8 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan
pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan
operasional perusahaan akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para
manajer maupun investor dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
penyampaian laporan keuangan harus tepat waktu. Apabila penyampaian laporan
keuangan tidak tepat waktu maka pengambilan keputusan menjadi tidak efektif
dan efisien. Pentingnya laporan keuangan bagi berbagai pihak, maka menajemen
harus menyajikan laporan keuangan secara relevan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2012) mengemukakan pengertian laporan
keuangan yaitu laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi
keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan
keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai
posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance),
dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat
keputusan ekonomis bagi para penggunanya. Untuk dapat mencapai tujuan ini,
laporan keuangan menyediakan informasi mengenai elemen dari entitas yang
8
9
terdiri dari aset, kewajiban, networth, beban, dan pendapatan (termasuk gain dan
loss), perubahan ekuitas dan arus kas. Informasi tersebut diikuti dengan catatan
akan membantu pengguna memprediksi arus kas masa depan.
Selanjtnya menurut Fahmi (2014), Laporan keuangan merupakan suatu
informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih
jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan
perusahaan tersebut. Martono dan Agus (2010) menyatakan laporan keuangan
(Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu.
Menurut Kasmir (2011) tujuan pembuatan atau penyusunan laporan
keuangan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saaat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
10
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
8. Informasi keuangan lainnya.
Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan
dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan labarugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan.
Sedangkan menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu
terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan laporan perubahan
ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas
dari suatu perusahan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) labarugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban
yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan
sumber dan penggunaan atau alasan – alasan yang menyebabkan perubahan
ekuitas perusahaan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan
perusahaan daam suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam neraca, laporan
laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas.
2.1.2 Audit
Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information
to determine and report on the degree of correspondence between the information
and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent
person, Arens et al (2010). Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang
11
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi
dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang
kompeten, independen orang.
Izlahuzzaman (2012), auditing adalah suatu penugasan atestasi yang
dihasilkan oleh profesi akuntan publik yang berupa pernyataan suatu pendapat
tentang kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Tujuannya adalah untuk memberikan kredibilitas (keterandalan) pada
laporan keuangan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, audit atas laporan keuangan
dilaksanakan untuk menentukan apakah penyajian laporan keuangan perusahaan
telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Dalam menentukan apakah
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum,
auditor harus melakukan ujian yang tepat untuk menentukan apakah terdapat salah
saji atau pernyataan salah lainnya. Auditor juga mempertimbangkan strategi bisnis
klien serta memproses dan membuat indikator ukuran untuk faktor keberhasilan
kritis yang berhubungan dengan strategi tersebut.
Dalam Agoes, (2012) ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dibedakan
atas:
1.
Managemen Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan manajemen,
untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara
efektif, efisien, dan ekonomis.
12
2.
Pemeriksaan Ketaatan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah
mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang
ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun
pihak eksternal (pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak,
dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal
audit.
3.
Pemeriksaan Intern
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan
terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum yang
dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan
umum yang dilakukan oleh KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan
opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak diluar
perusahaan menganggap bahwa internal auditor yang merupakan orang dalam
perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor beirisi temuan
pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang
ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya
(recommendation).
4.
Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP).
13
Standar audit merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan
tanggung jawab profesionalnya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam
pernyataan Standar Auditing (PSA) No.1 telah menetapkan dan mengesahkan
sepuluh standar auditing yang dibagi menjadi 3 kelompok :
1.
Standar Umum, berfungsi mengatur syarat-syarat dari auditor.
a.
audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b.
dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c.
dalam pelaksanaan audit dan pelaporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
2.
Standar Pekerjaan Lapangan, berfungsi mengatur mutu pelaksanaan
auditing.
a.
pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan sistem
harus disupervisi dengan semestinya.
b.
pemahaman memadai atas Struktur Pengendalian Intern (SPI) harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c.
bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit
14
3.
Standar
Pelaporan,
berfungsi
sebagai
panduan
auditor
dalam
mengkomunikasikan hasil audit melalui laporan audit kepada pemakai
informasi keuangan.
a.
laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU)
di Indonesia.
b.
laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam menyusun
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c.
pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d.
laporan auditor, harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan,
jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada
lima jenis pendapat akuntan yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian.
Dikatakan pendapat wajar tanpa pengecualian jika laporan keuangan
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan ,
15
hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas telah sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku.
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan
seorang auditor menambahkan penjelasan (bahasa penjelasan lain) dalam
laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa
pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaannya meliputi:
a.
pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen
lain.
b.
untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena
keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan secara
menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI.
c.
jika terdapat kondisi dan peristiwa semula menyebabkan auditor yakin
tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas
namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor
berkesimpulan bahwa rencana manejemen tersebut dapat secara
efektif dilaksakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.
d.
di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material
dalam
penggunaan
prinsip
akuntansi
atau
dalam
metode
penerapannya.
e.
keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan
keuangan komparatif.
16
f.
data keuangan kuartalan tertentu diharuskan oleh Badan Pengawas
Pasar Modal namun tidak disajikan atau tidak di review.
g.
Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI Dewan Standar
Akuntansi
Keuangan
telah
dihilangkan,
yang
penyajiannya
menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan
tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang
berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat
menghilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan
tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh dewan tersebut.
h.
informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan
yang diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian.
Pendapat ini dinyatakan bila :
a. ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan
bahwa audit tidak menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan
audit berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
b. auditor yakin, atas dasar auditnya bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia
yang berdampak material dan audit berkesimpulan untuk tidak
menyatakan pendapat yang tidak wajar.
17
c. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, auditor
menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih
paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat.
Auditor juga harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai
dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat.
Pendapat wajar dengan pengecualian harus berisi kata kecuali atau
pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali untuk atau dengan
pengecualian untuk frasa tergantung atas atau dengan penjelasan
berikut ini memiliki makna yang tidak jelas atau tidak cukup kata oleh
karena itu pemakaiannya harus dihindari. Karena catatan atas laporan
keuangan merupakan bagian laporan keuangan auditan, kata seperti
yang disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, jika dibaca
sehubungan dengan catatan 1 mempunyai kemungkinan untuk disalah
tafsirkan dan oleh karena itu pemakaiannya dihindari.
4. Pendapat tidak wajar.
Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan
keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia.
5. Pernyatan tidak memberikan pendapat.
Auditor tidak menyatakan pendapat bila auditor tidak dapat merumuskan
suatu pendapat, bilamana auditor tidak dapat merumuskan atau tidak
merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor
18
menyatakan
tidak
memberikan
pendapat,
laporan
auditor
harus
memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan
tersebut. Auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai
untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan.
2.1.3 Audit Delay
Menurut Kartika (2009), audit delay merupakan lamanya / rentang waktu
penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan
tanggal diterbitkannya
laporan audit.
Audit
Delay
inilah
yang
dapat
mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan
berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan
informasi yang dipublikasikan.
Menurut Dyer et al (dalam Angruningrum dan Wirakusuma, 2012) Audit
Delay adalah interval waktu antara tahun tutup buku laporan keuangan hingga
opini pada laporan keuangan audit ditandatangani. Panjangnya masa audit delay
ini berbanding lurus dengan lamanya masa pekerjaan lapangan diselesaikan
auditor sehingga semakin lama pekerjaan lapangan maka semakin lama audit
delay yang terjadi. Apabila laporan keuangan yang disajikan delay maka
informasi yang terkandung didalamnya menjadi tidak relevan dalam pengambilan
keputusan.
Sedangkan menurut Knechel dan Payne (dalam Hamzah Ahmad,
M.Nizarul Alim, dan Imam Subekti, 2005), audit report lag / audit delay adalah
periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan.
19
Oleh karena itu, semakin lama auditor dalam meyelesaikan pekerjaan auditnya
maka semakin panjang audit delay.
Berdasarkan pemaparan diatas, salah satu yang dapat menyebabkan
adanya audit delay adalah standar pekerjaan lapangan yang menyatakan bahwa
audit harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang matang. Dengan adanya
audit delay yang salah satunya dapat disebabkan oleh perencanaan audit yang
dilakukan auditor, maka penyampaian laporan keuangan entitas dapat tertunda.
Padahal manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut
tidak tersedia tepat pada waktunya.
2.1.4 Profitabilitas
Tujuan akhir suatu perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan
yang maksimal. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan,
digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan
nama rasio rentabilitas. Sartono (2010:122) menyatakan bahwa Profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Tingkat profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan rasio. Rasio
profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan (Kasmir, 2011:196). Lain halnya dengan Irawati (2006:58),
yang menyatakan bahwa Rasio keuntungan atau profitability ratios adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau
merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama
20
periode tertentu (biasanya semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat
kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
profitabilitas yang dapat digunakan. Masing - masing jenis rasio profitabilitas
digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu
periode tertentu atau untuk beberapa periode. Jenis rasio profitabilitas menurut
Syamsuddin, (2009) sebagai berikut :
1. Gross profit margini, prosentase laba kotor dibandingkan dengan sales.
2. Net profit margin, rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap
penjualan.
3. Operating profit margin, rasio ini mengukur laba bersih sebelum pajak
terhadap penjualan.
4.
Return on Asset, perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total
aset..
5. Return on equity, perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total
ekuitas.
6. Earning per share, rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan
perlembar saham didalam menghasilkan laba.
21
Tabel 1
Rumus Rasio Profitabilitas
2.1.5 Solvabilitas
Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya yang segera harus dipenuhi atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir, 2010).
Perusahaan dikatakan likuid apabila memiliki kemapuan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dan jika tidak mampu disebut likuid.
Harahap (2009) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Solvabilitas
22
adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban
finansialnya pada saat perusahaan dilikuidasi, tingkat solvabilitas diukur dengan
beberapa rasio yaitu (Kasmir, 2011) :
a. Debt to Equity Ratio, Rasio ini untuk mengukur seberapa besar perusahaan
dibelanjai oleh pihak kreditur.
Debt to Equity Ratio = Total Hutang
Total Ekuitas
x 100%
b. Debt to Asset Ratio, Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang
dimilikinya.
Debt to Asset Ratio = Total Hutang
Total Asset
x 100%
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang
bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar
daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan
sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan
biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston
2001).
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–
rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset
yang dimiliki oleh perusahaan, Ferry dan Jones 1979 (dalam Regina, 2011).
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu
perusahaan besar (Large Firm), Perusahaan menegah (medium size), dan
23
perusahaan kecil (small firm), penentuan perusahaan ini didasarkan pada total
asset perusahaan, Machfoedz, 1994 (dalam Yulianti 2011) :
1. Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih
besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan
lebih dari Rp 50 Milyar pertahun.
2. Perusahaan Menegah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp
1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih
besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar.
3. Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil
penjualan minimal Rp 1 Milyar per tahun.
2.1.7 Laba rugi operasional
Stice dan Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi
kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada
investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya.
Selanjutnya menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas
upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan
kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan
produksi dan penyerahan barang / jasa).
24
Belkaoui (1993) menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima
karakteristik sebagai berikut:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari
penjualan barang/jasa.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada
kinerja perusahaan selama satu periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus tentang definisi pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam
bentuk cost historis.
5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara
pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut.
2.1.8 Ukuran KAP
Kantor Akuntan Publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik
yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perudang-undangan, yang
berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik
(Rachmawati, 2008). Pada umumnya Kantor Akuntan Publik yang besar, yang
bekerja sama dengan KAP Internasional mempunyai insentif yang kuat untuk
menyelesaikan tugas audit lebih cepat demi mempertahankan reputasinya. Selain
itu KAP besar memiliki lebih banyak sumber daya sehingga tugas audit dapat
diselesaikan dalam waktu lebih singkat.
25
Kantor akuntan yang bereputasi baik diperkirakan dapat melakukan audit
laporan keuangan lebih efisien dan memiliki fleksibilitas yang lebih besar untuk
menyelesaikan audit lebih awal. Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik yang bereputasi tinggi maka auditor tersebut dipandang sebagai seorang
auditor yang bereputasi tinggi pula, ini karena biasanya Kantor Akuntan Publik
itu sendiri dikenal lewat nama auditornya sehingga bisa menyampaikan laporan
keuangan yang lebih cepat (Puspitasari, 2012).
Kantor Akuntan Publik dikategorikan menjadi The Big Four dan Non Big
Four. Kategori KAP The Big Four di Indonesia sebagai berikut :
1. KAP Deloitte Touche Thomatsu (DTT), bekerja sama dengan KAP Osman
Bing Satrio.
2. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerja sama dengan KAP
Tanudiredja, Wibisana dan Rekan.
3. KAP Ernts & Young (E&Y), bekerja sama dengan Purwantoro, Suherman,
dan Surja.
4. KAP Klyweld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerja sama dengan
Siddharta dan Widjaja.
2.1.9 Penelitian Terdahulu
Audit Delay dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pada penelitian
Rachmawati (2008) yang meneliti tentang faktor-faktor internal dan eksternal
perusahaan terhadap audit delay. Faktor-faktor tersebut antara lain Profitabilitas
yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, solvabilitas
yang diukur dari kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajibannya
26
dengan menggunakan asset yang dimiliki, ukuran perusahaan yang diukur dari
total asset yang dimiliki perusahaan tersebut, dan ada tidaknya internal audit serta
ada tidaknya KAP yang bermitra dengan The Big Four. Dari hasil penelitian
bahwa profitabilitas, solvabilitas dan internal auditor tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Audit Delay, sedangkan ukuran perusahaan dan ukuran
KAP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay.
Hasil penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010) mengemukakan bahwa
dari variabel profitabilitas, klasifikasi industri, laba rugi tahun berjalan, opini
audit, besarnya KAP dan debt proportion yang berpengaruh terhadap Audit
Report Lag adalah klasifikasi industry, laba rugi tahun berjalan, dan besarnya
KAP berpengaruh terhadap Audit Report Lag. Hal ini karena, semakin besar
suatu perusahaan maka semakin besar kegiatan operasional yang menyebabkan
waktu audit semakin lama, perusahaan yang mengalami kerugian akan meminta
auditornya untuk menjadwalkan kembali pengauditan lebih lambat dari biasanya
sehingga menunda untuk mengumumkan bad news, KAP yang memiliki reputasi
tinggi cenderung menyelesaikan waktu audit lebih cepat. Sedangkan variabel
total aset, opini audit, dan debt proportion tidak mempunyai pengaruh terhadap
Audit Report Lag.
Hasil penelitian Aditya dan Anisykurlillah (2014) ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, sehingga tidak memperdulikan
perusahaan itu besar atau kecil, perusahaan itu sudah tentu dapat mudah diakses
laporan keuanganya oleh investor. Laba rugi perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap audit delay, bagi auditor dalam mengaudit klien yang terindikasi
27
mengalami kerugian juga akan berhati-hati dalam menentukan prosedur auditnya.
Opini audit berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, bagi auditor sebuah
opini audit adalah kewenangan sendiri yang dimiliki auditor dalam mengaudit
laporan keuangan perusahaan. Sedangkan ukuran KAP tidak berpegaruh terhadap
Audit Delay, hal ini diperkirakan kualitas KAP di Indonesia memang sudah baik
dibuktikan dengan surat ijin KAP yang diterbitkan.
TABEL 2
PENELITIAN TERDAHULU
Judul Penelitian
Pengarang,
Tahun
Hasil Penelitian
Pengaruh
Faktor Sistya
Internal dan Eksternal Rachmawati
Perusahaan Terhadap (2008)
Audit
Delay
dan
Timeliness
Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas,
solvabilitas, internal auditor tidak berpengaruh
terhadap Audit Delay, size perusahaan dan
Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay.
Faktor-faktor
Mempengaruhi
Report Lag
Perusahaan
Terdaftar di
Efek Indonesia
Meylisa Januar
Inskandar dan
Estralita
Trisnwati
(2010)
Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi
industri, laba rugi tahun berjalan, dan
besarnya KAP berpengaruh terhadap Audit
Report Lag. Sedangkan variabel total aset,
opini audit, dan debt proportion tidak
mempunyai pengaruh terhadap Audit Report
Lag.
Faktor-faktor
yang Alifian
Nur
Berpengaruh terhadap Aditya
dan
Audit Delay
Indah
Anisykurlillah
(2014)
Hasil penelitian menunjukkan ukuran
perusahaan dan ukuran KAP tidak
berpengaruh signifikan terhadap Audit
Delay. Sedangkan Laba, Opini Audit
berpengaruh signifikan terhadap Audit
Delay.
yang
Audit
pada
yang
Bursa
28
2.2 Rerangka Konseptual
Dalam melakukan penelitian ini, sebelum menentukan variabel-variabel
yang akan diteliti terlebih dahulu dilakukan kajian-kajian secara teoritis maupun
empiris. Berdasarkan hasil kajian tersebut maka diperoleh konsep mengenai Audit
Delay sebagai variabel dependen, dan variabel independen adalah yaitu
Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasional, dan
Ukuran KAP.
Audit delay adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan
dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang
lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Lamanya waktu
penyelesaian dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Faktor
internal perusahaan misalnya dalam hal kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Perusahaan yang memiliki laba yang tinggi pada akhir periode
laporan keuangan cenderung ingin segera mempublikasikan laporan keuangannya,
karena ingin segera menyampaikan berita baik kepada publik dan menarik
perhatian investor.
Yang kedua, perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi
maupun yang mempunyai indikasi mengalami kerugian, cenderung membuat
auditor lebih berhati-hati dalam meneliti laporan keuangan. Hal ini membuat
waktu yang diperlukan auditor dalam menyelesaikan audit laporan keuangan
membutuhkan waktu yang relatif lama. Yang ketiga, perusahaan yang memiliki
kegiatan operasional yang tinggi tergolong perusahaan yang besar artinya semakin
banyak akun yang harus di audit oleh seorang auditor.
29
Faktor eksternal yang diperkirakan mempengaruhi Audit Delay adalah
reputasi/ukuran KAP. KAP yang memiliki reputasi tinggi cenderung memiliki
sumber daya yang berkualitas, berkompeten sehingga dapat menyelesaikan
laporan audit secara efektif dan efisien. Selain itu, KAP yang memiliki reputasi
tinggi, memiliki system dan prosedur pengauditan yang baik sehingga dapat
mengurangi kendala maupun kesulitan dalam mengaudit perusahaan. berdasarkan
hal tersebut, kerangka pemikiran disajikan dalam gambar berikut ini :
Profitabilitas (PROF)
Solvabilitas (SOLV)
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Audit Delay (AUD)
Laba/Rugi Operasional (PAL)
Ukuran KAP (KAP)
Gambar 1
Rerangka Konseptual
2.3 Perumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay
Menurut Rachmawati (2008) profitabilitas menggambarkan tingkat
efektifitas kegiatan operasional yang dapat dicapai perusahaan. Menurut Abidin
dan Che-Ahmad (2008), apabila profitabilitas perusahaan rendah, maka auditor
akan melakukan tugas auditnya dengan lebih hati-hati karena adanya resiko bisnis
30
yang lebih tinggi sehingga akan memperlambat proses audit dan menyebabkan
penerbitan laporan yang lebih panjang.
H1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
2.3.2 Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay
Menurut Febrianty (2011) tingkat solvabilitas yang diukur dengan rasio
leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi liability atau
hutangnya. Apabila perusahaan memiliki rasio leverage yang tinggi maka resiko
kerugian perusahaan tersebut akan bertambah. Oleh karena itu, untuk memperoleh
keyakinan akan laporan keuangan perusahan maka auditor akan meningkatkan
kehati-hatiannya yang menyebabkan rentang waktu proses pengauditan menjadi
lebih panjang.
H2 : Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
2.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay
Semakin besarnya ukuran perusahaan maka kegiatan operasionalnya akan
semakin kompleks. Kompleksitas operasional suatu perusahaan mengakibatkan
semakin banyaknya transaksi yang terjadi dan akun yang digunakan. Menurut
Rachmawati (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
audit delay. Perusahaan yang memiliki total aset yang lebih besar juga akan
membutuhkan waktu lebih lama melakukan proses audit daripada perusahaan
yang memiliki total aset yang lebih kecil.
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
31
2.3.4 Pengaruh Laba/Rugi Operasional terhadap Audit Delay
Subekti dan Widiyanti (2004) menyatakan ada beberapa alasan yang
mendorong terjadinya kemunduran laporan publikasi, yaitu pelaporan laba atau
rugi sebagai indikator good news atau bad news atas kinerja manajerial
perusahaan. Perusahaan yang melaporkan adanya kerugian akan meminta auditor
untuk mengatur waktu auditnya lebih lama. Tetapi apabila yang dilaporkan adalah
laba, perusahaan akan meminta auditor segera melakukan proses audit secepatnya
untuk segera menginformasikan hasil audit tersebut kepada investor maupun
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
H4 : Laba/Rugi Operasional berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
2.3.5 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit Delay
Menurut Saputri (2012) informasi keuangan dan kinerja perusahaan akan
lebih dapat dipecaya apabila telah menggunakan jasa KAP. Lee dan Geum (2008)
yang menemukan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big Four lebih awal
menyelesaikan proses auditnya daripada KAP non-Big Four karena KAP Big
Four diperkirakan memiliki ketersediaan SDM dan teknologi yang lebih tinggi
sehingga meningkatkan efisiensi proses pengauditan perusahaan.
H5 : Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
32
2.4 Model Analisis
Mengacu pada hipotesis yang diajukan, maka model analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Model analisis ini
digunakan untuk Untuk mengetahui apakah profitabilitas, solvabilitas, ukuran
perusahaan, laba/rugi operasional, ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI periode 20122014.
Download