BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu hamil masih merupakan masalah besar dimana sekitar 800 perempuan meninggal setiap hari di seluruh dunia akibat kehamilan atau komplikasi yang berkaitan dengan kelahiran. Pada tahun 2010, 287.000 perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibu di negara berkembang adalah 240 per 100.000 kelahiran dibandingkan 16 per 100.000 di negara maju (WHO, 2012). Indonesia merupakan negara berkembang. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan 2012 menunjukkan tingkat kematian ibu meningkat tajam dibanding survey yang dilakukan 2007. Survei menemukan kematian ibu melahirkan sebanyak 359 per 100.000 kelahiran yang meningkat dari survei 2007 dimana angka kematian ibu hanya 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup (Sufa, 2013, ¶1). Pemerintah Indonesia mulai tahun 2013 melaksanakan Program Emas atau Expanding Maternal and Newborn Survival yang bekerja sama dengan pemerintah Amerika Serikat untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan yang masih tinggi di Indonesia (Wardah, 2013, ¶9) disamping mewujudkan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 untuk menurunkan AKI hingga 102/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2011a). Estimasi penduduk Indonesia sasaran program pembangunan kesehatan 2014 dari 252.124.458 total penduduk, terdapat 5.290.235 ibu hamil dan 5.049.770 ibu bersalin (Kemenkes RI, 2011b). Universitas Sumatera Utara Kehamilan merupakan tantangan, titik balik dari kehidupan keluarga, dan biasanya diikuti oleh stres dan gelisah, baik itu kehamilan yang diharapkan atau tidak. Untuk keluarga pemula, kehamilan adalah periode transisi dari masa anakanak menjadi orang tua dengan karakteristik yang menetap dan mempunyai tanggung jawab (Susanti, 2008, hal. 15). Bobak et al. (2005, hal. 125) mengutarakan pertumbuhan tersebut membutuhkan penguasaan tugas-tugas perkembangan tertentu menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu, mengatur kembali hubungan antara ibu dan anak perempuan serta antar dirinya dan pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum lahir, mempersiapkan diri untuk menghadapi pengalaman melahirkan. Banyak wanita, khususnya nullipara dan primigravida secara aktif akan mempersiapkan diri menghadapi persalinan (Bobak et al., 2005, hal.130). Kecenderungan ibu yang berpengalaman menceritakan pengalaman mereka pada ibu baru, baik yang membawa keuntungan maupun yang mengandung risiko, namun laporan itu selalu menggambarkan tentang nyeri (Perkins, 1980 dalam Mander, 2004, hal. 99). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975 dalam Bobak et al., 2005, hal.131). Dick-Read (1920-1950) mengajarkan pada para pasiennya bahwa bila seorang takut akan persalinan, ia akan menjadi tegang dan membuat rasa nyeri yang di rasakannya makin hebat (Simkin, 2008,hal. 147). Penelitian Kurniawati dan Wahyuni (2007) terhadap 30 sampel menunjukkan kecemasan primigravida lebih tinggi daripada multigravida ketika menghadapi persalinan dimana dari 15 ibu primigravida 4 ibu mengalami kecemasan ringan, 3 orang mengalami kecemasan sedang, dan 1 ibu mengalami Universitas Sumatera Utara kecemasan berat, sementara pada 15 multigravida hanya 1 ibu mengalami kecemasan berat dan 1 ibu mengalami kecemasan sedang. Penelitian lainnya menunjukkan kecemasan sangat berpengaruh terhadap persalinan. Penelitian Mei and Huang (2006) menunjukkan pengaruh kecemasan dan depresi ibu primigravida dalam menghadapi persalinan dapat menyebabkan persalinan lama dan menyebabkan perdarahan postpartum. Sementara hasil pengamatan Michel Odent dalam Simkin dan Ancheta (2005) menunjukkan kecemasan pada ibu sebagai respon ’melawan atau menghindar’ dalam persalinan menyebabkan kadar katekolamin berlebihan pada kala satu yang mengakibatkan lamanya kala satu semakin meningkat. Hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas menunjukkan faktor kecemasan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi persalinan yang tidak dapat diabaikan. Crowe dan Von Bayer (1989) dalam Mander (2004, hal. 102) bertahan mengajarkan realita persalinan dapat dilakukan dimana penelitiannya menunjukkan bahwa wanita yang diajarkan secara realistik mengenai kecemasan persalinan mengalami persalinan yang kurang nyeri. Suririnah (2005, ¶3) mengemukakan ibu yang akan menghadapi persalinan, memiliki pengalaman yang berbeda, tergantung siapa dan bagaimana ibu menanggapinya, yang terbaik adalah setiap calon ibu mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan dan kesiapan mental bahwa proses persalinan adalah alamiah. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan suatu penyuluhan atau konseling. Masalah yang perlu disampaikan adalah aspek fisiologi kehamilan, persalinan, perubahan emosi yang terjadi selama dalam kehamilan serta perencanaan keluarga dimasa depan. Universitas Sumatera Utara Penelitian Hastuti pada November 2007 sampai Agustus 2009 mengenai konseling menurunkan kecemasan dan tercapainya mekanisme koping ibu bersalin primipara tentang kajian terhadap kadar kortisol, kontraksi uterus, dan lama bersalin pada 218 ibu-ibu hamil yang menjadi sampel penelitiannya di Puskesmas Tegalrejo dan Mergangsang, Yogyakarta memperjelas bahwa pemberian konseling dapat meminimalkan kecemasan ibu pada persalinan pertama (primipara). Penelitian Salfariani (2012) di RSU Bunda Thamrin Medan pada 22 ibu bersalin juga menunjukkan 59,1% primigravida dan tidak memiliki pengalaman bersalin sebelumnya memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis karena kecemasan persalinan normal, sehingga peneliti dalam penelitian tersebut menyimpulkan perlu adanya penyuluhan dan konseling sebelum persalinan agar menentukan pilihan secara matang dalam mengambil suatu tindakan persalinan. Estimasi penduduk Aceh menurut sasaran program pembangunan kesehatan 2014 terdapat 4.731.705, yang terdiri dari 111.991 ibu hamil dan 106.901 ibu bersalin (Kemenkes RI, 2011b). Pengamatan dari lokasi penelitian diamati dari laporan Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) Puskesmas Buket Hagu tercatat tahun 2013 terdapat 443 sasaran ibu hamil. Pencatatan hingga Desember 2013 menunjukkan dari 35 desa di wilayah kerja puskesmas tersebut terdapat 58 ibu hamil trimester III, dimana 40 orang merupakan primigravida. Observasi awal yang peneliti amati ketika mengunjungi kegiatan Posyandu yang dilaksanakan di desa Dayah akhir Desember 2013 tampak tiga primigravida dari lima ibu hamil trimester III menceritakan kecemasannya mengenai persalinan pada bidan desa tersebut. Kecemasan primigravida tersebut Universitas Sumatera Utara ketika membayangkan proses persalinan kelak selain karena tidak berpengalaman, juga karena umumnya mereka memiliki pemahaman yang sama bahwa melahirkan itu merupakan proses yang menakutkan, menyeramkan, dan menyakitkan, serta takut tidak menjadi ibu yang baik bagi bayi. Atas dasar beragam teori mengenai efektifitas konseling dan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan pengaruh konseling dapat menurunkan kecemasan dalam menghadapi persalinan, peneliti tertarik untuk mengaplikasikan konseling terhadap penurunan kecemasan pada primigravida di wilayah kerja Puskesmas Buket Hagu dengan mengetahui sejauh mana pengaruh konseling dapat menurunkan kecemasan dalam menghadapi persalinan pada ibu primigravida, karena selayaknya pemberian konseling perlu dilakukan pada setiap pelayanan kebidanan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah ada pengaruh konseling terhadap kecemasan menghadapi persalinan pada primigravida ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap kecemasan menghadapi persalinan pada primigravida. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui kecemasan menghadapi persalinan sebelum diberi konseling pada primigravida. Universitas Sumatera Utara b. Untuk mengetahui kecemasan menghadapi persalinan sesudah diberi konseling pada primigravida. c. Untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap kecemasan menghadapi persalinan pada primigravida. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pembuat kebijakan kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pembuat kebijakan dalam merancang program tentang konseling untuk mengurangi kecemasan pada ibu hamil dalam menghadapi persalinan. 2. Bagi instansi pelayanan kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan inspirasi bagi pekerja medis untuk menerapkan konseling di puskesmas, rumah sakit, dan klinik bersalin sebagai upaya preventif untuk mengurangi tingkat kecemasan primigravida dalam menghadapi proses persalinan. Universitas Sumatera Utara