BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Dalam memasarkan barang atau jasa banyak kegiatan-kegiatan pemasaran yang digunakan untuk mempengaruhi konsumen, kegiatan pemasaran bukanlah sekedar menjual barang atau jasa saja, melainkan segala aktivitas yang berhubungan dengan arus barang dan jasa. Pemasaran sebagai kegiatan manusia diarahkan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran. Definisi yang paling sesuai dengan tujuan tersebut adalah: Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan prosuk yang bernilai kepada pihak lain (Kotler, 2005). Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands). Disamping itu, perusahaan dituntut untuk dapat memahami keinginan dan kebutuhan konsumen, sehingga konsumen mau membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan volume penjualan adalah dengan menerapkan strategi marketing mix. Dalam marketing mix terdapat kombinasi empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dalam sistem pemasaran perusahaan yaitu : produk (product), promosi (promotion), harga (price), dan tempat (place). 5 Universitas Sumatera Utara Keempat unsur yang terdapat dalam kombinasi tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi terhadap peningkatan volume penjualan. Pemasaran merupakan salah satu dan kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dimana dalam empat unsur tersebut juga dibarengi dengan pelayanan yang ditawarkan oleh pihak perusahaan kepada masyarakat. Pemasaran juga merupakan sebuah faktor yang penting dalam suatu siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Jadi pada hakekatnya berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada bagaimana tanggapan para konsumen. Perlu diingat bahwa sebenarnya sebuah pasar bukan dimiliki tetapi dilayani, guna melayani suatu pasar dengan baik diperlukan studi secara konsisten beserta perencanaannya, hal ini berguna untuk mencapai loyalitas dan kesediaan pembeli pada tingkat tertentu. Para pemasar atau produsen harus mampu membujuk konsumen yang beragam untuk membeli produk yang dipasarkan dan menyampaikan pesan yang tepat kepada konsumen sasaran. Memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga perusahaan dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi di masyarakat. Didalam memasarkan suatu barang atau jasa pelayanan juga menjadi tolak ukur bagi masyarakat dalam menilai suatu perusahaan. Dimana sebelumnya memaksimalkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kepuasan pelanggan maka perlu diketahui apa yang sebenarnya pelayanan itu. Universitas Sumatera Utara Pelayanan (service) adalah semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang pada intinya tidak menghasilkan kepemilikan apapun” (Kotler,dkk; 2009:36). Peningkatan pelayanan perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencapai kepuasan pelanggan dan perlu diupayakan secara berkesinambungan serta berorientasi pada perbaikan. Pelayanan yang sempurna harus diberikan sejak awal karena dampak dari suatu pelayanan yang buruk akan sangat besar pengaruhnya terhadap suatu perusahaan. Dengan kata lain pemberian pelayanan yang baik pada kedua belah pihak. 2.1.2 Pengertian Bauran Pemasaran Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh dan menyatu di bidang pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan demi tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah strategi acuan atau bauran pemasaran yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu yang merupakan pasar sasaran. Kotler, (2009:198) “Bauran Pemasaran (marketing mix) merupakan variabel-variabel yang dapat dikendalikan perusahaan, yang terdiri dari produk (product), promosi (promotion), harga (price) dan tempat (place)”. Dalam hal ini dibutuhkan dua bagian yang sangat penting dan saling berkaitan yaitu sasaran pasar yang dituju (target market), dan acuan pemasaran yang dijalankan (marketing mix). Dari defenisi strategi pemasaran diatas bahwa salah satu pendekatan pokok yang digunakan adalah bauran pemasaran atau marketing mix atau sering disebut 4-P. Universitas Sumatera Utara Alma (2005:36) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) adalah koordinasi dan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan produk, promosinya, penetapan harganya, dan distribusinya. Dari defenisi tersebut, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan bauran pemasaran adalah kombinasi dari variabel-variabel seperti produk, harga, tempat atau saluran distribusi dan promosi yang dapat dikendalikan untuk mencapai target pasar yang diharapkan perusahaan. Sebagai penunjang dari unsur yang mempengaruhi peningkatan volume penjualan pelayanan yang ditawarkan juga merupakan unsur penting dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dimana diketahui bahwa kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar maupun sebagai strategi untuk terus bertumbuh. Keunggulan suatu produk jasa tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan. 2.1.3 Kebijakan Harga Defenisi harga menurut Suwarman (2004:303) “Harga adalah atribut produk atau jasa yang paling sering digunakan oleh sebagian besar konsumen untuk mengevaluasi produk”. 9 Universitas Sumatera Utara Chandra (2005:149) “Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan atau aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk”. Kebijakan penetapan harga jual sebagian besar tergantung pada bentuk-bentuk persaingan yang berlaku dalam masyarakat. Kebijakan penetapan harga yang dilakukan dalam persaingan monopoli tentu berbeda dengan bentuk persaingan bebas. Dalam persaingan monopoli, suatu perusahaan akan mempunyai kedudukan monopoli terhadap barang atau jasa tertentu, dalam hal ini kebijakan harga adalah bebas karena tidak menghadapi saingan dari perusahaan lain, tetapi meskipun demikian perusahaan juga mempertimbangkan tingkat daya beli konsumen dan menunjukkan adanya barang pengganti. Perusahaan sangat perlu membandingkannya dengan harga suatu produk serupa yang diproduksi atau dijual perusahaan lain, artinya perusahaan perlu selalu memonitor harga jual yang ditetapkan oleh para pesaing, agar harga yang ditentukan perusahaan tidak terlalu tinggi atau sebaliknya. Dalam hal ini manajemen pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencari dan mengumpulkan informasi yang berguna untuk penetapan harga, karena merekalah yang berhubungan langsung dengan konsumen. Tujuan umum penetapan harga jual produk dapat diarahkan pada 2 (dua) hal, yaitu : 1. Penetapan harga jual yang berbasis biaya 2. Penetapan harga berbasis permintaan. Penggunaan salah satu bentuk strategi tersebut akan sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi oleh manajemen. Universitas Sumatera Utara 2.1.4 Penetapan Harga Berdasarkan pada Biaya dan Persaingan Orientasi penetapan harga yang berbasis pada biaya bertumpu pada kriteria internal yang ditetapkan perusahaan. Harga jual ditetapkan untuk dapat menutup biaya dan sekaligus mencapai tingkat keuntungan investasi yang ditargetkan. Selain itu, penetapan harga berorientasi pada biaya juga dimaksudkan untuk memperoleh margin tertentu yang dapat dipergunakan untuk menutup biaya advertensi dan biaya-biaya pemasaran lainnya. 2.1.5 Pengaruh konsumen Dalam Penetapan Harga Seperti telah disebut pada bagian awal, dua hal yang harus diperhatikan oleh pemasar dalam penetapan harga adalah persepsi dan respon konsumen terhadap berbagai alternatif harga. Persepsi konsumen akan berkaitan dengan cara konsumen memandang dan menginterpretasikan harga; sedang respons konsumen akan berkaitan dengan perilaku nyata yang dilakukan konsumen terhadap produk. Adapun persepsi konsumen tehadap harga jual yang ditetapkan akan terbentuk karena beberapa hal sebagai berikut : 1. Kesadaran Konsumen terhadap Harga (price awareness) Pada umumnya kesadaran konsumen terhadap harga sangat rendah. Hal ini disebabkan konsumen pertama kali yang dilihat adalah wujud fisik atau gambaran tentang produk. Namun, biasanya kesadaran harga itu akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya sensitivitas harga yang dilakukan. Bagi kelompok pembeli organisasional memang sedikit berbeda. Mereka pada umumnya mempunyai kesadaran harga yang tinggi karena adanya kebutuhan untuk bernegosiasi baik tentang harga maupun cara pembayarannya. Universitas Sumatera Utara 2. Ekspektasi terhadap Harga ( price expectation ) Sebelum menentukan pilihan atas produk, konsumen biasanya mengembangkan ekpektasi tentang tingkat harga normal dan tentang harga untuk suatu merek tertentu. Mereka menentukan standar harga untuk beberapa item produk yang dianggapnya cukup fair. Konsumen juga biasanya menetapka berapa kira-kira rentang harga untuk segmen pasar tertentu kemudian akan diarahkan untuk menjadi dasar penetapan tingkat harga. 2.1.6 Kaitan Harga dan Kualitas Produk Hal lain yang cukup penting diperhatikan dalam penetapan strategi harga adalah menentukan apakah konsumen memandang tingkat harga memberikan inidikasi tentang kualitas produk. Apabila hal itu benar, maka penurunan harga mungkin akan meningkatkan penjualan dalam wakttu singkat; tetapi mungkin juga berakibat konsumen memiliki pandangan bahwa perusahaan telah mempertaruhkan kualitas dengan harga produk. Banyak bukti menunjukkan bahwa konsumen mempunyai tendensi menggunakan harga sebagai indikator kualitas terutama ketika mereka tidak memiliki pengalaman pembelian produk tertentu, sedikit informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, dan apabila mereka melihat bahwa pembelian itu mempunyai risiko yang besar. Sebaliknya, konsumen yang mempunyai informasi yang cukup tentang produkpada umumnya tidak secara langsung mengaitkan harga dengan kualitas produk. Hal ini dapat diamati pada perilaku pembeli organisasional. Pada umumnya mereka mencari informasi sebanyak mungkin sebelum keputusan pembelian dilakukan. Universitas Sumatera Utara 2.2 Kualitas Pelayanan 2.2.1 Defenisi Pelayanan Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/ pelanggan (Ratminto dan Atik, 2009:2). Sedangkan, menurut Simamora (2008:172) menyatakan bahwa pelayanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. 2.2.2 Defenisi Kualitas Pelayanan Menurut Goetsh dan Davis (dalam Tjiptono,2005: 51) Kualitas adalah “suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau memiliki harapan”. Menurut American Society for Quality Control (dalam Lupiyoadi, 2001: 144). Kualitas adalah “Keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk/jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten”. Konsep kualitas pelayanan pada dasarnya bersifat relatif, yaitu tergantung dari perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Pada dasarnya terdapat tiga orientasi kualitas pelayanan yang seharusnya konsisten satu sama lainnya, yaitu: persepsi pelanggan, produk dan pelayanan, dan proses. Ketiga orientasi ini dapat dibedakan dengan jelas bahkan produknya adalah proses itu sendiri (Lupiyoadi, 2006 :144). Universitas Sumatera Utara Menurut Parasuraman (dalam Lupiyoadi, 2006 :148) ada 5 (lima) dimensi dalam menentukan kualitas pelayanan yaitu : 1. Bukti langsung (tangibles) Definisi bukti langsung dalam Lupiyoadi (2006:148) yaitu "kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensi kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya) , perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya". Bukti langsung dalam Tjiptono (2005:70) adalah "bukti fisik dari jasa, bisa berupa fisik, peralatan yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa (misalnya, kartu kredit plastik)".Sedangkan Philip Kotler (2009:53) mengungkapkan bahwa bukti langsung adalah "fasilitas dan peralatan fisik serta penampilan karyawan yang professional". 2. Kehandalan (reliability) Kehandalan dalam Lupiyoadi (2006:148) adalah "kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama, untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi". Tjiptono ( 2005 : 69 ) mendefinisikan kehandalan adalah "mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama (right the first time). Selain itu juga berarti Universitas Sumatera Utara bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati". Secara singkat definisi kehandalan dalam Tjiptono (2005:14) adalah "kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan". 3. Daya tanggap (responsiveness) Menurut Lupiyoadi (2006:148) daya tanggap adala "suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan". Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (2005:70) daya tanggap adalah "keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tangga". 4. Jaminan (assurance) Definisi jaminan dalam Lupiyoadi (2006:148) yaitu "pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy)". Senada dengan pengertian di atas Tjiptono ( 2005 : 70 ) mendefinisikan kehandalan adalah "mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan". Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Kotler (2009:53) jaminan adalah " pengetahuan dan kesopanan dari karyawan, dan kemampuan untuk mendapatkan kepercayaan dan keyakinan". 5. Empati (empathy) Lupiyoadi (2006:148) menerangkan empati adalah "memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan". Menurut Tjiptono (2005:70) empati adalah "kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan". Lebih singkat lagi Kotler (2009:53) mendefinisikan empati adalah tingkat perhatian pribadi terhadap para pelanggan". Suatu perusahaan pelayanan dapat memenangkan persaingan dengan cara terus menerus memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi dibandingkan dengan pesaing, dan melebihi harapan para konsumen. Pengharapan ini dibentuk oleh pengalaman mereka terdahulu, pembicaraan dari mulut ke mulut dan iklan. Setelah mendapat pelayanan konsumen lantas membandingkan kualitas pelayanan yang mereka peroleh dengan kualitas pelayanan yang mereka harapkan Parasuruman, et.al (1985:65), merumuskan suatu model kualitas pelayanan yang meninggikan hal-hal penting dalam memberikan kualitas pelayanan bermutu tinggi. ilustrasi dibawah ini ditujukan untuk menggambarkan 5 kesenjangan (Gap) yang dapat menghasilkan pelayanan yang tidak berhasil (Gambar 2.1). Universitas Sumatera Utara Komunikasi dari Mulut ke mulut Kebutuhan Pribadi Pengalaman masa lalu Jasa Diharapkan GAP 5 Pelanggan Pemasaran Jasa yang dialami/rasakan Penyampaian jasa (sebelum dan sesudah kontak) Komunikasi Eksternal Pada konsumen GAP 3 GAP 4 GAP 1 Translasi persepsi menjadi spesifikasi kualitas jasa GAP 2 Tahapan Manajemen Tentang Harapan Pelanggan Sumber : Parasuruman, et.al (1985:65) Gambar 2.1. Model Kesenjangan (GAP) Dalam Kualitas Keterangan : 1. Kesenjangan diantara harapan konsumen dengan persepsi manajemen. Manajemen tidak selalu teliti menanggapi apa yang sesungguhnya diinginkan oleh konsumen. 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dengan spesifikasi kualitas pelayanan. Manajemen boleh jadi mengerti persis apa yang sesungguhnya Universitas Sumatera Utara diinginkan oleh konsumen tetapi tidak membuat suatu pelayanan standar yang khas untuk memuaskannya. 3. Kesenjangan diantara spesifikasi kualitas pelayanan dengan pemberian pelayanan. Kesenjangan timbul karena ketidak mampuan personel untuk melakukan pelayanan akibat kurang pelatihan yang memadai. 4. Kesenjangan diantara pemberi pelayanan dengan komunikasi eksternal. Pengharapan konsumen dipengaruhi sangat oleh janji-janji pemasar ataupun iklan yang berlebihan dibandingkan dari apa yang sebenarnya dapat diberikan oleh pelayanan di perusahaan. 5. Kesenjangan diantara pelayanan yang dirasakan dengan pelayanan yang diharapkan. Konsumen boleh jadi salah mengerti menilai kualitas pelayanan yang benar. 2.3 Konsep Kepuasan Pelanggan 2.3.1 Definisi Kepuasan Pelanggan Definisi kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan menurut Day dalam Tse dan Wilton (1988) adalah “respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja actual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya”. Engel (1990) dalam Tjiptono (2005:146) mengungkapkan bahwa Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan Universitas Sumatera Utara pelanggan. Sedangkan Wilkie (1990) dalam Tjiptono (2005:24) mendefinisikannya sebagai “suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa”. Kotler (2009:36) memberikan arti dari kepuasan konsumen yaitu tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan performansi (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapannya. Apabila kinerja dibawah harapan, maka konsumen akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, konsumen akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, konsumen akan sangat puas. Harapan konsumen dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Konsumen yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan. 2.3.2 Pengukuran Kepuasan Pelanggan Perusahaan perlu melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan karena hal ini telah menjadi hal yang esensial bagi setiap perusahaan. Langkah tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan. Menurut Kotler ( 2009 : 38 ) metode - metode yang dapat dipergunakan setiap perusahaan untuk memantau dan mengukur kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Sistem keluhan dan saran (complain and suggestion system) Organisasi yang berwawasan pelanggan akan membuat pelanggannya memberikan saran atau keluhan, misalnya dengan memberikan formulir bagi pelanggan untuk melaporkan kesukaan atau keluhan, penempatan kotak saran. Alur informasi ini memberikan banyak gagasan balik dan perusahaan dapat bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan masalah. 2. Survey pelanggan (customer surveys) Kepuasan pelanggan dapat diukur melalui pelanggan atas persepsinya terhadap kepuasannya. 3. Pembeli bayangan (ghost shopping) Cara lain untuk mengukur mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan menyuruh orang berpura-pura menjadi pembeli dan melaporkan titik-titik kuat maupun lemah yang mereka alami sewaktu membeli produk perusahaan. 4. Analisa Kehilangan Pelanggan (lost customer analysis) Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal ini terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan/penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan customer loss rate juga penting, menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan kualitas pelanggannya. Crosby and Stephens (1987) mengemukakan konseptual dari kepuasan pelanggan overall terhadap jasa (service) terdiri atas tiga hal penting, termasuk Universitas Sumatera Utara kepuasan terhadap: 1. Contact person; 2. The core service, dan ; 3. The organization. Hal ini dicontohkan dalam kepuasan overall terhadap perusahaan jasa asuransi jiwa, yang terdiri atas kompenen kepuasan terhadap agen (service pro-vider), jasa utama (core service), dan organisasi. Oliver (1993), Rust, Zahorik dan Keiningham (1995), Spreng, MacKenzie and Olshavsky (1996), dan Mittal, Ross dan Baldarase (1998) mengembangkan suatu model tentang bagaimana kepuasan/ ketidakpuasan terhadap atribut produk atau service dan proses dihubungkan dengan evaluasi terhadap kepuasan overall. Namun hal yang terpenting adalah bahwa kepuasan pelanggan tidak dapat diukur secara langsung dengan pengukuran yang obyektif, kepuasan pelanggan harus dilihat sebagai sesuatu hal yang abstrak dan merupakan fenomena teoritis yang dapat diukur dengan banyak indikator (Andreassen, 1994). Pengukuran kepuasan dengan menggunakan cara tersebut merupakan hal yang paling sering dilakukan pada berbagai perusahaan penyedia jasa. Lebih lanjut Andreassen (1994) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan dapat dibentuk melalui 3 item yaitu : 1. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan secara keseluruhan 2. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan apabila dibandingkan dengan jasa sejenis. 3. Merekomendasikan kepada orang lain. Universitas Sumatera Utara 2.4 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Daftar Peneliti Terdahulu Peneliti Judul Variabel Hasil Indrayana (2009) Analisis Pengaruh Variabel Marketing Mix Terhadap Volume Penjualan Pada PT. Danliris di Sukoharjo Personal Selling (X1) Periklanan (X2) Volume Penjualan (Y) Darwin Eduardus (2009) Pengaruh saluran distribusi dan biaya promosi terhadap perubahan volume penjualan nutrisari dalam kemasan sachet pada PT. Nutrexindo Prima cabang Surabaya - Saluran Distribusi (X1) Biaya Promosi (X2) Volume Penjualan (Y) - Terdapat pengaruh yang signifikan dari saluran distribusi dan biaya promosi terhadap perubahan volume penjualan Nutrisari, serta diketahui juga bahwa biaya promosi memberikan pengaruh yang lebih dominan terhadap perubahan volume penjualan dibandingkan saluran distribusi. Pengaruh Penentuan Harga Jual dan Biaya Promosi Terhadap Volume Penjualan Pada Perusahaan Kapas Putih di Klaten. - Harga Jual (X1) Biaya Promosi (X2) Volume Penjualan (Y) - Kristiana Tri Wulandari, (2007) - - - - - Variabel Personal Selling berpengaruh signifikan ebesar 0,040 dengan a (0,05) terhadap volume penjualan Variabel Periklanan berpengaruh signifikan sebesar 0,010 dengan a (0,05) terhadap volume penjualan Dari hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan regresi Y = 51314,142 - 5,481 X1 + 0,004 X2. Terdapat pengaruh negatif antara harga jual terhadap volume penjualan, terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai koefisien regresi harga jual sebesar -5,481 sedangkan biaya promosi penjualan memberikan pengaruh positif terhadap volume penjualan, terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai koefisien regresi biaya promosi sebesar 0,004; - Universitas Sumatera Utara - 2.5 Terdapat pengaruh signifikan antara harga jual terhadap volume penjualan, terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai thitung (- 2,174) < -ttabel (-2,052) dengan tingkat signifikansi 0,039 dan terdapat pengaruh signifikan antara biaya promosi terhadap volume penjualan, terbukti dari hasil analisis diperoleh nilai thitung (5,886) > ttabel (2,052) dengan tingkat signifikansi 0,000; Kerangka Konseptual Tujuan berdirinya perusahaan itu sendiri mendapatkan keuntungan atau laba dan besar kecilnya laba sering menjadi ukuran kesuksesan suatu manajemen. Hal tersebut didukung oleh kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dalam menentukan kebijakan harga pada produk yang A&W Restaurants pasarkan dan kualitas pelayanan yang A&W Restaurants berikan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu perlu adanya suatu perencanaan untuk mencapai hal tersebut. Ukuran yang sering dipakai untuk menilai sukses atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah dari laba yang diperoleh perusahaan. Sedangkan laba terutama dipengaruhi oleh volume produksi dan disertai dengan kualitas pelayanan yang baik sehingga kedua hal tersebut dapat mempengaruhi volume produksi dan pada akhirnya mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan. Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Kotler (2005 : 52), “Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya”. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis membuat model penelitian sebagai berikut : Dari beberapa teori yang dikemukakan, maka dapat diungkapkan suatu kerangka berpikir yang befungsi sebagai penuntun alur pikir dan dasar penelitian ini yang secara diagramik adalah sebagaimana ditunjukan Gambar 2.2 sebagai berikut: Produk (Product) X1.1 Harga (Price) X1.2 Promosi (Promotion) X1.3 Bauran Pemasaran (X1) Lokasi (Place) X1.4 Kepuasan Pelanggan (Y) Kehendalan (Reliability) X2.1 Jaminan (Assurance) X2.2 Bukti Langsung (Tangible) X2.3 Kualitas Pelayanan (X2) Empati (Emphathy) X2.4 Daya Tanggap (Responsiveness) X2.5 Sumber : Tjiptono (2005. 51), Kottler (2005:36) (diolah) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Universitas Sumatera Utara Dalam kerangka pikir yang mendasari penelitian ini adalah kepuasan pelanggan yang rendah yang diakibatkan dari bauran pemasaran dan kualitas pelayanan. Dari kedua faktor tersebut apakah ada pengaruhnya terhadap kepuasaan konsumen dilingkungan A&W Restaurants. 2.6. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran serta teori pendukung, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Bauran pemasaran yang meliputi; produk (product), harga (price), promosi (promotion) dan lokasi (place) berpengaruh secara positif terhadap Kepuasan Pelanggan A&W Restaurants. 2. Kualitas Pelayanan yang meliputi ; kehandalan (reliability), jaminan (assurance), langsung (tangibles), (responsiveness) secara positif empati (empathy), daya tanggap terhadap kepuasan pelanggan A&W Restaurants. 3. Bauran pemasaran dan kualitas pelayanan berpengaruh secara positif terhadap kepuasan pelanggan A&W Restaurants. Universitas Sumatera Utara