PENGARUH PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT HOLCIM INDONESIA TBK NAROGONG Noetty Agustina dan Kusnar Budi Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada PT Holcim Indonesia Tbk Narogong. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatifeksplanatif. Teknik Total Sampling digunakan dalam penelitian ini, karena jumlah populasi hanya sebanyak 134 karyawan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan penelitian survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) dengan kinerja karyawan bagian produksi. Hal ini berarti semakin meningkat pelaksanaan sistem manajemen K3 di perusahaan, maka akan semakin meningkat pula kinerja karyawan bagian produksi pada PT Holcim Indonesia Tbk Narogong. Dengan adanya pelaksanaan sistem manajemen K3 yang baik dalam perusahaan, maka risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja akan dapat teratasi. Karyawan akan merasa aman dan nyaman saat berada di lingkungan kerja sehingga dapat bekerja secara optimal. Kata Kunci : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Kinerja Karyawan Abstract Aim of this study is to analyze the effect of occupational health and safety -management system on employees’ performance at production unit, in PT Holcim Indonesia Tbk Narogong. This study uses quantitative-explanatory research method. It has used Total Sampling technique, because the total population of this study is only 134 employees. Technique for data collection is using survey research method. Results of this study show that there is a significant and positive effect between the implementation of occupational health and safety management system on the employees’ performance at production unit. It means that when the implementation of the occupational health and safety -management system is raised (increasingly) in the company, it will affect to the increase of the production employees performance in PT Holcim Indonesia Tbk Narogong. By the good implementation of occupational health and safety -management system within the company, then the risk of accidents and diseases can be resolved. Employees will feel safe and comfortable with the working environtment; therefore, they can work optimally. Keywords: Occupational Health and Safety -Management System; Employees Performance 1 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, diiringi dengan perkembangan industrialisasi yang cepat pula, menuntut perusahaan untuk mempekerjakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, terampil, dan berpengetahuan luas supaya dapat bersaing dengan perusahaan lain. Dengan adanya tenaga kerja yang berkualitas (terampil), mesin dan peralatan canggih dapat dikendalikan dengan baik, sehingga tujuan perusahaan akan dapat dicapai. Untuk itu, perusahaan perlu mengupayakan peningkatan kinerja seluruh SDM yang menjadi karyawannya, sehingga mampu memenangkan persaingan dengan perusahaan lain dalam menghasilkan produk berkualitas, sehingga akan diperoleh keuntungan yang optimal. Kinerja karyawan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Mangkunegara (2004) menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Kinerja setiap individu karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Simanjuntak (2011), salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah dukungan organisasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. Lingkungan kerja yang aman dan nyaman adalah harapan bagi setiap karyawan ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di tempat kerja. Menurut Yusuf (2012), setiap karyawan menginginkan untuk bekerja di lingkungan fisik yang tidak berbahaya (aman) dan nyaman sehingga tidak menganggu konsentrasi karyawan ketika melaksanakan tugas. Penciptaan rasa aman dan nyaman di tempat kerja akan memungkinkan peningkatan kinerja karyawan. Dalam hal ini, seorang karyawan yang merasa terjamin kesehatan dan keselamatannya saat berada di tempat kerja akan bekerja secara optimal sehingga kinerja karyawan pun akan meningkat. Hal ini dinyatakan pula oleh Ridley (2008) yang menegaskan bahwa kinerja karyawan dapat ditingkatkan apabila perusahaan melindungi dan menjamin kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Dengan adanya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, karyawan akan bekerja secara optimal karena karyawan beranggapan bahwa perusahaan akan memikirkan kesehatan dan keselamatan kerjanya. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan sebuah program pemeliharaan (maintenance) bagi karyawankaryawannya supaya dapat meningkatkan kinerjanya. Program tersebut diharapkan dapat melindungi SDM (karyawan) dari risiko dan potensi bahaya di tempat kerja. 2 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. Setiap tempat kerja memiliki risiko dan potensi bahaya yang berbeda-beda. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja merupakan risiko yang dapat menimpa setiap karyawan yang bekerja tanpa terkecuali. Untuk menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja , pemerintah mencanangkan upaya peningkatan serta penerapan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada setiap perusahaan. Namun sejauh ini, kondisi K3 di Indonesia masih memprihatinkan. Menurut data International Labour Organization (2005) mengenai tingkat daya saing (kompetitif) negara-negara di dunia dan kaitannya dengan keselamatan (safety), tingkat kompetitif dan safety di Indonesia berada pada urutan kedua terbawah setelah Rusia dari 27 negara yang diamati. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan K3 di Indonesia masih sangat lemah. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun merupakan tanggung jawab semua pihak yang berada di perusahaan, seperti pengusaha dan tenaga kerja. Aspek K3 tidak akan dapat berjalan tanpa adanya intervensi dan komitmen dari pihak manajemen puncak (top management) setiap perusahaan. Perusahaan harus memberikan prioritas utama terhadap masalah K3 dengan memberikan tindakan konkrit berupa perencanaan dan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Di Indonesia terdapat beberapa peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditetapkan, seperti Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Akan tetapi, walaupun banyak peraturan dan kebijakan mengenai K3 yang telah diterbitkan, pada kenyataannya masih banyak perusahaan yang tidak menerapkan program K3. Data Depnakertrans (2007) menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang terdaftar di Indonesia adalah sebanyak 190.267, namun yang sudah memenuhi kriteria SMK3 baru mencapai 643 perusahaan. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dan kesadaran para pengusaha dan tenaga kerja terhadap masalah K3. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang perlu menerapkan sistem manajemen K3 dengan baik karena memiliki tingkat risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja kedua tertinggi setelah sektor konstruksi. Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), hingga tahun 2010, kecelakaan kerja didominasi oleh bidang jasa konstruksi (31,9%), diikuti oleh bidang industri (31,6%), transportasi (9,3%), pertambangan (2,6%), kehutanan (3,8%), dan bidang lainnya (20%). Salah satu sektor industri yang memiliki potensi bahaya dan risiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja yang tinggi adalah industri manufaktur. Dalam kegiatan produksi, 3 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. industri manufaktur berkaitan erat dengan lingkungan hidup. Dimana, mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi dapat menyebabkan pencemaran udara, pencemaran limbah, dan lingkungan berdebu sehingga penyakit akibat kerja sering dialami oleh karyawan terutama di bagian produksi. Selain itu, kecelakaan kerja juga sering terjadi dalam industri manufaktur karena selalu menggunakan bahan, mesin, serta peralatan yang berbahaya dan berisiko tinggi. Oleh karena itu, industri manufaktur sebaiknya dapat melaksanakan sistem manajemen K3 sedini mungkin untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dengan adanya pelaksanaan SMK3, karyawan akan dapat berkonsentrasi dengan baik saat bekerja, karena merasa terlindungi keselamatan dan kesehatan kerjanya. Abdul Rahim Sya’ban (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara elemen SMK3 dengan kinerja karyawan. Dimana, semakin baik pelaksanaan SMK3 pada suatu perusahaan, maka akan semakin baik pula kinerja karyawan. Pelaksanaan SMK3 dalam perusahaan akan membuat karyawan tidak akan pernah merasa takut dan gelisah saat berada di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya dan risiko yang tinggi karena SMK3 dapat meminimalisir bahkan mencegah bahaya dan risiko yang ada. PT Holcim Indonesia Tbk Narogong merupakan salah satu industri manufaktur di Indonesia yang memiliki potensi bahaya dan risiko yang tinggi. Dalam kegiatan produksi sehari-hari, PT Holcim Indonesia Tbk Narogong menggunakan berbagai bahan kimia, mesin, dan peralatan yang berbahaya dan berteknologi tinggi sehingga dapat mengakibatkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta menciptakan tempat kerja yang aman dan produktif, Holcim melaksanakan sistem manajemen K3. Hal ini terbukti dengan menurunnya jumlah angka kecelakaan kerja pada karyawan bagian produksi dari tahun ke tahun. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian adalah bagaimana pengaruh pelaksanaan SMK3 pada PT Holcim Indonesia Tbk Narogong dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan bagian produksi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pelaksanaan SMK3 terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada PT Holcim Indonesia Tbk Narogong. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN TEORITIS Penelitian Sebelumnya Dua penelitian sebelumnya terkait K3 adalah penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2010) dan Rukhviyanti (2007). Keduanya menyimpulkan bahwa setiap karyawan 4 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. membutuhkan adanya SMK3 di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya dan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang tinggi. Handayani (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa SMK3 berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Dijelaskan bahwa karyawan akan memiliki kinerja yang baik apabila karyawan yang bersangkutan dapat mematuhi kebijakan dan peraturan yang diberlakukan di perusahaan seperti SMK3. Dengan adanya pelaksanaan SMK3, karyawan akan berkonsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan karena karyawan merasa terlindungi keselamatan dan kesehatan kerjanya. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja juga akan dapat teratasi. Sedangkan, Rukhviyanti (2007) menyimpulkan bahwa meningkatnya kecelakaan kerja pada suatu perusahaan akan menyebabkan meningkatnya pula karyawan yang absen karena cidera atau sakit sehingga kinerja karyawan akan menurun karena tidak dapat berkontribusi pada perusahaan. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Sistem manajemen merupakan suatu set elemen-elemen yang saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran serta untuk mencapai objektif, yang meliputi antara lain struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya. Banyaknya sistem manajemen K3 yang dikembangkan oleh berbagai institusi, membuat Pemerintah memberlakukan sistem standarisasi sehingga melahirkan sistem penilaian kinerja keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang disebut dengan OHSAS 18001 (Occupational Health and Safety Assessment Series). Menurut OHSAS 18001, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) merupakan bagian dari sistem manajemen organisasi atau perusahaan yang digunakan untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja serta mengendalikan risiko keselamatan dan kesehatan kerja (Ramli, 2010). Selanjutnya, Ramli (2010) juga menjelaskan bahwa, dalam proses SMK3, OHSAS 18001 menggunakan pendekatan plan-do-check-action (PDCA), yaitu mulai dari kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), perencanaan, implementasi dan operasi, pemeriksaan, dan tinjauan manajemen. Berikut ini adalah siklus SMK3 OHSAS 18001 berdasarkan pendekatan plan-docheck-action (PDCA). 5 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. Kebijakan K3 Tinjauan Manajemen Perencanaan -­‐ Iden3fikasi Bahaya -­‐ Penilaian dan Pengendalian Risiko -­‐ Persyaratan legal dan lainnya -­‐ Objek3f K3 -­‐ Program K3 PLAN Peningkatan berkelanjutan ACT CHECK DO Implementasi dan Operasi -­‐ Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Wewenang -­‐ Komunikasi dan par3sipasi -­‐ Pela3han Pemeriksaan -­‐ Pemantauan Kinerja -­‐ Inspeksi Tempat Kerja -­‐ Pelaporan insiden -­‐ Penyelidikan insiden -­‐ Audit Internal -­‐ Dokumentasi -­‐ Tanggap Darurat Siklus SMK3 OHSAS 18001 (Pendekatan PDCA) Sumber : Ramli (2010) OHSAS 18001 memberikan pedoman penerapan dengan menetapkan persyaratan Sistem Manajemen K3 untuk masing-masing elemen. Elemen implementasi dari Sistem Manajemen K3 berdasarkan OHSAS 18001 antara lain: 1. Kebijakan K3 Sebelum melakukan perencanaan (plan), Sistem Manajemen K3 harus dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung penerapan K3 yang memuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk memperhatikan masalah K3, serta program kerja. Berbagai bentuk komitmen yang dapat ditunjukkan oleh pimpinan dan manajemen dalam K3 antara lain manajemen perusahaan memberikan prioritas utama terhadap permasalahan K3; manajemen puncak menjadikan K3 sebagai bagian dalam kebijakan organisasi; memasukkan isu K3 dalam setiap pertemuan dengan para pekerja; melibatkan seluruh pekerja dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan K3; dan mengkomunikasikan kepada seluruh pekerja mengenai maksud kebijakan K3 dan kewajiban semua pihak dalam K3. 2. Perencanaan (Plan) Selanjutnya, kebijakan K3 harus dikembangkan dalam perencanaan. Tanpa perencanaan yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa arah, tidak efisien, dan tidak efektif. Dalam hal 6 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. ini, perencanaan meliputi hal-hal seperti identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko, persyaratan hukum, objektif atau tujuan K3, serta program K3. 3. Implementasi dan Operasi (Do) Setelah perencanaan dilakukan, perusahaan harus melakukan implementasi dan operasi yang meliputi hal-hal seperti sumber daya, peran, tanggung jawab, dan wewenang; komunikasi dan partisipasi; pelatihan; serta tanggap darurat. 4. Pemeriksaan (Check) Pemeriksaan meliputi hal-hal seperti pemantauan kinerja; inspeksi tempat kerja; pelaporan dan penyelidikan insiden , serta audit internal yang dilakukan secara berkala. 5. Tinjauan Manajemen (Act) Tinjauan manajemen meliputi tinjauan ulang mengenai evaluasi penerapan kebijakan, sasaran dan tujuan K3, kinerja K3, efektivitas penerapan SMK3, dan hasil audit SMK3. Selanjutnya, perusahaan dapat melakukan tindakan perbaikan dan peningkatan SMK3. Kinerja Karyawan Mangkunegara (2004) menjelaskan bahwa kinerja karyawan merupakan istilah dari kata job performance, yaitu prestasi yang sesungguhnya dicapai oleh seseorang. Kinerja karyawan dapat dilihat berdasarkan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan. Namun, Aguinis (2013) menyatakan bahwa definisi kinerja lebih mengarah kepada perilaku atau apa yang individu karyawan lakukan atau kerjakan, bukan pada apa yang karyawan hasilkan atau hasil kerja dari individu karyawan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan bukan hanya menyangkut hasil kerja individu karyawan setelah melakukan aktivitas kerja, melainkan juga mengarah pada perilaku karyawan pada saat melakukan atau melaksanakan tugas dan pekerjaannya sehari-hari. Menurut Wibowo (2008), pengukuran kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja terdapat penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah sesuai dengan yang diharapkan. Ivancevich (2001) menjelaskan tentang tujuh kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja karyawan secara individu, yakni : - Kuantitas Kerja (Quantity of work) Kuantitas kerja berkaitan dengan hasil volume pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh karyawan dalam kondisi normal. 7 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. - Kualitas Kerja (Quality of work) Kualitas kerja meliputi ketelitian, kerapihan, dan ketepatan dalam bekerja atau sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. - Pengetahuan tentang Pekerjaan (Knowledge of job) Pengetahuan tentang pekerjaan meliputi pemahaman yang jelas mengenai faktor yang berhubungan dengan tanggung jawab pekerjaan masing-masing karyawan. - Kualitas Personal (Personal qualities) Kualitas personal meliputi antara lain penampilan, kepatuhan, kepribadian, sikap, kepemimpinan, integritas, dan kemampuan berkomunikasi. - Kerjasama (Cooperation) Kerjasama antar sesama rekan kerja meliputi hal-hal seperti kemampuan dan keinginan untuk bekerja dengan rekan kerja, atasan, serta bawahan demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. - Dapat diandalkan dan Dapat Dipercaya (Dependability) Dapat diandalkan (keteguhan) dan dapat dipercaya diukur melalui kesadaran akurasi, menjunjung tinggi nilai kejujuran, kedisiplinan dan tingkat kehadiran. - Inisiatif (Initiative) Inisiatif meliputi hal-hal seperti kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, meningkatkan hasil kerja, serta memiliki keberanian untuk bekerja secara mandiri. Berdasarkan tinjauan teoritis di atas, dapat disimpulkan bahwa Sistem Manajemen K3 merupakan suatu konsep pengelolaan K3 secara sistematis dalam suatu sistem manajemen organisasi atau perusahaan yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran, dan pengawasan. Untuk mengetahui pelaksanaan SMK3 di PT Holcim Indonesia Tbk Narogong sebagai lokasi penelitian, digunakan teori dari Ramli yang menggambarkan implementasi SMK3 yang efektif dan dianggap sesuai dengan pelaksanaan SMK3 di PT Holcim Indonesia Tbk Narogong yang beracuan pada kebijakan Pemerintah, Undang-undang, dan OHSAS18001.Sementara untuk kinerja karyawan, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan bukan hanya menyangkut hasil kerja individu karyawan, melainkan juga mengarah pada perilaku karyawan saat melaksanakan pekerjaan. Untuk mengukur kinerja karyawan bagian produksi pada PT Holcim Indonesia Tbk Narogong, digunakan teori dari Ivancevich karena pengukuran kinerja tidak hanya berorientasi pada hasil kerja (kuantitas dan kualitas kerja) dari individu karyawan, melainkan juga mengukur perilaku karyawan saat melakukan pekerjaan seperti pengetahuan karyawan tentang pekerjaan yang dilakukan, kemampuan 8 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. karyawan dalam bekerjasama dan berkomunikasi, dan kesadaran atau inisiatif karyawan dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif; yaitu pendekatan untuk menyelidiki permasalahan yang terjadi, yang didasarkan pada pengujian teori yang tersusun dari beberapa variabel yang diukur melalui analisis statistik. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel pelaksanaan SMK3 dan variabel kinerja karyawan. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanasi, karena bertujuan menganalisis dan menjelaskan mengenai adanya pengaruh antara variabel pelaksanaan sistem manajemen K3 terhadap variabel kinerja karyawan. Sementara, berdasarkan manfaat penelitian, penelitian ini merupakan penelitian murni karena cenderung berorientasi pada akademik dan ilmu pengetahuan dan termasuk dalam penelitian cross sectional karena hanya dilakukan dalam satu waktu, yaitu bulan Maret sampai Juni 2013. Berdasarkan teknik pengumpulan data, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara kuantitatif melalui penelitian survei, yang terdiri dari : a. Studi kepustakaan Data diperoleh melalui berbagai literatur seperti buku, skripsi, dokumen perusahaan, internet, dan jurnal mengenai SMK3, kinerja karyawan, dan profil perusahaan. b. Studi lapangan Data juga diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada sejumlah karyawan bagian produksi dan wawancara dengan beberapa karyawan divisi produksi dan OH&S. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi yang bekerja di lapangan (operasional) pada PT Holcim Indonesia Tbk Narogong yang berjumlah 134 orang. Karena jumlah populasi tidak terlalu banyak, maka digunakan teknik Total Sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 134 karyawan produksi yang terbagi dalam tiga area, yakni: Tabel Jumlah Karyawan Produksi PT. Holcim Indonesia Tbk Narogong No. Area Jumlah Karyawan 1. Raw Mill 31 2. Kiln 62 3. Finish Mill 41 Total Karyawan 134 Sumber : Departemen Produksi PT. Holcim Indonesia Tbk Narogong 9 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. Sebelum melakukan analisis data, dilakukan pre-test dengan mendistribusikan 30 kuesioner kepada 30 responden melalui pengujian validitas dan reliabilitas. Uji Kaiser-MeyerOlkin (KMO) digunakan dalam penelitian untuk menguji valid atau tidaknya suatu kuesioner (validitas). Dimana, pengukuran validitas dilihat berdasarkan nilai KMO MSA ≥ 0,500, nilai signifikansi Barlett’s of Sphericity kurang dari 0,05, dan nilai anti image correlation di atas 0,500. Sementara, pengukuran reliabilitas dilakukan melalui pengujian Cronbach Alpha. Dimana, suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,600. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu data berdasarkan penyajian data melalui tabel distribusi frekuensi dan analisis nilai rata-rata (mean). Tabel distribusi frekuensi digunakan untuk menganalisis karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, area, lama kerja, dan tingkat pendidikan. Sementara, analisis nilai rata-rata (mean) digunakan untuk mengetahui tingkat jawaban rata-rata dari masing-masing responden terhadap indikator penelitian yang memiliki batasan nilai tiap kelas, yaitu sebesar 0,8. Pengujian korelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier sederhana karena hanya terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel pelaksanaan SMK3 dan variabel kinerja karyawan. Sementara, pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji koefisien determinasi dengan melihat nilai Adjusted R2 dan Uji t untuk menguji hipotesis penelitian dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Berdasarkan hasil pengujian validitas dalam pre-test, diketahui bahwa semua indikator penelitian dalam variabel pelaksanaan SMK3 dan variabel kinerja karyawan adalah valid. Hal ini terbukti dari nilai KMO MSA dari setiap indikator penelitian pada variabel pelaksanaan SMK3 dan variabel kinerja karyawan yang bernilai 0,500 ke atas sehingga analisis faktor dapat digunakan dan dinyatakan valid. Selain itu, nilai signifikansi Barlett’s Test of Sphericity dari setiap indikator penelitian dalam variabel pelaksanaan SMK3 dan variabel kinerja karyawan adalah kurang dari 0,05 sehingga dapat dikatakan valid. Berikut ini tabel hasil uji validitas masing-masing dimensi dalam variabel pelaksanaan SMK3 dan variabel kinerja karyawan. 10 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. Tabel Hasil Uji Validitas Masing-Masing Dimensi Dalam Variabel Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dimensi KMO MSA Barlett’s Test of Sphericity Keterangan Variabel Pelaksanaan SMK3 Kebijakan K3 0,706 0,000 Perencanaan 0,674 0,000 Implementasi dan Operasi 0,658 0,000 Pemeriksaan 0,641 0,000 Tinjauan Manajemen 0,500 0,006 Variabel Kinerja Karyawan Kuantitas Kerja 0,760 0,000 Kualitas Kerja 0,621 0,001 Pengetahuan Tentang Pekerjaan 0,695 0,000 Kualitas Personal 0,626 0,017 Kerjasama 0,613 0,018 Dapat Diandalkan dan Dipercaya 0,716 0,000 Inisiatif 0,612 0,000 Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 19, Juni 2013 Valid Valid Dan, dilihat berdasarkan nilai diagonal anti-image correlation matrix dari setiap indikator penelitian pada masing-masing variabel penelitian, yaitu variabel pelaksanaan SMK3 dan variabel kinerja karyawan berada di atas 0,500 sehingga dapat dikatakan valid dan dapat dianalisis lebih lanjut. Sementara, berdasarkan pengujian reliabilitas dalam pre-test, terlihat bahwa semua indikator penelitian dalam variabel pelaksanaan SMK3 adalah reliabel. Hal ini terbukti dari perolehan nilai Cronbach Alpha yang tinggi. Hasil uji reliabilitas masing-masing dimensi dalam variabel SMK3 ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: Tabel Uji Reliabilitas Per-Dimensi Dalam Variabel Pelaksanaan SMK3 No. Dimensi Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items 1. Kebijakan K3 0,874 0,884 2. Perencanaan 0,765 0,773 3. Implementasi dan Operasi 0,703 0,652 4. Pemeriksaan 0,731 0,737 5. Tinjauan Manajemen 0,657 0,661 Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 19, Juni 2013 11 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa masing-masing dimensi dalam variabel pelaksanaan SMK3 memiliki nilai reliabilitas yang tinggi, yaitu lebih besar dari 0,600 sehingga seluruh dimensi dalam variabel pelaksanaan SMK3 adalah reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian sesungguhnya. Selain itu, berdasarkan pengujian reliabilitas dalam pre-test pada semua indikator penelitian dalam variabel kinerja karyawan adalah reliabel. Hal ini terbukti dari perolehan nilai Cronbach Alpha yang tinggi. Hasil uji reliabilitas masing-masing dimensi dalam variabel kinerja karyawan ditunjukkan pada tabel sebagai berikut: Tabel Uji Reliabilitas Per-Dimensi Dalam Variabel Kinerja Karyawan No. Dimensi Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items 1. Kuantitas Kerja 0,936 0,937 2. Kualitas Kerja 0,674 0,687 3. Pengetahuan tentang Pekerjaan 0,810 0,814 4. Kualitas Personal 0,628 0,626 5. Kerjasama 0,618 0,618 6. Dapat Diandalkan dan Dipercaya 0,845 0,845 7. Inisiatif 0,699 0,713 Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 19, Juni 2013 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa masing-masing dimensi dalam variabel kinerja karyawan memiliki nilai reliabilitas yang tinggi, yaitu lebih besar dari 0,600 sehingga seluruh dimensi dalam variabel kinerja karyawan adalah reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian sesungguhnya. Analisis Nilai Rata-Rata (Mean) Jawaban Responden Setelah mengetahui karakteristik responden, penelitian ini menggunakan nilai rata-rata (mean) untuk mengetahui hasil rata-rata jawaban responden. Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata (mean) jawaban responden pada masing-masing indikator dalam variabel pelaksanaan sistem manajemen K3, dapat disimpulkan bahwa total mean dari variabel pelaksanaan SMK3 adalah sebagai berikut: 12 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. Tabel Nilai Rata-Rata (Mean) Variabel Pelaksanaan SMK3 No. Dimensi Mean Keterangan 1. Kebijakan K3 4.376 Sangat Baik 2. Perencanaan 4.334 Sangat Baik 3. Implementasi dan Operasi 4.2425 Sangat Baik 4. Pemeriksaan 4.166 Baik 5. Tinjauan Manajemen 4.105 Baik 4.2447 Sangat Baik Total Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 19, Juni 2013 Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel pelaksanaan Sistem Manajemen K3 memiliki nilai mean sebesar 4.2447 dengan kategori sangat baik. Hal ini berarti pelaksanaan Sistem Manajamen K3 di PT Holcim Indonesia Tbk Narogong telah berjalan dengan sangat baik. Dimana, sebelum mengimplementasikan suatu Sistem Manajemen K3, pimpinan perusahaan terlebih dahulu merumuskan dan menetapkan kebijakan K3 secara tertulis dan menumbuhkan kesadaran dari setiap karyawan agar dapat memenuhi kebijakan tersebut. Selain merumuskan kebijakan, perusahaan telah melakukan perencanaan dengan mengidentifikasi risiko dan bahaya di tempat kerja dan merencanakan program-program K3 yang akan diterapkan. Setelah merumuskan kebijakan dan melakukan perencanaan, perusahaan mengimplementasikan Sistem Manajemen K3 secara nyata melalui penyediaan sumber daya yang dibutuhkan serta mengadakan pelatihan dan pembinaan. Akan tetapi, berdasarkan rata-rata jawaban responden terlihat bahwa perusahaan belum mengadakan pelatihan dan pembinaan secara berkala kepada setiap karyawan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam implementasi dan operasi Sistem Manajemen K3 diperoleh melalui adanya pemeriksaan yang dilakukan oleh perusahaan, seperti audit SMK3. Setelah audit selesai dilakukan, perusahaan melakukan peninjauan kembali terhadap SMK3 dan melakukan perbaikan terhadap program-program K3 yang dianggap kurang baik. Dimana, setiap awal periode, perusahaan melakukan pembaharuan dan perbaikan terhadap program K3 dan terdapat program-program baru berkaitan dengan masalah K3 yang dipromosikan oleh perusahaan kepada setiap karyawan tanpa terkecuali. Sementara, hasil analisis nilai rata-rata (mean) pada masing-masing indikator dalam variabel Kinerja Karyawan menunjukkan bahwa total mean dari variabel Kinerja Karyawan adalah sebagai berikut: 13 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. Tabel Nilai Rata-Rata (Mean) Variabel Kinerja Karyawan No. Dimensi Mean Keterangan 1. Kuantitas Kerja 4.057 Baik 2. Kualitas Kerja 4.283 Sangat Baik 3. Pengetahuan tentang Pekerjaan 4.45 Sangat Baik 4. Kualitas Personal 4.33 Sangat Baik 5. Kerjasama 4.373 Sangat Baik 6. Dapat Diandalkan dan Dapat Dipercaya 4.327 Sangat Baik 7. Inisiatif 4.19 Baik 4.287 Sangat Baik Total Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 19, Juni 2013 Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel kinerja karyawan memiliki nilai mean sebesar 4.287 dengan kategori sangat baik. Hal ini berarti kinerja karyawan pada PT Holcim Indonesia Tbk Narogong tergolong sangat baik. Dimana, lima dimensi dalam variabel kinerja karyawan menunjukkan nilai mean di atas 4.2 atau dapat digolongkan sebagai kategori sangat baik. Kelima dimensi tersebut adalah kualitas kerja, pengetahuan tentang pekerjaan, kualitas personal, kerjasama, serta dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Berdasarkan rata-rata jawaban responden, pelaksanaan sistem manajemen K3 di perusahaan dapat membantu karyawan dalam meningkatkan kualitas kerja, meningkatkan pengetahuan setiap karyawan akan pekerjaan yang harus dilakukan, mesin dan peralatan kerja yang digunakan, risiko dan potensi bahaya di tempat kerja, dan cara mengatasi masalah apabila mesin mengalami kerusakan. Selain itu, karyawan PT Holcim Indonesia Tbk Narogong juga memiliki kualitas personal yang sangat baik dan memahami dengan sangat baik pentingnya kerjasama antara rekan kerja, baik kemauan untuk bekerjasama dalam tim, kesadaran dalam membantu rekan kerja yang kesulitan, dan keinginan untuk berhubungan baik dengan sesama rekan kerja. Dengan adanya kualitas personal dan kerjasama yang baik, tujuan dan target perusahaan akan mudah tercapai. Demikian pula, karyawan juga merasa dapat diandalkan dan dapat dipercaya dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diberikan karena memiliki tingkat kehadiran yang tinggi, selalu siap sedia apabila perusahaan membutuhkan bantuan dalam melaksanakan pekerjaan, dan selalu mengutamakan ketepatan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Sementara, dua dimensi dalam variabel kinerja karyawan memiliki total mean terendah namun masih termasuk dalam kategori baik. Dua dimensi tersebut adalah kuantitas 14 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. kerja dan inisiatif. Dimana, karyawan beranggapan bahwa sistem manajemen K3 di perusahaan dapat membuat kuantitas kerja dari masing-masing karyawan menunjukkan hasil yang baik. Selain itu, karyawan PT Holcim Indonesia Tbk Narogong memiliki inisiatif yang baik dalam bekerja. Namun, terdapat beberapa karyawan yang belum sepenuhnya memiliki kesadaran untuk melaksanakan tugas dan pekerjaannya, terutama dalam melaksanakan pekerjaan tanpa menunggu perintah atasan serta keberanian untuk bekerja secara mandiri. Analisis Regresi Sederhana Penelitian ini menggunakan teknik analisis bivariat untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau korelasi antara pelaksanaan sistem manajemen K3 dengan kinerja karyawan dan seberapa kuat hubungan di antara kedua variabel tersebut. Berikut ini tabel hasil pengujian korelasi dengan menggunakan Pearson Correlation. Tabel Korelasi Pelaksanaan SMK3 dan Kinerja Karyawan Correlations KINERJA KARYAWAN Pearson Correlation KINERJA KARYAWAN SMK3 Sig. (1-tailed) N KINERJA KARYAWAN SMK3 1,000 ,720 ,720 1,000 . ,000 SMK3 ,000 . KINERJA KARYAWAN 134 134 SMK3 134 134 Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 19, Juni 2013 Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS 19, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi linier yang dihasilkan antara pelaksanaan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) dengan Kinerja Karyawan bagian Produksi PT. Holcim Indonesia Tbk Narogong adalah sebesar 0.720. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) memiliki hubungan yang kuat terhadap Kinerja Karyawan bagian Produksi PT. Holcim Indonesia Tbk Narogong. Kemudian tidak adanya tanda negatif (-) menunjukan bahwa arah hubungan positif. Artinya, semakin baik atau meningkatnya pelaksanaan SMK3 di perusahaan, maka akan semakin baik atau meningkat pula Kinerja Karyawan bagian Produksi pada PT Holcim Indonesia Tbk Narogong. Sebaliknya, apabila pelaksanaan SMK3 semakin menurun, maka kinerja karyawan juga akan menurun. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rukhviyanti (2007) bahwa 15 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. Sistem Manajemen K3 memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Dimana, pelaksanaan Sistem Manajemen K3 yang buruk dalam suatu perusahaan akan menyebabkan meningkatnya kecelakaan kerja sehingga banyak karyawan yang tidak masuk kerja karena mengalami cidera atau sakit. Hal ini otomatis menyebabkan kinerja karyawan akan semakin menurun karena karyawan yang mengalami cidera tersebut tidak akan dapat berkontribusi pada perusahaan. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi dan uji t. Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk memprediksi tingkat kontribusi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Berikut ini tabel uji koefisien determinasi untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Tabel Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model 1 R ,720 a b R Adjusted R Std. Error of the Square Square Estimate ,518 ,515 5,335 a. Predictors: (Constant), SMK3 b. Dependent Variable: KINERJAKARYAWAN Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 19, Juni 2013 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.720, sementara nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0.515. Hal ini berarti 51.5% kinerja karyawan bagian Produksi PT. Holcim Indonesia Tbk Narogong ditentukan oleh faktor variabel pelaksanaan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3), sedangkan sisanya 48.5% dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini. Hal ini menandakan bahwa terdapat pengaruh yang cukup kuat antara pelaksanaan SMK3 terhadap kinerja karyawan. Dimana, kinerja karyawan dapat meningkat apabila karyawan merasa aman dan nyaman saat bekerja. Hal ini memperkuat beberapa pendapat dan penelitian terdahulu seperti pendapat dari Ridley (2008) yang mengatakan bahwa kinerja karyawan dapat ditingkatkan apabila perusahaan melindungi dan menjamin kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Dengan adanya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, karyawan akan bekerja secara optimal karena karyawan merasa perusahaan akan memperhatikan kesehatan dan keselamatan karyawan saat bekerja. Oleh 16 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. karena itu, untuk menghasilkan kinerja yang baik dan optimal, perusahaan membutuhkan suatu sistem manajemen yang dapat mewujudkan keamanan dan kenyamanan bagi para karyawan saat bekerja, yakni sistem manajemen K3. Sementara, Uji t digunakan untuk menguji signifikansi koefisien korelasi variabel pelaksanaan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) dengan kinerja karyawan bagian produksi PT. Holcim Indonesia Tbk Narogong. Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Keputusan yang diambil adalah sebagai berikut. Tabel Uji t Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) SMK3 B Std. Error 19,794 5,908 ,659 ,055 Coefficients Beta t ,720 Sig. 3,351 ,001 11,922 ,000 a. Dependent Variable: KINERJAKARYAWAN Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 19, Juni 2013 Dari tabel diatas diperoleh nilai t hitung sebesar 11.922 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 yang bernilai kurang dari signifikansi (alpha) sebesar 0.05. Dan, melalui uji satu sisi (one tailed) dengan nilai signifikansi 0.05, maka diperoleh t tabel sebesar 1.6565. Terlihat bahwa nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel, yakni (11.922 > 1.6565) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel Pelaksanaan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Kinerja Karyawan bagian Produksi PT. Holcim Indonesia Tbk Narogong atau dapat dikatakan Ha diterima. Pada dasarnya, setiap perusahaan sebaiknya dapat melaksanakan sistem manajemen K3, khususnya bagi perusahaan yang memiliki potensi bahaya dan risiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pengujian korelasi dan hipotesis, terbukti bahwa sistem manajemen K3 berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rukhviyanti (2007) yang menyatakan bahwa meningkatnya kecelakaan kerja pada suatu perusahaan akan dapat meningkatkan pula karyawan yang tidak masuk kerja (absen) karena mengalami cidera atau sakit. Hal ini menyebabkan kinerja karyawan akan semakin menurun 17 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. karena karyawan yang mengalami cidera atau sakit tidak akan dapat berkontribusi pada perusahaan. Sementara, Handayani (2010) juga menyatakan bahwa Sistem Manajemen K3 berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Dimana, karyawan akan memiliki kinerja yang baik apabila karyawan yang bersangkutan dapat mematuhi kebijakan dan peraturan yang diberlakukan di perusahaan, seperti pelaksanaan SMK3. Misalnya, dengan mematuhi kebijakan dan peraturan K3 mengenai kewajiban untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) saat berada di lingkungan kerja, maka karyawan akan terhindar dari risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehingga dapat bekerja dengan optimal demi pencapaian tujuan perusahaan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Sistem Manajemen K3 berpengaruh terhadap kinerja karyawan bagian produksi PT Holcim Indonesia Tbk Narogong. Koefisien korelasi linier yang bernilai positif menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel berbanding lurus. Hal ini berarti apabila perusahaan melaksanakan sistem manajemen K3 dengan baik dan efektif, maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan bagian produksi. Namun, sebaliknya apabila perusahaan tidak melaksanakan sistem manajemen K3 dengan baik dan efektif, maka akan dapat menurunkan kinerja karyawan bagian produksi. Dari hasil jawaban responden, dapat disimpulkan bahwa pendapat responden mengenai pelaksanaan SMK3 dan kinerja karyawan bagian produksi pada PT Holcim Indonesia Tbk Narogong telah terlaksana dengan baik. Hal ini terbukti dari banyaknya karyawan yang menjawab sangat setuju atau setuju pada setiap pernyataan indikator. Berdasarkan hasil rata-rata jawaban responden, dapat dilihat bahwa pelaksanaan SMK3 pada PT Holcim Indonesia Tbk Narogong sudah berjalan dengan sangat baik. Hal ini dibuktikan melalui hasil analisis rata-rata (mean) dari masing-masing dimensi dalam variabel pelaksanaan SMK3 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Namun, terdapat kekurangan dalam pelaksanaan SMK3, dimana beberapa karyawan beranggapan bahwa pelatihan dan pembinaan K3 tidak dilakukan secara berkala oleh pihak perusahaan. Sementara, berdasarkan nilai rata-rata jawaban responden dalam variabel kinerja karyawan, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan PT Holcim Indonesia Tbk Narogong sangat baik. Dimana, rata-rata karyawan memiliki kualitas personal, kualitas kerja, pengetahuan tentang pekerjaan, serta mampu bekerjasama dengan baik. Namun, berdasarkan nilai rata-rata masing-masing dimensi 18 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. dalam variabel kinerja karyawan menunjukkan bahwa terdapat beberapa karyawan yang belum sepenuhnya memiliki kesadaran dan inisiatif untuk melaksanakan pekerjaan. SARAN Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan bagi perusahaan antara lain sebaiknya perusahaan tetap memperhatikan dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 dari waktu ke waktu. Dimana, walaupun SMK3 yang ada di PT Holcim Indonesia Tbk Narogong telah berjalan dengan baik, namun masih terdapat hal yang belum diimplementasikan secara optimal oleh Holcim. Misalnya, mengenai program pelatihan dan pembinaan K3 bagi karyawan yang belum dilakukan secara berkala dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan. Hal ini terbukti dengan banyaknya pekerja yang tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam menangani permasalahan K3. Selain itu, walaupun SMK3 di PT Holcim Indonesia Tbk telah dapat menghasilkan karyawan yang berkinerja baik, namun perusahaan harus memperhatikan kesadaran atau inisiatif dari karyawan dalam melaksanakan pekerjaan karena terdapat beberapa karyawan yang belum sepenuhnya memiliki inisiatif untuk melaksanakan pekerjaannya. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan dapat memberikan penyuluhan dan pembinaan mengenai pentingnya inisiatif dalam melaksanakan pekerjaan. Dan, selain memperhatikan masalah pelaksanaan SMK3 di dalam perusahaan yang merupakan fokus dari penelitian ini, pihak manajemen perusahaan juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Sedangkan, untuk melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan judul penelitian ini, sebaiknya sampel penelitian lebih representatif atau lebih mewakili seluruh karyawan dalam perusahaan, bukan hanya karyawan dalam bagian produksi saja. Selain memperhatikan masalah pelaksanaan SMK3 di dalam perusahaan yang merupakan fokus dari penelitian ini, pihak manajemen perusahaan juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. KEPUSTAKAAN Aguinis, Herman. (2013). Performance Management. New Jersey: Pearson Education Suara Merdeka (2011) “Angka Kecelakaan Kerja Jasa Konstruksi Masih Tinggi.” 14 April Lokasi: www.suaramerdeka.com. Diakses: Maret 2013 Handayani, Nita S. (2010). Pengaruh Sistem Manajemen K3 Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT “XX”. Jurnal Psikologi. 19 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013. International Labour Organization (2005) ”Penerapan K3 di Indonesia Lemah” Lokasi: www.ilo.org, Diakses: Februari 2013 Ivancevich, John. M. (2001). Human Resources Management, Eight Edition. New York: McGraw Hill Company Inc. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Rukhviyanti, Novi. (2007). Pengaruh Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Garmen di Kawasan Industri Rancaekek. Skripsi: STIE STAN Indonesia Mandiri Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat Ridley, John. (2008). Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Ikhtisar, Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga Simanjuntak, Payaman J. (2011). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI Sya’ban, Abdul R. (2012). Kinerja Ditinjau Dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Melalui Motivasi. Skripsi: Universitas Gadjah Mada Depnakertrans (2011) “Tekan Kecelakaan Kerja, Menakertrans Kumpulkan Pengawas Ketenagakerjaan Seluruh Indonesia” Lokasi: www.depnakertrans.go.id, Diakses: Maret 2013 Wibowo (2008). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Yusuf, Ria Mardiana, Anis Eliyana, Oci Novita Sari (2012) “The Influence of Occupational Safety and Health on Performance with Job Satisfaction as Intervening Variables” American Journal of Economics. June 2012 20 Pengaruh pelaksanaan..., Noetty Agustina, FISIP UI, 2013.