i. pendahuluan - IPB Repository

advertisement
14
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati
tertinggi di dunia yakni kedua setelah Brazil. Keanekaragaman hayati tersebut
meliputi
keanekaragaman
ekosistem,
keanekaragaman
spesies
dan
keanekaragaman genetik. Memiliki 27.500 spesies tumbuhan berbunga (10 % dari
total jumlah spesies tumbuhan berbunga dunia), 700 spesies satwa mamalia (12 %
dari total jumlah spesies satwa mamalia dunia), 511 spesies reptilia, 270 spesies
amfibia (16 % dari total jumlah spesies amfibia dunia) dan 1.585 spesies burung
(17 % dari total jumlah spesies burung dunia), memberikan gambaran betapa
Indonesia menjadi salah satu pusat kekayaan keanekaragaman hayati dunia
(Purnama 2006).
Mamalia sebagai salah satu kekayaan keanekaragaman hayati dapat
menempati habitat yang beranekaragam. Menurut KNLH (1994) terdapat 48 tipe
habitat utama di Indonesia, mulai dari laut dalam sampai pegunungan, antara lain
laut dalam, hutan pantai, hutan payau, hutan rawa, hutan gambut, hutan hujan
dataran rendah, hutan hujan pegunungan bawah, hutan hujan pegunungan atas,
hujan hujan subalpin, serta areal bukan hutan seperti areal perkebunan, gua karst,
pekarangan, daerah persawahan dan savana.
Kebun kelapa sawit merupakan tipe habitat bukan hutan yang relatif luas di
Indonesia. Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Derom
Bangun dalam Konferensi Internasional tentang kelapa sawit di Nusa Dua, Bali
tahun 1998, menyatakan bahwa luas areal kebun kelapa sawit pada tahun 2010
dapat mencapai 5 juta ha.
Pada areal kebun kelapa sawit, dapat dijumpai satwa mamalia karena
memiliki beberapa keistimewaan dalam hal fisiologi maupun susunan sarafnya.
Mamalia mampu bertahan hidup pada kondisi cuaca yang ekstrim, bahkan di
kutub utara dan selatan dapat dijumpai mamalia karena adanya kemampuan
mengatur suhu tubuhnya (homoitherm). Oleh sebab itu, tidak mengherankan
mamalia dapat bertahan hidup pada areal kebun kelapa sawit dan lingkungan
sekitarnya.
15
Pengembangan areal perkebunan kelapa sawit ternyata menyebabkan
meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hutan. Daerah-daerah perkebunan
yang sekarang dibangun terutama untuk perkebunan sawit di Sumatera, semula
merupakan hutan produksi yang dapat dikonversi. Pada kenyataannya, hampir
semua hutan di Sumatera merupakan habitat satwa mamalia yang dilindungi
seperti gajah (Elephas maximus), tapir (Tapirus indicus) dan harimau Sumatera
(Panthera tigris sumaterae) (Alikodra 2002). Akibat deforestasi tersebut, bisa
dipastikan Indonesia mendapat ancaman hilangnya keanekaragaman hayati dari
ekosistem hutan hujan tropis.
Saat ini, telah berkembang kebijakan yang menuntut manajemen perkebunan
sawit melakukan pengelolaan kebun lestari. Salah satunya adalah tanggung jawab
terhadap lingkungan serta konservasi sumberdaya alam dan keanekaragaman
hayati termasuk di dalamnya satwa mamalia. Salah satu dasar yang diperlukan
dalam kegiatan konservasi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati adalah
tersedianya data dan informasi tentang keanekaragaman hayati tingkat jenis.
Sehubungan dengan hal tersebut, telah dilakukan penelitian studi keanekaragaman
jenis mamalia sebagai salah satu komponen ekosistem kebun kelapa sawit. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi awal yang dapat digunakan
dalam manajemen kebun lestari sehingga keberadaan spesies mamalia tetap lestari
dan usaha perkebunan kelapa sawit dapat berkelanjutan, baik secara ekonomi
maupun ekologis.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Keanekaragaman jenis mamalia pada areal bervegetasi alam, areal perkebunan
kelapa sawit dan areal budidaya lainnya di sekitar kebun sawit.
2. Besarnya perubahan kekayaan jenis mamalia pada beberapa macam lokasi
pada areal bervegetasi alam, areal perkebunan kelapa sawit dan areal budidaya
lainnya di sekitar kebun sawit.
16
1.3 Manfaat
Kegiatan penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan data terbaru mengenai keanekaragaman jenis mamalia pada areal
bervegetasi alam, areal kebun kelapa sawit dan areal budidaya lainnya di
sekitar kebun sawit.
2. Sebagai bahan pengelolaan keanekaragaman hayati sehingga dapat bermanfaat
untuk kelestarian satwa mamalia.
Download