BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Signaling Perbedaan laba akuntansi dan fiskal yang besar pada perusahaan dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan tanda (signal) kepada para stakeholders mengenai hal-hal lain, misalnya memberikan tanda (signal) tentang manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Tanda-tanda (signals) ini diharapkan dapat diterima secara positif oleh pasar sehingga mampu mempengaruhi kinerja pasar perusahaan yang tercermin dalam harga pasar saham perusahaan. Signaling theory adalah teori yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar, sehingga akan memberi pengaruh pada keputusan investor. Tanggapan sinyal positif dan negatif adalah sangat mempengaruhi kondisi pasar, mereka akan bereaksi dengan berbagai cara dalam menanggapi sinyal tersebut, seperti memburu saham yang dijual atau melakukan tindakan dalam bentuk tidak bereaksi seperti “wait and see” atau tunggu dan lihat dulu perkembangan yang ada baru kemudian mengambil tindakan (Fahmi dan Lavianti Hadi, 2011:83). Signalling theory adalah penjelasan dari asimetri informasi. Sebuah asimetri informasi dapat terjadi karena pihak manajemen memiliki 6 7 informasi lebih banyak mengenai prospek perusahaan. Sinyal informasi ini dibutuhkan oleh para investor untuk menentukan apakah investor tersebut akan menanamkan bersangkutan atau tidak. sahamnya pada perusahaan yang Teori ini berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi investor untuk mengembangkan sahamnya yang dibutuhkan oleh manajemen perusahaan dalam menentukan arah atau prospek perusahaan ke depan (Bramantyo, 2012 dalam Cinthya Ayu, 2013). Berdasarkan teori ini, maka perusahaan cenderung akan mengungkapkan BTD dengan wajar untuk memberikan signal kepada calon investor dan shareholder bahwa perusahaan telah menjalankan kewajiban perpajakan dengan benar. Pelaporan ini bertujuan untuk menarik minat investor untuk berinvestasi, karena perusahaan yang menampilkan BTD dengan wajar dalam artian perbedaannya kecil maka semakin kecil manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Begitu juga dengan Return On Investment yang diukur menggunakan Return On Equity semakin besar maka investor akan tertarik untuk berinvestasi, karena akan memperoleh tingkat pengembalian yang besar. 2. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial Dengan Laporan Keuangan Fiskal Menurut PSAK no. 1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “ Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan yaitu memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, 8 dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan. Selain itu, laporan keuangan merupakan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen. Menurut PSAK no.1 Paragraf ke 8 (Revisi 2009), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut ini: a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode. b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode. c. Laporan perubahan ekuitas selama periode. d. Laporan arus kas selama periode. e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya. f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos – pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos – pos dalam laporan keuangannya. Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal adalah karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, serta perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya (Resmi, 2013:381). Menurut Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang 9 menyangkut posisi keuangan, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam rangka pengambilan keputusan. Beberapa prinsip yang berlaku umum (Standar Akuntansi Keuangan disingkat SAK) yang telah diakui secara umum dalam dunia bisnis dan profesi tetapi tidak diakui dalam fiskal, yaitu prinsip konservatisme, prinsip harga perolehan, prinsip pendanan biayamanfaat (Resmi, 2013). Perbedaan penghasilan dan biaya/pengeluaran menurut akuntansi dan menurut fiskal dapat dikelompokkan menjadi perbedaan tetap atau perbedaan permanen (permanent differences) dan perbedaan sementara atau perbedaan waktu (timing differences). Perbedaan tetap terjadi karena transaksi-transaksi pendapatan dan biaya diakui menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal. Sedangkan perbedaan pengakuan waktu terjadi karena perbedaan pendapatan dan biaya dalam menghitung laba. waktu Suatu biaya atau penghasilan telah diakui menurut akuntansi komersial dan belum diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Perbedaan ini bersifat sementara karena akan tertutup pada periode sesudahnya. Contoh perbedaan ini, antara lain: pengakuan piutang tak tertagih, penyusutan harta berwujud, amortisasi harta tak berwujud atau hak, penilaian persediaan, dan lainlain (Resmi, 2013). Penyebab book-tax differences lainnya adalah manajemen laba dan tax avoidance (Hanlon dan Heitzman 2010). Perusahaan dapat meningkatkan laba akuntansi dengan manajemen 10 laba. Namun konsekuensi dari manajemen laba adalah meningkatnya beban pajak. avoidance. Oleh karena itu, perusahaan juga melakukan tax Tujuannya adalah mengurangi beban pajak yang harus dibayar. Akibatnya, muncul book-tax differences yang semakin besar (Wardana dan Martani, 2014). 3. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Rekonsiliasi merupakan penggabungan antara penyajian laporan laba rugi komersial dan laba rugi fiskal guna memperhitungkan penghasilan kena pajak (Kiswara, 2011). Di akhir periode pembukuan, rekonsiliasi fiskal menyebabkan terjadinya perbedaan antara jumlah laba bersih sebelum pajak dengan penghasilan kena pajak yang merupakan dasar pengenaan pajak. Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut (Resmi, 2013): 1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut dari penghasilan menurut akuntansi yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi. 2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambah sejumlah penghasilan tersebut pada penghasilan menurut akuntansi yang berarti menambah laba menurut akuntansi. 3. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, 11 rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah biaya /pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi yang berarti menambah laba menurut akuntansi. 4. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah biaya/ pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi. Menurut Resmi (2013) perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif apabila: 1. Pendapatan menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi. 2. Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu biaya / pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut akuntansi. Menurut Resmi (2013) perbedaan dimasukkan sebagai koreksi negatif apabila: a. Pendapatan menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan tidak diakui menurut fiskal (bukan objek pajak) tetapi diakui menurut akuntansi. 12 b. Biaya / pengeluaran menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu biaya/ pengeluaran diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi. Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final. 4. Return Saham Return merupakan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan investor. Pada umumnya investor akan memilih investasi yang memiliki return yang paling tinggi dan resiko yang paling rendah (Pahala, 2012). Dalam teori keuangan, kita mengenal 2 (dua) jenis return yakni yang terealisasi maupun yang bersifat ekspektasi. Return yang terealisasi (realized return) dinyatakan sebagai return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. disebut sebagai actual return. Return ini sering Realized return penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi untuk mengukur risiko di masa mendatang. Di sisi lain, return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan diperoleh oleh investor pada masa mendatang (Cinthya Ayu, 2013). Return saham (return actual) yaitu return yang terjadi pada waktu ke-t, yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya (menggunakan harga penutupan tahunan) (Setioko, 2013). 13 5. Return On Investment Pengertian Return On Investment menurut Prastowo (2011;90) adalah “merupakan terminologi yang luas dari ratio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut”. Return on Investment mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik (modal). Sesuai dengan investasi mana yang digunakan, ratio ini dibagi menjadi dua, yaitu return on total assets (ROA) dan return on equity (ROE). Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ROI merupakan alat pengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan seluruh aktiva yang tersedia di dalam perusahaan dengan melihat sampai seberapa besar tingkat laba yang dihasilkan atas sejumlah investasi yang telah ditanamkan. Menurut Walsh (2012) ROE merupakan rasio yang sangat baik untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam mencetak laba. Meskipun ada beberapa pihak yang takut menggunakan ROE dengan alasan bahwa ROE dan laporan keuangan dapat direkayasa sehingga menjadi bias. 14 6. Cumulative Abnormal Return Abnormal return adalah return yang didapat investor yang tidak sesuai dengan pengharapan. Abnormal return adalah selisih antara return yang diharapkan (return ekspetasian) dengan return yang didapat. Selisih return akan positif jika return yang didapat lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan return akan negatif jika return didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Dalam keuangan, abnormal return merupakan pebedaan antara pengembalian yang diharapkan keamanan dan kembali aktual. Abnormal Return kadang-kadang dipicu oleh “peristiwa”, misalnya mencakup merger, pengumuman dividen, pengumuman perusahaan produktif, meningkatnya suku bunga, tuntutan hukum dll. Kegiatan di bidang keuangan biasanya dapat diklasifikasikan sebagai kejadian atau informasi harga yang belum atau sesudahnya ada di pasar keuangan. Faktor-faktor pemicu terjadinya Cumulative Abnormal Return berdasarkan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut kebijakan dividen yang diproksikan dengan dummy variable dari perubahan dividen per share dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap future CAR (Hartini, 2009). Dalam Rina (2008) menyimpulkan bahwa EVA, NOPAT, CFO berpengaruh signifikan dalam menjelaskan variasi abnormal return. Benchmark berpengaruh signifikan ke arah negatif terhadap Abnormal Return, Magnitude of 15 Underpricing berpengaruh signifikan ke arah positif (Abid, 2013). Penelitian Putri Jayanti (2013) menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh terhadap Cumulative Abnormal Return. Yoga Aji Setioko (2013) menyimpulkan bahwa Economic Value Added dan Net Operating Profit After Tax berpengaruh terhadap Abnormal Return. Indra Pahala, Tresno Eka Jaya dan Grace Ombun Meilisa (2012) menyimpulkan bahwa Book-tax differences berpengaruh terhadap Cumulative Abnormal Return. Begitu juga dengan Return On Equity yang berpengaruh terhadap Cumulative Abnormal Return pada penelitian Restu Cinthya Ayu (2013). Abnormal return sebenarnya merupakan return yang terjadi pada waktu t (tanggal transaksi) yang merupakan selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya secara relatif, sedangkan return yang diharapkan harus diestimasikan. Cumulative abnormal return adalah cara untuk mengukur pencapaian return perusahaan dengan membandingkan antara return sesungguhnya dengan return yang diharapkan. Untuk menghitung return ekspektasi dapat dihitung atau diperoleh dengan menggunakan tiga model yaitu: a. Mean adjusted model Model sesuai rata-rata (Mean adjusted model) ini menganggap bahwa return ekspektation (return yang diharapkan) bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return sebenarnya sebelumnya selama periode estimasi (estimation period). 16 E(Rit) = ∑Rit t Dimana: E(Rit) = return ekspektasi sekuritas ke-I pada waktu t b. Rit = actual return sekuritas ke-I pada waktu t t = periode estimasi Market model Perhitungan return yang diharapkan dengan model pasar (market model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu membentuk model yang diharapkan dengan menggunakan data yang sebenarnya selama periode estimasi, dan menggunakan model yang diharapkan ini untuk mengestimasi return yang diharapkan di periode jendela. Model ekspektasi ini dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan: E(Rit) = αi + βi Rmt + εit Dimana: E(Rit) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode estimasi t αi = intercept, independen terhadap Rmt βi = slope, resiko sistematis, dependen terhadap Rmt Rmt = return pasar, yang dihitung dengan rumus : Rmt = (IHSGt – IHSG t-1) IHSG t-1 εit = kesalahan residu sekuritas i pada periode estimasi ke t 17 c. Market adjusted model Model sesuai pasar (market adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar (Hartono, 2009). Rumus menghitung Market Adjusted Model : ARit = Rit – Rmt Dimana: ARit = abnormal return saham i pada hari ke t 7. Rit = actual return saham i pada hari ke t Rmt = Return pasar, dihitung dengan rumus: Rmt = (IHSGt – IHSG t-1) IHSG t-1 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Cumulative Abnormal Return Kinerja keuangan diartikan sebagai penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Analisis kinerja perusahaan individual dengan menggunakan pendekatan industri dinilai sangat relevan dalam persaingan industri. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang dilakukan perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan maupun juga faktor eksternal perusahaan. Salah satu indikator penting 18 yang digunakan dalam persaingan industri adalah daya tarik bisnis (bussines attractiveness). Indikator ini dapat diukur dengan rasio profitabilitas industri yang seperti ROA dan ROE. Sedangkan abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan yang sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Abnormal return sering digunakan sebagai dasar pengujian efisiensi pasar. Pasar dikatakan efisien jika tidak satu pun pelaku pasar yang menikmati abnormal return dalam jangka waktu yang cukup lama. Akan tetapi, abnormal return dapat digunakan untuk melakukan penilaian kinerja surat berharga. Tentunya kinerja keuangan juga akan mempengaruhi abnormal return suatu perusahaan, apabila perusahaan memiliki kinerja yang baik, maka perusahaan tersebut akan menghasilkan abnormal return positif, sedangkan apabila kinerjanya buruk, maka return negatif yang akan dihasilkan (Cinthya Ayu, 2013). B. Kajian Riset Terdahulu Pahala, Jaya dan Meilisa (2012) “Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal serta ROA terhadap Cumulative Abnormal Return pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2009”. Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 yang jumlahnya 140 perusahaan. Metode Analisis menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa book-tax differences berpengaruh terhadap 19 cumulative abnormal return. ROA tidak terbukti berpengaruh terhadap CAR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009. Prayugo (2010) “Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Kategori Sektor terhadap Abnormal Return Saham Perusahaan Non Manufaktur yang Listed di BEI”. Penelitian ini menggunakan populasi pada perusahaan non manufaktur yang listed di BEI (sektor pertanian, pertambangan, properti dan real estate, infrastruktur, utilitas dan transportasi) tahun 2006-2008. Penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda dengan dummy. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Profitabilitas yang diukur menggunakan ROA, ROE, NPM dan TATO tidak signifikan artinya tingkat perubahan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap abnormal return perusahaan non manufaktur untuk masing-masing sektor. Putri Jayanti (2013) “Analisis Dividend Payout Ratio dan Cumulative Abnormal Return melalui Return On Investment, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI”. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 37 perusahaan tahun 2009-2011. menggunakan analisis regresi linear berganda. Metode analisis Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ROI, Current Ratio dan Debt to Equity tidak berpengaruh terhadap Cumulative Abnormal Return. Restu Cinthya Ayu (2013) “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Cumulative Abnormal Return (CAR) pada Perusahaan Manufaktur yang 20 terdaftar di BEI Tahun 2010-2011”. Metode Analisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Return On Equity berpengaruh positif terhadap Cumulative Abnormal Return. Fitriani dan Hartini (2014) ”Pengaruh January Effect terhadap Abnormal Return pada Saham Sektor Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Sampel penelitian diperoleh 10 perusahaan dengan data penelitian tahun 2008-2012. Metode Analisis menggunakan event study. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa January Effect tidak berpengaruh terhadap abnormal return. 21 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No 1 Peneliti Indra Pahala, Tresno Eka Jaya, Grace Ombun Meilisa (2012) 2. Prayugo (2010) 3. Putri Jayanti (2013) 4. Restu Cinthya Ayu (2013) 5. Elvira Fitriani dan Titin Hartini, S.E, M.Si Judul Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal serta ROA terhadap Cumulative Abnormal Return pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2009 Pengaruh Profitabilitas dan Kategori Sektor terhadap Abnormal Return Saham tahun 2006-2008 Analisis Dividend Payout Ratio dan Cumulative Abnormal Return melalui Return On Investment, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Cumulative Abnormal Return pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2011 Pengaruh January Effect terhadap Abnormal Return pada Saham Sektor Otomotif yang terdaftar di BEI Variabel Book-Tax Differences, ROA, dan CAR. Hasil Penelitian Book-tax differences berpengaruh terhadap cumulative abnormal return ROA tidak terbukti berpengaruh terhadap CAR. ROA, ROE, NPM, TATO, dan Abnormal Return saham. Tingkat perubahan profitabilitas (ROA, ROE, NPM, TATO) tidak berpengaruh terhadap abnormal return saham. Return On Investment, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, dan Abnormal Return. Variabel Return On Investment berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio tetapi tidak berpengaruh terhadap Cumulative Abnormal Return Variabel Return On Investment, Current Ratio dan Debt to Equity Ratio secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel Cumulative Abnormal Return Return On Equity berpengaruh positif terhadap Cumulative Abnormal Return CSR, Kinerja Keuangan, ROE, Return Tidak Normal Kumulative The January effect dan The Abnormal Return. January Effect tidak berpengaruh terhadap abnormal return 22 Dari penelitian-penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian-penelitian tersebut memperoleh kesimpulan yang bervariasi dengan variabel independen yang berbeda-beda. Sehingga peneliti akan meneliti kembali dengan perbedaan pada tahun penelitian yaitu tahun 20102013. Dengan asumsi bahwa pada tahun yang berbeda dan kondisi ekonomi yang berbeda maka akan menghasilkan kesimpulan yang lebih optimal. Selain itu sektor yang dipilih sebagai objek penelitian yaitu pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri, hal ini karena peneliti ingin memfokuskan sektor yang di dalamnya terdapat sub sektor otomotif dan komponen. C. Rerangka Pemikiran Kerangka berpikir (brain storming) adalah standar akuntansi keuangan memberikan keleluasaan memilih metode dan kebijakan keuangan sehingga manajemen juga mempunyai keleluasaan untuk mengelola labanya. Berbeda dengan peraturan standar akuntansi keuangan, peraturan dalam pajak fiskal tidak ada keleluasaan memilih metode dan kebijakan keuangan karena sifatnya tetap berdasarkan peraturan perundang-undangan pajak. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu book-tax differences serta Return On Investment. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah Cummulative Abnormal Return. 23 Book-Tax Differences (X1) Cumulative Abnormal Return (Y2) Return On Investment (X2) Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran D. Hipotesis Penelitian ini menggunakan hipotesis kausal yang merupakan hipotesis yang menyatakan ada pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Book-Tax Differences dan Return On Investment terhadap Cumulative Abnormal Return. Abnormal return kadang-kadang dipicu oleh “peristiwa”, misalnya mencakup merger, pengumuman dividen, pengumuman perusahaan produktif, meningkatkan suku bunga, tuntutan hukum dll semua yang dapat berkontribusi ke abnormal return. Kegiatan di bidang keuangan biasanya dapat diklasifikasikan sebagai kejadian atau informasi harga yang belum atau sesudahnya ada di pasar keuangan (Setioko, 2013) Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal disebabkan oleh adanya perbedaan permanen dan perbedaan temporer. Perbedaan temporer disebabkan oleh perbedaan persyaratan waktu pengakuan item pendapatan 24 dan biaya. Peristiwa Book Tax Differences ini tentunya berpengaruh terhadap Cumulative Abnormal Return. Penelitian sebelumnya Indra Pahala dkk (2012) menyimpulkan bahwa book-tax differences berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan Desai dan Dharmapala (2006) menyimpulkan bahwa semakin besar book-tax gap maka berpengaruh negatif terhadap abnormal return. Dari penelitian sebelumnya tersebut maka hipotesis pertama yang diuji adalah: H1 : Book-Tax Differences berpengaruh terhadap Cummulative Abnormal Return Menurut Walsh (2012) ROE merupakan rasio yang sangat baik untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam mencetak laba. Tentunya kinerja keuangan akan mempengaruhi abnormal return suatu suatu perusahaan, apabila perusahaan memiliki kinerja yang baik, maka perusahaan tersebut akan menghasilkan abnormal return positif, sedangkan apabila kinerjanya buruk, maka return negatif yang dihasilkan (Cinthya Ayu, 2013). Penelitian Putri Jayanti (2013) menyimpulkan bahwa Return On Investment tidak berpengaruh terhadap Cumulative Abnormal Return. Sedangkan Restu Cinthya Ayu (2013) menyimpulkan bahwa Return On Equity berpengaruh positif terhadap Cumulative Abnormal Return. Dari hasil penelitian sebelumnya tersebut maka hipotesis kedua yang akan diuji adalah: H2 : Return On Investment berpengaruh terhadap Cummulative Abnormal Return