Parkia javanica dan Efek Farmakologinya 1. Pendahuluan1,2 Parkia Javanica atau yang sering disebut sebagai tanaman Kupang merupakan tanaman yang berasal dari Filipina dan memiliki banyak sekali kesamaan dengan jenis parkia yang lain. Tanaman ini sering disebut juga sebagai kedawung untuk spesies yang berasal dari Indonesia. Berbagai nama melekat pada tanaman ini antara lain sataw, kupang dan kedawung sendiri. Kedawung (Parkia javanica) termasuk satu diantara 30 spesies tumbuhan obat langka Indonesia dengan status kelangkaan dan ancaman “jarang”. Pohon kedawung merupakan pohon raksasa hutan, batangnya besar, lurus dan tinggi di hutan, pohon ini merupakan salah satu jenis pohon yang tertinggi dibanding dengan jenis-jenis pohonpohon yang lain di hutan. Umumnya pohon kedawung hidup di hutan pada lereng-lereng yang terjal, dan pohon kedawung raksasa ini memberi sinyal kepada kita bahwa dia diciptakan Tuhan tumbuh di lereng-lereng bukit yang terjal untuk melaksanakan tugas mulia melindungi tanah dari erosi dan longsor. Pohon kedawung mempunyai akar papan yang tingginya bisa mencapai 5 m, sehingga kalau ada erosi tanah dan longsor pohon kedawung langsung menangkap tanah, menahan dan menghentikan erosi dan longsor. Hampir seluruh bagian dari kedawung, yaitu mulai dari akar sampai daun dan buah bermanfaat untuk obat, terutama untuk obat penyakit perut. Pada berbagai literatur diketahui bahwa daun kedawung dapat digunakan sebagai obat sakit perut nyeri dan mulas; bijinya dapat digunakan sebagai obat untuk nyeri haid, kejang-kejang pada waktu haid, atau akan bersalin, demam nifas, kholera, mulas, masuk angin, antidiare, mencret, sakit perut, karminatif, borok, kudis, luka, sakit pinggang, sakit jantung mengipas, cacingan, radang usus, penguat lambung dan cacar air; dan kulitnya dapat digunakan sebagai obat kudis. Dikemukakan bahwa polongnya setelah ditumbuk dengan air dipakai sebagai sampo untuk mencuci kepala. Biji yang tua sebagai obat penyakit 1 kolera. Orang melayu menggunakan biji kedawung sebagai obat penyakit kolik dan obat penguat lambung. Kedawung oleh masyarakat Afrika dijadikan sebagai lambang pohon kehidupan di sana, karena penggunaannya yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat yang meliputi semua bagian mulai dari akar, kulit, kayu, daun, polong/pond, biji, dan bunga yang digunakan dalam pembuatan makanan atau minuman sampai pada pengobatan tradisional. 2. Klasifikasi Tanaman1,2 Parkia javanica termasuk ke dalam tanaman biji-bijian atau polong-polongan dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae (suku polong-polongan) Genus : Parkia Spesies : Parkia javanica (Lam.) Merr. 3. Nama Lain Tanaman Untuk nama latinnya sendiri Parkia javanica memiliki beberapa sinonim yaitu : a. Acacia javanica DC. b. Acacia niopa Lianos c. Gleditsia javanica Lam. d. Inga timoriana DC. e. Mimosa biglobosa Roxb. f. Mimosa peregrina Blanco 2 g. Parkia roxburghii G. Don h. Parkia timoriana (DC.) Merr. Nama ini didasarkan atas berbagai varietas dari parkia dan dari mana asal atau tempat tumbuh dari parkia tersebut. Nama umum lain dari Parkia javanica terlihat pada table di bawah ini : Daerah Nama Umum Indonesia Kedawung, peundeuy (Sunda) Melayu Petai kerayung Inggris Sataw Thailand Karieng Filipina Kupang, amarang Taiwan Qui hua dou Inggris Tree Bean Nama Lainnya Amarang, Bagoen, Balaiuak, Kapang Tabel 3.1. Nama Umum Parkia javanica 4. Morfologi Tanaman 4.1. Habistus Kedawung berhabistus pohon, tinggi 20-40 meter. Gambar 4.1. Pohon Parkia javanica 3 4.2. Akar dan Batang Akar : tunggang, coklat. Batang : Berkayu, tegak, permukaan licnopodial, diameter batang ± 30 cm masih muda coklat setelah tua putih kotor. 4.3. Daun, Bunga, Buah dan Biji1,2 Daun : Daun Majemuk, tangkai daun berkelenjar, pada cabang pertama terdapt 1542 pasang Bunga : Bunga majemuk, bentuk malai, bunga jantan, dengan benag sari sepuluh, terletak dekat tangkai, bunga lainnya berkelamin dua dengan 10 benang sari dan satu putik, bunga berwarna kuning. Buah : Buah polong, panjang 20-36 cm, lebar 3-4,5 cm, terdapat 15-21 biji, berwarna hitam. Biji : Biji bulat telur, pipih, panjang 1-2 cm, lebar ± 1,5 cm, keras, tebal 1,5-2 mm, bagian tengah berbintik-bintik, bagian tepi halus, coklat tua sampai hitam. (A) (B) (C) (D) Gambar 4.2. Daun (A), Bunga (B), Buah (C) dan Biji (D) Parkia javanica 5. Kandungan Kimia1,2,3,4,9 Daun, biji dan kulit batang kedawung mengandung saponin dan flavonoida, di samping itu daun dan kutit batang juga mengandung tanin. 4 Kandungan kimia yang berhasil diisolasi adalah beberapa glikosida iridoid yaitu Javanicosides A dan B yang berhasil diisolasi dari daun dan akar dari Parkia javanica. Dengan pemeriksaan secara analisis spectroscopic (MS, ID, dan 2D NMR) struktur dari iridoid adalah 8-O-p-hydroxybenzoyl-60-O-p-coumaroyl-mussaenosidic acid. Gambar 5.1. Hubungan Struktur Javanicoside A (1) dan Javanicoside B (2) yang Diidentifikasi dengan KLT Penelitian mengenai kandungan kimia dan aktivitas farmakologi secara spesifik dari Parkia javanica masih sangat sedikit, oleh karena itu pada bab berikutnya penulis akan membahas kandungan kimia Iridoid yang merupakan kandungan yang sudah terbukti memiliki aktivitas farmakologi yang cukup banyak. 5.1. Iridoid5 Kandungan yang memiliki khasiat dari Parkia javanica adalah iridoid. Sebenarnya zat ini banyak ditemukan pada tanaman dari jenis tanaman dikotil, dan sudah ditemukan lebih dari 12 jenis iridoid yang sudah berhasil diisolasi termasuk javanicoside A dan B yang terdapat pada Parkia javanica. Iridoids diproduksi oleh tanaman terutama sebagai pertahanan terhadap herbivora atau melawan infeksi oleh mikroorganisme. 5 Iridoid merupakan monoterpenes biosynthesized dari isoprena dan zat ini sering menjadi perantara dalam biosintesis alkaloid. Struktur kimia Iridoids biasanya terdiri dari sebuah cincin cyclopentane fusi heterocycle oksigen beranggota enam. Struktur kimia dicontohkan oleh iridomyrmecin, bahan kimia defensif yang dihasilkan oleh genus Iridomyrmex, yang diberi nama iridoids. Pembelahan ikatan dalam cincin cyclopentane menimbulkan subclass dikenal sebagai Seco-iridoids, seperti amarogentin. Iridoids biasanya ditemukan pada tanaman sebagai glikosida, paling sering terikat dengan glukosa. Kekhasan struktur iridoid adalah rangka siklopentan ( C )- piran, memiliki karbosiklik dasar dan mengalami pemutusan oksidatif. Struktur ini mempresentasikan kelompok bioaktif monoterpenoid, dengan empat derivatnya : 1. Iridoid Glikosida 2. Iridoid Sederhana (nonglikosidik) 3. Sekoiridoid 4. Bisiridoid Ditinjau dari prekursornya, iridoid monoterpen berasal dari geranil pirofosfat atau dibiosintesis dari isoprene. Khusus sekoiridoid banyak ditemukan dalam bentuk glukosida atau modifikasinya dalam bentuk sekoiridoid - indol - alkaloid. Karena memang ada juga iridoid yang bersumber dari intermediet biosintesis suatu alkaloid. Informasi ini perlu pendekatan biokimia yang lebih mendalam. Struktur iridoid pada Parkia javanica termasuk dalam iridoid dengan ikatan glikosida seperti terlihat pada gambar 5.1. di atas. Iridoids berbeda dengan flavonoids. Iridoid relatif stabil dibanding polyphenols. Iridoids disintesa oleh tanaman dengan langkah biokimia yang berbeda yang membuatnya hampir sama dengan sekelompok phytokimia I. 6 Gambar 5.2. Struktur Dasar Iridoid (Iridomyrmex) 6. Bagian Tanaman yang Digunakan Daun dan akar Parkia javanica atau sinonimnya 7. Aktivitas Farmakologi Iridoid Secara empiris banyak sekali manfaat iridoid untuk kesehatan yaitu neuroproteksi antikanker, antiInflamasi, antioksidan, imunomodulator, antimikroba, hapatoproteksi, hipoglikemik, kardioproteksi, hipolipidemik, koleretik, antispasmodic, laksatif dll. 7.1. Iridoid Sebagai Antiinflamasi5,7 Banyak cara kerja antinflamasi dari iridoid meliputi beberapa mekanisme di bawah ini, yaitu : a. Peningkatan produksi dari eicosanoid dan migrasi interluikin dan lekosit ke daerah inflamasi. b. Penekanan sintesis PGE-2 c. Penekanan akitivasi dari NFk-B d. Pengaturan sitokin-sitokin proinflamasi yaitu IL-1, IL-2, IL-6, IL-8 dan mediator proinflamasi yaitu ICAM, COX-2 dan iNOS. e. Pencegahan sintesis dari TNF-alpha yang diinduksi oleh LPS. f. Inhibisi bisosistesis leukotrien. g. Dan meningkatkan fosforilasi ERK. h. Inhibisi produksi NO. Pada penelitian in vitro yang dilakukan oleh Kyoung Sik Park dkk, terhadap beberapa jenis iridoid menunujukkan adanya potensi inhibisi terhadap beberpa enzim 7 yang menyebabkan inflamasi. Pada penelitian ini peneliti melakukan pengukuran kadar enzim COX-1 dan 2, pembentukan TNF-α dan produksi nitric oxide (NO). Pada akhir penelitian terlihat terlihat adanya inhibisi dari enzim COX-1 dan 2, Supresi pembentukan TNF-α dan supresis pada produksi NO. Pada penelitian ini memang tidak melibatkan javanicoside A dan B, tetapi terlihat bahwa sebagian besar iridoid memiliki akitivitas antiinflamasi dengan mekanisme di atas. 7.2. Iridoid Sebagai Anti Kanker5,8 Peneletian iridoid sebagai anti kanker akhir-akhir ini untuk melihat kemungkinan mekanisme iridoid sebgai anti proliferative sampai kepada jalur STAT3 signaling untuk beberapa tumor yaitu kanker prostat DU 145 cells, kanker payudara MDA-MB 231 cells, dan Leukimia myelogenous kronis U-266 cells. Pada penelitian ini terlihat bahwa iridoid tunggal tidak bisa bekerja sebagai antiproliferatif pada sel tumor, sedangkan produk iridoid yang terhidrolisa (H-iridoid) menunjukkan efek yang signifikan sebagai antiproliferasi, memiliki efek sitotoksisitas, dan efek inhibisi pada STAT3 pada sel kanker prostat DU145. 7.3. Iridoid Sebagai Antioksidan6,7,8 Sebuah penelitian in vitro yang dilakukan oleh Brett West terhadap terhadap iridoid dari jenis yang terhidrolisa (H-iridoid) dengan menggunakan metode ORAC , DPPH, Fe3+ reducing power terlihat adanya aktivitas antioksidan dan mengaktifkan enzim-enzim antioksidan pada tubuh seperti glutathione peroxidase dan catalase. 7.4. Efek Iridoid pada Penggunaan Topikal5,8 Pada penelitian in vitro yang menggunakan sel fibroblast kulit manusia, iridoid dapat meningkatkan procolagen tipe I C-terminal peptide (PICP) dan gycosaminoglycans (GAGs). Selain itu iridoid memeliki potensiasi sebagai antioksidan penangkap radikal bebas. Pada penelitain lain penggunaan topikal ektrak yang mengandung iridoid menunjukkan inhibisi dari enzim elastase manusia, yaitu enzim yang dapat menurunkan elastisitas pada kulit bila dalam jumlah yang besar. Efek yang lain pada penggunaan iridoid topikal adalah sebagai anti-tyrosinase, sehingga menginhibisi pembentukan melanin, sehingga dapat dipakai sebagai pemutih kulit. 8 7.5. Parkia javanica Sebagai Antioksidan10 Penelitian dilakukan oleh Khangembam dkk di India. Pada penelitian ini tanaman yang dipakai adalah Daun Parkia javanica dengan beberapa jenis ektrak yaitu eketrak air, etanol dan methanol. Metode yang dipakai untuk uji antioksidan nya adalah metode DPPH dan FRAP. Ekstrak juga diuji untuk kandungan total Phenol nya (TPC) dan hubungannya dengan aktivitas antioksidan. Pada akhir penelitian didapatkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara jumlah TPC dengan aktivitas antioksidan dari ekstrak. Dari hasil peneliitan ini dapat disimpulkan bahwa Parkia javanica memiliki zat yang memiliki efek antioksidan yang sangat baik. 8. Toksisitas Data toksisitas belum ada 9. Penutup Parkia javanica merupakan salah satu tanaman dari suku Fabaceae yang mengandung Iridoid glikosida sebagai kandungan utamanya selain kandungan saponin dan Fenol. Tanaman ini secara empiris dipakai sebagai perut kembung, obat kolera dan obat radang usus, sedang daunnya berkhasiat sebagai obat batuk dan obat mulas. Penelitian terhadap akitivitas farmakologi dari tanaman ini masih sangat sedikit, tetapi penelitian terhadap Iridoid sudah cukup banyak. Iridoid sendiri berdasarkan beberapa laporan penelitian menunjukkan aktivitas sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan antikanker, dan secara topikal memiliki manfaat sebagai anti penuaan dan sebagai pemutih kulit. Penelitian lebih lanjut terhadap aktivitas farmakologi dari kandungan Parkia javanica perlu dilakukan untuk melihat apakah kandungan iridoid dalam tanaman ini memiliki aktivitas farmakologi yang sama dengan iridoid pada tanaman lain. 9 DARTAR PUSTAKA 1. Anonim. (2009). Kupang : Parkia javanica Merr. Tinjauan Pustaka. 2. Zuhud, Ervizal AM. (2007). Bio-Ekologi Tumbuhan Obat Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.) di Hutan Alam Taman Nasiaonal Meru Betiri. Laporan Penelitian, Fakultas Kehuatanan IPB Bogor. 3. Dinda, Biswanath., Mohanta, Bikas Chandra., Debnath, Sudhan., Ghosh, Biplab., Arima Shibo., Sato, Noriko., Harigaya, Yoshihiro. (2009). Iridoid Glucosides from Leaves and Steam Barks of Parkia javanica. Journal of Asian Natural Products Research Vol. 11, no. 3; page 229-235. 4. Kim, Ik Hiwi., Suzuki, Ryoko., Hitotsuduysnsgi, Yukio., Takeya, Koichi. (2003). Three Novel Quassinoid, javanicolides A and B, an javanicoside A, from Seeds of Brucea javanica. Jurnal Tetrahedron No. 59 ; page 9985-9989. 5. Anonim. (2011). Proceeding of the 2nd Annual International Iridoid Research Symposium. Simposium. Provo, USA : Tahitian Noni International Inc. 6. Seal, Tapan. (2011). Evaluation of Antioxidant Activity of Some Wild Edible Fruits of Meghalaya State in India. Jurnal International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Vol. 3, Issue 4; page 233-237. 7. Park, Kyoung Sik., Kim, Bong Hyun., Chang, II-Moo. (2007). Inhibitory Potencies of Several Iridoids on Cyclooxygenase-1, Cyclooxygenase-2 Enzymes Activities, tumor Necrosis factors-α and Nitric Oxide Production in Vitro. Jurnal eCAM Vol. 7, No. 1; page 141-145. 8. Anonim. (2010). 1st Annual International Iridoid Research Symposium. Simposium. Utah, USA : International Iridoid Research Council. 9. Bianco, Armandodoriano. (1994). Recent Developments in Iridoids Chemistry. Jurnal Pure and Application Chemistry Vol. 66, No. 10; page 2235-2238. 10. Chanu, Khangembam Victoria., Ali, M. Ayub., Kataria, Meena. (2012). Antioxidant Activities of Two Medicinal Vegetables : Parkia javanica and Phologacanthus Thyrsiflorus. Jurnal International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Vol. 4, Issie 1; page 102-106. 10