BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan Definisi manajemen keuangan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan jaman. Secara umum manejemen keuangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam sebuah perusahaan yang berhubungan dengan segala usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan sumber dana yang dibutuhkan serta bagaimana cara mengelola dana tersebut. Menurut Agus Sartono (2001 : 6), definisi manajemen keuangan adalah : “ Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”. Sedangkan menurut Sutrisno (2005 : 3), manajemen keuangan diartikan sebagai semua aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2005 : 5), fungsi pokok dari manajemen keuangan meliputi tiga keputusan utama yaitu sebagai berikut : a. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan mendapat keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. b. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dalam menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. c. Keputusan Dividen Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan : 1) Besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividen. 2) Stabilitas dividen yang dibagikan. 3) Dividen saham (stock dividen) 4) Pemecahan saham (stock split) 5) Penarikan kembali saham yang beredar (repurchase of stock) Ketiga keputusan keuangan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkat nilai perusahaan yang tercermin pada semakin tingginya harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya akan bertambah. 2.2 Tinjauan Umum Bank 2.2.1 Pengertian Bank Bank merupakan lembaga yang amat penting peranannya dalam masyarakat. Menurut Kasmir (2003 : 11) bank secara sederhana diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 2001 tentang perbankan menyatakan bahwa “Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya. 2.2.2 Asas, Fungsi dan Tujuan Bank Adapun Asas, Fungsi dan Tujuan Bank menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 2001 tentang perbankan adalah sebagai berikut : a. Asas Bank Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. b. Fungsi Bank Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. c. Tujuan Bank Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dengan demikian penting sekali bagi bank untuk tetap dapat menjaga kredibilitasnya agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dalam rangka menjaga kredibilitasnya tersebut, maka bank harus memperhatikan tingkat kesehatannya, terutama berkaitan dengan tingkat likuiditasnya. 2.3 Pasar Modal Pasar modal adalah suatu kegiatan yang mempertemukan pembeli dan penjualdengan resiko untung rugi, dan juga merupakan sarana untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Sundjaja, 2003). Di dalam pasar modal para investor dapat berperan sebagai pembeli dan dapat pula berperan sebagai penjual. Menurut Suad Husnan (2004 : 3), pasar modal mengandung arti : “ Pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang atau modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah maupun public authorities ataupun swasta”. Pasar modal mempunyai berbagai daya tarik bagi investor, diantaranya : 1. Pasar modal diharapkan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain perbankan. 2. Pasar modal memungkinkan para investor memiliki berbagai pilihan investasi sesuai dengan preferensi resiko mereka. 2.4 Saham 2.4.1 Pengertian Saham Saham menurut Rusdian (2005 : 68), yaitu : “ Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atau penghasilan dan aktiva perusahaan”. Sedangkan Dermawan (2006 : 22), mengemukakan bahwa saham adalah : “ Surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang disebut emiten ”. Lain lagi dengan Tjiptono dan Hendy (2006 : 6) yang mengartikan saham sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perseroan terbatas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saham merupakan selembar kertas yang dikeluarkan oleh perseroan terbatas sebagai tanpa kepemilikan sebuah perusahaan dan berhak atas hak klaim atau penghasilan dan aktiva perusahaan. 2.4.2 Jenis-jenis Saham Berdasarkan cara peralihannya menurut Paulus (2008 : 47), saham dapat dibedakan sebagai berikut : a. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), yaitu saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain, sehingga wujudnya dengan uang. Pemegang saham atas unjuk secara hukum dianggap sebagai pemilik dan berhak ikut hadir mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). b. Saham Atas Nama (registered stocks), yaitu saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan nama pemiliknya dibuat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham. Berdasarkan hak tagihan menurut Paulus (2008 : 48), saham dibagi menjadi dua yaitu : a. Saham Biasa (common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Saham ini biasanya mempunyai harga nominal yang ditetapkan oleh emiten atau yang disebut nilai pari (par value) yang berbeda dengan harga perdana (primary price) atau harga sebelum dicatatkan (listed) di bursa efek. Jika harga saham terjual dengan harga perdana yang lebih tinggi dari harga nominalnya, maka selisihnya disebut agio saham. Saham biasa terbagi lagi menjadi lima jenis, yaitu : 1) Blue Chip Stock, yakni saham biasa dari suatu perusahaan yang mempunyai reputasi tinggi, sebagai leader dari perusahaan sejenisnya dan memiliki pendapatan yang stabil, serta konsisten dalam membayar dividen. 2) Income Stock, yakni saham dari suatu emiten yang dapat membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. 3) Growth Stock (well known), yakni saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader perusahaan sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga Growth Stock (lesser known), yaitu saham dari emiten yang bukan sebagai leader dari perusahaan sejenis, tetapi memiliki ciri seperti Growth Stock (well known). 4) Speculative Stock, yakni saham dari emiten yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti. 5) Counter Cylical Stock, yakni saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. b. Saham Preferen (preffered stock) adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi dengan saham biasa, karena dapat menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi, tetapi juga dapat tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Adapun jenis-jenis saham preferen adalah sebagai berikut : 1) Cummulative Preffered Stock (CPS), saham jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang bersifat kumulatif dalam suatu persentase dalam jumlah tertentu. 2) Non Cummulative Preffered Stock, pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif. 3) Participating Preffered Stock, pemilik saham jenis ini selain memperoleh dividen tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh ekstra dividen apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. 4) Convertible Preffered Stock (saham istimewa), pemegang saham istimewa mempunyai hak lebih dibandingkan pemegang saham lainnya. Hak itu terutama dalam penunjukkan direksi perusahaan. 2.4.3 Risiko Saham Sebagai instrumen investasi, saham memiliki resiko antara lain : a. Capital Loss Capital Loss merupakan kebalikan dari capital gain, yaitu kondisidimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli saham tersebut. b. Risiko Likuidasi Risiko likuidasi merupakan kondisi dimana suatu perusahaan dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini klaim dari pemegang saham mendapatkan prioritas terakhir setelah kewajiban perusahaan dapet dilunasi. Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham, namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi tersebut merupakan risiko terberat dari pemegang saham. c. Tidak ada pembagian dividen Jika emiten tidak dapat membukukan laba pada tahun berjalan atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan untuk tidak membagikan dividen kepada pemegang saham karena laba yang diperoleh akan dipergunakan untuk ekspansi usaha. d. Saham Delisting dari Bursa Karena beberapa alasan tertentu, saham dapat dihapus pencatatannya (delisting) di Bursa, sehingga pada akhirnya saham tersebut tidak dapat diperdagangkan. 2.4.4 Harga Saham Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau kepemilikan suatu perusahaan. Harga saham dapat juga diartikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham. Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, yang berarti harga saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan atau penawaran yang fluktuatif setiap harinya akan membawa pola harga saham yang fluktuatif juga. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih besar, maka harga saham akan cenderung naik, sedangkan pada kondisi dimana penawaran saham lebih banyak maka harga saham akan menurun. 2.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Menurut Brigham, Besley dan Weston (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu : a. Earning Per Share Semakin tinggi laba per lembar saham yang diberikan perusahaan maka para investor akan semakin percaya bahwa perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Akibatnya akan terjadi investasi yang lebih besar yang dapat meningkatkan harga saham perusahaan. b. Tingkat Suku Bunga Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. Investasi produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham dan dananya kemudian akan ditempatkan di bank. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan. c. Dividen tunai yang dibagikan Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka pembagian dividen yang meningkat dan besar merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah dividen tunai yang semakin besar dapat menarik investor sehingga harga saham dapat meningkat. d. Jumlah laba yang diperoleh perusahaan Investor dalam melakukan investasi terhadap suatu perusahaan, hal utama yang menjadi bahan pertimbangan adalah profit yang dihasilkan. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi harga saham. e. Risk and Return Tingginya perencanaan terhadap laba akan menyebabkan tingginya risiko yang akan dihadapi. Semakin tinggi menempuh risiko guna mencapai laba yang tinggi maka akan semakin tinggi tingkat pengembalian saham yang dapat diterima, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham. Pendekatan penilaian harga saham ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk nilai sebenarnya dari saham (intrinsic value), yaitu analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis (technical analysis). (Abdul, 2005 : 20) 2.5 Dividen 2.5.1 Pengertian Dividen Menurut Tjiptono dan Hendy (2006 : 179), dividen dapat diartikan sebagai berikut : “ Dividen adalah pembagian laba bersih perusahaan yang di distribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham”. 2.5.2 Kebijakan Dividen Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005 : 101 – 102) dinyatakan bahwa : Kebijakan dividen adalah keputusan pihak manajemen untuk menentukan perlakuan terhadap Earning After Tax (EAT), apakah dibagikan sebagai dividen, diinvestasikan kembali, atau sebagian dibagikan sebagai dividen, sebagian lagi diinvestasikan kembali ke perusahaan”. Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil perusahaan dan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga saham perusahaan di pasar modal, sehingga kebijakan dividen merupakan sebagian dari keputusan investasi. Perusahaan dalam hal ini, membagikan dividen dengan tujuan seorang investor dapat menginvestasikan dananya untuk membeli saham tersebut. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan dan di lain pihak juga dapat membayar dividen kepada pemegang saham, tetapi kedua tujuan ini selalu bertentangan. Jika dividen dibagikan tinggi berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan, namun jika perusahaan ingi menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia di dalam perusahaan, berarti pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Kedua hal ini dapat menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan perusahaan yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaannya dan juga berpengaruh pada permintaan dan penawaran dari investor yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan harga saham perusahaan tersebut. Jadi kebijakan dividen erat hubungannya dengan investasi dana yang ada dalam perusahaan. 2.5.3 Rasio Pembayaran Dividen (Dividen Payout Ratio) Dividen Payout Ratio merupakan persentase jumlah dividen yang dibayarkan dari laba bersih usaha, seperti yang dikemukakan oleh Horne (et al 1992). Dari pernyataan di atas tersebut maka DPR dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Dividen Per Share (DPS) DPR = ---------------------------------Earning Per Share (EPS) Menurut Agus Sarwono (2007 : 292), berikut ini faktor-faktor yang sesungguhnya terjadi dalam pertimbangan manajerial untuk menentukan dividen payout ratio, sebagai berikut : a. Kebutuhan Dana Perusahaan Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan factor yang harus dipertimbangkan dalam menetukan kebijakan dividen yang akan diambil. Dengan mempertimbangkan beberapa factor antara lain, aliran kas perusahaan diharapkan, pengeluaran modal di masa yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan. b. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen, karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. c. Kemampuan Meminjam Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. d. Keadaan Pemegang Saham Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relative tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada pada golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gain, maka perusahaan dapat mempertahankan dividen payout ratio rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. e. Stabilitas Dividen Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan yang ditujukan oleh koefisien ke arah yang positif. 2.5.4 Bentuk Pembayaran Dividen Perusahaan dalam membagikan dividen tidak hanya dalam bentuk kas tetapi juga bisa dalam bentuk lain, yaitu : a. Dividen Kas Adalah dividen yang dibagikan secara tunai dan biasanya dibagikan secara berkala, seperti triwulan, semesteran atau tahunan. b. Dividen Saham Adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk saham baru perusahaan yang bersangkutan. Pembagian dividen saham biasanya berasal dari kapitalisasi laba. Pembagiannya ditentukan dengan rasio tertentu terhadap jumlah saham yang dimilikinya oleh seorang investor. c. Dividen Properti Adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk harta selain kas, dapat berupa barang dagangan, real estate, investasi atau bentuk lainnya. Pada waktu dividen harta diumumkan perusahaan harus menilai kembali nilai wajar harta yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan mengakui keuntungan dan kerugian karena perbedaan antara nilai wajar dan nilai buku harta pada saat pengumuman. d. Dividen Darurat Adalah pembayaran dividen yang tidak dilakukan perusahaan pada saat ini, tapi dibayarkan pada saat yang akan datang. Bentuknya adalah wesel bayar. Dividen darurat ini digunakan biasanya pada saat perusahaan sedang mengalami penurunan laba. e. Dividen Likuidasi Adalah pembagian dividen yang merupakan pengganti sebagian modal disetor kepada pemegang saham. 2.5.5 Prosedur Pembayaran Dividen Suatu perseroan terbatas wajib mengumumkan dividen sebelum perseroan tersebut melakukan pembayaran. Hanya RUPS yang memiliki otoritas untuk mengumumkan dividen. Perseroan tidak memiliki kewajiban untuk membayar dividen samapai RUPS mengumumkannya. Tapi setelah dividen diumumkan, maka pembagian dividen menjadi kewajiban hukum bagi perseroan. Tanggal-tanggal yang berkaitan dengan dividen, antara lain : a. Tanggal Pengumuman (Declaration – date) Tanggal pengumuman diberitahukan sesaat setelah para direksi mengadakan rapat dengan para pemegang saham, dalam pengumuman ini diberitahukan berapa besar dividen yang akan dibagikan, bentuk pembayaran dividennya dan tanggal pembayaran dividen. Contoh pengumumannya sebagai berikut : “ Misal pada tanggal 15 November 2008, sebagai tanggal pengumuman (declaration-date), perusahaan X mengadakan rapat dan menentukan pembayaran dividen tunai sebesar Rp 150 per lembar saham, tanggal 12 Desember 2008 sebagai pencatatan pemegang saham dan pembayaran dilakukan pada tanggal 10 Januari 2009, sebagai tanggal pembayaran (payment date). b. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date) Pada tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date), perusahaan menutup buku, pencatatan pemindah tanganan saham dan membuat daftar kepemilikan saham pertanggal tersebut. Pada tanggal 15 Desember 2008 (holder of record date), perusahaan harus menutup daftar kepemilikan saham. Oleh sebab itu, pada tanggal 15 Desember 2008 apabila pemberitahuan terlambat, maka hak atas dividen akan jatuh pada pemilik saham lama. c. Tanggal pemisahan dividen (Ex-dividen date) Keterlambatan dalam pemberitahuan kepada perusahaan tentang sesuatu transaksi jual beli akan menjadi masalah dalam menentukan hak penerima dividen. Untuk menghindari konflik, badan keagenan telah menetapkan suatu perjanjian yang menyatakan bahwa hak untuk memperoleh dividen akan tetap melekat pada saham sampai empat hari sebelum tanggal pencatatan hak dividen tidak lagi melekat pada saham, tanggal pada saat dividen dipisahkan dari saham disebut tanggal pemisahan dividen (Ex-dividen date). Jadi, dari contoh diatas jika tanggal pencatatan pemegang saham adalah tanggal 15 Desember 2008, maka tanggal pemisahan dividen adalah tanggal memperoleh dividen yang dibagikan pada 10 Januari 2009 (payment date). d. Tanggal pembayaran (payment date) Perusahaan akan mengirim cek pada pemegang saham yang tercatat sebagai pemegang saham. Berikut gambar prosedur pembayaran dividen menurut Agus Sartono (2007:302) : Gambar 2.1 Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Pengumuman Pencatatan Pemisahan Pembayaran (Declaration (Holder Of (Ex - Dividen (Payment Date) Record Date) Date) Date) 2.6 Earning Per Share (EPS) 2.6.1 Pengertian Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dengan jumlah saham yang beredar. EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji, 2001 : 139) 2.6.2 Kegunaan Earning Per Share (EPS) Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividend an kenaikan nilai saham di masa mendatang (Prastowo, 2002 : 93). Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan oleh perusahaan. 2.6.3 Rumus Earning Per Share (EPS) Menurut Darmadji (2008 : 196), EPS dapat dihitung dengan rumus : Total Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) EPS = ------------------------------------------------Jumlah Saham yang Beredar Angka per lembar saham diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan berdasarkan atas prinsip akutansi yang sudah diterima. Laporan keuangan yang utama yaitu laporan neraca dan laba rugi. Neraca menunjukkan posisi kekayaan kewajiban dan modal pada waktu tertentu sedangkan laporan laba rugi menunjukkan berapa laba yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu.EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham.