BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak lahir sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi.7 Namun kenyataannya tidak hanya itu, bentuk lain dari komunikasi bisa bersifat abstrak, seperti yang terkutip dalam bukunya Brain Beauty Belief, Dian Pelangi berkata, “Fashion, musik dan seni bagiku adalah bahasa universal yang membuat kita bisa menyampaikan sesuatu tanpa harus berkata-kata.”8 Penyampaian makna dari Dian tersebut yang menyatakan bahwa fashion, musik dan seni merupakan sesuatu yang abstrak yang selama ini kita anggap bukan menjadi salah satu tanda atau lambang dalam berkomunikasi, namun nyatanya hal 7 H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Edisi Kelima, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal: 1 8 Ade Aprilia, Dian Pelangi: Brain, Beauty, Belief, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014, hal: 65 12 13 tersebut justru dijadikan Dian sebagai bahasa universal untuknya dalam menyampaikan sesuatu tanpa berkata-kata. 2.1.1. Definisi Komunikasi Beberapa ahli komunikasi memberikan pengertian komunikasi antara lain:9 1. James A. F. Stoner, dalam bukunya yang berjudul: Manajemen, menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. 2. John R. Schemehorn cs, dalam bukunya yang berjudul: Managing Organizational Behavior, menyatakan bahwa komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka. 3. William F. Glueck, dalam bukunya yang berjudul: Manajemen, menyatakan bahwa komunikasi dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yakni: a. Interpersonal communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi seta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. b. Organizational communications, yaitu dimana pembicara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian kepada orang banyak 9 Ibid, hal: 8 14 di dalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan lembaga-lembaga di luar yang ada hubungan. Istilah komunikasi dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan communication, berasal dari kata communication atau dari kata communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan komunikator. Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima informasi dapat memahami. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui sesuatu gagasan tersebut. Yang penting adalah kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam hal seperti inilah baru dapat dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil baik (komunikatif).10 2.1.2. Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahami oleh komunikan. Dalam aplikasinya, langkah-langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut: 10 H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komuikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Hal: 8-9 15 IDE ENCODING PENGIRIMAN DECODING BALIKAN 1. Langkah pertama, ide/gagasan diciptakan oleh sumber/komunikator. 2. Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialihbentukan menjadi lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan. 3. Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran/media yang sesuai dengan karakteristik lambang-lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan. 4. Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut. 16 5. Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator.11 Dengan demikian, sejak ide itu diciptakan sampai dengan dipahaminya pesan komunikasi yang menimbulkan umpan balik merupakan suatu proses komunikasi. Lima tahap terjadinya proses komunikasi memiliki 5 unsur komunikasi, Wilbur Schramm mengatakan bahwa untuk terjadinya proses komunikasi paling sedikit harus memiliki 3 unsur komunikasi, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan. Mengapa unsur tersebut? Harold D Laswell memperkenalkan 5 formula komunikasi untuk terjadinya suatu proses komunikasi, yaitu:12 a. Who, yakni berkenan dengan siapa yang mengatakan. b. Says What, yakni berkenaan dengan menyatakan apa. c. In Which Channel, yakni berkenaan dengan saluran apa. d. To Whom, yakni berkenaan dengan ditujukan kepada siapa. e. With What Effect, yakni berkenaan dengan pengaruh apa. Apa yang memengaruhi proses komunikasi? William G. Scott yang mengutip pendapat Babcock dalam Thoha (1977) mengatakan bahwa ada 5 faktor yang memengaruhi proses komunikasi:13 1) The Act (Perbuatan) 11 Tommy Suprapto, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi, Yogyakarta: Media Pressindo, 2009, hal: 8 12 Ibid, hal: 9 13 Ibid, hal: 10-12 17 Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-hubungan yang dilakukan oleh manusia. Pada umumnya lambang-lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa atau dalam keadaan tertentu tanda-tanda lain dapat pula dipergunakan. 2) The Scene (Adegan) Adegan sebagai salah satu factor dalam komunikasi ini menekankan hubungan dengan lingkungan komunkasi. Adegan ini menjelaskan apa yang dilakukan, symbol apa yang digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan kata lain adegan adalah sesuatu yang akan dikomunikasikan dengan melalui symbol apa, sesuatu itu dapat dikomunikasikan. 3) The Agent (Pelaku) Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi dinamakan pelaku-pelaku komunikasi. Pengirim dan penerima yang terlibat dalam hubungan komunikasi ini, adalah contoh dari pelaku-pelaku komunikasi tersebut. Dan peranannya sering kali saling menggantikan dalam situasi komunikasi yang berkembang. 4) The Agency (Perantara) Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya perantara. Alat-alat itu selan dapat berwujud komunikasi lisan, tatap muka, juga alat komunikasi tertulis, seperti surat perintah, memo, bulletin, nota, surat tugas, dan sejenisnya. 5) The Purpose (Tujuan) 18 Menurut Grace dalam Thoha (1977), ada 4 macam tujuan, yaitu: a. Tujuan fungsional (the functional goals) adalah tujuan yang secara pokok bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi/lembaga. b. Tujuan manipulasi (the manipulative goals) adalah tujuan yang dimaksudkan untuk menggerakkan orang-orang yang mau menerima ideide yang disampaikan, yang sesuai ataupun tidak dengan nilai dan sikapnya. c. Tujuan keindahan (the aesthetics goals) adalah tujuan untuk menciptakan tujuan-tujuan yang bersifat kreatif. Komunikasi ini dipergunakan untuk memungkinkan seseorang mampu mengungkapkan perasaan tadi dalam kenyataan. d. Tujuan keyakinan (the confidence goals) adalah tujuan yang bermaksud untuk meyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang-orang pada lingkungan. 2.1.3. Dampak Komunikasi Setiap aktivitas komunikasi pesti memiliki efek. Dalam konsep komunikasi paradigmatis disebutkan bahwa komunikasi merupakan sebuah pola yang meliputi sejumlah komponen (unsure) serta memiliki dampak-dampak tertentu. Adapun polapola komunikasi yang memiliki dampak, antara lain penyuluhan, penerangan, propaganda, kampanye, pendidikan, acara radio/televise, pemutaran film/video, dan diplomasi. 19 Pada dasarnya komunikasi memiliki 3 dampak, yaitu:14 1. Memberikan informasi, meningkatan pengetahuan, menambah wawasan. Tujuan yang kognitif. 2. Menumbuhkan perasaan tertentu, menyampaikan pikiran, idea tau pendapat. Tujuan ini sering disebut tujuan afektif. 3. Mengubah sikap, perilaku dan perbuatan. Tujuan ini sering disebut tujuan konatif atau psikomotorik. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan pola komunikasi yang sesuai dengan yang menjadi tujuan komunikasi. Seperti dijelaskan berikut ini. No 1 Dampak Kognitif Pola Komunikasi 1. Ceramah Umum 2. Rapat Fungsi Menjelaskan tentang sesuatu hal agar sesuatu itu dapat dimengerti dan dipahami 3. Kuliah 4. Penerangan 2 Afektif 1. Media massa 2. Diplomasi Menumbuhkan perasaan tertentu agar mudah dihayati 3. Penataran 3 Konatif 1. Forum Media 2. Periklanan 3. Penyuluhan 4. Public Relations 14 Ibid, hal: 12 Menimbulkan perubahan sikap, agar berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator 20 5. Kampanye 6. Propaganda 2.1.4. Sasaran Komunikasi Seperti yang diketahui bersama bahwa tujuan komunikasi adalah menghibur, memberikan informasi, dan mendidik. Dengan tujuan tersebut berdampak pada peningkatan pengetahuan (kognitif), membangun kesadaran (sikap) dan mengubah perilaku (psikomotorik) seseorang atau masyarakat dalam suatu proses komunikasi. Di samping itu, terdapat pula proses komunikasi yang mendasar, yakni penggunaan bersama atas pesan oleh komunikator maupun komunikannya, sehingga akan menjamin keberhasilan komunikasi. Berkaitan dengan hal tersebut, ada dua macam sasaran komunikasi, antara lain:15 1. Siapakah sasaran komunikasi yang dituju? Dari pengalaman sehari-hari, kita sering menemukan bahwa di dalam sasaran berkomunikasi dengan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu, respons yang dating kepada kita tidak hanya dari khalayak sasaran yang kehendaki, melainkan juga dating dari individu atau kelompok yang lain (yang tidak dikehendaki). 2. Bagaimana efek komunikasi? 15 Ibid, hal: 13-14 21 Bahwa pesan yang disampaikan dan diterima oleh komunikan dapat dibedakan yang sifatnya konsumtif dan instrumental atau kombinasi keduanya. a) Efek Konsumtif adalah efek atau pengaruh dari komunikasi (pesan) yang dapat langsung diresapi dan dapat diamati. b) Efek Instrumental adalah efek atau pengaruh dari komunikasi (pesan) yang tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh komunikan dan tidak dapat langsung diamati oleh komunikator. 2.1.5. Gangguan Komunikasi Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai gangguan (noise). Kata noise dipinjam dari istilah ilmu kelistrikan yang mengartikan noise sebagai keadaan tertentu dalam system kelistrikan yang mengakibatkan tidak lancarnya atau berkurangnya ketepatan peraturan. Pencetakan huruf yang saling bertindihan dalam suatu surat kabar atau majalah akan menjadi gangguan bagi pembacanya. Kata-kata yang diucapkan secara tidak tepat oleh seorang penyiar akan mengganggu komunikasi dengan pendengarnya. Apabila kata-kata atau kalimat yang disampaikan tidak atau bukan merupakan kata-kata yang secara luas dipahami oleh pendengar. Penggunaan kata-kata asing yang sukar dimengerti tentu merupakan bagian dari noise atau gangguan yang harus dihindari oleh sebuah stasiun radio. Di samping itu, ada pula gangguan yang berasal dari saluran komunikasi tersebut, 22 misalnya interferensi yang terjadi pada gelombang radio yang mengakibatkan tidak jelasnya isi siaran diterima oleh pendengar. Namun demikian, pada hakikatnya kebanyakan dari gangguan yang timbul, bukan berasal dari sumber atau salurannya, tetapi dari audience (penerima)nya. Manusia sebagai komunikan memiliki kecenderungan untuk acuh tak acuh, meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidak-tidaknya ada tiga factor psikologis yang mendasari hal itu, yaitu:16 1. Selective attention. Orang biasanya cenderung untuk mengekspos dirinya hanya kepada hal-hal (komunikasi) yang dikehendakinya. Misalnya, seseorang tidak berminat membeli mobil, jelas dia tidak akan berminat membaca iklan jual beli mobil. 2. Selective Perception. Suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi, maka ia cenderung menafsirkan isi komunikasi sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan kecenderungan berpikir secara stereotip. 3. Selective retention. Meskipun seseorang memahami suatu komunkasi, tetapi orang berkecenderungan hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat. Misalnya, setelah membaca suatu artikel berimbbang mengenai komunisme, seorang mahasiswa yang antikomunis hanya akan mengingat 16 Ibid, hal: 15 23 kelebihan-kelebihan system komunisme yang diungkapkan oleh artikel tersebut. Pada umumnya, sebuah komunikasi dikontrol oleh komunikator. Apabila seorang guru sedang mengajar di sebuah kelas maka ia yang menentukan apa yang harus atau tidak harus disampaikan. Sepanjang di amampu berkomunikasi dan dapat tampil dengan baik, maka pesan atau informasi yang disampaikannya akan diterima dengan baik pula oleh komunikatornya. Komunikator sebagai sumber dengan mudah dapat mengontrol apa yang diucapkan atau disampaikannya, tetapi komunikator tidak dapat mengontrol apa yang didengarkan atau sedang dipikirkan oleh audiencenya. Selective attention, selective perception, dan selective retention berlaku universal. Faktor tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu komunikasi. Noise yang berasal dari audience akan sangat besar apabila pesan yang disampaikan controversial, tetapi sebaliknya pesan akan diterima relative jelas apabila pesan itu sederhana dan tidak bertele-tele. Akibatnya sangat sukar untuk mengubah audience dari suatu titik pandang tertentu ke titik pandang lainnya. Lebih mudah untuk menyampaikan pandangan tertentu yang sebelumnya tidak pernah ada atau tidak mereka ketahui. 24 2.2. Komunikasi Persuasif Istilah “persuasi” atau dalam bahasa Inggris persuasion berasal dari kata Latin persuasio, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak, atau meyakinkan. Aspek komunikasi ini mendapat penelaahan banyak dari ahli komunikasi karena memang amat penting untuk segala bidang kehidupan: social, ekonomi, politik, diplomasi, dan lain-lain. Meskipun para ahli mengkajinya dengan pendekatan yang berbeda, namun ada kesamaan yang hakiki. 2.2.1. Definisi Komunikasi Persuasif Kenneth E. Andersen membatasi pengerian persuasi hanya pada komunikasi antarpersona seperti definisi persuasi sebagai berikut: “A process of interpersonal communication in which the communicator seeks through the use of symbols to affect the cognitions of receiver and thus affect voluntary change in attitude or action decired by the communicator.” (Suatu proses komunikasi antarpersona di mana komunikator berupaya dengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yang diinginkan komunikator.)17 17 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosda, 2003 hal: 44 25 Ada tiga pergeseran penekanan yang membedakan antara persuasive dengan komunikasi menurut Anderson, yaitu: 1. Komunikasi diupayakan sebagai upaya “mempengaruhi” kognisi, yakni menimbulkan dampak pada kognisi itu. Pada persuasi, dampak terhadap kognisi diupayakan untuk menghasilkan perubahan pada sikap kepercayaan nilai atau tindakan (kognisi berarti kesadaran atau pikiran). 2. Penekanan pada kesengajaan dari perubahan, yakni menyebabkan perubahan tanpa menggunakan paksaan. 3. Penekanan dari definisi persuasi adalah perubahan pada sikap atau kegiatan yang diinginkan oleh komunikator.18 Andersen juga menandaskan bahwa secara esensial persuasi adalah clearly goal-directed behavior yang jelas-jelas diarahkan kepada perilaku tertentu. Sedangkan Edwin P. Bettinghause langsung menghubungkan persuasi dengan pengertian komunikasi persuasive. Ia mengatakan sebagai berikut: “In order to be persuasive in nature, a communication situation must involve a conscious attempt by one individual to change the behavior of another individual or group of individuals through the transmission of some message.” (Agar bersifat persuasive suatu situasi komunikasi harus mengundang upaya yang dilakukan seseorang dengan sadar untuk mengubah 18 Ibid, hal: 44 26 perilaku orang lain atau sekelompok orang lain dengan menyampaikan beberapa pesan)19 Menurut Hovland dan I. Janis bahwa efek persuasive dapat dilihat selalu dari asalnya, yaitu dari perubahan sikap yang menuju pada perubahan opini, perubahan persepsi, perubahan perasaan, dan tindakan.20 Keempat jenis perubahan itu yang dapat diamati, kesemuanya bersumber pada sikap (attitude). Aritoteles seorang filosofi dari Yunani, membagi pengertian persuasi menurut daya tariknya menjadi tiga ketegori A. Ethos “Ethos refers to the trustworthiness or credibility of the writer or speaker. Ethos is often conveyed through tone and style of the message and through the way the writer or speaker refers to differing views. It can also be affected by the writer’s reputation as it exists independently from the message-his or her expertise in the field, his or her previous record or integrity, and so forth. The impact of ethos is often called the argument’s ‘ethnical appeal’ or the ‘appeal from credibility’.”21 Ethos sering disampaikan melalui nada dan gaya pesan dan melalui cara penulis atau pembicara merujuk kepada pandangan yang berbeda. Hal ini juga dapat 19 Ibid, hal: 45 Ibid, hal: 46 21 John D. Ramage and John C. Bean, Writing Argument, Edisi 4, Needham Heights, MA: Allyn & Bacon, 1998, hal: 81-82 20 27 dipengaruhi oleh reputasi sebagai penulis itu ada secara independen dari pesankeahliannya di lapangan, catatan sebelumnya atau integritas, dan sebagainya. Dampak etos sering disebut daya tarik argument atau daya tarik dari kredibilitas) Dimensi etos terdiri dari:22 1. Kepercayaan (Trust) Kepercayaan adalah kesan penerima (persadee) tentang sumber komunikasi persuasive (persuader) yang berkaitan dengan wataknya seperti kejujuran, ketulusan, kebermoralan, bersifat adil, bersikap sopan, berperilaku etis, atau sebaliknya. 2. Keahlian (Expertise) Keahlian merupakan kesan yang dibentuk penerima tentang kemampuan sumber komunikasi persuasi berkaitan dengan topik yang dibicarakan. 3. Dinamisme (Dynamism) Dinamisme berhubungan dengan postur yang baik, penampilan yang baik, seperti halnya gerak yang tepat, ekspresi wajah, gerakan tubuh bukannya terpaku di satu tempat, dan kontak mata langsung di berbagai sudut daerah khalayak. 22 Charles U. Larson, Northern Illiois University, Emeritus, Wadsworth, 2010, hal: 318-319 28 Penggunaan bahasa yang menarik dalam pesan yang disampaikan akan membujuk pendengar lebih baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang persuader dalam membangun gaya bahasa mereka dalam presentasinya untuk membangun kredibilitas, yaitu:23 1. Memakai kosa kata yang bervariasi 2. Memakai kata kiasan, aliterasi dan aonansi Pemakaian kata kiasan akan membantu khalayak memvisualisasi maksud pesan yang disampaikan. Aliterasi yang merupakan pengulangan kata konsonan dan asonansi adalah pengulangan kata vocal, penggunaan keduanya akan lebih menghidupkan dan mudah diingat karena menciptakan irama dan pesan. 1. Bahasa yang jelas 2. Bahasa yang ringkas 3. Bahasa yang berstruktur parallel, menggunakan kata-kata yang sama atau bahkan identik atau struktur kalimat yang mudah diingat. 4. Memakai kata perumpamaan Perumpamaan menarik bagi pengertian kita. Mungkin Anda tidak dapat membawa bau, rasa, sentuhan, penglihatan, atau suara dari sesuatu untuk khalayak, namun Anda dapat menggunakan kata-kata yang membangkitkan kenangan sensual. 23 Ibid, hal: 318-319 29 5. Memakai bahasa yang penuh humor B. Pathos “Pathos thus refers to both the emotional and the imaginative impact of the message on an audience, the power with which the writer’s message moves the audience to decision or action.”24 (Pathos demikian mengacu baik secara emosional dan imajinatif memberi dampak pesan pada khalayak, kekuatan yang ada dalam pesan penulis mempengaruhi sikap atau tindakan khalayak). Pathos berkaitan dengan penggunaan kata-kata yang menyedihkan, simpati dan empati untuk membangkitkan emosi, rasa cinta, rasa takut, patriotisme, rasa bersalah, benci atau sukacita. Pathos mengupayakan penerimaan argument yang mengalir dengan sendirinya di mana pendengar merasa tidak perlu menganalisa atau memikirkan alasan dari argumen tersebut. Pathos mengarahkan sikap ataupun reaksi yang spontanitas atas suatu argument yang disampaikan dengan membangkitkan simpati dan empati. Walaupun membangkitkan emosi merupakan hal yang manipulative, itu merupakan hal terpenting dalam menggerakkan orang untuk bertindak. Banyak argument dapat membujuk secara logis, tetapi pendengar mungkin tidak apatis menindaklanjuti panggilan untuk bertindak. Pathos merupakan kegiatan 24 John D. Ramage and John C. Bean, Writing Argument, Edisi 4, Needham Heights, MA: Allyn & Bacon, 1998, hal: 81-82 30 menyetuh saraf dan mendorong orang untuk tidak hanya mendengarkan, tetapi juga untuk mengambil langkah berikutnya dan melakukan tindakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang persuader dalam membangun gaya bahasa mereka dalam presentasinya untuk imbauan emosianal, yaitu:25 1. Menggunakan bahasa yang jelas 2. Bahasa yang digunakan dengan tujuan membangkitkan emosi 3. Makna konotatif 4. Memberikan cotoh emosi 5. Penjabaran yang jelas 6. Narasi tentang peristiwa yang membangkitkan emosi 7. Menyertakan nada emosi (humor, sarkasme, kekecewaan, kegembiraan, dan lain sebagainya) 8. Menggunakan bahasa yang menggambarkan situasi emosional C. Logos “Logos refers to the internal consistency of the message-the clarity of the claim, the logic of its reasons, and the effectiveness of its supporting evidence. The impact of logos on an audience is sometimes called the argument’s logical appeal.”26 25 Charles U. Larson, Northern Illiois University, Emeritus, Wadsworth, 2010, hal: 318-319 John D. Ramage and John C. Bean, Writing Argument, Edisi 4, Needham Heights, MA: Allyn & Bacon, 1998, hal: 81-82 26 31 (Logos mengacu pada konsistensi internal pesan – kejelasan tujuan, alasan logis, dan efektivitas bukti pendukungnya. Dampak logos pada khalayak kadangkadang disebut imbauan logis argumen). Beberapa hal yang perlu diperhatkan seorang persuader dalam membangun gaya bahasa mereka dalam presentasinya untuk imbauan logis/pengertian, yaitu: 1. Teoritis 2. Makna denotasi/alasan 3. Memberikan definisi atau pengertian 4. Menyertakan data faktual dan statistik 5. Memakai kutipan dari para ahli dan otoritas untuk memperkuat argumen 6. Memberikan pendapat 2.2.2. Unsur-unsur dalam Komunikasi Persuasif Yang termasuk dalam unsur-unsur komunikasi persuasive, sebagai berikut:27 1. Persuader Persuader adalah orang dan atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku orang lain, baik secara verbal maupun non verbal. 2. Persuadee 27 Soleh Sumirat, H. Hidayat Satiri, Asep Suryana, Komunikasi Persuasif, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Cetakan 3, Modul 2, hal: 2.27 32 Persuadee adalah orang dan/atau kelompok orang yang menjadi tujuan pesan yang disampaikan/disalurkan oleh persuader/komunikator baik secara verbal maupun nonverbal. Aspek-aspek persuade yang berpengaruh terhadap persuasi, antara lain variable kepribadian seperti aktualisasi diri, kepercayaan diri, kecemasan dan ego defensive. Aspek yang kedua adalah ego yang rumit. 3. Pesan Persuasi Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, dalam bukunya “Human Communication” menjelaskan bahwa ada dua bentuk pesan, yaitu: 1. Pesan Verbal Yaitu semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan satu kata atau lebih. 2. Pesan Nonverbal Yaitu semua pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari katakata yang digunakan. Bentuk pesan nonverbal bisa berupa: ekspresi wajah, sikap tubuh, cara berpakaian, nada suara, gerakan tangan, gaya berbicara dan lain-lain. 4. Saluran Persuasif Reed H. Blake dan Edwin O. Haroldsen dalam bukunya “A Taxonomy of Concept in Communication” mendefinisikan saluran komunikasi sebagai: 33 “A Communication Channel is the medium utilized to convey a message. It is the avenue or means by which a message travels between the communicator (sources or sender) and the communicate (receivers)” Jadi yang dimaksud dengan saluran komunikasi adalah media yang digunakan untuk membawa pesan. 5. Efek Komunikasi Persuasif Efek adalah perubahan yang terjadi pada diri komunikan sebagai akibat dari diterimannya pesan melalui proses komunikasi. Perubahan yang terjadi bisa berupa berubahnya sikap, pendapat, pandangan, dan tingkah laku. Efek komunikasi persuasive dapat dijelaskan melalui dua model berikut ini: 1. Model Psikodinamik Menurut Model Psikodinamik, pesan-pesan komunikasi persuasive akan efektif, apabila pesan tersebut memiliki kemampuan mengubah secara psikolog baik minat ataupun perhatian individu, sedemikian rupa sehingga persuade akan menanggapi pesan tersebut sesuai dengan keinginan persuader. menimbulkan efek, memodifikasi struktur Jadi maka agar komunikasi seorang psikologis persuader internal persuasi harus persuade, dapat mampu sehingga hubungan psikodinamik antara proses internal yang laten seperti motivasi dan sikap, dengan perilaku yang diwujudkan (manifest behavior) akan sesuai dengan keinginan persuader. 2. Model Sosial Budaya 34 Menurut model Sosial Budaya proses persuasi, pola perilaku individu sulit untuk ditafsirkan secara tepat hanya dengan didasarkan secara tepat hanya dengan didasarkan pada variable psikologis belaka, karena sikap individu dipengaruhi lingkungan social budayanya. Dengan demikian, untuk dapat menjelaskan, memprediksi atau bahkan memanipulasi perilaku individu, paling tidak harus mempertimbangkan aspek-aspek: norma social, peranan, control social, nilai-nilai, harapan kepercayaan. Model Sosial Budaya proses komunikasi persuasive beranggapan bahwa pesan-pesan komunikasi massa dapat dipergunakan untuk mengarahkan individu agar menerima fenomena yang telah didukung kelompok sebagai dasar individu untuk bertindak. 6. Lingkungan Merupakan konteks situasional untuk terjadinya proses komunikasi tersebut. Konteks tersebut berupa proses kondisi latar belakang dan fisik dimana tindakan komunikasi persuasive dilakukan. Tidak kalah menarik perhatian dengan tindakan persuasive itu sendiri, factor konstektual demikian membuat pembicaraan dan respon pelaku komunikasi persuasive dapat dipahami dan merupakan rangsangan pesan untuk memperoleh kebenaran. Konteks Historis, Nampak dalam interaksi utama antara sumber dan penerima, seperti halnya pengalaman yang unik di antara mereka masing- 35 masing. Faktor-faktor temporal terdapat dalam butir-butir waktu, temperature dalam ruangan. Dalam rangka usaha persuasi terdapat beberapa teori yang dapat digunakan sebagai dasar kegiatan. Teori-teori yang berfungsi sebagai dasar ini dalam pelaksanaannya dapat dikembangkan melalui beberapa metode. 28 Metode-metode ini diantaranya: 1. Metode Partisipasi, cara persuasi yang mengikutsertakan seseorang atau banyak orang dalam suatu kegiatan atau usaha dengan maksud untuk menumbuhkan perhatian. Metode ini merupakan cara untuk mengatasi prasangka. 2. Metode Pay off Idea, adalah metode dalam usaha mempengaruhi seseorang atau orang banyak pada hakikinya kita bisa melakukannya dengan dua cara, yaitu dengan jalan mengimingimingi hal-hal yang baik atau sebaliknya menakut-nakuti atau menggambarkan konsekuensi buruk atau menyusahkan. Metode ini berupaya menumbuhkan kegairahan emosional. 3. Red-Herring technique adalah cara mengelakkan dengan argumentasi dari bagian-bagian yang lemah untuk kemudian dialihkan sedikit demi sedikit bagian-bagian yang kita kuasai atau bagian di mana kita berada dalam keadaan yang kuat. 28 R. Roekomy, Dasar-dasar Persuasi, Bandung: PT. Penerbit Aditya Bakti, 1992, hal: 20 36 2.3. Public Relations Personal (PR Personal) Sampai saat ini telah banyak definisi Public Relations (PR) – dalam istilah Indonesia dapat diartikan dengan hubungan masyarakat atau humas yang dikemukakan oleh para ahli, sehingga belum terdapat batasan yang tegas mengenai pengertian PR itu sendiri. Secara garis besarnya PR merupakan suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian (good – will) , kepercayaan, penghargaan pada dan dari public tertentu atau masyarakat pada umumnya. Menurut Seidda J.C. Public Relations Director, Divisi of Housing, State o New York, PR adalah “proses yang continue dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari pelanggannya, pegawainya, dan public pada umumnya, ke dalam dengan mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan mengadakan pertanyaan”.29 Dari definisi di atas, PR merupakan suatu usaha manajemen untuk mencapai pengertian dari publiknya. Ada beberapa cirri yang dimiliki PR yaitu: a. Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbale balik; b. Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi, penggiatan persuasive, dan pengkajian pendapat umum; c. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan personal dan PR menginduk; d. Sasaran yang dituju adalah khalayak di dalam personal dan khalayak di luar personal; 29 Oemi Abdurrahman, Dasar-dasar Public Relations, Bandung: Penerbit ALUMNI, 1986, hal: 24-25 37 e. Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara seseorang dan publik.30 Berdasarkan ciri-ciri di atas PR melakukan komunikasi yang bersifat dua arah, bersifat informatif dan persuasive yang bertujuan agar tujuan personal dapat dicapai. Sasaran yang dituju oleh PR berasal dari dalam dan luar organisasi dan efek yang diharapkan yaitu terbinanya hubungan harmonis antara public dan seseorang. Menurut Dozier peranan PR dalam organisasi merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman akan fungsi PR dan komunikasi organisasi di samping sebagai sarana pengembangan pencapaian profesionalitas dari praktisi PR. Secara sederhana tugas praktisi PR adalah menjadi penghubung antara seseorang atau public figure dengan publik, agar tercapai saling pengertian, kerjasama dan sinergi yang positif antara berbagai pihak yang ada. Dalam melaksanakan peran dan fungsi tersebut PR memiliki tugas dan peranan yang harus dilakukannya. Karenanya untuk menjadi praktisi PR harus dapat menjalankan tugas dan kegiatannya secara baik di dalam personal maupun di luar personal. Terdapat tiga tugas PR diantaranya adalah: 1. Menyampaikan pesan atau informasi secara lisan, tulisan atauu visual kepada publiknya, sehingga masyarakat memperoleh pengertian yang benar dan tepat mengenai konsisi perusahaan atau lembaga, tujuan dan kegiatannya. 30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi & Praktek, cetakan XII, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hal: 132 38 2. Melakukan studi analisis atas reaksi serta tanggapan publik terhadap kebijakan dan langkah tindakan, emberikan informasi kepada masyarakat. 3. Menyampaikan fakta-fakta dan pendapat kepada para pelaksana tugas guna membantu mereka dalam memberikan pelayanan yang mengesankan dan memuaskan publik.31 2.4. Personal Brand Proses branding tidak hanya dilakukan terhadap produk atau jasa, branding dapat pula dilakukan terhadap individu (orang) sebagai jawaban atas tuntutan profesinya. Branding individu ini disebut sebagai personal branding. 2.4.1. Definisi Personal Brand Menurut Peter Montoya, seorang ahli personal brand Amerika, mendefinisikan personal branding sebagai: A personal identity that stimulates precise, meaningful perceptions in its audience about the values and qualities that person stands for.32 31 Irving Smith Kogan., B.S, Public Relations in Memory Bisnis, Alexander Hamilton: Institute, 1965, hal: 5 32 Peter Montoya., Tim Vandehey, The Brand Called You: The Ultimate Brand-Building and Business Development Handbook to Transform Anyone into an Indispensable Personal Brand, USA: McGraw Hill Companies, 2009, hal: 120 39 (Sebuah identitas personal yang merangsang persepsi yang jelas, benar dan memiliki arti ke dalam audiens tentang nilai dan kualitas yang dimiliki orang tersebut.) Personal branding adalah sebuah proses yang melibatkan kemampuan, personalitas, dan karakter unik seseorang dan mengemas mereka ke dalam sebuah identitas yang kuat yang mengangkat seseorang yang bersangkutan ke atas lautan muka dan kompetitor33. Personal brand adalah pemikiran yang solid dan jelas yang datang kepada benak seseorang ketika seseorang tersebut memikirkan orang yang dimiliki personal branding bersangkutan. Personal branding bekerja dengan mengatakan kepada audiens tiga hal utama, yaitu: a. Who you are? (siapakan diri Anda sebenarnya?) b. What you do? (apakah yang Anda lakukan?) c. What makes you different, or how you create value for your target market? (Apa yang membuat Anda berbeda, atau bagaimana Anda menciptakan nilai bagi target market Anda?) Personal brand bukanlah diri yang sebenarnya, ini merupakan proyeksi dari public tentang kepribadian dan keahlian34. Hal ini tidak berarti seseorang yang mengelola personal brand kehilangan diri mereka, hal ini berarti membentuk persepsi orang terhadap diri. 33 34 Ibid, Hal 123 Ibid, Hal 125 40 Personal brand berkaitan dengan “mempengaruhi”. Personal brand mempengaruhi bagaimana target market mengenali pelaku. Agar lebih efektif, personal brand harus mencangkup tiga persepsi dasar di dalam benar target marketnya: 1. You are different. Differentiation – atau kemampuan untuk dilihat sebagai sesuatu yang baru dan asli (orisinil) – adalah merupakan aspek yang paling penting dalam personal branding. 2. You are superior. Brand harus mendukung suatu keyakinan bahwa Anda berada di antara yang terbaik di dalam hal yang Anda lakukan – lebih cepat, melayani dengan lebih baik, memiliki teknologi yang terbaru dan handal, dan berbagai hal lainnya. Terlihat sebagai seorang pemimpin di dalam bidang yang Anda lakukan adalah suatu hal penting dalam menarik keyakinan dari orang-orang yang tidak mengenal Anda secara dekat. 3. You are authentic. Suatu personal brand yang baik adalah “spin-free zone.” Merek yang Anda miliki harus dibangun dari kebenaran yang Anda sesungguhnya, apakah kekuatan Anda sebenarnya, dan apa yang Anda sukai tentang pekerjaan Anda – dan brand Anda harus mengkommunikasikan hal ini terhadap target market Anda.35 35 Ibid 41 Dari definisi personal brand di atas, maka Peter Montoya mendefinisi personal branding sebagai: The process of crafting a Personal brand by linking who you are, what you do and the meaningful benefit to your domain. (Sebuah proses pembentukan sebuah personal brand dengan menghubungkan “siapa diri Anda?”. “apa yang Anda kerjakan?” dan keuntungan yang berarti bagi bidang Anda) Personal brand adalah segalanya. Segala yang dilakukan pelaku personal branding mempengaruhi personal brand yang ia bentuk, hal itu termasuk: a. Cara berjalan, berbicara, berpakaian. b. Pendidikan, lingkungan dan profesi. c. Cara menjual, bernegosiasi dan menghadapi tugas. d. Pelayanan konsumen dan kemampuan berpresentasi. e. Bagaiman Anda dalam menepati janji. 2.4.2. Tujuan Personal Brand Dunia kerja telah banyak berubah. Cara pandang pada karir dan bisnis telah diubah sesuai dengan perkembangan sosial, teknologi dan ekonomi. Sebagai 42 akibatnya, persaingan terjadi secara luas, keterjaminan pekerjaan semakin sedikit, dan dibutuhkan suatu langkah kompetitif untuk sukses. Membangun personal brand menjadi sebuah cara yang efektif, dan cara ini telah dilakukan oleh berbagai tokoh baik di bidang politik, ekonomi dan bahkan selebritis.36 Di bawah ini beberapa diantara keuntungan dalam mengembangkan personal brand menurut Peter Montoya: a. Meningkatkan visibilitas Anda b. Mendiferensiasikan diri Anda dari competitor c. Menarik dan mengelola klien d. Mengembangkan ke area bisnis yang baru e. Memilih tugas dan klien yang diinginkan f. Mencapai tujuan pribadi dan professional g. Meningkatkan kepercayaan diri h. Memberikan harga yang premium bagi produk ataupun jasa Anda i. Memperluas lini dengan mudah j. Berkembang dalam krisis ekonomi 36 Peter Montoya., Tim Vandehey, The Brand Called You: The Ultimate Brand-Building and Business Development Handbook to Transform Anyone into an Indispensable Personal Brand, USA: McGraw Hill Companies, 2009, hal: 56 43 k. Menarik dan meraih karyawan dan rekan yang berkualitas37 2.4.3. Tingkatan Status Personal Brand Ada tiga buah tingkatan dalam status permerekan diri, antara lain: a. Advocate: personal brand diasosiasikan dengan trend dan budaya. Pada tingkatan ini, personal brand tidak membentuk sebuah trend atau budaya, tetapi menempel padanya dan menggunakan popularitas trend tersebut sebagai peningkat awareness dan penerimaan orang terhadap brand tersebut. b. Trendsetter: personal brand mempengaruhi budaya Personal brand penancap trend menghantarkan atau mendukung penyebaran sebuah gagasan baru dalam budaya mereka. c. Icon: personal brand menyatu dengan budaya Sebagian besar dari individu tidak pernah mencapai tingkatan ikon ini, karena hal ini lebih dipengaruhi dari factor keberuntungan disbanding dengan kemampuan keseluruhan atau pergerakannya. Contoh: Bob Dylan merupakan symbol dari masyarakat era 60’an. 37 Ibid, Hal: 58 44 2.4.4. Membangun Personal Brand Seperti metode atau ilmu pengetahuan lainnya, personal branding memiliki konsep dasar yang harus dimengerti. Konsep dasar tersebut antara lain: a. Karakteristik Personal brand bukanlah sesuatu yang abstrak. Hal ini berdasar pada suatu karekter yang dimiliki seseorang. Seseorang di-merek-kan dengan beberapa karakter seperti: kepribadian, kemampuan, profesi, gaya hidup, teman dan lain sebagainya. b. Atribut Setiap manusia memiliki ratusan karakter, dari warna rambut sampai penghargaan yang telah dimenangkan. Mereka adalah pondasi dasar dari personal brand. c. Atribut Utama Ambil salah satu atribut yang paling memiliki kekuatan dan jadikan sebuah atribut utama. Atribut utama hamper selalu menjadi sebuah gagasan yang pertama masuk pada benak ketika mereka mendengar atau membaca tentang seseorang. Menurut sebuah konsultan brand di Eropa, I-brand, ada empat langkah dalam membangun sebuah personal brand, empat langkah tersebut antara lain: 45 a. Discover (menemukan) Sesuai dengan aturannya, membangun sebuah personal brand harus menemukan terlebih dahulu sebuah core value (inti nilai) dan functional asset (aset fungsional). Hal ini lah yang membuat diri seseorang sebenarnya dan dapat digunakan dalam menambah nilai dalam personal brand yang dibentuk. Contoh: Core value: semangat, aspirasi dan kepribadian Functional asset: kelebihan, kemampuan dan karakteristik b. Communicate (mengkomunikasikan) Seseorang adalah unik. Walaupun, menjadi unik bukan merupakan sebuah faktor penentu untuk seorang karyawan ataupun klien yang menginginkan masyarakat mengenal dan mengekspresikan personal brand mereka. Masyarakat tidak memiliki waktu untuk mencari tau hal itu. Seorang harus mengkomunikasikan core value dan functional asset-nya secara cepat dan penuh percaya diri. Seketika menemukan core value, seseorang harus melihat bagaimana ia mengkomunikasikannya dan bagaimana hal itu dapat dikomunikasikan secara lebih efektif. c. Define (menjabarkan) Langkah ketiga adalah menjabarkan visi dan arah. Seseorang harus melihat posisi yang ia miliki saat ini di dalam pasar mereka dan posisi yang lebih tinggi yang 46 diinginkan untuk dicapai. Pasar yang dituju hanya merupakan sebuah lingkungan dimana ia beroperasi dan berkompetisi setiap harinya. Memikirkan peran dalam pekerjaan ataupun bisnis dan mengganggap bahwa setiap orang yang bersaing dengannya berada pada posisi yang sama dalam merebutkan karirnya. d. Create (membentuk) Dengan brand value pada tempat dan visi yang jelas dalam menggunakan brandnya, seseorang harus membentuk rencana strategis dalam mencapai posisi yang lebih tinggi, lebih kuat dan lebih dapat dijaga di dalam pasarnya. Orang tersebut merupakan pengarah dari brand yang ia miliki, menyusun kesempatan, mengubah suatu hal yang negatif menjadi positif dan membuat sebuah portofolio kesuksesan. Dengan langkah ini, seseorang akan bernafas, berjalan dan berbicara dengan brandnya dengan penuh kepercayaan diri. 2.5. New Media 2.5.1. Pengertian New Media Definisi new media secara eksklusif merujuk pada bidang teknologi komputer yang menekankan bentuk dan konteks budaya yang mana teknologi digunakan seperti dalam seni, film, perdagangan, sains, dan di atas itu semua internet. Sementara digital 47 media merupakan kecenderungan kepada kebebasan teknologi itu sendiri sebagai kerakteristik sebuah medium, atau merefleksikan teknologi digital.38 Menurut Lev Manovich, media baru mengidentifikasi dengan penggunaan komputer untuk distribusi dan pameran bukannya produksi. Teks mendistribusikan pada komputer (situs web dan buku elektronik) dianggap media yang baru, sedangkan teks mendistribusikan di atas kertas tidak dianggap sebagai media baru. Sama halnya dengan foto-foto yang diletakkan pada cd-rom dan memerlukan komputer untuk melihatnya dianggap media baru, tetapi jika foto itu dicetak dalam sebuah buku dan tidak dibutuhkan komputer untuk melihatnya, maka itu tidak dianggap sebagai media baru.39 2.5.2. Karakteristik New Media Semua objek yang termasuk media baru, baik itu dibuat dari awal dengan komputer atau hasil pemindahan data dari analog menjadi digital, terdiri dari kode digital, mereka adalah representasi numerik. Fakta ini memiliki dua konsekuensi kunci: 1. Objek media baru dapat didiskripsikan atau digambarkan secara formal (matematika). Misalnya, gambar atau bentuk dapat digambarkan dengan menggunakan fungsi matematika. 38 39 Dewdney and Ride, 2006: 8 & 20 Robert Hassan, Julian Thomas, The New Media Theory Reader, 2006 hal: 5 48 2. Objek media baru menggunakan sesuatu untuk diproses secara manipulasi algoritmik. Misalnya, dengan menerapkan algoritma yang sesuai, kita dapat secara otomatis menghapus “noise” dari sebuah foto, meningkatkan kontras, cari bentuk tepi, atau mengubah proporsi gambarnya. Secara singkat media menjadi bentuk program atau perintah komputer.40 2.6. Khalayak Khalayak bisa juga disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audiens atau komunikan. Khalayak adalah salah satu actor dari proses komunikasi, oleh karena itu unsur khalayak tidak bole diabaikan. Sebab berhasil atau tidaknya suatu komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Suatu kegiatan komunikasi yang diboikot oleh khalayak sudah pasti komunikasi itu akan gagal mencapai tujuannya.41 Khalayak sering juga diartikan sejumlah orang yang memiliki minat sama terhadap kegemaran atau persoalan tertentu tanpa harus mempunyai pendapat yang sama, dan menghendaki pemecahan masalah tanpa adanya pengalaman untuk itu, adapun ciri-ciri khalayak atau publik itu adalah sebagai berikut: 1. Kelompok yang bukan merupakan satu kesatuan (tidak diatur). 2. Interaksi tidak langsung (melalui media). 3. Tidak saling kenal (anonym) dan heterogen. 40 41 Ibid, hal: 5 Hafield Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal: 157 49 4. Mempunyai minat yang sama terhadap suatu masalah. 5. Belum tentu memiliki opini yang sama. 6. Berusaha untuk mengatasi masalah dimana mereka memiliki kepentingan. 7. Kecenderungan berfikir secara rasional karena adanya diskusi social. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok dan masyarakat. Menjadi tugas seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khalayaknya sebelum proses komunikasi berlangsung. Ada tiga aspek yang perlu diketahui seorang komunikator menyangkut khalayaknya, yaitu:42 1. Aspek Sosiodemografi Khalayak dapat dilihat dari bentuk demografi melalui jenis kelamin, usia, populasi, lokasi, tingkat pendidikan, agama, pekerjaan, ideologi, dan kepemilikan media. 2. Aspek Psikologi Aspek ini menayangkut bentuk perilaku khalayak yang perlu diketahui melalui hobi, nilai dan norma, mobilitas sosial, dan perilaku komunikasi. 2.6.1. Karakteristik Khalayak Konsepsi khalayak pada masa sekarang ini menunjukkan pada sekumpulan orang yang terbentuk sebagai akibat atau hasil dari kegiatan komunikasi yang dilakukan sejumlah besar bahkan mungkin tidak terbatas, banyak diantaranya yang 42 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1984, hal: 52 50 saling tidak mengenal satu dengan lainnya dan juga heterogen dalam hal ciri-ciri sosial ekonomi dan demografisnya, beberapa diantaranya akan dibahas berikut ini.43 Khalayak memiliki karakteristik yaitu:44 1. Khalayak adalah penggarap informasi Khalaya memiliki perbedaan dalam mendapatkan informasi dan cara mereka menanganni informasi yang diterimanya. 2. Khalayak sebagai mediator Penyebaran informasi tidak berhenti pada khalayak sasaran langsung sebagai barisan pertama. Proses ini disebut “multi step flow of communication” pada model Schramm 1973. 3. Kualitas dan kuantitas isi informasi yang disampaikan seorang khalayak (dalam kedudukannya sebagai komunikator) kepada khalayak lainnya kemungkinan tidak akan utuh lagi, ini disebabkan karena adanya proses pengolahan info khalayak. Dalam menghadapi persoalan sehari-hari seseorang dapat menjadikan media massa sebagai media untuk mencari jalan keluar atau untuk mencari sebuah informasi. 4. Khalayak yang mencari pembela Ketika seseorang mengalami krisis keyakinan, dan diliputi rasa ketidakpastian. Hal ini bisa terjadi karena adanya suatu yang baru yang mempengaruhi keyakinannya atau faktor-faktor lainnya. Dengan kata lain, 43 44 Sasa Djuarsa, Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004, hal: 9 Sasa Djuarsa, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004, hal: 222 51 seseorang memilih suatu medium tertentu dengan alasan bahwa informasi yang diperoleh dari medium tersebut mampu mendukung atau memperkuat keyakinannya. 5. Khalayak sebagai anggota kelompok Seorang individu juga terkait oleh nilai-nilai kelompok yang diikutinya baik secara formal maupun informal. Formal misalnya, serikat buruh, informal misalnya kelompok pecinta alam, kelompok olahraga sepakbola dan kelompok-kelompok lainnya. 6. Khalayak sebagai kelompok Khalayak memiliki ciri-ciri yang beragam. Ciri-ciri bisa menyangkut ciri-ciri demografis (jenis kelamin, usia, pekerjaan, asal, kesukuan). Khalayak adalah khalayaknya suatu medium. Boleh jadi sejumlah orang dalam masyarakat telah menjadi khalayak yang setia dari satu atau beberapa media massa tertentu. Tingkat afinitas terhadap media massa tersebut sudah demikian ketatnya sehingga sulit untuk beralih atau berpindah ke media massa lainnya. 7. Selera khalayak Manusiawi sifatnya apabila tiap orang mempunyai selera yang berbeda satu sama lainnya. Agar penyampaian informasi mencapai sasarannya, terlebih dahulu perlu diketahui apa dan bagaimana selera dari calon sasaran khalayak yang akan dijangkau. 52 2.7. Pengertian Trendsetter Pengertian trendsetter merupakan definisi dari panutan yang berarti suatu panutan dalam hal tertentu karena keunikan dan kreatifitasnya, sehingga selalu membuat terobosan (breakthrough) di tengah kemapanan yang ada.45 Trendsetter merupakan frase yang digunakan untuk mendefinisikan seseorang yang menjadi panutan dalam hal tertentu, karena keunikan dan kreatifitasnya, sehingga selalu membuat terobosan (breakthrough) di tengah kemapanan yang ada. Walaupun trendsetter memiliki arti luas di bidang yang bermacam-macam (fashion/mode, gadget, information technology, automotif, dll) biasanya frase ini dipergunakan dalam hal mode atau fashion, dan lebih spesifik lagi dalam lingkungan kaum wanita walau tidak menutup kemungkinan pada lingkungan kaum pria.46 Pengertian lain, trendsetter adalah orang yang menjadi sorotan dan mempengaruhi untuk trend/gaya. Atau bisa dikatakan sesuatu yang diikuti atau ditiru oleh banyak orang. Trendsetter itu sendiri biasanya cenderung ke busana/baju pakaian.47 45 Tips Menjadi Trendsetter. Liputankita [online]. http://liputankita.com/berita-liputankita/tips-menjaditrend-setter-liputankita.html 46 http://tipsanda.com/2009/03/25/tips-mudah-menjadi-trendsetter/ artikel 25 maret 2009 47 http://facewoman.blogspot.com/2012/08/trik-agar-blog-menjadi-trendsetter.html artikel 22 Agustus 2012 53 2.7.1. Kriteria Trendsetter Dalam bukunya Dian Pelangi (Brain, Beauty, Belief) terkutip bahasan yang bisa dijadikan sebagai criteria trendsetter pada umumnya yaitu:48 1. Apa yang dikerjakan disorot banyak orang. 2. Banyak yang menjadikanya panduan, acuan, contoh dalam keseharian, khususnya dalam hal berbusana dan tentunya dalam bersikap. 3. Apa yang digunakan atau dilakukan berdampak langsung mempengaruhi banyak orang. 48 Ade Aprilia, Dian Pelangi: Brain, Beauty, Belief, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014, hal: 63