PENGARUH UKURAN DIAMETER NOZZLE 7 DAN 9 mm

advertisement
PENGARUH UKURAN DIAMETER NOZZLE 7 DAN 9 mm TERHADAP
PUTARAN SUDU DAN DAYA LISTRIK PADA TURBIN PELTON
Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.*), Ryan Fasha**)
*) Dosen Teknik Mesin Universitas Gunadarma
**) Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Gunadarma
ABSTRAKSI
Dalam perancangan sudu Turbin Pelton ini adalah untuk dapat mengetahui daya
yang dihasilkan oleh putaran poros sudu yang di sambung dengan alternator
sebagai penghasil arus listrik. Untuk putaran maksimal yang dapat dihasilkan
oleh sudu Turbin Pelton ini adalah menggunakan nozzle 9 mm dengan putaran
sebesar 1267 dengan bukaan katup maksimum 900. Sedangkan debit aliran fluida
yang didapat yaitu pada kombinasi kedua nozzle yaitu pada nozzle 7 dan nozzle 9
yang menghasilkan 0,00097 m3/s. Kecepatan aliran fluida terbesar dihasilkan
terdapat pada nozzle 7 dengan bukaan katup 900 dengan hasil 0,52 m/s. Dan daya
yang dapat dihasilkan oleh alternator memperoleh hasil 3,53 dengan
menggunakan kedua buah nozzle dengan bukaan pada 650. Putaran turbin Pelton
sangat dipengaruhi oleh nozzle yang digunakan, bukaan katup dan tekanan pada
pompa yang berfungsi mengalirkan fluida.
Kata Kunci : Turbin Pelton, Debit Aliran Fluida, Kecepatan Aliran, Jenis Aliran
Fluida, Arus Listrik
Tenaga air (Hydropower) adalah
I.
PENDAHULUAN
Krisis energi yang kita alami saat ini
energi yang diperoleh dari air yang
tidak dapat dipungkiri, penyebab
mengalir. Energi yang dimiliki air
terjadinya krisis energi antara lain
dapat dimanfaatkan dan digunakan
bisa disebabkan oleh ulah manusia
dalam wujud energi mekanis maupun
yang
terus-menerus
menggali
energi listrik. Pemanfaatan energi air
sumber yang ada dibumi dan tidak
banyak
dilakukan
dengan
memikirkan jangka panjangnya.
menggunakan kincir air atau turbin
Sebagai contoh pengeboran besarair yang memanfaatkan adanya suatu
besaran minyak bumi yang sekarang
air terjun atau aliran air di sungai.
semakin banyak, akibat dari itu
Sejak awal abad 18 kincir air banyak
jumlah bahan bakar akan semakin
dimanfaatkan sebagai penggerak
berkurang dan harga nya relatif
penggilingan gandum, penggergajian
mahal. Air merupakan sumber energi
kayu dan mesin tekstil. Memasuki
yang murah dan relatif mudah
abad
19
turbin
air
mulai
didapat, karena pada air tersimpan
dikembangkan.
Turbin
Pelton
energi potensial (pada air jatuh) dan
merupakan salah satu jenis turbin
energi kinetik (pada air mengalir).
air
yang
prinsip
kerjanya
memanfaatkan energi potensial air
sebagai energi listrik tenaga air.
Turbin ini tergolong tipe turbin
yang cukup efisien
dalam
perakitannya
maupun dari segi
ekonomi. Prinsip
kerja Turbin
Pelton adalah memanfaatkan daya
fluida dari air untuk menghasilkan
daya poros. Pada Turbin Pelton
energi potensial air berubah menjadi
energi kinetik melalui nozzle
disemprotkan ke bucket untuk
dirubah menjadi energi mekanik
yang digunakan untuk memutar
poros alternator yang
berfungsi
sebagai sumber
utama untuk
menghasilkan arus listrik.
II.
LANDASAN TEORI
2.1
Sejarah Turbin Air
Turbin air dikembangkan
pada abad 19 dan digunakan secara
luas untuk tenaga industri untuk
jaringan listrik. Sekarang lebih
umum dipakai untuk generator
listrik. Turbin kini dimanfaatkan
secara luas dan merupakan sumber
energi yang dapat diperbaharukan.
Kincir air sudah sejak lama
digunakan untuk tenaga industri.
Pada mulanya yang dipertimbangkan
adalah ukuran kincirnya, yang
membatasi debit dan head yang
dapat dimanfaatkan. Perkembangan
kincir air menjadi turbin modern
membutuhkan jangka waktu yang
cukup lama. Perkembangan yang
dilakukan dalam waktu revolusi
industri menggunakan metode dan
prinsip
ilmiah.
Mereka
juga
mengembangkan teknologi material
dan metode produksi baru pada saat
itu.
Kata "turbine" ditemukan
oleh seorang insinyur Perancis yang
bernama Claude Bourdin pada awal
abad 19, yang diambil dari
terjemahan bahasa Latin dari kata
"whirling" (putaran) atau "vortex"
(pusaran air). Perbedaan dasar antara
turbin air awal dengan kincir air
adalah komponen putaran air yang
memberikan energi pada poros yang
berputar. Komponen tambahan ini
memungkinkan
turbin
dapat
memberikan daya yang lebih besar
dengan komponen yang lebih kecil.
Turbin dapat memanfaatkan air
dengan putaran lebih cepat dan dapat
memanfaatkan head yang lebih
tinggi.
(Untuk
selanjutnya
dikembangkan turbin impulse yang
tidak membutuhkan putaran air).
2.2
Klasifikasi Turbin Air
Turbin air mempunyai 2
prinsip kerja yang terdiri dari Turbin
Implus dan Turbin Reaksi. Turbin
Implus ini sering disebut turbin
dengan turbin bertekanan rata dan
pancaran airnya bebas karena
tekanan yang keluar dari nozzle sama
mengandalkan tekanan dari atmosfer.
Turbin Reaksi mempunyai bentuk
sudu yang khusus oleh karena itu
dapat
memyebabkan
terjadinya
penurunan tekanan air selama
tekanan air melewati sudu. Berbeda
dengan Turbin Implus yang memiliki
tekanan sama, Turbin Reaksi
memiliki tekanan yang berbeda oleh
sebab itu tekanan yang berbeda ini
memberikan gaya pada sudu
sehingga runner dapat berputar.
Turbin yang termasuk dalam
klasifikasi Turbin Implus yaitu
Turbin Pelton, Turbin Cross Flow,
dan Turbin Tugo. Sementara untuk
turbin dengan klasifikasi Turbin
Reaksi yaitu Turbin Francis, Turbin
Kaplan, Turbin Propeller.
Turbin air secara luas untuk tenaga
industri untuk jaringan listrik.
Sekarang lebih umum dipakai untuk
generator listrik. Turbin kini
merupakan sumber energi yang dapat
diperbaharukan. Turbin air berperan
untuk mengubah energi air, energi
potensial, tekanan dan energi kinetik,
menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran poros. Putaran poros
turbin ini akan diubah oleh generator
menjadi tenaga listrik.
2.3
Turbin Impuls
Turbin Impuls atau yang
biasa disebut turbin tekanan rata dan
pancaran bebas ini dikarenakan
tekaanan air yang keluar nozzle sama
dengan tekanan atmosfer. Dalam
instalasi turbin ini semua energi
(Geodetic dan tekanan) diubah
menjadi kecepatan keluar nozzle.
Dalam turbin ini juga, tidak semua
sudu menerima hempasan air
melainkan
secara
bergantian
tergantung posisi sudu tersebut
Seperti yang tampak pada Gambar
2.3
mengenai
skema
proses
penyemprotan nozzle terhadap sudu
turbin Impuls.
Gambar 2.3 Skema Proses
Penyemprotan nozzle Terhadap
Sudu Turbin Impuls [2]
2.3.1
Turbin Cross-Flow
Salah satu jenis turbin impuls
ini juga dikenal dengan nama Turbin
Michell-Banki yang merupakan
penemunya. Selain itu juga disebut
Turbin Osberger yang merupakan
perusahaan
yang
memproduksi
turbin Crossflow. Turbin Crossflow
dapat dioperasikan pada debit 20
liter/detik hingga 10 m3/detik dan
head antara 1 s/d 200 m. Seperti
yang tampak pada Gambar 2.5
mengenai contoh skema gambar
turbin Cross-Flow.
Gambar 2.5 Skema Turbin CrossFlow [3]
Turbin Crossflow menggunakan
nozzle persegi panjang yang lebarnya
sesuai dengan lebar runner. Pancaran
air masuk turbin dan mengenai sudu
sehingga terjadi konversi energi
kinetik menjadi energi mekanis. Air
mengalir keluar membentur sudu dan
memberikan energinya (lebih rendah
dibanding saat masuk) kemudian
meninggalkan turbin. Runner turbin
dibuat dari beberapa sudu yang
dipasang pada sepasang piringan
paralel. Seperti yang tampak pada
Gambar 2.6 mengenai sudu turbin
Cross-Flow.
Gambar 2.6 Sudu Turbin CrossFlow [3]
2.3.2 Turbin Pelton
Turbin Pelton merupakan
Turbin Impuls. Turbin Pelton terdiri
dari satu set sudu jalan yang diputar
oleh pancaran air yang disemprotkan
dari
satu atau beberapa nozzle.
Turbin Pelton adalah salah satu dari
jenis turbin air yang paling efisien.
Turbin Pelton adalah turbin yang
cocok digunakan untuk head tinggi
seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 2.7 dan 2.8 mengenai
gambar sudu dan skema nozzle pada
turbin Pelton. [1]
Gambar 2.7 Sudu Turbin Pelton [3]
Pada Turbin Pelton energi potensial air
berubah menjadi energi kinetik melalui
nozzle disemprotkan ke bucket untuk
dirubah menjadi energi mekanik yang
digunakan untuk memutar poros generator.
Turbin Pelton termasuk jenis Turbin impuls
yang merubah seluruh energi air menjadi
energi kecepatan sebelum memasuki
runner turbin. Perubahan energi ini
dilakukan didalam nozzle dimana air yang
semula mempunyai energi potensial yang
tinggi diubah menjadi energi kinetis.
Pancaran air yang keluar dari nozzle akan
menumbuk bucket yang dipasang tetap
sekeliling runner dan garis pusat pancaran
air menyinggung lingkaran dari pusat
bucket. Kecepatan keliling dari bucket
akibat tumbukan yang terjadi tergantung
dari jumlah dan ukuran pancaran serta
kecepatannya. Kecepatan
pancaran
tergantung dari tinggi air di atas nozzle nya
serta effisiensinya.
2.3.3
Turbin Turgo
Turbin
Turgo
dapat
beroperasi pada head 30 s/d 300 m.
Turbin Turgo juga merupakan turbin
impulse, tetapi sudunya berbeda.
Pancaran air dari nozzle membentur
sudu pada sudut 20o. Kecepatan
putar turbin Turgo lebih besar dari
turbin
Pelton.
Akibatnya
dimungkinkan transmisi langsung
dari turbin ke generator sehingga
menaikkan efisiensi total sekaligus
menurunkan
biaya
perawatan.
Seperti yang telah dipaparkan pada
Gambar 2.8 mengenai skema sudu
turbin Turgo dengan nozzle.
V : Volume fluida air (m3)
t : Waktu Aliran fluida air (detik)
Sedangkan pada persamaan
2.2 merupakan hubungan antara
Debit Aliran (Q), Kecepatan Aliran
(ν) dan Luas Penampang nozzle yang
digunakan (A).
v=
Gambar 2.12 Sudu turbin Turgo
dan Nozzle
2.4 Definisi dan Rumusan Dasar
2.5.1 Penentuan
Fluida
Debit
Aliran
Diameter pipa dan luas
penampang lintang saluran dalam
turbin dapat dihitung dengan
menggunakan
persamaan
kontinuitas. Yang dimaksud dengan
luas penampang lintang saluran
adalah suatu luasan permukaan irisan
saluran yang dibuat tegak lurus
dengan arah aliran cairan. Seperti
yang ditunjukkan pada Persamaan
2.1 mengenai hubungan Debit Aliran
(Q), Volume (V) dan Waktu (t).
Q=
............................................................
.. 2.1
Dimana :
..........................................................
2.2
Dimana :
Q : Debit Aliran yang mengalir
(m3/s)
A : Luas Penampang nozzle yang
digunakan (m2)
v : Kecepatan Aliran fluida air (m/s)
Luas Penampang pipa pada
turbin dapat di hitung dengan
menggunakan Persamaan 2.3 di
bawah ini.
A = πr2
............................................................
2.3
Dimana :
r : jari-jari nozzle (m)
2.4.2 Penentuan Laju Aliran
Massa Fluida
Dengan
menggunakan
persamaan kontinuitas seperti yang
tampak pada Persamaan 2.4,
sehingga Laju Aliran Massa Fluida
dapat dihitung.
ṁ = ρair x A x v
.................................................. 2.4
Dimana :
ṁ : Laju Aliran Massa fluida air
(kg/s)
ρair : Massa Jenis fluida zat cair
(kg/m3)
A : Luas Penampang nozzle yang
digunakan (m2)
v : Kecepatan Aliran fluida air (m/s)
2.5 Penentuan
Jenis
Aliran
Fluida
Pada umumnya aliran fluida
dapat dibedakan atas aliran dalam
saluran, yaitu aliran yang dibatasi
oleh permukaan-permukaan keras
dan aliran di sekitar benda yang
dikelilingi
oleh
fluida
yang
selanjutnya tidak terbatas. Perbedaan
seperti itu hanyalah memudahkan
peninjauan saja karena gejala dari
kelakuan fluida berlaku pada
keadaan tersebut. Aliran melalui pipa
dipilih untuk mewakili bentuk
penampang lain karena dilapangan
secara garis besar dapat kita jumpai
dalam aplikasi lapangan. Aliran
tersebut terbagi menjadi beberapa
jenis aliran seperti Laminar, Transisi
dan Turbulen.
2.6.1
Aliran Laminar
Dalam hal ini, apabila dalam
lapisan batas aliran tidak terjadi
perubahan terhadap waktu dan aliran
dalm keadaan steady, maka dapat
dikatakan aliran tersebut berjenis
Aliran Laminar. Seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.20.
Gambar 2.20 Skema Aliran
Laminar [7]
2.6.2
Aliran Transisi
Jenis aliran ini bisa dikatakan
sebagai Aliran Transisi dikarenakan
aliran ini berada diantara jangkauan
Aliran Laminar dan Turbulen. Aliran
ini juga merupakan aliran peralihan
dari Aliran Laminar ke Aliran
Turbulen seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.21.
Gambar 2.21 Skema Aliran
Transisi [7]
2.6.3
Aliran Turbulen
Aliran
ini
merupakan
kebalikan dari jenis Aliran Laminar.
Jika aliran tersebut adalah acak dan
berubah-ubah terhadap waktu secara
radikal, maka aliran tersebut bias
dikatakan Aliran Turbulen. Seperti
yang diperlihatkan pada Gambar
2.22.
berubah yang
tegangan 1 Volt
Gambar 2.22 Skema Aliran
Turbulen [7]
Bilangan Reynold
Bilangan Reynold merupakan
bilangan tak berdimensi yang dapat
membedakan suatu aliran itu bersifat
Laminar, Transisi mapun Turbulen.
Dilihat dari kecepatan aliran fluida,
menurut Mr. Reynold dikategorikan
beberapa kategori seperti berikut ini :
o Aliran Laminar :
Bilangan
Reynold < 2300
o Aliran Transisi :
2300
<
Bilangan Reynold < 4000
o Aliran Turbulen :
Bilangan
Reynold > 4000
mengalir
pada
Rumus :
P=I.V
................................................... 2.6
Dimana : P = daya, watt
I = arus, ampere
V = tegangan, volt
2.7
Untuk menghitung bilangan Reynold,
maka diperlukan Persamaan 2.5.
Re = υ x D
v
..................................................... 2.5
Dimana :
Re: Bilangan Reynold
v : Kecepatan Aliran Fluida
D : Diameter Nozzle
ν : Viskositas Dinamik
Penentuan Daya Listrik
Satuan daya listrik dalam
sistem metrik adalah watt. Watt juga
didefinisikan sebagai energi yang
keluarkan atau kerja yang dilakukan
setiap detik oleh arus 1 A yang tidak
III
METODOLOGI
PERANCANGAN
TURBIN
PELTON
Setelah itu dilakukannya
proses perakitan poros, sudu dan
komponen penunjang lainnya seperti
bearing sebagai dudukan as sudu dll.
Proses selanjutnya adalah proses
pengujian komponen tersebut dengan
cara
melakukan
menghidupkan
pompa air yang mengalir melalui
pipa dan melalui nozzle dan
kemudian akan ditarik suatu
kesimpulan tertentu.
Sudu ini mempunyai bobot
sekitar 1 kg, dengan bobot itu sudu
ini mempunyai bobot yang cukup
ringan namun tidak terlalu ringan
sehingga
sudu
ini
mampu
memutarkan poros alternator yang
akan mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik.
2.8
Gambar 3.3 Sudu Turbin Pelton
3.2
Perancangan Turbin pelton
Dalam merancang Turbin
Pelton, turbin harus benar-benar kuat
dalam framenya. Karena mengingat
putaran turbin yang cukup kencang
dan tekanan air yang cukup besar.
Bahan yang digunakan disini adalah
pelat
besi
dan
sekat-sekat
menggunakan papan seperti yang
ditunjukan dalam gambar 3.4
dibawah ini.
atau poros disini berfungsi titik pusat
sudu turbin berputar. Diameter dari
poros pusat ini memiliki diameter 12
mm dan memiliki panjang poros 240
mm.
Poros ini juga digunakan
sebagai pegangan dari dudukan sudu
yang di las di salah satu sisinya, dan
untuk dudukan sudu yang kedua
tidak dilakukan pengelasan agar
daun sudu turbin Pelton dapat di
bongkar pasang (knock down). Poros
ini berbahan besi cor yang ringan
dan cukup kuat untuk menahan
dudukan sudu, daun sudu dan
mampu menahan putaran dari gaya
yang tercipta.
Untuk poros satu yang
panjang yang berada di belakang box
digunakan untuk mentransferkan
putaran dari sudu turbin Pelton ke
Alternator
yang
sebelumnya
digunakan pulley dan sabuk v-belt
sebagai media transfer daya putar
turbin Pelton. Dapat dilihat pada
gambar 3.5 dibawah.
Gambar 3.4 Gambar Desain
Turbin Pelton
3.3
Pembuatan Poros As Sudu
Turbin Pelton
Pada tahap awal pembuatan
poros sudu turbin Pelton, diawali
dengan pembuatan As atau poros
dari sudu turbin Pelton tersebut. As
Gambar 3.5 Poros Dengan Kedua
Dudukan (Vertical)
3.3.1 Pelat
Dudukan
Turbin Pelton
Sudu
Pelat dudukan sudu turbin
Pelton ini berfungsi sebagai dudukan
daun sudu turbin, pelat dudukan ini
terbuat dari lempengan besi setebal 3
mm dan memiliki diameter dalam
sebesar 16 mm dan diameter luar 100
mm seperti yang ditunjukan pada
gambar 3.6 dibawah. 2 buah
dudukan masing-masing memiliki
lubang yang berguna sebagai
peganggan dari daun sudu turbin
Pelton agar tidak bergerak dan tetap
pada tempatnya, dan bibuatkan juga
7 lubang peganggan baut untuk
mengencangkan
kedua
pelat
dudukan sudu turbin Pelton.
selama nozzle menyemprotkan air.
Daun sudu ini memiliki diameter
penampang 60 mm.
Gambar 3.7 Daun Sudu Turbin
Pelton
3.5
Nozzle
Komponen yang satu ini
berperan
penting
sebagai
penyemprotan air bertekanan yang
dialirkan pompa dan berpengaruh
langsung terhadap debir air yang
dihasilkan dan putaran turbin itu
sendiri. Gambar nozzle ditunjukan
pada gambar 3.12. Ada 4 buah nozzle
yang memiliki lubang yang berbeda
satu dengan yang lainnya, yaitu 3
mm, 5 mm, 7 mm, dan 9 mm.
Gambar 3.6 Pelat Dudukan Sudu
Turbin Pelton
3.3.2
Daun Sudu Turbin Pelton
Daun sudu yang berbahan
pelat besi dan mangkok stainless
steel ini berjumlah sebanyak 16
buah. Daun sudu yang terdapat pada
gambar 3.7 ini berfungsi menerima
tekanan
dari
nozzle
yang
menyemprotkan air bertekanan dari
pompa dan kemudian daun sudu ini
akan berputar secara terus menerus
Gambar 3.12 4 Buah Nozzle Turbin
Pelton
3.6
Proses Perakitan Poros Dan
Sudu Turbin Pelton
Setelah semua komponen
tersedia dan siap dirakit, langkah
selanjutnya adalah proses perakitan
sudu turbin terlebih dahulu, yaitu
dengan memasang daun-daun sudu
pada pelat dudukan sudu turbin
Pelton dan pasang dan kencangkan
baut pengikatnya.
Kemudian masukan sudu
turbin Pelton yang telah dirakit ke
dalam box sudu turbin serta tutup
bagaian atas dan depan dengan
akrilik
yang
telah
disiapkan
kemudian kencangan dengan baut.
Gambar
3.13
dibawah
ini
menunjukan gambar turbin Pelton
yang telah dirakit.
Sudu
turbin
Pelton
merupakan
komponen
yang
berfungsi sebagai pengubah energi
air bertekanan menjadi energi
mekanik berupa putaran yang terus
menerus dimana aliran air yang
disemprotkan oleh nozzle yang
dialirkan oleh pompa air kearah
daun-daun sudu mengakibatkan
teciptanya putaran.
Gambar 3.13 Poros Dan Sudu
Turbin Pelton Yang Telah Dirakit
Aliran air yang diarahkan
langsung menuju sudu-sudu melalui
pengarah atau nozzle ini juga
menghasilkan daya pada sirip.
Selama sudu berputar, gaya bekerja
melalui suatu jarak sehingga
menghasilkan kerja. Untuk Turbin
Pelton dengan daya yang cukup
besar, sistem penyemprotan biasa
digunakan dengan beberapa nozzle
untuk mengurangi tumbukan yang
terlalu besar terhadap sudu yang
mengakibatkan
air
yang
disemprotkan oleh nozzle tidak
maksimal.
IV
PERHITUNGAN
DAN
ANALISA DATA
4.2
Pengambilan Data Secara
Langsung Dengan Menggunakan
Alat Ukur
Dalam proses pengambilan
data pada turbin Pelton ada beberapa
alat ukur yang dibutuhkan yaitu
sebagai berikut :
4.2.1 Pengambilan Data Volume
Fluida dan Putaran Turbin Pelton
Dalam proses pengambilan
data ini menggunakan stopwatch
untuk mengukur lamanya waktu
yang dipakai setiap kali proses
pengambilan data, yaitu setiap 3
detik. Pada setiap 3 detik data
volume fluida akan diambil dengan
menggunakan ukuran nozzle 7 mm,
dan 9 mm dengan bukaan katup
dengan sudut sebesar 45o sampai
dengan 90o. Dalam pengambilan data
diusahakan
seakurat
mungkin,
karena dalam pengambilan data yang
akurat akan mempengaruhi hasil
yang akan dalam proses yang
selanjutnya.
Selain stopwatch, digunakan
juga gelas ukur untuk mengetahui
jumlah fluida yang dikeluarkan oleh
nozzle dalam waktu (t) 3 detik.
Mengenai gelas ukur
pengujian
proses pengambilan data yang
dilakukan
untuk
menghasilkan
volume (V) tertentu yang dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini.
Alat yang digunakan disini
juga
yaitu
Tachometer
yang
berfungsi untuk membaca putaran
dalam satuan per-menit (rotation
per-minute).
Tachometer
ini
mengunakan infra merah untuk
membaca putaran yang ditembakkan
ke poros yang berputar, namun
sebelumnya poros tersebut diberi
tanda menggunakan spidol sehingga
dapat diketahui jumlah putaran yang
terjadi di poros sudu Turbin Pelton
dan hasilnya ditampilkan pada Tabel
4.1 dibawah ini.
Putaran Poros Sudu Turbin Pelton
Diameter Bukaan Volume Putaran
Katup
[L]
[RPM]
450
0,95
458
550
1,1
510
650
1,31
598
[mm]
7
1,42
663
850
1,64
730
900
1,71
805
450
1,1
890
550
1,2
976
650
1,45
1007
750
1,5
1120
850
1,8
1205
900
1,95
1267
450
2,05
910
55
2,3
987
650
3,18
1290
750
2,7
1005
850
2,79
1118
900
2,90
1157
0
7 dan 9
4.3
Perhitungan
Hasil
Pengujian
4.3.1
Perhitungan Debit Aliran
Fluida
Q = V
t
= 0,95 L = 0,32 L/s =
Tabel 4.1 Volume Fluida dan
Nozzle
9
750
0,00032 m3/s
3s
Rpm
1400
1200
Nozzle 7
1000
Nozzle 9
800
Nozzle 7 & 9
600
400
Katup ( 0 )
200
45
55
65
75
85
90
Gambar 4.3 Grafik Hubungan
antara Rpm dan Bukaan Katup
pada L = 110 mm
Debit (10-3 m3/s)
1.2
1
0.8
Nozzle 7
0.6
Nozzle 9
Nozzle 7 & 9
0.4
0.2
Katup( 0 )
0
45
55
65
75
85
90
Gambar 4.4 Grafik Hubungan
antara Debit dan Bukaan Katup
pada L = 110 mm
Dari data tabel 4.3 dapat melakukan
perhitungan kecepatan aliran fluida
menggunakan persamaan 2.2 serta
dengan mencari Luas Penampang
Nozzle melalui persamaan 2.3
berikut ini.
v=
Dimana : A = π.r2
Maka A = 3,14 x (3,5x10-3 m)2 =
1,10x10-5 m2
jadi v = 0,32x10-3 m3/s
1,10x10-5 m2
= 0,29 m/s
Proses
perhitungan
selanjutnya
dicantumkan dalam
bentuk Tabel 4.4 dibawah, semakin
besar diameter nozzel dan debit
aliran fluida, maka kecepatan aliran
fluida tersebut akan semakin
membesar.
Pada data yang telah dihitung
di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kecepatan aliran fluida untuk
nozzle 7 mm, hasil yang tertinggi
terjadi pada bukaan katup 900 dengan
debit aliran fluida sebesar 0,57 x 10-3
m3/s dan menghasilkan kecepatan
fluida 0,52 m/s. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa semakin
besar bukaan katup, debit aliran
fluida semakin besar diikuti oleh
kecepatan fluida yang semakin tinggi
pula.
Untuk nozzle 9 mm sama
pula hasil yang di dapat, yaitu hasil
terbesar yang diperoleh pada bukaan
katup penuh 900 dengan nilai debit
aliran fluida 0,65 x 10-3 m3/s serta
kecepatan fluidanya adalah 0,46 m/s.
Hasil bukaan katup penuh memiliki
nilai yang besar dikarenakan tidak
adanya tahanan dari katup yang
menghalangi aliran fluida yang
mengalir dari pompa.
Reynold memiliki aliran Laminar,
namun
lain
halnya
dengan
menggunakan nozzle 9 dan gabungan
kedua nozzle tersebut.
4.3.4
4.3.2 Perhitungan Laju Aliran
Massa Fluida
ṁ = ρair x A x v
= 1000 kg/m3 x 1,10x10-5 m2 x
0,29 m/s = 0,00319kg/s
4.3.3 Perhitungan Nilai Bilangan
Reynold
Berdasarkan
dari
data
kecepatan aliran fluida pada Tabel
4.4 dan berdasarkan data Viskositas
Kinematik air (ν) 1,46x10-5 m2/s,
maka nilai bilangan reynold dapat
diketahui
berdasarkan
jumlah
bilangan Reynold (Re) dengan
menggunakan
persamaan
2.5
dibawah ini.
Re =
Perhitungan Daya Listrik
Dalam pengambilan data
pada putaran poros tabel 4.2 dan
input daya pada tabel 4.4 dari hasil
data tersebut dapat dihitung hasil
daya listrik yang akan tercipta pada
setiap pengujian yang dilakukan.
Contoh
perhitungan
dengan
menggunakan persamaan 2.6.
P =V.I
= 12 V x 0,110 A = 1,32 Watt
I (A)
0.5
0.45
0.4
0.35
Nozzle 7
0.3
0.25
Nozzle 9
0.2
Nozzle 7 & 9
0.15
0.1
=
=
1390 (Aliran laminar)
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat
seluruh data hasil perhitungan. Dari
data tersebut
diketahui
yang
mempengaruhi besar
kecilnya
bilangan
Reynold adalah dari
kecepatan fluida dan
diameter
nozzle. Semakin besar kecepatan
aliran fluida & diameter nozzle,
maka alirannya cenderung Turbulen,
untuk nozzle 7, nilai bilangan
0.05
Katup ( 0 )
0
45
55
65
75
85
90
Gambar 4.5 Grafik Hubungan
antara Arus Listrik dan Bukaan
Katup pada L = 110 mm
laju aliran fluida keluar dan
mendorong sudu dengan maksimal.
P ( watt)
5
4.5
4
3.5
Nozzle 7
3
Nozzle 9
2.5
Nozzle 7 & 9
2
1.5
1
0.5
Katup ( 0 )
0
45
55
65
75
85
90
Gambar 4.6 Grafik Hubungan
antara Daya Listrik dan Bukaan
Katup pada L = 110 mm
Dari tabel 4.7 yang telah
dibuat diatas, diketahui bahwa
ukuran nozzle sangat berpengaruh
terhadap nilai daya listrik yang
dihasilkan. Karena secara teori
diameter nozzle yang besar akan
mengalirkan fluida lebih banyak dan
menciptakan laju aliran fluida yang
besar juga untuk dapat memutarkan
Turbin Pelton ini dan dapat
menghasilkan putaran yang tinggi
sehingga tercipta daya listrik yang
besar juga yang keluar dari
alternator.
Untuk diameter nozzle 7mm,
hasil yang diperoleh seperti yang
disebutkan di tabel 4.6 diatas adalah
pada bukaan penuh yaitu 900 dan
menghasilkan daya listrik sebesar
1,62 watt, karena pada bukaan penuh
Sedangkan untuk nozzle
ukuran 9mm, diperoleh hasil daya
listrik maksimum terjadi pada
bukaan katup 900 pula. Bukaan ini
memperoleh daya lisrik maksimum
yaitu 2,54 watt pada putaran sudu
turbin Pelton 1267 rpm. Maka
ukuran didapat bahwa ukuran nozzle
juga mempengaruhi pada bukaan
katup berapa daya listrik dan putaran
poros Turbin Pelton akan mencapai
titik maksimal. Sehingga pemilihan
ukuran nozzle sangat penting untuk
meningkatkan kinerja putaran poros
turbin dan input daya listrik yang
akan dihasilkan. Dari pengambilan
data
sebelumya
dengan
menggunanakan diameter nozzle 3
mm dan 5 mm, masing-masing
memiliki perbedaan titik maksimal
terhadap hasil daya listrik dan dalam
hal perbedaan bukaan katup.
Begitu
juga
dalam
pengambilan data menggunakan
kombinasi antara nozzle 7 mm dan 9
mm, hasil maksimalnya terjadi pada
kombinasi nozzle 7 mm dan 9 mm
yaitu pada bukaan katup 650 dengan
hasil daya listrik sebesar 3,53 Watt.
Meskipun
memiliki
perbedaan
ukuran
diameter
nozzle
mempengaruhi posisi bukaan katup
dalam mencapai titik maksimal
daya listrik yang dihasilkan, namun
terdapat memiliki kesamaan yaitu
semakin besar ukuran diameter
nozzle
berpengaruh
terhadap
besarnya
debit
aliran
fluida,
kecepatan fluida, laju aliran fluida
dan putaran poros turbin sehingga
semakin besar pula input daya
listrik yang akan tercipta pada
Turbin Pelton ini dan membuat
alternator berputar semakin cepat
sehingga menciptakan aliran listrik
yang besar pula.
V
5.1
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang
dapat di ambil berdasarkan hasil
pengamatan
dan
perhitungan
matematis tentang Turbin Pelton di
Tugas Akhir ini adalah :
1. Pada debit aliran fluida, hasil
yang peroleh untuk nozzle 7
adalah sebesar 0,00057 m3/s
pada bukaan katup maksimal
yaitu 900 dengan putaran
maksimal
yang
dapat
dihasilkan sebesar 805 rpm.
Dan untuk ukuran nozzle 9,
hasil yang diperoleh juga
pada bukaan katup yang
sama, yaitu bukaan katup 900
dengan mengasilkan debit
aliran fluida 0,00065 m3/s
pada putaran sudu turbin
1267
rpm.
Dengan
menggunakan
nozzle
kombinasi yaitu nozzle 7 dan
nozzle 9 diperoleh hasil
maksimal pada putaran sudu
turbin Pelton 1157 rpm dan
debit yang dihasilkan sebesar
0,00097 m3/s pada bukaan
katup 900. Perbedaan ukuran
nozzle dan bukaan katup
sangat
mempengaruhi
terhadap debit aliran fluida
dan putaran yang dihasilkan
sudu turbin Pelton.
2. Kecepatan aliran fluida disini
diketahui bahwa semakin
besar diameter nozzle yang
digunakan, maka semakin
kecil kecepatan aliran fluida
yang dihasilkan karena dalam
pengambilan data disini
menggunakan nozzle ukuran
7 dan 9 mm.
3. Dalam menghitung laju aliran
massa fluida , digunakan
ketentuan berdasarkan data
massa jenis zat cair, yaitu
(ρair) 1000 kg/m3. Semakin
besar diameter nozzle yang
digunakan maka semakin
besar pula hasil dari laju
aliran massa fluida yang
didapat dikarenakan tekanan
oleh
pompa
dapat
dikeluarkan
dengan
maksimal, hasil disini didapat
laju aliran massa terbesar
yaitu pada bukaan katup 650
dengan menggunakan kedua
buah nozzle yaitu nozzle 7
dan 9 menghasilkan 0,01054
kg/s.
4. Untuk perhitungan bilangan
Reynold, hasil yang diperoleh
pada nozzle 7 adalah aliran
Laminer serta pada nozzle 9
bilangan Reynold yang di
dapat cenderung Transisi,
karena hasil rata-rata yang
didapat
adalah
2157.
Sedangakan
untuk
menggunakan kedua buah
nozzle yaitu nozzle 7 dan 9
aliran yang didapat adalah
Turbulen karena besarnya
diameter
nozzle
sangat
berpengaruh terhadap laju
aliran fluida dan putaran sudu
turbin Pelton yang dihasilkan.
5. Yang terakhir, daya listrik
yang
dihasilkan
oleh
alternator yang diputakan
oleh sudu turbin Pelton disini
diperoleh
untuk
menggunakan nozzle 7 pada
bukaan maksimal 900 dan
arus listrik yang dihasilkan
sebesar 1,62 watt. Untuk
daya listrik yang dihasilkan
pada nozzle 9 sama juga pada
bukaan katup 900 yang
menghasilkan 2,54 watt. Lain
hal nya untuk menggunakan
kedua buah nozzle, hasil yang
diperoleh malah terjadi pada
bukaan katup 650, dengan
menghasilkan
daya
maksimum sebesar 3,53 watt.
Untuk pengambilan data ini,
bukaan katup, pemlihan
diameter nozzle, diameter
sudu dan kekuatan pompa
yang mengalirkan fluida
sangat berpengaruh terhadap
hasil yang di dapat.
5.2
Saran
Saran yang dapat diberikan
pada tugas akhir ini agar lebih
sempurnanya penelitian selanjutnya
antara lain :
1. Pengukuran tekanan pada
masukkan
nozzle
perlu
dilakukan agar tekanan air
yang keluar melalui nozzle
dapat diketahui dan dihitung
besarannya.
2. Daya listrik yang dihasilkan
masih terlalu kecil, dan
diperlukan
penggantian
alternator yang lebih kecil
agar putaran yang dihasilkan
semakin besar dan dapat
menghasilkan daya listrik
yang besar pula.
3. Berat sudu turbin pelton perlu
diperberat
agar
dapat
menghasilakan
momen
putaran yang lebih besar agar
dapat membantu putaran
alternator.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Fritz Dietzel, Dakso Sriyono,
Turbin Pompa dan
Kompresor,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006
[2].
M. White Frank, Mekanika
Fluida Edisi Kedua Jilid 1, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1986.
[3]. Pudjanarso,
Astu
dan
Nursuhud D,
Mesin
Konversi
Energi, Edisi Revisi, Yogyakarta :
Andi, 2008.
[4]. Reuben M. Olso, Steven j.
Wraight. Essentials of Engineering
Fluid Mechanics. Harper & Row
Publisher , inc, 1990
[5]. Eugene C. Lister, Mesin dan
Rangkaian
Listrik,
Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1993
[6]. M.M. Dandekar dan K.N.
Sharma,
Pembangkit
Listrik
Tenaga Air, Penerbit Universitas
Gunadarma
[7].
Firmanzah
M,
Analisis
Distribusi Tekanan
pada Nozel
Turbin Pelton Berskala
Mikro
dengan Menggunakan Perangkat
Lunak Solidwrks, Jurusan Teknik
Mesin, Universitas Gunadarma, 2012
[8].
Wicaksono R.H, Rancang
Bangun Turbin Pelton Menggunakan
Mesin Jet Pump, Jurusan Teknik
Mesin, Universitas Gunadarma,2012
[9].
Yusuf R, Pengaruh Ukuran
Dan Jarak Nozzle Pada Putaran
Sudu Terhadap Daya Listrik Turbin
Pelton, Jurusan Teknik Mesin,
Universitas Gunadarma, 2012
[10]. Situs
Internet
:
http://en.wikipedia.org/wiki/francis_t
urbine ( Diakses pada tanggal 0208-2012)
[11]. Situs
Internet
:
http://home.carolina.rr.com/microhy
dro ( Diakses pada tanggal 21-082012)
[12]. Situs
Internet
:
http://europa.eu.int/en/comm/dg17/h
ydro/layman2.pdf ( Diakses pada
tanggal 05-09-2012)
Download