BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan pengalaman kortikal subjektif. Walaupun tidak mungkin bagi bayi untuk menggambarkan pengalaman nyerinya, namun terkait bukti baik dari respon fisiologik dan perilaku bahwa mereka merespon terhadap nyeri dan hal ini menyebabkan distres. Nyeri merupakan salah satu perhatian utama dari orangtua terhadap bayi mereka yang dirawat di perawatan intensif atau menjalani prosedur tertentu. Pada usia gestasi 30 minggu terbentuk mielisasi pada jaras nyeri dan perkembangan sinaps medula spinalis dengan serabut-serabut sensorik pada janin, maka bayi baru lahir dan bayi preterm dapat merasakan nyeri (Lissauer dan Fanaroff, 2009). Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan menyebabkan kerusakan jaringan (Setiyohadi, 2007). Pencegahan nyeri pada bayi seharusnya menjadi tujuan utama bagi perawat atau tenaga medis lainnya, karena seringnya terpapar oleh nyeri yang berulang atau terus-menerus akan berpotensi mengakibatkan kerusakan yang serius. kerusakan yang terjadi termasuk adanya perubahan sensitivitas nyeri (akan berakhir pada masa remaja), kerusakan syaraf yang permanen, keabnormalan pada perilaku, ketidakmampuan pembelajaran. Bayi yang 1 2 beresiko tinggi mengalami kerusakan dalam perkembangan syaraf yaitu bayi yang lahir prematur (American Academy of Pediatrics, 2006). Pada bayi nyeri dapat diekspresikan melalui menangis atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe, dikutip dari Wong, 2004). Pada umumnya bayi dapat mengekspresikan rasa nyeri dengan perubahan perilaku seperti perubahan ekspresi wajah, menangis, dan posisi postural tertentu seperti; menggeliat, menyentak, dan menggapai-gapai (American Academy of Pediatrics, 2006). Masalah nyeri pada bayi merupakan masalah yang kompleks sehingga pengkajian nyeri pada bayi berbeda dengan pengkajian nyeri pada orang dewasa. Pengkajian nyeri pada bayi sering sulit dilakukan karena mereka tidak mampu mengutarakan rasa nyeri dengan kata-kata, sehingga perawat harus memiliki keterampilan yang spesifik khususnya dalam mengkaji nyeri pada bayi. Namun sangat sulit untuk membedakan tangisan bayi yang disebabkan karena rasa nyeri atau rasa takut, sehingga hal ini berdampak pada proses pengkajian nyeri pada bayi. Menurut Smetlzer dan Bare (2002) Peran pemberi perawatan pada penanganan nyeri yaitu untuk mengidentifikasi, mengobati penyebab nyeri dan memberikan obat-obatan untuk menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga profesional kesehatan lain tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas intervensi dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif. Adapun peran perawat dalam mengkaji nyeri pada bayi yaitu antisipasi, komprehensif dan 3 berkelanjutan dalam penilaian variabel, mampu membedakan antara cemas dan ekspresi nyeri pada bayi prematur, terus berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan, advokasi dan menerapkan pengobatan yang tepat waktu serta efektif saat bayi rewel ; cemas; dan nyeri, evaluasi proaktif tentang rencana perawatan (Gardner and Merenstein, 2002). Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting untuk management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia, 2011). Berbagai teknik pendekatan atau alat ukur yang paling sering digunakan untuk mengukur respon nyeri pada bayi adalah CRIES, PRS, NIPS, FLACC (Wilson, 2008). Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan perawat berdasarkan karakteristik demografi, dimana karakteristik yang diteliti antara lain usia, masa kerja dan tingkat pendidikan. Peneliti ingin membuktikan apakah karakteristik demografi berupa usia, masa kerja dan tingkat pendidikan akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan perawat tentang nyeri pada bayi. Berdasarkan pengalaman, peneliti tidak pernah menjumpai perawat yang melakukan pengkajian nyeri pada bayi khususnya di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi. Nyeri pada bayi masih sering terabaikan oleh tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi, maka peneliti ingin mendeskripsikan hubungan antara karakteristik demografi yang meliputi usia, tingkat pendidikan dan masa kerja perawat dengan tingkat pengetahuan 4 perawat. Maka peneliti melakukan penelitian di sebuah rumah sakit yaitu RSUD Dr. Moewardi Surakarta di ruang NICU yang khusus menangani bayi dalam kondisi intensive. Oleh karena itu penelitian ini bisa memberikan gambaran yang berguna bagi pelayanan keperawatan di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut di atas perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan kompetensi dalam melakukan tindakan khususnya pengkajian rasa nyeri pada bayi. Maka perlu diteliti oleh penulis suatu permasalahan tentang “Hubungan antara Karakteristik Demografi dengan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Pengkajian Nyeri pada Bayi di Ruang NICU RS Dr. Moewardi Surakarta “ B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas perumusan permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi? 2. Adakah hubungan antara karakteristik demografi berupa tingkat pendidikan, masa kerja dan usia dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan yang dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan yujuan khusus. 5 1. Tujuan Umum : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik demografi dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi. 2. Tujuan khusus : a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang nyeri pada bayi. b. Menganalisis hubungan antara karateristik demografi dengan tingkat pengetahuan perawat tentang pengkajian nyeri pada bayi D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Untuk menambah khasanah pengetahuan bidang keperawatan, khususnya keperawatan anak 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti: Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian. b. Bagi RS Dr. Moewardi Surakarta: Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pengetahuan perawat khususnya di ruang NICU. c. Bagi institusi pendidikan: Memberikan sumbangan penelitian ilmiah yang diharapkan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih jauh tentang pengkajian nyeri pada bayi 6 E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang “Hubungan antara Karakteristik Demografi dengan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Pengkajian Nyeri pada Bayi di Ruang NICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta “, belum pernah dilakukan. Adapun yang berkaitan yaitu : 1. Anis Af Idah, (2011) tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Nyeri dengan Perilaku Pengkajian Nyeri Anak Toddler di Melati II RSUD Dr. Moewardi Surakarta“ penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional , pengumpulan data menggunakan kuisioner dan checklist observasi. Hasil penelitian menunjukkan 8 responden (40%) menyatakan pengetahuan baik, 9 responden (45%) menyatakan pengetahuan cukup, 3 responden (15%) menyatakan pengetahuan kurang. Hasil penelitian mengenai perilaku pengkajian nyeri adalah 6 responden (30%) perilaku baik, 6 responden (30%) perilaku cukup, 8 responden (40%) perilaku kurang. Uji hipotesis penelitian menunjukkan nilai r = 0,393 dengan tingkat signifikasi p = 0,031. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang nyeri dengan perilaku pengkajian nyeri anak toddler. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Henny Suzana mediani, dkk dengan judul “ Respon Nyeri Infant dan Anak yang Mengalami Hospitalisasi Saat Pemasangan Infus di RSUD Sumedang “ dengan hasil bahwa aktifitas perilaku anak selama prosedur tindakan pemasangan infus menunjukkan 7 bahwa anak mengalami nyeri terutama untuk kelompok anak infant, balita dan usia sekolah. Perbedaan : pada masing-masing variabel judul penelitian berbeda dan metode penelitian yang dilakukan juga berbeda.