BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Bauran Pemasaran Asosiasi pemasaran Amerika mendefinisikan pemasaran sebagai satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya (Kotler dan Keller 2009). Kegiatan pemasaran umumnya dilakukan oleh para pemasar yang merencanakan kegiatan pemasaran dan merakit program pemasaran yang sepenuhnya terpadu untuk menyampaikan tujuan pemasaran. Salah satu konsep kegiatan pemasaran dunia pemasaran modern yaitu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasarannya (Kotler, 2006). Sedangkan menurut Stanton yang didukung oleh McCarty pada Kotler dan Keller (2009) bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yaitu produk, harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi. Para pemasar pada umumnya menggunakan bauran pemasaran ini sebagai alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan oleh perusahaan dari pasaran mereka atas produk yang ditawarkan oleh perusahaan atau untuk menciptakan pembelian atas produk perusahaan. 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran merupakan sekumpulan alat pemasaran yang dapat digunakan para pemasar untuk menjual produk yang dibutuhkan pasar sasaran dan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan. 2. Produk Produk adalah salah satu elemen dalam bauran pemasaran. Menurut Kotler dan Amstrong (2009) produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari yang dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar (Tjiptono, 2006). Masih menurut Kotler dan Amstrong (2009) produk diklasifikasikan berdasarkan konsumennya yaitu produk konsumen dan produk industri. 1) Produk Konsumen Merupakan semua produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi secara pribadi. Produk konsumen umumnya diklasifikasikan lebih lanjut oleh para pemasar berdasarkan cara konsumen membelinya, meliputi: a. Produk sehari-hari Merupakan produk yang dibeli oleh konsumen secara teratur, cepat dan dengan perbandingan dengan produk lain yang minimal serta usaha untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 mendapatkan produk tersebut yang juga minimal. Contohnya antara lain sabun, permen, makanan dan koran. b. Produk belanja Barang konsumen yang mana proses pemilihan dan pembeliannya biasanya dilakukan pembandingan dengan produk lain berdasarkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya. Contohnya antara lain pakaian, sepeda motor dan mobil. c. Produk khusus Produk konsumen yang memiliki karakteristik unik atau identifikasi merek yang unik sehingga kelompok pembeli yang cukup signifikan bersedia melakukan usaha pembelian yang khusus. Contohnya antara lain produkproduk eksklusif yang memiliki spesifikasi dan tipe-tipe tertentu seperti pakaian yang dirancang oleh perancang busana tertentu. d. Produk yang tidak dicari (unsought product) Produk konsumen yang konsumen tidak tahu ataupun mengetahuinya tetapi biasanya tidak terpikirkan untuk membeli produk tersebut. Contohnya seperti asuransi jiwa. 2) Produk Industri Produk industri adalah produk yang dibeli dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut atau digunakan untuk menjalankan bisnis. Contohnya filter udara, seng lembaran, biji besi, kayu lembaran dan produk industri lainnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 3. Merek Merek merupakan bagian bauran pemasaran variabel produk. Menurut Kotler dan Keller (2009) merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Sedangkan menurut Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual merek adalah suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Aaker (dalam Wijaja 2006) mengemukakan bahwa merek adalah sebuah nama ataupun simbol yang bertujuan untuk membedakan dan mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual ataupun sekelompok penjual yang merupakan pesaing mereka. Selain itu sebuah merek juga dapat menjadi sebuah sinyal bagi pelanggan atas sebuah produk, dan melindungi baik pelanggan maupun produsen dari pesaing yang akan berusaha untuk menyediakan produk identik yang akan muncul. Sementara itu, Koch (dalam Wijaja 2006) mendefiniskan merek sebagai sebuah desain visual dan atau nama yang diberikan kepada suatu produk atau jasa oleh suatu organisasi yang bertujuan untuk membedakan produknya dari produk-produk pesaing dan menjamin konsumen bahwa produk tersebut memiliki kualitas tinggi yang konsisten. Dari berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa merek merupakan sesuatu yang dapat berupa tanda, gambar, simbol, nama, kata huruf-huruf, angka- http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya untuk membedakan sebuah produk dengan produk pesaing melalui keunikan serta segala sesuatu yang dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan dengan tujuan untuk menjalin sebuah hubungan yang erat antara konsumen dan perusahaan melalui sebuah makna psikologis. Citra Merek Citra merek adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu (Kotler dan Amstrong, 2009). Sedangkan menurut Ouwersoot dan Tudorica (2006) mengungkapkan bahwa citra merek adalah kumpulan persepsi tentang sebuah merek yang saling berkaitan yang ada dalam pikiran manusia. Sebagai salah satu tahap dalam hirarki komunikasi merek, citra merek memegang peranan penting dalam pengembangan sebuah merek karena citra merek menyangkut reputasi dan kredibilitas merek yang kemudian menjadi pedoman bagi khalayak konsumen untuk mencoba atau menggunakan suatu produk barang atau jasa sehingga menimbulkan pengalaman tertentu yang akan menentukan apakah konsumen tersebut akan menjadi loyalis merek atau sekadar oportunis (mudah pindah ke lain merek). Citra merek merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengetahuan terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2006). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Menurut Kotler (2006) dimensi-dimensi utama yang mempengaruhi dan membentuk citra sebuah merek tertuang dalam berikut ini: 1. Identitas merek merupakan identitas fisik yang berkaitan dengan merek atau produk tersebut sehingga konsumen mudah mengenali dan membedakannya dengan merek atau produk lain, seperti logo, warna, kemasan, lokasi, identitas perusahaan yang memayunginya, slogan, dan lain-lain. 2. Personalitas merek adalah karakter khas sebuah merek yang membentuk kepribadian tertentu sebagaimana layaknya manusia, sehingga khalayak konsumen dengan mudah membedakannya dengan merek lain dalam kategori yang sama, misalnya karakter tegas, kaku, berwibawa, ningrat, atau murah senyum, hangat, penyayang, berjiwa sosial, atau dinamis, kreatif, independen, dan sebagainya. 3. Asosiasi merek adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul dari penawaran unik suatu produk, aktivitas yang berulang dan konsisten misalnya dalam hal sponsorship atau kegiatan social responsibility, isu-isu yang sangat kuat berkaitan dengan merek tersebut, ataupun person, simbol-simbol dan makna tertentu yang sangat kuat melekat pada suatu merek, misalnya “ingat beras ingat cosmos”, art dan technology merupakan identitas Apple dan sebagainya. 4. Sikap dan perilaku merek adalah sikap atau perilaku komunikasi dan interaksi merek dengan konsumen dalam menawarkan benefit-benefit dan nilai yang dimilikinya. Kerap sebuah merek menggunakan cara-cara yang kurang pantas dan melanggar etika dalam berkomunikasi, pelayanan yang buruk sehingga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 memengaruhi pandangan publik terhadap sikap dan perilaku merek tersebut, atau sebaliknya, sikap dan perilaku simpatik, jujur, konsisten antara janji dan realitas, pelayanan yang baik dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas membentuk persepsi yang baik pula terhadap sikap dan perilaku merek tersebut. Jadi sikap dan perilaku merek mencakup sikap dan perilaku komunikasi, aktivitas dan atribut yang melekat pada merek saat berhubungan dengan khalayak konsumen, termasuk perilaku karyawan dan pemilik merek. 5. Manfaat dan keunggulan merek merupakan nilai-nilai dan keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada konsumen yang membuat konsumen dapat merasakan manfaat karena kebutuhan, keinginan, mimpi dan obsesinya terwujudkan oleh apa yang ditawarkan tersebut. Nilai dan benefit di sini dapat bersifat functional, emotional, symbolic maupun social, misalnya merek produk deterjen dengan benefit membersihkan pakaian (functional benefit/ values), menjadikan pemakai pakaian yang dibersihkan jadi percaya diri (emotional benefit/ values), menjadi simbol gaya hidup masyarakat modern yang bersih (symbolic benefit/ values) dan memberi inspirasi bagi lingkungan untuk peduli pada kebersihan diri, lingkungan dan hati nurani (social benefit/ values). Manfaat, keunggulan dan kompetensi khas suatu merek akan memengaruhi citra merek produk, individu atau lembaga/ perusahaan tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 4. Harga Harga menurut Kotler dan Amstrong (2009) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk sejumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Kebanyakan harga merupakan faktor utama yang mempengaruhi konsumen ketika membeli suatu barang. Menurut Stanton (dalam Dinawan 2010) ada tiga ukuran yang menentukan harga, yaitu: 1. Harga yang sesuai dengan kualitas suatu produk, 2. Harga yang sesuai dengan manfaat suatu produk, 3. Perbandingan harga dengan produk lain. Menurut Tjiptono (2006) salah satu tujuan penetapan harga adalah tujuan yang berorientasi pada citra. Citra suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Dalam tujuan berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan jalan diferensiasi produk atau dengan jalan melayani segmen pasar khusus. Dan hal ini paling banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang menjual produk yang termasuk kategori special goods maupun produk yang membutuhkan keterlibatan tinggi dalam proses pembelian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Menurut Swastha (2008) adapun tujuan ditetapkan besaran harga disebabkan karena: 1. Mendapatkan laba maksimum Terjadinya harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besar daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi. Dengan demikian penjual mempunyai harapan untuk mendapatkan keuntungan maksimum sesuai dengan konidsi yang ada. 2. Mendapat pengambilan investasi yang ditargetkan atau pengambilan pada penjualan bersih. Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan pula untuk menutup investasi secara berangsur-angsur. Dana yang dipakai untuk mengembalikan investasi hanya dapat diambilkan dari laba perusahaan dan laba hanya dapat diperoleh bila harga jual lebih besar dari jumlah biaya seluruhnya. 3. Mencegah atau mengurangi persaingan Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan melalui kebijaksanaan harga. Hal ini dapat diketahui bilamana para penjual menawarkan barang dengan harga yang sama. 4. Mempertahankan atau memperbaiki market share Memperbaiki market share hanya mungkin dilaksanakan bilamana kemampuan dan kapasitas produksi perusahaan masih cukup longgar, di samping juga kemampuan di bidang lain sperti pemasaran, keuangan dan sebagainya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Menurut Swastha (2008) harga sebuah produk dibentuk oleh unsur-unsur berikut ini yaitu: 1. Permintaan, semakin tingginya permintaan konsumen terhadap sebuah produk akan mengakibatkan harga menjadi naik begitu pula sebaliknya permintaan konsumen yang rendah akan suatu produk mengakibatkan penurunan harga. Penawaran akan harga yang diberikan oleh produsen terhadap konsumen hendaknya mampu memenuhi harapannya. Konsumen mengeluarkan pengorbanan dalam bentuk uang dan mengharapkan timbal balik berupa pemenuhan harapan akan permintaan. 2. Persaingan, produsen mempertimbangkan peran pesaing dalam menentukan harga jual sebuah produk. Persaingan mengakibatkan harga yang ditentukan harus lebih kompetitif agar konsumen memutuskan pembelian terhadap produk yang dijual. Dengan adanya pesaing akan memudahkan konsumen dalam ketersedian produk sejenis dengan variasi harga yang lebih banyak. 3. Strategi harga, komposisi lain dalam merangsang pembelian konsumen dilakukan dengan tawaran yang diberikan kepada konsumen berupa potongan harga, harga khusus, cara pembayaran dan kemudahan bertransaksi. Konsumen menilai produsen dalam strategi harga sebelum memutuskan pembelian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 5. Layanan Luthans (2006) menjelaskan bahwa pelayanan sebagai sebuah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang menyangkut segala usaha yang dilakukan orang lain dalam rangka mencapai tujuannya. Sedangkan Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (2007) berpendapat bahwa pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata dalam artian tidak dapat diraba yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan. Didukung oleh pendapat Gronroos (2007) yang mendefinisikan pelayanan sebagai suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan atau hal-hal yang disediakan organisasi pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan masyarakat yang dilayani. Kemudian menurut Kotler dan Keller (2009) layanan adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik sehingga pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen sendiri. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Kotler pun mengatakan bahwa perilaku konsumen tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Selain itu, Kotler (dalam Napitupulu 2009) menyebutkan sejumlah karakteristik pelayanan yang terdiri dari: 1. Intangibility (tidak berwujud), yaitu tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dan dicium sebelum ada transaksi. Artinya, pembeli tidak dapat mengetahui secara pasti hasil sebuah pelayanan sebelum pelayanan tersebut dikonsumsi. 2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan), maksudnya dijual lalu diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan karena tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, konsumen turut serta berpatisipasi menghasilkan jasa layanan dengan adanya kehadiran konsumen, maka pemberi pelayanan akan lebih berhati-hati terhadap interaksi yang terjadi antara penyedia dan pembeli. 3. Variability (berubah-ubah dan bervariasi). Jasa beragam selalu mengalami perubahan sehingga tidak selalu sama kualitasnya, tetapi bergantung kepada siapa yang menyediakannya dan kapan serta di mana disediakan. 4. Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama). Jasa tidak dapat disimpan dan permintaannya berfluktuasi. Daya tahan suatu layanan bergantung kepada situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa layanan yang baik adalah layanan yang berkualitas yang berpusat pada upaya pemenuhan dari keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan pelanggan. Kualitas pelayanan diberikan kepada konsumen harus berfungsi untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 lebih memberikan kepuasan yang maksimal, oleh karena itu dalam rangka memberikan pelayanan harus dilakukan sesuai dengan fungsi pelayanan. Kemudian kualitas pelayanan yang diberikan oleh setiap perusahaan tentunya mempunyai tujuan. Umumnya tujuan dengan diadakannya pelayanan adalah agar konsumen merasakan adanya kepuasan dan dampaknya bagi perusahaan akan memperoleh laba maksimum. Layanan Purna Jual Layanan purna jual adalah layanan yang diberikan perusahaan kepada seorang konsumen setelah terjadinya transaksi penjualan (Kotler, 2006). Sedangkan menurut Hindle dan Thomas dalam Tjiptono (2006) layanan purna jual adalah suatu layanan yang disediakan oleh produsen kepada konsumen setelah konsumen tersebut membeli produk dari perusahaan tersebut. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan purna jual adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan setelah penyerahan produk kepada konsumen atas pembeliannya yang berlaku selama konsumen ada ikatan layanan atau hubungan dalam berbagai kegiatan layanan. Layanan purna jual memiliki beberapa unsur, sebagaimana dikemukakan oleh Kotler (2006) bahwa unsur-unsur dalam layanan purna jual adalah sebagai berikut: 1. Garansi Garansi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam melaksanakan layanan purna jual, seperti dikatakan oleh Gannon dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 Kotler (2006) bahwa garansi ditunjukan untuk meyakinkan konsumen bahwa produk dalam keadaan baik atau bebas dari kerusakan, akibat dari ketidaktelitian pengerjaan atau penggunaan material yang kurang baik yang berlaku untuk jangka waktu tertentu. 2. Penyediaan Aksesoris Dalam pelaksanaan layanan purna jual, penyediaan suku cadang merupakan hal yang sangat penting, sebab tanpa adanya suku cadang produk yang sudah rusak komponennya tidak dapat berfungsi dengan baik, bahkan produk tersebut tidak dapat dipakai lagi. Gannon (dalam Kotler 2006) mengatakanp penyediaan aksesoris merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam usaha unruk memuaskan konsumen, yang pada akhirnya akan mempertahankan loyalitas pelanggan yang sudah dimiliki. 3. Pelayanan Pemeliharaan dan Perbaikan Pelayanan dan pemeliharaan dan perbaikan diperlukan apabila suatu produk memiliki masa konsumsi yang lama dan memerlukan perawatan yang teratur agar dapat selalu berfungsi dengan baik, dan juga untuk melakukan perbaikan atas kerusakan yang terjadi pada produk tersebut selama pemakaiannya. 4. Fasilitas dan Perlengkapan Fasilitas dan perlengkapan suatu produk merupakan sarana untuk melakukan layanan purna jual. Peralatan dan perlengkapan yang canggih akan dapat menentukan kelancaran pelayanan petugas dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan produk yang dibeli konsumen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Kebanyakan perusahaan mengoprasikan departemen pelayanan pelanggan dengan mutu yang sangat bervariasi. Memberikan jasa setelah penjualan, termasuk jasa pemeliharaan dan perbaikan penyediaan aksesoris dan garansi purna jual. Menurut Kotler (2006) terdapat beberapa alternatif yang dimiliki perusahaan dalam memberikan jasa setelah transaksi penjualan, yaitu: 1. Produsen dapat membuat perjanjian dengan distributor dan dealer untuk memberikan jasa tersebut, 2. Produsen dapat memberikan jasa tersebut kepada perusahaan spesialis dalam bidang tersebut, 3. Produsen dapat membebaskan pelanggan untuk melakukan jasa ini sendiri. 6. Perilaku Konsumen Swasta dan Handoko (2009) menyatakan bahwa perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu dan secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentu kegiatankegiatan tersebut. Sedangkan menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel (2006) perilaku konsumen merupakan proses seorang pelanggan dalam membuat keputusan membeli, juga untuk menggunakan dan membuang barang-barang dan jasa yang dibeli, juga termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Menurut Sutisna (2006) bahwa terdapat dua alasan mengapa perilaku konsumen perlu dipelajari yaitu: 1. Memahami konsumen akan menuntun pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien, 2. Perkembangan perdagangan pada saat ini menunjukkan bahwa lebih banyak produk yang ditawarkan dari pada permintaan. Kelebihan penawaran ini menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi oleh konsumen. Dengan mempelajari perilaku konsumen manajer pemasaran akan dapat menyusun kebijaksanaan yang tepat dan akan mempengaruhi kesempatan baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen. Banyak dimensi yang mempengaruhi konsumen, dimana dimensi-dimensi ini digabungkan dalam suatu model mengenai bagaimana konsumen mengambil keputusan. Model perilaku konsumen dapat menunjukkan bahwa variabel psikologis, pengaruh sosial dan situasi pembeli dan kesemuanya mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Kotler (2006) perilaku konsumen dipengaruhi oleh: 1. Faktor budaya, yang terdiri dari: a. Budaya, merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. b. Sub-budaya, masing-masing budaya memiliki sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyaj cirri-ciri sosialisasi khusus bagi anggotanya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 c. Kelas sosial, adalah pembagian masyarakat yang relatif homogeny dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut nilainilai, minat perilaku yang sama. 2. Faktor sosial a. Kelompok acuan, yaitu kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. b. Keluarga c. Peran dan status, dimana peran adalah kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh sesorang dan masing-masing peran tersebutmeghasilkan status. 3. Faktor pribadi, yang teridri dari usia dan tahap siklus hidup; pekerjaan dan lingkungan ekonomi; gaya hidup dan kepribadia dan konsep diri. 4. Faktor psikologis, yang terdiri dri motivasi, presepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap. Keputusan Pembelian Menurut Kotler (2006) keputusan pembelian konsumen yaitu keputusan pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Sedangkan menurut Tjiptono (2006) mengemukakan bahwa keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan satu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 Menurut Kotler (2006) setiap keputusan pembelian mempunyai struktur sebanyak tujuh komponen. Komponen-komponen tersebut antara lain: 1. Keputusan tentang jenis produk Konsumen dapat mengambil keputusan pembelian suatu produk atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini, perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli suatu produk serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan. 2. Keputusan tentang bentuk produk Konsumen dapat mengambil keputusan pebelian dalam suatu produk. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu, corak dan sebagainya. Dalam hal ini, perusahaan harus melakukan riset pemasaran untu mengetahui kesukaan konsumen tentang produk yang bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik mereknya. 3. Keputusan tentang merek Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini, perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen harus memilih sebuah merek dalam melakukan pembeliannya, merek yang sudah dikenal memiliki nama akan memudahkan konsumen dalam mengambil keputusannya. 4. Keputusan tentang penjualnya Konsumen harus megambil keputusan dimana produk tersebut akan dibeli. Dalam hal ini produsen, pedagang besar dan pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen menyukai barang tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 5. Keputusan tentang jumlah produk Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Dalam hal ini, perusahaan harus mempersiapkan banyaknya produk sesuai degan keinginan yang berbedabeda dari para pembeli. 6. Keputusan tentang waktu pembelian Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini menyangkut tesedianya uang untuk membeli produk. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengukur waktu produksi dan kegiatan pemasaran. 7. Keputusan tentang cara pembayaran Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang akan dibeli, secara tunai atau kredit. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang tentang penjual dan jumlah pembelinya. Menurut Kotler (2006) proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahapan. Tahapan proses pembelian konsumen tersebut antara lain: a. Pengenalan masalah b. Pencarian informasi c. Evaluasi alternatif d. Keputusan pembelian e. Perilaku pasca pembelian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2009) proses keputusan membeli mempunyai tahapan untuk mencapai keputusan membeli dilakukan oleh konsumen melalui beberapa tahapan yang meliputi mengenali kebutuhan, mencari informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan perilaku setelah pembelian. Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian Sumber: Kotler dan Armstrong (2009) Tahapan-tahapan proses keputusan pembelian sebagai berikut: 1. Pengenalan kebutuhan (need recognition) Pengenalan kebutuhan merupakan tahap pertama proses keputusan pembelian dimana konsumen mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan. Kebutuhan itu dapat dipicu oleh stimulan internal ketika salah satu kebutuhan normal−lapar, haus, seks−naik ke tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi pendorong. Selain itu pula kebutuhan juga dipicu oleh rangsangan eksternal. 2. Pencarian informasi Pencarian informasi merupakan tahap proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif. Konsumen dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber. Sumber itu meliputi: a. Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan kerja), http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 b. Sumber komersial (iklan, penjualan, pengecer, bungkus, situs web, dll), c. Sumber publik (media masa, organisasi pemberi peringkat), d. Sumber berdasarkan pengalaman (memegang, meneliti, menggunakan produk). 3. Pengevaluasian alternatif Pengevaluasian alternatif merupakan tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai merek alternatif di dalam serangkaian pilihan. Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan situas pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis. Dalam waktu yang lain, konsumen bersangkutan mengerjakan sedikit atau tidak mengerjakan evaluasi sama sekali, melainkan mereka membeli secara impulsif atau bergantung pada intuisi. 4. Keputusan pembelian Keputusan pembelian merupakan tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, karena konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapat yang diharapkan. Faktor kedua adalah factor situasi yang tak terduga, karena keadaan tak terduga dapat mengubah kecenderungan pembelian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 5. Perilaku setelah pembelian Perilaku setelah pembelian merupakan tahap proses keputusan pembeli konsumen melakukan tindakan lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan pada kepuasan atau ketidak puasan mereka. 7. 1 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitan Terdahulu The influence of brand image and promotional mix Judul penelitian on consumer buying decision: a study of beverage consumers in Lagos State Nigeria Nama peneliti Onigbinde Isaac Oladepo dan Odunlami Samuel Abimbola Tahun penelitian 2015 Lokasi penelitian Lagos State, Nigeria Metode penelitian Penelitian kausal, penelitian bertujuan menguji hipotesis pengaruh satu atau beberapa variabel (variabel independen) terhadap variabel lainnya (variabel dependen) Variabel penelitian Variabel independen: Brand Image, Advertising, Sales Promotion, Personal Selling Variabel dependen: Consumer Buying Decision Hasil penelitian Hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian penulis adalah penelitian yang dilakukan Oladepo dan Abimbola konsumen adalah dipengaruhi variabel brand image. http://digilib.mercubuana.ac.id/ keputusan secara pembelian signifikan oleh 30 2 Judul penelitian Influences of price and quality on consumer purchase of mobile phone in The Kumasi Metropolis in Ghana A Comparative Study Nama peneliti Owusu Alfred Tahun penelitian 2013 Lokasi penelitian Ghana Metode penelitian Penelitian komparatif, penelitian bertujuan membandingkan bagaimana harga dan kualitas mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Variabel penelitian price, quality dan consumer purchase decision Hasil penelitian Hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian penulis adalah penelitian yang dilakukan Alfred menyatakan bahwa harga dan kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. 3 Judul penelitian Influence of promotional mix and price on customer buying decision toward fast food sector: a survey on University Students in Jabodetabek Indonesia Nama peneliti Christina Sagala, Mila Destriani, Ulffa Karina Putri dan Suresh Kumar Tahun penelitian 2014 Lokasi penelitian Indonesia Metode penelitian Penelitian kausal, penelitian bertujuan menguji hipotesis pengaruh satu atau beberapa variabel (variabel independen) terhadap variabel lainnya (variabel dependen) Variabel penelitian Variabel independen: Advertising, Personal Selling, Sales Promotion, Publicity, Price Variabel dependen: Consumer Purchase Decision Hasil penelitian Hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 penulis adalah penelitian yang dilakukan Sagala dkk adalah keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh promotional mix (bauran promosi) dan price (harga) 4 Judul penelitian The influence of brand awareness and brand image on purchase decision (study on Aqua consumers in administrative science faculty Brawijaya University class of 2013) Nama peneliti Muhammad Arie Permana Ambolau, Andriani Kusumawati dan Mukhamad Kholid Mawardi Tahun penelitian 2015 Lokasi penelitian Indonesia Metode penelitian Penelitian kausal, penelitian bertujuan menguji hipotesis pengaruh satu atau beberapa variabel (variabel independen) terhadap variabel lainnya (variabel dependen) Variabel penelitian Variabel independen: Brand Awareness, Brand Image Variabel dependen: Consumer Purchase Decision Hasil penelitian Hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian penulis adalah penelitian yang dilakukan Ambolau dkk adalah keputusan pembelian konsumen dipengaruhi secara signifikan oleh brand awareness (kesadaran merek) dan brand image (citra merek) 5 Judul penelitian Pengaruh pelayanan purna jual terhadap keputusan pembelian (survey pada masyarakat kecamatan pronowijo kabupaten Lumajang yang menggunakan Honda Beat) Nama peneliti Siti Maimunatusa Diyah, Francisca Yaningwati http://digilib.mercubuana.ac.id/ Zainul Arifin dan 32 Tahun penelitian 2012 Lokasi penelitian Indonesia Metode penelitian Penelitian kausal, penelitian bertujuan menguji hipotesis pengaruh satu atau beberapa variabel (variabel independen) terhadap variabel lainnya (variabel dependen) Variabel penelitian Variabel independen: Pelayanan purna jual Variabel dependen: Keputusan pembelian Hasil penelitian Hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian penulis adalah penelitian yang dilakukan Diyah dkk adalah keputusan pembelian konsumen dipengaruhi secara positif oleh pelayanan purna jual yaitu variabel garansi, servis, penyediaan suku cadang dan konsultasi lanjutan 8. Hubungan antara Citra Merek dengan Keputusan Pembelian Pilihan merek salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh pilihan produk, pilihan merek, pilihan dealer, jumlah pembelian, dan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian dan metode pembayaran (Kotler dan Keller, 2009). Citra merek suatu produk didefinisikan sebagai persepsi dan keyakinan konsumen terhadap merek. Anggapan positif terhadap suatu merek dapat mempengaruhi konsumen melakukan pembelian. Sejalan dengan pendapat Setiadi (2006) bahwa konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Beberapa penelitian yang menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian dilakukan oleh Oladepo dan Abimbola (2015) dan Ambolau, Kusumawati dan Mawardi (2015) menyatakan bahwa citra merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian filter udara di PT. Lunto Prima Megah. 9. Hubungan antara Harga dengan Keputusan Pembelian Dalam menentukan keputusan pembelian, informasi tentang harga merupakan hal yang sangat dibutuhkan, dimana presepsi konsumen mengenai harga suatu produk dapat dijadikan sebagai suatu standarisasi kualitas produk berdasarkan nilai harga pada produk tersebut. Semakin tinggi manfaat yang dirasakan oleh konsumen akan suatu produk atau jasa makan akan semakin tinggi pula nilai dari produk tersebut. Perilaku konsumen lainnya sebelum menentukan produk mana yang akan dipilihnya biasanya akan membandingkan harga di tempat lainnya, berdasarkan harga yang telah ditetapkan maka konsumen akan memutuskan untuk membeli produk yang sesuai dengan keinginannya. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi (Tjiptono, 2006): 1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan dapat berdasarkan daya belinya. Dengan demikian adanya harga http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang atau jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskana alokasi dana yang dikehendaki. 2. Peranan informasi dari harga, yaitu, fungsi harga dalam membidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaat secara objektif. Presepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alfred (2013) yang menganalisis pengaruh harga dan kualitas terhadap keputusan pembelian telephone selular di Ghana menyatakan bahwa, harga dan kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sagala, Destriani, Putri dan Kumar (2014) yang menganalisis bauran promosi dan harga terhadap keputusan pembelian makanan cepat saji bahwa ternyata harga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H2: Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian filter udara di PT. Lunto Prima Megah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 10. Hubungan antara Layanan Purna Jual dengan Keputusan Pembelian Keputusan konsumen dalam membeli dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah dari segi kualitas layanan yang diberikan oleh perusahaan. Terdapat jenis produk yang memerlukan penanganan setelah proses transaksi pembelian. Pelayanan purna jual merupakan salah satu strategi yang diberikan produsen agar konsumen setia dan melakukan pembelian bahkan pembelian ulang. Umumnya konsumen berharap produsen dapat memberikan pelayanan purna jual yang baik dengan cara memberikan jasa setelah penjualan, termasuk jasa pemeliharaan dan perbaikan penyediaan aksesoris dan garansi purna jual. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Diyah, Arifin, Yaningwati (2013) yang menganalisis pengaruh pelayanan purna jual terhadap keputusan pembelian motor Honda menyatakan bahwa ada pengaruh positif layanan purna jual dalam keputusan pembelian. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H3: Layanan purna jual berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian filter udara di PT. Lunto Prima Megah. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan pada kajian pustaka dan hasil penelitian terdahulu, maka didapatkan rerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini. Gambar 2.2 Rerangka Pemikiran C. Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1: Citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian filter udara di PT. Lunto Prima Megah. H2: Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian filter udara di PT. Lunto Prima Megah. H3: Layanan purna jual berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian filter udara di PT. Lunto Prima Megah. http://digilib.mercubuana.ac.id/