4430411-033 Endrafian - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
SKRIPSI
PELAKSANAAN STRATEGI PERSONAL SELLING YANG
DILAKUKAN OLEH MEDICAL REPRESENTATIVE (MR)
PT GALENIUM PHARMASIA LABORATORIES PADA TAHUN
2006 TERHADAP PENGENALAN PRODUK ETHICAL KEPADA
DOKTER
Disusun oleh :
Nama
: Endrafian
NIM
: 4430411 – 033
Jurusan
: Marketing Communication & Advertising
Diajukan untuk Memenuhi Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN MARKETING COMMUNICATION & ADVERTISING
ENDRAFIAN (4430411-033)
PELAKSANAAN STRATEGI PERSONAL SELLING YANG DILAKUKAN
OLEH MEDICAL REPRESENTATIVE (MR) PT GALENIUM PHARMASIA
LABORATORIES PADA TAHUN 2006 TERHADAP PENGENALAN
PRODUK ETHICAL KEPADA DOKTER.
xiv + 73 halaman; 2 tabel + 2 gambar + 19 lampiran + Bibliografi:18 buku (1988
– 2006)
ABSTRAKSI
Di Indonesia saat ini ada ± 150 perusahaan farmasi baik lokal maupun
multinasional. Tentunya dengan jumlah perusahaan farmasi yang begitu
banyaknya membuat persaingan di industri ini akan semakin ketat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan strategi personal selling yang
dilakukan oleh Medical Representative (MR) dalam memperkenalkan produkproduk farmasi ethical kepada dokter.
Penjualan perseorangan / personal selling adalah bagian terpenting dari
panduan promosi, dimana personal selling adalah suatu bentuk komunikasi orang
per orang dimana seorang wiraniaga / Medical Representative berhubungan
dengan calon pembeli dan berusaha untuk mempengaruhi agar mereka membeli.
Orang yang melakukan personal selling memiliki beberapa sebutan antara lain,
wiraniaga, sales representative, account executive atau Medical Representative
(MR). Untuk menjadikan wiraniaga berhasil mereka harus menguasai langkahlangkah sebagai berikut : memilih dan menilai prospek, prapendekatan,
pendekatan, presentasi dan demo, menangani keberatan, menutup penjualan dan
tindak lanjut.
Metodologi yang digunakan bersifat evaluatif, dimana pengumpulan
datanya dilakukan dengan cara wawancara dan metode penelitian ilmiah yang
digunakan adalah studi kasus.
Hasil dari penelitian ini menyimpukan bahwa untuk berhasil dalam
melakukan strategi personal selling,medical representative harus menguasai dan
melaksanakan langkah dalam proses penjualan, seperti yang telah disebutkan tadi.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Industri farmasi adalah salah satu dari sedikit industri yang sanggup
bertahan pada saat krisis ekonomi yang menghantam bangsa Indonesia beberapa
tahun yang lalu. Saat ini ada ± 150 perusahaan farmasi, baik multinasional
pharmaceutical company maupun perusahaan farmasi lokal. Dan diperkirakan
pada tahun 2006 ini total omset yang dihasilkan oleh perusahaan farmasi ± 23
triliyun rupiah. Salah satu perusahan farmasi lokal yang masuk kedalam jajaran 50
besar perusahaan farmasi adalah PT Galenium Pharmasia Laboratories.
Seperti yang penulis sampaikan tadi, yaitu di Indonesia saat ini terdapat ±
150 perusahaan farmasi, Tentunya dengan 150 perusahaan farmasi tersebut
persaingan di bisnis farmasi akan semangkin ketat, hal itu juga yang dihadapi oleh
PT Galenium Pharmasia Laboratories, sehingga untuk memenangkan bisnis
farmasi tersebut PT Galenium Pharmasia Laboratories harus melakukan inovasiinovasi, baik itu inovasi formula, inovasi indikasi produk, bentuk sediaan produk,
bahan baku serta inovasi dalam strategi pemasaran. Tentunya inovasi tersebut juga
harus disesuaikan dengan karakteristik PT Galenium Pharmasia Laboratories. Saat
ini PT Galenium menghasilkan produk-produk yang bermutu, yang sudah dikenal
masyarakat luas, khususnya produk bebas, seperti, Oilum, JF Sulfur, Caladine,
Laxadine, sedangkan untuk produk-produk Ethicalnya, antara lain Trichol
(Colesterol Reducer / Penurun kadar kolesterol), Pyravit (anti tuberkolosis),
Scabimite (anti skabies), Laxarec (konstipasi anak / sulit buang air besar pada
1
2
anak-anak), Glimunos (immunodulator / peningkat kekebalan tubuh), Simvastatin
(Colesterol Reducer / penurun kdar kolesterol), Imunex (anti alergi)1.
PT Galenium Pharmasia Laboratories adalah perusahaan farmasi pertama
yang memiliki 3 sertifikat sekaligus, yaitu CPOB (Cara Pembuatan Obat yang
Baik), CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik) dan ISO 90002. Dengan
demikian sudah bisa dipastikan bahwa produk-produk yang dihasilkan adalah
produk-produk yang bermutu. Dengan demikian tergambar dengan jelas bahwa
bisnis farmasi ini berhubungan dengan kesehatan, karena berhubungan dengan
kesehatan tentunya harus berhati-hati dalam membuat strategi pemasaran, karena
kalau informasi yang disampaikan tidak benar, maka akan menyebabkan
kematian. Didunia farmasi ada dua 2 (dua) kategori produk, yaitu Ethical dan
OTC (Over The Counter).
Ethical adalah produk-produk yang pembeliannya harus berdasarkan resep
dokter, sedangkan produk OTC adalah produk-produk yang bisa dibeli secara
bebas tanpa resep dokter. Dalam hal ini penulis akan membahas produk-produk
Ethical, yaitu produk yang diresepkan, seperti yang kita bahas sebelumnya, bisnis
farmasi berhubungan dengan kesehatan, dimana bisnis ini mengandung resiko
yang cukup besar, karena kalau informasi yang disampaikan tidak benar akan
menyebabkan kematian, untuk itu diperlukan kepercayaan, diperlukan orangorang yang dipercaya, orang-orang yang terlatih dengan baik, sehingga informasi
yang disampaikan benar, kemudian akan mendapatkan kepercayaan dalam hal ini
kepercayaan dari dokter, untuk itu diperlukan suatu stretegi yang disebut Personal
Selling atau Penjualan Perorangan.
1
2
PT Galenium Pharmasia Laboratories. Company Profile. Jakarta. 2001
Ibid
3
Penjualan perorangan atau Personal Selling memberikan dorongan atau
push yang dibutuhkan agar para pelanggan mau membeli produk baru,
meningkatkan jumlah pembelian dan mencurahkan lebih banyak usaha untuk
memasarkan merek perusahaan. Dalam situasi penjualan yang lebih komplek,
penjualan perorangan bisa lebih efektif ketimbang periklanan. Wiraniaga dapat
mengetahui jauh perihal berbagai masalah maupun kesulitan yang dihadapi
pelanggan. Peranan Personal Selling tidak bisa dipukul rata untuk semua
perusahaan.
Armada penjualan dalam Persona Selling berfungsi sebagai mata rantai
penting yang menghubungkan perusahaan dengan pelanggan. Dalam banyak hal,
para wiraniaga melayani kedua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli atau
produsen dan konsumen.
Ada beberapa peran penting wiraniaga, pertama mereka menjadi wakil
perusahaan untuk berurusan dengan pelanggan, mereka menemukan dan
mengembangkan pelanggan baru dan mengkomunikasikan informasi tentang
produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Mereka menjual produk dengan
melakukan pendekatan pada pelanggan, mempresentasikan produknya, menjawab
berbagai keberatan, menegosiasikan harga dan persyaratan, dan akhirnya menutup
penjualan. Selain itu wiraniaga menyediakan layanan bagi pelanggan, yaitu
melakukan riset pasar dan kerja intelejen, dan mengisi laporan kunjungan
wiraniaga.
Pada saat yang sama, para wiraniaga menjadi wakil pelangan untuk
berurusan dengan perusahaan, dan di dalam perusahaan berlaku sebagai penyuara
kepentingan pelanggan. Wiraniaga menyampaikan pemikiran pelanggan akan
berbagai produk dan aksi perusahaan mereka, dan menghubungi orang-orang
4
perusahaan bagian yang bertanggung jawab menanganinya. Mereka belajar
mengenai kebutuhan pelanggan, dan bekerja dengan orang-orang lainnya dalam
perusahaan demi mengembangkan nilai pelanggan yang lebih besar. Tidak jarang
seorang wiraniaga bertindak sebagai account manager yang mengelola hubungan
antara penjual dan pembeli. Peran Personal Selling tersebut berlaku juga untuk
industri farmasi, yang membedakannya hanya produk dan konsumennya, dimana
pada industri farmasi yang menjadi konsumennya adalah dokter.
Pada umumnya personal selling dilakukan oleh orang yang telah terlatih
yang biasanya dinamakan wiraniaga, atau salesman, didunia farmasi orang yang
melakukan pekerjaan itu diberi nama Medical Representatif (MR). Didalam buku
Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu pengertian
Personal selling adalah suatu bentuk komunikasi orang-per-orang di mana
seorang
wiraniaga
berhubungan
dengan
calon
pembeli
dan
berusaha
mempengaruhi agar mereka membeli atau menggunakan produk atau jasa
perusahaan3. Dimana bagian terpenting dari definisi ini adalah bahwa pejualan
perorangan mencakup interaksi pribadi, dan hal ini bertentangan dengan bentuk
komunikasi pemasaran lainnya dimana audiens umumnya terdiri dari banyak
orang, kadang-kadang jutaan (seperti dalam kasus periklanan media-massa).
Seperti yang penulis jelaskan, bahwa yang menjadi target dari pemasaran
melalui Personal Selling atau penjualan perorangan ini adalah Dokter, orang yang
didalam status sosial masyarakat dianggap sebagai orang yang berpendidikan
tinggi, orang pintar dan orang yang hebat karena bisa menyembuhkan orang yang
sakit. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan target personal selling atau
penjualan perorangan pada umumnya, yaitu masyarakat umum. Tentunya
3
Terence A. Shimp, University Of South Carolina, Periklanan danPromosi Aspek Tambahan
Komunikasi Pemasaran Terpadu, , Jilid II, Edisi Kelima, Erlangga, 2000, h.281
5
mempengaruhi orang pintar dalam hal ini dokter akan berbeda dengan
mempengaruhi masyarakat umum. Tingkat kesulitan yang ditemui sangatlah
tinggi,
yaitu
bagimana
caranya
mempengaruhi
seorang
dokter
untuk
mempergunakan produk atau obat yang telah dipromosikan kepada dokter
tersebut. Dengan demikian keahlian seorang Medical Representative (MR) dalam
melakukan aktivitas personal selling dalam hal menjual sangatlah perlu, terutama
product knowledge, medical knowledge, seling skill, good relationship dan
kemampuan dalam membaca data base dokter yang terdapat didalam master list
atau daftar dokter. Data base master list ini biasanya didapatkan oleh Medical
Representative (MR) oleh atasannya langsung. Saat ini PT Galenium Pharmasia
Laboratories memiliki cabang hampir diseluruh wilayah Indonesia, mulai dari
Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung,
Cirebon, Semarang, Jogjakarta, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Banjarmasin,
Balikpapan, Samarinda, dan Makassar. Dari beberapa daerah tersebut adalah salah
satu daerah yang sangat menarik untuk di pelajari, yaitu Bandung. Kenapa
Bandung, karena daerah ini pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 2005 mengalami
pencapaian sales atau sales performance yang kurang bagus ditambah lagi dengan
proses turn over atau keluar masuk karyawan yang tinggi, bahkan untuk memulai
program kerja pada awal tahun 2006 harus merekrut karyawan baru untuk semua
posisi, mulai dari Medical Representative (MR) sampai Supervisor. Dengan
demikian diperlukan pelatihan-pelatihan agar para Medical Representative
tersebut bisa mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai Medical
Representative dan menjalankan tahapan-tahapan penjualan perorangan dengan
benar dan bisa menjadi karyawan yang bisa diandalkan dan berprestasi.Dari latar
6
belakang itu semualah makanya mengapa personal selling di dunia farmasi ini
sangat menarik untuk di pelajari dan diteliti lebih lanjut.
Disamping itu untuk mengetahui dan mengevaluasi apakah strategi
personal selling itu berhasil atau tidaknya maka pengukuran yang dilakukan
adalah melakukan penilaian Sales performance atau pencapaian sales, yaitu
dengan membandingkan antara target yang diberikan dengan sales yang dicapai.
1.2. Perumusan Masalah
Sejauh mana pengaruh tahapan – tahapan proses penjualan (memilih dan
menilai prospek, prapendekatan, pendekatan, presentasi dan demo, mengatasi
keberatan, menutup dan tindak lanjut) terhadap keberhasilan pelaksanaan strategi
personal selling.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pelaksanaan strategi personal selling yang dilakukan
oleh seorang Medical Representative (MR) dalam memperkenalkan produk
farmasi ethical kepada dokter
1.4. Signifikansi / Kegunaan
1.4.1. Signifikansi Akademis
Secara akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
ilmu pengetahuan yang berkaitan strategi personal selling yang melatar
belakangi penulisan skripsi ini.
7
1.4.2. Signifikansi Praktis
Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan proses penjualan
perorangan dalam strategi personal selling khususnya di dunia farmasi
terhadap keberhasilan mempromosikan produk-produk farmasi kepada
dokter, yang bisa dijadikan referensi bagi industri farmasi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
............................................
ii
LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
............................................
iii
PENGESAHAAN PERBAIKAN SKRIPSI ........................................................
iv
ABSTRAKSI ........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR
...............................................................................
vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ... ............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
...........................................
1
1.2
Perumusan Masalah ......................................................
6
1.3
Tujuan Penelitian
.....................................................
6
1.4
Signifikansi
.................................................................
6
1.4.1 Signifikansi Akademis .........................................
6
1.4.2 Signifikansi Praktis
7
.........................................
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Komunikasi Interpersonal
............................................. 8
2.1.1 Komunikasi Interpersonal Adalah Verbal dan
Non Verbal
.......................................................... 8
2.1.2 Komunikasi Interpersonal mencakup perilaku
Tertentu ..................................................................... 9
2.1.3 Komunikasi Interpersonal Adalah Komunikasi yang
berproses pengembangan........................................... 11
2.1.4 Komunikasi Interpersonal Mengandung Umpan Balik,
Interaksi dan Koherensi ............................................. 11
ix
2.1.5 Komunikasi Interpersonal Berlaku Menurut Budaya
Tertentu ....................................................................
2.1.6 Komunikasi Interpersonal Adalah Kegiatan Aktif
13
2.1.7 Komunikasi Interpersonal Saling Mengubah
.....
13
.................
19
.................................................................
26
2.3.1 Karakteristik Wiraniaga ..........................................
31
2.2
Personal Selling / Penjualan Perorangan
2.3
Wiraniaga
2.3.2 Mengelola Wiraniaga
............................................. 35
2.3.3 Langkah Dalam Proses Penjualan
BAB III
..................... 39
METODOLOGI
3.1
Tipe / Sifat Penelitian ........................................................
44
3.2
Metode Penelitian
.......................................................
44
3.3
Key Informan ...................................................................
45
3.4
Teknik Pengumpulan Data
45
...........................................
3.4.1 In-depth Interview (Wawancara Mendalam)
BAB IV
12
.......
45
3.4.2 Studi Dokumen .......................................................
46
3.5
Fokus Penelitian
46
3.6
Definisi Konsep ................................................................. 47
3.7
Metode Analisis Data .......................................................
.......................................................
48
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum PT Galenium Pharmasia Lab
50
4.1.1 Sejarah Berdirinya PT Galenium Pharmasia Lab......
50
4.1.2 Produk PT Galenium Pharmasia Lab
....................
51
................................
52
........................................................
53
4.2.1 Memilih dan Menilai Prospek ................................
54
4.2.2 Prapendekatan dan Pendekatan ................................
55
4.2.3 Presentasi dan Demo
............................................
60
4.2.4 Mengatasi Keberatan
...........................................
61
4.1.3 Pencapaian Target Penjualan
4.2
.......
Hasil Penelitian
x
4.2.5 Menutup Penjualan
4.2.6 Tindak Lanjut
4.3
BAB V
Pembahasan
...........................................
62
.........................................................
63
.....................................................................
63
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
.....................................................................
68
5.2.
Saran ................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................
72
LAMPIRAN
BIOGRAFI
xi
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Komunikasi Interpersonal
Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi,
karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan
sosial manusia dan atau masyarakat.
Aktivitas komunikasi dapat terlihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari
manusia, yaitu sejak dari bangun tidur di pagi hari sampai dengan manusia
beranjak tidur dimalam hari. Hal tersebut membuktikan betapa vitalnya
komunikasi dalam tatanan kehidupan sosial manusia, dengan kta lain komunikasi
telah menjadi jantung dari kehidupan kita. Komunikasi sudah menjadi bagian dari
kegiatan kita dalam sehari-hari. Dan yang jarang disadari adalah bahwa pada
prinsipnya tak seorangpun dapat melepaskan dirinya dari aktivitas komunikasi.
Jadi apa yang dimaksud dengan komunikasi? Ada yang berpendapat komunikasi
adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan
melalui saluran tertentu. Ada pula yang menyebutkan komunikasi sebagai suatu
proses penyampaian pesan (berupa lambang, suara, gambar dan lain-lain) dari
suatu sumber kepada sasaran (audience) dengan menggunakan saluran tertentu 4
Wilbur Schrarmm (Ashadi, 1987) menyatakan komunikasi sebagai suatu
proses berbagi (sharing process), Schramm menguraikannya sebagai berikut : ”
Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang berarti umum (common)
atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha
menumbuhkan suatu kebersamaan degan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi
4
Drs. Tommy Suprapto, MS, Pengantar Teori Komunikasi, Yogyakarta, Media Pressindo, 2006,
h.1 – 3.
8
9
informasi, ide atau sikap”. Dari uraian Schramm itu dapat disimpulkan bahwa
sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan
kebersamaan; kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audiencereceiver)-nya. Sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience
menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang
dikehendaki oleh penyampai
5
. Ada beberapa bentuk komunikasi, yaitu
komunikasi interpersonal dan antarpersonal, karena saat ini penulis lagi
membahas mengenai personal selling, maka penulis akan membahas mengenai
komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal adalah “Interaksi tatap muka antar dua atau
beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung,
dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.”
Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapanungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan.
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis. Komunikasi
interpersonal merupakan dasar dari kegiatan Personal Selling yang dilakukan oleh
Medical Representative (MR)
Dengan tetap memperhatikan kedinamisannya,
komunikasi interpersonal mempunyai ciri-ciri yang tetap sebagai berikut 6:
2.1.1 Komunikasi Interpersonal adalah Verbal dan Nonverbal.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang pesannya dikemas
dalam bentuk verbal atau nonverbal. Dalam komunikasi itu, seperti pada
komunikasi pada umumnya, selalu mencakup dua unsur pokok: isi pesan
dan bagaimana isi itu dikatakan atau dilakukan, baik secara verbal
maupun nonverbal. Untuk efektifnya, kedua unsur itu sebaiknya
5
6
Ibid, h. 4-5.
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, Yogyakarta, Kanisius, 2003, h.87
10
diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi,
dan keadaan penerima pesannya.
2.1.2 Komunikasi Interpersonal Mencakup Perilaku Tertentu.
Perilaku dalam komunikasi meliputi perilaku vebal dan nonverbal.
Dimana tiga perilaku dalam komunikasi interpersonal tersebut adalah:
1. Perilaku spontan (Spontaneus behaviour) adalah perilaku yang
dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor serta revisi secara
kognitif. Artinya, perilaku itu terjadi begitu saja. Jika verbal, perilaku
spontan bernada asal bunyi. Misalnya, “Hai”, hal ini biasanya
diucapkan pada saat bertemu dengan doker yang sudah akrab dengan
Medical
Representative
Perilaku
spontan
nonverbal,
misalnya
meletakkan telapak tangan pada dahi waktu kita sadar telah berbuat
keliru atau lupa dengan janji yang telah dibuat oleh Medical
Representaive , melambaikan tangan pada waktu berpapasan dengan
teman.
2. Perilaku menurut kebiasaan (Script behaviour) adalah perilaku yang
kita pelajari dari kebiasaan kita. Perilaku itu khas, dilakukan pada
situasi tertentu, dan dimengerti orang. Misalnya, ucapan “Selamat
datang” kepada teman yang datang, “Apa kabar” pada waktu berjumpa
dengan teman, atau “Selamat malam” pada waktu sebelum tidur.
Dalam bentuk nonverbal, misalnya “berjabat tangan” dengan teman,
“mencium tangan”orang tua, “memeluk” kekasih. Perilaku semacam
itu sering kita lakukan tanpa terlalu mempertimbangkan artinya dan
terjadi secara spontan karena sudah mendarah daging dalam diri kita.
11
3. Perilaku sadar (contrived behaviour) adalah perilaku yang dipilih
karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada. Perilaku itu dipikirkan
dan dirancang sebelumnya, dan disesuaikan dengan orang yang akan
dihadapi, urusan yang harus diselesaikan, dan situasi serta kondisi
yang ada.
2.1.3 Komunikasi Interpersonal adalah Komunikasi yang Berproses
Pengembangan.
Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Medical Representative
merupakan komunikasi yang berproses pengembangan (developmental
process). Komunikasi interpersonal berbeda-beda tergantung dari tingkat
hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi yaitu antara dokter
dengan Medical Representative, pesan yang dikomunikasikan dan cara
pesan dikomunikasikan. Komunikasi itu berkembang berawal dari saling
pengenalan yang dangkal, berlanjut makin mendalam, dan berakhir
dengan saling pengenalan yang amat mendalam. Tetapi juga dapat putus,
sampai akhirnya saling melupakan.
2.1.4 Komunikasi Interpersonal Mengandung Umpan Balik, Interaksi, dan
Koherensi.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka antara
dokter dengan Medical Representative. Karena itu, kemungkinan umpan
balik (feedback) besar sekali. Dalam kumunikasi itu, penerima pesan yaitu
dokter dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik.
Dengan demikian, di antara pengirim dan penerima pesan yaitu dokter
dan Medical Representative terjadi interaksi (interaction) yang satu
mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan
12
memberi serta menerima dampak. Pengaruh itu terjadi pada dataran
kognitif-pengetahuan,
efektif-perasaan,
dan
behavioural-perilaku.
Semakin berkembang komunikasi interpersonal itu, semakin intensif
umpan balik dan interaksinya karena peran pihak-pihak yang terlibat
berubah peran dari penerima pesan menjadi pemberi pesan, dan
sebaliknya dari pemberi pesan menjadi penerima pesan. Agar komunikasi
interpersonal itu berjalan secara teratur, dalam komunikasi itu pihak-pihak
yang terlibat saling menanggapi sesuai dengan isi pesan yang diterima.
Dari sini terjadilah koherensi dalam komunikasi baik antara pesan yang
disampaikan dan umpan balik yang diberikan, maupun dalam keseluruhan
komunikasi.
2.1.5 Komunikasi Interpersonal Berlaku Menurut Budaya Tertentu.
Agar berjalan baik, maka komunikasi interpersonal hendaknya mengikuti
peraturan (rules) tertentu. Peraturan itu ada yang intrinsik dan ada yang
ekstrinsik. Peraturan Intrinsik adalah peraturan yang dikembangkan oleh
masyarakat untuk mengatur cara orang harus berkomunikasi satu sama
lain. Peraturan ini menjadi patokan perilaku dalam komunikasi
interpersonal. Karena ditetapkan oleh masyarakat, patokan ini bersifat
khas untuk masing-masing, masyarakat, budaya, dan bangsa. Peraturan
interinsik misalnya, meski sama-sama sopan, hormat, menghargai, tetapi
bentuknya berbeda di antara orang Jawa dan orang Sumatera.
Peraturan ekstrinsik adalah peraturan yang ditetapkan oleh situasi atau
masyarakat. Peraturan ekstrinsik oleh situasi, misalnya pada saat Medical
Representative melakukan promosi kepada dokterndirumah sakit akan
berbeda kalau berpromosi di rumah.
13
2.1.6 Komunikasi Interpersonal adalah Kegiatan Aktif.
Komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Medical Representative
merupakan kegiatan yang aktif, bukan pasif. Komunikasi interpersonal
bukan hanya komunikasi dari pengirim kepada penerima pesan dan
sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan
penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekadar serangkaian
rangsangan-tanggapan, stimulus-respons, tetapi serangkaian proses saling
penerimaan, penyerapan, dan penyampaian tanggapan yang sudah di olah
oleh masing-masing pihak. Dalam komunikasi interpersonal, pihak-pihak
yang berkomunikasi tidak hanya saling bertukar produk dan informasi,
tetapi terlibat dalam proses untuk bersama-sama membentuk dan
menghasilkan produk. Karena itu, pihak-pihak yang melakukan
komunikasi interpersonal bertindak aktif, baik waktu menyampaikan
pesan maupun pada waktu menerima pesan. Maka, pihak yang
menyampaikan pesan yaitu Medical Representative harus berusaha
sebaik-baiknya agar pesan dapat sampai dan dimengerti dengan pas, dan
mengirimkannya melalui media yang sesuai. Sedang pihak penerima
pesan harus berusaha mendengarkan dan mengerti baik-baik pesan yang
diterimanya serta menyampaikan umpan balik dengan tepat mengenai isi
dan caranya.
2.1.7 Komunikasi Interpersonal Saling Mengubah
Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan
mengembangkan. Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang
terlibat komunikasi yaitu dokter dan Medical Representative dapat saling
memberi inspirasi, semangat dan dorongan untuk mengubah
14
pemikiran,perasaan, dan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas bersama.
Karena itu, komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh dokter dan Medical
Representative
dapat
merupakan
wahana
untuk
saling
belajar
dan
mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan kepribadian.
Hal-hal tersebut adalah ciri-ciri komunikasi interpersonal yang harus
dimengerti dan dipahami oleh seorang Medical Representative. Agar komunikasi
interpersonal yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan memberikan hasil
yang diharapkan maka antara pemberi pesan yaitu Medical Representative dan
penerima pesan yaitu dokter harus memiliki kompetensi komunikasi interpersonal
yang baik.
Dengan kompetensi interpersonal yang baik, maka periaku komunikasi
Medical Representative baik verbal maupun non verbal dapat tepat sesuai dengan
peraturan
komunikasi
interpersonal
yang
berlaku,
misalnya
Medical
Representative mengucapkan terima kasih pada saat dokter mulai percaya dan
meresepkan produk yang dipromosikan, kata ”maaf” bila Medical Representative
merasa bahwa Medical Representative telah mengecewakan dokter.
Komunikasi interpersonal juga bisa membantu Medical Representative
untuk mencapai tujuan komunikasinya, ini berarti komunikasi yang dilakukan
oleh Medical Representative mendatangkan hasil. Misanya jika komunikasi
informasi peluncuran produk baru disampaikan, maka informasi itu akan diterima
dan diketahui dokter, jika Medical Representative meminta bantuan untuk
menuliskan resep, maka dokter akan menuliskan resep tersebut.
Kalau wiraniaga atau Medical Representative tidak memiliki kompetensi
yang baik dalam berkomunikasi, maka komunikasi yang dilakukan tidak akan
mendatangkan hasil, hal ini justru akan mendatangkan ketegangan, bahkan
15
menimbulkan konflik yang bisa merusak hubungan. Untuk itu diperlukan
kecakapan (skill) komunikasi interpersonal baik sosial maupun behavioral.
Sehingga dengan demikian seorang Medical Representative yang baik
disamping harus mengetahui ciri-ciri komunikasi interpersonal, juga harus
memiliki kecakapan sosial maupun behavioral.
Dimana kecakapan sosial mengandung beberapa segi: Kecakapan kognitif
yaitu kecakapan pada tingkat pemahaman. Kecakapan ini membantu pihak-pihak
yang berkomunikasi mengerti bagaimana cara mencapai tujuan personal dan
relationship dalam komunikasi dengan orang lain. Kecakapan kognitif meliputi :
a) Empati (empathy) : kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan
orang lain tanpa meninggalkan sudut pandang sendiri tentang hal yang
menjadi bahan komunikasi.
b) Perspektif sosial (social perspective) : kecakapan melihat kemungkinankemungkinan perilaku yang dapat di ambil orang yang berkomunikasi
dengan dirinya. Dengan kecakapan itu kita dapat meramalkan perilaku
apa yang sebaiknya diambil, dan dapat menyiapkan tanggapan kita yang
tepat dan efektif.
c) Kepekaan (sensitivity) terhadap peraturan atau standar yang berlaku dalam
komunikasi interpersonal. Dengan kepekaan itu kita dapat menetapkan
perilaku mana yang diterima dan perilaku mana yang tidak diterima oleh
rekan yang berkomunikasi dengan kita. Karena dengan begitu kita dapat
mengambil perilaku yang memenuhi harapan-harapannya dan menghidari
perilaku yang mengecewakan harapan-harapannya
d) Pengetahuan akan situasi pada waktu berkomunikasi. Ada waktu dan
tempat untuk segala sesuatu. Dalam komunikasi, situasi sekeliling dan
16
keadaan orang yang berkomunikasi dengan kita berperan penting.
Pengetahuan akan situasi dan keadaan orang merupakan pegangan
bagaimana kita harus berperilaku dalam situasi itu. Berdasarkan
pengetahuan akan situasi, kita dapat menetapkan kapan dan bagaimana
masuk dalam percakapan, menilai isi dan cara berkomunikasi pihak yang
berkomunikasi dengan kita, dan selanjutnya mengolah pesan yang kita
terima.
e) Memonitor diri (self-monitoring) : kecakapan memonitor diri membantu
kita menjaga ketepatan perilaku dan jeli memperhatikan pengungkapan
diri orang yang berkomunikasi dengan kita. Orang yang memiliki selfmonitoring yang tinggi mampu menggunakan perilaku sendiri dan
perilaku orang lain untuk memilih perilaku selanjutnya yang tepat.
Disamping kecakapan sosial ada juga kecakapan behavioral. Kecakapan ini
membantu Medical Representative untuk melaksanakan perilaku yang membawa
kita mencapai tujuan, baik personal maupun relasional dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
Adapun kecakapan behavioral meliputi :
1. Keterlibatan interaktif (interactive involvement). Kecakapan ini menentukan
tingkat keikutsertaan dan partisipasi kita dalam berkomunikasi dengan orang
lain. Kecakapan behavioral meliputi :
a. Sikap tanggap (responsiveness). Dengan sikap tanggap ini dengan
cepat kita akan membaca situasi sosial dimana kita berada dan tahu
apa yang harus dikatakan dan dilakukan, kapan dikatakan dan
dilakukan, serta bagaimana dikatakan dan dilakukan.
17
b. Sikap perseptif (perceptiveness). Dengan kecakapan ini kita dibantu
untuk memahami bagaimana orang yang berkomunikasi dengan kita
mengartikan perilaku kita dan tahu bagaimana kita mengartikan
perilakunya.
c. Sikap penuh perhatian (attentiveness). Kecakapan ini membantu kita
untuk menyadari faktor-faktor yang menciptakan situasi di mana kita
berada.
2. Manajemen interaksi (interaction management). Kecakapan itu membantu
kita mampu mengambil tindakan-tindakan yang berguna bagi kita untuk
mencapai tujuan komunikasi kita. Misalnya, kapan mengambil inisiatif untuk
mengawali topik baru, dan kapan mengikuti saja topik yang dikemukakan
orang lain.
3. Keluwesan perilaku (behavioral flexibility). Kecakapan ini membantu kita
untuk melaksanakan berbagai kemungkinan perilaku yang dapat diambil
untuk mencapai tujuan komunikasi.
4. Mendengarkan (listening). Kecakapan ini membantu kita untuk dapat
mendengarkan orang yang berkomunikasi dengan kita tidak hanya isi, tetapi
juga
perasaan,
keprihatinan,
dan
kekhawatiran
yang
menyertainya.
Kecakapan mendengarkan membuat kita menjadi rekan komunikasi yang baik
karena membuat orang yang berkomunikasi dengan kita merasa kita terima,
dan kita dapat menanggapinya dengan tepat.
5. Gaya sosial (social style). Kecakapan ini membantu kita dapat berperilaku
menarik, khas, dan dapat diterima oleh orang yang berkomunikasi dengan
kita.
18
6. Kecemasan komunikasi (communication anxiety). Dengan kecakapan ini kita
dapat mengatasi rasa takut, bingung, dan kacau pikiran, tubuh gemetar, dan
rasa demam panggung yang muncul dalam komunikasi dengan orang lain.
Hal-hal yang disebutkan diatas tadi adalah beberapa dasar dari kegiatan
komunikasi interpersonal, dimana teori tersebut yang menjadi dasar dari salah
satu kegiatan personal selling (penjualan personal), dimana personal selling
memiliki 3 ciri khusus 7 :
1. Konfrontasi personal : Penjualan personal mencakup hubungan yang
hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih, dimana
masing-masing pihak dapat mengobservasi reaksi dari pihak lain
dengan lebih dekat.
2. Mempererat : Penjualan personal memungkinkan timbulnya berbagai
jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai hubungan
persahabatan. Wiraniaga biasanya sudah benar-benar mengetahui
minat pelanggan yang terbaik.
3. Tanggapan
:
Penjualan
personal
membuat
pembeli
merasa
berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga.
Pada saat ini banyak perusahaan yang semakin menyadari kuatnya
pengaruh dari faktor ucapa atau perkataan dari mulut ke mulut yang berasal dari
strategi personal selling
Penjualan personal atau personal selling adalah bagian interpersonal dari
bauran pemasaran. Di satu pihak, iklan adalah komunikasi searah yang
nonpersonal dengan kelompok konsumen sasaran. Di pihak lain, Penjualan
personal, melibatkan komunikasi dua arah yang lebih pribadi antara wiraniaga
7
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Trans. Hendra Teguh, Ronny A. Rusli Dan Benyamin
Molan, Jakarta, Prenhallindo, 2002, h.644
19
dengan pelanggan perorangan – wujudnya bisa berupa tatap muka, pembicaraan
telepon, konferensi video, dan lain sebagainya. Dalam situasi penjualan yang lebih
komplek, penjualan personal bisa lebih efektif.
2.2 Personal Selling / Penjualan Perorangan
Penjualan secara personal adalah bagian penting dari panduan promosi
perusahaan.
Penjualan perorangan (Personal Selling) adalah suatu bentuk komunikasi
orang – per – orang dimana seorang wiraniaga berhubungan dengan calon
pembeli dan berusaha mempengaruhi agar mereka membeli
8
. Fitur terpenting
dari definisi ini adalah bahwa penjualan perorangan / personal selling mencakup
interaksi pribadi. Ini bertentangan dengan bentuk komunikasi pemasaran lainnya
dimana audiens umumnya terdiri dari banyak orang, kadang – kadang jutaan
(seperti dalam kasus periklanan media-massa).
Dimana tujuan utama penjualan perorangan adalah mendidik para
pelanggan, menyediakan produk yang berguna dan membantu pemasaran, serta
memberikan layanan purna-jual dan dukungan kepada para pengguna produk.
Peran Unik Penjualan Perorangan. Masing-masing unsur komunikasi
pemasaran memiliki karakteristik, tujuan, dan keunggulan uniknya sendiri.
Kegiatan penjualan perorangan penting untuk memperkenalkan produk.
Penjualan perorangan, dibandingkan dengan unsur-unsur komunikasi
lainnya, secara unik mampu menjalankan fungsi-fungsi tersebut sebagai hasil dari
metode interaksi orang per orang yang menggambarkan bentuk komunikasi
8
Terence A. Shimp, op.cit.
20
pemasaran ini. Akibatnya, penjualan perorangan memiliki berbagai manfaat
tambahan dibandingkan dengan bentuk komunikasi pemasaran lainnya, yaitu 9:
1. Penjualan perorangan menciptakan tingkat perhatian pelanggan yang
relatif tinggi, karena dalam situasi tatap muka sulit bagi calon pengguna
produk untuk menghindari promosi / pesan wiraniaga atau medical
representative.
2. Memungkinkan wiraniaga / medical representative untuk menyampaikan
pesan yang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan khusus pelanggan.
3. Karakteristik komunikasi dua arah dari penjualan perorangan langsung
menghasilkan umpan balik, sehingga wiraniaga yang cermat dapat
mengetahui apakah presentasi penjualannya bekerja atau tidak.
4. Penjualan perorangan memungkinkan wiraniaga / medical representative
untuk mengkomunikasikan sejumlah besar informasi teknis dan kompleks
daripada metode promosi lainnya.
5. Pada penjualan perorangan terdapat kemampuan yang lebih besar untuk
menunjukkan fungsi produk dan karakteristik kinerjanya.
6. Interaksi yang sering dengan pelanggan memberi peluang untuk
mengembangkan
hubungan
jangka
panjang
serta
secara
efektif
menggabungkan organisasi penjualan dan pembelian ke dalam unit yang
terkoordinasi untuk melayani kedua kepentingan tersebut.
Disamping itu, selain memiliki kelebihan, Personal Selling juga memiliki
kelemahan, dimana kelemahan utama penjualan perorangan adalah lebih mahal
daripada bentuk komunikasi pemasaran lainnya karena para sales representative /
medical representative umumnya berinteraksi hanya dengan satu pelanggan pada
9
Terence A. Shimp, op.cit , h.282
21
satu waktu. Dengan demikian, jika hanya memperhatikan hasil yang dicapai oleh
usaha penjualan perorangan (pertimbangan efektivitas), maka penjualan
perorangan umumnya lebih efektif daripada unsur-unsur lainnya. Meskipun
demikian, ketika mempertimbangkan rasio masukan terhadap keluaran (biaya
terhadap hasil), penjualan perorangan biasanya kurang efisien daripada sarana
komunikasi pemasaran lainnya. Dalam praktik, mengalokasikan sumber daya ke
penjualan perorangan dan unsur-unsur lain dari komunikasi pemasaran merupakan
upaya untuk menyeimbangkan efektivitas dan efisiensi.
Selain itu di sebagian besar perusahaan yang sukses menerapkan sistem
Personal Selling perusahaan tersebut juga telah menerapkan filosofi penjualan
modern dimana filosofi ini telah menggantikan pendekatan yang berorientasi
penjual ini. Pemikiran penjualan yang berorientasi mitra tetap ada pada sebagian
besar perusahaan yang berhasil. Perusahaan-perusahaan ini menyadari bahwa
kemakmuran perusahaan terletak pada keberhasilan pelanggan mereka. Dengan
demikian, kebijakan moderen yang berorientasi mitra meletakkan kepuasan
pelanggan pada prioritas tertinggi. Praktek penjualan modern didasarkan atas
prinsip-prinsip berikut 10:
1. Proses penjualan harus dibangun atas dasar kepercayaan dan saling
sepakat. Penjualan tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang dilakukan
oleh seseorang terhadap yang lainnya; tetapi, penjualan harus dipandang
sebagai sesuatu yang disepakati oleh dua pihak demi keuntungan bersama.
Dalam kenyataannya, kita dapat berpendapat bahwa para wiraniaga /
Medical Representative modern tidak menjual tetapi memfasilitasi
10
Terence A. Shimp, op.cit h. 283
22
pembelian. Perbedaan ini bukan saja bersifat semantik – ini merupakan
akar transformasi dari filosofi penjualan yang sudah kuno ke modern.
2. Atmosfir yang digerakkan – pelanggan penting bagi pertumbuhan jangka
panjang. Hal ini merupakan konsekuensi yang wajar dari prinsip terdahulu.
Penjualan modern menuntut agar kesejahteraan, kepentingan, serta
kebutuhan pelanggan dan penjual harus diperlakukan sama dalam
kemitraan antara penjual dan pembeli. Pendekatan yang berorientasi
pelanggan berarti menghindari taktik high-pressure dan memfokuskan
kepada kepuasan pelanggan. Para wiraniaga / medical representative harus
dilatih untuk mengenal pelanggan dan berbicara dengan bahasa yang
dimengerti oleh pelanggan. Mungkin butir-butir terdahulu sebaiknya
ditambahkan dalam terminologi ini : “Jadilah pusat produk, dan kita hanya
akan melakukan sedikit penjualan; pusatkan pada prospek, dan kita akan
memperoleh
banyak
pelanggan.
Seorang
wiraniaga
/
Medical
Representative memiliki 2 pihak yang harus dilayani : Pelanggan dan
perusahaan. Pertama dia harus memahami dan memenuhi kebutuhan
pelanggan. Kedua, dia harus membuat perusahaannya mencapai objektif
sales dan profit dan harus menyediakan informasi pasar yang vital untuk
kelompok pemasaran dan pengembangan produknya.
3. Para representatif penjualan harus bertindak seolah – olah mereka berada
pada daftar gaji pelanggan. Pujian utama yang dapat diterima oleh seorang
wiraniaga / Medical Representative adalah komentar dari pelanggan
kepada supervisor penjualan dalam kalimat sebagai berikut : “Saya tidak
yakin apakah representative penjualan anda bekerja untuk saya atau untuk
anda”. Semakin dekat wiraniaga / Medical Representative dengan
23
pelanggan, semakin baik mereka memberikan solusi atas masalah
pelanggan. Akan tetapi, para wiraniaga / Medical Representative yang
berhasil tidak pernah lupa bahwa tanggung jawab utama mereka adalah
kepada
majikan
mereka.
Memecahkan
masalah
pelanggan
dan
membangun hubungan merupakan cara mencapai tujuan; tujuan itu sendiri
adalah melaksanakan perilaku-perilaku yang akan memaksimalkan
kepentingan jangka panjang majikan.
4. Memperoleh pesanan hanyalah langkah awal; layanan purna jual adalah
yang penting. Tidak masalah apakah pelanggan yang dilayani itu terlalu
kecil. Filosofi penjualan moderen menuntut untuk melakukan apapun yang
diperlukan guna menyenangkan pelanggan dalam rangka menjamin
hubungan jangka – panjang yang memuaskan.
5. Dalam menjual, seperti pada ilmu kedokteran, memberikan resep sebelum
melakukan diagnosis merupakan malpraktik. Prinsip ini menyatakan
bahwa tidak satu pun solusi yang tepat untuk semua pelanggan, sama
seperti tidak ada satu diagnosis pun yang tepat untuk semua pasien.
Masalah pelanggan harus di analisa oleh wiraniaga / Medical
Representative moderen dan pemecahannya disesuaikan dengan masingmasing masalah. Zaman “satu pemecahan sesuai untuk semuanya” sudah
tidak ada lagi. Lebih jauh, karena sebagian besar orang ingin mengambil
keputusan mereka sendiri atau setidaknya terlibat dalam prosesnya, maka
seorang wiraniaga / Medical Representative harus memperlakukan
pelanggan sebagai mitra dalam memecahkan masalah.
6. Profesionalisme dan integritas wiraniaga / Medical Representative adalah
penting. Para pelanggan mengharapkan standar perilaku yang tinggi dari
24
para wiraniaga / Medical Representative mereka dan tidak menyukai
perilaku yang tidak profesional, tidak dapat dipercaya, dan tidak jujur.
Disamping itu selain teori yang telah disampaikan pada halaman-halaman
sebelumnya mengenai Personal Selling dan filosofi penjualan modern, kegiatan
sesungguhnya dari personal selling adalah 11:
Fungsi
Penjualan.
Ini
merupakan
kegiatan
khusus
yang
akan
dilaksanakan ketika kita berbicara tentang penjualan perorangan. Fungsi penjualan
mencakup perencanaan presentasi penjualan, membuat presentasi (detailing),
mengatasi penolakan, mencoba untuk menutup penjualan, dan sebagainya.
Bekerja berdasarkan pesanan. Banyak dari waktu wiraniaga / medical
representative dihabiskan untuk memproses pesanan, mengerjakan pesanan yang
diterima, menagani masalah pengiriman, mempercepat pemenuhan pesanan, dan
menangani pesanan kembali.
Pelayanan Produk. Kegiatan pelayanan, terutama yang dilakukan oleh
orang – orang yang menjual produk teknis seperti mesin – mesin industri, Alat –
alat kesehatan, mencakup pengujian produk yang baru dijual untuk menjamin
bahwa produk tersebut bekerja dengan benar, melatih para pelanggan untuk
menggunakan produk, dan mengajarkan prosedur – prosedur pengamanan.
Mengelola Informasi. Kegiatan – kegiatan ini mencakup menerima
umpan balik dari pelanggan dan kemudian menyerahkan informasi itu kepada
manajemen.
Melayani Account. Melayani account mencakup kegiatan – kegiatan
seperti pengendalian persediaan, rak penyimpanan, menangani iklan lokal, dan
11
Terence A. Shimp, op.cit, h.285
25
menyusun serta mengatur display tempat pembelian. Kegitan ini diakukan
terutama oleh wiraniaga / Medical Representative yang mendatangi supermaket,
toko obat, merchandise account, dan outlet ritel lainnya.
Menghadiri Konferensi dan Pertemuan. Menghadiri konferensi-konferensi
dan pertemuan penjualan serta pameran perdagangan, pameran-pameran dalam
rangka raker pertemuan tahunan ikatan dokter, merupakan kegiatan-kegiatan di
mana hampir semua wiraniaga / medical representative berpartisipasi sampai batas
tertentu. Konferensi-konferensi ini seringkali diadakan di tempat-tempat yang
menarik seperti tempat rekreasi.
Pelatihan dan Perekrutan. Para wiraniaga / Medical Representative yang
karirnya sudah lebih maju harus terlibat dalam pelatihan wiraniaga / medical
representative baru, melakukan perjalanan dengan peserta latihan, dan tugastugas serupa.
Hiburan. Beberapa tugas penjualan mencakup menghibur para pelanggan
melalui kegiatan-kegiatan seperti jamuan makan malam dan olah raga. Jika
pandangan yang sudah kuno tentang penjualan menyatakan bahwa kita dapat
membeli pelanggan dengan mengajak mereka minum-minum dan makan-makan,
maka filosofi penjualan modern mencakup peran hiburan atau entertaintment yang
mengakui bahwa para pelanggan diperoleh (melalui pemberian jasa yang loyal,
efisien, serta dapat diandalkan) dan bukan dibeli.
Mengadakan Perjalanan. Meskipun pekerjaan penjualan juga melibatkan
perjalanan, namun jumlah waktu yang dihabiskan sangat bervariasi, yang berkisar
dari tidak melakukan perjalanan sampai mengadakan perjalanan jauh setiap bulan.
26
2.3 Wiraniaga
Ada banyak tipe pekerjaan penjualan personal, dan peran penjualan
personal dapat sangat bervariasi dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya.
Profesi penjualan adalah salah satu profesi tertua di dunia. Orang yang melakukan
kegiatan penjualan memiliki berbagai macam sebutan, beberapa diantaranya
adalah : wiraniaga (sales people), perwakilan penjualan (sales representative),
account executive, konsultan penjualan (sales consultan), insinyur penjualan
(sales engineer), agent, medical representative, dan perwakilan pemasaran
(marketing representative)
Jangkauan istilah wiraniaga (sales person) sangat lebar. Pada satu bagian,
seorang wiraniaga adalah seseorang pengambil pesanan (order taker), seperti
wiraniaga pusat perbelanjaan yang berdiri di belakang konter. Bagian lainnya,
seorang wiraniaga adalah seorang pengambil pesanan ( order getter ) yang
posisinya menuntut penjualan kreatif dari barang dan jasa yang berkisar mulai dari
peralatan, perlengkapan industri, atau pesawat sampai asuransi, periklanan, atau
jasa konsultasi. Para wiraniaga ini tidak ditargetkan atau diizinkan untuk
mengambil pesanan, tetapi hanya ditunjuk untuk membangun hubungan baik atau
mendidik pembeli. Satu contohnya adalah wiraniaga untuk perusahaan farmasi
(Medical Representative) yang mendatangi dokter-dokter untuk memberi infomasi
tentang obat-obatan yang diproduksi perusahaannya dan membujuk dokter-dokter
yang mereka datangi itu untuk meresepkan produk-produk mereka kepada
pasiennya.
Tugas seorang wiraniaga semakin berat untuk menyakinkan pelanggan
untuk membeli produknya dan menolak produk pesaing. Pertanyaannya adalah
bagaimana melatih dan mengembangkan para tenaga penjual (sales force) agar
27
bisa sukses? Dalam buku SPIN Selling, Neil Rackhman bilang bahwa salesforce
tidak saja harus dapat mengerti kebutuhan si pembeli, namun juga musti tahu latar
belakang pemicu kebutuhan ini. Kehadiran teknologi, seperti internet dan telepon
seluler juga pastinya akan mengubah fungsi wiraniaga. Mereka akan beralih ke
fungsi yang lebih berharga, yaitu fungsi sebagai technical advisor dan
relationship manager 12 .
Fungsi wiraniaga sebagai technical advisor tentunya paling kentara pada
industri yang produk – produknya rumit dan sulit dimengerti secara teknis,
misalnya saja di industri komputer, mesin pabrik, serta peralatan berat.
Sedangkan fungsi wiraniaga sebagai relationship manager paling terlihat
pada industri farmasi etichal. Industri farmasi ethical merupakan suatu industri
yang sangat unik karena “pembelinya” merupakan para dokter yang justru lebih
memiliki pengetahuan daripada wiraniaga soal produk-produk farmasi.
Sehingga, para pembeli ini tentunya tidak perlu bimbingan teknis fungsifungsi obatnya sendiri (kecuali tentunya obat jenis baru yang dulunya tidak ada).
Penjualan ke dokter – dokter ini lebih bersifat relationship, dimana para wiraniaga
berlomba-lomba membangun hubungan dengan para dokter yang menjadi target
mereka.
Semua unsur komunikasi pemasaran harus bekerja sama untuk mencapai
tujuan organisasi / perusahaan secara menyeluruh. Dari perspektif komunikasi
pemasaran yang terintegrasi, penjualan perorangan akan berkaitan dengan semua
unsur komunikasi pemasaran lainnya. Misalnya iklan produk di medical journal
dan semi journal akan kurang berarti, kecuali MR bisa memastikan distribusi
produk tersebar merata kesemua outlet.
12
MIX, Marketing, Selling, PR, Advertising, Promotion & Media, Edisi 07, 13 Juli – 3 Agustus,
Hal 14, 2005.
28
Sejumlah kesempatan kerja yang menantang dan menyenangkan tersedia
di bidang ini. Kelebihan menarik dari pekerjaan penjualan ini meliputi 13:
Kebebasan Kerja. Sebagai penjual lapangan, individu khususnya
bertanggung jawab atas sebagian besar kegiatan sehari-harinya. Banyak posisi
penjualan kurang mendapat pengawasan langsung. Mungkin saja selama berharihari atau bahkan berminggu-minggu sales representative / medical representative
tidak bertemu dengan supervisor mereka. Tentu saja, kebebasan ini harus disertai
dengan tanggung jawab. Sales representative / medical representative, walaupun
tidak diawasi, diharapkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional dan
mencapai tujuan penjualan.
Keragaman dan Tantangan. Mengelola waktu bagi diri sendiri merupakan
tantangan yang banyak dinikmati oleh para sales representative / Medical
Representative profesional. Seperti orang yang menjalankan usahanya sendiri,
sales representative / medical representative dapat menginvestasikan sebagian
besar waktu dan energi ke dalam pekerjaan semaunya dan hanya akan
menghasilkan jumlah imbalan apabila ia mau bekerja.
Kesempatan untuk Mengembangkan dan Memajukan Karir. Semakin
banyak perusahaan yang mengharapkan agar manajer tingkat menengah dan
tingkat atas mereka mempunyai pengalaman di bidang penjualan, karena
perusahaan percaya bahwa hal itu akan membantu seseorang memahami bisnis
dari tingkat bawah hingga tingkat atas. Banyak eksekutif perusahaan tingkat atas
meniti karir dari bidang penjualan; pengalaman di bidang penjualan akan
13
Terence A. Shimp, op.cit, ,h.282.
29
memberikan mereka pengetahuan tentang pelanggan, perdagangan, persaingan,
dan perusahaan mereka sendiri.
Kompensasi yang Menarik dan Imbalan Nonkeuangan. Penjualan
perorangan berpotensi memberi keuntungan dan imbalan. Imbalan non keuangan
mencakup perasaan bangga atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik dan
kepuasan karena dapat memberikan solusi atas masalah yang dihadapi pelanggan
atau memberikan produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan dengan
baik.
Disamping
kelebihan
menarik
dari
pekerjaan
seorang
Medical
Representative, seorang Medical Representative membutuhkan keahlian dan
keterampilan tertentu untuk melakukan pekerjaan secara efektif. Seorang
wiraniaga / Medical Representative yang baik bukan sekedar memiliki product
knowledge tetapi juga customer knowledge dan competitor knowledge. Sering kali
seorang wiraniaga / Medical Representative hanya dibekali product knowledge
sehingga tidak mengetahui perkembangan yang terjadi dengan pesaing dan juga
pelanggannya. Mengetahui trend yang terjadi diluar juga menjadi salah satu
indikator yang dapat membantu para wiraniaga / Medical Representative dalam
proses mempromosikan dan menjual produknya.
Kinerja penjualan didasarkan atas berbagai pertimbangan, dan tidak satupun
faktor (atau bahkan beberapa faktor) yang dapat menjelaskan secara layak sesuatu
serumit kinerja wiraniaga / Medical Representative.
Kesimpulan lain adalah bahwa kinerja dan efektivitas wiraniaga / Medical
Representative adalah tergantung pada sejumlah besar faktor, yaitu: (1) Sumber
daya manusia itu sendiri (pengetahuan tentang produk, keahlian analistis, dan
sebagainya), (2) sifat tugas pembelian pelanggan / peresepan (misalnya apakah
30
tugas itu merupakan keputusan pertama kali atau ulangan), (3) hubungan
pelanggan – wiraniaga / medical representative, dan interaksi antara ketiga
perangkat umum faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh Majalah MIX, maka
karakter top wiraniaga / Medical Representative menurut majalah tersebut 14
1. Result Focused Yaitu berorientasi pada hasil akhir. Semua aktivitas yang
dilakukan harus bertujuan untuk meningkatkan penjualan, karena pada
akhirnya kesuksesan itu diukur dari pencapaian target yang telah
ditetapkan.
2. Courageous. Wiraniaga
/ medical representative harus memiliki
keberanian dan kebijaksanaan untuk mengambil keputusan / tindakan
dalam menghadapi hal yang tidak terduga sekalipun.
3. High Energy. Wiraniaga / medical representative harus memiliki semangat
yang tinggi dan pantang menyerah.
4. Knows People. Top wiraniaga / medical representative harus memiliki
network yang luas, interpersonal dan communication skill yang tinggi,
sehingga tidak hanya mengenal banyak orang tapi harus benar – benar
mengerti dan memahami bagaimana cara menghadapi karakter orang yang
berbeda – beda.
5. Commited to Growth. Top wiraniaga tidak boleh puas dengan apa yang
telah dicapainya, harus memiliki komitmen untuk meningkatkan/
mengembangkan bisnisnya.
14
.
Majalah MIX, op.cit, h.16
31
2.3.1
Karakteristik Wiraniaga
Kecemerlangan dalam menjual berkaitan dengan berbagai karakteristik
khusus yang tercermin dalam fitur pribadi wiraniaga / Medical Representative dan
perilaku pekerjaan. Ini mencakup kesan pertama yang dibuat oleh wiraniaga /
medical representative, kedalaman atau luas pengetahuannya, adaptabilitas,
sensitivitas, antusiasme, harga diri, fokus yang luas, selera humor, kreativitas,
pengambilan – risiko, dan perasaan jujur serta etika.
Kesan Pertama. Hasil penjualan sangat dipengaruhi oleh kesan pertama
pelanggan terhadap wiraniaga / Medical Representative. Kemungkinan bahwa ideide mereka akan diterima sebagian besar tergantung pada pertemuan awal.
Determinan kesan pertama mencakup penampilan pribadi, pakaian, bahasa tubuh,
kontak mata, jabatan tangan, ketepatan waktu, dan sopan santun. Tabel di bawah
ini mencatat 10 kesalahan fatal atau blunder yang harus dihindari ketika mencoba
memberikan kesan pertama yang baik.
Tabel 2.1 :
Sepuluh Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari ketika Mencoba Memberikan
Kesan Pertama yang Baik .
1.
Memperlakukan resepsionis dan sekretaris dengan kurang hormat dari pada
yang kita berikan kepada calon pelanggan.
2.
Tidak membuat pekerjaan rumah di perusahaan dan kebutuhan serta
masalah mereka.
3.
Melakukan penjualan dengan kurang persiapan – yaitu, tidak membawa
kertas, sampel-sampel, brosur-brosur , dan sebagainya yang diperlukan.
4.
Berbicara terlalu banyak.
32
5.
Memberikan rekomendasi tanpa menanyakan kebutuhan calon konsumen.
6.
Membuat diri kita betah dikantor calon pelanggan sebelum ditanya.
7.
Datang terlambat.
8.
Menggunakan bahasa yang buruk atau tidak tepat.
9.
Berpakaian kurang rapi.
10.
Mempunyai sikap negatif.
Kedalaman Pengetahuan. Kedalaman pengetahuan seorang wiraniaga /
Medical Representative mencerminkan seberapa baiklah ia memahami bisnis,
produk, perusahaan, pesaing, dan iklim ekonomi umum yang berhubungan dengan
pekerjaan penjualan. Kedalaman pengetahuan sebagian diperoleh melalui upaya
self-study individu.
Pengetahuan yang luas. Para wiraniaga / Medical Representative yang
memiliki pengetahuan luas. Wiraniaga / Medical Representative yang memiliki
ruang lingkup pengetahuan yang luas akan membuat pelanggan merasa santai dan
dapat membagi kepentingan bersama (melalui komentar atau diskusi mengenai
peristiwa-peristiwa dunia, olah raga, kebudayaan, atau apa pun menyangkut
kepentingan pelanggan). Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan banyak
membaca, mengikuti berbagai pelajaran sewaktu sekolah, terus belajar, dan
keahlian mendengarkan yang baik.
Adaptabilitas. Sebagaimana telah dibahas, karakteristik keempat ini
mengacu pada keinginan dan kemampuan untuk menyesuaikan gaya interaksi dari
pelanggan. Karena para wiraniaga / Medical Representative berinteraksi dengan
berbagai pelanggan, maka mereka yang lebih mudah menyesuaikan diri
cenderung lebih efektif. Adaptabilitas dalam pengertian ini tidak boleh
33
diinterpretasikan secara keliru yang menunjukkan bahwa wiraniaga / Medical
Representative harus mengubah presentasinya untuk mengakomodasi apa yang
ingin didengarkan oleh calon pembeli, tanpa memperhatikan kebenaran. Akan
tetapi, karena sifat orang-orang berbeda dalam hal keterbukaan, pergaulan, dan
komunikatif, maka wiraniaga / Medical Representative harus menyesuaikan gaya
interaksinya untuk membuat pelanggan merasa nyaman.
Sensitivitas. Inti dari fitur kecemerlangan kelima adalah empati, atau
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan posisi orang lain. Yaitu,
representatif penjualan yang berhasil akan memberikan perhatian yang tulus
terhadap kebutuhan, masalah, dan kecemasan calon pembeli. Selain itu wiraniaga
/ medical representative juga harus menunjukkan rasa hormat kepada pelanggan
dan tidak merendahkan mereka.
Keterampilan mendengarkan yang baik merupakan aspek sensitivitas yang
lain. Dengan mendengarkan akan membuat wiraniaga / medical representative
dapat memahami kebutuhan pelanggan dan menyesuaikan pesan penjualan.
Mendengarkan merupakan keterampilan yang jarang dimiliki. Kenyataan bahwa
demikian banyak orang memandang mendengarkan sebagai sesuatu yang
menjengkelkan mencerminkan jarangnya pendengar yang baik.
Antusiasme.
Kualitas
kecemerlangan
keenam,
yaitu
antusiasme,
mencerminkan komitmen wiraniaga / Medical Representative yang mendalam
terhadap produk perusahaan dan kebutuhan pelanggannya. Wiraniaga / Medical
Representative yang antusias cenderung lebih termotivasi daripada orang-orang
yang kurang antusias, dan para pelanggan lebih responsif terhadap usaha
wiraniaga / Medical Representative yang memiliki rasa antusiasme.
34
Harga diri. Ini mencakup perasaan nilai diri dan kepercayaan diri seorang
wiraniaga / Medical Representative akan lebih berhasil bila ia mempunyai konsep
diri yang positif, menyukai produk dan perusahaannya, serta memandang ke
depan untuk bertemu dengan para calon pembeli.
Fokus yang Luas. Orang – orang yang cemerlang dalam setiap usahanya
memiliki tujuan dan sasaran yang khusus – yaitu fokus. Istilah fokus yang luas
berarti kemampuan untuk memfokuskan secara serempak pada hal yang khusus
sambil memperhatikan big picture. Sifat ini didasarkan atas ide bahwa wiraniaga /
Medical Representative harus memfokuskan usahanya dalam mencapai tujuan
khusus: mereka tidak boleh bingung.
Selera Humor. Karakteristik ini menekankan pada kemampuan untuk
tertawa bersama dengan orang lain atau mentertawakan diri sendiri. Humor akan
membantu pelanggan merasa santai. Humor juga membantu pelanggan untuk
mengingat kita.
Kreativitas. Karakteristik kesepuluh ini mempunyai kemampuan untuk
menghubungkan ide-ide yang tidak berkaitan dan memperoleh solusi unik atas
suatu masalah. Kemampuan ini sangat diperlukan dalam banyak posisi penjualan.
Seringkali produk dan non produk dasar yang ditawarkan perusahaan pesaing
(misalnya, program promosi) sangat serupa; dengan demikian, apa yang
membedakan satu perusahaan dengan yang lainnya adalah solusi kreatif untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan atau memecahkan masalah.
Mengambil Risiko. Hal yang sangat erat hubungannya dengan kreativitas
adalah keinginan untuk mengambil risiko. Untuk menjadi kreatif kita harus mau
mengambil risiko, merekomendasikan solusi meskipun tidak membuahkan hasil
yang baik, dan mencari perubahan dan bukan kejenuhan.
35
Rasa Jujur dan Etika. Keberhasilan di dalam penjualan perorangan
memerlukan tingkat kejujuran dan perilaku etis yang tinggi sama seperti
hubungan yang berlangsung seumur hidup. Kata kuncinya adalah hubungan.
Wiraniaga / Medical Representative yang benar-benar hebat akan dianggap oleh
pelanggan sebagai orang-orang yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
2.3.2
Mengelola Wiraniaga
Definisi Sales Force Management adalah suatu kegiatan yang meliputi
Analisis, implementasi, dan pengendalian dari aktivitas penjualan. Hal ini
mencakup kegiatan strategi dan struktur armada penjualan, dan merekrut,
menyeleksi, melatih, memberikan kompensasi, mengawasi, dan mengevaluasi
wiraniaga perusahaan 15.
Gambar 2.1
Langkah – langkah dalam menajemen armada penjualan :
15
Merancang Strategi
dan Struktur armada
penjualan / promosi
Merekrut dan
menyeleksi
wiraniaga
Masalah
Wiraniaga
Memberi
kompensasi
wiraniaga
Mensurvei
Wiraniaga
Mengevaluasi
Wiraniaga
Sunarto, SE.,MM, op.cit, h.317
36
1. Merancang Strategi
Manajemen pemasaran di hadapkan pada beberapa pertanyaan
mengenai strategi dan rancangan armada penjual / promosi. Bagaimana
sebaiknya struktur para wiraniaga dan apa saja tugas mereka? Seberapa besar
armada atau team yang diperlukan? Apakah tenaga penjual sebaiknya menjual
/ mempromosikan sendiri atau bekerja dengan tim dengan orang lain dalam
perusahaan?
2. Merekrut Dan Menyeleksi Para Wiraniaga / Medical Representative.
Pada inti sesuatu armada penjual manapun yang berhasil terdapat
perekrutan dan penyeleksi wiraniaga yang baik. Perbedaan kinerja antara
wiraniaga / Medical Representative rata-rata dan wiraniaga / Medical
Representative unggul amat besar. Dalam armada penjual tertentu, 30 %
wiraniaga / Medical Representative terunggul menghasilkan 60 % penjualan.
Jadi, seleksi wiraniaga / Medical Representative yang cermat dapat
mendongkrak kinerja armada penjual secara keseluruhan. Lebih jauh dari
sekedar perbedaan dalam hal kinerja penjual, seleksi yang buruk
menyebabkan biaya tinggi akibat pergantian (turn over) karyawan.
a. Wiraniaga yang baik.
Menyeleksi wiraniaga / Medical Representative tidak akan
menjadi masalah bila perusahaan mengetahui karakteristik atau tandatanda ajaib apa yang mesti ditemukannya. Dimana wiraniaga / Medical
Representative yang baik adalah orang yang terbuka, agresif, dan energik,
attitude yang baik, bisa dipercaya, jujur, bisa bekerjasama dengan team.
Menurut suatu survei, tanda-tanda seorang wiraniaga / Medical
Representative yang Baik adalah : mempunyai antusiasme yang tinggi,
37
keuletan, penuh inisiatif, percaya diri tinggi dan komitment yang kuat
pada pekerjaannya. Mereka setia pada pekerjaannya sebagai jalan hidup
mereka dan mempunyai orientasi pelanggang yang kuat. Telaah lain
mengemukakan bahwa para wiraniaga / Medical Representative yang baik
itu independen dan memotivasi diri sendiri, juga seorang pendengar yang
baik, telaah yang lain juga mengemukakan bahwa tenaga penjual harus
menjadi sahabat pelanggan dan juga ulet, antusias, penuh perhatian, dan
paling penting ujur. Mereka harus termotivasi dari dalam diri, disiplin,
pekerja keras, dan mampu membina hubungan baik dengan pelanggan.
Akhirnya studi menunjukkan bahwa wiraniaga / Medical Representative
yang baik adalah orang-orang pemain tim dan bukannya orang-orang
penyendiri.
b. Prosedur Perekrutan
Setelah memutuskan karakteristik apa saja yang dibutuhkan,
manajemen harus merekrut wiraniaga / Medical Representative. Bagian
sumber daya mencari pelamar dengan meminta nama dari wiraniaga /
Medical Representative yang ada sekarang, menggunakan agen pencari
tenaga kerja, memasang iklan, dan menghubungi mahasiswa di perguruan
tinggi.
c. Menyeleksi Wiraniaga
Perekrutan akan menarik banyak pelamar dan perusahaan harus
memilih mana yang terbaik diantara mereka. Prosedur seleksi bisa jadi
sangat bervariasi, dari wawancara tunggal yang informal sampai proses
pengujian dan wawancara yang panjang. Pengujian itu pada umumnya
38
mengukur bakat menjual, kemampuan analitik dan berorganisasi,
karakteristik kepribadian, serta beberapa ciri lainnya.
3. Melatih Para Wiraniaga
Program pelatihan mempunyai beberapa sasaran. Para wiraniaga /
medical representative harus mengetahui dan mengidentifikasi diri mereka
dengan perusahaan, maka, kebanyakan program pelatihan dimulai dengan
menguraikan sejarah dan tujuan perusahaan, organisasinya, struktur keuangan
dan fasilitasnya serta produk-produk dan pasar utamanya. Para wiraniaga /
medical representative juga harus mengenal produk – produk yang dihasilkan
dan cara kerjanya. Para wiraniaga / medical representative juga harus
mengetahui karakteristik pelanggan dan pesaingnya, oleh sebab itu pelatihan
mengajarkan strategi-strategi apa yang diterapkan pesaingnya dan selain itu
pelatihan juga mengajarkan mengenai berbagai tipe pelanggan serta
kebutuhannya, motif kebiasaan pembelinya masing-masing. Berhubung para
wiraniaga / medical representative harus mengetahui cara melakukan
presentasi yang efektif, mereka diberi pelatihan dalam hal prinsip-prinsip
penjualan. Akhirnya, para wiraniaga / medical representative perlu
mengetahui prosedur dan tanggung jawab di lapangan. Mereka belajar
tentang cara membagi waktu antara pelanggan yang aktif dan potensial, serta
menggunakan biaya, membuat laporan, dan melakukan komunikasi secara
efektif.
4. Mengkompensasi Wiraniaga / Medical Representative
Untuk menarik wiraniaga / Medical Representative, perusahaan harus
mempunyai rancangan kompensasi yang menggiurkan. Rancangan ini amat
39
bervariasi, baik menurut industri, maupun menurut perusahaan dalam industri
yang sama.
Kompensasi terdiri dari beberapa elemen, yang jumlahnya tetap, yang
jumlahnya bervariasi, penggantian pengeluaran, dan tunjangan. Yang
jumlahnya tetap, biasanya gaji dan yang jumlahnya bervariasi, komunikasi
atau bonus, diberikan berdasarkan pada kinerja penjualan, merupakan
penghargaan kepada wiraniaga / medical representative yang berusaha lebih
keras.
5. Mensupervisi Wiraniaga
Para wiraniaga baru membutuhkan lebih dari sekedar wilayah,
kompensasi, dan pelatihan – mereka membutuhkan supervisi (pengawasan).
Dengan supervisi, perusahaan mengarahkan dan memotivasi team penjual
untuk bekerja lebih baik.
6. Mengevaluasi Para Wiraniaga.
Pada bagian sebelumnya telah kita bahas bagaimana manajemen
mengkomunikasikan apa yang semestinya dilakukan para wiraniaga / Medical
Representative, dan bagaimana menajemen memotivasi mereka untuk
melakukannya. Proses ini memerlukan umpan balik yang baik; dan umpan
balik berarti mendapatkan informasi yang teratur dari para wiraniaga /
Medical Representative untuk mengevaluasi kinerja mereka.
2.3.3 Langkah Dalam Proses Penjualan
Berdasarkan Gambar 2.1 ( langkah – langkah dalam manajemen armada
penjualan ), yaitu bagian terakhir dari langkah tersebut yaitu mengevaluasi
wiraniaga maka dibutuhkan suatu langkah atau tahapan yang harus dikuasai oleh
40
seorang wiraniaga / Medical Representative agar bisa memberikan hasil yang
optimal, sehingga pada saat wiraniaga tersebut dievaluasi akan mendapat nilai
yang bagus. Untuk itulah diperlukan pelatihan yang baik untuk para wiraniaga /
Medical Representative, para Medical Representative tersebut harus diberikan
latihan mengenai tahapan-tahapan yang harus mereka kuasai dalam proses
penjualan pada strategi personal selling. Tahapan-tahapan ini termasuk kedalam
langkah terakhir dalam Sales Force Management , dimana langkah terakhir
tersebut adalah mengevaluasi wiraniaga, dimana wiraniaga di evaluasi
berdasarkan dari hasil yang dicapai dalam penjualan, dan agar mereka bisa
berhasil dalam proses tersebut, mereka harus memahami dan melaksanakan
tahapan-tahapan dan proses penjualan. Untuk itu mereka memerlukan pelatihan.
Kebanyakan program pelatihan memandang proses penjualan (selling
process) terdiri dari beberapa langkah yang harus dikuasai wiraniaga / medical
representative, yaitu 16:
Gambar 2.2
Beberapa Langkah yang Harus Dikuasai Wiraniaga/ Medical Representative
Memilih dan
menilai
prospek
Prapendekatan
Mengatasi
keberatan
16
Sunarto, SE., MM, op.cit ,h. 335.
Menutup
Pendekatan
Presentasi
dan demo
Tindak lanjut
41
Langkah-langkah ini terfokus pada mendapatkan pelanggan baru dan
memperoleh pesanan dari mereka. Problemnya, kebanyakan tenaga penjual
menghabiskan sebagai besar waktunya untuk memelihara pelanggan lama yang
sudah ada dan membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Berikut ini
adalah langkah yang harus dikuasai wiraniaga / Medical Representative, yaitu :
a. Memilih dan Menilai Prospek
Langkah pertama dalam proses penjualan adalah memilih prospek
(prospecting), yaitu mengidentifikasi orang-orang yang dapat masuk
sebagai pelanggan potensial. Walaupun perusahaan memberikan beberapa
panduan, diperlukan keterampilan dari wiraniaga / Medical Representative
untuk menemukan mereka. Wiraniaga / Medical Representative dapat
membangun sumber-sumber referensi , seperti pemasok, agen, wiraniaga
yang tidak bersaing, perawat, ikatan profesi, apotik, rumah sakit.
b. Prapendekatan
Sebelum
mengunjungi
seorang
prospek,
wiraniaga
/
Medical
Representative harus belajar sebanyak mungkin tentang pelanggan yang
didatanginya itu, langkah ini dikenal dengan istilah Prapendekatan
(preapproach). Wiraniaga harus menetapkan tujuan kunjungan (call
objective), apakah itu untuk menilai calon, mengumpulkan informasi, atau
membuat penjualan segera. Tugas lainnya adalah memutuskan pendekatan
terbaik, yang bisa berupa kunjungan pribadi, telepon , atau surat. Waktu
terbaik juga harus dipertimbangkan dengan cermat, mengingat tidak
sedikitnya prospek yang sibuk.
42
c. Pendekatan
Dalam
langkah
pendekatan
(approach),
wiraniaga
/
Medical
Representative harus mengetahui bagaimana cara menemui dan menyapa
pelanggan dan calon pelanggan serta menjalin hubungan untuk merintis
awalan yang baik. Langkah ini melibatkan penampilan, kata-kata
pembukaan, dan penjelasan lanjutan.
d. Presentasi dan demo
Selama langkah presentasi (presentation) dari proses penjualan wiraniaga /
Medical Representative akan menginformasikan produk kepada pembeli,
menunjukkan bagaimana produk akan menghasilkan atau menghemat
uang.
Wiraniaga
menguraikan
fitur-fitur
produk,
namun
tetap
berkonsentrasi pada pengungkapan manfaat produk. Dalam melakukan
presentasi atau menyampaikan informasi kepada dokter, para Medical
Representative menggunakan alat bantu berupa flayer, brosur dan gimmick
yang biasa disebut sarana promosi. Dimana didalam sarana promosi
tersebut terdapat informasi produk secara lengkap.
e. Menangani Keberatan
Selama presentasi, pelanggan hampir selalu mempunyai keberatan. Dalam
mengatasi
keberatan
Representative
harus
(handling
objection),
menggunakan
wiraniaga
pendekatan
positif,
/
Medical
menggali
keberatan yang tersembunyi, meminta pembeli untuk menjelaskan
keberatan sebagai peluang.
f. Menutup Penjualan.
Setelah mengatasi keberatan prospek, sekarang wiraniaga / Medical
Representative dapat mencoba menutup presentasi. Beberapa wiraniaga /
43
Medical Representative tidak sampai melakukan penutupan presentasi
(closing) atau tidak menganinya dengan baik. Mereka mungkin kurang
percaya diri, tidak enak menanyakan pesanan, atau tidak mengetahui saat
yang tepat untuk menutup presentasi.
g. Tindak Lanjut.
Langkah terakhir dalam proses penjualan adalah tindak lanjut (follow up),
hal ini diperlukan bila wiraniaga / Medical Representative ingin
memastikan kepuasan pelanggan dan berulangnya bisnis.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tipe / Sifat Penelitian
Sifat penelitian adalah evaluatif. Tujuannya adalah untuk melihat sampai
seberapa jauh tujuan dari seluruh kegiatan telah tercapai jika dibandingkan dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Biasanya teknik pengumpulan datanya dilakukan
dengan jalan wawancara, penyebaran angket, pengamatan, telaah dokumentasi /
report dan lain-lain 17.
3.2. Metode Penelitian
Metode penelititan ilmiah yang digunakan adalah Studi Kasus. Kasus
Artinya kejadian/peristiwa. Studi kasus berarti penelitian terhadap suatu kejadian
atau peristiwa. Namun konsep kejadian atau peristiwa ini hendaknya tidak
diartikan sebagai kejadian atau peristiwa biasa. Suatu kejadian atau peristiwa yang
mengandung masalah atau perkara, sehingga perlu di telaah kemudian dicarikan
cara penanggulangannya
18
. Pada studi kasus peneliti mencoba menggambarkan
subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku, yakni tingkah laku itu sendiri
beserta hal-hal yang melingkunginya, hubungan antara tingkah laku dengan
riwayat timbulnya tingkah laku, demikian pula lain-lain hal yang berkaitan dengan
tingkah laku tersebut. Di dalam studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati
individu atau sebuah unit secara mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua
variabel penting yang melatar belakangi timbulnya serta berkembangnya variabel
tersebut.
17
18
Prof. DR. H. Abdurrahmat Fathoni, M.Si, Metode Penelititan, Rineka Cipta, Jakarta, 2006, h.97
Ibid, h.99
44
45
3.3.Key Informan
Key Informan atau nara sumber adalah karyawan PT Galenium Pharmasia
Laboratories di departemen marketing Pharma. Karyawan marketing Pharma ini
adalah team promosi produk – produk ethical (produk yang diresepkan) yang
disebut dengan Medical Representative atau MR, dimana tugas pokok MR adalah
melakukan promosi ke dokter dan rumah sakit.
Key Informan atau nara sumber yang diambil ini adalah yang berasal dari
kantor cabang Bandung Jawa Barat yang berjumlah 8 orang yang telah menjadi
karyawan tetap (1 supervisor, 7 Medical Representative).
3.4.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pada penulisan skripsi ini teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah
3.4.1. In-depth interview (wawancara mendalam)
Teknik ini digunakan pada narasumber yang dipilih. Wawancara ini
dilakukan dengan kondisi yang tidak terstruktur ketat, akrab, kekeluargaan dan
tidak formal dengan jaminan rasa aman bagi narasumbernya. Dengan demikian
data yang diperoleh akan cukup lengkap dan mendalam, baik mengenai
perencanaan, implementasi, dan berbagai masalah yang timbul, serta persepsi
maupun keinginan para pelakunya. Wawancara mendalam ini akan dilakukan
46
kepada key informan/ Medical Representative yang memiliki peran sebagai
personal selling PT. Galenium Pharmasia Laboratories.
3.4.2. Studi dokumen
Dalam sebuah penelitian untuk menunjang keakuratan data diperlukan
data pendukung yang berupa dokumen ataupun arsip sebagai bahan kajian dan
analisis. Adapun dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dokumen
yang berkaitan secara langsung / tidak langsung pencatatan kegiatan seperti sales
target, penilaian kinerja MR dan dokumen penting lainnya dari waktu ke waktu.
3.5. Fokus Penelitian
Fokus penelitiannya ditujukan pada penjualan secara personal. Penjualan
secara personal adalah bagian terpenting dari panduan promosi perusahaan.
Penjualan perorangan (Personal Selling) adalah suatu bentuk komunikasi orang –
per – orang dimana seorang wiraniaga berhubungan dengan calon pembeli dan
berusaha mempengaruhi agar mereka membeli.
Penelitian terfokus pada langkah-langkah untuk mendapatkan pelanggan
baru dan memperoleh pesanan atau penulisan resep. Adapun langkah – langkah
tersebut adalah :
a. Memilih dan menilai prospek
Langkah pertama dalam proses penjualan adalah memilih prospek, yaitu
mengidentifikasi orang-orang yang dapat masuk sebagai pelanggan
potensial
47
b. Prapendekatan
Sebelum
mengunjungi
seorang
prospek,
wiraniaga
/
Medical
Representative harus belajar sebanyak mungkin tentang pelanggan yang
didatanginya.
c. Pendekatan
Dalam langka pendekatan, Medical Representative harus mengetahui
bagaimana cara memenui dan menyapa pelanggan dan calon pelanggan
serta menjalin hubungan untuk merintis awalan yang baik.
d. Presentasi dan demo
Selama langka presentasi akan menginformasikan produk kepada
pembeli atau calon pembeli.
e. Menangani keberatan
Selama presentasi, pelanggan hampir selalu mempunyai keberatan.
f. Menutup penjualan
Setelah mengatas keberatan prospek, sekarang Medical Representative
dapat mencoba menutup presentasi.
g. Tindak Lanjut
Langkah terakhir dalam proses penjualan adalah tindak lanjut, hal ini
diperlukan bila Medical Representative ingin memastikan kepuasan
pelanggan.
3.6
Definisi Konsep
Dalam penelitian ini konsep yang akan didefinisikan adalah sebagai
berikut :
48
1. Strategi Personal Selling adalah sebuah langkah – langkah dalam proses
penjualan
yang
dilakukan
oleh
Medical
Representative
dalam
mempromosikan produk – produk ethical kepada dokter, dimana langkah –
langkah tersebut adalah : Memilih dan menilai prospek, Prapendekatan
dan pendekatan, Presentasi dan demo, Penutup dan Tindak lanjut.
2. Medical Representative adalah tenaga pemasar yang bertugas mendatangi
dokter untuk memberikan informasi tentang obat – obatan yang diproduksi
perusahaannya dan membujuk dokter yang mereka datangi untuk
meresepkan produk produk mereka kepada pasien.
3. Produk Ethical adalah produk – produk dari perusahaan farmasi yang
untuk mendapatkannya / menggunakannya harus melalui resep seorang
dokter.
3.7. Metode Analisis Data
Proses analisis dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dilakukan secara
bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data di lapangan (in-dept
interview, studi dokumentasi,). Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah
terhadap evaluasi kinerja MR maka dibuat kerangka analisa penelitian sebagai
berikut :
Kerangka kerja riset dan analisa di atas dijabarkan dalam variabel-variabel
sebagai berikut :
Proses Penjualan Perorangan :
1. Memilih dan Menilai Prospek.
2. Pra-pendekatan.
3. Pendekatan.
49
4. Presentasi dan Demo.
5. Mengatasi Keberatan (Handling Objection).
6. Menutup (Closing)
7. Tindak Lanjut (After Sales Service + Maintenance)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum PT Galenium Pharmasia Lab
4.1.1 Sejarah Berdirinya PT Galenium Pharmasia Laboratories
Berdirinya PT Galenium berawal pada tahun 1960-an dengan cikal
bakal sebuah apotek kecil dengan nama apotek Nitra. Apotek ini didirikan
oleh Joesoef B.S dan puteranya Dokter Eddy Joesoef, dimana Dokter Eddy
Joesoef adalah seorang ahli dermatology.
Pada tahun 1980, Dokter Eddy dan keluarga, secara resmi
membangun perusahaan farmasi dengan PT Galenium Pharmasia
Laboratories. Setelah kurun waktu sepuluh tahun, PT Galenium Pharmasia
Laboratories (GPL) merasa perlu mempersiapkan dirinya menjadi
perusahaan farmasi yang moderen dan kompetitif, maka pada tahun 1990,
perusahaan melakukan suatu restrukturisasi besar baik di bidang
operasional maupun managerial.
PT Galenium Pharmasia Laboratories telah memperoleh beberapa
sertifikasi untuk sistem kualitas. PT Galenium Pharmasia Laboratories
adalah perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang memperoleh 3
sertifikasi sekaligus, baik dari lokal maupun internasional, adapun
sertifikasi tersebut adalah : CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik),
CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik), ISO 9001 : 2000, dan pada
tahun 2005 Galenium memperoleh cGMP Strata A, yaitu standar produksi
dan kualitas untuk negara-negara ASEAN.
50
51
PT
Galenium
Pharmasia
Laboratories
beralamat
di
JL
Adityawarman No. 67 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, dan memiliki
pabrik berlokasi di Bogor, tepatnya di Kedung Halang Bogor. PT
Galenium Pharmasia Laboratories memiliki kantor cabang dihampir semua
propinsi yang ada di Indonesia.
4.1.2 Produk PT Galenium Pharmasia Laboratories
PT Galenium Pharmasia Laboratories mendevelop ± 44 produk,
produk-produk tersebut terdiri dari produk OTC (Over The Counter) atau
produk bebas dan obat resep (prescription) atau produk ethical.
Kebanyakan produk-produknya fokus pada produk untuk kulit, karena
seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara tropis, sehingga kasus
penyakit kulit akan banyak. Caladine Powder dan JF Sulfur adalah
“backbone” dari Galenium.
Adapun beberapa produk-produk ethical PT Galenium adalah
sebagai berikut :
Produk
Therapeutic Class
Acne Feldin Lotion
Anti Acne
Rosal Acne Lotion
Anti Acne
Melavita Cream
Anti Acne
Bioderm Cream
Topical Corticosteroid & Anti Infective
Calacort Cream
Topical Corticosteroid & Anti Infective
Mesonta Cream
Topical Corticosteroid & Anti Infective
Sinobiotik Cream
Topical Corticosteroid & Anti Infective
Cetymin Tablet
Anti Histamine & Anti Alergi
52
Imunex Tablet/Syrup
Anti Histamine & Anti Alergi
Mycostop 250/500
Fungicide & Anti Parasit
Scabimite
Fungicide & Anti Parasit
Soft-U-Derm Forte Cream
Skin Protective
Topsy Cream
Topical Anaesthetic
Trichol
Anti Hyperlipidemia
Laxadilac Syrup
Laxative
Laxatab Tablet
Laxative
Laxacod Tablet
Laxative
Haemocaine Ointment
Analgesic & Anti Inflammatory
Prolung 450
Anti Tuberculous Agent
Pyravit Syrup
Anti Tuberculous Agent
Neladryl Expectorant
Cough & Cold Remedy
Neladryl DMP
Cough & Cold Remedy
4.1.3. Pencapaian Target Penjualan
Berdasarkan data dari Head Office (kantor pusat) PT. Galenium
Pharmasia Laboratories mengenai penilaian kinerja MR Area Bandung,
dibanding kantor cabang / perwakilan ethical daerah lain menunjukkan
kontribusi penjualan area Bandung mengalami pertumbuhan positif dalam
2 tahun terakhir. Data tahun 2006 tingkat keberhasilan pencapaian estimasi
aktual vs target dari semua MR yang ada di Area Bandung di atas 100%
dibandingkan tahun 2005.
Data yang penulis terima untuk Area Bandung menunjukkan
bahwa scheme pertumbuhan target pencapaian aman Tahun 2005 sebesar
53
80% menjadi 85% di tahun 2006. Total sales income dipatok menjadi 60%
- 80% pada tahun 2006, ditingkatkan dibanding tahun sebelumnya.
Jawaban akan tuntutan perusahaan yang terus menaikan tingkat
pertumbuhan usaha dan tantangan kompetisi pasar produk farmasi ethical
yang semakin ketat dibuktikan dengan keberhasilan team MR Area
Bandung dalam mencapai target penjualan yang ditetapkan kantor pusat.
Hal ini menunjukkan adanya usaha keras dan strategi yang diterapkan oleh
team MR Bandung dalam meraih target tersebut.
4.2 Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan kepada karyawan Medical Representative (MR) PT
Galenium Pharmasia Laboratories departemen marketing pharma divisi produk
ethical di Bandung Jawa Barat
Rincian data objek penelitian disampaikan dalam profile data di bawah ini :
Tabel 4.1
Data Profile MR Area Jabar - Bandung
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kode
MR
WE 1
WE 101
WE 102
WE 103
WE 104
WE 105
WE 106
WE 107
Gender
Status
L
L
L
L
L
L
P
L
Lajang
Lajang
Nikah
Nikah
Lajang
Lajang
Nikah
Lajang
Pendidikan Pengalaman
Kerja
D1
Tdk Ada
D1
Ada
S1
Ada
S1
Ada
S1
Ada
S1
Ada
SMA
Ada
S1
Ada
Lama
Karir
6 tahun
2 tahun
3 tahun
2 tahun
2 tahun
2 tahun
3 tahun
2 tahun
Jabatan
SPV
MR
MR
MR
MR
MR
MR
MR
Penelitian ini disajikan berdasarkan fokus penelitian dari hasil wawancara
dengan beberapa orang Medical Representative (MR) :
54
4.2.1. Memilih dan Menilai Prospek
Usaha melakukan prospek terhadap calon konsumen sering
mengalami hambatan berupa penolakan. Dengan identifikasi pasar sasaran
yang sempit dan terbatas, berarti tenaga penjualan telah melakukan
bidikan, sehingga kemungkinan kesalahan atau kegagalan dalam proses
penjualan akan semakin kecil.
Adanya pengamatan yang seksama dalam pengenalan area kerja
berdasarkan tugas yang ditetapkan perusahaan melalui bimbingan dan
pengawasan Supervisor area Bandung.
Data Master Call List (MCL) dokter, sudah diberikan oleh
Supervisor atau atasan berdasarkan data MCL yang sudah ada sebelumnya
dan dilakukan evaluasi setiap tiga bulan sekali untuk memilih dan menilai
prosepek.
Data dokter sudah diberikan oleh Supervisor, data dokter tersebut
dilakukan evaluasi setiap tiga bulan sekali dengan tujuan untuk menilai
dokter tersebut apakah potensial atau tidak.
Belajar terus dari pengalaman di lapangan (learning by doing),
karena tidak semua proses yang terjadi di lapangan sesuai dengan apa yang
diberikan di dalam meteri training.
Status prospek dokter, yaitu dokter di rumah sakit, dokter di
instansi, dan dokter yang praktek dirumah.
Dokter yang di kunjungi sore atau malam hari lebih memberikan
prospek yang bagus, dibandingkan dengan dokter pada pagi atau siang
hari.
55
Memilih dan menilai dokter disesuaikan dengan masterlist yang
diterima oleh Supervisor, kemudian dilakukan evaluasi setiap 3 bulan
sekali. Hal ini seperti dikemukakan oleh Metty, Deni dan Evi pada saat
wawancara.
4.2.2 Prapendekatan dan pendekatan
Dalam prapendekatan dan pendekatan awal terhadap konsumen
prospektif, tenaga penjulan seharusnya mencoba untuk menekankan pada
dua hal: A) menentukan siapa dalam organisasi yang akan didatangi yang
mempunyai pengaruh dan otoritas untuk melakukan pebelian produk, dan
B) memperoleh cukup perhatian dalam perusahaan untuk memperoleh
informasi yang diperlukan pada kualifikasi prospek. Artinya, apakah calon
konsumen yang akan didatangi memenuhi kualifikasi sebagai calon
konsumen yang benar-benar diperkirakan akan membeli. Ini diperlu
dilakukan karena dalam sebuah organisasi, misalnya rumah sakit,
poliklinik, atau praktek bersama, sering dibedakan siapa yang melakukan
eksekusi pembelian dan yang memutuskan untuk melakukan pembelian.
Pendekatan terhadap dua pihak ini sangat penting hal ini juga terjadi pada
industri farmasi.
Strategi prapendekatan / pendekatan pada industri farmasi
dilakukan dengan cara mencari informasi tentang dokter ke tukang parkir,
asisten dokter tentang kesukaan dokter, hobby dokter (misal : golf,
mancing).
Prapendekatan dan pendekatan adalah upaya memperkenalkan
produk suatu perusahaan kepada masyarakat sudah tentu dilakukan
56
melalui pemasaran. Tujuan pemasaran suatu perusahaan adalah memenuhi
dan melayani kebutuhan serta keinginan konsumen sasaran. Tetapi, untuk
mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen itu tidaklah mudah. Para
pelanggan mungkin saja menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka
sedemikian rupa tetapi justru bertindak yang sebaliknya. Sehingga para
pemasar harus mempelajari keinginan, persepsi, preferensi dan perilaku
belanja pelanggan sasaran mereka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembeli antara lain
faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, faktor psikologis.
Faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang
konsumen, yaitu seperti kelompok, keluarga, peran dan status. Status
sosial atau kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang , secara
umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam
arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajibankewajibanya. 19
Hubungan antara faktor sosial dan industri farmasi sangat erat,
karena yang menjadi target pemasaran atau prospek adalah dokter, dimana
seorang dokter mempunyai status sosial yang tinggi di masyarakat,
terutama masyarakat di Indonesia, dimana seorang dokter memperoleh
posisi
sebagai
profesional.
Mereka
mengandalkan
pendidikan,
keterampilan profesional, dan administratif. Untuk itu melakukan
prapendekatan dan pendekatan itu tidaklah mudah apalagi melakukan
prapendekatan dan pendekatan terhadapat dokter-dokter spesialis yang
mempunyai potensi tinggi untuk menggunakan produk, untuk itu
19
Nugroho J. Setiadi, SE.,MM., Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
penelitian Pemasaran, Prenada Media, Jakarta, 2005.
57
dilakukan berbagai cara untuk melakukan proses prapendekatan dan
pendekatan melalui faktor sosial, misalnya melalui keluarga, anak, istri,
klub profesional, seperti organisasi profesi. Menggunakan faktor sosial
sebagai proses prapendekatan dan pendekatan bisa menjadi lebih efektif,
tetapi bisa mengeluarkan biaya yang cukup tinggi.
Disamping faktor sosial ada juga faktor budaya (cultural).
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang
paling mendasar. Dengan kata lain merupakan faktor paling utama dalam
berperilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Budaya
memperlengkapi orang dengan rasa identitas dan pengertian akan perilaku
yang dapat diterima di dalam masyarakat, budaya merupakan karakter
yang penting dari suatu sosial yang membedakannya dari kelompok kultur
yang lainnya. Elemen yang perlu digarisbawahi atas setiap kultur adalah
nilai, bahasa, mitos, adat, ritual dan hukum yang mempertajam perilaku
atas budaya. Didalam industri farmasi proses personal selling atau
penjualan perorangan tidak terlepas dari faktor budaya, karena pada saat
melakukan proses prapendekatan dan pendekatan, faktor inilah yang akan
lebih dominan untuk mempengaruhi tingkat keberhasilan proses penjualan
perorangan. Pendekatan yang biasa dilakukan dalam pemasaran adalah
dengan menganalisa budaya, tujuan dari analisis budaya adalah untuk
mengerti makna budaya dari konsep-konsep tersebut dari sudut pandang
konsumen. Karena penulis melakukan penelitian ini di Jawa Barat yang
mayoritas bersuku sunda, maka team sales person yang ada di sana harus
mengerti budaya sunda, dimana suku bangsa sunda memiliki bahasa ibu,
yaitu bahasa Sunda. Agama yang dianut oleh sebagian masyarakat Sunda
58
adalah agama Islam dan hanya sebagian kecil yang menganut agama lain.
Lemah lembut dalam tutur kata, sehingga kalau Medical Representative
(MR) ingin berhasil, mereka harus mampu berbahasa sunda dengan baik,
karena kadang-kadang dokter menggunakan bahasa Sunda dalam
kesehariannya,
harus
bertutur
lembut
dalam
berkata-kata
dan
mengucapkan salam secara tata cara agama Islam kalau mau bertemu
dokter. Hal-hal tersebut adalah
faktor-faktor yang harus dijalani oleh
seorang Medical Representative (MR) agar sukses.
Tetapi untuk melaksanakan faktor-faktor tersebut tidak terlepas
dari situasi dan kondisi dilapangan, seperti total list dokter yang harus
mereka kunjungi dalam waktu sehari, waktu kerja dokter, hobi dokter. Di
bawah ini akan disampaikan beberapa tahapan proses prapendekatan dan
pendekatan yang dilakukan oleh team Bandung.
Total list dokter ada 120 orang, kunjungan perhari 12 dokter, 5 hari
kerja total 60 dokter dalam seminggu dengan pembagian lokasi yang
berbeda.
Tiap hari bisa mendapatkan 3-4 dokter potensial meresepkan obat,
kunjungan bisa 2-3 kali untuk melakukan prapendekatan dan pendekatan.
Melakukan prapendekatan dan pendekatan lebih mudah di tempat
praktek dokter di rumah atau ditempat lain selain rumah sakit, karena
waktu yang tersedia lebih banyak.Apabila tidak bisa ditemui di tempat
praktek, dan harus di rumah sakit diperlukan kreatifitas untuk bisa
membuat dokter mau mendengarkan pembicaraan.
59
Proses prapendekatan dan pendekatan bisa mengikuti hobby
dokter, pemberian kue pada saat berulang tahun, baik dokter maupun
keluarga dekat dokter.
Harus memahami karakter dokter, contoh kalau dokter lagi dalam
keadaan cuek, pendekatan hanya dilakukan dengan mengucapkan salam
atau mengingatkan produk saja.
Harus banyak cara dalam melakukan pendekatan , misalnya
mengetahui tanggal lahir dokter
Pra pendekatan dan pendekatan di lakukan melalui hobi atau
kesenangan dokter tersebut.
Melihat kondisi apakah dokter merespon atau tidak setelah
dijelaskan dari produk function & benefitnya.
Pendekatan pribadi dengan obrolan yang sesuai hobi dokter, tidak
langsung mengawali kependekatan pribadi yang sebelumnya dilakukan
proses pemahaman karakter & kebiasaan dokter.
Dalam melakukan pendekatan dan prapendekatan bisa dilakukan
diluar lingkungan kerja, hal ini dimaksudkan untuk perubahan suasana dan
strategi pendekatan baru.
Secara bertahap untuk proses pendekatan dan pra pendekatan
kepada dokter atau apotik dilakukan secara emosional.
Tidak putus asa ketika diusir/ditolak oleh dokter, tapi dilakukan
secara terus menerus di lain waktu.
Proses prapendekatan dan pendekatan bisa dilakukan melalui
sponsorship program, misalnya memberi dukungan dana (transport,
60
akomodasi, registrasi seminar) kepada dokter yang mau mengikuti event
tanpa mempertimbangkan dari sisi penjualan
Proses lobiying pada pendekatan awal yang cukup baik, akan
memberikan sisi keberhasilan pencapaian akhir sales juga akan baik
Hal seperti ini diungkapkan oleh Metty, Asep BT, Rahmawiardi,
dan Ronny.
4.2.3 Presentasi dan Demo
Presentasi adalah inti dari proses penjualan. Membuat presentasi
yang baik secara nyata menjadi aspek kritis pekerjaan penjualan.
Sayangnya tenaga penjualan seringkali tidak melakukan aktivitas ini
dengan baik.
Prosedur yang sudah diarahkan perusahaan tetap dijalankan,
namun kenyataannya dilapangan, dalam proses presentasi hanya dilakukan
secara garis besar terhadap hal penting dari produk yang ditawarkan
seperti fungsi produk dan benefit saja, secara detail di sampaikan dengan
brosur mengingat keterbatasan waktu yang disediakan dokter.
Untuk menunjang presentasi yang baik, diperlukan keterampilan
dan keahliaan, misalnya komunikasi harus lancar, sikap diri tenang,
tanggapan baik, serta penguasaan terhadap jawaban dari dokter.
Disamping keterampilan dan keahlian, untuk menunjang presentasi
yang baik juga diperlukan sarana promosi pendukung, yaitu : flayer,
brosur dan gimmick yang baik, bagus dan informatif.
61
Proses
presentasi,
yaitu
:
salam,
memperkenalkan
diri,
menyampaikan aspek produk, selling point produk, closing. Proses
presentasi antara 3 – 30 menit.
Presentasi dan demo ditutup dengan meminta komitmen dokter.
Dilakukan proses pembinaan dalam melakukan upgrade di waktu-waktu
tertenttu, untuk melatih dan mengasah kemampuan dalam hal kelancaran
komunikasi dan negosiasi, penguasaan product knowledge dan medical
knowledge.
Role play sebagai wahana untuk membantu kelancaran aktifitas
kerja dilapangan untuk bisa berkomunikasi lancar dan terarah dengan
dokter.
Kenyataan di lapangan dalam proses presentasi hanya dilakukan
secara garis besar terhadap hal penting produk yang ditawarkan seperti
fungsi produk dan kelebihan saja, secara lebih rinci disampaikan melalui
media brosur.
Presentasi dilakukan sesuai dengan yang diterima pada saat
melaksanakan training, presentasi ditutup dengan meminta komitmen
dokter
Hal seperti ini diungkapkan oleh Roni Akbar, Dodi, Evi Supriadi
pada saat wawancara.
4.2.4 Mengatasi keberatan
Keberatan yang diterima di atasi dengan melakukan pendekatan
personal, yaitu dengan memberikan informasi sejelas-jelasnya, baik itu
mengenai produk, service, dsbnya.
62
Apabila
keberatan
tidak
bisa
diselesaikan
oleh
Medical
Representative, maka akan diselesaikan oleh atasannya.
Proses pembinaan dan pengarahan oleh kantor pusat dilakukan
melalui Supervisor untuk melakukan tugas upgrade team Medical
Representative area Bandung dari waktu ke waktu (morning season) untuk
melatih dan mengasah kemampuan dalam hal kelancaran komunikasi dan
negosiasi, penguasaan produk knowledge.
Kalau ada keberatan diselesaikan dan disesuaikan dengan jenis
keberatan yang disampaikan oleh dokter, sebagai tindak lanjut dokter
dikunjungi beberapa kali.
Proses
pendampingan
akan
dilakukan
apabila
Medical
Representative membutuhkan dukungan langsung dalam menyelesaikan
keberatan yang disampaikan oleh dokter.
Kondisi dalam hal ini keberatan dokter di atasi dengan negosiasi
yang baik untuk mencapai titik temu diantara keduanya.
Menghadapi ketidapuasan dokter terhadap negosiasi yang telah
dibuat oleh Medical Representative sebelumnya, dimana Medical
Representative yang baru harus mampu memberika citra baru terhadap
pelayanan yang baik terhadap dokter tersebut. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Deni, Evi, Rahmawiardi, Dodi dan Asep Saefudin.
4.2.5 Menutup penjualan
Proses penjualan ditutup dengan meminta komitmen dokter untuk
meresepkan/menggunakan
produk.
Menutup
perolehan kesepakatan akhir untuk pembelian.
penjualan
merupakan
63
Diperlukan proses pembinaan untuk meningkatkan kemampuan
dalam hal kelancaran berkomunikasi dan tahapan presentasi men menutup
presentasi sehingga terjadinya penjualan. Hal ini berdasarkan informasi
yang disampaikan oleh Evi, Deni dan Asep BT
4.2.6 Tindak lanjut
Dengan kesibukan dokter yang padat Medical Representative tidak
segan untuk mengingatkan komitmen dokter dengan komunikasi langsung
ke HP dokter atau mengirim SMS secara konsisten dalam waktu dan
kesempatan yang tepat.
Melakukan pengecekan secara rutin pemakaian obat perusahaan ke
apotek
-
apotek
untuk
mengetahui
dokter-dokter
yang
meresepkan/menggunakan produk PT Galenium dan juga memantau
ketersediaan obat di area kerja Medical Representative.
Dilakukan program sponsorship dan profit sharing sebagai
media/alat untuk tindak lanjut kerjasama dan follow up kepada dokterdokter potensial. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Rahmawiardi,
Dodi Kusnadi, Asep Saefudin pada saat dilakukan wawancara.
4.3 Pembahasan
Keberhasilan pelaksanaan strategi personal selling yang dilakukan oleh
Medical Representative area Bandung terhadap pengenalan produk ethical kepada
dokter, hal ini tidak lepas dari langkah-langkah manajemen dalam menyusun
armada penjualan dan didukung dengan SDM yang baik. Dimana fitur terpenting
dari penjualan perorangan mencakup interaksi pribadi. Yaitu pribadi dokter dan
64
Medical Representative. Kemudian Medical Representative secara konsisten
melaksanakan langkah-langkah / proses yang harus dikuasai oleh Medical
Representative.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap Medical Representative
area Bandung, terbukti bahwa team Bandung melaksanakan langkah-langkah
tersebut secara konsisten . Dari hasil evaluasi yang dilakukan terhadap Medical
Representative tersebut membuktikan, team Bandung berhasil mencapai target
penjualan dengan angka keberhasilan melebihi 100%.
Medical Representative Bandung melaksanakan beberapa langkah yang
harus dikuasai ini sesuai dengan teori prinsip – prinsip pemasaran, yaitu :
1. Memilih dan menilai prospek
Memilih dan menilai prospek adalah suatu kegiatan indentifikasi
orang-orang atau dokter yang dapat masuk sebagai pelanggan potensial,
dimana walaupun perusahaan telah memberikan data-data dan panduan
dalam lembaran kerja yang diberi nama Master Call List (MCL)
diperlukan juga keterampilan untuk menemukan mereka. Hal ini bisa
didapat dari mencari sumber-sumber referensi seperti, assiten dokter,
tukang parkir, perawat, keluarga dokter atau Medical Representative yang
tidak bersaing, ikatan profesi, apotik dan rumah sakit.
2. Prapendekatan dan Pendekatan
Sebelum mengunjungi dokter, seorang Medical Representative
harus
banyak
mempelajari
karakter
dokter
tersebut,
Medical
Representative harus menetapkan kunjungan, apakah untuk menilai dokter,
mengumpulkan informasi, atau membuat dokter meresepkan produk.
65
Prapendekatan dan pendekatan, cara yang dilakukan oleh Medical
Representative dengan mencari informasi mengenai dokter melalui orangorang terdekat dokter, prapendekatan dan pendekatan bisa juga dilakukan
melalui hobi dokter tersebut, obrolan santai dan entertaintment. Pada
proses ini komunikasi interpersonal berlaku, dimana seperti kita ketahui,
komunikasi interpersonal adalah “Interaksi tatap muka antar dua atau
beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara
langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara
langsug pula”
Proses prapendekatan dan pendekatan akan memberikan hasil
optimal apabila seorang Medical Representative juga memerhatikan faktor
emosial, yaitu faktor sosial dan faktor budaya. Karena proses penjualan ini
terjadi di Bandung Jawa Barat, tentunya faktor sosial dan faktor budaya
yang berlaku adalah sosial kultur Sunda.
3. Presentasi dan demo
Presentasi dan demo, adalah satu tahap yang tidak bisa dilalui,
karena dengan presentasi dan demo ini Medical Representative bisa
menyampaikan informasi secara jelas kepada dokter, hal ini adalah bagian
dari komunikasi interpersonal, karena ciri-ciri bisa dilihat sebagai berikut;
Komunikasi interpersonal adalah verbal dan non verbal, mencakup
perilaku tertentu , berproses pengembangan, mengandung umpan balik dan
interaksi, berjalan menurut peraturan tertentu, kegiatan aktif dan saling
mengubah. Langkah-langkah ini harus di ikuti dengan benar untuk
mendapatkan hasil yang optimal sehingga target yang diberikan bisa
dicapai dengan optimal. Dan untuk mempermudahkan presentasi
66
diperlukan alat bantu berupa sarana promosi, seperti flayer, brosur dan
gimmick yang baik dan informatif.
4. Mengatasi keberatan
Selama presentasi, dokter hampir selalu mempunyai keberatan.
Mengatasi keberatan, didalam melakukan strategi personal selling, pasti
akan terjadi keberatan-keberatan dari dokter, dan hal itu tidak bisa
dihindari, dimana hal ini merupakan dari ciri-ciri khusus personal selling,
yaitu konfrontasi personal, dimana penjualan personal mencakup
hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih,
dimana masing-masing pihak dapat mengobservasi reaksi dari pihak lain
dengan baik.
5. Menutup
Setelah mengatasi keberatan dan dokter puas akan jawaban yang
diberikan, maka kegiatan seterusnya adalah menutup penjualan. Menutup
penjualan biasanya dilakukan setelah kita melaksanakan presentasi,
berdasarkan wawancara yang dilakukan proses menutup penjualan
dilakukan dengan meminta komitmen dokter tersebut untuk membantu
atau meresepkan produk kita
6. Tindak lanjut
Tindak lanjut, adalah proses terakhir dalam proses penjualan
promosi personal selling, tindak lanjut ini diperlukan untuk mengingatkan
dokter akan produk yang pernah kita presentasikan, sehingga selalu ingat
dengan produk yang pernah kita presentasikan dan menggunakan produk
tersebut. Tindak lanjut adalah bagian dari filosofi penjualan moderen,
dimana dalam filosofi tersebut dikatakan bahwa memperoleh pesanan
67
hanyalah langkah awal, layanan purna jual adalah yang penting, layanan
purna jual ini termasuk tindak lanjut. Filosofi penjualan moderen menuntut
untuk melakukan apapun yang diperlukan guna menyenangkan pelanggan
dalam rangka menjamin hubungan jangka panjang yang memuaskan.
Tolak ukur dari keberhasilan proses Personal Selling ini adalah hanya
satu, yaitu apabila target yang diberikan bisa tercapai dengan angka 100%.
Disamping itu keberhasilan proses penjualan ini tidak lepas dari sikap dan
sifat Medical Representative itu sendiri, dimana mereka harus memiliki karakter
sebagai berikut, yaitu :
1. Fokus pada hasil akhir, dimana semua proses penjualan yang
dilakukan harus bertujuan untuk meningkatkan penjualan, karena
seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa tolak ukur dari
sukses seorang Medical Representative adalah mencapai target yang
telah ditetapkan.
2. Medical Representative harus memiliki keberanian dan kebijaksanaan
untuk mengambil keputusan.
3. Memiliki semangat yang tinggi
4. Mengetahui
mempermudah
karakter
dokter
Medical
dengan
Representative
baik,
sehingga
untuk
akan
melakukan
prapendekatan dan pendekatan.
5. Tidak mudah puas dengan apa yang telah dicapai, karena ingin
mengembangkan bisnis di daerahnya.
68
69
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tahapan anilisis yang penulis buat, penjualan perorangan
(Personal Selling) PT Galenium Pharmasia Laboratories yang dilakukan Medical
Representative (MR) area Bandung dalam melakukan promosi produk ethical
kepada dokter menunjukan hasil yang optimal. Data penjualan produk ethical
tahun 2006 yang menjadi fakta utama untuk melakukan serangkaian evaluasi
terhadap pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran personal selling dalam
bisnis farmasi ethical di PT Galenium Pharmasia Labaratories.
Pelaksanaan strategi personal selling akan memberikan hasil yang optimal
apabila tahapan dalam proses personal selling di ikuti dengan benar. Adapun
tahapan tersebut adalah :
1. Memilih dan Menilai Prospek.
Memilih dan menilai prospek adalah suatu kegiatan identifikasi
Dokter yang dapat masuk sebagai pelanggan potensial atau tidak? Dimana
identifikasi itu dimulai dari melihat data-data dari Master Call List (MCL)
dokter. Selain berdasarkan data MCL, memilih dan menilai prospek juga
bisa dilakukan melalui sumber-sumber yang bisa dipercaya, seperti
perawat, keluarga dokter, ikatan profesi.
2. Prapendekatan dan Pendekatan
Sebelum mengunjungi dokter, seorang Medical Representative
harus banyak mempelajari karakter
dokter, dimana tujuan dari
mempelajari karakter dokter ini adalah untuk mempermudah
68
proses
69
prapendekatan dan pendekatan yang akan dilakukan selanjutnya sehingga
tingkat keberhasilannya akan lebih besar, apakah pada kunjungan tersebut
akan menilai dokter, mengumpulkan informasi, atau langsung membuat
dokter tersebut meresepkan produk. Dalam proses ini yang tidak kalah
pentingnya juga dan tidak boleh dilupakan adalah proses pendekatan
emosional, dalam hal pendekatan emosional yang dilakukan adalah
pendekatan emosional secara sosial dan kuturul.
3. Presentasi dan Demo
Presentasi dan demo adalah satu tahap yang sangat penting dalam
proses personal selling. Dimana dengan presentasi dan demo ini akan
menyampaikan informasi yang sejelas-jelasnya mengenai produk, baik itu
indikasi, dosis, cara penggunaan, cara penyimpanan serta kelebihan
produk tersebut. Dimana dalam proses ini akan mendapatkan umpan balik
serta kepercayaan dokter. Untuk memaksimalkan presentasi dan demo
yang dilakukan bisa dikut sertakan program sponsorship dan profit
sharing. Presentasi dan demo ini dibantu dengan menggunakan alat seperti
flayer, brosur dan gimmick.
4. Mengatasi Keberatan
Mengatasi keberatan yang disampaikan oleh dokter bisa dilakukan
dengan menjawab secara cepat dan menjelaskan kembali
apa yang
menjadi keberatan oleh dokter tersebut, disamping secara ilmiah mengatasi
keberatan bisa juga bisa dilakukan dengan pendekatan secara pribadi.
5. Menutup
Menutup penjualan biasanya dilakukan setelah melaksanakan
presentasi, dimana proses menutup penjualan ini biasanya dilakukan
70
dengan meminta komitmen dokter untuk bisa membantu proses penulisan
resep oleh dokter.
6. Tindak Lanjut
Tindak lanjut ini diperlukan untuk mengingatkan dokter akan
produk yang pernah kita presentasikan, sehingga selalu ingat dengan
produk yang pernah dipresentasikan. Berdasarkan filosofi penjualan
moderen dikatakan bahwa memperoleh pesanan adalah baru langka awal
dari suatu proses penjualan perorangan, karena yang terpenting adalah
pelayanan purna jualnya, dalam hal ini untuk industri farmasi adalah
ketersedian produk di apotik
5.2.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis akan menyampaikan saran –
saran sebagai berikut
1. Para Medical Representative harus menguasai tahapan-tahapan dalam
proses penjualan dengan baik, dimana tahapan proses penjualan ini
harus dilatih oleh Medical Representative miniman 2 minggu sekali
dibawah pengawasan Supervisor. Adapun tahapan-tahapan proses
penjualan tersebut adalah : Memilih dan menilai prosfek, Prapendekatan
dan pendekatan, Presentasi dan demo, Mengatasi keberatan, Menutup
dan Tindak lanjut..
2. Untuk mengetahui apakah tahapan – tahapan proses penjualan
dilaksanakan dengan baik, disarankan agar Supervisor melakukan Joint
Visit kepada Medical Representative minimal 3x/bulan untuk setiap
Medical Representative.
71
3. Agar proses presentasi dan demo bisa berjalan dengan baik, sebaiknya
Medical Representative juga mengetahui sosial – kultural daerah
setempat. Disamping itu disarankan agar presentasi dan demo bisa
optimal dibutuhkan juga alat pendukung presentasi seperti flayer, brosur
dan gimmick yang menarik dan informatif.
72
DAFTAR PUSTAKA
1. Sejarah Perkembangan PT Galenium Pharmasia Laboratories, Personalia,
2001.
2. Terence A. Shimp, University Of South Carolina, Aspek Tambahan
Komunikasi Pemasaran Terpadu, Periklanan Promosi, Jilid II, Edisi
Kelima, Hal 281, Erlangga, 2000.
3. Terence A. Shimp, Komunikasi Pemasaran Terpadu, Periklanan Promosi, Jilid
I, Edisi Kelima, 2000.
4. MIX, Marketing, Selling, PR, Advertising, Promotion & Media, Edisi 07, 13
Juli – 03 Agustus, Hal 14, 2005.
5. Sunarto, SE, MM, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 2, Amus Yogyakarta,
2004.
6. Sunarto., Manajemen Pemasaran, BPFE-UST, Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa, Yogyakarta, 2003.
7. I Dewa Made Hari Shandi, S.Sos, M.AB, Etika Komunikasi Penjualan,
Prestasi Pustaka, 2005.
8. Philip Kotler, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong, Chin Tiong Tan,
Manajemen Pemasaran Sudut Pandang Asia, Edisi Ketiga, Jilid 2,
Indkes, 2004.
9. Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, edisi millennium 1, bahasa Indonesia,
Prentice Hall & PT Prenhallindo, Jakarta, 2002.
10. Dr. Gempur Santosa, Drs., M.Kes, Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif, Prestasi Pustaka, 2005.
11. Dr. Bambang Setiawan, Metode Penelitian Komunikasi I, Universitas
Terbuka, Jakarta, 1995.
12. Johanes Supranto, Sampling untuk Pemeriksaan, Edisi pertama, UI-Press,
Jakarta, 1992.
73
13. Ronald B. Marks, Personal Selling; An Interactive Approach (Boston: Allyn
and Bacon, 1988).
14. Geoffry Brewer,”Mind Reading: What Drivers Top Salespeople to
Greatness?” Sales and Marketing Management, Mei 1994, 82-92.
15. Royan, Frans M. Rahasia Sukses Menjual (Sumber Inspirasi Distributor dan
Salesman , Andi Offset, Yogyakarta.
BIOGRAFI
Endrafian, lahir di Belitung 10 Februari 1972 adalah penulis
skripsi “Pelaksanaan Strategi Personal Selling Yang Dilakukan
Oleh Medical Representative (MR) PT Galenium Pharmasia
Laboratories Pada Tahun 2006 Terhadap Pengenalan Produk
Ethical Kepada Dokter.” Lahir dan dibesarkan di daerah kepulauan yang terkenal
dengan hasil timahnya yaitu daerah Manggar Belitung sebagai anak pertama dari 3
bersaudara dari pasangan bapak Abd. Muftie Ahkmad dan Ibu Fatimah Abbas.
Masa kecil sampai tamat SLTA di lakukan di Manggar Belitung. Pendidikan
Diploma III diselesaikan penulis di Universitas Bandung Raya Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia Tekstil dan lulus tahun 1995. Setelah menamatkan
pendidikan DIII, penulis bekerja sebagai tenaga pemasaran di sebuah perusahaan
farmasi asal Philipina PT Medifarma Laboratories (1995 – 2001) dimulai sebagai
tenaga Medical Representative (1995 – 1997) sampai menjadi Junior Product
Manager (1997 – 2001) dan saat ini bekerja di PT Galenium Pharmasia Laboratories
(2001 – sekarang) sebagai Product Manager OTC.
Download