Kajian strategi pemasaran es krim baltic: studi

advertisement
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Produk es krim
a. Bahan
Menurut Eckles et al. (1984), es krim adalah produk olahan susu yang
dibekukan, terbuat dari kombinasi susu dengan beberapa bahan tambahan
seperti telur, gula, madu, stabilizer (bahan penstabil), emulsifier (bahan
pengemulsi), bahan flavor dan pewarna. Robinson (1985) menyatakan bahwa
komposisi es krim adalah lemak 10%, padatan susu tanpa lemak (solid non fat
atau SNF) 11%, bahan penstabil dan pengemulsi 0,5-0,75%, pewarna dan bahan
aroma, sedangkan Arbuckle and Marshall (1996) menyatakan bahwa untuk
mendapatkan formulasi yang baik, komposisi es krim sebaiknya mengandung
lemak 12%, padatan susu 11%, gula 15%, bahan penstabil dan pengemulsi
0,3%, serta secara keseluruhan mempunyai total padatan 38,3%. Bahan padat
pada susu terdiri dari lemak susu dan padatan susu tanpa lemak (PSTL). Padatan
susu berfungsi membentuk tekstur es krim yang kompak dan lembut,
meningkatkan ketahanan leleh, viskositas dan menimbulkan rasa. Sumber
padatan susu dapat diperoleh dari susu segar, susu bubuk, susu skim dan susu
bubuk skim (Fardiaz, 1989). Menurut Arbuckle and Marshall (1996), lemak
susu dan PSTL memiliki pengaruh yang sangat besar pada cita rasa es krim,
yaitu flavor, massa dan tekstur pada produk. Dengan bertambahnya lemak,
tekstur menjadi lebih baik dan es krim menjadi semakin tahan terhadap proses
pencairan, sedangkan protein susu memberi kekompakan dan kehalusan,
meningkatkan viskositas dan resistensi pelelehan, serta menurunkan titik beku.
Robinson (1985) menyatakan bahwa gula pada es krim dibutuhkan
sebagai pemanis dan sebagai tambahan padatan yang diperlukan untuk
menghasilkan es krim yang memiliki tekstur dan badan yang baik. Arbuckle and
Marshall (1996) menyatakan bahwa bahan penstabil berfungsi untuk mencegah
pembentukan kristal es yang besar, memperluas tekstur, menghasilkan produk
yang seragam dan memperlambat pelelehan es krim. Pengemulsi digunakan
7
untuk menurunkan waktu pembekuan, memperbaiki mutu whipping dan
menghasilkan es krim dengan tekstur yang baik (Buckle, dkk, 1987).
b. Pengolahan
Buckle, dkk. (1987) menyatakan bahwa proses pembuatan es krim
dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1) Formulasi
Dalam tahap ini seluruh bahan baku disiapkan, baik berupa bahan
baku utama atau bahan baku tambahan yang sudah ditimbang, agar
mendapatkan formulasi es krim yang sesuai dengan standar perusahaan.
2) Pencampuran
Bahan cair dimasukkan ke dalam tangki pencampur (mixing) yang
telah dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 65 – 750 c, selanjutnya diaduk
dengan batang pengaduk sekaligus menjaga agar suhu adonan tetap. Setelah
semua bahan tercampur, lalu dilakukan penyaringan untuk memisahkan
partikel-partikel adonan yang dapat lolos dengan ukuran kurang 200 mikron.
3) Homogenasi
Fungsi proses homogenasi adalah untuk menstabilkan emulsi adonan
dengan cara memperkecil globula lemak sampai diperoleh ukuran kurang
dari 2 mikron, karena adonan mempunyai kecenderungan menggumpal.
Proses homogenasi dilakukan dengan menggunakan alat homogenizer.
Campuran dihomogenkan untuk mengurangi waktu yang diperlukan bagi
pematangan campuran dan untuk mempengaruhi kekentalan, serta dapat
memperbaiki tekstur dan massa es krim.
4) Pasteurisasi
Pasteurisasi berfungsi untuk membunuh mikroba yang bersifat patogen
agar kerusakan pada mutu organoleptik dan kerusakan karakteristik adonan
dapat dihindari. Sistem pasteurisasi yang digunakan untuk komersial
biasanya menggunakan sistem high temperature short time (HTST), yaitu
pada suhu 85 – 880 C dan dalam waktu singkat (15 detik).
8
5) Pendinginan
Setelah proses pasteurisasi, karena suhu yang dihasilkan sangat panas,
maka adonan perlu dialirkan ke generator kemudian proses pendinginan
dilanjutkan ke bagian cooler dimana suhu adonan akan diturunkan hingga
27 – 300C. Sistem pendinginan diakhiri setelah adonan dilewatkan melalui
chiller hingga diperoleh suhu adonan 40C.
6) Aging
Aging adonan dilakukan dalam tangki aging (suhu 40C) selama 24 jam
dengan tujuan untuk mengoptimalkan kerja dari stabilizer dan emulsifier,
sehingga diperoleh es krim dengan tekstur yang halus dan kompak, serta
tidak mudah mencair. Selanjutnya dilakukan penambahan aroma dan warna
dalam tangki aging.
7) Pembekuan atau freezing.
Pembekuan dengan mesin pembeku dilakukan dengan cara pembekuan
di dalam tabung pembeku. Adonan yang keluar dari freezer berbentuk semi
padat dengan suhu -5 sampai dengan -80C, untuk memudahkan penanganan
es krim pada tahap pengisian ke dalam wadah. Pada saat diambil dari lemari
pembeku, es krim diisikan secepat mungkin ke dalam wadah terakhir, dan
dipindahkan ke ruangan pengeras dimana suhu dijaga berkisar -20 sampai
dengan -300 C.
8) Pengemasan
Pengemasan disebut juga pembungkusan atau pewadahan. Fungsinya
adalah untuk mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan
pangan yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran dan
gangguan fisik (gesekan, benturan dan getaran). Di samping itu pengemasan
berfungsi untuk menempatkan suatu produk industri agar mempunyai
bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan
distribusi. Menurut Syarief (1990), dari segi promosi, bentuk, warna dan
dekorasi pada kemasan berfungsi sebagai daya tarik konsumen.
9
c. Mutu
Arbuckle and Marshall (2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang
menentukan mutu es krim adalah :
1) Kebersihan, kesehatan pekerja dan sikap ketelitian pekerja.
2) Bahan mutu.
3) Formulasi dan campuran komposisi yang diperlukan.
4) Metode pengolahan yang tepat.
5) Peralatan yang baik.
6) Kebersihan dan prosedur sanitasi yang efektif.
7) Penyimpanan dan distribusi yang tepat.
Menurut Fardiaz (1998), masa simpan dan penurunan mutu bahan
pangan yang disimpan dengan cara pendinginan sangat tergantung dari suhu
penyimpanan. Adanya mikroorganisme psikotrof pada makanan yang telah
diproses dengan pemanasan biasanya menunjukkan terjadinya kontaminasi
setelah pengolahan atau terjadinya fluktuasi suhu selama pembekuan.
2. Pengertian Pemasaran
Pengertian atau definisi pemasaran menurut Kotler (2000) adalah suatu
proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan
kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar
sesuatu yang bernilai satu sama lain. Menurut Drucker (1973) yang dimaksud
dengan pemasaran adalah “The aim of marketing is to make selling superfluous. The
aim is to know and understand the customer so well that the product or service fits
him and sells it self”.
Menurut Soemantri (2003), dari kedua pengertian/definisi tersebut di atas,
dapat disimpulkan bahwa pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses
penciptaan nilai (value) yang diarahkan untuk menciptakan suatu pertukaran yang
saling memuaskan. Keberhasilan dalam pemasaran tersebut diharapkan mencapai
sasaran melalui hal berikut :
10
a. Omzet penjualan produk dan jasa akan menjadi sangat besar.
b. Untuk tercapainya peningkatan penjualan yang besar, maka harus mampu
mengenal dan memahami pelanggan dengan sebaik-baiknya.
c. Kalau sudah mengenal dan memahami pelanggan dengan baik, maka sanggup
menawarkan produk dan jasa yang memiliki nilai sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
d. Akhirnya melalui pelanggan yang sudah terpuaskan tersebut, secara tidak
langsung akan mempromosikan produk dan jasa, sehingga terjual dengan
sendirinya (dicari konsumen).
3. Analisa Persepsi Pasar
a. Persepsi Konsumen
Menurut Kotler (2000), persepsi
adalah proses bagaimana seseorang
memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi masukan-masukan informasi
untuk membantu konsumen menginterpretasikan dunia sekitarnya. Setiap
individu dapat memiliki persepsi yang berbeda atas obyek yang sama. Persepsi
konsumen memegang peranan penting dalam pemasaran, karena persepsi yang
diterima konsumen dapat mempengaruhi mutu, harga dan juga citra yang
dihasilkan produk tertentu.
b. Analisa Persaingan
Analisis persaingan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh banyak
industri untuk membangun strategi. Intensitas persaingan diantara perusahaanperusahaan sangat bervariasi. Analisa dasar dalam memahami persaingan adalah
industri. Sebuah industri yang menghasilkan produk ataupun jasa adalah
sekumpulan pesaing yang menghasilkan produk atau jasa yang bersaing satu
sama lain (Porter, 1990). Suyanto (2007) berpendapat bahwa pesaing suatu
perusahaan meliputi pihak yang berusaha memuaskan pelanggan dan kebutuhan
pelanggan yang sama, serta menyediakan penawaran yang serupa kepada
pelanggan. Menurut Pearce and Robinson (1991), analisa persaingan umumnya
memiliki tujuan untuk mengidentifikasi pesaing yang ada sekarang dan pesaing
11
potensial serta mengidentifikasi pergerakan potensial, dari pesaing untuk
membantu perusahaan merencanakan persaingan yang efektif.
Kotler dan Keller (2007) berpendapat bahwa analisa strategi bersaing
merupakan bagian penting dalam rencana pemasaran, yaitu :
1) Dalam menilai situasi terkini, perusahaan perlu mengidentifikasi pesaingpesaing kunci, serta mempelajari kekuatan dan kelemahan pesaing.
2) Analisis dan intelegensi bersaing membentuk strategi bersaing yang
didukung oleh bauran pemasaran.
Dalam menganalisa persaingan industri, Kotler (2000) mengemukakan
bahwa ada delapan hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Mengidentifikasi Pesaing.
Hal ini dapat dibedakan berdasarkan empat tingkat substitusi, yaitu :
i. Persaingan Merk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan jasa
yang serupa pada pelanggan sama dengan harga sama.
ii. Persaingan Industri, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk atau kelas
produk yang sama.
iii. Persaingan Bentuk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan memproduksi produk yang
memberikan jasa sama.
iv. Persaingan generik, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para
pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan
harga konsumen yang sama.
2) Mengidentifikasi Strategi Pesaing. Pesaing terdekat perusahaan adalah yang
mengejar pasar sasaran sama dengan strategi sama.
3) Menentukan tujuan pesaing. Tujuan pesaing beraneka ragam, misalnya
profitabilitas, pertumbuhan pangsa pasar, arus kas, keunggulan teknologi
dan keunggulan pelayanan.
12
4) Menilai kekuatan dan kelemahan pesaing. Sumber daya dan kemampuan
dari masing-masing pesaing dapat menentukan keberhasilan perusahaan
dalam menjalankan strategi.
5) Mengestimasi pola reaksi pesaing. Pola reaksi pesaing ada yang lambat,
cepat, penuh perhitungan dan tidak terduga.
6) Merancang sistem intelejen persaingan.
7) Memilih pesaing untuk diserang dan dihindari.
8) Menyeimbangkan orientasi pelanggan dan pesaing.
4. Analisa SWOT
Tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses perumusan strategi
perusahaan adalah tahap input, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan.
Dalam Analisa Strength, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT), tahap
input adalah mengumpulkan informasi-informasi yang diperlukan dalam formulasi
strategi yang diformulasikan menjadi External Factor Evaluation (EFE) dan
Internal Factor Evaluation (IFE) perusahaan. Tahap analisis adalah menganalisa
kondisi dan posisi perusahaan, dengan menggunakan
matriks Internal-External
(I-E). Tahap pengambilan keputusan adalah tahapan untuk memilih strategi yang
tepat bagi perusahaan, salah satu yang digunakan perusahaan adalah
dengan
menggunakan matriks SWOT (David, 1997).
Pengembangan bisnis oleh perusahaan (termasuk industri kecil) pada
awalnya ditentukan oleh kemampuan untuk mengidentifikasi (diagnosis)
pengelolaan produksi (metode dan kerjasama tim) atas faktor eksternal (peluang
dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
melalui analisis
SWOT. Dengan analisis ini didapatkan tahapan seperti menilai keadaan,
menentukan tujuan dan memutuskan pilihan dan evaluasi kegiatan (Hubeis, 1997)
Menurut Hubeis (2003), komponen-komponen dalam analisa SWOT dapat
diartikan sebagai berikut :
a. Strengths (Kekuatan) adalah sumberdaya atau kapasitas perusahaan yang dapat
digunakan dalam mencapai tujuan.
13
b. Weaknesses (kelemahan) adalah keterbatasan, toleransi ataupun cacat dari
perusahaan yang dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan.
c. Opportunities (peluang) adalah situasi mendukung dalam suatu perusahaan
yang digambarkan dari kecenderungan atau perubahan sejenis atau hal-hal yang
memungkinkan organisasi untuk meningkatkan posisinya melalui kegiatan
pemasaran sehingga mampu meningkatkan permintaan produk/jasa.
d. Threats (ancaman) adalah hambatan situasi yang tidak mendukung, kendala
atau berbagai unsur eksternal lainnya dalam lingkungan perusahaan yang
potensial merusak strategi yang telah disusun, sehingga menimbulkan
permasalahan bagi perusahaan.
5. Penciptaan Value
a. Pengertian Value
Persaingan produk es krim memasuki era persaingan yang sangat ketat,
hal ini terlihat dari semakin banyaknya produk es krim dengan berbagai merk
yang ditawarkan di pasar, dan untuk menguasai atau merebut pangsa pasar
sebesar mungkin sangat tergantung pada bagaimana kemampuan dari
perusahaan tersebut memberikan nilai (manfaat) yang lebih baik kepada
pelanggan, dibanding perusahaan lainnya. Oleh karena itu, tidak heran kalau
akhir-akhir ini perusahaan es krim begitu antusias dan berlomba-lomba untuk
mempengaruhi benak pelanggan, dengan memoles atau mengemas produknya
agar terlihat memiliki keunggulan atau nilai yang lebih baik di mata
pelanggannya, dibanding produk yang sama dari perusahaan pesaing.
Menurut Tunggal (2009), Value dalam makna persaingan adalah jumlah
yang sedia dibayarkan pembeli untuk sesuatu yang diitawarkan perusahaan.
Nilai diukur dengan pendapatan total, cerminan harga yang ditentukan
perusahaan dan jumlah unit produk yang dapat dijualnya. Porter (1992)
berpendapat bahwa Value dalam konteks pemasaran adalah selisih antara
jumlah nilai bagi pelanggan (nilai yang dinikmati pelanggan) dan jumlah biaya
dari pelanggan (biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan). Jumlah nilai bagi
14
pelanggan adalah sekelompok keuntungan atau manfaat yang diharapkan
pelanggan dari barang dan jasa tertentu.
b. Faktor-Faktor Pembentuk Value
Faktor utama dalam membentuk value adalah :
1) Marketing Mix (4P)
Marketing Mix mengacu pada paduan strategi produk, distribusi,
promosi dan penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk
menghasilkan pertukaran saling memuaskan dengan pasar yang dituju,
sehingga dapat digunakan untuk merancang strategi produk pada setiap
pasar sasaran (Cravens, 2000; Lamb, dkk., 2001). Menurut Kotler dan
Armstrong (1997), Marketing Mix atau bauran pemasaran adalah bauran
dari empat jenis peubah atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem
pemasaran perusahaan, yang terdiri dari peubah produk, struktur harga,
kegiatan promosi dan sistem distribusi atau yang lebih dikenal dengan
istilah 4P (Product, Price, Promotion dan Place). 4P merupakan salah satu
faktor utama dalam membentuk value, artinya bagaimana kemampuan
perusahaan dalam mengemas 4P tersebut sesuai dengan need, want dan
expectation dari konsumen sehingga perusahaan mampu mencapai tujuan
pemasaran dalam pasar sasaran.
Rincian dari hal di atas sebagai berikut :
i. Product (Produk)
Produk adalah sesuatu yang ditawarkan yang dapat memenuhi
harapan konsumen. Tjiptono (1999) mendefinisikan produk sebagai
persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil
produksinya. Peter dan Olson (2000) menjelaskan bahwa pengetahuan
produk oleh konsumen dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pengetahuan
tentang ciri atau karakteristik produk, konsekuensi atau manfaat positif
menggunakan produk, dan nilai yang akan dipuaskan oleh produk
tersebut. Aktivitas pemasaran di bidang produk dapat berupa
diversifikasi produk, penciptaan produk baru, penciptaan disain produk,
pengemasan produk dan lain-lain.
15
ii. Price (Struktur Harga)
Menurut Lamb, dkk., (2001), harga adalah apa yang harus
diberikan oleh konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu produk
tertentu. Harga suatu produk merupakan ukuran terhadap besar kecilnya
nilai kepuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya. Menurut
Tjiptono (1999), strategi harga adalah satu-satunya strategi yang
menghasilkan pendapatan langsung dari hasil penjualan suatu produk
kepada konsumen. Walker, et.al., (2003) berpendapat bahwa dengan
menerapkan kebijakan harga lebih rendah dibandingkan dengan pesaing
dapat tercipta apabila perusahaan memiliki keunggulan bersaing pada
biaya rendah (low cost). Selain itu penetapan harga dan persaingan harga
merupakan masalah nomor satu yang dihadapi oleh para eksekutif
pemasaran (Kotler, 2000). Aktivitas pemasaran dibidang harga dapat
berupa
penetapan
harga
produk,
pemberian
potongan
harga,
memprakarsai perubahan harga dan memodifikasi harga.
iii. Promotion (Strategi Promosi)
Fungsi promosi dalam bauran pemasaran adalah untuk mencapai
berbagai tujuan komunikasi dengan setiap konsumen. Menurut Kotler
(2000), promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
mengenalkan dan mengkomunikasikan produk yang dihasilkan kepada
konsumen, membujuk dan mengingatkan konsumen untuk membeli dan
menggunakan produk yang dihasilkan. Sedangkan Cravens (2000)
menjelaskan bahwa strategi promosi terdiri dari aktivitas penentuan (1)
tujuan komunikasi, (2) peranan komponen-komponen pembentuk bauran
promosi, (3) anggaran promosi dan (4) strategi setiap komponen bauran.
Strategi pemasaran meliputi kegiatan periklanan, promosi penjualan,
personal selling dan publisitas.
Kegiatan periklanan dapat dilakukan dengan mengenalkan
produk kepada konsumen melalui surat kabar, majalah, radio, televisi
dan lain-lain. Kegiatan promosi penjualan dapat dilakukan dengan cara
melakukan demonstrasi atau membagi-bagikan contoh produk kepada
16
calon konsumen. Kegiatan personnal selling dapat dilakukan dengan
cara direct selling, telephone selling, mail order atau door to door.
Sedangkan kegiatan publisitas digunakan untuk membentuk pengaruh
secara tidak langsung kepada konsumen sehingga konsumen tertarik
dengan produk yang dipasarkan, misalnya dengan mengikuti pameran,
menyiarkan berita di surat kabar radio dan televisi. Dalam menetapkan
kebijakan promosi, perusahaan sebaiknya mempertimbangkan waktu
yang tepat dalam penyampaian, menetapkan anggaran promosi, memilih
media yang tepat dan mampu menetapkan tujuan komunikasi, sehingga
dengan kegiatan promosi mampu meningkatkan pertumbuhan penjualan
produk. Strategi pemasaran di bidang promosi sering dikenal dengan
istilah promotional mix.
iv. Place (Saluran Distribusi)
Saluran distribusi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk membuat produk dapat dengan mudah diperoleh oleh
konsumen. Produk yang sudah dikemas dengan baik,
harus diikuti
dengan sistem distribusi yang baik, agar produk tersebut benar-benar
dapat dirasakan oleh konsumen memiliki keunggulan dibanding produk
sejenis dari perusahaan pesaing.
2) Strategi STP (Segmentation, Targeting and Positioning)
Kebutuhan dan keinginan setiap individu adalah berbeda satu sama
lain (unik). Majid (2008) menyatakan bahwa segmentasi pasar adalah
kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang
berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda
yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda.
Manfaat dari segmentasi (segmentation) pasar bagi produsen adalah untuk
mengetahui respon pemasaran yang berbeda-beda, sehingga produsen dapat
mengalokasikan anggaran secara lebih tepat pada berbagai segmen. Setelah
segmen pasar terbentuk, maka harus ditetapkan segmen mana yang akan
dijadikan sebagai target market (targeting). Dengan mengetahui target
market maka strategi 4P yang dikembangkan akan lebih terfokus, dan
17
produk yang ditawarkan akan memiliki posisi (positioning) yang jelas di
benak konsumen (Kasali, 1998).
3) Faktor penting lainnya yang harus diperhatikan dalam membentuk nilai bagi
pelanggan adalah :
i. Brand Equity (Merk)
Penamaan merk produk yang kuat dan positif mengandung nilai
kepercayaan dan akan tersimpan lama di benak konsumen. Lebih dari
50% keputusan pembelian dipengaruhi oleh merk.
ii. Service (Pelayanan)
Pelayanan yang memuaskan merupakan salah satu faktor penting bagi
konsumen dalam memilih produk, dan akan dirasakan konsumen ketika
mereka mulai bertransaksi untuk membeli produk yang ditawarkan.
Menurut Wilkie (1994), ada beberapa alternatif tindakan konsumen
apabila merasa tidak puas, yaitu tidak melakukan pembelian ulang,
berpindah pada merek lain, menceritakan kepada teman/kerabat dan
komplain kepada penjual atau agen.
iii. Process (Proses)
Konsumen harus dapat merasakan bahwa apa yang dinikmatinya (nilai)
adalah merupakan hasil dari suatu proses yang mampu menghasilkan
mutu terbaik.
Dalam implementasinya, faktor-faktor pembentuk nilai tersebut harus
diselaraskan melalui analisa 4C (Gambar 1), yaitu :
i. Company (Perusahaan)
Pemilik perusahaan/pemegang saham, manajemen, pegawai, dan lain-lain
merupakan salah satu lingkungan yang akan mempengaruhi faktor-faktor
dalam pembentukan nilai tersebut di atas.
ii. Customer (Konsumen)
Harus terus digali dan diidentifikasi apa sebenarnya yang menjadi
kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen terhadap produk-produk yang
dihasilkan perusahaan.
18
iii. Competitor (Pesaing)
Tingkat aggressiveness pesaing dalam memasuki pasar dengan keunggulankeunggulan yang ditawarkan.
iv. Change (Perubahan)
Perubahan yang begitu cepat dan sangat berpengaruh terhadap bisnis
perusahaan, misalnya perubahan dibidang teknologi, lingkungan/pasar dan
kondisi ekonomi.
Marketing Mix
Brand Equity
Segmentation
Targeting
Positioning
VALUE
Delivery
Service
Process
1) Company
2) Customer
3) Competitor
4) Change
Gambar 1. Strategi penciptaan value (Soemantri, 2003)
Download