BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, deposito, dan tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Dimulai dengan diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan telah memberikan peluang didirikannya bank syariah, walaupun dirasakan peraturan tersebut belum banyak memberikan ruang gerak bagi operasional perbankan syariah di Indonesia. Kemudian lahirlah UU No.10 tahun 1998 yang mengubah UU No.7 tahun 1992. Berdasarkan UU ini, sistem perbankan di Indonesia terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank umum Syariah (atau digunakan dual bangking system). Ditambah dengan diberlakukannya UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin mempunyai landasan hukum yang memadai. 1 Nasabah menyimpan sejumlah dana di bank dengan jangka waktu tertentu dan memperoleh imbalan dari bank berupa bunga. Sedangkan dalam Islam bunga termasuk kedalam kategori riba karena menghasilkan tambahan keuntungan tanpa disertai adanya resiko dan biaya (keuntungan yang dihasilkan berdasarkan 1 Undang-Undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah 1 2 perjalanan waktu semata atau time value of money).2Sedangkan Islam tidak mengenal prinsip time value of money yang berbasis pada bunga, karena dalam Islam tidak mungkin ada keuntungan tanpa resiko atau mendapat hasil tanpa biaya.3 Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi hasil yang operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan pada ketentuan dari Alqur’an dan al-Hadist.4 Dengan kata lain, bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam, di mana dalam tata cara bermuamalah secara Islam, harus menjauhi hal-hal dan praktekpraktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil.5 Sistem bank bebas bunga atau disebut pula bank Islam atau bank syariah, memang tidak khusus diperuntukkan untuk sekelompok orang, namun sesuai dengan landasan Islam yang “rahmatan lil alamin”, tetapi didirikan guna melayani masyarakat banyak tanpa membedakan keyakinan yang dianut. 2 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia,(Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2007), hlm.17 3 Ibid,hlm.12 4 Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, (Jakarta:Salemba empat, 2002), hlm.93-94 5 Muhammad, Kontruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah-Mudharabah dalam Wacana Fiqih dan Praktik Ekonomi Modern, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,2005), hlm.13-14 3 Pada prinsipnya, bank syariah hampir sama dengan bank konvensional, yang membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah bahwa bank syariah beroperasi dengan berlandaskan prinsip syariah. Isi yang dalam konteks bank terdapat empat hal pokok yang tidak diperkenankan yaitu maisir, gharar, riba, bathil. Dan bank syariah tidak mengenal sistem bunga karena memang tidak sesuai dengan prinsip syariah, namun dikenal dengan margin, uang sewa dan bagi hasil dengan nisbah, di mana nasabah bank syariah akan memperoleh presentase bagi hasil yang tertera dalam perjanjian sebelumnya. Di pekalongan muncul lembaga-lembaga keuangan dengan prinsip syariah, yang di antaranya adalah BNI Syariah. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma'ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah. Dalam produk-produknya, BNI Syariah berlandaskan prinsip yang diperbolehkan dalam Islam. Misalnya dalam funding, BNI Syariah menggunakan prinsip wadi‟ah dan mudharabah, sedangkan dalam financing BNI Syariah menggunakan prinsip seperti murabahah dan mudharabah dalam sistem operasionalnnya. Dalam menghimpun dana dari masyarakat, BNI Syariah cabang Pekalongan menggunakan prinsip wadi‟ah dan prinsip mudharabah yang diterapkan pada produk-produk 4 simpanannya.6 Penghimpunan dana yang dilakukan bank, diperoleh melalui simpanan yaitu dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada pihak bank untuk disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk pembiayaan. Salah satu tabungan BNI Syariah cabang Pekalongan yang sesuai prinsip syariah adalah tabungan IB Hasanah, yaitu tabungan yang simpanannya dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah dan akad wadi‟ah. Kebanyakan masyarakat umum itu sendiri kurang mengenal dan mengerti prinsip syariah pada tabungan tersebut, dan mereka beranggapan tabungan tersebut tidak ada bedanya dengan tabungan bank konvensional, karena banyak sekali program tabungan yang terdapat di BNI Syariah, kebanyakan masyarakat umum masih bertanya-tanya tentang bagaimana penerapan prinsip syariah mudharabah muthlaqah sistem bagi hasil dan wadi‟ah dalam penentuan bonus, khususnya dalam program tabungan IB Hasanah. Dalam hal ini BNI Syariah menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah sehingga dapat menarik minat nasabah agar mau menggunakan tabungan IB Hasanah yang sesuai dengan prinsip syariah dan tidak mengandung unsur riba serta mengharmonisasikan hubungan antara penyandang dana dengan pemakai dana melalui “kemitraan” yang saling menguntungkan. 6 http://www.bnisyariah.co.id (diakses pada tanggal 06 Mei 2014) 5 Adapun maksud dari prinsip-prinsip syariah itu sendiri, prinsipprinsip manajemen syariah terdiri dari : 1. Keadilan, merupakan satu prinsip fundamental dalam ideologi Islam. Adil yang mengajak penganutnya untuk mengambil keputusan dengan berpegang pada kesamaan derajat, keutuhan dan persamaan derajat, keutuhan dan keterbukaan. 2. Amanah dan bertanggung jawab, bermakna bahwa setiap pribadi yang mempunyai kedudukan fungsional dalam interaksi antar manusia dituntut agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik mungkin. 3. Komunikatif, dalam sebuah manajemen komunikasi menjadi faktor penting dalam melakukan transformasi kebijakan atau keputusan dalam rangka pelaksanaan manajerial itu sendiri menuju tercapainya tujuan yang diharapkan.7 Adapun jenis tabungan mudharabah memang ditujukan untuk memenuhi keinginan nasabah yang mengharapkan keuntungan atas uang yang disimpan di bank. Besarnya keuntungan yang akan diterima oleh nasabah penabung telah ditentukan dalam nisbah tertentu di awal perjanjian. Secara yuridis dengan memilih tabungan mudharabah nasabah mempunyai peluang mendapatkan keuntungan, namun ia juga akan menanggung risiko kehilangan modal jika bank selaku mudharib mengalami kerugian.8 Adapun untuk tabungan wadi‟ah bank sebagai penerima titipan tidak ada kewajiban untuk memberikan imbalan dan bank syariah dapat 7 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta : ekonisa, 2004), hlm 15 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta:Gajah Mada University Press), hlm92 8 6 mengenakan biaya penitipan barang tersebut. Namun, atas kebijaksanaanya bank syariah dapat memberikan bonus kepada penitip. Jadi bank syariah tidak pernah berbagi hasil dengan pemilik dana. Prinsip wadi‟ah dan pemberian bonus atau imbalan kepada pemilik dana wadiah merupakan kebijakan bank syariah itu sendiri, sehingga dalam praktik bank syariah yang satu tidak sama dengan bank syariah yang lain. Ada bank syariah yang memberikan bonus dan ada bank syariah yang tidak memberikan bonus.9 BNI mempunyai usaha pokok berupa menghimpun dana dari masyarakat (funding) untuk kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk pembiayaan (financing) berdasarkan prinsip syariah. Dana yang berasal dari masyarakat luas dihimpun dalam bentuk simpanan wadi‟ah dan mudharabah. Tabungan dan deposito yang berasal dari masyarakat tersebut pada prinsipnya merupakan dana yang harus diolah atau dikelola oleh bank dengan harapan dana tersebut dapat mendatangkan keuntungan yang besar, baik untuk nasabah bank maupun bank sendiri. Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di BNI Syariah dengan judul “IMPLEMENTASI PRINSIP MUDHARABAH MUTHLAQAH DAN WADI‟AH PADA TABUNGAN IB HASANAH DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN”. 9 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah (Jakarta: PT Grasindo, 2005), hlm.20-21 7 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah pada tabungan IB Hasanah di BNI Syariah Cabang Pekalongan? 2. Bagaimana perhitungan bagi hasil dan penentuan bonus tabungan IB Hasanah dengan prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah pada tabungan IB Hasanah di BNI Syariah Cabang Pekalongan? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip mudharabah muthlaqah dan akad wadi‟ah pada tabungan IB Hasanah di BNI Syariah Cabang Pekalongan. b. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan bagi hasil dan penentuan bonus tabungan IB Hasanah dengan prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Praktis Untuk menyelesaikan dan memenuhi tugas guna memperoleh gelar A.Md Perbankan Syariah di STAIN Pekalongan. b. Secara Teoritis 8 Untuk memperdalam dan menambah wawasan tentang penerapan akad mudharabah muthlaqah dan akad wadi‟ah pada tabungan IB Hasanah pada BNI Syariah. c. Secara Akademis Menambah pebendaharaan pustaka sehingga dapat digunakan para pembaca sebagai tambahan informasi. D. Penegasan Istilah Adapun penjelasan tentang penegasan istilah sebagai berikut: 1. Implementasi Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Yang dimaksud implementasi dalam penelitian ini adalah proses memastikan terlaksananya prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah pada tabungan IB Hasanah di BNI Syariah.10 2. Tabungan Syariah Adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.11 3. Mudharabah Muthlaqah 10 Kumoro Implementasi dan Monitoring Kebijakan, 2008 (www.sttaf.ugm.ac.id) diakses pada tanggal 1 September 2014 11 Adiwarman A Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.297 9 Bentuk kerja sama antara shahibul mal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.12 4. Wadi‟ah Titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. 5. Tabungan IB Hasanah adalah simpanan dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah muthlaqah dan akad wadi‟ah.13 E. Telaah Pustaka Dalam rangka menghindari penelitian pada objek yang sama atau pengulangan terhadap suatu penelitian yang telah ada sebelumnya, maka penulis melakukan review terhadap kajian berbagai penelitian yang pernah ada. Ditinjau dari penelitian yang pernah dilakukan di Bank, penulis menemukan beberapa judul penelitian, antara lain: Khumairo Khulatus syafaah 14 meneliti tentang perhitungan bagi hasil simpanan serba guna (si GUNA) di UJKS BMT Mitra Umat. Alat analisis yang digunakan adalah metode interaktif. Hasil yang dicapai adalah teknik bagi hasil pada simpanan serba guna di UJKS BMT Mitra 12 Muhammad Syafi’i Antonio,opcit, hlm.97. http://www.bnisyariah.co.id (diakses pada tanggal 06 Mei 2014) 14 Khumairo Khulatus Syafaah, Perhitungan Bagi Hasil Simpanan Serba Guna (siGUNA) di UJKS Mitra Umat Pekalongan, (Pekalongan:STAIN, 2009), Tugas akhir tidak diterbitkan 13 10 Umat pekalongan menggunakan pola revenue sharing dan profit sharing. Tetapi UJKS Mitra Umat lebih menggunakan revenue sharing. Alasan digunakannya yaitu adanya hasil yang lebih tinggi atas investasi bila dibandingkan dengan menggunakan profit sharing. Nisbah perbandingan bagi hasilnya adalah 50%:50% untuk Mitra Umat. Dian Asriyanti 15 meneliti tentang masalah penerapan akad mudharabah pada simpanan wisata di BMT SM NU Siwalan. Alat analisis yang digunakan adalah deduktif dan induktif. Hasil yang dicapai adalah impementasi akad mudharabah pada simpanan wisata religi adalah adanya penerapan prinsip profit and loss sharing (bagi hasil), mudharabah tersebut diaplikasikan dengan cara mengkombinasikan antara prinsip wadiah dengan prinsip mudharabah (wadi‟ah yad-dhamanah) yang mana nasabah menitipkan sejumlah uang dengan waktu tertentu sampai sesuai dengan jumlah dana yang akan digunakan untuk tujuan tertentu sampai sesuai dengan jumlah dana yang akan digunakan untuk tujuan tertentu dalam hal ini terfokus pada wisata religi atau ziarah dan pada awal akad menggunakan akad mudharabah, namun pihak penerima dana dalam hal ini BMT boleh menggunakan atau memanfaatkan dana yang dititipkan oleh nasabah kepada BMT. Dalam mekanismenya bagi hasil yang diterapkan pada simpanan wisata religi adalah sama dengan bagi hasil pada simpanan pada umunya, yang membedakan adalah besaran prosentase dan realisasi pemberian bagi hasilnya yang tidak secara tunai 15 Dian Asriyanti, Implementasi Akad Mudharabah pada Simpanan Wisata Religi di BMT SM NU Siwalan,(Pekalongan:STAIN, 2009), Tugas akhir tidak diterbitkan 11 dan rutin diberikan setiap bulan, akan tetapi pada akhir periode selama 2 tahun dan dalam bentuk tiket wisata ziarah. Nunik Zaerotul Hikmah 16 meneliti tentang masalah praktek sistem mudharabah di BMT SM NU Pasir Sari. Analisis yang digunakan adalah deduktif dan induktif. Hasil yang dicapai adalah mudharabah dipahami oleh umat islam sekarang ini mempunyai dua makna yaitu sebagai sebuah produk dan sistem. Mudharabah sebagai sebuah sistem adalah bahwa mudharabah menjadi pedoman umum bagi BMT dalam melakukan berbagai transaksi produk perbankan yang tersedia. Dengan sistem ini BMT akan membagi keuntungan dengan para pengguna jasanya dan para investornya. Pada posisi mudharabah secara tepat dipahami sebagai pengganti dari sistem bunga. Sementara sebagai produk diterapkan dalam jenis-jenis pelayanan yag disediakan oleh BMT SM NU untuk para nasabahnya. Dalam kerangka ini dibedakan menjadi dua yaitu mudharabah yang bersifat tabungan dan mudharabah yang bersifat pembiayaan. Mekanisme sebagai tabungan adalah BMT menerima simpanan modal dari nasabah dengan prosedur tertentu untuk dijadikan modal BMT SM NU dalam melaksanakan usaha dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagikan bersama berdasarkan kesepakatan bagi hasil yang telah ditentukan. Dalam konstruksi sebagai sebuah sistem BMT memposisikan diri sebagai mitra kerja baik dengan penabung atau dengann pengusaha yang meminjam dana. 16 Nunik Zaerotul Hikmah,Praktek Sistem Mudharabah di BMT SM NU Pasir Sari, (Pekalongan:STAIN, 2007), Tugas Akhir tidak diterbitkan 12 Imronah 17meneliti tentang masalah penerapan prinsip syariah pada produk penghimpunan dana BMT Al Amin Kedungwuni. Alat analisis yang digunakan adalah pendekatan induktif. Hasil yang dicapai adalah penerapan prinsip syariah pada produk penghimpunan dana di BMT Al Amin Kedungwuni menggunakan prinsip mudharabah dan prinsip wadiah. Prinsip mudharabah diterapkan dalam bentuk simpanan amanah, dan simpanan SARAS. Sedangkan prinsip wadi‟ah pada produk simpanan sembako atau simpanan hari raya. Dalam buku yang berjudul bank syariah dari teori ke praktik karya muhammad syafi’i antonio, menerangkan bahwa prinsip bagi hasil (profit sharing) bank syariah berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. 1. Dengan penabung, bank akan bertindak sebagai mudharib atau pengelola sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul mal atau penyandang dana. Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. 2. Dalam pengusaha/peminjam dana, bank syariah akan bertindak sebagai shahibul mal (penyandang dana, baik yang berasal dari tabungan, deposito, giro maupun dana bank sendiri berupa modal pemegang saham). Sementara itu, pengusaha/peminjam akan 17 Imronah, Penerapan Prinsip Syariah pada Produk Penghimpunan Dana BMT Al-amin Kedungwuni (Pekalongan:STAIN, 2008), Tugas akhir tidak diterbitkan 13 berfungsi sebagai mudharib atau pengelola karena melakukan usaha dengan cara memutar dan mengelola dana bank.18 Penulis memilih penelitian dengan judul implementasi prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah pada tabungan IB Hasanah di BNI Syariah Cabang Pekalongan. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan tugas akhir maupun skripsi tersebut, yaitu sama-sama meneliti tentang mudharabah dan wadi‟ah. Sedangkan perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah penulis akan meneliti tentang penerapan prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah pada tabungan IB Hasanah di BNI Syariah, serta meneliti tentang perhitungan bagi hasil dan penentuan bonus dengan prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah. Penulis mengambil judul ini karena tabungan dengan prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah memiliki keunggulan dari dari tabungan konvensional serta lebih berkah dalam pelaksanaanya dan bagi hasil yang diterima nasabah juga kompetitif dengan perhitungan tertentu. F. Kerangka Teori 1. Mudharabah dalam Produk Perbankan Syariah Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah porsi bagi hasil yang telah 18 Muhammad Syafi’i Antonio, opcit, hlm.137 14 disepakati bersama sejak awal maka kalau rugi shahibul mal akan kehilangan sebagian imbalan dari hasil kerja keras dan manejerial skill selama proyek berlangsung.19 Jadi, secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu: a. Mudharabah muqayyadah Yaitu mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha.20 b. Mudharabah muthlaqah Mudharabah muthlaqah yaitu bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. 2. Wadi‟ah Kata wadi‟ah berasal dari kata wada‟a yang artinya menitipkan. Kata wadi‟ah sendiri artinya titipan. Dalam istilah perbankan syariah wadi‟ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis wadi‟ah yaitu: 19 Wiroso, Penghimpunan Danadan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah (Jakarta: PT grasindo, 2005), hlm.33 20 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm.97 15 a. Wadi‟ah yad dhamanah adalah pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. b. Wadi‟ah yad amanah adalah pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai kelaziman. 3. Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tabungan ada dua jenis: a. Tabungan yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga. b. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi‟ah. 1). Ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah: a) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. b) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan bertentangan berbagai dengan macam usaha prinsip yang tidak syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. c) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. 16 d) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. e) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. f) Bank tidak keuntungan diperkenankan nasabah tanpa mengurangi persetujuan nisbah yang bersangkutan. 2). Ketentuan umum tabungan berdasarkan wadi‟ah: a) Bersifat simpanan. b) Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasar-kan kesepakatan. c) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian („athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.21 4. Implementasi prinsip wadi‟ah dan mudharabah dalam produk tabungan Perbankan Syariah. a. Tabungan yang menggunakan akad wadi‟ah 1) Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana titipan. 2) Dana titipan disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal. 21 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, hlm.90 17 3) Dana titipan dapat diambil setiap saat. 4) Tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah. 5) Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah. b. Tabungan yang menggunakan akad mudharabah 1) Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana. 2) Dana disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal. 3) Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam bentuk nisbah. 4) Pada akad tabungan berdasarkan mudharabah, nasabah wajib menginvestasikan minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan oleh Bank dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening. 5) Nasabah tidak diperbolehkan menarik dana di luar kesepakatan. 6) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan atau deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 7) Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan. 18 8) Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam perundang-undangan yang berlaku.22 5. Model perhitungan mudharabah a. Adi Warman A Karim23 hari bagi hasil x saldo rata-rata harian x tingkat bagi hasil hari kalender yang bersangkutan b. Muhammad,24 Muhammad Syafi’i Antonio25 nominal deposito x keuntungan yang diperolehx nisbah total dana deposito 6. Rumus yang digunakan dalam memperhitungkan bonus tabungan wadi‟ah Adi Warman A Karim26 a. Bonus wadi‟ah atas dasar saldo terendah Tarif bonus wadi‟ah x saldo terendah bulan ybs b. Bonus wadi‟ah atas dasar saldo rata-rata harian Tarif bonus wadi‟ah x saldo rata-rata harian bulan ybs c. Bonus wadi‟ah atas dasar saldo harian Tarif bonus wadi‟ah x saldo harian ybs x hari efektif G. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian 22 Ibid, hlm. 91-92 Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, hlm.300 24 Muhammad,Manajemen Bank Syariah, hlm.109 25 M.Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm.144 26 Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, hlm.298-299 23 19 Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dilakukan dalam kehidupan atau keadaan yang sebenarnya yaitu dengan cara mencatat dengan mengumpulkan berbagai data dan informasi yang ditemukan di lapangan. Penelitian lapangan ini perlu dilakukan guna membandingkan teori yang ada dengan praktiknya. Dengan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.27 2. Sumber Data Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah: a. Data Primer Data Primer adalah sumber data utama yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subyek dengan sumber informasi yang dicari.28 Data primer ini diperoleh dari wawancara dengan pihak-pihak terkait yang mengetahui tentang masalah yang sedang dibahas yaitu terkait dengan implementasi prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah pada tabungan IB Hasanah. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada Desy selaku Customer Service, Siska Novita selaku Consumer Sales Head, dan Zuaim Rusdy selaku Customer Service Head di BNI Syariah Cabang Pekalongan 27 Saifudin Azwar,Metode Penelitian (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,1998), hlm.5 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.157 28 20 b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh antara lain literatur seperti buku-buku baca yang berkaitan dengan pembahasan penelitian, karya ilmiah, brosur, situs internet ataupun yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.29 3. Metode Pengumpulan Data a. Interview Interview adalah pengumpulan data melalui tanya jawab secara lisan, dimana 2 orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik (interview: berbincang-bincang, tanya jawab).30 Dalam teknik ini biasanya pertanyaan langsung dengan pihak BNI Syariah Cabang Pekalongan terkait dengan masalah implementasi prinsip mudharabah muthlaqah dan wadi‟ah pada tabungan BNI IB hasanah. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan Desy selaku Customer Service, Siska Novita selaku Consumer Sales Head, dan Zuaim Rusdy selaku Customer Service Head di BNI Syariah Cabang Pekalongan. b. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, berupa buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan.31 29 Saifudin Azwar, Metode Penelitian, hlm.36 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar pelaksanaannya (Jakarta:Rajawali, 1985), hlm.171 30 21 4. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti struktur kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode analisis data adalah metode dimana data yang dikumpulkan hanya sebagai gambaran atau pandangan kemudian dari gambaran tersebut dibuat narasi atau kalimat sendiri yang hanya untuk menjawab rumusan masalah.32 H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah maka penulisan ini akan membagi menjadi 5 bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub yang menguraikan isi bab, yang mana dari bab pertama sampai bab terakhir merupakan uraian yang berkesinambungan, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN berisi tentang : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, kerangka teori,metode penelitian dan sistematika penulisan. 31 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Psikologi UGM, 1991), hlm.42 32 Moh. Hazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Gahlia Indonesia, 1998), hlm 63 22 BAB II : LANDASAN TEORI, bab ini berisi teori yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan untuk menganalisa permasalahan meliputi : pengertian tabungan, mudharabah, wadi‟ah, landasan hukum, rukun dan syarat, jenis mudharabah dan wadi‟ah dan perhitungan bagi hasil mudharabah dan penentuan bonus wadi‟ah. BAB III : Berisi tentang gambaran umum tentang BNI Syariah cabang Pekalongan, sejarah berkembangnya BNI Syariah Pekalongan, visi dan misi Bank, struktur organisasi, produk-produk BNI Syariah, produk dana pihak ketiga, uraian tugas dan wewenang, kegiatan usaha, produk penyimpan dan penyalur dana. BAB IV : Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah dan wadi‟ah serta perhitungan bagi hasil dan penentuan bonus pada tabungan IB Hasanah di BNI Syariah Cabang Pekalongan BAB V : Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran setelah melakukan penelitian dan menyusun tugas akhir.