BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minuman beralkohol merupakan salah satu jenis minuman hasil fermentasi yang telah ada jauh sebelum Masehi. Jenis minuman beralkohol ini juga bervariasi tergantung dari bahan dasar yang digunakan dan daerah asal minuman tersebut. Dari beberapa jenis minuman beralkohol yang ada dan tertua adalah anggur dan bir yang pada mulanya dibuat secara tradisional atau sering disebut fermentasi spontan. Namun sekarang kedua minuman ini telah banyak dibuat secara modern (Rahayu & Rahayu, 1998). Vinifikasi merupakan proses pembuatan anggur (wine) secara biologis yang melibatkan serangkaian proses biokimiawi yang kompleks. Proses ini melibatkan peran sejumlah enzim dari beberapa mikroorganisme yang secara alami hidup pada buah anggur khususnya khamir, yang banyak berperan pada terbentuknya etanol melalui proses fermentasi primer (Moreno & Polo, 2005). Khamir merupakan mikrobia yang paling berperan dalam vinifikasi. Pada buah anggur disamping Saccharomyces sering dijumpai khamir liar seperti Berttanomyces, Candida, Criptococcus, Debaromyces, Hansenula, Kloechera, Kluyveromyces, Pichia, Rhodotorula, Schizosaccharomyces dan Zygosaccharomyces. Adapun strain khamir komersial yang sering digunakan dalam vinifikasi adalah Saccharomyces 1 cerevisiae, Saccharomyces bayanus, dan Saccharomyces ellipsoideus (Brock et al., 1994). Bakteri asam laktat juga bertanggungjawab pada proses fermentasi sekunder, yang dikenal sebagai fermentasi malolaktat, yaitu terbentuknya asam laktat dari asam-asam organik khususnya asam malat serta pembentukan senyawa alkohol lainnya. Fermentasi malolaktat dilakukan oleh bakteri asam laktat dari genus Lactobacillus, Oenococcus, Leuconostoc dan Pediococcus. Fermentasi malolaktat sangat berperan penting dalam pembuatan wine dan berpotensi untuk mengembangkan kualitas anggur khususnya aroma dan rasa. Pada tahap ini senyawa asam organik dengan dua atau lebih gugus karboksil akan dikarboksilasi sehingga terbentuk asam organik monokarboksilat (Moreno & Polo, 2005). Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu buah tropis yang saat ini banyak diminati oleh orang Jepang, Amerika, Eropa, disamping Indonesia sendiri. Salak merupakan buah yang bersifat musiman. Pada umumnya buah ini mempunyai karakter mudah rusak sehingga umur simpannya relatif pendek. Penanganan pasca panen yang tidak tepat menyebabkan kerusakan fisiokimia dan fisiologis yang tidak dapat dihindari sehingga susut pascapanennya bisa mencapai 80%. Permasalahan yang timbul pada saat panen raya produksinya melimpah, sehingga setiap menghindari kerugian akibat kerusakan, petani menjual dengan harga murah (Muhtar, 2003). 2 Salah satu cara pengolahan yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan buah salak adalah dengan memfermentasikan menjadi minuman beralkohol yang memiliki harga jual yang lebih tinggi daripada harga jual buah salak mentah. Salak dapat dijadikan sebagai salah satu substrat minuman beralkohol karena memiliki kandungan gula yang cukup tinggi, aroma yang khas dan rasa yang unik. Pada penelitian ini akan dilakukan vinifikasi dari buah salak dengan mengadopsi metode vinifikasi dari buah anggur. Buah salak memiliki aroma yang khas serta mengandung senyawa karbohidrat, tanin dan asam-asam organik seperti halnya buah anggur. Dalam penelitian ini khamir yang digunakan adalah Saccharomyces ellipsoideus FNCC 3004, strain ini banyak digunakan dalam proses vinifikasi karena toleransinya terhadap kadar etanol hingga mencapai 14% (Brock et al., 1994). Penambahan bakteri asam laktat, Lactobacillus casei FNCC 0090 diharapkan dapat mengembangkan kualitas anggur dari buah salak. 1.2 Perumusan Masalah Apakah penambahan Lactobacillus casei dapat memberikan pengaruh terhadap aroma dan cita rasa pada minuman beralkohol dari sari buah salak? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan bakteri Lactobacillus casei terhadap aroma dan cita rasa pada minuman beralkohol dari sari buah salak. 3