2 TINJAUAN PUSTAKA Kapang Endofit Endofit adalah mikroorganisme yang hidup di dalam tanaman tingkat tinggi. Bacon dan White (2000) menyebutkan bahwa endofit merupakan mikroorganisme yang hidup berkoloni di dalam jaringan tumbuhan tanpa menyebabkan efek negatif terhadap tumbuhan tersebut. Mikroorganisme yang hidup pada jaringan tumbuhan ini memilki hubungan simbiosis. Mikroorganisme yang banyak ditemukan hidup sebagai endofit adalah bakteri dan kapang. Endofit diperkirakan menghasilkan metabolit yang karakteristiknya mirip dengan tumbuhan inangnya. Schuzt et al. (2002) menjelaskan bahwa metabolit yang dihasilkan dipengaruhi oleh lingkungan dan tingkatan organisme tertentu. Pemilihan tumbuhan yang akan diisolasi endofitnya harus mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, tumbuhan tersebut berasal dari lingkungan yang unik dan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup. Kedua, tumbuhan tersebut memiliki sejarah etnobiologi yang digunakan sebagai obat dari penyakit tertentu. Ketiga, ketersediaan tumbuhan bersifat endemik karena dikaitkan dengan lingkungan tempat tumbuhnya sehingga diduga menghasilkan metabolit aktif untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Keempat, tumbuhan yang hidup di dalam lingkungan dengan keragaman tinggi sehingga kemungkinan memiliki endofit dengan keragaman yang tinggi pula (Strobel & Daisy 2003). Mikroorganisme yang hidup sebagai endofit salah satunya adalah kapang. Isolat CgKTm 5 F merupakan kapang endofit yang diisolasi dari tanaman temu putih. Endofit ini termasuk ke dalam kelompok kapang dengan morfologi bulat (Gambar 1). Temu putih (Curcuma zedoaria) dapat dijadikan sebagai obat antivirus (Chungsamarnyart et al. 2007). Kapang endofit CgKTm 5F Gambar 1 Kapang endofit CgKTm 5 F. Suhu optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang berkiksar 25-30oC. Pada umumnya kapang dapat tumbuh pada kisaran pH 2-8.5, akan tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi pH rendah. Nilai pH optimum untuk pertumbuhan kapang berkisar antara 6-7 (Fardiaz 1992). Virus Hepatitis C Virus hepatitis C (HCV) ditemukan pertama kali pada tahun 1989 dengan nama virus hepatitis non-A dan non-B. Virus ini termasuk kedalam genus Hepacivirus dan famili Flaviviridae. Genom HCV terdiri atas utas tunggal RNA sense positif yang berukuran sekitar 9.6 kilobasa (kb). Virus ini berbentuk bulat, berpelindung, dan berdiameter sekitar 50-60 nm (Gambar 2) (Tellinghuisen 2007). Genom HCV terdiri dari open reading frame (ORF) tunggal yang mengkodekan poliprotein tunggal. Poliprotein tersebut merupakan prekusor bagi 3000 jenis asam amino. Poliprotein ini akan diubah menjadi sekitar 10 jenis protein yang berbeda dan terbagi dalam dua kelompok besar protein virus, yaitu protein struktural (protein inti, E1, E2, dan p7) dan protein nonstruktural (NS) (NS2, NS3, NS4A, NS4B, NS5A, dan NS5B) (Lauer &Walker 2001). Protein struktural dari HCV terletak pada daerah N terminal. Protein inti diperlukan untuk perakitan partikel virus baru (virion) dalam bentuk nukleokapsid. Protein inti berperan sebagai modulator metabolisme lipid dan hepatokarsinogenesis. Protein pelindung envelope 1 (E1) mempunyai bobot molekul sekitar 30-35 kDa, sedangkan protein pelindung envelope 2 (E2) sekitar 70-75 kDa. Pelindung tersebut banyak mengandung glikoprotein. Kedua pelindung ini mempunyai tingkat mutasi yang sangat tinggi dan bersifat sangat spesifik terhadap antibodi. Pada E2 terdapat region yang berfungsi unuk mengikat pada cluster of diffrerentiation 81 (CD81), yaitu reseptor untuk HCV. Protein p7 berperan dalam pengaturan kanal ion (Tellinghuisen 2007). Protein nonstruktural (NS) terdiri dari NS2, NS3, NS4A, NS4B, NS5A, dan NS5B. Protein nonstruktural berperan dalam replikasi virus. Protein NS2 mempunyai aktivitas protease. Protein NS3 mempunyai dua aktivitas utama, yaitu serin protease dan NTPase atau helikase. Protein NS4A berperan sebagai kofaktor serin protease NS3, sedangkan NS4B belum diketahui fungsinya secara jelas. NS5A merupakan fosfoprotein 3 yang fungsinya belum diketahui secara jelas. Protein ini bersifat hidrofilik dan sangat sensitif terhadap interferon. NS5B mempunyai peranan dalam aktivitas RNAdependent RNA polimerase (RdRp) (Tellinghuisen 2007). Virus hepatitis C menyerang sel hati atau limfosit B. Virus ini menyebabkan penyakit hepatitis C yang dalam jangka panjang mengakibatkan peradangan hati, sirosis, dan kanker hati. Penyakit ini sulit dideteksi karena gejala yang ditimbulkan mirip dengan penyakit yang lain, seperti mual, nafsu makan berkurang, mudah lelah, timbul kekuningan (mata, kulit), dan urin berwarna gelap. Umumnya penyakit ini terdeteksi apabila sudah mencapai tingkat akut, sekitar 30-80% infeksi (Sy & Jamal 2006). Pelindung glikoprotein Inti membuka ikatan hidrogen pada dupleks RNA. Enzim akan bergerak sepanjang arah 3’-5’ dalam memisahkan kedua untai RNA dan berperan dalam proses translasi, pembentukan poliprotein, dan memutus interaksi RNA dengan protein (Gambar 3) (Utama et al. 2000). RNA helikase berperan penting dalam replikasi virus dapat dijadikan target dalam pencarian obat HCV. Target pencarian obat dapat dilakukan dengan menghambat salah satu aktivitas dari RNA helikase tersebut. Penghambatan dilakukan dengan mencari inhibitor RNA helikase sehingga proses replikasi virus menjadi terhambat (Megawati 2008). Aktivitas ATPase dari RNA helikase lebih mudah digunakan sebagai target pencarian obat antivirus. Hal tersebut dikarenakan substrat yang digunakan, yaitu ATP, bersifat lebih stabil (Tellinghuisen 2007). 5’ 3’ 5’ 3’ RNA Pengikatan RNA RNA helikase 5’ RNA virus Pelindung virus 3’ 5’ 3’ Hidrolisis ATP ± 60 nm RNA helikase Pi Gambar 2 Struktur virus hepatitis (Moradpour et al. 2007). C 5’ ADP 3’ 3’ Pembukaan ikatan RNA Helikase Helikase adalah enzim yang berperan dalam membuka untai ganda nukleotida (DNA atau RNA) menjadi untai tunggal. RNA helikase merupakan enzim yang membuka ikatan dupleks RNA sense positif dengan antisense negatifnya menjadi untai tunggal. Enzim ini pertama kali ditemukan pada Escherichia coli. Enzim ini bekerja secara katalitik dengan memutus ikatan hidrogen yang terjadi antara kedua untai tersebut (Kadare & Haenni 1997). RNA helikase yang terdapat pada virus hepatitis C (HCV) dikodekan oleh protein NS3 RNA helikase (Ceng et al. 2007). Enzim ini juga memiliki aktivitas ATPase dan pengikatan terhadap untai RNA. Mekanisme kerja dari RNA helikase pertama-tama adalah mengikat untai RNA pada ujung 3’. ATP akan terikat pada sisi aktif enzim tersebut dan dihidrolisis oleh RNA helikase menjadi ADP dan fosfat anorganik. Energi yang dilepaskan digunakan oleh RNA helikase untuk ATP 5’ RNA helikase dupleks RNA Gambar 3 Mekanisme RNA helikase (Utama et al. 2000). Sodium Dodecylsulphate Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS PAGE) Elekroforesis adalah teknik pemisahan yang memisahkan analit berdasarkan kemampuannya bergerak dalam medium konduksi yang biasanya berupa larutan bufer dan akan memberikan respons setelah ditambahkan medan listrik. Suatu zat yang bermuatan jika diberi potensial, maka zat tersebut akan berpindah sepanjang medium yang kontinu ke arah katode atau anode sesuai dengan muatan yang dibawanya (Harvey 2000). Elektroforesis SDS-PAGE termasuk ke dalam kelompok elektroforesis zona/wilayah, yaitu kelompok elektroforesis yang dibedakan berdasarkan medium penyangganya. Elektroforesis SDS-PAGE menggunakan gel 4 buatan sebagai medium penyangga. Gel yang digunakan terbentuk dari polimerisasi akrilamida dengan N, N’-metilena bis akrilamida sehingga terbentuk ikatan silang karena polimerisasi akrilamida sendiri hanya menghasilkan ikatan linear yang tidak membentuk gel kaku (Girindra 1993). Polimerisasi dapat terjadi dengan cepat pada suhu kamar dengan adanya katalis dan inisiator. Katalis dan inisiator yang umum digunakan ialah N, N’, N’, N’tetrametilenadiamina (TEMED) dan amonium persulfat (APS) sebagai sumber radikal bebas yang akan menginisiasi pembentukan polimer (Caprette 2005). Pada metode ini, digunakan natrium dodesil sulfat (SDS) dan βmerkaptoetanol. SDS merupakan detergen anionik yang bersama dengan βmerkaptoetanol dan pemanasan menyebabkan rusaknya struktur tiga dimensi protein menjadi konfigurasi acak. Hal ini disebabkan oleh pecahnya ikatan disulfida yang selanjutnya tereduksi menjadi gugus-gugus sulfidril. Umumnya analisis dengan elektroforesis protein menggunakan gel poliakrilamida dengan konsentrasi yang sesuai dengan bobot proteinnya (Tabel 1). Pergerakan partikel di dalam medium bergantung pada ukuran partikel dan ukuran medium penunjang. Ukuran pori dari gel akan ditentukan oleh konsentrasi gel poliakrilamida. Protein yang besar mempunyai mobilitas yang lebih lambat dibandingkan dengan kompleks protein yang lebih kecil. Bobot molekul protein dapat ditentukan dengan kalibrasi menggunakan standar protein yang sudah diketahui bobot molekulnya (Rybicki et al. 1996). Teknik elektroforesis gel banyak digunakan baik di bidang kimia maupun biokimia, karena teknik ini memiliki banyak keuntungan, diantaranya memiliki daya resolusi tinggi, sederhana, dan mudah dibawa (Girindra 1993). Tabel 1 Variasi konsentrasi gel berdasarkan bobot protein % gel Bobot protein (kDa) 7 50 – 500 10 20 – 300 12 10 – 200 15 3 – 100 Sumber: Laemmli (1970) Kromatografi Gel Filtrasi Kromatografi adalah metode pemisahan yang dapat digunakan untuk memisahkan suatu komponen dari komponen lainnya atau memisahkan komponen dari sekumpulan komponen lainnya. Metode ini merupakan teknik yang efektif dan dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang sulit dipisahkan dengan metode lain (Wilson & Walker 1994). Kromatografi gel filtrasi merupakan teknik pemisahan yang berdasarkan pada ukuran dan atau bentuk dari partikel analit. Pemisahan tersebut dilakukan menggunakan matriks yang berpori. Masing-masing molekul memiliki tingkatan yang berbeda untuk melewati pori tersebut (molekul yang lebih kecil memilki kemampuan lebih tinggi untuk melewati pori tesebut dibandingkan dengan molekul yang lebih besar), sehingga menyebabkan pemisahan analit. Batasan pemisahan dari sebuah ukuran yang dipisahkan merupakan indikasi bobot molekul, umumnya untuk tipe polimer, dari analit tersebut (Hagel 1998). Ukuran protein yang dapat dipisahkan oleh beberapa matriks gel dapat dilihat pada Tabel 2. Pemisahan molekul yang terjadi yaitu molekul yang memiliki ukuran besar akan terelusi oleh fase gerak dari kolom kromatografi dan akan keluar paling awal melalui ruang antar matriks dengan laju alir yang tinggi. Molekul yang berukuran kecil akan terelusi ke dalam fase diam oleh fase gerak dengan laju alir yang rendah, sehingga akan keluar dari kolom paling akhir (Wilson & Walker 1994). Ilustrasi pemisahan protein yang terjadi pada kromatografi kolom ditunjukkan pada Gambar 4. Tabel 2 Ukuran protein minimum yang dapat dipisahkan oleh matrik gel Tipe gel Sephadex G-10 Bio-Gel P-2 Sephadex G-25 Bio-Gel P6DG Sephadex G-50 Bio-Gel P-30 Sumber : Hagel (1998) Batas ekslusi M Radius r (Å) 700 7 1800 10 5000 14 6000 15 30000 25 40000 28 Larutan protein Matriks gel Tinggi kolom kolom Gambar 4 Kromatografi gel filtrasi (Anonim 2010).