perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengumpulan data dasar pada kasus bayi baru lahir pada bayi Ny. S dengan ikterus neonatorum kremer derajat III meliputi data subjektif yaitu ibu mengatakan bayinya kuning, aktivitas lemah dan malas minum. Dalam pengumpulan data dasar tidak terdapat kesenjangan. 2. Intepretasi data pada kasus bayi Ny. S meliputi diagnosa kebidanan yaitu pada Bayi Ny. S umur 11 jam dengan ikterus neonatorum kremer derajat III di RSUD Karanganyar dengan masalah bayi malas minum dengan dasar reflek sucking lemah. Kebutuhan bayi Ny. S adalah pemberian pemberian nutrisi ASI sesering mungkin. Dalam interpretasi data dasar tidak ditemukan kesenjangan. 3. Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada bayi Ny. S adalah ker- ikterus. Antisipasi penanganannya adalah perbaikan KU dengan pemberian ASI secara adekuat. Dalam menentukan diagnosis potensial tidak ditemukan kesenjangan. 4. Kebutuhan tindakan segera yang dilakukan yaitu kolaborasi dengan dokter Sp. A untuk pemberian terapi. Dan kolaborasi dengan laboratorium untuk pemantauan kadar bilirubin. Dalam menetapkan kebutuhan tindakan segera ditemukan kesenjangan. 5. Rencana asuhan yang dilakukan dalam kasus ikterus neonatorum berdasarkan kolaborasi dengan dokter Sp. A yaitu pemberian terapi commit to user 55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 fototerapi dan kolaborasi dengan laboratorium. Dalam perencanaan tindakan terdapat beberapa kesenjangan. 6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada bayi memperoleh hasil yang diharapkan, yaitu diagnosa potensial tidak terjadi dan pulihnya keadaan bayi selama pengobatan di rumah sakit serta didapatkan hasil bahwa bayi tidak kuning lagi dan reflek suckingnya sudah kuat. Dalam pelaksanaan terdapat beberapa kesenjangan sesuai dengan perencanaan. 7. Evaluasi yang didapatkan hasil keadaan pasien membaik, bayi sudah tidak kuning lagi, aktivitasnya tidak lagi lemah. Dan reflek suckingnya kuat. Dalam evaluasi terdapat kesenjangan sesuai dengan pelaksanaan. 8. Berdasarkan kesimpulan dari langkah pertama sampai ke tujuh di dapatkan beberapa kesenjangan antara lain pada langkah pertama tidak dilakukan pemeriksaan penunjang mengenai pemeriksaan HB. Kesenjangan yang lain adalah pemantauan kadar bilirubin bayi hanya dilakukan dengan inspeksi dan tidak dilakukan pemeriksaan penunjang yakni pemeriksaan laboratorium bilirubin secara berkala. B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran yaitu : 1. Bagi Institusi RS Diharapkan adanya penyempurnaan SOP yang sudah ada yakni dengan mempertimbangkan teori dari Kosim (2012) pada poin pemeriksaan penungjang laboratorium pada kasus bayi baru lahir dengan ikterus, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 sehingga kualitas mutu pelayanan di RSUD Karanganyar dapat ditingkatkan. 2. Bagi tenaga kesehatan Tenaga kesehatan diharapkan senantiasa menambah wawasan mengenai asuhan bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum dengan cara mengikuti seminar, workshop, maupun pelatihan- pelatihan sehingga dapat senantiasa meningkatkan kualitas mutu pelayanan di RSUD Karanganyar. 3. Bagi Profesi Diharapkan bidan mampu menyempurnakan penatalaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum dalam hal pemeriksaan penunjang yakni pemeriksaan laboratorium. commit to user