Sabtu, 16 Juli 2011

advertisement
Sabtu, 16 Juli 2011
Anestesi Geriatri
SISTEM PERNAPASAN





Penurunan elastisitas jaringan paru, menyebabkan distensi alveoli berlebihan yang
berakibat mengurangi permukaan alveolar, sehingga menurunkan efisiensi pertukaran
gas.
Ventilasi masker lebih sulit.
Arthritis sendi temporomandibular atau tulang belakang servikal mempersulit intubasi.
Tidak adanya gigi, sering mempermudah visualisasi pita suara selama laringoskopi.
Penurunan progresif refleks protektif laring dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.
FUNGSI METABOLIK DAN ENDOKRIN



Konsumsi oksigen basal dan maksimal menurun.
Produksi panas menurun, kehilangan panas meningkat, dan pusat pengatur temperatur
hipotalamik mungkin kembali ke tingkat yang lebih rendah.
Peningkatan resistensi insulin menyebabkan penurunan progresif terhadap kemampuan
menangani asupan glukosa.
FUNGSI GINJAL




Aliran darah ginjal dan massa ginjal menurun. (massa korteks diganti oleh lemak dan
jaringan fibrotik). Laju filtrasi glomerulus dan bersihan kreatinin (creatinin clearance)
menurun
Gangguan penanganan natrium, kemampuan konsentrasi, dan kapasitas pengenceran
memberi kecenderungan pasien usia lanjut untuk mengalami dehidrasi atau overload
cairan.
Fungsi ginjal menurun, mempengaruhi kemampuan ginjal untuk mengekskresikan obat.
Penurunan kemampuan ginjal untuk menangani air dan elektrolit membuat
penatalaksanaan cairan yang tepat menjadi lebih sulit; pasien usia tua lebih cenderung
untuk mengalami hipokalemia dan hiperkalmeia. Hal ini diperparah oleh penggunaan
diuretik yang sering pada populasi usia lanjut.
FUNGSI GASTROINTESTINAL




Berkurangnya massa hati berhubungan dengan penurunan aliran darah hepatik,
menyebabkan Fungsi hepatik juga menurun sebanding dengan penu-runan massa hati.
Biotransformasi dan produksi albumin menurun.
Kadar kolinesterase plasma berkurang.
Ph lambung cenderung meningkat, sementara pengosongan lambung memanjang.
SISTEM SARAF






Aliran darah serebral dan massa otak menurun sebanding dengan kehilangan jaringan
saraf. Autoregulasi aliran darah serebral tetap terjaga.
Aktifitas fisik tampaknya mempunyai pengaruh yang positif terhadap terjaganya fungsi
kognitif.
Degenerasi sel saraf perifer menyebabkan kecepatan konduksi memanjang dan atrofi otot
skelet.
Penuaan dihubungkan dengan peningkatan ambang rangsang hampir semua rangsang
sensoris misalnya, raba, sensasi suhu, proprioseptif, pende-ngaran dan penglihatan.
Volume anestetik epidural yang diberikan cenderung mengakibatkan penyebaran yang
lebih luas ke arah kranial, tetapi dengan durasi analgesia dan blok motoris yang singkat.
Sebaliknya, lama kerja yang lebih panjang dapat diharapkan dari anestetik spinal.
Pasien usia lanjut sering kali memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih secara
sempurna dari efek SSP anestetik umum, terutama jika mereka mengalami kebingungan
atau disorientasi preoperatif.
MUSKULOSKELETAL




Massa otot berkurang. Pada tingkat mikroskopik, neuromuskuler junction menebal.
Kulit mengalami atrofi akibat penuaan dan mudah mengalami trauma akibat pita
berperekat, bantalan elektrokauter, dan elektroda elektrokardiografi.
Vena seringkali lemah dan mudah ruptur pada infus intravena.
Sendi yang mengalami arthritis dapat mengganggu pemberian posisi (misalnya, litotomi)
atau anestesi regional (misalnya, blok subarakhnoid).
PERUBAHAN FARMAKOLOGI TERKAIT UMUR



Distribusi dan eliminasi juga dipengaruhi oleh terganggunya ikatan protein plasma.
Albumin yang cenderung berikatan dengan obat yang bersifat asam (misalnya barbiturat,
benzodiazepin, agonis opioid), menurun. α1-asam glikoprotein, yang berikatan dengan
obat yang bersifat basa (misalnya, anestetik lokal), meningkat.
Perubahan farmakodinamik utama adalah penurunan kebutuhan anestetik, ditunjukkan
oleh MAC yang rendah. Titrasi hati-hati bahan anestetik mem- bantu menghindari efek
samping dan durasi yang panjang; bahan kerja singkat seperti propofol, desflurane,
remifentanil, dan suksinilkolin sangat berguna pada pasien usia lanjut.
Obat yang secara bermakna tidak tergantung pada fungsi hepatik dan ginjal atau aliran
darah, seperti mivacurium, atracurium, dan cistracurim dapat berguna.
ANESTETIK INHALASI


MAC untuk agen inhalasi berkurang sekitar 4% per dekade umur setelah usia 40 tahun.
Sebagai contoh, MAC halotan pada usia 80 tahun diharapkan menjadi 0,65 (0,77-[0,77 x
4% x 4]).
Onset kerja menjadi lebih cepat jika curah jantung berkurang, tetapi akan lebih lambat
jika terdapat gangguan ventilasi/perfusi yang signifikan.


Efek depresan miokardial dari anestetik gas bertambah pada pasien usia lanjut, sementara
kecenderungan takikardi dari isofluran dan desfluran mele- mah. Berlawanan dengan
efeknya pada pasien yang lebih muda, isofluran mengurangi curah jantung dan denyut
jantung pada pasien usia lanjut.
Pemulihan dari anestesi yang menggunakan anestetik gas kemungkinan memanjang
sebab peningkatan volume distribusi (peningkatan lemak tubuh), penurunan fungsi
hepatik (penurunan metabolisme halotan) dan penurunan pertukaran gas paru.
BAHAN ANESTETIK NON VOLATILE


Pasien usia lanjut menunjukkan kebutuhan dosis barbiturat, opioid agonis, dan
benzodiazepin yang lebih rendah. Sebagai contoh, umur 80 membutuhkan kurang dari
setengah dosis induksi tiopental dibandingkan dengan kebutuhan pada umur 20-an.
Benzodiazepin cenderung berakumulasi dalam penyimpanan lemak, volume distribusinya
lebih besar pada pasien usia lanjut sehingga eliminasi dari tubuh juga lambat. Waktu
paruh lebih dari 36 jam dapat menyebabkan kebingungan selama beberapa hari setelah
pemberian diazepam.
PELUMPUH OTOT




Penurunan curah jantung dan aliran darah otot yang lambat dapat menyebabkan
pemanjangan onset blokade neuromuskuler sampai 2 kali lipat pada pasien usia lanjut.
Pemulihan dari pelumpuh otot nondepolarisasi yang tergantung pada ekskresi ginjal
(misalnya, metokurin, pankuronium, doksakurium, tubokurarin) mungkin tertunda akibat
menurunnya bersihan obat.
Demikian juga, penurunan ekskresi hepatik akibat kehilangan massa hati memperpanjang
waktu paruh eliminasi dan lama kerja rokuronium dan vekuronium.
Pria usia lanjut dapat menunjukkan sedikit pemanjangan efek suksinilkolin akibat kadar
kolinesterase plasma mereka yang rendah.
REFERENSI
G. Edward Morgan, Clinical Anastesiologi, 4 th ed, Chapter 45.
http://ivan-atjeh.blogspot.com/2011/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Download