TES TOLERANSI LATIHAN PADA GANGGUAN KARDIOVASKULER Disusun dalam rangka memenuhi tugas System informasi manajemen Keperawatan Oleh : S u s m a d i NPM : 0606155745 Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun 2008 0 A. Pendahuluan Latar Belakang Pada penatalaksanaan penyakit jantung koroner dewasa ini telah banyak kemajuan, namun tetap saja masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup penting terutama di negara- negara berkembang seperti Indonesia penyakit jantung koroner ini merupakan penyebab kematian nomor wahid. Mengingat banyaknya jumlah penderita penyakit jantung koroner dan kerugian yang ditimbulkan, maka diperlukan diagnosa yang lebih dini. Tes Toleransi Latihan ( ETT ) merupakan salah satu cara utama untuk menegakkan diagnosa pasien dengan penyakit jantung koroner khususnya dan penyakit jantung pada umumnya. Tes Toleransi Latihan terutama ditujukan untuk menegakkan diagnosa secara dini sehingga pencegahan dapat dilakukan, kematian dapat dihindari dan harapan kualitas hidup dapat ditingkatkan. Tes Toleransi Latihan adalah cara noninvasif untuk mengkaji berbagai aspek fungsi jantung, dengan mengevaluasi aksi jantung selama dilakukan stress fisik, respon jantung terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dapat ditentukan. Tes ini digunakan untuk berbagai keperluan berikut seperti, membantu mendiagnosa penyebab nyeri dada, menentukan kapasitas fungsional jantung setelah miokard infak atau pembedahan jantung, mengkaji efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia, mengidentifikasi disritmia yang terjadi selama latihan fisik, dan membantu mengembangkan latihan fisik selama rehabilitasi. 1 B. Tinjauan Teori 1. Pengertian Tes toleransi latihan ( ETT ) adalah merekam aktivitas kelistrikan jantung selama latihan fisik yang berdampak terhadap peningkatan kebutuhan oksigen pada jantung. Latihan fisik yang dilakukan pasien dapat berupa pasien berjalan pada ban berjalan atau treadmill, bersepeda statis atau atau naik turun tangga. Pasein dilatih dengan meningkatkan kecepatan berjalan dan mencondongkan ban berjalan atau meningkatkan beban sepeda statis secara bertahap. Selama latihan gambaran monitor elektrokardiografi, heart rate dan tekanan darah selalu dipantau dan dianalisa. 2. Penggunaan Tes toleransi latihan dilakukan untuk mendeteksi secara dini kelainankelainan jantung, seperti pada keadaan-keadaan : Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. suplay darah yang tidak adekuat ( iskhemik ) yang ditimbulkan sel – sel otot kekurangan komponen darah. Manifestasi utama ischemia miokardium adalah nyeri dada. Salah satu factor yang dapat menimbulkan nyeri angina adalah latihan fisik karena kebutuhan oksigen jantung meningkat. Diagnosa ini salah satunya dapat ditegakkan dengan stress tes, terutama pada ischemia tersamar (secara obyektif ischemia yaitu dengan stress tes tetapi pasien tidak menunjukkan gejala). 2 Pasien dengan factor resiko terhadap coronary artery diseases dapat ditelusuri dari riwayat kesehatan, sebagai bagian dari pengkajian kardiovaskuler terutama factor resiko. Factor resiko dibedakan menjadi dua yaitu yang tidak dapat dirubah (riwayat keluarga dengan masalah jantung, peningkatan usia, jenis kelamin, ras) dan dapat dirubah ( kadar kolesterol, tinggi tekanan darah, merokok, kadar glukosa darah, obesitas, inaktivitas fisik, stress, penggunaan kontrasepsi oral).untuk meyakinkan kondisi pasien dengan riwayat tersebut maka diperlukan diagnosa dini untuk menentukan kesehatan pasien. Mengevaluasi kemampuan latihan ketika pasien tidak dapat menjelaskan tentang kelelahan dan nafas pendek, pada keadaan ini pasien kadang tidak dapat menentukan penyebab dari adanya perubahan dalam tubuhnya hal akan mempersulit dalam menegakkan diagnosa. Untuk membantu menegakkan diagnosa maka dokter akan melakukan salah satu tes diagnosa yaitu stress tes. Fokus utama pengkajian adalah terhadap curah jantung dan perubahan pola EKG. Bila curah jantung berkurang, maka jumlah oksigen yang mencapai jaringan akan berkurang. Dengan berkurangnya oksigen ini akan menimbulkan rangsangan syaraf simpatik untuk memenuhi kebutuhan aksigen dan menurunnya metabolisme sel sehingga akan menimbulkan kelelahan. Mengevaluasi respon tekanan darah terhadap latihan pada pasien dengan borderline hipertensi. Tes toleransi latihan pada kasus ini digunakan untuk membedakan bahwa peningkatan tekanan darah itu disebabkan oleh rangsangan aktifitas fisik atau keadaan patologi pada system kardiovaskuler 3 Mengidentifikasi kelainan irama jantung, berupa disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia dapat diidentifikasi dengan menganalisa EKG. Disritmia dapat muncul, apabila terjadi ketidakseimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh aktivitas normal seperti latihan atau stress tes, hal ini terjadi karena peningkatan respon miokardium terhadap stilumus terutama syaraf simpatik yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas. Membantu mengembangkan program latihan yang aman selama rehabilitasi. Pasien yang mengalami serangan miokard infak akut dan bebas dari gejala maka program rehabilitasi aktif harus dimulai. Tujuan rehabilitasi adalah mengembangkan dan memperbaiki kualitas hidup serta mendorong aktivitas fisik dan penyesuaian fisik. Tujuan toleransi latihan dicapai melalui penyesuaian fisik, yang dilakukan untuk memperbaiki efisiensi jantung. Mengevaluasi efektivitas pengobatan pada angina dan ischemic. Obat – obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen, vasodilor , antikoagulan dan trombolitik. Nitrogliserin menyebabkan dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan pengumpulan darah di perifer, sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali ke jantung ( preload ) dan mengurangi beban kerja jantung. 3. Persiapan Pasien sebelum latihan Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum memulai latihan, hal 4 ini untuk keamanan pasien dan keberhasila latihan. - Persiapan pakaian sebelum latihan pasien dianjurkan untuk menggunakan sepatu olah raga bersole dari karet, celana yang nyaman, dan baju yang longgar - Tidur cukup sebelum latihan Kondisi tidak segar atau stress atau emosi akibat situasi yang menegangkan akan menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatkannya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung akan meningkat. - Tidak diinstruksikan untuk berhenti merokok, makan atau minum 4 jam sebelum latihan. Makan dan minum akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenteric untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung. Kondisi ini akan mengakurkan hasil stress tes. - Tidak makan atau minum bahan – bahan yang mengandung cafein selama 12 jam sebelum latihan. Bahan – bahan yang mengandung kafein akan menimbulkan stimulasi terhadap syaraf simpatik, hal ini akan mempengaruhi frekuensi jantung, irama, dan tekanan darah. - Tidak minum obat – jantung selama 1 hari sebelum test kecuali atas anjuran dokter Obat – obatan yang di konsumsi menjelang latihan akan dapat memberikan hasil yang meraguakan. 5 - Jika pasien menggunakan inhaler, maka dianjurkan untuk dibawah pada saat test. Demikian juga pada pasien diabetes jika pasien mendapatkan insulin untuk mengontrol gula darah, dianjurkan dosis ½ nya pada pagi hari dan makan 4 jam sebelum latihan. Jika pasien mendapatkan pil untuk mengontrol gula darah, maka jangan minum obat sampai latihan selesai. Jika pasien dimonitor glukosanya, maka glukosa harus dicek sebelum dan sesudah latihan. 4. Pelaksanaan test - Waktu pelaksanaan berkisar 30 – 60 menit - Electrode dilekatkan pada area dinding dada dapat dihubungkan memakai kabel dengan electrocardiograph monitor atau dapat juga dengan menggunakan metode Telemetry alat penangkap data yang portable yang menggunakan sistem transmisi gelombang suara dan tanpa kabel. - Pasien di ukur heart rate dan tekanan darah sebelum latihan, pasien melakukan ban berjalan atau treadmill, bersepeda statis, naik turun tangga. Latihan dimulai pada kecepatan Warming-up dan tiap tiga menit kecepatan dinaikkan. Pengukuran tekanan darah dan heart rate diambil di menit ke 2 pada setiap tahap. - Jarak tempuh ban berjalan atau sepeda statis adalah 2 – 3 mil/jam - Hal – hal yang harus diperhatikan selama pelaksanaan tes adalah : tekanan darah, heart rate, irama jantung, pernafasan, perubahan EKG, ketidaknyamanan pasien pada dada. 6 - Latihan dihentikan pada : pasien merasa tidak nyaman pada dada, nafas pendek, pusing, kenaikan heart rate ( maksimal 85% dari rata HR ) ketidakteraturan irama jantung, perubahan pada gambaran EKG. - Setelah pelaksanaan treadmill pasien akan dimonitor 10 sampai 15 menit setelah tes selesai atau setelah irama jantung kembali ke kondisi dasar. C. Implikasi Keperawatan - Catat obat – obat yang diminum klien dan waktu terakhir di minum. - Anjurkan pasien Tidur cukup sebelum latihan, tidak makan atau minum selama 4 jam sebelum latihan, tidak makan atau minum bahan – bahan yang mengandung cafein selama 12 jam sebelum latihan. - Jelaskan bahwa pemeriksaan untuk melihat kelistrikan jantung pada saat jantung menerima beban yang lebih tinggi. - Jelaskan waktu melaksanaan treadmill 30 – 60 menit. - Jelaskan bahwa dada, tangan, kaki pasien akan dipasang electrode yang akan di hubungkan dengan EKG atau menggunakan telemetry - Jelaskan bahwa pemeriksaan treadmill cukup aman karena diawasi oleh dokter atau tekniker yang mengetahui jika terjadi kondisi kegawatan. - Anjurkan klien untuk memakai baju yang longgar, celana yang nyaman dan sepatu yang bersol dari karet pada waktu melakukan treadmil - Jelaskan bahwa pemeriksaan sama dengan berlari atau bersepeda, dimana bebannya akan dinaikkan setiap tiga menit - Anjurkan klien untuk memberitahu selama pemeriksaan apabila mengalami nyeri dada, nafas pendek, pusing dan yang lebih penting lagi memberi kesempatan klien untuk bertanya. 7 Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pelaksanaan latihan ini dapat berupa : Ansietas yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan, Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner dan erubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder terhadap penyakit jantung. D. Pembahasan Penyakit jantung sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup penting, baik di negara maju maupun negara berkembang, seperti di indonesia merupakan penyebab kematian nomor satu. Walaupun telah banyak kemajuan dalam penatalaksanaan dan dan terapi namun tetap saja penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner yang sering disebut dengan istilah ‘the silence killer’ Mengingat banyaknya jumlah penderita coronary artery desease dan kerugian yang ditimbulkan, maka dikembangkanlah suatu metode preventif dengan berbasis tehnologi informasi yang dapat mendeteksi secara dini yang disebut Tes Toleransi Latihan atau treadmill test. Metode ini dikembangkan dengan merekam aktivitas kelistrikan jantung selama latihan fisik yang berdampak terhadap peningkatan kebutuhan oksigen pada jantung. Pada pelaksanaan tes dinding dada dibersihkan untuk menghilangkan kotoran dan lemak juga bila perlu bulu-bulu dada dicukur dan diberikan jelly khusus untuk mempercepat tranmisi dari electrode ke jaringan tubuh. Electrode dihubungkan oleh kabel dengan electrocardiograph monitor ( EKG/ECG ) , dan dapat pula menggunakan telemetry. 8 Telemetry adalah "satu alat penangkap data yang portable, yang menggunakan sistem transmisi gelombang suara dan tanpa kabel". Atau ada juga yang menyebutnya "ilmu dan tehnologi yang menggunakan instrument pengukuran data menggunakan gelombang suara, dengan tanpa kabel, radio, remote. Hal – hal yang harus diperhatikan selama pelaksanaan stres tes adalah : tekanan darah, heart rate, irama jantung, pernafasan, perubahan EKG, ketidak nyamanan pada dada, karena bila keadaan tersebut dibiarkan akan dapat menyebabkan infark jantung yang selanjutnya sangat membahayakan pasien. Tes toleransi latihan atau stress tes baik monitor langsung dengan menggunakan bakel maupun dengan telemetry merupakan alat canggih kesehatan berbasis tehnologi informasi yang sangat berguna untuk mendeteksi kelainan jantung. Tentu saja aplikasi tressing tes ini sangat ditunjang dengan kemampuan sumber daya manusia yang handal baik dokter maupun perawat dalam membaca ECG (elektocardiogram), namun saat ini telemetry yang ada telah didesain sedemikian rupa terkoneksi dengan program komputer yang langsung menganalisa patologi kelainan jantung pasien. Implikasi keperawatan merupakan hal yang sangat menunjang keberhasilan dan kelancaran pelaksanaan test, disini perawat dituntut tidak hanya dalam komunikasi terapeutik dalam hal menyampaikan informasi sehubungan dengan pelaksanaan test tetapi juga perawat dituntut untuk dapat menganalisa hasil dari perekaman ECG sehingga dapat segera berkolaborasi 9 dengan dokter untuk mengambil suatu tindakan bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. E. Kesimpulan Tes toleransi latihan atau stressing test merupakan alat canggih kesehatan berbasis tehnologi informasi terutama pada aplikasi telemetry Perawat dituntut tidak hanya dalam komunikasi terapeutik dalma hal menyampaikan informasi sehubungan dengan pelaksanaan test tetapi juga perawat dituntut untuk dapat menganalisa hasil dari perekaman ECG 10 Daftar Pustaka 1. Brunner & Suddarth, ( 2002 ) Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta 2. Cleveland Clinic ( 2004 ) Diagnosing Heart disease : stress test. Diambil 14 Maret 2008 : www.yahoo.com/treadmill.urac’s 3. Maryland Medical Center Programs, (2001 ) Stres Test. Diambil 14 Maret 2008 www.yahoo.com/treadmill.UMHS 4. Nettina and Sandra, (1996) The Lippingcott : Manual of Nursing Practice. Sixth edition. Philadelphia Washington. 5. North Memorial Medical Center ( 2000 ) Exercise stress test ECG. Diambil 15 Maret 2008 :www.yahoo.com/healthencyclopedia 6. University of Utah Health Scienci Center. ( 2000 ) Exercise Treadmill Test. Diambil 14 Maret 2008 :www.yahoo.com/treadmill.test 7. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2007) Aplikasi Telemetry dalam Asuhan Keperawatan pasien dengan penyakit jantung di Indonesia. Diambil 15 Maret 2008 : http://www.nurmartono.blogspot.com/ 11 12