BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Keuangan
2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan
Definisi manajemen keuangan mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan jaman. Secara umum manejemen keuangan dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan dalam sebuah perusahaan yang berhubungan dengan segala usaha
yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan sumber dana yang
dibutuhkan serta bagaimana cara mengelola dana tersebut.
Menurut Agus Sartono (2001 : 6), definisi manajemen keuangan adalah :
“ Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik
yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk
investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk
pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”.
Sedangkan menurut Sutrisno (2005 : 3), manajemen keuangan diartikan
sebagai semua aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha
mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk
menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2005 : 5), fungsi pokok dari manajemen keuangan
meliputi tiga keputusan utama yaitu sebagai berikut :
a. Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus
mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan mendapat
keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari
investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di
masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi
tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan
mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari
investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun
nilai perusahaan.
b. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal.
Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan
dalam menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi
perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan
usahanya.
c. Keputusan Dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan
kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian
dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen
merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan :
1) Besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk cash dividen.
2) Stabilitas dividen yang dibagikan.
3) Dividen saham (stock dividen)
4) Pemecahan saham (stock split)
5) Penarikan kembali saham yang beredar (repurchase of stock)
Ketiga keputusan keuangan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari
untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkat
nilai perusahaan yang tercermin pada semakin tingginya harga saham, sehingga
kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya akan bertambah.
2.2 Tinjauan Umum Bank
2.2.1 Pengertian Bank
Bank merupakan lembaga yang amat penting peranannya dalam
masyarakat. Menurut Kasmir (2003 : 11) bank secara sederhana diartikan sebagai
lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat serta memberikan jasa
bank lainnya. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan
atas Undang-Undang No.7 Tahun 2001 tentang perbankan menyatakan bahwa
“Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah
lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari pihak yang kelebihan
dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang
membutuhkan dana dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya.
2.2.2 Asas, Fungsi dan Tujuan Bank
Adapun Asas, Fungsi dan Tujuan Bank menurut Undang-Undang No. 10
Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 2001 tentang
perbankan adalah sebagai berikut :
a. Asas Bank
Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
b. Fungsi Bank
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat.
c. Tujuan Bank
Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Dengan demikian penting sekali bagi bank untuk tetap dapat menjaga
kredibilitasnya agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dalam rangka
menjaga kredibilitasnya tersebut, maka bank harus memperhatikan tingkat
kesehatannya, terutama berkaitan dengan tingkat likuiditasnya.
2.3 Pasar Modal
Pasar modal adalah suatu kegiatan yang mempertemukan pembeli dan
penjualdengan resiko untung rugi, dan juga merupakan sarana untuk
meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau
mengeluarkan obligasi (Sundjaja, 2003). Di dalam pasar modal para investor
dapat berperan sebagai pembeli dan dapat pula berperan sebagai penjual.
Menurut Suad Husnan (2004 : 3), pasar modal mengandung arti :
“ Pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang
dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang atau modal sendiri, baik yang
diterbitkan pemerintah maupun public authorities ataupun swasta”.
Pasar modal mempunyai berbagai daya tarik bagi investor, diantaranya :
1. Pasar modal diharapkan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain
perbankan.
2. Pasar modal memungkinkan para investor memiliki berbagai pilihan investasi
sesuai dengan preferensi resiko mereka.
2.4 Saham
2.4.1 Pengertian Saham
Saham menurut Rusdian (2005 : 68), yaitu :
“ Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan
dan pemegang saham memiliki hak klaim atau penghasilan dan aktiva
perusahaan”.
Sedangkan Dermawan (2006 : 22), mengemukakan bahwa saham adalah :
“ Surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas atau yang disebut emiten ”. Lain lagi dengan Tjiptono dan
Hendy (2006 : 6) yang mengartikan saham sebagai tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perseroan terbatas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saham merupakan selembar
kertas yang dikeluarkan oleh perseroan terbatas sebagai tanpa kepemilikan sebuah
perusahaan dan berhak atas hak klaim atau penghasilan dan aktiva perusahaan.
2.4.2 Jenis-jenis Saham
Berdasarkan cara peralihannya menurut Paulus (2008 : 47), saham dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), yaitu saham yang tidak ditulis nama
pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain,
sehingga wujudnya dengan uang. Pemegang saham atas unjuk secara hukum
dianggap sebagai pemilik dan berhak ikut hadir mengeluarkan suara dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
b. Saham Atas Nama (registered stocks), yaitu saham yang ditulis dengan jelas
nama pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu
dengan dokumen peralihan dan nama pemiliknya dibuat dalam buku
perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham.
Berdasarkan hak tagihan menurut Paulus (2008 : 48), saham dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Saham Biasa (common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya
paling yunior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan
perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Saham ini biasanya mempunyai harga
nominal yang ditetapkan oleh emiten atau yang disebut nilai pari (par value) yang
berbeda dengan harga perdana (primary price) atau harga sebelum dicatatkan
(listed) di bursa efek. Jika harga saham terjual dengan harga perdana yang lebih
tinggi dari harga nominalnya, maka selisihnya disebut agio saham.
Saham biasa terbagi lagi menjadi lima jenis, yaitu :
1) Blue Chip Stock, yakni saham biasa dari suatu perusahaan yang
mempunyai reputasi tinggi, sebagai leader dari perusahaan sejenisnya
dan memiliki pendapatan yang stabil, serta konsisten dalam membayar
dividen.
2) Income Stock, yakni saham dari suatu emiten yang dapat membayar
dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun
sebelumnya.
3) Growth Stock (well known), yakni saham-saham dari emiten yang
memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader
perusahaan sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat
juga Growth Stock (lesser known), yaitu saham dari emiten yang bukan
sebagai leader dari perusahaan sejenis, tetapi memiliki ciri seperti
Growth Stock (well known).
4) Speculative Stock, yakni saham dari emiten yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang
meskipun belum pasti.
5) Counter Cylical Stock, yakni saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
b. Saham Preferen (preffered stock) adalah saham yang berbentuk gabungan
antara obligasi dengan saham biasa, karena dapat menghasilkan pendapatan
tetap seperti bunga obligasi, tetapi juga dapat tidak mendatangkan hasil seperti
yang dikehendaki investor. Adapun jenis-jenis saham preferen adalah sebagai
berikut :
1) Cummulative Preffered Stock (CPS), saham jenis ini memberikan hak
kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang bersifat kumulatif
dalam suatu persentase dalam jumlah tertentu.
2) Non Cummulative Preffered Stock, pemegang saham jenis ini mendapat
prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu persentase atau
jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif.
3) Participating Preffered Stock, pemilik saham jenis ini selain
memperoleh dividen tetap seperti yang telah ditentukan, juga
memperoleh ekstra dividen apabila perusahaan dapat mencapai sasaran
yang telah ditetapkan.
4) Convertible Preffered Stock (saham istimewa), pemegang saham
istimewa mempunyai hak lebih dibandingkan pemegang saham lainnya.
Hak itu terutama dalam penunjukkan direksi perusahaan.
2.4.3 Risiko Saham
Sebagai instrumen investasi, saham memiliki resiko antara lain :
a. Capital Loss
Capital Loss merupakan kebalikan dari capital gain, yaitu kondisidimana
investor menjual saham lebih rendah dari harga beli saham tersebut.
b. Risiko Likuidasi
Risiko likuidasi merupakan kondisi dimana suatu perusahaan dinyatakan
bangkrut oleh pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini
klaim dari pemegang saham mendapatkan prioritas terakhir setelah kewajiban
perusahaan dapet dilunasi.
Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut,
maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham,
namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham
tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi tersebut
merupakan risiko terberat dari pemegang saham.
c. Tidak ada pembagian dividen
Jika emiten tidak dapat membukukan laba pada tahun berjalan atau Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) memutuskan untuk tidak membagikan
dividen kepada pemegang saham karena laba yang diperoleh akan
dipergunakan untuk ekspansi usaha.
d. Saham Delisting dari Bursa
Karena beberapa alasan tertentu, saham dapat dihapus pencatatannya
(delisting) di Bursa, sehingga pada akhirnya saham tersebut tidak dapat
diperdagangkan.
2.4.4 Harga Saham
Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima
oleh pemilik saham dikemudian hari. Harga saham adalah uang yang dikeluarkan
untuk memperoleh bukti penyertaan atau kepemilikan suatu perusahaan. Harga
saham dapat juga diartikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi para penjual
dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap profit
perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan
pembentukan saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual atau
membeli saham.
Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, yang berarti harga
saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan
atau penawaran yang fluktuatif setiap harinya akan membawa pola harga saham
yang fluktuatif juga. Pada kondisi dimana permintaan saham lebih besar, maka
harga saham akan cenderung naik, sedangkan pada kondisi dimana penawaran
saham lebih banyak maka harga saham akan menurun.
2.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham
Menurut Brigham, Besley dan Weston (2006) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi harga saham, yaitu :
a. Earning Per Share
Semakin tinggi laba per lembar saham yang diberikan perusahaan maka para
investor akan semakin percaya bahwa perusahaan akan memberikan
pengembalian yang cukup baik. Akibatnya akan terjadi investasi yang lebih
besar yang dapat meningkatkan harga saham perusahaan.
b. Tingkat Suku Bunga
Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai
sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi akan
berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. Investasi produk bank
seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya jika dibandingkan
dengan investasi dalam bentuk saham dan dananya kemudian akan
ditempatkan di bank. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada
penurunan harga saham secara signifikan.
c. Dividen tunai yang dibagikan
Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka pembagian
dividen yang meningkat dan besar merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah dividen tunai
yang semakin besar dapat menarik investor sehingga harga saham dapat
meningkat.
d. Jumlah laba yang diperoleh perusahaan
Investor dalam melakukan investasi terhadap suatu perusahaan, hal utama yang
menjadi bahan pertimbangan adalah profit yang dihasilkan. Sehingga hal ini
dapat mempengaruhi harga saham.
e. Risk and Return
Tingginya perencanaan terhadap laba akan menyebabkan tingginya risiko yang
akan dihadapi. Semakin tinggi menempuh risiko guna mencapai laba yang
tinggi maka akan semakin tinggi tingkat pengembalian saham yang dapat
diterima, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham. Pendekatan
penilaian harga saham ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk
nilai sebenarnya dari saham (intrinsic value), yaitu analisis sekuritas
fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan
(company analysis) dan analisis teknis (technical analysis). (Abdul, 2005 : 20)
2.5 Dividen
2.5.1 Pengertian Dividen
Menurut Tjiptono dan Hendy (2006 : 179), dividen dapat diartikan sebagai
berikut :
“ Dividen adalah pembagian laba bersih perusahaan yang di distribusikan
kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham”.
2.5.2 Kebijakan Dividen
Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005 : 101 – 102) dinyatakan bahwa :
Kebijakan dividen adalah keputusan pihak manajemen untuk menentukan
perlakuan terhadap Earning After Tax (EAT), apakah dibagikan sebagai dividen,
diinvestasikan kembali, atau sebagian dibagikan sebagai dividen, sebagian lagi
diinvestasikan kembali ke perusahaan”.
Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil perusahaan dan
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga saham perusahaan di pasar modal,
sehingga kebijakan dividen merupakan sebagian dari keputusan investasi.
Perusahaan dalam hal ini, membagikan dividen dengan tujuan seorang investor
dapat menginvestasikan dananya untuk membeli saham tersebut.
Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi
perusahaan dan di lain pihak juga dapat membayar dividen kepada pemegang
saham, tetapi kedua tujuan ini selalu bertentangan. Jika dividen dibagikan tinggi
berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan, namun jika perusahaan ingi
menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia di dalam perusahaan,
berarti pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil.
Kedua hal ini dapat menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth)
dalam pendapatan perusahaan yang akan digunakan untuk mengembangkan
perusahaannya dan juga berpengaruh pada permintaan dan penawaran dari
investor yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan harga saham perusahaan
tersebut. Jadi kebijakan dividen erat hubungannya dengan investasi dana yang ada
dalam perusahaan.
2.5.3 Rasio Pembayaran Dividen (Dividen Payout Ratio)
Dividen Payout Ratio merupakan persentase jumlah dividen yang
dibayarkan dari laba bersih usaha, seperti yang dikemukakan oleh Horne (et al
1992). Dari pernyataan di atas tersebut maka DPR dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :
Dividen Per Share (DPS)
DPR = ---------------------------------Earning Per Share (EPS)
Menurut Agus Sarwono (2007 : 292), berikut ini faktor-faktor yang
sesungguhnya terjadi dalam pertimbangan manajerial untuk menentukan dividen
payout ratio, sebagai berikut :
a. Kebutuhan Dana Perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan factor yang
harus dipertimbangkan dalam menetukan kebijakan dividen yang akan diambil.
Dengan mempertimbangkan beberapa factor antara lain, aliran kas perusahaan
diharapkan, pengeluaran modal di masa yang diharapkan, kebutuhan tambahan
piutang dan persediaan.
b. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen, karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar,
maka semakin besar posisi kas likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
c. Kemampuan Meminjam
Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan
untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka
pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan.
d. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relative tertutup, manajemen
biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat
bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada pada
golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gain, maka perusahaan
dapat mempertahankan dividen payout
ratio rendah tentunya dapat
diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan
investasi yang profitable.
e. Stabilitas Dividen
Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan
perusahaan yang ditujukan oleh koefisien ke arah yang positif.
2.5.4 Bentuk Pembayaran Dividen
Perusahaan dalam membagikan dividen tidak hanya dalam bentuk kas
tetapi juga bisa dalam bentuk lain, yaitu :
a. Dividen Kas
Adalah dividen yang dibagikan secara tunai dan biasanya dibagikan secara
berkala, seperti triwulan, semesteran atau tahunan.
b. Dividen Saham
Adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk saham baru perusahaan yang
bersangkutan. Pembagian dividen saham biasanya berasal dari kapitalisasi laba.
Pembagiannya ditentukan dengan rasio tertentu terhadap jumlah saham yang
dimilikinya oleh seorang investor.
c. Dividen Properti
Adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk harta selain kas, dapat berupa
barang dagangan, real estate, investasi atau bentuk lainnya. Pada waktu
dividen harta diumumkan perusahaan harus menilai kembali nilai wajar harta
yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan mengakui keuntungan
dan kerugian karena perbedaan antara nilai wajar dan nilai buku harta pada saat
pengumuman.
d. Dividen Darurat
Adalah pembayaran dividen yang tidak dilakukan perusahaan pada saat ini,
tapi dibayarkan pada saat yang akan datang. Bentuknya adalah wesel bayar.
Dividen darurat ini digunakan biasanya pada saat perusahaan sedang
mengalami penurunan laba.
e. Dividen Likuidasi
Adalah pembagian dividen yang merupakan pengganti sebagian modal disetor
kepada pemegang saham.
2.5.5 Prosedur Pembayaran Dividen
Suatu perseroan terbatas wajib mengumumkan dividen sebelum perseroan
tersebut melakukan pembayaran. Hanya RUPS yang memiliki otoritas untuk
mengumumkan dividen. Perseroan tidak memiliki kewajiban untuk membayar
dividen samapai RUPS mengumumkannya. Tapi setelah dividen diumumkan,
maka pembagian dividen menjadi kewajiban hukum bagi perseroan.
Tanggal-tanggal yang berkaitan dengan dividen, antara lain :
a. Tanggal Pengumuman (Declaration – date)
Tanggal pengumuman diberitahukan sesaat setelah para direksi mengadakan
rapat dengan para pemegang saham, dalam pengumuman ini diberitahukan
berapa besar dividen yang akan dibagikan, bentuk pembayaran dividennya dan
tanggal pembayaran dividen.
Contoh pengumumannya sebagai berikut : “ Misal pada tanggal 15 November
2008, sebagai tanggal pengumuman (declaration-date), perusahaan X
mengadakan rapat dan menentukan pembayaran dividen tunai sebesar Rp 150
per lembar saham, tanggal 12 Desember 2008 sebagai pencatatan pemegang
saham dan pembayaran dilakukan pada tanggal 10 Januari 2009, sebagai
tanggal pembayaran (payment date).
b. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date)
Pada tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date), perusahaan
menutup buku, pencatatan pemindah tanganan saham dan membuat daftar
kepemilikan saham pertanggal tersebut.
Pada tanggal 15 Desember 2008 (holder of record date), perusahaan harus
menutup daftar kepemilikan saham. Oleh sebab itu, pada tanggal 15 Desember
2008 apabila pemberitahuan terlambat, maka hak atas dividen akan jatuh pada
pemilik saham lama.
c. Tanggal pemisahan dividen (Ex-dividen date)
Keterlambatan dalam pemberitahuan kepada perusahaan tentang sesuatu
transaksi jual beli akan menjadi masalah dalam menentukan hak penerima
dividen. Untuk menghindari konflik, badan keagenan telah menetapkan suatu
perjanjian yang menyatakan bahwa hak untuk memperoleh dividen akan tetap
melekat pada saham sampai empat hari sebelum tanggal pencatatan hak
dividen tidak lagi melekat pada saham, tanggal pada saat dividen dipisahkan
dari saham disebut tanggal pemisahan dividen (Ex-dividen date).
Jadi, dari contoh diatas jika tanggal pencatatan pemegang saham adalah
tanggal 15 Desember 2008, maka tanggal pemisahan dividen adalah tanggal
memperoleh dividen yang dibagikan pada 10 Januari 2009 (payment date).
d. Tanggal pembayaran (payment date)
Perusahaan akan mengirim cek pada pemegang saham yang tercatat sebagai
pemegang saham.
Berikut gambar prosedur pembayaran dividen menurut Agus Sartono (2007:302) :
Gambar 2.1
Tanggal
Tanggal
Tanggal
Tanggal
Pengumuman
Pencatatan
Pemisahan
Pembayaran
(Declaration
(Holder Of
(Ex - Dividen
(Payment
Date)
Record Date)
Date)
Date)
2.6 Earning Per Share (EPS)
2.6.1 Pengertian Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan
yang dihasilkan (laba bersih) dengan jumlah saham yang beredar. EPS merupakan
rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh
investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji, 2001 : 139)
2.6.2 Kegunaan Earning Per Share (EPS)
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan
dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya
menjadi dasar penentuan pembayaran dividend an kenaikan nilai saham di masa
mendatang (Prastowo, 2002 : 93). Oleh karena itu, para pemegang saham
biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan oleh perusahaan.
2.6.3 Rumus Earning Per Share (EPS)
Menurut Darmadji (2008 : 196), EPS dapat dihitung dengan rumus :
Total Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)
EPS = ------------------------------------------------Jumlah Saham yang Beredar
Angka per lembar saham diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan
oleh perusahaan berdasarkan atas prinsip akutansi yang sudah diterima. Laporan
keuangan yang utama yaitu laporan neraca dan laba rugi. Neraca menunjukkan
posisi kekayaan kewajiban dan modal pada waktu tertentu sedangkan laporan laba
rugi menunjukkan berapa laba yang diperoleh perusahaan pada periode
tertentu.EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar
dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan
EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para
investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah
modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan
laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham.
Download