Pertaruhan Era Jokowi Dalam Proyek Infrastruktur

advertisement
This page was exported from Export date: Fri Nov 3 5:29:32 2017 / +0000 GMT
Bagian 2: Pertaruhan Era Jokowi Dalam Proyek Infrastruktur, Mengejar
Ketertinggalan
RIAUEXPRESS] - Begitulah, derap pembangunan infrastuktur terus dilecut di era pemerintahan Jokowi. Jika menoleh ke belakang,
ditempuhnya kebijakan ini cukup beralasan. Mengingat, para ekonom dan sejumlah lembaga telah lama menyuarakan bahwa
infrastruktur yang kurang memadai menjadi salah satu penghambat masuknya investasi asing ke Indonesia.
Sebuah laporan bertajuk ?Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007? yang dilansir Bank Dunia menyebutkan bahwa kualitas
infrastruktur Indonesia terus merosot pasca-krisis ekonomi 1998. Indonesia sesungguhnya pernah mengungguli Thailand, Taiwan,
Tiongkok, dan Sri Lanka dalam Global Competitiveness Report's 1996 tentang indeks mutu infrastruktur. Namun, sejak 2002,
negara-negara ini telah melampaui Indonesia.
Survei Bank Dunia dalam hal efisiensi distribusi juga hanya menempatkan Indonesia pada peringkat 53, jauh tertinggal dari
Thailand (35) dan Malaysia (25). Tak mengherankan, sebuah media Jepang, Nikkei, dalam artikelnya?Poor Infrastructure,
Protectionism Threaten Indonesia's Growth? yang dilansir menjelang Presiden SBY lengser pada 2014, ikut menyoroti buruknya
infrastruktur Indonesia.
Di tulisan itu disebutkan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh secara berkelanjutan di era SBY selama satu dekade. Namun,
sayangnya tak diikuti dengan perbaikan prasarana infrastruktur, khususnya jaringan jalan, yang dibutuhkan untuk mempercepat laju
roda ekonomi.
Bisa jadi, itu sebabnya pula sebuah survei yang dilakukan oleh Bappenas dan LPEM UI terhadap 200 perusahaan pada 2008, seperti
dikutip Kontan, menyimpulkan bahwa ketersediaan infrastruktur yang tak memadai menjadi salah satu faktor utama penghambat
investasi di Indonesia.
Berkaca pada kenyataan itu, Presiden Jokowi langsung tancap gas sejak tahun pertama kepemimpinannya. Realisasi belanja
infrastruktur yang pada 2014 masih sebesar Rp 139 triliun, di tahun berikutnya langsung membengkak menjadi Rp 209 triliun atau
naik 51 persen?di rencana anggaran bahkan naik 63 persen.
Angka ini terus membesar di tahun-tahun berikutnya. Pada 2017 dan 2018, bujet yang dianggarkan masing-masing mencapai Rp 387
triliun (2,83 persen terhadap Produk Domestik Bruto) dan Rp 409 triliun (2,75 persen). Pembengkakan anggaran infrastruktur ini
yang kini menuai kritik, karena dinilai sebagian kalangan terlalu ambisius.
Bila dibandingkan dengan masa sebelum krisis 1997-1998, persentase itu sesungguhnya masih lebih kecil. Di era pemerintahan
Presiden Soeharto, anggaran infrastruktur di APBN, rata-rata sekitar 3 persen dari PDB.
Laporan Bank Dunia tentang Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007 juga menyebutkan bahwa peningkatan bujet infrastruktur
dibutuhkan untuk menanggulangi kemunduran investasi masa lalu. Selain itu, diperlukan untuk mendanai proyek-proyek baru guna
memenuhi permintaan yang kian besar dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Untuk menutup kebutuhan itu, nilai total anggaran infrastruktur (baik dari APBN/D, BUMN dan swasta) diperkirakan perlu
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/2 |
This page was exported from Export date: Fri Nov 3 5:29:33 2017 / +0000 GMT
tambahan sekitar 2 persen dari PDB, atau US$ 6 miliar per tahun. Ini pun hanya untuk mencapai tingkat pertumbuhan seperti
sebelum krisis.**Red.
Sumber: Katadata.co.id.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/2 |
Download