BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) mengindikasi hubungan yang terjadi antara agent dengan principal yang menyebabkan munculnya asimetri informasi dan pada akhirnya berujung dengan terjadinya konflik (Sulistyo, 2010). Astika (2010:65) menjelaskan bahwa teori keagenan menggambarkan konflik antara pemilik dengan manajer dalam beberapa hal, dan konflik tersebut secara eksplisit dan implisit tercermin dalam laporan keuangan. Sedangkan menurut Sulistyo (2010), teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan antara agent sebagai pihak yang mengelola perusahaan dan principal sebagai pemilik perusahaan, kedua pihak terikat dalam sebuah kontrak. Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa pemilik atau principal merupakan pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi dan agent merupakan pihak yang menjalankan kegiatan manajemen dan mengambil suatu keputusan. Jensen dan Smith (2000) mendefinisikan secara sempit mengenai hubungan agensi. Dimana hubungan agensi adalah kontrak satu atau lebih orang (antara principal dengan agent untuk mengambil suatu tindakan dengan mengatasnamakan principal). Agent memiliki insentif untuk memobilisasi laporan, sedangkan principal memiliki insentif untuk menghemat biaya proses (Mitnick, 2007). 11 Teori keagenan mengindikasikan terdapat asimetri informasi yang terjadi antara agent dengan principal. Asimetri informasi dapat terjadi ketika agent mengetahui informasi lebih banyak dibandingkan informasi yang diketahui oleh principal. Dalam penelitian ini, manajemen diasumsikan sebagai agent yang memiliki informasi mengenai laporan keuangan yang lebih banyak, sedangkan investor atau pemakai laporan keuagan lainnya sebagai principal yang memerlukan laporan keuangan tersebut untuk membuat keputusan ekonomi. Maharani (2013) menjelaskan bahwa ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan ke publik diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi yang timbul antara perusahaan dengan para pemakai laporan keuangan. Dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, akan mengurangi kecurangan dari agent sebagai pihak yang memiliki informasi lebih banyak daripada principal untuk memanipulasi informasi manajemen atau keuangan untuk kepentingan pribadinya. Sehingga, semakin cepat penyampaian atau publikasi laporan keuangan, akan mengurangi asimetri informasi yang terjadi. 2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa manajer suatu entitas mempunyai insentif secara sukarela (voluntary) melaporkan informasi-informasi kepada pasar modal walaupun tidak ada ketentuan yang mengharuskan (Astika, 2010:66). Signaling theory dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan yang menggunakan asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak luar dikarenakan 12 manajemen mengetahui lebih banyak tentang peluang masa depan perusahaan dibandingkan dengan pihak luar (investor dan pengguna laporan keuangan lainnya) (Dwiyanti, 2010). Signalling theory berpendapat bahwa perusahaan yang paling menguntungkan adalah menyediakan informasi yang lebih banyak dan lebih baik (Bini, Dainelli, dan Giunta, 2011). Sinyal keuangan sangat terkait dengan return saham, khususnya, dan pendapatan manajemen, pada umumnya (Eldomiaty, Choi, dan Cheng, 2007). Diketahui bahwa return saham diukur sebagai perbedaan dalam nilai pasar saham. Jadi, ketika keputusan struktur modal memiliki efek sinyal, faktor-faktor yang menjadi penentu return saham dijelaskan. Asimetri informasi akan terjadi apabila manajemen tidak secara menyeluruh menyampaikan semua informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar modal. Untuk meminimalisir terjadinya asimetri informasi, maka perusahaan harus memberikan informasi sebagai sinyal kepada investor. Meminimalkan asimetri informasi perlu dilakukan agar perusahaan go public dapat menginformasikan keadaan perusahaan secara transparan kepada para investor dan pengguna informasi laporan keuangan lainnya. Subalno (2009) dalam Dwiyanti (2010) menjelaskan sangat penting bagi perusahaan untuk memberikan informasi mengenai setiap account yang terdapat pada laporan keuangan sebagai sinyal apa yang sedang terjadi dalam perusahaan untuk diinformasikan kepada investor maupun calon investor. Hal baik dari signalling theory adalah perusahaan yang memberikan informasi yang baik akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita baik” 13 dengan cara menginformasikan kepada publik tentang keadaan perusahaan mereka. Tetapi, sinyal baik kinerja masa depan yang diberikan perusahaan yang kinerja masa lalunya tidak bagus, tidak akan dipercaya oleh pasar. Senada dengan Dwiyanti, Mengginson (dalam Hartono, 2005:38) dalam Sidauruk (2012), signalling theory menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki kualitas yang baik akan dengan sengaja memberikan sinyal kepada pasar, dan diharapkan pasar dapat membedakan perusahaan yang memiliki kualitas yang baik dan yang tidak baik. Perusahaan yang memiliki keyakinan mengenai peluang yang baik di masa depan tentang perusahaannya cenderung akan mengkomunikasikan berita baik tersebut kepada investor. Sehingga perusahaan berkualitas baik akan memberikan sinyal kepada investor dengan cara menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Begitu pula sebaliknya, perusahaan yang tidak memiliki kualitas yang baik, tidak akan melaporan laporan keuangan secara tepat waktu. 2.1.3 Laporan Keuangan dan Pengguna Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas (PSAK 1, 2013). Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga dapat menunjukkan hasil dari pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang telah dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan menyajikan 14 informasi mengenai suatu entitas yang meliputi aset, liabilitas, penghasilan dan beban (termasuk keuntungan dan kerugian), kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, serta arus kas. Pengguna dari laporan keuangan dapat dari berbagai kalangan seperti investor, masyarakat, dan pemerintah. Para pengguna laporan keuangan tersebut menggunakan laporan keuangan untuk tujuan yang berbeda-beda (PSAK 1, 2013). Beberapa pengguna dari laporan keuangan dan kebutuhannya meliputi: 1) Investor. Para investor memerlukan informasi laporan keuangan untuk membantu mereka dalam menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Para pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan suatu entitas untuk membayar dividen. 2) Karyawan. Karyawan tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas suatu entitas. Mereka juga tertarik mengenai informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja. 3) Pemberi Pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 15 4) Pemasok dan Kreditor Lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. 5) Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi keuangan mengenai kelangsungan hidup entitas, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada entitas. 6) Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7) Masyarakat. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran entitas serta rangkaian aktivitasnya. Laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif. Karakteristik kualitiatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Dalam PSAK 1, terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yang terdapat dalam laporaan keuangan, yaitu : 16 1) Dapat Dipahami. Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna informasi. Dalam hal ini, para pengguna informasi diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Akan tetapi, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan dengan dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh beberapa pengguna tertentu. 2) Relevan. Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi yang memiliki kualitas relevan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu. 3) Keandalan. Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus 17 atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat diharapkan. 4) Dapat Dibandingkan. Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevalusi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas tersebut, antar periode entitas yang sama dan entitas yang berbeda. 2.1.4 Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Salah satu ukuran transparansi dan kualitas pelaporam keuangan adalah ketepatan waktu. Informasi laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu untuk menghindari hilangnya relevansi informasi yang terkandung didalamnya, sehingga keputusan ekonomi dapat segera diambil. Informasi dalam laporan keuangan dikatakan relevan bila informasi tersebut disampaikan tepat pada waktunya dan memiliki manfaat bagi para pengguna laporan keuangan. Waktu pengungkapan informasi laporan keuangan telah menjadi sebuah keputusan yang penting yang harus dibuat oleh manajer dan CEO dari perusahaan yang terdaftar (Fah, 2006). Terdapat sejumlah alasan antara jeda waktu, tutup buku akhir tahun, dan penerbitan laporan 18 audit. Ashton, Graul, dan Newton (1989) dalam McGee (2007) mengidentifikasi, ukuran auditor, klasifikasi industri, ada atau tidaknya pos-pos luar biasa, serta laba dapat mempengaruhi ketepatan waktu. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam peraturan tersebut, laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan (LK), serta diumumkan kepada masyarakat paling lambat akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan menjadi penting bagi para pengguna informasi laporan keuangan untuk membuat suatu keputusan ekonomi (Ayemere dan Elijah, 2015). Ketepatan waktu merupakan atribut kualitatif dari laporan keuangan, sehingga bila pengguna informasi laporan keuangan memerlukan informasi tersebut, akan tersedia secepat mungkin (Ahmad dan Kamarudin, 2014). Kulzick (2004) menjelaskan bahwa ketepatan waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi transparansi laporan keuangan. E’temadi dan Yamohammadi (2003) dalam Moradi, Salehi, dan Mareshk (2013) menjelaskan bahwa pelaporan laporan keuangan yang tepat waktu dan dapat diandalkan dapat meningkatkan kemampuan investor, kreditur, dan pengguna lainnya untuk dapat memahami kapasitas dari suatu unit bisnis dalam pendapatan, arus kas, dan kondisi keuangan perusahaan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan telah memungkinkan informasi yang tersedia dalam 19 laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Selain itu, dengan pelaporan laporan keuangan yang dilakukan secara tepat waktu, maka akan mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara principal dengan agent, sekaligus menjadi sinyal baik bagi para investor dan calon investor. Pelaporan laporan keuangan yang tepat waktu juga dapat mempengaruhi regulator dan pembuatan suatu kebijakan oleh pemerintah, seperti pembuatan kebijakan perpajakan (Shukeri dan Nelson, 2011). 2.1.5 Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan dari perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba, sehingga semakin tinggi profitabilitas, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (Hilmi dan Ali, 2008). Menurut Ang (1997) dalam Parwati dan Suhardjo (2009), rasio profitabilitas merupakan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Saleh (2004) dalam Mardyana (2014) berpendapat profitabilitas perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang ingin dicapai oleh perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi pula kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya. Iyoha (2012) berpendapat bahwa wajar apabila manajer akan mengabarkan berita baik dalam bentuk profitabilitas lebih cepat 20 daripada pelaporan berita buruk (rugi) karena efek berita tersebut bisa berdampak pada harga saham dan indikator lainnya. Profitabilitas dapat dihitung menggunakan rumus Return on Assets (ROA). Sementara itu, hubungan antara ROA dapat dijelaskan oleh teori keagenan (agency theory) melalui bonus plan hypothesis, yang menyatakan bahwa manajer akan berusaha untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan karena semakin tinggi profitabilitas perusahaan akan dapat meningkatkan bonus yang akan diterima oleh manajer. Profitabilitas perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan investasi oleh investor. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, maka perusahaan akan semakin cepat menyerahkan laporan keuangannya. Hal ini dapat meminimalisir asimetri informasi yang terjadi antara principal dan agent. Selain itu, dengan profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan memberikan sinyal kepada investor dan pengguna informasi laporan keruangan lainnya untuk menanamkan kembali sahamnya ke perusahaan tersebut dan memberikan sinyal bahwa perusahaan dalam keadaan yang baik. 2.1.6 Solvabilitas Solvabilitas merupakan kemampuan dari perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, atau mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang (Wiagustini, 2010:76). Sedangkan, rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh dana pinjaman (Wiagustini, 2010:77). Solvabilitas 21 dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, baik dalam keadaan perusahaan masih berjalan maupun perusahaan dalam keadaan dilikuidasi (Wirakusuma dan Cindrawati, 2011). Menurut Kartika (2009) dalam Kinanti dan Susanto (2012), solvabilitas merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjangnya. Bila tingkat solvabilitas perusahaan tinggi, maka resiko kegagalan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman juga tinggi. Hal ini senada dengan Munawir (1993:32) dalam Indriani (2014) yang menyatakan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan dari perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya bila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas dapat dihitung dengan rasio Total Debt To Total Asset (TDTA), yakni dengan cara membandingkan total utang dengan total aktiva. 2.1.7 Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanggung jawab utama auditor independen atau akuntan publik adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan suatu entitas (perusahaan dan organisasi lainnya) (Jusup, 2014:19). Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan terbuka (perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal), perusahaan-perusahaan besar, dan juga perusahaanperusahaan kecil, serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan untuk mencari laba. 22 Menurut Putri, Purnamasari, dan Utomo (2015), Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang mendapatkan izin sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki usaha dalam bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik. Dewasa ini, keberadaan akuntan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut, akuntan publik merupakan akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Jusup (2014:21) menjelaskan bahwa, Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang Akuntan Publik (UndangUndang No. 5 Tahun 2011). Menurut undang-undang tersebut, akuntan publik dalam memberikan jasanya wajib mempunyai Kantor Akuntan Publik paling lambat 6 bulan sejak izin akuntan publik diberikan. Bagi akuntan publik yang tidak mempunyai KAP dalam waktu lebih dari 6 bulan, maka akan dicabut izin akuntan publiknya. Dewasa ini, terdapat empat KAP besar berskala internasional yang sering disebut dengan The Big Four. Saat ini, beberapa KAP di Indonesia telah bermitra dengan The Big Four. Berikut adalah KAP The Big Four dan mitranya di Indonesia: 1) KAP Price Waterhouse Coopers bermitra dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan yang pada tahun 2010 berubah nama menjadi KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan; 23 2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler) yang bermitra dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja; 3) KAP Ernst and Young yang bermitra dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja, yang pada tahun 2010 merubah namanya menjadi KAP Purwantono, Suherman & Surja; dan 4) KAP Deloitte Touche Thomatsu yang bermitra dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan. DeAngelo (1981) dalam Memis dan Cetanak (2012) menyatakan bahwa ukuran dari suatu perusahaan audit merupakan suatu indikator dari kualitas audit, karena lebih besar perusahaan audit tersebut, penyajian informasi laporan keuangan akan lebih lengkap. 2.1.8 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian dari Sulistyo (2010) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008”, bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat ketepatan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan yang terdaftar di BEI, serta untuk menguji dan membuktikan secara empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan, seperti profitabilitas dan kantor akuntan publik (KAP). Dalam penelitian tersebut, jumlah perusahaan sampel yang digunakan sebanyak 296 perusahaan, dengan tahun pengamatan selama 3 tahun pengamatan. Sehingga sampel 24 total selama periode penelitian sebanyak 888. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sulistyo, variabel profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sedangkan variabel reputasi KAP yang juga merupakan variabel bebas berpengaruh terhadap ketepatan penyampaian laporan keuangan. Penelitian dari Maharani (2013) yang berjudul “Ketepatwaktuan Penyampaian Pelaporan Keuangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Perbankan”, memiliki sampel sebanyak 31 perusahaan dengan periode penelitian selama 2 tahun. Sehingga didapat total sampel selama periode pengamatan sebanyak 32 perusahaan. Hasil penelitian dari Maharani menunjukkan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan penyampaian pelaporan keuangan. Penelitian dari Dewi dan Pamudji (2013) yang berjudul “Analisis Faktr-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu dan Audit Delay Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011), memiliki sampel ebanyak 335 perusahaan dengan rentang periode selama 5 tahun. Menurut penelitian ini, variabel profitabilitas tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Begitu pula dengan variabel solvabilitas yang tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian dari Putri, Purnamasari, dan Utomo (2015) yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Size Perusahaan, Internal Auditor, Opini Audit, dan Ukuran KAP Terhadap Timeliness (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang 25 Terdapat di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013), dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 8 perusahaan dengan periode pengamatan selama 3 tahun. Sehingga didapat jumlah total pengamatan selama periode penelitian sebanyak 24 perusahaan. Hasil dari penelitian ini adalah profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sedangkan variabel solvabilitas memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. 2.2 Hipotesis 2.2.1 Pengaruh Profitabilitas Laporan Keuangan terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dalam suatu periode tertentu. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Wiagustini, 2010:77). Kadir (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, maka perusahaan akan semakin cepat menyampaikan laporan keuangannya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi bisa dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan jika perusahaan yang mengalami berita baik akan menyerahkan laporan keuangannya sesegera mungkin atau tepat waktu. H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. 26 2.2.2 Pengaruh Solvabilitas terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Solvabilitas merupakan kemampuan dari perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, atau mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang (Wiagustini, 2010:76). Sedangkan, rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh dana pinjaman (Wiagustini, 2010:77). Marathani (2013) menyatakan bahwa solvabilitas yang rendah tidak menjamin perusahaan tersebut akan tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya. Sebaliknya, solvabilitas yang tinggi tidak menjamin pula perusahaan tersebut akan terlambat dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas yang tinggi menandakan bahwa suatu perusahaan sangat bergantung pada hutang dari pihak luar untuk membiayai seluruh aktifitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai risiko keuangan yang tinggi. H2 : Solvabilitas berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. 2.2.3 Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Memoderasi Pengaruh Profitabilitas terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Dalam melakukan pekerjaan auditnya, seorang auditor bekerja di sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk melayani klien-kliennya. Reputasi KAP berkaitan dengan kantor-kantor penyedia jasa audit yang bermitra dengan KAP Big Four dan yang belum bermitra dengan KAP Big Four atau yang sering disebut dengan KAP 27 Non Big Four (Todig dan Wirakusuma, 2013). Investor akan cenderung memilih perusahaan yang menggunakan auditor yang bermitra dengan KAP Big Four, karena auditor yang bermitra dengan KAP Big Four dianggap memiliki hasil audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP yang tidak bermitra dengan KAP Big Four. Dalam penelitiannya, Handayani dan Wirakusuma (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi atau semakin rendah profitabilitas suatu perusahaan, maka akan berpengaruh terhadap ketidaktepatwaktuan publikais laporan keuangan. Jadi, terdapat kemungkinan bahwa dengan profitabilitas yang tinggi maupun dengan profitabilitas yang rendah, perusahaan dapat menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu. Terutama jika perusahaan tersebut menggunakan jasa KAP yang bermitra dengan KAP Big Four, karena terdapat anggapan bahwa KAP yang bermitra dengan KAP Big Four memiliki kinerja yang lebih baik. Ditambah lagi, jika profitabilitas suatu perusahaan tinggi. Perusahaan akan menginginkan penyampaian laporan keuangan yang sesegera mungkin. H3: Semakin tinggi profitabilitas, dengan KAP yang baik, penyampaian laporan keuangan akan semakin tepat waktu. 2.2.4 Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Memoderasi Pengaruh Solvabilitas terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Solvabilitas merupakan kemampuan dari perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, atau mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang (Wiagustini, 2010:76). Handayani dan Wirakusuma (2013) menyatakan bahwa perusahaan dengan 28 solvabilitas keuangan yang tinggi berarti memiliki risiko keuangan yang tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan megalami kesulitasn keuangan. Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Handayani dan Wirakusuma (2013), perusahaan akan meminta auditornya untuk memperlambat pengauditannya dari yang seharusnya, sehingga akan terjadi ketidaktepatwaktuan dalam penyampaian laporan keuangannya. H4: Semakin rendah solvabilitas, dengan adanya KAP yang baik, penyampaian laporan keuanan akan semakin tepat waktu. 29