PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA DENGAN STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK PEMBELAJARAN AKTIF PADA SISWA KELAS VII SEMESTER II SMP NEGERI SUKORAMBI JEMBER. Oleh: Ninik Darwati Guru SMP Negeri Sukorambi Abstract. The purpose of this study was to determine whether the effectiveness of the strategy Guidance Group. with increased active learning and results learning class II SMP Sukorambi Jember is a form of assessment that is reflective actors to act rationally steadiness of his conduct in carrying out tasks, to deepen understanding of the actions and improve learning conditions. The results of the data analysis showed an increase in activity students learning Indonesian at last, with a strategy counseling group active learning, motivation from 70% to 92.5%, while the learning outcomes have increased from an average of 7.6 tests to 7.9 denngan completeness 57.5% to 8,2,5%. From these results it can be concluded that the strategy of "Guidance Group Active Learning "can increase motivation and learning field of language study Indonesis class II SMP Sukorambi Jember. Keywords: learning outcomes, Guidance Group, Active Learning PENDAHULUAN Penelitian bukan hal baru dalam dunia pendidikan terutama pada jenjang pendidikan tinggi. Apakah pada jenjang sekolah dasar atau menengah, perlu dilakukan penelitian? Penulis yakin, untuk menjawabnya harus dan dilakukan oleh semua kompanen pengelola pendidikan secara berkesinambungan,terutama guru. Guru secara fungsionsl memegang peranan sangat menentukan dalam keberhasilan pembelajaran siswa. Tugas guru mencakup banyak aspek, merencanakan, melaksanapan proses pembelajaran ,membimbing siswa, meng evaluasi proses dan hasil belajar. Tak kalah penting, meningkatkan kwalitas proses dan hasil belajar. Saat guru berinteraksi dengan siswa, tentu sering menemukan permasalahan berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran tersebut yang perlu segera dicari solusi pemecahannya, kalau tidak segera dicarikan jalan pemecahannya akan berdampak kemerosotan mutu pendidikan kita. Merujuk pada permasalahan diatas maka Santoso (2004) menyatakan bahwa merancang materi, metode, media dan penilaian menjadi ” menu santapan nikmat ” bagi siswa dibutuhkan sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa,yaitu guru sedapatnya menciptakan peluang bagi siswa untuk belajar melalui kegiatan mengalami sendiri. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan mutu pendidikan sebenarnya sering menghadapi masalah dalam proses pembelajaran bagi guru mata pelajaran dan proses memecahkan masalah yang dihadapi siswa bagi guru bimbingan/konselor. Di sini konselor (penulis) sebagai teman shering guru mata pelajaran bertugas membantu memecahkan masalah siswa yang terkait didalam salah satu pembelajaran yaitu bidang studi Bahasa 17 18. JP3 Vol 2 No 1, Maret 2012 Indonesia yang tidak menjadi idola minat belajar para siswa kelas VII di SMP Negeri Sukorambi Jember, sehingga siswa belajar bidang studi bahasa Indonesia secara pasif, akibatnya prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia disekolah masih relative redah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Ada beberapa indikator yang menyebabkan pelajaran bahasa Indonesia kurang diminati yaitu ; (1) Adanya sikap Skeptif (ragu) yang dimiliki oleh siswa khususnya, dan masyarakat pengguna bahasa pada umumnya. Adalah wajar apabila seorang murid bahkan wali murid (orang tua) memantapkan diri dengan cara menempuh kursus bahasa asing di berbagai lembaga untuk menerobos peluang kerja,sedangkan bahasa Indonesia dirasa kuno karena kurang mampu menerobos peluang kerja.Bila demikian berarti mereka lupa bahwa dunia pertelevisian, surat kabar,informatika dan sebagainya, yang marak diburu kalangan menengah keatas ,ini merupakan follow up dari Bahasa Indonesia. (2) Model pembelajaran yang monoton ,degan menerapkan pendekatan pembelajaran konvensional dan model ceramah sebagai model utama, siswa hanya mendengarkan bagaimana struktur kebahasaan digunakan,belum pada tataran menggunakan keterampilan berbahasa sehingga kurang menarik menimbulkan kebosanan dan cuek tanpa memahami makna dan manfaat dari apa yang dipelajarioleh siswa. Mengingat Bahasa Indonesia adalah bahasa pribumi yang dijadikan sarana /alat komunikasi yang digunakan untuk bekerja sama dan berinteraksi antar anggota masyarakat yang dapat di wujutkan dalam berbagai bentuk,yaitu bahasa lisan, bahasa tulis dan bahasa isyarat .Karena begitu pentingnya peranan bahasa dalam bermasyarakat, maka bahasa diibaratkan sebagai napa dalam kehidupan yang patut diidolakan dan dinomor satukan,Sejalan dengan itu, dengan sendirinya bahasa menjadi obyek utama yang harus “dibelajarkan” sejak di bawah lembaga pendidikan,baik formal,informal dan non formal dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi. Upaya mewujutkan hal tersebut di atas, perlu diterapkan prinsip pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik saja ,tetapi bagaimana seorang siswa dengan hasil belajar yang dicapai dapat menerapkanya dalam kehidupan sehari – hari . Siswa harus diupayakan menjadi subyek belajar yang aktif mengkontruksikan atau membangun sendiri pemahaman terhadap materi yang dipelajari, sedangkan guru sebaiknya berperan sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif agar siswa dapat belajar dalam suasana yang menyenagkan. Merujuk pada pemasalahan diatas maka B.Santoso (2004) menyatakan bahwa merancang materi, metode,media dan penilaian menjadi” menu santapan nikmat” bagi siswa dibutuhkan sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa,yaitu guru sedapatnya menciptakan peluang bagi siswa untuk bela jar melalui kegiatan mengalami sendiri. Dan peranan konselor (penulis) berkolaburasi bertugas membantu memecahkan masalah yang terkait di dalam pembelajaran, yaitu menumbuh kebangka rasa empati dan simpati semangat siswa untuk serius belajar perhatian terhadap pelajaran,keingintahuan terahadap pelajaran, berusaha untuk belajar yang belum dimengerti, meberikan pertanyaan, dan kesiapan belajar. Menurut Prayitno (2002) , konselor mempunyai tugas tanggun jawab dan hak secara penuh dalam kegiatan konseling terhadap sejumlah peserta didik. Konselor mengemban fungsi melalui pelaksanaan kegiatan konselor, yaitu meliputi pemahaman, pecegahan , pengentasan dan pemeliharaan, serta pengembang, yang diwujutkan melalui diselenggarakan berbagai jenis layanan. Peningkatan Aktivitas dan Hasil ….19 Adapun jenis –jenis layanan meliputi (A) orientasi, (B) informasi, (C) penempatan dan penyaluran, (D) pembelajaran, (E) konselinpenempatan, (F) bimbingan kelompok , dan (G) konseling kelompok. Berdasarkan uraian di atas, secara teoritis strategi bimbingan kelompok pembelajaran aktif merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar bidang study Bahasa Indonesia di kelas VII SMP Negeri Sukorambi Jember. Oleh karna itu kami konselor (penulis) bersama guru Bidang study Bahasa Indomesia berkolaburasi melakukan penelitian tindakan kelas ini diberi judul “ Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar bidang studi Bahasa Indonesia dengan Strategi bimbingan Kelompok Pembelajaran Aktif Kelas VII Semester II SMP Negeri Sukorambi Jember”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah pembelajaran menggunakan strategi “Bimbingan Kelompok Pembelajaran Aktif “ dapat meningkatkan motivasi bidang studi bahasa Indonesia? 2. Bagaimanakah pembelajaran menggunakan strstegi “Bimbingan Kelompok Pembelajara Aktif “ dapat meningkatkan hasil belajar bidang Studi bahasa Indonesia? KAJIAN PUSTAKA Belajar itu proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Proses perubahan ada yang terjadi secara otomatis, ada yang direncanakan. Perubahan yang terjadi karena yang direncanakan disebut proses belajar. Proses belajar merupakan aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan yang relative konstan dan berbekas. Perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.(Bloom, dalam Soewondo, 2003). Menurut Kunandar (2008) aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut METODE PENELITIAN Penelitian dirancang menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) setiap siklus mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VII semester II SMP Negeri Sukorambi Jember. Letak SMP Negeri Sukorambi di pinggiran utara kota Jember. Pekerjaan orang tua siswa kebanyakan petani dan berwiraswasta. Kegiatan penelitiannya adalah, pertama diadakan pretest, kemudian setelah kegiatan pembelajaran siklus pertama diberikan evaluasi berupa tes. Demikian juga setelah selesai kegiatan siklus kedua juga diberikan tes. Hasilnya nanti dibandingkan mana yang lebih baik. Bila dari hasil pretest, tes siklus I dan tes siklus ke II semakin baik maka dapat dikatakan meningkat, sebaliknya bila hasil pretest, tes siklus I dan tes siklus ke II semakin menurun maka dapat disimpulkan tidak meningkat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Refleksi diawali dari pengambilan data berupa hasil pengamatan konselor dan hasil ulangan harian sebelum dilaksanakan tindakan digunakan untuk menentukan perencanaan dan tindakan pada siklus I. 20. JP3 Vol 2 No 1, Maret 2012 1. Siklus I Kegiatan yang dilakukan pada siklus ini meliputi : 1) Pretest tentang bertelpon yang santun 2) Siswa mencermati praktek bertelepon yang dilakukan oleh siswa model 3) Siswa mendata kebiasaan yang tidak baik kalimat dalam pertelpon 4) Siswa mendiskusikan pembetulan kesalahan kalimat dalam bertelpon 5) Siswa mengomentari penampilan model dan segi sikap dan bahasa 6) Siswa menyimpulkan hasil diskusi 7) Melakukan evaluasi/tes tulis Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 berupa diskusi kelompok dan monitoring setelah presentasi dan melakukan evaluasi berupa tes dihasilkan data berikut : Tabel 1: hasil evaluasi pre test dan post test TAHAP PRE TEST SIKLUS 1 NILAI RATA-RATA 7,4 7,6 KETUNTASAN 57,5% Tabel 1 menunjukkan adanya peningkatan hasil test setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 sebesar 0,2. Pada siklus 1 ini diaktifkan siswa juga nampak pada masing-masing kelompok, berdasarkan pada hasil observasi diperoleh hasil data berikut : Tabel 2 : Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus 1 Pengamatan/observasi 1. Siswa yang diam/melamun 2. Siswa yang bermain sendiri 3. Siswa yang aktif 4. Aktivitas kelompok pada umumnya 5. Kelompok waktu dalam diskusi 1 2 KELOMPOK 3 4 5 6 7 8 1 - 2 1 - 2 1 - 2 1 - - - 4 3 2 4 5 A B A A v - v v Jumlah Kelompok - 7 17,50% 1 1 5 12,50% 3 3 4 28 70% A A B A 6 75% v v - v 6 75% Setelah tindakan siklus 1 berlangsung dan direfleksi ternyata dijumpai hambatan dan kendala yaitu pada waktu akan observasi lapangan, siswa, kurang antusias,siswa kurang berani mengajukan pertanyaan, siswa kurang berani mengemukakan pendapat dalam diskusi, pemahaman dan buku sumber masih kurang, partisipasi siswa dalam berdiskusi dan jarak antar kelompok diskusi yang terlalu jauh sehingga guru tidak optimal dalam membimbing. Hasil pengamatan selanjutnya perlu dilakukan perbaikan,diantaranya : a). Siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar diwawancarai oleh pelaku tindakan b). Kelompok dengan anggota pasif, dimotivasi untuk meningkatkan jiwa kebersamaan dan seting kelompok berdasarkan kemajemukan siswa yang aktif dicampur satu kelompok dengan siswa yang pasif. c). Perlu melanjutkan tindakan pada siklus II Peningkatan Aktivitas dan Hasil ….21 2. Siklus II Kegiatan yang dilakukan oleh siklus II ini meliputi : 1) Siswa mencermati cuplikan wawancara yang ditampilkan dari rekaman CD/di ruang leb computer. 2) Siswa mengungkapkan pikiran atau pendapat nara sumber dalam cuplikan 3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 4) Diskusi kelompok dilaksanakan diluar kelas pada pertemuan ke dua. 5) Siswa memperbaiki hasil dan rekaman pikiran, pendapat dan gagasan nara sumber dari hasil diskusi 6) Siswa dan guru menyepakati format penilaian menyimpulkan pikiran, pendapat dan gagasan nara sumber dalam wawancara 7) Siswa menyimpulkan pikiran, pendapat dan gagasan nata sumber yang disampaikan dalam wawancara 8) Siswa menilai kesimpulan yang dikerjakan temannya dengan mengisi format penilaian. 9) Siswa dan guru memilih tiga kesimpulan yang terbaik 10) Siswa dan guru memberi penghargaan kepada 3 kesimpulan terbaik Setelah implementasi siklus II berlangsung diperoleh hasil evaluasi berikut : Tabel 3 : Hasil Evaluasi Prestasi dan Post Tes I dan II TAHAP PRE TEST SIKLUS I SIKLUS II Nilai rata-rata 7,4 7,6 7,9 Ketuntasan 57,5% 82,5% Jika dilihat dari tabel 3 hasil belajar tampak ada peningkatan yang berarti dari nilai rata-rata 7,6 menjadi 7,9 sehingga ada peningkatan 0,3 dimana ketentuan terjadi peningkatan dari 57,5% menjadi 82,5%. Hal ini menunjukkan adanya indikasi meningkatan hasil belajar. Sementara pada siklus II tingkatan keaktifan siswa dari masing-masing kelompok dapat diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4 : Hasil Obserfasi Keaktifan Siswa Pada Siklus II Pengamatan/Observasi 1. Siswa yang diam/melamun 2. Siswa yang bermain sendiri 3. Siswa yang aktif 4. Aktifitas kelompok pad umumnya 5. Kelompok waktu dalam diskusi 1 2 KELOMPOK 3 4 5 6 7 8 - - 1 - - - - - 1 - - - - 5 4 4 5 5 5 Jumlah Presentasi - 1 2,50% 1 - 2 5,00% 4 5 37 93% A A A A A A B A 8 100% v 8 100% v v v v v v v Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa selama tindakan paska siklus II keaktifan siswa pada masing-masing kelompok meningkat, hal ini menunjukkan bahwa Kegiatan Bimbingan Kelompok dengan pembelajaran Aktif dapat meningkatkan Motivasi dan Hasil belajar . 22. JP3 Vol 2 No 1, Maret 2012 Pembahasan Dari perbandingan pelaksanaan penelitian pada siklus pertama dengan pelaksanaan penelitian siklus kedua, bahwa proses pembelajaran dengan bimbingan kelompok menunjukkan lebih baik dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan demikian untuk meningkatkan prestasi belajar perlu adanya peran guru pembimbing untuk memberikan layanan bimbingan pribadi kepada siswanya. Selain itu kiranya perlu didasari bahwa salah satu persyaratan untuk berhasilnya suatu bimbingan yang baik adalah terciptanya hubungan baik antara pembimbing dengan kliennya. Sehingga keadaan ini harus dilakukan oleh seorang pembimbing. Sebab kalau hal ini tidak dapat dilakukan atau tidak terjadi maka akan mengalami kesulitan dalam memberikan bantuan layanan bagi pembimbing dalam memecahkan permasalahan yang dialaminya. Banyak cara yang harus dilakukan oleh pembimbing dalam upaya tersebut. Dari berbagai cara yang ada di antaranya adalah menciptakan hubungan baik antara pembimbing dengan klien. Pada siklus II ini terlihat kerja sama siswa mulai terlihat hidup, artinya interaksi antar anggota cukup kondusif dan saling membantu satu dengan yang lainnya. Siswa aktif terlihat meningkat, guru keliling kelompok, nampak aktif dalam membantu siswa. Menyoroti anggota-anggota kelompok nampak senang bekerja sama. Guru memberi motifasi, agar dalam menjalankan perintah soal dengan benar. Secara umum selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bimbingan kelompok siswa tampak aktif dalam mengikuti pelajaran. Aktivitas siswa dalam bertanya, menjawab, menjelaskan mengalami peningkatan meskipun pada awalnya masih banyak siswa yang masih merasa malu, ragu-ragu dan takut dalam bertanya, menjawab ataupun menjelaskan. Hal ini disebabkan karena kebiasaan siswa yang cenderung pasif dan hanya menerima informasi dari guru serta kurangnya peran siswa saat pembelajaran berlangsung. Dengan diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan bimbingan kelompok, siswa menjadi tidak bosan dalam suatu materi pelajaran dan siswa dapat berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam kegiatan kelompok pada pembelajaran siklus 2, siswa yang berkemampuan tinggi membantu teman yang berkemampuan sedang dan rendah. Dalam kegiatan tersebut terlihat kerja sama yang baik pada tiap kelompok. Saat beberapa kelompok menyajikan hasil kerjanya, siswa sudah mulai tidak malu dan takut lagi dalam menjawab pertanyaan dari teman yang lainnya ataupun saat menjelaskan jawaban yang tengah disajikan. Pada akhir penelitian, ternyata masih ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran dikarenakan karakteristik siswa yang malas dan tidak mau mencoba bertanya tentang materi yang masih belum dipahami. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan bimbingan kelompok membutuhkan kemampuan guru untuk lebih realistis dalam menjelaskan materi tersebut kepada siswa. Selain itu juga harus memilih materi yang cocok untuk menerapkan pembelajaran dengan menggunakan bimbingan kelompok karena pembelajaran ini membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga waktu pelaksanaannya harus diperhitungkan dan tidak semua materi matematika dapat disajikan dengan menggunakan media PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan,dapat disimpulkan bahwa : 1) Dengan strategi ” Bimbingan Kelompok Pembelajaran Aktif “dapat meningkatkan aktivitas belajar. Peningkatan Aktivitas dan Hasil ….23 2) Dengan strategi “Bimbingan Kelompok Pembelajaran Aktif “ dapat meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran aktif sangat diperlukan siswa untuk mengembangkan ketrampilan, kompetensi dan potensi diri siswa. Oleh karena itu faktor – faktor penghambat pembelajaran aktif jangan sampai menjadi kendala bagi guru untuk mempraktikkan pembelajaran aktif. Teruslah berusaha untuk mencoba teknik – tekhnik pembelajaran aktif demi perkembangan potensi siswa. Saran Mengingat pentingnya pembelajaran secara aktif, maka guru dituntut secara aktif mencari cara – cara pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi dan minat siswa dalam menempuh mata pelajaran. Begitu pula sekolah ridak segan – segan menyediakan fasiliras dan saran prasaran belajar siswa yang memadai. Para pengembang kurikulum di sekolah harud menyediakan kebutuhan pembelajaran yang aktif dan menopang upaya – upaya guru dalam mengubah cara mengajar. Tanpa dorongan dan fasilitas dari pihak sekolah, maka upaya guru untuk menggunakan strategi pembelajaran aktif bisa tidak terwujud. Pembelajaran aktif dapat deselenggarakan di kelas atau di luar kelas. Sesekali dapat dicoba untuk meminta pendapat siswa mengenai tempat belajar dan ajakan siswa memikirkan dan memilih tempat pembelajaran yang dikehendaki oleh siswa bila tersedia alternatif yang memungkinkan. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi , 1991, Strategi pembelajaran, Surabaya: Apollo Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek . Jakarta, Rineke Cipta. Departemen Pendidikan Nasional, 2004, Pedoman Pembelajaran Tuntas, Jakarta. Jamaludin, dkk, 2002: Pembelajaran yang efektif, Jakarta, Dirjen Kelembagaan Islam. Kardi,Suparman & Nur M 2000: Pengantar Pada Pengajaran Dan Pengelolaan Kelas, Surabaya, Unessa University Press. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta.PT RajaGrafindo Persada Sudjana, Nana, 1988: Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Bandung, Sinar Baru. Sudjana, Hermawati, 2001 : Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru Masa Depan, Surabaya: Jurnal Genteng Kali, Vol. 3 No. 9 Sukardi 2006 : Penelitian Kualitatif Naturalistik Dalam Pendidikan, Yogyakarta, Penerbit, Usaha Keluarga. Supardi, 2004: Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Soewondo, 2003. Interaksi belajar Mengajar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga Kependidikan. Usman, User, 2002: Menjadi Guru Profesional, Bandung Rosda Karya. Ujang Sukandi, 2003: Belajar Aktif dan Terpadu, Surabaya: Duta Graha Pustaka.