BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Hasil belajar 2.1.1.1. Pengertian Hasil belajar Menurut Abu Muhamad (2008:2) yang disebut prestasi adalah hasil usaha atau setidaknya selalu dihubungkan dengan aktifitas tertentu. Sedangkan menurut Ridwan (2008:3) prestasi adalah hasil yang diperoleh karena aktifitas belajar yang telah dilakukan. Belajar sering diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Secara konseptual Fontana dikutip Udin (2008:18) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Seperti Fontana, Gagne dikutip Udin (2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Menurut Thursan Hakim (2005:1) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. Menurut Slameto (2003:2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. M. Sobry Sutikno (2007:5) mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono (1999:9) bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (1996:84) belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi. 5 Dari pengertian prestasi dan pengertian belajar tersebut di atas maka disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil kerja belajar seseorang yang diperoleh atau dicapai dengan kemampuan yang optimal dalam tes sebagaimana yang dinyatakan dalam skor atau nilai. 2.1.1.2. Pengertian Matematika Menurut Raphael matematika berasal dari bahasa Yunani: μαθηματικά – mathēmatiká adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Menurut James dan James mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sebagai contoh, adanya pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi empat wawasan yang luas yaitu aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis dengan aritmetika mencakup teori bilangan dan satistika. Johnson dan Rising mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. 2.1.1.3. Pengertian Hasil belajar Matematika Berdasarkan pengertian hasil belajar dan pengertian matematika maka dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar matematika adalah hasil kerja belajar seseorang dalam mata pelajaran matematika yang diperoleh atau dicapai dengan kemampuan yang optimal dalam tes sebagaimana yang dinyatakan dalam skor atau nilai. 2.1.2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Menurut Muhsetyo (2008:1) pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Peserta didik yang kompeten adalah peserta didik yang cerdas,cakap,mampu memahami dengan baik bahan yang diajarkan, mampu bersikap, bernalar, dan bertindak sesuai prosedur yang benar dan mengembangkan integritas kebersamaan dalam perbedaan. 1) Tujuan Belajar Matematika di Sekolah Dasar a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan, keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, dan efektif. b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. c) Menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. d) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika. e) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin. 2) Strategi Belajar Matematika a) Strategi Ekspositorik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati agar semua aspek dari komponen-komponen sistem pembelajaran mengarah pada terkesampaikannya materi pelajaran atau pesan kepada siswa secara langsung. Dalam strategi ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang dipelajari. b) Strategi Heuristik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem pembelajaran mengarah kepada pengaktifan siswa untuk mencari dan memahami sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan. 3) Prinsip Pembelajaran Matematika Dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika seorang guru sebaiknya menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran matematika. Menurut Muhsetyo (2008:9) mengemukakan bahwa prinsip pembelajaran matematika adalah sebagai berikut : a) Proses pembelajaran dalam pengajaran matematika seperti latihan (drill), menghafal, dan ulangan memang memadahi tetapi akan lebih efektif apabila guru mendorong kreatifitas siswa dengan membantu menanamkan pengertian ide dasar dan prinsipprinsip berhitung melalui kegiatan-kegiatan tersebut. Pembelajaran matematika yang dilandasi pengertian akan mengakibatkan daya ingat dan daya transfer yang lebih besar. Seperti yang dikemukakan oleh Thondike bahwa perlu diupayakan banyak praktik dan latihan (drill and practice) kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai dengan baik. b) Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahapan yang paling sederhana menuju ke tahapan yang lebih kompleks, dari lingkungan yang dekat dengan anak menuju ke lingkungan yang lebih luas. c) Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunaan benda-benda kongkret perlu dilakukan guru untuk membantu pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam pembelajaran matemtika. d) Setiap langkah dalam pembelajaran matematika hendaknya diusahakan melalui penyajian yang menarik untuk menghindarkan terjadinya tekanan atau ketegangan pada diri siswa. e) Setiap siswa belajar dengan kesiapan dan kecepatannya sendiri-sendiri. Tugas guru selain memotivasi kesiapan juga memberikan pengalaman yang bervariasi dan efektif. f) Latihan-latihan sangat penting untuk memantapkan pengertian dan ketrampilan. Karena itu latihan-latihan harus dilandasi pengertian. Latihan akan sangat efektif apabila dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip penciptaan suasana yang baik. Latihan yang terlalu rumit, padat, dan melelahkan hendaknya dihindarkan untuk mencegah terjadinya ketegangan. Berlatih secara berkala, teratur, dengan mengulang kembali secara ringkas, akan mendorong kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan menghindarkan dari kelelahan. g) Relevansi pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari perlu ditekankan. Dengan demikian pelajaran matematika yang didapatkan anak-anak akan lebih bermakna baginya dan lebih jauh lagi mereka dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu guru perlu membuat persiapan yang terencana agar anak- anak mendapatkan pengalaman belajar yang beragam dan fungsional. 2.1.3. Hasil Belajar. Belajar merupakan suatu proses sehingga pencapaian hasil belajar setiap orang tidak sama. Ada yang berhasil ada juga yang kurang berhasil atau bahkan gagal. Seorang siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh adakalanya hasilnya kurang memuaskan namun siswa lain yang asal-asalan malah hasilnya bagus. Hal tersebut dikarenakan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang ada pada diri siswa ataupun di luar individu. Menurut Slameto ( 2003:54) faktor – faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern ( faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar ) dan faktor ekstern ( faktor yang ada di luar individu ). Adapun faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1) Faktor – faktor Intern : a) Faktor Jasmanian : faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor Psikologis : intellegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. c) 2) Faktor kelelahan : kelelahan jasmani dan rohani. Faktor – faktor Ekstern : a) Faktor keluarga : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah : metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 2.1.4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model Pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang berfikir tingkat tinggi. Kondisi yang harus tetap dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokrasi, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berfikir optimal. Indikator dari pembelajaran Problem Based Learning adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi dan inkuiri. Beberapa pendapat ahli yang dijadikan dasar pemikiran adalah : a. Dalam pembelajaran matematika dikenal adanya strategi heuristik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem pembelajaran mengarah kepada pengaktifan siswa untuk mencari dan memahami sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan. Dengan mempelajari sendiri maka hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna dan awet di ingatan siswa. Model Pembelajaran PBL memungkinkan siswa untuk melatih dan mencari sendiri kemampuan mereka dalam operasi hitung campuran . b. Menurut Muhsetyo (2008:24) menyatakan bahwa perkembangan strategi pembelajaran dari berpusat pada guru ( teacdher centered) menjadi berpusat pada siswa ( student centered) maka berkembang pula cara pandang bagaimana peserta didik belajar dan memperoleh pengetahuannnya. Kenyataan bahwa peserta didik adalah makhluk hidup yang mempunyai kemampuan berfikir dengan lingkungan belajar dan lingkungan hidup. Mereka secara individual atau berkelompok dapat membangun sendiri pengetahuan mereka dari berbagai sumber belajar di sekitar mereka tidak hanya berasal dari guru Dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning siswa dapat belajar bagaimana menyelesaikan operasi hitung campuran tidak harus dari guru. c. Pemberian latihan operasi hitung campuran ini juga sesuai dengan teori dari Throndike yang menyatakan bahwa perlu diupayakan banyak praktik dan latihan (drill and practice) kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai dengan baik. Dengan melakukan Model Pembelajaran Problem Based Learning siswa melakukan banyak latihan operasi hitung campuran dengan gembira, tidak cepat bosan dan menyenangkan. d. Model Pembelajaran Problem Based Learning membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.( PMPTK,2008:18) Berdasarkan acuan teoritis tersebut penulis merancang perbaikan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning. Dalam perbaikan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning aktifitas siswa dibuat untuk seaktif mungkin dalam bentuk melaksanakan pembelajaran. Bentuk aktifitas siswa tersebut yaitu : a. Siswa secara berkelompok yang terdiri dari campuran beberapa siswa yang pandai, sedang dan kurang. Siswa yang pandai bertindak sebagai tutor sebaya. b. Guru memberikan penjelasan urutan pengerjaan hitung campuran. c. Secara berkelompok siswa mengerjakan soal yang sama yang diberikan guru berupa LKS. d. Guru memberikan motivasi berupa kompetisi kelompok yang paling cepat mengerjakan soal dengan benar akan mendapat apresiasi. e. Setiap selesai satu soal tiap kelompok diberi kesempatan untuk presentasi mengerjakan di papan tulis, demikian bergantian dengan kelompok lain. f. Kelompok lain menjadi juri atau jika kelompok yang bersangkutan tidak bisa mengerjakan maka dilakukan pembahasan bersama di mana kelompok lain membantu dan menjadi tutor sebaya. 2.2. Penelitian Yang Relevan Arinil melakukan penelitian tentang penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran Matematika siswa kelas V SD Islam Lukman Alhikam Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan siswa yang tuntas belajar sebanyak 76 % siswa dan siswa lebih berminat menjalani pembelajaran, siswa lebih berani berekspresi, suasana belajar lebih alami dan menyenangkan. Suhermin melakukan penelitian tentang penerapan Model Pembelajaran PBL pada pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Gununggangsir I. Hasil penelitian menunjukan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa di mana 89 % siswa pada akhir siklus perbaikan mencapai ketuntasan belajar. 2.3. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah kondisi awal pembelajaran matematika di Kelas 6 berlangsung konvensional dimana sebagian besar siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran, siswa malas belajar sehingga hasil belajar matematika rendah. Perbaikan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa menjadi aktif dan senang belajar matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika siswa Kelas 6 SDN Kalangsono 02 Kec Banyuputih Kab Batang Tahun Pelajaran 2013-2014. Kerangka berfikir tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini: Pembelajaran Menggunakan Metode Konvensional Guru kurang memaksimalkan kegiatan siswa di kelas Hasil belajar Matematika siswa rendah di bawah KKM ≤ 65 Siswa tidak dapat menemukan gagasan sendiri dari materi yang diajarkan Diterapkan model pembelajaran problem based learning Langkah-langkah model pembelajaran problem based learning: a. Guru meenjelaskan materi pelajaran b. Siswa kerja kelompok yang terdiri dari campuran beberapa siswa. c. Guru memberikan bimbingan. d. Guru memberikan motivasi dan kompetisi kepada semua kelompok e. Semua kelompok diberi kesempatan untuk presentasi di papan tulis. f. Kelompok lain menjadi juri atau tutor sebaya. g. Guru dan siswa membuat rangkuman Kegiatan pembelajaran lebih bermakna Hasil belajar Matematika siswa tinggi di atas KKM ≥ 65 Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir 2.4. Hipotesis tindakan Siswa lebih aktif dalam pembelajaran Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan kerangka berfikir maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut :“ Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas 6 SDN Kalangsono 02 Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang “