Abstrak Desa Pandumaan adalah desa yang menghasilkan kemenyan terbaik di Sumatera Utara tepatnya di Kabupaten Humbang Hasundutan. Kemenyan sangat berpotensi bertumbuh dengan baik karena kawasan hutan yang memiliki banyak pohon pelindung dan berada pada dataran tinggi yang sejuk. Penanaman kemenyan sudah menjadi warisan nenek moyang masyarakat Desa Pandumaan dan warisan ini disebut kearifan lokal. Namun sejak tahun 2009 terjadi pergejolakan pada Desa Pandumaan terkait masalah pengalihan fungsi hutan yang ditandai dengan dekeluarkannya SK register 44. Masalah muncul sejak masuk nya TPL yang menggantikan lahan kemenyan milik masyarakat adat Desa Pandumaan menjadi tanaman industri yaitu accalyptus. Hal ini menjadi masalah yang besar karena masyarakat Desa Pandumaan sudah bergantung pada kemenyan yang merupakan mata pencaharian utama mereka serta kebudayaan yang kuat tentang nilai yang sudah ditanamkan leluhur mereka sejak dahulu kala. Oleh sebab itu masyarakat Desa Pandumaan sampai saat ini tidak menerima kehadiran TPL di desa mereka karena menurut nilai yang berlaku di dalam masyarakat adat tersebut bahwa nenek moyang mereka tidak membenarkan lahan mereka diberikan kepada siapapun diluar marga atau turunan marga yang ada di desa tersebut. Sampai saat ini hukum tersebut masih berlaku di Desa Pandumaan. Selain kemenyan yang tidak lagi berproduksi banyak, tanaman – tanaman masyarakat Desa Pandumaan lainnya juga terimbas akibat penebangan hutan tersebut seperti padi, tomat, kopi dan sayur mayur. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan korelasi, yaitu metode yang bertujuan meneliti sejauh mana variabel pada faktor berkaitan pada variasi faktor lain. Penelitian korelasi adalah penelitian yang fokus pada pengujian hubungan antara dua variabel atau lebih. Tehnik statistik korelasi ini dipakai untuk menguraikan dan mengukur seberapa besar tingkat hubungan antara variabel. Jenis penelitian ini digunakan untuk dapat melihat sejauh mana pengaruh pengalihan fungsi lahan terhadap tingkat memiskinan masyarakat desa. Koesioner terbuka dan wawancara yang terstruktur menjadi tehnik serta instrumen dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini tidak terlalu mendalam, hanya sebagai antisipasi apabila ada pertanyaan dalam kuesioner yang tidak mau dijawab oleh responden. Penelitian ini dilakuka di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan.Untuk mewakili jumlah populasi yang ada, peneliti menggunakan tehnik penarikan sampel Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Jumlah sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 74 kepala keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masalah pengalihan fungsi lahan adalah masalah yang kompleks dan membutuhkan waktu yang lama dalam penyelesaiannya karena sudah ada dua persepsi kepemilikan lahan dalam masalah ini yaitu persepsi hukum adat dan persepsi hukum nasional. Kebijakan – kebijakan pemerintah belum berakhir dengan solusi dan dalam masalah ini justru masyarakat merasa bahwa pemerintah sama sekali belum melakukan apa – apa dan pemerintah juga tidak berpihak terhadap masyarakat adat. Pengalihan fungsi lahan di Desa Pandumaan berpengaruh negatif terhadap kehidupan masyarakat desa tersebut. Pendapatan mayarakat desa pandumaan menurun secara drastis keadaan semakin diperburuk dengan meningkatnya jumlah dan harga kebutuhan sehari – hari baik masalah sandang/ pangan, biaya pendidikan anak dan kesehatan. Akibat nya terjadi peningkatan kemiskinan di dalam masyarakat. Kehidupan masyarakat Desa Pandumaan saat ini berada pada posisi yang sulit dan membutuhkan bantuan dari berbagai masyarakat baik dalam hal pemikiran maupun bantuan materi. Kata Kunci Kata Kunci (Pengalihan Fungsi Lahan, Tingkat Kemiskinan, Masyarakat Adat) i Universitas Sumatera Utara