Teori keagenan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) mengindikasi hubungan yang terjadi antara
agent dengan principal yang menyebabkan munculnya asimetri informasi dan pada
akhirnya berujung dengan terjadinya konflik (Sulistyo, 2010). Astika (2010:65)
menjelaskan bahwa teori keagenan menggambarkan konflik antara pemilik dengan
manajer dalam beberapa hal, dan konflik tersebut secara eksplisit dan implisit
tercermin dalam laporan keuangan. Sedangkan menurut Sulistyo (2010), teori
keagenan merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan antara agent sebagai
pihak yang mengelola perusahaan dan principal sebagai pemilik perusahaan, kedua
pihak terikat dalam sebuah kontrak. Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa
pemilik atau principal merupakan pihak yang melakukan evaluasi terhadap informasi
dan agent merupakan pihak yang menjalankan kegiatan manajemen dan mengambil
suatu keputusan.
Jensen dan Smith (2000) mendefinisikan secara sempit mengenai hubungan
agensi. Dimana hubungan agensi adalah kontrak satu atau lebih orang (antara
principal dengan agent untuk mengambil suatu tindakan dengan mengatasnamakan
principal). Agent memiliki insentif untuk memobilisasi laporan, sedangkan principal
memiliki insentif untuk menghemat biaya proses (Mitnick, 2007).
11
Teori keagenan mengindikasikan terdapat asimetri informasi yang terjadi antara
agent dengan principal. Asimetri informasi dapat terjadi ketika agent mengetahui
informasi lebih banyak dibandingkan informasi yang diketahui oleh principal. Dalam
penelitian ini, manajemen diasumsikan sebagai agent yang memiliki informasi
mengenai laporan keuangan yang lebih banyak, sedangkan investor atau pemakai
laporan keuagan lainnya sebagai principal yang memerlukan laporan keuangan
tersebut untuk membuat keputusan ekonomi.
Maharani (2013) menjelaskan bahwa ketepatan waktu penyampaian pelaporan
keuangan ke publik diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi yang timbul
antara perusahaan dengan para pemakai laporan keuangan. Dengan ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan, akan mengurangi kecurangan dari agent sebagai
pihak yang memiliki informasi lebih banyak daripada principal untuk memanipulasi
informasi manajemen atau keuangan untuk kepentingan pribadinya. Sehingga,
semakin cepat penyampaian atau publikasi laporan keuangan, akan mengurangi
asimetri informasi yang terjadi.
2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa manajer suatu entitas
mempunyai insentif secara sukarela (voluntary) melaporkan informasi-informasi
kepada pasar modal walaupun tidak ada ketentuan yang mengharuskan (Astika,
2010:66). Signaling theory dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan yang
menggunakan asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak luar dikarenakan
12
manajemen mengetahui lebih banyak tentang peluang masa depan perusahaan
dibandingkan dengan pihak luar (investor dan pengguna laporan keuangan lainnya)
(Dwiyanti, 2010).
Signalling theory berpendapat bahwa perusahaan yang paling menguntungkan
adalah menyediakan informasi yang lebih banyak dan lebih baik (Bini, Dainelli, dan
Giunta, 2011). Sinyal keuangan sangat terkait dengan return saham, khususnya, dan
pendapatan manajemen, pada umumnya (Eldomiaty, Choi, dan Cheng, 2007).
Diketahui bahwa return saham diukur sebagai perbedaan dalam nilai pasar saham.
Jadi, ketika keputusan struktur modal memiliki efek sinyal, faktor-faktor yang
menjadi penentu return saham dijelaskan.
Asimetri informasi akan terjadi apabila manajemen tidak secara menyeluruh
menyampaikan semua informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar
modal. Untuk meminimalisir terjadinya asimetri informasi, maka perusahaan harus
memberikan informasi sebagai sinyal kepada investor. Meminimalkan asimetri
informasi perlu dilakukan agar perusahaan go public dapat menginformasikan
keadaan perusahaan secara transparan kepada para investor dan pengguna informasi
laporan keuangan lainnya. Subalno (2009) dalam Dwiyanti (2010) menjelaskan
sangat penting bagi perusahaan untuk memberikan informasi mengenai setiap
account yang terdapat pada laporan keuangan sebagai sinyal apa yang sedang terjadi
dalam perusahaan untuk diinformasikan kepada investor maupun calon investor. Hal
baik dari signalling theory adalah perusahaan yang memberikan informasi yang baik
akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita baik”
13
dengan cara menginformasikan kepada publik tentang keadaan perusahaan mereka.
Tetapi, sinyal baik kinerja masa depan yang diberikan perusahaan yang kinerja masa
lalunya tidak bagus, tidak akan dipercaya oleh pasar.
Senada dengan Dwiyanti, Mengginson (dalam Hartono, 2005:38) dalam
Sidauruk (2012), signalling theory menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
kualitas yang baik akan dengan sengaja memberikan sinyal kepada pasar, dan
diharapkan pasar dapat membedakan perusahaan yang memiliki kualitas yang baik
dan yang tidak baik. Perusahaan yang memiliki keyakinan mengenai peluang yang
baik di masa depan tentang perusahaannya cenderung akan mengkomunikasikan
berita baik tersebut kepada investor. Sehingga perusahaan berkualitas baik akan
memberikan sinyal kepada investor dengan cara menyampaikan laporan keuangan
secara tepat waktu. Begitu pula sebaliknya, perusahaan yang tidak memiliki kualitas
yang baik, tidak akan melaporan laporan keuangan secara tepat waktu.
2.1.3 Laporan Keuangan dan Pengguna Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan dari suatu entitas (PSAK 1, 2013). Tujuan dari laporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna
laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
dapat menunjukkan hasil dari pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang telah dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan menyajikan
14
informasi mengenai suatu entitas yang meliputi aset, liabilitas, penghasilan dan beban
(termasuk keuntungan dan kerugian), kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik
dalam kapasitasnya sebagai pemilik, serta arus kas.
Pengguna dari laporan keuangan dapat dari berbagai kalangan seperti investor,
masyarakat, dan pemerintah. Para pengguna laporan keuangan tersebut menggunakan
laporan keuangan untuk tujuan yang berbeda-beda (PSAK 1, 2013). Beberapa
pengguna dari laporan keuangan dan kebutuhannya meliputi:
1) Investor.
Para investor memerlukan informasi laporan keuangan untuk membantu
mereka dalam menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual
investasi tersebut. Para pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan suatu entitas untuk
membayar dividen.
2) Karyawan.
Karyawan tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas
suatu entitas. Mereka juga tertarik mengenai informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai kemampuan entitas dalam memberikan balas jasa,
imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.
3) Pemberi Pinjaman.
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
15
4) Pemasok dan Kreditor Lainnya.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo.
5) Pelanggan.
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi keuangan mengenai
kelangsungan hidup entitas, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian
jangka panjang dengan, atau bergantung pada entitas.
6) Pemerintah.
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan
dengan aktivitas entitas. Mereka juga membutuhkan informasi untuk
mengatur aktivitas entitas, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar
untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7) Masyarakat.
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
entitas serta rangkaian aktivitasnya.
Laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif. Karakteristik kualitiatif
merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi
pengguna. Dalam PSAK 1, terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yang
terdapat dalam laporaan keuangan, yaitu :
16
1) Dapat Dipahami.
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna informasi.
Dalam hal ini, para pengguna informasi diasumsikan memiliki pengetahuan
yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Akan
tetapi, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan
keuangan tidak dapat dikeluarkan dengan dasar pertimbangan bahwa
informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh beberapa
pengguna tertentu.
2) Relevan.
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi yang memiliki
kualitas relevan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau
masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di
masa lalu.
3) Keandalan.
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus
17
atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat diharapkan.
4) Dapat Dibandingkan.
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan
antar entitas untuk mengevalusi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten untuk entitas tersebut, antar periode entitas yang
sama dan entitas yang berbeda.
2.1.4 Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Salah satu ukuran transparansi dan kualitas pelaporam keuangan adalah
ketepatan waktu. Informasi laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu untuk
menghindari hilangnya relevansi informasi yang terkandung didalamnya, sehingga
keputusan ekonomi dapat segera diambil. Informasi dalam laporan keuangan
dikatakan relevan bila informasi tersebut disampaikan tepat pada waktunya dan
memiliki manfaat bagi para pengguna laporan keuangan. Waktu pengungkapan
informasi laporan keuangan telah menjadi sebuah keputusan yang penting yang harus
dibuat oleh manajer dan CEO dari perusahaan yang terdaftar (Fah, 2006). Terdapat
sejumlah alasan antara jeda waktu, tutup buku akhir tahun, dan penerbitan laporan
18
audit. Ashton, Graul, dan Newton (1989) dalam McGee (2007) mengidentifikasi,
ukuran auditor, klasifikasi industri, ada atau tidaknya pos-pos luar biasa, serta laba
dapat mempengaruhi ketepatan waktu.
Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan diatur dalam
Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam peraturan
tersebut, laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan
Lembaga Keuangan (LK), serta diumumkan kepada masyarakat paling lambat akhir
bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan menjadi penting bagi para pengguna informasi
laporan keuangan untuk membuat suatu keputusan ekonomi (Ayemere dan Elijah,
2015).
Ketepatan waktu merupakan atribut kualitatif dari laporan keuangan, sehingga
bila pengguna informasi laporan keuangan memerlukan informasi tersebut, akan
tersedia secepat mungkin (Ahmad dan Kamarudin, 2014). Kulzick (2004)
menjelaskan
bahwa
ketepatan
waktu
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi transparansi laporan keuangan. E’temadi dan Yamohammadi (2003)
dalam Moradi, Salehi, dan Mareshk (2013) menjelaskan bahwa pelaporan laporan
keuangan yang tepat waktu dan dapat diandalkan dapat meningkatkan kemampuan
investor, kreditur, dan pengguna lainnya untuk dapat memahami kapasitas dari suatu
unit bisnis dalam pendapatan, arus kas, dan kondisi keuangan perusahaan. Ketepatan
waktu pelaporan keuangan telah memungkinkan informasi yang tersedia dalam
19
laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Selain itu, dengan pelaporan laporan
keuangan yang dilakukan secara tepat waktu, maka akan mengurangi asimetri
informasi yang terjadi antara principal dengan agent, sekaligus menjadi sinyal baik
bagi para investor dan calon investor. Pelaporan laporan keuangan yang tepat waktu
juga dapat mempengaruhi regulator dan pembuatan suatu kebijakan oleh pemerintah,
seperti pembuatan kebijakan perpajakan (Shukeri dan Nelson, 2011).
2.1.5 Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan dari
perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Profitabilitas
menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam memperoleh laba atau ukuran
efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Profitabilitas
merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba,
sehingga semakin tinggi profitabilitas, maka semakin tinggi pula kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba (Hilmi dan Ali, 2008). Menurut Ang (1997)
dalam Parwati dan Suhardjo (2009), rasio profitabilitas merupakan keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Saleh (2004) dalam Mardyana (2014) berpendapat profitabilitas perusahaan
mencerminkan tingkat efektivitas yang ingin dicapai oleh perusahaan. Semakin tinggi
profitabilitas maka semakin tinggi pula kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba bagi perusahaannya. Iyoha (2012) berpendapat bahwa wajar
apabila manajer akan mengabarkan berita baik dalam bentuk profitabilitas lebih cepat
20
daripada pelaporan berita buruk (rugi) karena efek berita tersebut bisa berdampak
pada harga saham dan indikator lainnya.
Profitabilitas dapat dihitung menggunakan rumus Return on Assets (ROA).
Sementara itu, hubungan antara ROA dapat dijelaskan oleh teori keagenan (agency
theory) melalui bonus plan hypothesis, yang menyatakan bahwa manajer akan
berusaha untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan karena semakin tinggi
profitabilitas perusahaan akan dapat meningkatkan bonus yang akan diterima oleh
manajer. Profitabilitas perusahaan dapat mempengaruhi kebijakan investasi oleh
investor. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, maka perusahaan akan
semakin cepat menyerahkan laporan keuangannya. Hal ini dapat meminimalisir
asimetri informasi yang terjadi antara principal dan agent. Selain itu, dengan
profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan memberikan sinyal kepada investor
dan pengguna informasi laporan keruangan lainnya untuk menanamkan kembali
sahamnya ke perusahaan tersebut dan memberikan sinyal bahwa perusahaan dalam
keadaan yang baik.
2.1.6 Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan dari perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, atau
mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang (Wiagustini, 2010:76).
Sedangkan, rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh dana pinjaman (Wiagustini, 2010:77). Solvabilitas
21
dimaksudkan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, baik
dalam keadaan perusahaan masih berjalan maupun perusahaan dalam keadaan
dilikuidasi (Wirakusuma dan Cindrawati, 2011).
Menurut Kartika (2009) dalam Kinanti dan Susanto (2012), solvabilitas
merupakan
kemampuan
dari
suatu
perusahaan
untuk
memenuhi
seluruh
kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjangnya.
Bila tingkat solvabilitas perusahaan tinggi, maka resiko kegagalan perusahaan dalam
mengembalikan pinjaman juga tinggi. Hal ini senada dengan Munawir (1993:32)
dalam Indriani (2014) yang menyatakan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan
dari perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya bila perusahaan tersebut
dilikuidasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas dapat dihitung
dengan rasio Total Debt To Total Asset (TDTA), yakni dengan cara membandingkan
total utang dengan total aktiva.
2.1.7 Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Tanggung jawab utama auditor independen atau akuntan publik adalah
melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan suatu entitas
(perusahaan dan organisasi lainnya) (Jusup, 2014:19). Pengauditan ini dilakukan pada
perusahaan-perusahaan terbuka (perusahaan yang menjual sahamnya kepada
masyarakat melalui pasar modal), perusahaan-perusahaan besar, dan juga perusahaanperusahaan kecil, serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan untuk mencari laba.
22
Menurut Putri, Purnamasari, dan Utomo (2015), Kantor Akuntan Publik (KAP)
merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang mendapatkan izin sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku, yang memiliki usaha dalam bidang
pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik. Dewasa ini, keberadaan
akuntan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2011.
Dalam undang-undang tersebut, akuntan publik merupakan akuntan yang telah
memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di
Indonesia.
Jusup (2014:21) menjelaskan bahwa, Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan
badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang Akuntan Publik (UndangUndang No. 5 Tahun 2011). Menurut undang-undang tersebut, akuntan publik dalam
memberikan jasanya wajib mempunyai Kantor Akuntan Publik paling lambat 6 bulan
sejak izin akuntan publik diberikan. Bagi akuntan publik yang tidak mempunyai KAP
dalam waktu lebih dari 6 bulan, maka akan dicabut izin akuntan publiknya. Dewasa
ini, terdapat empat KAP besar berskala internasional yang sering disebut dengan The
Big Four. Saat ini, beberapa KAP di Indonesia telah bermitra dengan The Big Four.
Berikut adalah KAP The Big Four dan mitranya di Indonesia:
1) KAP Price Waterhouse Coopers bermitra dengan KAP Haryanto Sahari dan
rekan yang pada tahun 2010 berubah nama menjadi KAP Tanudiredja,
Wibisana & Rekan;
23
2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler) yang bermitra dengan
KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja;
3) KAP Ernst and Young yang bermitra dengan KAP Purwantono, Sarwoko
dan Sandjaja, yang pada tahun 2010 merubah namanya menjadi KAP
Purwantono, Suherman & Surja; dan
4) KAP Deloitte Touche Thomatsu yang bermitra dengan KAP Osman Bing
Satrio dan rekan.
DeAngelo (1981) dalam Memis dan Cetanak (2012) menyatakan bahwa ukuran
dari suatu perusahaan audit merupakan suatu indikator dari kualitas audit, karena
lebih besar perusahaan audit tersebut, penyajian informasi laporan keuangan akan
lebih lengkap.
2.1.8 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian dari Sulistyo (2010) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Pada
Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008”, bertujuan
untuk mendeskripsikan tingkat ketepatan ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan yang terdaftar di BEI, serta untuk menguji dan membuktikan secara empiris
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan perusahaan, seperti profitabilitas dan kantor akuntan publik (KAP).
Dalam penelitian tersebut, jumlah perusahaan sampel yang digunakan sebanyak 296
perusahaan, dengan tahun pengamatan selama 3 tahun pengamatan. Sehingga sampel
24
total selama periode penelitian sebanyak 888. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Sulistyo, variabel profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan. Sedangkan variabel reputasi KAP yang juga merupakan variabel
bebas berpengaruh terhadap ketepatan penyampaian laporan keuangan.
Penelitian dari Maharani (2013) yang berjudul “Ketepatwaktuan Penyampaian
Pelaporan Keuangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan
Perbankan”, memiliki sampel sebanyak 31 perusahaan dengan periode penelitian
selama 2 tahun. Sehingga didapat total sampel selama periode pengamatan sebanyak
32 perusahaan. Hasil penelitian dari Maharani menunjukkan bahwa profitabilitas
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan penyampaian pelaporan
keuangan.
Penelitian dari Dewi dan Pamudji (2013) yang berjudul “Analisis Faktr-Faktor
yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu dan Audit Delay Penyampaian Laporan
Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode
2007-2011), memiliki sampel ebanyak 335 perusahaan dengan rentang periode
selama 5 tahun. Menurut penelitian ini, variabel profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Begitu pula dengan
variabel solvabilitas yang tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan.
Penelitian dari Putri, Purnamasari, dan Utomo (2015) yang berjudul “Pengaruh
Profitabilitas, Solvabilitas, Size Perusahaan, Internal Auditor, Opini Audit, dan
Ukuran KAP Terhadap Timeliness (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
25
Terdapat di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013), dengan jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 8 perusahaan dengan periode pengamatan selama 3 tahun.
Sehingga didapat jumlah total pengamatan selama periode penelitian sebanyak 24
perusahaan. Hasil dari penelitian ini adalah profitabilitas tidak memiliki pengaruh
terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sedangkan variabel
solvabilitas memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.
2.2
Hipotesis
2.2.1 Pengaruh Profitabilitas
Laporan Keuangan
terhadap
Ketepatan
Waktu
Penyampaian
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dalam suatu periode tertentu. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Wiagustini, 2010:77). Kadir
(2011) menyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, maka
perusahaan akan semakin cepat menyampaikan laporan keuangannya. Perusahaan
yang memiliki profitabilitas tinggi bisa dikatakan bahwa laporan keuangan
perusahaan tersebut mengandung berita baik dan jika perusahaan yang mengalami
berita baik akan menyerahkan laporan keuangannya sesegera mungkin atau tepat
waktu.
H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan.
26
2.2.2 Pengaruh Solvabilitas terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan
Keuangan
Solvabilitas merupakan kemampuan dari perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, atau
mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang (Wiagustini, 2010:76).
Sedangkan, rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh dana pinjaman (Wiagustini, 2010:77). Marathani (2013)
menyatakan bahwa solvabilitas yang rendah tidak menjamin perusahaan tersebut akan
tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya. Sebaliknya, solvabilitas yang
tinggi tidak menjamin pula perusahaan tersebut akan terlambat dalam penyampaian
laporan keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas
yang tinggi menandakan bahwa suatu perusahaan sangat bergantung pada hutang dari
pihak luar untuk membiayai seluruh aktifitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut mempunyai risiko keuangan yang tinggi.
H2 :
Solvabilitas berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan.
2.2.3 Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Memoderasi Pengaruh
Profitabilitas terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan
Keuangan
Dalam melakukan pekerjaan auditnya, seorang auditor bekerja di sebuah Kantor
Akuntan Publik (KAP) untuk melayani klien-kliennya. Reputasi KAP berkaitan
dengan kantor-kantor penyedia jasa audit yang bermitra dengan KAP Big Four dan
yang belum bermitra dengan KAP Big Four atau yang sering disebut dengan KAP
27
Non Big Four (Todig dan Wirakusuma, 2013). Investor akan cenderung memilih
perusahaan yang menggunakan auditor yang bermitra dengan KAP Big Four, karena
auditor yang bermitra dengan KAP Big Four dianggap memiliki hasil audit yang
lebih baik dibandingkan dengan KAP yang tidak bermitra dengan KAP Big Four.
Dalam penelitiannya, Handayani dan Wirakusuma (2013) menyatakan bahwa
semakin tinggi atau semakin rendah profitabilitas suatu perusahaan, maka akan
berpengaruh terhadap ketidaktepatwaktuan publikais laporan keuangan. Jadi, terdapat
kemungkinan bahwa dengan profitabilitas yang tinggi maupun dengan profitabilitas
yang rendah, perusahaan dapat menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu.
Terutama jika perusahaan tersebut menggunakan jasa KAP yang bermitra dengan
KAP Big Four, karena terdapat anggapan bahwa KAP yang bermitra dengan KAP
Big Four memiliki kinerja yang lebih baik. Ditambah lagi, jika profitabilitas suatu
perusahaan tinggi. Perusahaan akan menginginkan penyampaian laporan keuangan
yang sesegera mungkin.
H3: Semakin tinggi profitabilitas, dengan KAP yang baik, penyampaian
laporan keuangan akan semakin tepat waktu.
2.2.4 Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Memoderasi Pengaruh
Solvabilitas terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan
Solvabilitas merupakan kemampuan dari perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, atau
mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang (Wiagustini, 2010:76).
Handayani dan Wirakusuma (2013) menyatakan bahwa perusahaan dengan
28
solvabilitas keuangan yang tinggi berarti memiliki risiko keuangan yang tinggi. Hal
ini dikarenakan perusahaan megalami kesulitasn keuangan. Menurut Carslaw dan
Kaplan (1991) dalam Handayani dan Wirakusuma (2013), perusahaan akan meminta
auditornya untuk memperlambat pengauditannya dari yang seharusnya, sehingga
akan terjadi ketidaktepatwaktuan dalam penyampaian laporan keuangannya.
H4: Semakin rendah solvabilitas, dengan adanya KAP yang baik,
penyampaian laporan keuanan akan semakin tepat waktu.
29
Download