BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasional perusahaan akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para manajer maupun investor dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penyampaian laporan keuangan harus tepat waktu. Apabila penyampaian laporan keuangan tidak tepat waktu maka pengambilan keputusan menjadi tidak efektif dan efisien. Pentingnya laporan keuangan bagi berbagai pihak, maka menajemen harus menyajikan laporan keuangan secara relevan. Ikatan Akuntan Indonesia (2012) mengemukakan pengertian laporan keuangan yaitu laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para penggunanya. Untuk dapat mencapai tujuan ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai elemen dari entitas yang 8 9 terdiri dari aset, kewajiban, networth, beban, dan pendapatan (termasuk gain dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas. Informasi tersebut diikuti dengan catatan akan membantu pengguna memprediksi arus kas masa depan. Selanjtnya menurut Fahmi (2014), Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Martono dan Agus (2010) menyatakan laporan keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Menurut Kasmir (2011) tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saaat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 10 7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya. Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan labarugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan. Sedangkan menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) labarugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan – alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan daam suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas. 2.1.2 Audit Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person, Arens et al (2010). Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang 11 informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten, independen orang. Izlahuzzaman (2012), auditing adalah suatu penugasan atestasi yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik yang berupa pernyataan suatu pendapat tentang kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah untuk memberikan kredibilitas (keterandalan) pada laporan keuangan. Berdasarkan definisi-definisi diatas, audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah penyajian laporan keuangan perusahaan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, auditor harus melakukan ujian yang tepat untuk menentukan apakah terdapat salah saji atau pernyataan salah lainnya. Auditor juga mempertimbangkan strategi bisnis klien serta memproses dan membuat indikator ukuran untuk faktor keberhasilan kritis yang berhubungan dengan strategi tersebut. Dalam Agoes, (2012) ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dibedakan atas: 1. Managemen Audit (Operational Audit) Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. 12 2. Pemeriksaan Ketaatan Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal (pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit. 3. Pemeriksaan Intern Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor beirisi temuan pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya (recommendation). 4. Computer Audit Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP). 13 Standar audit merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam pernyataan Standar Auditing (PSA) No.1 telah menetapkan dan mengesahkan sepuluh standar auditing yang dibagi menjadi 3 kelompok : 1. Standar Umum, berfungsi mengatur syarat-syarat dari auditor. a. audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. b. dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. dalam pelaksanaan audit dan pelaporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama 2. Standar Pekerjaan Lapangan, berfungsi mengatur mutu pelaksanaan auditing. a. pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan sistem harus disupervisi dengan semestinya. b. pemahaman memadai atas Struktur Pengendalian Intern (SPI) harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit 14 3. Standar Pelaporan, berfungsi sebagai panduan auditor dalam mengkomunikasikan hasil audit melalui laporan audit kepada pemakai informasi keuangan. a. laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia. b. laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam menyusun laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d. laporan auditor, harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan yaitu: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian. Dikatakan pendapat wajar tanpa pengecualian jika laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan , 15 hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas telah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. 2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku. Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan seorang auditor menambahkan penjelasan (bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaannya meliputi: a. pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. b. untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan secara menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI. c. jika terdapat kondisi dan peristiwa semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana manejemen tersebut dapat secara efektif dilaksakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. d. di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya. e. keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan komparatif. 16 f. data keuangan kuartalan tertentu diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal namun tidak disajikan atau tidak di review. g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh dewan tersebut. h. informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat ini dinyatakan bila : a. ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa audit tidak menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan audit berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. b. auditor yakin, atas dasar auditnya bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia yang berdampak material dan audit berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat yang tidak wajar. 17 c. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, auditor menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Auditor juga harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat. Pendapat wajar dengan pengecualian harus berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali untuk atau dengan pengecualian untuk frasa tergantung atas atau dengan penjelasan berikut ini memiliki makna yang tidak jelas atau tidak cukup kata oleh karena itu pemakaiannya harus dihindari. Karena catatan atas laporan keuangan merupakan bagian laporan keuangan auditan, kata seperti yang disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, jika dibaca sehubungan dengan catatan 1 mempunyai kemungkinan untuk disalah tafsirkan dan oleh karena itu pemakaiannya dihindari. 4. Pendapat tidak wajar. Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia. 5. Pernyatan tidak memberikan pendapat. Auditor tidak menyatakan pendapat bila auditor tidak dapat merumuskan suatu pendapat, bilamana auditor tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor 18 menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut. Auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan. 2.1.3 Audit Delay Menurut Kartika (2009), audit delay merupakan lamanya / rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Audit Delay inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan. Menurut Dyer et al (dalam Angruningrum dan Wirakusuma, 2012) Audit Delay adalah interval waktu antara tahun tutup buku laporan keuangan hingga opini pada laporan keuangan audit ditandatangani. Panjangnya masa audit delay ini berbanding lurus dengan lamanya masa pekerjaan lapangan diselesaikan auditor sehingga semakin lama pekerjaan lapangan maka semakin lama audit delay yang terjadi. Apabila laporan keuangan yang disajikan delay maka informasi yang terkandung didalamnya menjadi tidak relevan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Knechel dan Payne (dalam Hamzah Ahmad, M.Nizarul Alim, dan Imam Subekti, 2005), audit report lag / audit delay adalah periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan. 19 Oleh karena itu, semakin lama auditor dalam meyelesaikan pekerjaan auditnya maka semakin panjang audit delay. Berdasarkan pemaparan diatas, salah satu yang dapat menyebabkan adanya audit delay adalah standar pekerjaan lapangan yang menyatakan bahwa audit harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang matang. Dengan adanya audit delay yang salah satunya dapat disebabkan oleh perencanaan audit yang dilakukan auditor, maka penyampaian laporan keuangan entitas dapat tertunda. Padahal manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. 2.1.4 Profitabilitas Tujuan akhir suatu perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas. Sartono (2010:122) menyatakan bahwa Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Tingkat profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan rasio. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2011:196). Lain halnya dengan Irawati (2006:58), yang menyatakan bahwa Rasio keuntungan atau profitability ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama 20 periode tertentu (biasanya semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing - masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode. Jenis rasio profitabilitas menurut Syamsuddin, (2009) sebagai berikut : 1. Gross profit margini, prosentase laba kotor dibandingkan dengan sales. 2. Net profit margin, rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. 3. Operating profit margin, rasio ini mengukur laba bersih sebelum pajak terhadap penjualan. 4. Return on Asset, perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total aset.. 5. Return on equity, perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. 6. Earning per share, rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perlembar saham didalam menghasilkan laba. 21 Tabel 1 Rumus Rasio Profitabilitas 2.1.5 Solvabilitas Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir, 2010). Perusahaan dikatakan likuid apabila memiliki kemapuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan jika tidak mampu disebut likuid. Harahap (2009) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Solvabilitas 22 adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban finansialnya pada saat perusahaan dilikuidasi, tingkat solvabilitas diukur dengan beberapa rasio yaitu (Kasmir, 2011) : a. Debt to Equity Ratio, Rasio ini untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibelanjai oleh pihak kreditur. Debt to Equity Ratio = Total Hutang Total Ekuitas x 100% b. Debt to Asset Ratio, Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya. Debt to Asset Ratio = Total Hutang Total Asset x 100% 2.1.6 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston 2001). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata– rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan, Ferry dan Jones 1979 (dalam Regina, 2011). Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (Large Firm), Perusahaan menegah (medium size), dan 23 perusahaan kecil (small firm), penentuan perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan, Machfoedz, 1994 (dalam Yulianti 2011) : 1. Perusahaan Besar Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar pertahun. 2. Perusahaan Menegah Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar. 3. Perusahaan Kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar per tahun. 2.1.7 Laba rugi operasional Stice dan Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. Selanjutnya menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa). 24 Belkaoui (1993) menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima karakteristik sebagai berikut: 1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang/jasa. 2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu. 3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi pengukuran dan pengakuan pendapatan. 4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk cost historis. 5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. 2.1.8 Ukuran KAP Kantor Akuntan Publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perudang-undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik (Rachmawati, 2008). Pada umumnya Kantor Akuntan Publik yang besar, yang bekerja sama dengan KAP Internasional mempunyai insentif yang kuat untuk menyelesaikan tugas audit lebih cepat demi mempertahankan reputasinya. Selain itu KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya sehingga tugas audit dapat diselesaikan dalam waktu lebih singkat. 25 Kantor akuntan yang bereputasi baik diperkirakan dapat melakukan audit laporan keuangan lebih efisien dan memiliki fleksibilitas yang lebih besar untuk menyelesaikan audit lebih awal. Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang bereputasi tinggi maka auditor tersebut dipandang sebagai seorang auditor yang bereputasi tinggi pula, ini karena biasanya Kantor Akuntan Publik itu sendiri dikenal lewat nama auditornya sehingga bisa menyampaikan laporan keuangan yang lebih cepat (Puspitasari, 2012). Kantor Akuntan Publik dikategorikan menjadi The Big Four dan Non Big Four. Kategori KAP The Big Four di Indonesia sebagai berikut : 1. KAP Deloitte Touche Thomatsu (DTT), bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio. 2. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerja sama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan. 3. KAP Ernts & Young (E&Y), bekerja sama dengan Purwantoro, Suherman, dan Surja. 4. KAP Klyweld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerja sama dengan Siddharta dan Widjaja. 2.1.9 Penelitian Terdahulu Audit Delay dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pada penelitian Rachmawati (2008) yang meneliti tentang faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay. Faktor-faktor tersebut antara lain Profitabilitas yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, solvabilitas yang diukur dari kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajibannya 26 dengan menggunakan asset yang dimiliki, ukuran perusahaan yang diukur dari total asset yang dimiliki perusahaan tersebut, dan ada tidaknya internal audit serta ada tidaknya KAP yang bermitra dengan The Big Four. Dari hasil penelitian bahwa profitabilitas, solvabilitas dan internal auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay, sedangkan ukuran perusahaan dan ukuran KAP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay. Hasil penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010) mengemukakan bahwa dari variabel profitabilitas, klasifikasi industri, laba rugi tahun berjalan, opini audit, besarnya KAP dan debt proportion yang berpengaruh terhadap Audit Report Lag adalah klasifikasi industry, laba rugi tahun berjalan, dan besarnya KAP berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Hal ini karena, semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar kegiatan operasional yang menyebabkan waktu audit semakin lama, perusahaan yang mengalami kerugian akan meminta auditornya untuk menjadwalkan kembali pengauditan lebih lambat dari biasanya sehingga menunda untuk mengumumkan bad news, KAP yang memiliki reputasi tinggi cenderung menyelesaikan waktu audit lebih cepat. Sedangkan variabel total aset, opini audit, dan debt proportion tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Report Lag. Hasil penelitian Aditya dan Anisykurlillah (2014) ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, sehingga tidak memperdulikan perusahaan itu besar atau kecil, perusahaan itu sudah tentu dapat mudah diakses laporan keuanganya oleh investor. Laba rugi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay, bagi auditor dalam mengaudit klien yang terindikasi 27 mengalami kerugian juga akan berhati-hati dalam menentukan prosedur auditnya. Opini audit berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, bagi auditor sebuah opini audit adalah kewenangan sendiri yang dimiliki auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan. Sedangkan ukuran KAP tidak berpegaruh terhadap Audit Delay, hal ini diperkirakan kualitas KAP di Indonesia memang sudah baik dibuktikan dengan surat ijin KAP yang diterbitkan. TABEL 2 PENELITIAN TERDAHULU Judul Penelitian Pengarang, Tahun Hasil Penelitian Pengaruh Faktor Sistya Internal dan Eksternal Rachmawati Perusahaan Terhadap (2008) Audit Delay dan Timeliness Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak berpengaruh terhadap Audit Delay, size perusahaan dan Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Faktor-faktor Mempengaruhi Report Lag Perusahaan Terdaftar di Efek Indonesia Meylisa Januar Inskandar dan Estralita Trisnwati (2010) Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi industri, laba rugi tahun berjalan, dan besarnya KAP berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Sedangkan variabel total aset, opini audit, dan debt proportion tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Report Lag. Faktor-faktor yang Alifian Nur Berpengaruh terhadap Aditya dan Audit Delay Indah Anisykurlillah (2014) Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Sedangkan Laba, Opini Audit berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. yang Audit pada yang Bursa 28 2.2 Rerangka Konseptual Dalam melakukan penelitian ini, sebelum menentukan variabel-variabel yang akan diteliti terlebih dahulu dilakukan kajian-kajian secara teoritis maupun empiris. Berdasarkan hasil kajian tersebut maka diperoleh konsep mengenai Audit Delay sebagai variabel dependen, dan variabel independen adalah yaitu Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasional, dan Ukuran KAP. Audit delay adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Lamanya waktu penyelesaian dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Faktor internal perusahaan misalnya dalam hal kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang memiliki laba yang tinggi pada akhir periode laporan keuangan cenderung ingin segera mempublikasikan laporan keuangannya, karena ingin segera menyampaikan berita baik kepada publik dan menarik perhatian investor. Yang kedua, perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi maupun yang mempunyai indikasi mengalami kerugian, cenderung membuat auditor lebih berhati-hati dalam meneliti laporan keuangan. Hal ini membuat waktu yang diperlukan auditor dalam menyelesaikan audit laporan keuangan membutuhkan waktu yang relatif lama. Yang ketiga, perusahaan yang memiliki kegiatan operasional yang tinggi tergolong perusahaan yang besar artinya semakin banyak akun yang harus di audit oleh seorang auditor. 29 Faktor eksternal yang diperkirakan mempengaruhi Audit Delay adalah reputasi/ukuran KAP. KAP yang memiliki reputasi tinggi cenderung memiliki sumber daya yang berkualitas, berkompeten sehingga dapat menyelesaikan laporan audit secara efektif dan efisien. Selain itu, KAP yang memiliki reputasi tinggi, memiliki system dan prosedur pengauditan yang baik sehingga dapat mengurangi kendala maupun kesulitan dalam mengaudit perusahaan. berdasarkan hal tersebut, kerangka pemikiran disajikan dalam gambar berikut ini : Profitabilitas (PROF) Solvabilitas (SOLV) Ukuran Perusahaan (SIZE) Audit Delay (AUD) Laba/Rugi Operasional (PAL) Ukuran KAP (KAP) Gambar 1 Rerangka Konseptual 2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay Menurut Rachmawati (2008) profitabilitas menggambarkan tingkat efektifitas kegiatan operasional yang dapat dicapai perusahaan. Menurut Abidin dan Che-Ahmad (2008), apabila profitabilitas perusahaan rendah, maka auditor akan melakukan tugas auditnya dengan lebih hati-hati karena adanya resiko bisnis 30 yang lebih tinggi sehingga akan memperlambat proses audit dan menyebabkan penerbitan laporan yang lebih panjang. H1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 2.3.2 Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay Menurut Febrianty (2011) tingkat solvabilitas yang diukur dengan rasio leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi liability atau hutangnya. Apabila perusahaan memiliki rasio leverage yang tinggi maka resiko kerugian perusahaan tersebut akan bertambah. Oleh karena itu, untuk memperoleh keyakinan akan laporan keuangan perusahan maka auditor akan meningkatkan kehati-hatiannya yang menyebabkan rentang waktu proses pengauditan menjadi lebih panjang. H2 : Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 2.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay Semakin besarnya ukuran perusahaan maka kegiatan operasionalnya akan semakin kompleks. Kompleksitas operasional suatu perusahaan mengakibatkan semakin banyaknya transaksi yang terjadi dan akun yang digunakan. Menurut Rachmawati (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Perusahaan yang memiliki total aset yang lebih besar juga akan membutuhkan waktu lebih lama melakukan proses audit daripada perusahaan yang memiliki total aset yang lebih kecil. H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 31 2.3.4 Pengaruh Laba/Rugi Operasional terhadap Audit Delay Subekti dan Widiyanti (2004) menyatakan ada beberapa alasan yang mendorong terjadinya kemunduran laporan publikasi, yaitu pelaporan laba atau rugi sebagai indikator good news atau bad news atas kinerja manajerial perusahaan. Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama. Tetapi apabila yang dilaporkan adalah laba, perusahaan akan meminta auditor segera melakukan proses audit secepatnya untuk segera menginformasikan hasil audit tersebut kepada investor maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. H4 : Laba/Rugi Operasional berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 2.3.5 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay Menurut Saputri (2012) informasi keuangan dan kinerja perusahaan akan lebih dapat dipecaya apabila telah menggunakan jasa KAP. Lee dan Geum (2008) yang menemukan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big Four lebih awal menyelesaikan proses auditnya daripada KAP non-Big Four karena KAP Big Four diperkirakan memiliki ketersediaan SDM dan teknologi yang lebih tinggi sehingga meningkatkan efisiensi proses pengauditan perusahaan. H5 : Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay. 32 2.4 Model Analisis Mengacu pada hipotesis yang diajukan, maka model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Model analisis ini digunakan untuk Untuk mengetahui apakah profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, laba/rugi operasional, ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI periode 20122014.