4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kopi Tanaman kopi termasuk dalam Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Rubiales, Famili : Rubiaceae, Genus : Coffea, Spesies : Coffeasp.(Syamsulbahri, 1996). Akar bibit kopi yang berasal dari benih memiliki akar tunggang, adapun yang berasal dari stek biasanya memiliki 2-3 akar tunggang semu. Bibit kopi yang berasal dari kultur jaringan juga memiliki akar tunggang seperti pada biji. Akar kopi tergolong memiliki sifat perakaran dangkal, sebagian besar akarnya terletak di dekat permukaan tanah (0-30 cm) (Mawardi, 2008). Tanaman kopi tumbuhnya tegak, bercabang.Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai perakaran yang dangkal.Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah.Tetapi akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian.Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008). Daun kopi berbentuk bulat, ujungnya agak meruncing sampai bulat dengan bagian pinggir yang bergelombang. Daun tumbuh pada batang, cabang dan ranting. Pada cabang orthrotrop letak daun berselang seling, sedangkan pada Universitas Sumatera Utara 5 cabang plagiotrop terletak pada satu bidang.Daun kopi robusta ukurannya lebih besar dari arabika (Manurung, 2010). Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mulamula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi.Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman- tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabangprimer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga.Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan bergerombol(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008). Dapat diketahui bahwa benih kopi merupakan benih yang bersifat benih intermediet yang dapat dikeringkan sampai kadar air relatif rendah yaitu 15% berdasarkan berat segar. Benih intermediet ini adalah benih diantara ortodoks dan rekalsitran (Lima et al., 2001). Kopi Arabika dan Kopi Robusta Kopi jenis arabika merupakan kopi yang paling pertama masuk ke Indonesia.Kopi ini dapat tumbuh pada ketinggian optimum sekitar 1 000 sampai 1 200 m dpl.Semakin tinggi lokasi penanaman, citarasa yang dihasilkan oleh bijinya semakin baik.Selain itu, kopi jenis ini sangat rentan pada penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Hemileia vastatrix, terutama pada ketinggian kurang dari 600 sampai 700 m dpl. Karat daun ini dapat menyebabkan produksi dan kualitas biji kopi menjadi turun (Indrawanto et al. 2010) . Universitas Sumatera Utara 6 Selain itu, Kopi arabika menghendaki temperatur rata-rata berkisar 17° – 21°C.Karakter morfologi yang khas pada kopi arabika adalah tajuk yang kecil, ramping, dan ukuran daun yang kecil.Biji kopi arabika memiliki beberapa karakteristik yang khas dibandingkan biji jenis kopi lainnya, seperti bentuknya yang agak memanjang, bidang cembungnya tidak terlalu tinggi, lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya, ujung biji mengkilap, dan celah tengah dibagian datarnya berlekuk(Panggabean, 2011). Kopi robusta memerlukan tiga bulan kering berturut-turut yang kemudian diikuti curah hujan yang cukup.Masa kering ini diperlukan untuk pembentukan primordia bunga, florasi, dan penyerbukan.Temperatur rata-rata yang diperlukan tanaman kopi robusta berkisar 20° – 24°C (Eira et al., 2006). Karakter morfologi yang khas pada kopi robusta adalah tajuk yang lebar, perwatakan besar, ukuran daun yang lebih besar dibandingkan daun kopi arabika, dan memiliki bentuk pangkal tumpul.Selain itu, daunnya tumbuh berhadapan dengan batang, cabang, dan ranting-rantingnya (IPGRI, 1996). Kopi jenis robusta merupakan kopi yang paling akhir dikembangkan oleh pemerintahan Belanda di Indonesia.Kopi ini lebih tahan terhadap cendawan Hemileia vastatrix dan memiliki produksi yang tinggi dibandingkan kopi liberika.Akan tetapi, citarasa yang dimilikinya tidak sebaik dari kopi jenis arabika, sehingga dalam pasar Internasional kopi jenis ini memiliki indeks harga yang rendah dibandingkan kopi jenis arabika. Kopi ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian diatas 600 sampai 700 m dpl (Indrawanto et al, 2010). Biji kopi robusta juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan biji kopi lainnya.Secara umum, biji kopi robusta memiliki rendemen yang lebih Universitas Sumatera Utara 7 tinggi dibandingkan kopi arabika. Selain itu, karakteristik yang menonjol yaitu bijinya yang agak bulat, lengkungan bijinya yang lebih tebal dibandingan kopi arabika,dan garis tengah dari atas ke bawah hampir rata (Panggabean, 2011). Tanaman kopi arabika memiliki tinggi kurang dari 5 m dan memiliki batang utama pada semua genotipe, sehingga kopi ini juga dikategorikan ke dalam perwatakan pohon pendek.Berbeda dengan kopi robusta, kopi arabika memiliki penampakan keseluruhan menyerupai kerucut.Hal ini dikarenakan sifat perkembangan vegetatif kopi arabika yang cenderung mengarah ke atas atau bersifat monopodial, sehingga penampakan keseluruhan kopi arabika membentuk bangun kerucut (IPGRI, 1996). Benih kopi arabika membutuhkan waktu berkecambah lebih cepat dibandingkan benih kopi robusta.Kopi arabika membutuhkan waktu sekitar 120150 hari setelah bunga mekar untuk dapat berkecambah, sedangkan kopi robusta memerlukan 300-350 hari setelah bunga mekar (Eira et al., 2006). Dormansi Benih Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2012). Dormansi benih dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada suatu kisaran keadaan yang luas yang dianggap menguntungkan untuk benih tersebut. Dormansi dapat disebabkan karena tidak Universitas Sumatera Utara 8 mampunya benih secara total untuk berkecambah atau hanya karena bertambahnya kebutuhan yang khusus untuk perkecambahnnya (Byrd,1968). Menurut Schmidth (2002), dormansi benih menunjukkan suatu keadaan benih benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti, menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-zat pekecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme (Sutopo, 2012). Dormansi pada beberapa jenis benih disebabkan oleh: 1) struktur benih, misalnya pada kulit benih, braktea, gluma, perikap, dan membran, yang mempersulit keluar masuknya air dan udara; 2) kelainan fisiologis pada embrio; 3) penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya; 4) gabungan dari faktor-faktor diatas (Justice danLouis, 1994). Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk perkecambahan benih kopi ini disebabkan karena terjadinya dormansi fisik.Hal ini akibat dari kulit benih yang keras sehingga air dan oksigen sulit menembus kulit benih serta menghalangi pertumbuhan embrio.Kamil (1992) menyatakan bahwa tahap pertama dari perkecambahan adalah terjadinya penyerapan air oleh benih sehingga kulit benih menjadi lunak dan bersamaan dengan ini oksigen juga dapat masuk ke dalam benih. Universitas Sumatera Utara 9 Usaha untuk memperpendek masa dormansi fisik ini dapat dilakukan secara mekanis dan kimia.Secara mekanis diantaranya dengan perlakuan kulit benih seperti menggosok kulit biji dengan ampelas dan pengupasan kulit benih. Perlakuan secara kimia yaitu dengan cara merendam benih di dalam larutan kimia. Semuanya ini bertujuan untuk mempermudah masuknya air dan gas ke dalam benih melalui proses imbibisi sehingga dapat mengaktifkan proses fisiologis dan biokimia yang pada akhirnya dapat mempercepat proses perkecambahan. Perendaman benih dalam larutan kimia seperti hormon tumbuh sitokinin, giberilin, auksin bertujuan untuk mengaktifkan reaksi-rekasi enzimatik dalam benih. Terdapat beberapa tipe pada dormansi benih yaitu: 1) dormansi fisik yang menyababkan pembatasan structural terhadap perkecambahan, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada beberapa benih tanaman; 2) dormansi fisiologis yang disebabkan oleh sejumlah mekanisme, umumnya dapat juga disebabkan pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh, dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor dalam seperti immaturity atau ketidakmasakan embrio, dan sebab-sebab fisilogi lainnya (Sutopo, 2012). Perlakuan Pematahan Dormansi Dormansi dapat diatasi dengan melakukan perlakuan sebagai berikut : 1) pemarutan atau penggoresan (skarifikasi ) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih ataupun menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara; 2) stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah (cold stratification) ataupun suhu yang tinggi (warm stratification), dimana benih yang mengalami dormansi Universitas Sumatera Utara 10 fisiologis dikarenakan rendah selama waktu tertentu agar benih dapat aktif kembali; 3) perubahan suhu (alternating) dengan tujuan untuk mempercepat perkecambahan dilakukan teknik dengan perubahan-perubahan suhu, artinya direndahkan derajatnya (5oC – 10oC) tergantung dari jenis benih atau ditinggikan derazatnya (20oC – 35oC); 4) penggunaan zat kimia dalam perangsangan perkecambahan benih (Kartasapoetra, 2003). Di laboratorium dan di bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak lain (yang menghilangkan bahan berlilin yang kadang menghalangi masuknya air) atau asam pekat. Sebagai contoh, perkecambahan biji kapas dan berbagai tanaman kacangan tropika dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dalam asam sulfat selama beberapa menit sampai satu jam, dan selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu (Salisbury dan Ross, 1992). Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: menipisnya kulit biji. Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuannya adalah menjadikan kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Bahan kimia lain yang juga sering digunakan adalah : potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat, dan thiourea (Sutopo, 2012). Universitas Sumatera Utara 11 Pematahan Dormansi dengan Perendaman Kalium Nitrat Senyawa kimia yang paling umum digunakan untuk mengatasi dormansi kulit benih adalah asam sulfat pekat.Untuk beberapa spesies perlakuan tersebut lebih efektif dibanding perendaman air panas. Benih yang telah disimpan dalam jangka waktu yang lama mungkin memerlukan waktu yang lebih lama dalam perendaman asam dibanding benih segar (Bhanu dan Bhatnagar, 2009). Ada beberapa teknik untuk mematahkan dormansi yaitu dengan skarifikasi secara mekanis, fisik maupun kimia. Salah satu cara efektif pematahan dormansi adalah dengan menggunakan larutan kimia. Tujuan utama yang diharapkan adalah memudahkan proses imbibisi, dengan menjadikan kulit biji menjadi permeabel sehingga mudah dimasuki oleh air saat proses imbibisi. Berbagai larutan yang biasa dipakai untuk pemecahan dormansi diantaranya adalah larutan KNO3, H2SO4, HCl, dan larutan lainnya (Sutopo, 2012). Larutan KNO3 sangat dikenal sebagai bahan kimia yang digunakan dalam promotor perkecambahan. International Seed Testing Assosiation (ISTA) merekomendasikan penggunaan KNO3 dengan konsentrasi 0.1-0.2% atau maksimal 2% KNO3 sebagai promotor perkecambahan dalam sebagian besar pengujian perkecambahan benih (Copeland dan McDonald, 2001). Mengaplikasikan KNO3 dengan konsentrasi 1%, 2.5%, dan 5 % dalam usaha pematahan dormansi benih kenanga. Persentase perkecambahan benih dengan perlakuan KNO3 1 % selama 30 menit adalah 36.67% sedangkan 60 menit adalah 63.33%. Perlakuan KNO3 2.5% selama 30 menit adalah 70% sedangkan 60 menit adalah 60%, dan perlakuan KNO3 5% selama 30 menit adalah 70% sedangkan 60 menit adalah 76.67% (Satyanti, 2003). Universitas Sumatera Utara 12 Konsentrasi dan lamanya waktu perendaman mempengaruhi tingkat kerusakan pada biji.Semakin tinggi dan semakin lama waktu perendaman maka kerusakan biji juga semakin tinggi (Faustina et al, 2011). Viabilitas Benih Sejak tahun 1901 telah dilaporkan banyak penelitian mengenai uji cepat viabilitas yang menggunakan prinsip bahwa benih hidup dan benih mati mengadakan reaksi yang berbeda bila dialiri arus listrik. Uji viabilitas mempunyai beberapa kegunaan penting antara lain penilaian terhadap pembekuan, fumigasi, kerusakan mekanik oleh penyakit dan insekta penentuan potensi vigor kecambah dan untuk menolong membuat keputusan sehubungan dengan pencurahan, pencampuran benih dan sebagainya (Byrd 1968). Viabilitas benih atau daya hidup benih dicerminkan oleh dua informasi masing-masing daya kecambah dan kekuatan tumbuh dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme benih dan atau gejala pertumbuhan.Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung, misalnya dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh penting dari benih dalam suatu periode tertentu.Struktur pertumbuhan yang dinilai terdiri dari akar, batang, daun dan daun lembaga (Sutopo, 2012). Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai (unfavourable).Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih.Perlakuan dengan kondisi lingkungan Universitas Sumatera Utara 13 sesuai sebelum benih dikecambahkan tergolong untuk menduga parameter vigor daya simpan benih sedangkan jika kondisi lingkungan tidak sesuai diberikan selama pengecambahan benih maka tergolong dalam pengujian untuk menduga parameter vigor kekuatan tumbuh benih (Mugnisjah et al., 1994). Untuk menjaga viabilitas benih yang sebaik-baiknya maka benih harus sehat, cukup masak, dipanen dengan hati-hati, dan pada saat cuaca kering.Cara panen harus saksama mungkin untuk menghindari kerusakan mekanis terhadap benih. Benih yang rusak akan mudah terserang cendawan, bakteri, dan serangga hingga menjadi busuk (Sutopo, 2012). Universitas Sumatera Utara