7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keberhasilan perawatan saluran akar secara instumentasi, irigasi dan medikamen saluran akar merupakan bagian penting dalam mengeliminasi mikroorganisme pada saluran akar.3 Salah satu mikroorganisme yang banyak terdapat pada rongga mulut maupun dalam saluran akar adalah Streptococcus mutans.9,13 Bahan desinfeksi saluran akar yang sering digunakan sebagai medikamen saluran akar adalah kalsium hidroksida. Namun, kalsium hidroksida tidak menunjukkan kemampuan yang sama terhadap seluruh bakteri.5 Penggunaaan bahan obat tradisional seperti Daun Afrika (Vernonia amygdalina) yang memiliki daya antibakteri sehingga ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) diharapkan dapat digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar.18,19,20 2.1 Streptococcus mutans Streptococcuss mutanspertama kali di isolasi dari plak gigi oleh Clacrk Pada tahun 1924.7 Bakteri ini temasuk dalam kelompok gram positif, tidak bergerak dan fakultatif anaerob.26 Klasifikasi Streptococcuss mutansmenurut Bergey dalam Capuccino (1998) adalah sebagai berikut :27 Kingdom : Monera Divisio : Firmicutes Class : Bacilli Order : Lactobacilalles Family : Streptococcaceae Genus : Streptococcus Species : Streptococcus mutans Universitas Sumatera Utara 8 Gambar 1.Streptococcus sp6 Streptococcus mutans berbentuk kokus yang mempunyai karakteristik membentuk rantai panjang dalam pertumbuhannya. Bakteri ini juga memiliki kemampuan untuk melekat dan berkolonisasi pada jaringan mulut karena diperantarai oleh permukaan seperti permukaan sel protein.12 Mikroorganisme dalam saluran akar juga tidak hanya tumbuh sebagai bakteri plantonik, tetapi juga dalam membentuk bioflim.10 Bioflim adalah suatu komunitas mikroba yang ditandai dengan adanya mikroba bersel yang melekat erat ke permukaan dan terjerat dalam matrik. Matrik tersebut terdiri dari eksopolisakarida, protein, garam dan mineral sel dalam bentuk larutan.10,11 Struktur bioflim bakteri planktonik dalam saliva berfungsi sebagai sumber utama pembentukan plak.11 Tiga langkah dalam pembentukan plak yaitu yang pertama molekul saliva yang terabsorpsi ke enamel setelah dibersihkan, sehingga enamel berlapis dengan campuran kompleks seperti glikoprotein, protein kaya prolin asam, mucins, exoproduct dan asam sialic. Langkah kedua interaksi dengan pelikel diperoleh melalui interaksi sel-sel bakteri ke permukaan spesifik. Pembentukan bioflim dengan infeksi primer terutama Streptococcus sanguis dan Actinomyces viscosus, dipengaruhi oleh sejumlah parameter lingkungan, seperti osmolaritas, sumber karbon dan pH. Langkah ketiga Streptococcus mutans mematuhi penjajah Universitas Sumatera Utara 9 primer dengan sel-sel interaksi sehingga pertumbuhan bakteri berikutnya menyebabkan pembentukan plak yang juga merupakan pembentukan bioflim.13 Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus yang ada dalam saliva enamel dan bakteri plak lainnya sehingga kedua bakteri ini memegang peranan dalam etiologi gigi karies. Diikuti juga dengan lactobacilii sebagi produsen asam kuat menyebabkan resiko karies. Streptococcus mutans dalam rongga mulut yang diikuti oleh karies biasanya setelah 6-24 bulan.13 Jika akhirnya karies dentin yang meluas mengakibatkan pulpa terbuka maka jaringan sekitar akan menjadi terinflamasi akut dan secara terinfiltrasi oleh leukosit polimorfonuklear (PMN) dan membentuk suatu daerah nekrosis di tempat terbukanya pulpa. Bakteri kemudian berkolonisasi dan menetap di lokasi dan jaringan pulpa dapat mengalami nekrosis.4 Beberapa penelitian melaporan hasil penelitian terhadap flora gigi utuh dengan pulpa nekrotik dari 75% sampel organism gram-positif yang paling banyak adalah Streptococcus sebanyak 28%.2 Sundqvist (1994) mengungkapkan bakteri yang paling banyak kedua ditemukan pada saluran akar dengan hasil periapikal setelah Fusobacterium nucleatum adalah Streptococcus mutans yaitu sebanyak 40%.8 Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Luciana et al (2003) juga menyebutkan prevalensi bakteri dari 31 saluran akar gigi manusia dengan pulpa nekrotik dan lesi periapikal dengan menggunakan kultur bakteri menggunakan poin kertas penyerap untuk evaluasi mikrobiologi dan penentuan koloni membentuk unit (CFU). Darisampel yang ditemukan pada mikroorganisme anaerob sebanyak 96,7%, yang terdiri dari basil hitam berpigmen sebanyak 35,5%, mikroorganism eaerob sebanyak 93,5%, Streptococcuss banyak 96,7% dan Streptococcus mutans sebanyak 48,4%.9 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saluran akar gigi dengan nekrosis pulpa dan lesi periapikal terdapat infeksi polymicrobial dengan sejumlah mikroorganisme seperti Streptococcus mutans. Pada tabel 1 menjelaskan bakteri-bakteri yang mendominasi saluran akar adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 10 Tabel 1 Bakteri yang diisolasi dari saluran akar gigi dengan lesi periapikal8. Nama Bakteri Fusobacterium nucleatum Streptococcus sp Bacteriodes sp Prevotella intermedia Parvimonas micra Pseudorami bacter Peptostreptococcus anaerobius Lactobacillus spp Eubacterium lentum Fubacterium spp Camhylobacter spp Peptostreptococus spp Actinomyces spp Mogibacterium timidum Capnocytophaga ochracea Eubacterium bracy Selemonas sputigena Veillonella parvula Porphyromonas endodontalis Prevotella buccae Prevotella oralis Propionibacterium propionicum Prevotella denticola Insiden (%) 48 40 35 34 34 34 31 32 31 29 25 15 15 11 11 9 9 9 9 9 8 8 6 2.2 Penggunaan Bahan Medikamen Saluran Akar Bahan medikamen saluran akar adalah suatu medikamen yang diletakkan sementara pada saluran akar dengan kompabilitas yang baik dan ideal. Oleh karena itu bahan medikamen harus memenuhi persyaratan yaitu harus memiliki aktivitas anti mikroba, bersifat menetralkan sisa debris dalam saluran akar dan dapat mengkontrol atau mencegah nyeri setelah perawatan. Mikroorganisme yang dapat bertahan dan tidak dapat dicapai dengan menggunakan teknik preparasi chemomechanical pada infeksi sekunder yang akan menyebabkan terjadinya lesi periapikal maka setelah dilakukan cleaning and shaping disertai dengan pemberian bahan medikamen saluran akar. Sehingga keberhasilan perawatan saluran akar baik jangka Universitas Sumatera Utara 11 panjang maupun pendek juga bergantung pada medikamen yang diletakkan dalam saluran akar pada waktu kunjungan.1,4 Penggunaan bahan medikamen saluran akar dalam perawatan saluran akar dapat dibagi atas beberapa kelompok besar yaitu golongan fenol, aldehida, steroid, kalsium hidroksida, antiniotik dan kombinasi. Salah satu medikamen tersebut yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi sejak tahun 1920 hingga saat ini adalah kalsium hidroksida (πΆπΆπΆπΆ(ππππ)2 ).4 Menurut Athanassiadis (2007) adanya aktivitas antimikroba kalsium hidroksida dengan pelepasan dan difusi dari ion OH yang menyebabkan suasana alkali yang tinggi sehingga kondusif bagi hidupnya mikroorganisme.1 Walaupun kalsium hidroksida direkomendasikan sebagai bahan medikamen saluran akar bukan berarti kalsium hidroksida dapat digunakan secara universal, karena kalsium hidroksida tidak menunjukan kemampuan yang sama terhadap seluruh bakteri. Pada penelitian yang dilakukan oleh Gomes et al (2002) menyatakan bahwa Enterococcus faecalis adalah mikroorganisme yang menunjukkan zona hambat terkecil terhadap kalsium hidroksida dengan nilai hambat 0,7mm. Sedangkan yang menunjukkan zona inhibisi terbesar adalah bakteri anaerob seperti Porphyromonas endodontalis, P. Gingivalis dan Prevotellaintermedia/nigrescens dengan nilai hambat 6,2 mm dan pada Streptococcus mutans termasuk dalam katagori yang menunjukkan zona hambat kecil terhadap kalsium hidroksida yaitu dengan nilai hambat 1,5mm.5 Kalsium hidroksida juga memiliki kekurangan yaitu membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh efek antimikroba yang maksimal. Untuk mendapatkan pH 9 (pH dimana sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh), kalsium hidroksida memerlukan waktu 7 hari. Kalsium hidroksida dapat berkontak dengan ion karbonat (misalnya dari bakteri) kemudian membentuk kalsium karbonat sehingga menyebabkan menurunnya pH basa menjadi 8 yang mengakibatkan berkurangnya sifat antibakteri kalsium hidroksida.1 Universitas Sumatera Utara 12 2.3 Daun Afrika (Vernonia Amygdalina) Genus Vernonia memiliki sekitar 1000 spesies. Keseluruhan tumbuhan tersebut digunakan sebagai makanan dan obat. Pada penelitian yang telah dilakukan terhadap 109 spesies Vernonia menunjukan adanya kandungan sebagai medikamen. 105 dari spesies Vernonia dihubungkan kepada perawatan atau manajemen 44 penyakit dan kondisi kesehatan yang diderita manusia, 2 jenis spesiesnnya dapat digunakan sebagai medikasi untuk hewan simpanse dan gorilla. Terdapat 103 jenis senyawa bioaktif juga diperoleh dari berbagai spesies Vernonia. Vernonia amygdalina merupakan salah satu jenis dari genus Vernonia yang paling sering digunakan.28 Di Indonesia Vernonia amygdalina dikenal dengan daun Afrika, di Malaysia dengan South Africa Leaf, di Inggris dengan Bitter Leaf, di Nigeria dengan Etidod, di Zimbabwe dengan Musikavakadzi, di China dengan Chrysabthemum tonsils dan di Afrika sendiri di kenal dengan Akpa Gbo.29 Klasifikasi daun Afrika (Vernonia amygdalina) adalah sebagai berikut :30 Synonim : Gymnanthemum amygdalinum Kingdom : Plantae Division : Angiosperm Classes : Dicotyledons Order : Asterales Family : Compositae Genus : Vernonia Species : Vernonia amygdalina Daun Afrika (Vernonia amygdalina) tumbuh di daerah ekologi Afrika termasuk Zimbabwe dan Nigeria yang beriklim tropis, dapat tumbuh secara liar ataupun ditanam disepanjang Sub Sahara Afrika ataupun ditemukan dirumah-rumah maupun desa-desa sebagai tanaman pagar dan pot.31 Universitas Sumatera Utara 13 Gambar 2. Daun Afrika (Vernoniaa amygdalina) (A.Habitat; B. Bunga ranting; C. Bunga; D. Kuntum bunga; E.Cypsela)33 Daun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki ciri-ciri khusus seperti bunga yang berbentuk pada lingkungan tertentu, berwarna putih dan menarik kedatangan lebah. Daun Afrika memiliki daun berwarna hijau gelap, bau yang khas dan rasa yang pahit. Pohon kecil dari Compositae dengan ketinggian mencapai 2 sampai 5 meter atau bahkan hingga 10 meter yang dilengkapi dengan ukuran daun berdiameter 6 mm berbentuk elips ini tidak memiliki benih yang dihasilkan sehingga untuk memperbanyak tumbuhan ini dilakukan dengan cara pemotongan.31 2.3.1 Nilai Farmakologis Daun Afrika (Vernonia amydalina) Analisis fitokimia pada daun Afrika (Vernonia amygdalina) mengandung antara lain, flavonoids (0.85±0.11mg), tannins (0.37±0.2mg), saponins (2.2 ± 0.0mg), alkaloids (2.13±0.10mg) HCN (12.25±0.10mg) dan beberapa vitamin seperti vitamin A, C, E dan B serta Fe dan niacin.17 Flavonoidjuga ditemukan pada tanaman ini terdiri dari 3 jenis yaitu luteolin, luteolin 7-0 beta-glkuronosid dan luteolin 7-0 beta Universitas Sumatera Utara 14 glukosid yang memiliki aktivitas antioksidan dan berguna untuk mencegah kanker, serta dapat melindungi dari diabetes dan ateroskleosis. Selain itu ditemukan pula kandungan antioksidan vitamin C yang tinggi pada daun Afrika (Vernonia amygdalina).30 Berdasarkan kandungan metabolit yang ada pada daun Afrika (Vernonia amydalina) sehingga daun ini mempunyai aktivitas antimalaria, antimikroba, laksatif, antidiabetes dan efek hipoglikemia dan hipolipidemia.30 2.3.2 Aktifitas Antibakteri Daun Afrika (Vernonia amygdalina) Daun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan batang dan akar, namun di Nigeria batang dan akar daun afrika (Vernonia amygdalina) digunakan sebagai chewing stick yang digunakan secara tradisional untuk memelihara kesehatan rongga mulut dengan menghilangkan mikroorganisme kariogenik. Chewing stick menunjukan aktivitas anti bakteri terhadap bakteri anaerob rongga mulut seperti B. oralis, B. melaninogenicus, B. gingivalis dan B. asaccharolyticus. Penelitian Taiwo cit Yeap (2010), ekstrak air dari akar daun Afrika (Vernonia amygdalina) juga menunjukaan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus gordoni, porphyromonas nigrescens, Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum dan pseumonas aeruginosa dengan kadar hambat minimum 100 mg/ml.29 Oboh dan Masodje (2009) dalam penelitiannya menunjukan ekstrak air daun Afrika (Vernonia amygdalina) dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aurens dan Escherichia coli dengan zona hambat 0,8 cm.32 Pada penelitian yang dilakukan oleh Ilondu et al (2009) menunjukan bahwa pada ekstrak air daun afrika (Vernonia amygdalina) dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%, 50% memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan jamur pada kulit ikan yang di uji coba.33 Penelitian Anibijuwon et al, ekstrak etanol daun Afrika terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans menunjukkan hasil KHM 30mg/ml dan KBM 50mg/ml dan juga terhadap bakteri Staphylococcus aurens menunjukkan hasil KHM 45mg/ml dan KBM 125 mg/ml.20 Pada penelitian lain menyatakan bahawa ekstrak etanol lebih Universitas Sumatera Utara 15 menunjukkan efektivitas dari pada ekstrak air. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sule dan Agbabiaka terhadap bakteri Escherichia coli, Klebsiella sp, Salmonella sp dan Shigella sp menunjukkan bahwa ekstrak air memiliki daya hambat yang lebih kecil dibandingkan ekstrak etanol dengan diameter zona hambatan tanaman ekstrak pada konsentrasi 100mg/ml berkisar antara3.0-14.0 mm untuk air dan3.0-18.0 mm untuk etanol.18 2.3.3 Analisis Fitokimia Daun Afrika (Vernonia Amygdalina) Analisis fitokimia daun Afrika (Vernonia amygdalina) menunjukan bahwa tanaman tersebut mengandung anthraquinone, saponin, soluble tanin, condensed, tepenoid tanin, cynogenic glycoside alkaloid, indole alkaloid, an steroidal alkaloid.27 Pada ekstrak daun Afrika (Vernonia amygdalina) Anthraquinones, Flavonoid, Saponins dan Tannins diduga memiliki peran sebagai antibakteri dengan mekanisme yang berbeda sebagai berikut : 1. Anthraquinones merupakan golongan quinine yang berupa rantai dengan dua substitusi keton. Dengan kemampuannya untuk menyediakan sumber radikal bebas yang stabil. Senyawa ini memiliki potensi sebagai anti mikroba yang tinggi karena dapat melengkapi asam amino nukleofil dalam protein secara irreversible sehingga dapat menonaktifkan protein dan menyebabkan kehilangan fungsi. Sasaran yang terdapat pada sel mikroba adalah yang terdapat pada permukaan, polipeptida dinding sel dan enzim yang berkaitan dengan membran. Quinone juga dapat menyebabkan substrat tidak tersedia oleh mikroorganisme.34 2. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang mengandung sekelompok karbonil. Secara in vitro flavonoid adalah substansi antimikroba yang efektif terhadap mikroorganisme. Karena merupakan hasil dari sintesis tanaman sebagai respon terhadap infeksi mikroba. Flavonoid juga memiliki kemampuann membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan protein yang terlarut dengan dinding sel bakteri. Sehingga flavonoid dapat mengganggu pertumbuhan mikroba.34 3. Saponins merupakan mekanisme kerja saponins adalah membentuk senyawa kompleks dengan sel bakteri melalui ikatan yang dapat menghancurkan Universitas Sumatera Utara 16 permeabilitas dinding sel bakteri yang mengakibatkan kematian sel dan juga dapat membersihkan kototran seperti sabun.22 4. Tannins merupakan senyawa fenol yang bersifat astringent (zat yang bersifat menciutkan). Tanninsdapat menstimulasi berbagai tindakan anti infeksi dan mampu menonaktifkan membrane adhesin mikroba. Sehingga dapat membentuk komplek protein melalui ikatan spesifik, seperti ikatan hidrofobik dan efek hidrofobik serta pembentukan ikatan kovalen.34 Universitas Sumatera Utara 17 2.4 Kerangka Teori Infeksi sekunder saluran akar Bakteri Streptococus Mutans Perawatan ulang saluran akar Cleaning and shaping Medikamen saluran akar Obturasi dan Instrumentasi Ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) Aktivitas anti bakteri Anthraquinones Flavonoids Sapponins Tannins Mendenaturasi protein Bersifat lipofilik (merusak membrane mukosa) Membentuk senyawa kompleks melalui ikatan Bersifat astringen membran mikroba Membentuk kompleks dengan protein ekstra seluler Permeabilitas dinding sel hancur Membentuk kompleks dengan ion Sel lisis Skema 1. Kerangka Teori Universitas Sumatera Utara