BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi adalah

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
Komunikasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-
hari. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang
terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian
Ruben dan Steward 7 mengenai komunikasi manusia yaitu:
“Human communication is the process through which individuals –in
relationships, group, organizations and societies—respond to and create
messages to adapt to the environment and one another.” Bahwa komunikasi
manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,
kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan
untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Sedangkan Curtis
8
(1996:26) menyatakan komunikasi, meliputi
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan di antara dua orang, kelompok kecil
masyarakat, atau dalam satu lingkungan atau lebih dengan tujuan untuk
mempengaruhi perilaku dalam suatu organisasi. Dengan bahasa yang lebih
sederhana, proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau
7
Ruben, Brent D, Stewart , Lea P. Communication and Human Behaviour. USA:
Alyn and Bacon. 2005 hal 16
8
Ibnu Dahwan (2008, 14 Oktober). Memanusiakan manusia. Blogspot.com.
Diakses pada tanggal 23 November 2011 dari
http://www.ibnudblog.blogspot.com/2008/10/memanusiakan-manusia4.html#!http://ibnudblog.blogspot.com/2008/10/memanusiakan-manusia-4.html
10
11
pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada
penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan
(feedback) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua
belah pihak.
Untuk
memahami
pengertian
komunikasi
terlebih
dahulu
harus
mengetahui prosesnya terlebih dahulu. Berangkat dari pemikiran Laswell, Effendy
9
membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung
dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi
kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata
lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang setara bagi komunikator
dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator
menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada
9
Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.Rosdakarya. 1994 Hal 11-19.
12
komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau
perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti
oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan
(decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang
mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks
pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah
komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi
tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm 10 menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat
kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok
dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan
pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh
komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience)
merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman
komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan
berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak
sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk
mengerti satu sama lain.
Proses komunikasi akan berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku
(sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila ingin berkomunikasi
dengan baik dengan seseorang, maka kita harus mengolah dan menyampaikan
10
Ibid. Hal 11
13
pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain
komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari
komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan
komunikasi karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif
jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio,
televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam
komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang
dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.)
dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
Proses komunikasi yang terjadi dalam konteks Kejuaraan AFF 2010
termasuk dalam proses komunikasi sekunder dimana tidak ada komunikasi
langsung yang terjadi antara komunikator dan komunikan. Karena tim nasional
sendiri tidak melakukan komunikasi langsung melainkan melalui media. Seperti
yang telah dikatakan diatas, proses komunikasi sekunder ini digunakan karena
14
sararan komunikannya dalam jumlah banyak dan berada di tempat yang berbedabeda.
Proses komunikasi sekunder ini merupakan proses yang alamiah akan
terjadi karena banyak orang yang tertarik untuk mengetahui berita terbaru
mengenai kejuaraan dan isinya. Cara termudah bagi komunikan untuk mengetahui
perkembangan pertandingan adalah melalui media massa. Media massa pun sudah
otomatis memberitakan mengenai kejuaraan AFF itu sendiri. Tim nasional sering
melakukan press conference atau biasanya atlet tim nasional diwawancarai secara
personal untuk memberi keterangan mengenai kejuaraan.
Saat kejuaraan AFF 2010, hampir seluruh media memberitakan tentang
Kejuaraan AFF 2010, apapun yang berkaitan dengan Kejuaraan AFF selalu jadi
topik utama, baik di media cetak seperti surat kabar dan majalah maupun media
elektronik seperti Televisi dan Radio. Tidak ketinggalan media internet seperti
website, blog maupun microblog membahas tentang Tim nasional.
Tapi dalam hal ini proses komunikasi tidak terjadi secara sekunder saja
namun secara primer juga. Bisa dikategorikan termasuk proses komunikasi primer
karena selama Kejuaraan AFF 2010 terjadi proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna,
dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran
dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
15
Pesan verbal (bahasa) ini dapat dilihat ketika tim nasional sedang
melakukan press conference atau wawancara dengan media. Dimana ketika
berbicara apa yang mereka katakan mengandung pesan-pesan tertentu. Pesanpesan yang mereka katakan ini bertujuan untuk membangun kesan positif di mata
khalayaknya. Pesan dalam komunikasi akan dapat diterima dengan baik bila
komunikator pandai dalam melihat siapa yang menjadi sasaran dari pesannya.
Seorang Public Relation adalah orang yang mampu membuat perencanaan dan
pengelolaan pesan guna membuat persepsi yang positif tentang organisasi atau
perusahaan dalam hal ini tim nasional.
2.2
Public Relations
Cutlip, Center dan Broom11 mengatakan bahwa Public Relations
merupakan salah satu fungsi manajemen yang menilai sikap publik, merumuskan
kebijakan dan peraturan dari seseorang atau suatu organisasi publik, serta
merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian
dan dukungan publik Menurut (British)Institute of Public Relations (IPR)
12
definisi Public Relations (PR) adalah :
“Praktek humas atau PR adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan
11
Scott M. Cutlip, Allen H.Center, Glenn M. Broom, Effective Public Relations,
8 ed. New Jersey : Prentice Hall. 1999. hal.4
th
12
Frank Jefkins, Public Relations, Terj. Haris Munandar . Jakarta : Erlangga.
1996. hal 8
16
memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
segenap khalayaknya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dilihat bahwa memang sudah menjadi
kewajiban seorang Public Relation membuat suatu program atau perencanaan
guna memberikan pesan yang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Terkait dengan hal ini adalah seorang PR dari PSSI harus mampu menjalankan
tugasnya untuk menciptakan kesepahaman antara organisasi dengan khalayaknya.
Menurut Seitel P. Fraser
13
dalam buku The Practice of Public Relations:
“Public Relations is a planned and sustainable process to influence public
opinion through sound character and proper performance, based on mutually
satisfactory two-way communication.”
(Hubungan masyarakat (Humas) atau Public Relations (PR) adalah
perencanaan dan proses yang mendukung untuk mempengaruhi opini klahalayak
melalui karakter suara dan penampilan yang sesuai didasari saling memuaskan
komunikasi dua arah).
Seorang Public Relation harus dapat membuat perencanaan yang dapat
memuaskan kedua belah pihak melalui komunikasi dua arah. Maksudnya disini
untuk mencapai tujuannya mempengaruhi khalayak, PR tidak hanya sekedar
melakukan komunikasi satu arah dengan terus menerus memberikan informasi
tapi juga harus melihat bagaimana respon masyarakat menyikapi hal tersebut agar
13
Fraser P. Seitel. The Practice of Public Relations. Upper Saddle River, NJ:
Pearson Prentice Hall. 2007 Hal 29
17
nantinya bisa dijadikan bahan masukan membuat program perencanaan yang lebih
baik guna kepentingan organisasi atau perusahaan.
Sedangkan British Institute of Public Relations
14
mendefinisikan PR
adalah “It is planned and sustained effort to establish and maintain goodwill and
mutual understanding, between an organizarion and its public”. Jadi kata kunci
aktivitas PR adalah untuk membangun saling pengertian yang saling
menguntungkan antara publik dan organisasi yang diwakili Public Relations.
Hal serupa diungkapkan Dr. Melvin L. Sharpe
Relations
harmonizes
long-term
relationships
15
, “The process of Public
among
individuals
and
organizations in society.” (Proses PR mengharmonisasikan hubungan jangka
panjang diantara individu dan organisasi dalam masyarakat)
Bagaimana proses upaya terencana dan berkesinambungan itu dapat
berjalan baik sesuai dengan “kesepakatan” bersama kedua pihak (organisasi dan
khalayak), maka menurut Melvin L. Sharpe
16
ada lima prinsip untuk
mengharmonisasikan hubungan jangka panjang antara perusahaan dengan
publiknya:
14
Bertrand. R. Canfield, Public relations; principles, cases, and problems. R. D.
Irwin. 1968. Hal 389.
15
Allen H Center, Patrick Jackson, and Melvin L. Sharpe. Public Relations
Practices : Managerial Case Studies and Problems. 6th ed. New York: Prentice Hall.
2002. Hal 15
16
Ibid. Hal 9
18
1. Komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas
2. Keterbukaan dan konsistensi terhadap langkah-langkah yang diambil
untuk memperoleh keyakinan orang lain
3. Langkah-langkah yang fair untuk mendapatkan hubungan timbal balik
dan goodwill
4. Komunikasi dua arah yang terus menerus untuk mencegah
keterasingan dan untuk membangun hubungan
5. Evaluasi dan riset terhadap lingkungan untuk menentukan langkah
atau penyesuaian yang dibutuhkan bagi social harmony
Saling pengertian antara korporasi atau organisasi dan masyarakat,
berkembang melalui hubungan baik antara keduanya. Adapun hubungan baik ini
terjadi apabila terselenggara komunikasi yang baik pula (public relationship).
Dari situlah terbentuk citra korporasi atau organisasi (corporate image) di mata
pihak luar.17
Berdasarkan tujuan kegiatan yang dirumuskan oleh seorang praktisi
Public Relations (PR), Dr. Carter McNamara
18
yaitu humas sebagai aktivitas
berkelanjutan untuk menjamin perusahaan memiliki citra yang kuat di mata
publik.
17
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu. Bagaimana Mengelola Media
Korporasi Organisasi.. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2000. Hal. 42
18
Yosal Iriantara. Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media. 2005. Hal.9
19
Lingkup fungsi dan tugas public relations adalah untuk menggiring
persepsi atau opini publik terhadap perusahaan yang diwakilinya untuk
memperoleh identitas dan citra perusahaan (corporate identity and good image)
yang baik.19 Fungsi dan peran utama PR (Public Relations), yaitu sebagai:
1.
Communicator
Yaitu melaksanakan kegiatan komunikasi dua arah sehingga terbina
hubungan yang harmonis/ serasi antara organisasi dan publiknya. Kemampuan
sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui media
cetak, elektronik dan lisan (spoke person) dan sebagainya, disamping itu juga
bertindak sebagai mediator dan persuador
2.
Back-up management
Melaksanakan dukungan atau menunjang kegiatan lain, seperti bagian
manajemen promosi, pemasaran, operasional, personalia dan sebagainya untuk
mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok perusahaan/
organisasi. Dengan kata lain, memberikan dukungan dan menunjang kegiatan
setiap departemen dalam perusahaan untuk mencapai misi atau sasarannya.
19
Rosady Ruslan, Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan
Pemulihan Citra, Edisi Kedua . Jakarta : Ghalia Indonesia. 1999. hal. 13
20
3.
Image Maker
Menciptakan, memelihara dan meningkatkan suatu citra atau publikasi
yang positif merupakan prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi
aktivitas public relations di dalam melaksanakan managemen Kehumasan suatu
lembaga/ organisasi dan produk yang diwakilinya.
Tujuan Public Relations adalah membentuk citra positif dari masyarakat
terhadap perusahaan. Istilah yang sering digunakan di dunia kehumasan adalah
favourable image (citra yang menguntungkan).
Tim nasional Indonesia seharusnya mempunyai citra yang baik di mata
publik dan sudah menjadi tugas Badan kehumasan PSSI untuk menciptakan hal
itu. Citra yang positif dapat terbentuk bila program perencanaannya dilakukan
secara berkesinambungan.
2.3
Citra
Pengertian citra menurut Philip Kotler 20 yaitu,
“Image is the set of beliefs, ideas and impressions a person holds
regarding an object. People’s attitude and actions toward an object are highly
conditioned by that objects’s image”.
20
Philip Kotler dan Gary Armstrong.. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 1, Edisi
Bahasa Indonesia dari Principles of Marketing 7e, Terj. Alexander Sindoro, Jakarta :
Prenhallindo. 1997. Hal 6
21
Secara garis besar bahwa citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan
kesan seseorang terhadap suatu objek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang
terhadap suatu objek akan ditentukan oleh citra objek tersebut yang menampilkan
kondisi terbaiknya
Pernyataan Kotler menunjukkan bahwa citra adalah serangkaian anggapan,
ide, dan kesan seseorang terhadap suatu objek sehingga memungkinkan antara
seseorang dan orang lainnya mempunyai kesan yang berbeda terhadap objek
perusahaan, hal ini tergantung dari pengalaman dan hubungan terhadap
perusahaan.
Tim nasional dipandang sebagai suatu organisasi sebaiknya mempunyai
citra yang positif, karena dapat dikatakan bahwa atlet tim nasional adalah
kumpulan individu yang tidak hanya mewakili timnya namun juga mewakili
negaranya. Dukungan dari publik bisa didapat ketika tim nasional sendiri dapat
menunjukkan prestasinya. Prestasi yang baik bisa terbentuk tidak hanya karena
kemampuan pemain di lapangan tapi juga diaplikasikan di luar lapangan. Setiap
pemain Tim nasional harus mempunyai Attitude yang positif.
Menurut Rosady
21
, Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan
reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat atau
public relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak dan tidak dapat diukur secara
matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk.
21
Rosady Ruslan. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsepsi
dan Aplikasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003. hal 75
22
Biasanya landasan citra itu berakar dari “nilai-nilai” kepercayaan yang
konkretnya diberikan secara individual, dan merupakan pandangan atau persepsi.
Citra yang ditangkap oleh seseorang bisa berbeda-beda karena citra adalah hasil
gabungan dari semua kesan yang didapat oleh tiap-tiap individu, baik itu dengan
cara melihat nama, mengamati perilaku, mendengar, atau membaca suatu aktivitas
atau melebihi bukti material lainnya.22
Citra adalah apa yang tertanam dalam pikiran kita tentang sesuatu hal, jadi
citra merupakan suatu gambaran yang ada di pikiran kita. Selain itu masih ada
beberapa pendapat yang mendefinisikan makna citra atau image antara lain23:
a.
Bill Canton: citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap
perusahaan; kesan yang sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau
organisasi.
b.
Jalaluddin Rachmat: seorang pakar ilmu komunikasi mengartikan citra
sebagai penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan
realitas, citra adalah dunia menurut persepsi.
c.
Frank Jefkins: citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan
dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan.
Citra organisasi atau perusahaan dalam hal ini Tim nasional Indonesia
tidak muncul begitu saja. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan
22
Ibid Hal 12
Lidya F. Anata R, skripsi Pengembangan Citra Pribadi Pesohor melalui
Upaya-upaya Publisitas (Kasus : Pesohor Glenn Fredly). Depok: Program Studi Humas
Ekstensi. 2005. Hal 17
23
23
citra tersebut, salah satunya adalah pengetahuan. Seseorang dapat mempunyai
persepsi tentang sesuatu jika orang tersebut mempunyai pengetahun dan
pemahaman yang tinggi mengenai Tim nasional.
Seperti yang dikatakan Philip Henslowe 24, image atau citra di definisikan
sebagai berikut :
“The Impression gained according to the level of knowledge and
understanding of fact (about people, product or situation)”
(citra adalah kesan tentang orang, produk atau situasi yang ditimbulkan dari
tingkatan pengetahuan dan pemahaman dari kenyataan yang ada)
Dan seperti yang dikatakan oleh Rhenald Kasali 25, citra adalah kesan yang
timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan, pemahaman itu sendiri muncul
karena adanya informasi. Oleh karena itu penting bagi PR untuk selalu mengelola
informasi yang positif.
Menurut Frank Jefkins 26, ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal
di dunia aktivitas PR antara lain:
1. Citra bayangan (mirror image) yaitu citra yang melekat pada orang dalam atau
anggota-anggota
organisasi,
biasanya
adalah
pemimpinnya,
mengenai
anggapan pihak luar tentang organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat
bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi,
24
Ibid, Hal. 81
Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations: konsep dan aplikasinya di
indonesia, Jakarta:Pustaka Utama Grafiti. 2005. hal 28
26
Frank Jefkins, Public Relations, Terj. Haris Munandar . Jakarta : Erlangga.
2003. hal 15
25
24
pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki kalangan dalam perusahaan ini
mengenai pendapat atau pandangan dari pihak luar. Citra ini cenderung positif.
2. Citra yang berlaku (current image) yaitu suatu citra atau pandangan yang dianut
oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya dengan
citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang sesuai
dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau
pengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak
memadai. Biasanya citra ini cenderung negatif.
3. Citra yang diharapkan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan dan
berusaha dibentuk oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan
citra sebenarnya. Citra yang diharapkan ini memang sesuatu yang berkonotasi
lebih baik. Citra yang diharapkan itu biasanya dirumuskan dan diperjuangkan
untuk menyambut sesuatu yang relatif baru yaitu bila orang-orang belum
memiliki informasi yang memadai mengenainya.
4. Citra perusahaan (corporate image) adalah citra dari suatu organisasi secara
keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk atau pelayanannya. Citra
perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah atau riwayat hidup
perusahaan yang gemilang, keberhasilan, dan stabilitas di bidang keuangan,
kualitas produk, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi
sebagai pencipta lapangan kerja, kesediaan turut memikul tanggung jawab
sosial, dan komitmen mengadakan riset.
25
5. Citra majemuk (multiple image) adalah keseluruhan citra (yang berbeda-beda)
yang terbentuk di benak publik.
Pembentukan citra memiliki banyak fungsi terhadap orang atau organisasi
yang berkepentingan, antara lain:27
1. Menciptakan public understanding. Pengertian belum berarti persetujuan, dan
persetujuan belum tentu penerimaan. Dalam hal ini, individu berusaha untuk
memberikan pemahaman kepada publik tentang dirinya, dengan tujuan publik
memiliki pengetahuan yang cukup tentang dirinya.
2. Public confidence (adanya kepercayaan publik terhadap organisasi). Publik
percaya bahwa hal-hal yang berkaitan dengan organisasi atau individu adalah
benar adanya apakah itu dalam hal kualitas produk/jasanya, aktifitas-aktifitas
yang positif, reputasi baik, perilaku manajemennya dapat diandalkan, dsb.
3. Public
Support
(adanya
unsur
dukungan
dari
publik
terhadap
organisasi/individu). Publik dapat memberikan dukungan dengan membeli
produk, jasa, ataupun memberikan sumbangan pemikiran terhadap kemajuan
organisasi atau individu.
4. Public cooperation (adanya kerjasama dari publik terhadap organisasi atau
individu). Jika ketiga tahapan diatas dapat terlalui, maka akan mempermudah
adanya kerja sama dari publik yang berkepentingan terhadap suatu organisasi
atau perusahaan, guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama.
27
S.k. Bonar. Hubungan Masyarakat Modern, Jakarta : Rieka Cipta. 1987 hal 21
26
Frank Jefkins
28
mengatakan sebuah citra positif dapat dianalisis melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut :
Gambar 2.2
Proses Transfer PR
(citra negatif)
(citra positif)
Hostility
Symphathy
Prejudice
Acceptance
Apathy
Interest
Ignorance
Knowledge
Sumber : Frank Jefkins. Public Relations. 2007
1.
Hostility : Adanya rasa permusuhan dari publik, harus dapat diubah menjadi
suatu simpati.
Symphathy: Suatu pernyataan yang dikemukakan publik terhadap organisasi
atau individu tentang rasa senang, kesediaan mendukung dan membantu.
28
Frank Jefkins, Public Relations, Terj. Haris Munandar . Jakarta : Erlangga.
2007. hal 59
27
2.
Prejudice : Adanya prasangka negatif dari publik. Prasangka ini akan
membuat semua hal yang dilakukan oleh organisasi atau individu
mendatangkan sikap yang antipati.
Acceptance: Publik menerima kehadiran organisasi tanpa adanya suatu
prasangka negatif
3.
Apathy
: Publik bersikap tidak peduli terhadap semua kegiatan yang
dilakukan oleh organisasi atau individu. Keadaan ini harus diubah, agar
publik berminat kepada segala aktifitas yang dilakukan oleh organisasi atau
individu.
Interest
:
Timbulnya
rasa
yang menyebabkan
publik
mempunyai
kepentingan terhadap kehadiran organisasi atau individu tersebut.
4.
Ignorance : Ketidaktahuan publik mengenai organisasi atau individu
membuat mereka tidak mempunyai informasi yang lengkap tentang
keberadaan dan keuntungan dari adanya organisasi atau individu tersebut.
Knowledge: Pengetahuan yang baik dan menyeluruh tentang keberadaan
organisasi atau individu, untuk mengurangi adanya disinformasi.
Berdasarkan pembahasan dari teori-teori diatas dapat dilihat bahwa
komunikasi yang disampaikan oleh seorang PR bertujuan untuk membentuk citra
yang negatif menjadi positif, membangun citra, dan mempertahankan citra,
khususnya citra tim nasional Indonesia dimata wanita.
Download