoleh bahwa respon siswa terhadap media
pembelajaran termasuk kategori “sangat baik” dengan persentase 81,72%, ketuntasan
belajar siswa mencapai 88,10%. Dari data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa media
pembelajaran yang dikembangkan efektif karena dipenuhi kriteria rata-rata ketuntasan
belajar siswa mencapai 88,10% dan respon positif siswa kategori “sangat baik” sesuai
kriteria yang dikemukana Nieeven dalam Trianto (2010:25). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yuni, Y (2010) mengatakan media pembelajaran yang
dikembangkan berbasis ICT berkualitas karena memenuhi kriteria valid, praktis dan
efektif.
Kepraktisan Media Pembelajaran Matematika
Berdasarkan hasil penilaian para ahli, 100% yang terdiri dari 10 orang mengatakan
bahwa media layak digunakan dengan sedikit revisi. Demikian juga melalui pengamatan
pada ujicoba siswa kelompok kecil, media dapat digunakan dengan mudah yaitu 12 orang
(100%) dapat menggunakan media pembelajaran matematika. Pada ujicoba lapangan,
media yang digunakan dalam proses pembelajaran sebanyak 5 kali pertemuan juga dapat
digunakan dengan mudah.
Data ini menunjukkan bahwa media pembelajaran matematika yang dikembangkan
memenuhi kriteria kepraktisan yaitu semua ahli (validator) mengatakan media layak
digunakan dan pada kenyataannya media dapat digunakan. Menurut Thorn (dalam
Rusman 2013:141) kriteria suatu media dikatakan praktis dan berkualitas jika memenuhi
kriteria penilaian yaitu kemudahan navigasi, kandungan kognisi, memuat pengetahuan
dan presentasi informasi, memiliki integritas media, memiliki estetika dan berfungsi
secara keseluruhan. Pendapat ini diperkuat oleh Trianto (2010:25) mengatakan bahwa
aspek kepraktisan dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
167
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
yang dikembangkan dapat diterapkan dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang
dikembangkan dapat diterapkan. Hal ini diperkuat oleh penilaianvalidator yang
mengatakan media yang dikembangkan layak digunakan dengan sedikit atau tanpa revisi.
Hal ini didukung oleh penelitian Intan Permata Putri (2012) membuktikan bahwa media
pembelajaran yang dikembangkan dengan program Macromedia Flash Profesional 8.0
memberi sumbangan praktis dan memberi kemudahan dalam penyelenggaraan
pembelajaran yang berdampak pada efektifitas proses pembelajaran dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Yuni Yamasari
(2010) yang membuktikan bahwa pengembangan media pembelajaran berbasis ICT yang
berkualitas adalah Valid, Praktis dan Efektif.
D. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan, tujuan, hasil dan pembahasan penelitian pengembangan
media pembelajaran berbantuan program flash untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik siswa yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan:
1. Kemampuan komunikasi matematik siswa mengalami peningkatan dengan kategori
sedang 28,57% dan kategori tinggi 72,43%. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata Ngain 0,785 yang artinya peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa
termasuk dalam kategori “tinggi”. Dengan demikian media pembelajaran matematika
yang dikembangkan berbantuan program flash dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik siswa.
2. Hasil validasi para ahli dan penilaian para siswa pada ujicoba kelompok kecil
menunjukkan bahwa:
a. Persentase rata-rata penilaian ahli materi terhadap media 96,12% dengan kategori
“sangat baik”. Tingakat validitas berdasarkan penilaian kesepakatan para ahli
materi adalah 0,8156 yang artinya media memadai dan layak untuk digunakan.
b. Persentase rata-rata penilaian ahli media terhadap media 94,79% dengan kategori
“sangat baik”. Tingakat validitas berdasarkan penilaian kesepakatan para ahli
media adalah 0,7332 yang artinya media memadai dan layak untuk digunakan.
c. Persentase rata-rata penilaian siswa pada ujicoba kelompok kecil terhadap media
97,31% dengan kategori “sangat baik”. Tingakat validitas berdasarkan penilaian
kesepakatan penilaian siswa pada ujicoba kelompok kecil adalah 0,72023 yang
artinya media memadai dan layak untuk digunakan.
Dengan demikian media pembelajaran matematika berbantuan program flash
memiliki kualitas “sangat baik” dengan tingkat validitas memadai dan layak
digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Hasil ujicoba lapangan dalam proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran
matematika berbantuan program flash menunjukkan bahwa:
a. ketuntasan belajar siswa pada postes 88,10% dan respon siswa terhadap media
pembelajaran kategori “sangat baik” dengan persentase 81,72%. Dengan demikian
media pembelajaran matematika berbantuan program flash “efektif ” dan layak
digunakan dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII.
b. Validator atau para ahli mengatakan bahwa media yang dikembangkan layak
digunakan dan kenyataan menunjukkan pada ujicoba lapangan media yang
dikembangkan dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dengan demikian media
pembelajaran matematika berbantuan program flash “praktis ” dan layak digunakan
dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII.
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
168
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan di atas, maka berikut
ini diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Media pembelajaran berbantuan program flash merupakan media yang dapat menarik
minat dan keaktifan siswa, maka guru dapat menggunakannya sebagai media
pembelajaran matematika khususnya materi geometri.
2. Model pengembangan perpaduan Borg&Gall dengan Dick dan Carey dapat
digunakan untuk melaksanakan penelitian pengembangan media pembelajaran, untuk
itu perlu ditindaklanjuti bagi penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih
representatif.
3. Dalam penelitian pengembangan media pembelajaran berbantuan flash dipengaruhi
keterbatasan dana, waktu dan kemampuan.Untuk itu perlu ada yang memfasilitasi
dari pihak-pihak terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. (2013).Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013,
Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Ansari, I.B. (2009). Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi, Banda Aceh: Yayasan
Pena.
Arikunto, S. (2009).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2013).Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2008). Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Asmin.(2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan
Modern. Medan: Larispa Indonesia.
Asyhar, R. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Jakarta: Referensi.
Basmalah, Y.N. (2013), Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis
Multimedia Interaktif Menggunakan Soft Ware Swish Max dengan Pendekatan
Matematika Realistik pada Pokok Bahasan Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi
Datar, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Borg, W. & V Gall, M.D. (2005). Educational Research. An Introduction (7th ed). New
York & London: Longman.
Dick, W. & Carey L. (2005), The Systematic Design of Instruction,Second Edition,
London-England: Scott, Foresman and Company.
Johnson. (2012), Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif pada Mata Pelajaran
Matematika, Tesis tidak diterbitkan, Medan: Program Studi Teknologi Pendidikan
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
169
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED
Vol.12 No.2, Agustus 2015
Lestari, R. (2013), Pengembangan Media Pembelajaran Pembelahan Sel dengan
Menggunakan Macromedia Flash untuk Kelas XII SMA, Tesis tidak diterbitkan,
Medan: Program Studi Magister Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
Mega, F.V. (2010), Pengembangan Media Pembelajaran Geometri Ruang Berbasis
Multimedia pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Untuk Siswa SMP kelas VIII,
Sikripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Fakultas MIPA Universitas Negeri
Yogyakarta.
Muhtaron. (2010), Pengaruh Penggunaan Compact Disc of Math (CD-M) sebagai
Media Pembelajaran Matematika terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA
Negeri 2 Mranggen, Jurnal Aksioma, (OnLine), Vol.1, No.1/Maret 2010, ISSN:
2086-2725.
Munadi, Y. (2013), Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Referensi.
Putri, I.P. (2012), Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif pada Mata Pelajaran
Fisika Siswa Kelas IX MTsN 3 Medan, Tesis tidak diterbitkan, Medan: Program
Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Rusman. (2013a), Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21, Bandung: Alfabeta.
Rusman. (2013b), Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sadiman, A.S. (2009), Media Pendidikan:Pengertian,
Pemanfaatannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pengembangan,
dan
Sugiyono, (2013), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Sutikno, S. (2013), Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan
Pembelajaran yang Berhasil, Lombok: Holistica.
Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
Turmudi, (2008), Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika, Jakarta:
Leuser Cita Pustaka.
Pengembangan Media … (Mualdin S., 154-170)
170
Download