Ringkasan Khotbah - 04 November 2012 Depresi Rohani Mzm. 43:1–5 Pdt. Andi Halim, M.Th. Martin Lloyd Jones adalah seorang hamba Tuhan yang mendirikan London Theological Seminary di London. Ia merupakan seorang yang sangat Reformed. Salah satu buku karangannya adalah “Buluh yang Terkulai: Penyebab dan Terapi Depresi Rohani.” Buku inilah yang akan kita bahas hari ini. Beberapa orang mengatakan bahwa gereja Reformed hanya membahas hal-hal doktrinal dan kurang membahas hal-hal praktis. Pandangan seperti ini keliru karena spirit reformed adalah pembaharuan terus-menerus. Jika diperbarui terus-menerus berarti ada kehidupan, ada pergerakan dan tidak berhenti hanya pada pengetahuan saja tetapi juga menjadi sesuatu yang ada perubahan. Banyak orang senang hal yang praktis karena langsung bisa dipraktekkan. Praktis itu bagus tetapi ada bahaya yaitu meninggalkan hal yang prinsip. Meninggalkan hal yang prinsip dan menekankan pada hal yang praktis disebut pragmatis. Manusia zaman sekarang bersifat pragmatis. Pragmatisme menjadi negatif karena meninggalkan hal-hal prinsip.Misalnya saja pembelaan terhadap kaum homoseks. Beberapa negara sudah melegalkan pernikahan homoseks di gereja. Bahkan ada pendeta yang dituntut karena menolak memberkati pernikahan homoseksual. Kita seringkali menilai orang yang depresi adalah orang yang kurang rohani. Orang yang matang dan stabil secara rohani tidak mungkin mengalami stres. Dalam buku Martin Lloyd Jones dikatakan bahwa depresi tidak hanya dialami oleh orang yang kurang rohani. Memang banyak orang yang tidak rohani mengalami stres, tetapi buku ini mau menunjukkan bahwa depresi juga dialami oleh semua orang yang matang secara rohani. Depresi juga dialami oleh orang yang dipakai oleh Allah. Banyak orang tertarik menjadi Kristen karena diyakini bahwa dalam kekristenan penuh sukacita, dan kedamaian. Hal tersebut menjadi daya tarik kekristenan. Hal ini bertentangan dengan apa yang dikatakan Paulus. Dalam Roma 9:1–3 Paulus mengatakan bahwa ia senantiasa berdukacita dan bersedih hati. Sedangkan dalam Fil. 4:4 Paulus mengatakan supaya bersukacita senantiasa. Mengapa 1/4 Ringkasan Khotbah - 04 November 2012 sepertinya Paulus mengatakan dua hal yang berbeda? Dalam membaca Firman Tuhan kita harus memperhatikan konteksnya. Dalam Fil. 4 konteksnya rasul Paulus sedang dipenjara, dan dia mau menghibur jemaat supaya bersukacita dan tidak bersedih hati, karena kita sudah dimerdekakan oleh Kristus, dan injil tetap dapat diberitakan di penjara sekalipun. Dalam Roma 9 konteksnya adalah keprihatian rasul Paulus melihat bangsa Israel yang merupakan bangsa pilihan tetapi tidak mau mengenal Allah yang benar. Menjadi seorang Kristen tidak berarti selalu senang, damai, dan tidak ada penderitaan ataupun depresi. Ada orang Kristen mengatakan dalam menggumulkan kehendak Tuhan dari hatinya, apakah ia merasa nyaman, tenang dan sukacita? Jika ia merasakan hal-hal tersebut maka ia sudah melakukan kehendak Allah. Jika ia tidak merasakan hal-hal tersebut maka ia tidak melakukan kehendak Tuhan. Tetapi hal ini salah, karena perasaan manusia itu relatif. Kehendak Allah hanya bisa diketahui dari firman Tuhan. Orang yang melakukan kehendak Allah justru hatinya seringkali tidak tenang dan keresahan. Tetapi jangan disamaratakan bahwa ini berarti semua orang yang mendapat tantangan dan tidak tenang hatinya sedang di dalam Tuhan. Orang yang akan melakukan kejahatan juga tidak tenang hatinya. Orang yang melakukan kebenaran pasti merasa tidak tenang, karena pasti banyak musuh dalam melakukan kebenaran. Bisa jadi orang yang melakukan hal yang tidak benar merasakan kedamaian karena sudah terbiasa. Karena itulah perasaan kita tidak bisa menjadi ukuran kebenaran. Orang Kristen adalah orang yang menjadi prajurit Kristus dan masuk dalam peperangan rohani. Peperangan melawan roh jahat di udara. Tidak mungkin orang yang sedang dalam peperangan merasakan ketenangan dan kedamaian. Orang Kristen yang hanya mencari ketenangan dan kedamaian berarti berorientasi segala sesuatu bagi kepentingan diri. Orang seperti itu tidak pernah benar-benar merasa puas dalam hidupnya, karena ia hanya mencari kenyamanan bagi dirinya sendiri. Epikuros hidup 300 tahun sebelum Yesus lahir. Ia merumuskan hidup yang berbahagia adalah apabila seseorang puas dan keinginannya tercapai. Epikuros juga mengetahui bahwa manusia itu serakah dan tidak pernah puas sehingga manusia sulit bahagia. Manusia sulit bahagia karena terlalu serakah. Karena itu menurut Epikuros jika manusia ingin bahagia jangan punya banyak keinginan dan standar keinginannya diturunkan. Sehingga orang yang paling berbahagia adalah orang yang tidak punya keinginan lagi. Tetapi apakah ada orang yang tidak punya keinginan lagi? Manusia memang tidak bisa berbahagia. Karena jika ia sudah mendapatkan apa yang diinginkan lama kelamaan ia juga akan bosan. Manusia selalu menginginkan hal yang lebih. Jadi apa itu kebahagiaan? 2/4 Ringkasan Khotbah - 04 November 2012 Dalam Mzm. 43 bagaimana pemazmur menghadapi kehidupan yang penuh stress dan tantangan? Beberapa penafsir mengatakan bahwa Mazmur ini ditulis oleh Daud. Tidak ada dasar yang pasti mengenai hal ini. Tetapi jika benar Mazmur ini ditulis oleh Daud maka kita bisa belajar beberapa hal dari kehidupan Daud. Kehidupan Daud bukan kehidupan yang nyaman, ia dikejar-kejar oleh raja Saul yang ingin membunuhnya karena iri hati. Ini terjadi karena Daud dinubuatkan akan menggantikan Saul, sehingga Saul ingin membunuh Daud dan mengejarnya kemanapun ia pergi. Bagaimana sikap Daud dalam menghadapi ketegangan dan depresi dikejar oleh Saul? Daud tidak pernah ingin melawan Saul. Meskipun ada beberapa saat di mana Daud bisa membunuh Saul Daud tidak mengambil kesempatan tersebut dan mengampuni Saul. Daud mempunyai jiwa yang berani. Ini terbukti saat ia melawan Goliat di mana orang lain tidak ada yang berani melawannya, bahkan Saul pun tidak berani melawan Goliath. Daud tidak membunuh Saul bukan karena ia tidak berani melawan Saul tetapi karena Saul sudah diurapi oleh Allah. Daud mengalami depresi dalam ketaatannya kepada Allah. Ia harus taat kepada Allah meskipun dikejar-kejar oleh Saul yang ingin membunuhnya. Peristiwa lain yang patut kita lihat adalah saat Daud dilawan oleh Absalom, anaknya sendiri. Absalom melawan Daud dengan terlebih dahulu mengambil hati rakyat Israel. Absalom pun punya kepercayaan diri untuk melawan ayahnya sendiri. Reaksi Daud sebagai raja yang berkuasa dalam menghadapi Absalom bukan melawan tetapi menyerahkan takhtanya kepada anaknya. Daud turun takhta bukan karena ia tidak punya kekuatan, tetapi karena ia berpikir ini adalah momen bagi Tuhan untuk menghukum dan mendidiknya. Hal ini merupakan cobaan yang berat bagi Daud. Tuhan bermaksud mendidik Daud untuk tidak mengandalkan kekuatan dirinya sendiri. Saat Daud membunuh Goliat pun ia dituntun oleh Tuhan. Hanya Tuhan sajalah yang menjadi pelindung dan penolong yang sejati. Karena itulah Tuhan mengijinkan umat-Nya mengalami tekanan yang besar dan depresi. Meskipun kita berjalan dalam kebenaran pun, banyak orang yang ingin mencelakakan dan membenci kita. Hal ini tidak mengherankan, karena semua orang yang berada dalam kebenaran selalu dibenci oleh dunia. Rasul-rasul yang memberitakan kebenaran mati sebagai martir. Para Nabi yang dipakai oleh Tuhan tidak ada yang bersenang-senang dan hidup tanpa masalah. Para Nabi hidup dengan penuh keprihatinan dan depresi yang berat dalam menghadapi bangsa Israel yang tegar tengkuk dan selalu menentang Allah. Jadi orang Kristen yang hanya mencari ketenangan dan kedamaian adalah orang Kristen yang tidak mengerti arti kekristenan yang sebenarnya dan hanya berorientasi pada kepuasan diri. Mari kita mengubah konsep kita, masuk gereja bukan untuk mencari ketenangan dan kedamaian, tetapi di gereja kita dididik untuk menjadi prajurit yang siap menghadapi peperangan dan depresi. Orang yang 3/4 Ringkasan Khotbah - 04 November 2012 mencari kepuasan dalam gereja lama-lama akan bosan dan mencari tempat lain yang bisa menghiburnya. Orang Kristen termasuk Reformed pun tidak dijamin bisa menjadi prajurit yang siap menghadapi penderitaan bersama Kristus. Hanya sedikit orang yang mau menderita demi Kristus. Umumnya orang mencari kenyamanan dirinya sendiri. Martin Lloyd Jones mengatakan “Orang-orang sekarang tidak tertarik pada kebenaran, mereka lebih tertarik kepada hasil”. Hasil apa yang akan aku dapat. Bukan kebenaran yang dicari. Jika kebenaran yang dicari ia akan mencari apa yang dipertanggungjawabkan di depan Tuhan, bukan apa yang menyenangkan hati saya. (Transkrip belum diperiksa oleh pengkhotbah, MD). 4/4