MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI KOMUNIKASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Fakultas Program Studi FIKOM MARCOM & ADVERTISING Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Abstract Kompetensi Modul ini berisi materi mengenai Komunikasi dan perubahan sosial, dikaji dalam beberapa bagian, antara lain: pengertian perubahan sosial, modernisasi, kaitan perubahan sosial dan komunikasi. Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan proses komunikasi massa dan perubahan sosial. Pembahasan Pengertian Perubahan Sosial Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta sema unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial yang baru. Menurut salah satu ahli sosial, Gillin dan Gillin menyatakan, perubahan sosial dapat diartikan sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk dan ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Samuel Koenig dalam Man and Society (1957) mengatakan, secara singkat perubahan sosial menunjuk pada modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi itu terjadi karena sebab-sebab intern dan sebab-sebab extern. Definisi lain adalah dari pakah sosiologi terkemuka Indonesia, Selo Soemardjan. Selo mendefinisikan perubahan sosial sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilainilai, sikap dan pola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soekanto, 1991:337) Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam melakukan perubahan sosial (social change). Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan. Namun begitu, komunikasi juga tak akan lepas dari konteks sosialnya. Artinya ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, pola, norma, pranata masyarakatnya. Jadi keduanya saling mempengaruhi dan saling melengkapi, seperti halnya hubungan antara manusia dengan masyarakat. Little john (1999), menjelaskan hal ini dalam genre interactionist theories. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa memahami kehidupan sosial sebagai proses interaksi. Komunikasi (interaksi) merupakan sarana kita belajar berperilaku. Komunikasi merupakan perekat masyarakat. Masyarakat tidakakan ada tanpa komunikasi. Struktur sosial-struktur sosial diciptakan dan ditopang melalui interaksi. Bahasa yang dipakai 2016 2 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dalam komunikasi adalah untuk menciptakan struktur-struktur sosial.Hubungan antara perubahan sosial dengan komunikasi (atau media komunikasi) pernah diamati oleh Goran Hedebro (dalam Nurudin, 2004) sebagai berikut. : Teori komunikasi mengandung makna pertukaran pesan. Tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa komunikasi hadir pada semua upaya bertujuan membawa ke arah perubahan. Meskipun dikatakan bahwa komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satu-satunya alat dalam membawa perubahan sosial. Dengan kata lain, komunikasi hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat. Media yang digunakan dalam komunikasi berperan melegitimasi bangunan sosial yang ada. Ia adalah pembentuk kesadaran yang pada akhirnya menentukan persepsi orang terhadap dunia dan masyarakat tempat mereka hidup. Komunikasi adalah alat yang luar biasa guna mengawasi salah satu kekuatan penting masyarakat; konsepsi mental yang membentuk wawasan orang mengenai kehidupan. Dengan kata lain, mereka yang berada dalam posisi mengawasi media, dapat menggerakkan pengaruh yang menentukan menuju arah perubahan sosial. Pengertian Dan Konsep Publik Sphere Konsep Public Sphere digagas oleh seorang pemikir sosial yaitu Jurgen Habermas. Menurut Habermas, Public Sphere dikonsepsionalisasikan sebagai suatu realitas kehidupan sosial di dalam mana terdapat suatu proses pertukaran informasi dan berbagai pandangan berkenaan dengan pokok persoalan yang tengah menjadi perhatian umum sehingga dalam proses tadi terciptalah pendapat umum. Dengan dihasilkannya pendapat umum maka pada gilirannya akan membentuk kebijakan negara dan pada akhirnya akan membentuk suatu tatanan masyarakat secara keseluruhan. Adanya Public Sphere menyaratkan keaktifan dari warga masyarakat memanfaatkan hak-haknya untuk ikut berpikir terlibat di dalam suatu wacana yang sedang hangat pada hari suatu saat tertentu, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan politik. Dalam perkembangan masyarakat yang makin besar maka proses terbentuknya wacana menuju opini public tadi lalu diantarai oleh media massa. 2016 3 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gagasan Habermas di atas memang bisa dibilang sebuah cita-cita ideal dalam konteks historis masa itu yang kalau kita bandingkan dengan konteks zaman sekarang tentunya prosesnya tidak sesederhana itu. Pemikiran Habermas itu bisa kita pahami dalam dua perspektif. Pertama, Habermas mencoba menggambarkan munculnya ruang publik di kalangan calon kaum borjuis dalam spirit kapitalisme liberal di abad 18.Kategori Public Sphere semacam ini dapat ditemui dalam realitas sejarah masyarakat Inggris, Perancis dan Jerman.Pada masa sebelum itu, memang bisa dikatakan tidak ada ruang sosial yang layak disebut “public” sebagai lawan dari “private”. Dengan berkembangnya konsep negara kebangsaan, lembaga perwakilan, perekonomian,dan tidak ketinggalan lahirnya media cetak maka mulailah berkembang akar kemunculan Public Sphere di masyarakat tertentu di Eropa Barat. Dalam Public Sphere ini terdapat kelompok –kelompok sosial tertentu atas dasar pendidikan, kelas kepemilikan ( biasanya pada kalangan pria ) dan berproses melalui berbagai media seperti Jurnal, pamflet, dan surat kabar termasuk di dalam lingkungan tertentu seperti bar, coffee house dan berbagai club. Pertukaran informasi aktual, yang berlangsung terus menerus dalam sebuah diskusi dan seringkali dihangatkan dengan perdebatan merupakan gejala baru yang menurut Habermas amatlah berarti. Kedua, konsep Public Sphere memasuki warna baru dengan mulai memudarnya kelompok borjuis dalam konteks masyarakat industri yang makin maju dan munculnya demokrasi massa. Dengan adanya demokrasi massa, public yang semula diwakili oleh kalangan elite terpelajar terbatas mulai dimasuki oleh masyarakat kebanyakan yang tidak begitu berpendidikan. Sementara negara, dalam kepentingannya untuk mengendalikan pertentangan kapital menjadi makin intervensionis.Batas antara wilayah publik dan private , baik dalam pengertian ekonomi politik maupun budaya makin tipis. Organisasi besar dan kelompok kepentingan menjadi partner politik kunci bagi negara , menghasilkan bentuk politik feodal baru yang makin menggantikan peran-peran yang semula dilakoni masyarakat. Berkembangnya karakteristik kepemilikan media massa, khususnya tatkala kekuatan komersial mengubah fungsi komunikasi publik menjadi Public Relation dan makin menguatnya periklanan dan hiburan, maka fungsi kritis media massa makin terkikis. Publik lalu terkotak-kotak sedemikian rupa, sehingga kehilangan daya ikatnya. Kisah memudarnya Public Sphere masih merupakan isu yang hangat hingga kini, tentu saja dengan modifikasi versi olah kalangan pemerhati dan peneliti.Bahkan kemudian ada yang mempertanyakan akan manfaat konsep Public Sphere. Meski demikian konsep ini tetap sesuatu yang berharga guna memahami proses sosial di mana media massa menjadi salah satu kekuatan dalam konstelasi kekuatan-kekuatan yang menentukan dalam masyarakat. 2016 4 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Public Sphere dalam pengertian politik berarti menyediakan sebuah ruang – berupa wacana, lembaga-lembaga, suatu ruang topografik – di mana orang dalam perannya sebagai warga memiliki akses masuk di dalam sebuah dialog kemasyarakatan yang sedang mempersoalkan sesuatu demi kepentingan umum, atau dengan kata lain akses menuju dunia politik dalam pengertian yang luas.Ruang yang demikian ini, dengan kondisi komunikasi tertentu yang mewarnainya, menjadi sesuatu hal yang penting dalam demokrasi. Fungsi Public Sphere dengan demikian adalah memenuhi persyaratan komunikasi tertentu sabagai variabel terbentuknya demokrasi. Pemikiran intelektual Habermas berakar dari mazhab Frankfurt dan tesisnya mengenai Public Sphere menjadi inspirasi bagi riset media kritis. Akan tetapi menurut Peters(1993), dasar pemahaman Habermas tentang demokrasi dan Public Sphere tidaklah murni dikendalikan oleh tradisi liberal Anglo- American dengan ide dasarnya tentang “market – place of ideas” Dalam diskursus liberal ( yang klasik dan bukan neo-liberal) tentang media dan demokrasi biasanya tidak menggunakan istilah Public Sphere. Gagasan Habermas tentang Public Sphere tak sepi dari kritikan, menurut Garnham( 1992), Peters(1993), dan Fraser ( 1992) secara umum tercatat empat dimensi yang menjadi sasaran pertanyaan dan kritik yakni : Media institutions, media representation, struktur sosial dan interaksi sosiokultural. Pemisahan ini hanyalah kepentingan memudahkan analisis karena sebenarnya keempatnya saling terkait dan tak terpisahkan. Dimensi institusi berkenaan dengan organisasi, pendanaan, regulasi. Dimensi representasi berkaitan dengan cakupan jurnalistik. Kedua dimensi ini lebih banyak mendapat perhatian. Sementara dimensi struktur sosial lebih berhubungan dengan cakrawala yang lebih luas di mana di dalamnya terdapat faktor-faktor pembentuk Public Sphere. Sedangkan dimensi interaksi sosiokultural melihat serbaneka masyarakat pembentuk Public Sphere dan kurang memusatkan pada media massa. Faktor –faktor dalam dimensi struktur sosial di antaranya berkaitan dengan ekologi politik dari media, menyusun batas-batas dari institusi media dan profil organisasi demikian juga sifat-sifat dari informasi dan bentuk-bentuk representasi yang memungkinkan diartikulasikan. Dimensi struktur sosial ini tentu saja akan berdampak pada pola interaksi sosiokultural. Dengan demikian struktur sosial secara kompleks membentuk seperangkat kondisi bagi Public Sphere yang bisa juga diisi oleh ketiga dimensi yang lainnya.Dimensi struktur sosial tentu saja menjadi dimensi yang paling sulit diraih sehingga bagi sebagian kalangan ahli 2016 5 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dimensi ini sebaiknya diabaikan saja jika kita tidak ingin kehilangan fokus soal Public Sphere.Meski, perannya tidak bisa kita anggap remeh. Satu hal yang patut dicatat dalam telaah mengenai Public Sphere ini adalah bahwa dalam masyarakat yang cenderung lemah demokrasinya dan struktur masyarakatnya sangat tidak egaliter tidak akan memberi kesempatan bagi terciptanya Public Sphere. Konsep Publik Sphere Dalam Lingkup Media Masa Dan Contoh Kasus. Jurgen Habermas mengidamkan adanya sebuah situasi di mana munculnya sebuah public sphere (ruang publik), dimana komunikasi dilakukan dalam wilayah sosial yang bebas dari sensor dan dominasi. Dalam esainya, The Public Sphere, Habermas melihat perkembangan wilayah sosial macam itu dalam sejarah masyarakat modern. Wilayah itu disebutnya “dunia publik” (public sphere). Semua wilayah kehidupan sosial kita yang memungkinkan kita untuk membentuk opini publik dapat disebut dunia publik. Semua warga masyarakat pada prinsipnya boleh memasuki dunia macam itu. Mereka sebetulnya aalah orang-orang privat, bukan orang dengan kepentingan bisnis atau profesional, bukan pejabat atau politikus, tetapi percakapan mereka membentuk suatu publik, sebab bukan soal-soal pribadi mereka yang dipercakapkan, melainkan soal-soal kepentingan umum yang dibicarakan tanpa paksaan. Baru dalam situasi ini orang-orang privat ini berlaku sebagai publik, sebab mereka memiliki jaminan untuk berkumpul dan berserikat secara bebas dan menyatakan serta mengumumkan opini-opini mereka secara bebas (Hardiman, 1993: 128-129). Menurut Peter Dahlgren (2002) dalam tatanan masyarakat modern yang tidak memungkinkan untuk munculnya keterwakilan masyarakat dalam pembicaraan komunikasi politik kecuali dalam jumlah yang relatif kecil, maka media massa pada akhirnya diharapkan menjadi institusi public sphere. Jika dahulu Habermas mencontohkan praktek konkret public sphere dapat kita lihat di coffee house, maka kemunculan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi, maka peran mereka menurut John Hartley (1992) telah tergantikan oleh media massa. Namun, pesoalan yang sampai sekarang belum terselesaikan adalah bagaimana menumbuhkan public sphere macam itu, sementara yang namanya dominasi selalu ada di dalam ruang-ruang sosial dan kehidupan masyarakat itu sendiri. 2016 6 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bahkan jika kita berbicara tentang media massa, banyak pula dibicarakan adanya kemungkinan-kemungkinan untuk menumbuhkan public sphere di dalam media massa. Media massa diidamkan untuk menjadi ruang bagi publik untuk menyampaikan segala macam gagasan, pemikiran, secara bebas untuk kemudian menjadi opini publik itu sendiri. Permasalahan yang terjadi adalah ternyata kemungkinan-kemungkinan untuk menciptakan public sphere di dalam media massa adalah sesuatu yang teramat sulit jika tidak mau dikatakan mustahil. Sejumlah asumsi yang mendasari sulitnya mengharapkan kemunculan publis sphere di dalam media massa antara lain adalah masalah akses. Bahwa tidak semua anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki akses terhadap media massa itu sendiri. Media massa cenderung melakukan seleksi terhadap siapa-siapa yang berhak atau boleh memiliki akses terhadap media tersebut. Ruang yang terbatas di dalam media massa juga seringkali dijadikan dalih bagi media massa untuk tidak menyediakan ruangan bagi dunia publik. Ruangan yang dimiliki oleh media massa mayoritas sudah dikavling oleh program-program media itu sendiri, bahkan seringkali ruangan tersebut telah dipesan oleh para pengiklan. Jadi tidak tersisa lagi bagi ruang publik. Ruangan-ruang media massa selalu penuh oleh program-program yang berisikan kepentingan para pemilik media, pemodal, politisi, dan pengiklan. Bagi siapa-siapa yang memiliki kapital, maka dia memiliki akses yang lebih luas terhadap media massa dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki kapital tersebut. Habermas (1997: 141-250) sendiri kemudian sempat mengutarakan tentang terjadinya degradasi public sphere yang salah satunya disebabkan justru oleh praktek media massa, dan juga ditambah dengan budaya konsumtif. Media massa dianggap bereperan dalam mengubah masyarakat menjadi masyarakat yang konsumtif, dan bukan lagi masyarakat yang logis. Budaya konsumtif telah mengarahkan masyarakt untuk lebih peduli terhadap konsumerisme daripada politik. Hal ini juga yang menyebabkan masyarakat seakan makin memberikan tempat bagi kapitalisme untuk ‘menguasai’ praktek media massa. Media massa menjadi tempat untuk iklan dan promosi barang-barang, daripada tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi politik yang penting. 2016 7 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Contoh kasus yang paling baru dalam konsep publik sphere baru-baru ini di Indonesia berkaitan dengan situasi politik dalam negri, mulai dari terbukanya sidang gugatan pemilihan presiden tahun 2014 di MK, serta sidang yang dilaksanakan oleh DPR/DPRD saat menentukan ketuanya. Meski beberapa pihak membatasi konsep publik sphere di media massa dengan kekuatan politiknya, masyarakat mulai dapat menggunakan ruang publik tersendiri seperti social media twitter, serta diskusi-diskusi terbuka yang dilakukan oleh beberapa stasiun televisi swasta lainnya yang tidak membatasi konsep publik sphere di media massa. MODERNISASI Modernisasi menunjukkan kepada satu tipe perubahan sosial yang berasal dari revolusi industri di Inggris (1760-1830) dan dari revolusi politik di Perancis (1789-1794). Ditinjau dari sudut pandangan masyarakat industri di Barat, orang dapat membuat daftar ciri-ciri satu masyarakat yang modern, tetapi tidaklah mutlak diperlukan bagi modernisasi. Proses modernisasi tidaklah seragam atau universal, oleh karena dobrakan ekonomi dan politik yang terjadi di Inggris dan Perancis pada akhir abad kedelapan belas telah menempatkan setiap Negara lainya di dunia pada kedudukan yang relatif terbelakang. Dalam perspektif ini, perubahan berlangsung lambat, berangsur-angsur dan terus-menerus serta merupakan sesuatu yang perlu perencanaan dan pemikiran bagi masyarakat yang sedang berubah. Setiap struktur sosial mempunyai corak diferensiasi dalam (internal differentiation) dan suasana luar (external setting), perubahan dalam satu sektor tidak dapat terjadi tanpa menimbulkan reperkusi di sektor lainnya, dan ini mempunyai relevansi yang khusus dalam studi tentang modernisasi. Struktur social adalah suatu tatanan hierarki dari hubunganhubungan social dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) di dalam posisi social tertentu bedasarkan suatu system nilai dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu (Salim, 2002). Struktur social pada dasarnya tidak sekedar perubahan struktur, melainkan terjadi perubahan kemasyarakatan (social change). Dalam struktur sosial dikenal status dan peran (Sunarto,2004). Perubahan yang terjadi mencakup perubahan struktur ekonomi, perubahan struktur sosial, perubahan struktur ideologi, perubahan struktur kultural/ struktur ideologi yang merupakan refleksi dari dua struktur sebelumnya yang berjalan lambat.Karena bangunan ideologi selalu 2016 8 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berada di atas, tergantung pada dinamika yang bersifat struktural yang digerakkan oleh unsur ekonomi yang bersifat materialistis. Setiap stuktur sosial memiliki ciri-ciri kekal yang bisa membantu atau menghambat modernisasi masyarakatnya. Dengan memperhatikan hal tersebut perlu ditelaah lebih lanjut mengenai masalah modernisasi. Sejauh manakah peran komunikasi dalam modernisasi ? PENGERTIAN MODERNISASI Menurut Weiner dalam Sayogyo (1985) mengatakan bahwa para ahli eko-nomi memandang modernisasi terutama dalam pengertian “penerapan tehno-logi” oleh manusia untuk menguasai sumber-sumber alam demi mencip-takan peningkatan nyata dalam pertumbuhan hasil penduduk perkapita. Para ahli sosiologi dan antropologi sosial terutama berurusan dengan “proses diffe-rensiasi” yang menandai semua masyarakat modern. Dalam hal ini mereka mengamati bermacam-macam differensiasi yang terjadi di tengah-tengah pel-bagai tatanan/struktur masyarakat, begitu pekerjaan baru muncul, begitu lem-baga pendidikan yang rumit dan baru berkembang serta berbagai jenis komu-nitas baru tampil. Kalangan sarjana politik membahas serangkaian hal-hal yang menghambat dalam modernisasi tetapi memusatkan perhatian terutama pada masalah “pembinaan negara dan pemerintahan“ begitu modernisasi berlang-sung. Menurut Smelser dalam Suwarsono (2006) mengatakan bahwa Modernisasi selalu melibatkan differensiasi struktural. Ini terjadi karena dengan proses mo-dernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan satu fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Setelah adanya differensiasi struktural, pelaksanaan fungsi akan dapat dijalankan secara lebih efisien. Menurut Tjondronegoro dalam Sayogyo (1985) mengelompokkan tiga pengertian modernisasi yaitu a). Modernisasi diartikan sebagai westernisasi b). Pembangunan disamakan dengan modernisasi c). Pembangunan adalah peru-bahan susunan dan pola masyarakat. Menurut Coleman dalam Suwarsono (2006) mengatakan bahwa Modernisasi harus dilihat sebagai pembangunan politik yang berkeadilan. 2016 9 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut Koentjaraningrat (2002) mengatakan bahwa Modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang. Untuk orang Indonesia hal ini berarti merubah berbagai sifat dalam mentalitasnya yang tak cocok dengan kehidupan zaman sekarang. Menurut Rostow dalam Suwarsono (2006) mengatakan bahwa Modernisasi menyangkut pertumbuhan ekonomi, yaitu mulai dari tahap masyarakat tradisional dan berakhir pada tahap masyarakat dengan konsumsi masa tinggi. Menurut H.Lauer, Robert (1993) Modernisasi bagi negara terbelakang ini lebih bertujuan untuk mengejar pemenuhan kebutuhan pokok dan kemer-dekaan ketimbang Amerikanisasi atau Westernisasi, modernisasi merupakan proses bertahap, yang jelas baik modernisasi maupun industrialisasi menyang-kut unsur penting pertumbuhan ekonomi. MODERNISASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Menurut Jahi, Amri (1988) menyebutkan bahwa teori pembangunan yang sejak akhir dasawarsa 1940 dianggap dominan ialah teori modernisasi. Teori ini menyatakan bahwa pembangunan terdiri atas beberapa tahap yang berurutan, yang satu tahap mengarah kepada tahap berikutnya yang lebih tinggi. Evolusi perkembangan ekonomi dilihat sebagai sebuah pesawat udara yang akan terbang. Dalam sebuah bukunya yang terkenal, Rostow (1960) menguraikan bahwa pada suatu tahap yang lebih lanjut, pembangunan akan mengikuti suatu proses yang disebutnya sebagai tinggal landas (take-off). Dalam hubungan ini untuk mencapai tahap industrialisasi seperti yang ada di Barat, sebuah Negara yang sedang berkembang harus melalui beberapa tahap pembangunan dalam suatu kurun waktu tertentu. Menurut H.Lauer, Robert (1993) mengatakan bahwa kita akan mengacu pada industrialisasi sebagai pertumbuhan ekonomi yang terjadi melalui penerapan tehnologi terhadap perkembangan industri, dan mengacu pada modernisasi sebagai proses umum yang menyangkut pertumbuhan ekonomi bersama-sama dengan perkembangan sosial dan kebudayaan. Sejumlah ahli telah berupaya menetapkan tingkat-tingkat perkembangan ekonomi dan industri. Rostow (1960) dalam Arsyad (2004) menetapkan 5 tingkat pertumbuhan ekonomi. Masing-masing adalah 2016 10 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id : Masyarakat Tradisional Tahap Prasyarat tinggal landas Tahap Tinggal landas Tahap menuju kedewasaan; dan Tahap konsumsi tinggi Sebagai garis umum perkembangan ekonomi yang berkaitan erat dengan industrialisasi, tingkat-tingkat pertumbuhan yang dikemukakan Rostow dapat diterapkan pada sejumlah Negara, meskipun tidak seluruhnya. Industrialisasi bukanlah pola perubahan ekonomi dan teknologi semata, tetapi juga meru-pakan pola perubahan sosial dan kultural. MODERNISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Menurut Bendix dalam Lauer (1993) bahwa Modernisasi sebagai seluruh perubahan sosial dan politik yang menyertai industrialisasi di kebanyakan Negara yang menganut peradaban Barat. Lerner (1958) dalam Jahi (1988) menyatakan bahwa cara masyarakat tradisional di Asia Barat menerima cara hidup Barat secara bertahap. Ia melihat empati atau kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan dirinya dengan dengan situasi orang lain dan tingkat penggunaan media massa yang tinggi sebagai karakteristik individu yang modern. Di samping itu Lerner juga me-nunjukan adanya “peningkatan harapan” sebagai akibat dari pengaruh tekanan media massa pada sifat-sifat kemoderenan. Modernisasi mengacu pada perkembangan sosial dan kebudayaan yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu bertahap, meliputi periode yang sangat panjang. Inovasi tidak hanya membu-tuhkan teknologi ekonomi tetapi juga teknologi sosial. Proses perubahan ini ber-kaitan erat dengan individu kreatif. 2016 11 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut Hagen dalam Lauer (1993) bahwa pertumbuhan ekonomi takkan terjadi tanpa perkembangan kreativitas dalam kepribadian : “… perubahan sosial takkan terjadi tanpa perubahan dalm kepribadian. Selanjutnya dikata-kan bahwa kepribadian tersebut dilihat dari sudut kebutuhan, nilai-nilai, dan unsur-unsur kognitif pandangan duniawi, bersama-sama dengan tingkat in-telejensia dan energi. Kebutuhan yang menjadi satu dimensi penting dari kepribadian dapat digolongkan menurut apakah kebutuhan itu digerakkan, agresif, pasif, atau dipelihara. Kebutuhan yang digerakkan termasuk kebutuhan untuk berprestasi, untuk mencapai otonomi dan untuk memelihara tatanan. Sehingga sangatlah berperanan kreativitas kepribadian individu dan berbagai faktor psikologis yang terlihat dalam perubahan sosial untuk mendukung per-tumbuhan ekonomi. Dalam nada yang serupa McClelland (1961) dalam Jahi (1988) menunjukkan bahwa individu-individu modern memiliki suatu “orientasi kemajuan” yang dinyatakan dalam skor “ach”. Selanjutnya McClelland dalam Lauer (1993) mengatakan bahwa semangat kewiraswastaanlah yang mendorong perkem-bangan ekonomi. Tesis dasar McClelland adalah bahwa masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan untuk berprestasinya, umumnya akan menghasilkan wira-swastawan yang lebih bersemangat dan selanjutnya menghasilkan perkem-bangan ekonomi yang lebih cepat. Kebutuhan untuk berprestasi dilambangkan dengan “n achievement”. Jika motivasi untuk berprestasi tinggi dapat menerangkan pertumbuhan ekonomi, maka motivasi untuk berprestasi yang rendah dapat menerangkan kelambatan pertumbuhan ekonomi. Contohnya : mengapa Brazilia tidak mam-pu mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi, yang diperlukan untuk me-menuhi kebutuhan penduduknya yang terus membengkak itu? padahal sumber alamnya, jelas cukup tersedia. Menurut Rosen adalah karena tingkat motivasi untuk berprestasi dan sejenis nilai-nilai prestasi yang dimiliki orang Brazilia tak memadai untuk melaksanakan tugas. Jika dibandingkan dengan orang Amerika, orang Brazilia memperlihatkan tingkat motivasi berprestasi yang lebih rendah, nilai mengenai aktivismenya lebih rendah, kurang berorientasi masa depan dan penilaian atas sesuatu seperti pekerjaan dan mobilitas pisik pun lebih rendah. Menurut Inkeles dan Smith dalam Lauer (1993) menyatakan bahwa peru-bahan sikap dan nilai-nilai adalah salah satu syarat terpenting untuk ber-fungsinya secara substansial dan efektif institusi modern bangsa. Kualitas k-pribadian seperti itu mungkin berasal dari partisipasi mereka dalam cara produksi modern seperti di pabrik, sehingga pekerja pabrik 2016 12 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bekerja secara efektif dan efisien. Ciri-ciri modern berhubungan erat dengan pendidikan, keterbukaan terhadap media massa dan pengalaman kerja. Peaslee dalam Lauer (1993) menyatakan bahwa perubahan sosial diperlukan untuk tercapainya modernisasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa tiga hubung-an utama antara pendidikan dasar dan pertumbuhan ekonomi. Pertama, pendi-dikan dasar dan pertumbuhan ekonomi. Pertama, pendidikan membantu meng-hancurkan cara pandang tradisional terhadap produksi dan distribusi barang-barang. Pendidikan memberikan pandangan yang lebih luas, termasuk penge-tahuan tentang pendekatan rasional dan pengetahuan tentang ekonomi. Kedua pendidikan menyediakan masyarakat segolongan orang yang akan menunjukan cara-cara menyelenggarakan perekonomian, segolongan orang yang tidak lagi berkomunikasi atas dasar pola tradisional dari mulut ke mulut. Ketiga, syarat keuangan sistem pendidikan itu sendiri merangsang pertumbuhan ekonomi. Dari pendapat beberapa paka tersebut menunjukkan bahwa modernisasi di-dukung oleh perubahan sosial masyarakat dalam arti kreativitas kepribadian setiap orang disertai perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai untuk lebih maju. Di samping itu mayarakat seharusnya mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi untuk tercapainya modernisasi. Pendidikan dasar, tingkat pengetahuan masyarakat sangat berperanan terhadap pertumbuhan ekonomi. SYARAT MODERNISASI Syarat apa yang diperlukan untuk terjadinya modernisasi ? berdasarkan daf-tar ciri-ciri kemodernan yang dikemukakan diatas, yang mengacu padas faktor ekonomi, sosial dan psikologi-sosial dapat dikemukakan sebagai berikut : Menurut Lauer (1993) menyebutkan : beberapa ahli berpendapat bahwa nilai-nilai, perilaku dan sikap, motivasi harus dirubah dahulu untuk dapat ber-langsungnya modernisasi. Modernisasi mencakup industrialisasi, sehingga per-tumbuhan ekonomi yang berkelanjutan menurut Rostow, memerlukan tiga syarat : Pembangunan modal sosial tambahan, terutama di bidang transportasi. Pembangunan modal sosial tambahan ini selain penting untuk menciptakan pasar dalam negeri dan untuk memungkinkan pengolahan sumber alam secara produktif, juga untuk memungkinkan terselenggaranya suatu pemerintahan nasional yang efektif dan berwibawa. 2016 13 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Revolusi tehnologi di bidang pertanian Perluasan impor yang dibiayai dengan meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran sumber alam yang berlebih, bila mungkin impor modal.Faktor lain, sama pentingnya meskipun para ahli agak lebih sependapat mengenai jenis-jenis faktor non ekonomi yang diperlukan bagi pembangunan. Rostow menge-mukakan peningkatan “cakrawala harapan” di kalangan massa rakyat dan faktor politik sebagai syarat non-ekonomi yang penting bagi modernisasi. Jadi ia telah menyinggung dua kategori factor non ekonomi yakni faktor struktural dan psikologi-sosial. KOMITMEN TERHADAP MODERNISASI Menurut Lauer (1993) ada empat alasan mengapa komitmen terhadap modernisasi sukar dicapai : Rakyat dituntut meninggalkan cara-cara lama, terutama pola hubungan lama, mereka harus meninggalkan hubungan kekeluargaan tradisional dan tanggung jawab kekeluargaan tradisional. Setiap perubahan yang dapat meng-ancam hubungan antar pribadi lama, mungkin akan di tentang. Karena rakyat biasanya dituntut mengorbankan kepentingan pribadi demi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bangsa. Dengan kata lain, komitmen mereka mungkin lebih tertuju bagi kepentingan diri sendiri daripada memi-kirkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Menurut istilah ekonomi kebu-tuhan terhadap barang dan jasa berlawanan dengan kebutuhan terhadap aku-mulasi modal dan pertumbuhan. Rakyat di tuntut mengerjakan tugas-tugas yang menimbulkan ketegangan psikis. Industrialisasi memerlukan individu mengerjakan pekerjaan yang me-nuntut pengorbanan psikis sangat besar. Karena pemimpin yang menuntut rakyatnya berkorban itu kurang menun-jukkan tanda-tanda berkorban. Sementara menuntut rakyat hidup prihatin, mereka hidup mewah. Bila edit modern ingin segera mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi, apalagi rakyat kecil yang tak sabar menunggu hingga ke masa datang yang tak dapat mereka tentukan. 2016 14 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Telah dikemukakan, berbagai nilai dan sikap penting untuk mencapai modernisasi, tetapi sebagian besar nilai dan sikap ini berkaitan dengan masalah komitmen. Penerimaan ideology nasional, keinginan untuk menjadi lebih mobil, menyetujui norma-norma rasional sekuler pada hakekatnya berkaitan dengan komitmen terhadap modernisasi. PERANAN KOMUNIKASI DALAM MODERNISASI Menurut McClelland dalam Nasution, Zulkarimen (1992) analisa yang paling orisinal dan provokatif adalah komentarnya yang berhubungan langsung dengan masalah komunikasi, yakni perihal pentingnya opini pablik bagi pemba-ngunan.Dalam pembangunan ekonomi, kekuatan yang merangkum masyarakat adalah bergerak dari tradisi yang melembaga, ke opini publik yang dapat mengakomodir perubahan, dan hubungan interpersonal yang spesifik serta fungsional. Inkeles dan Smith dalam Jahi, Amri (1988) berpendapat bahwa komunikasi massa, pendidikan massa, dan industrialisasi merupakan beberapa cara sosialisasi yang paling penting.Menurut lerner (1958), Pye (1963), Schramm (1964) dalam Jahi, Amri (1988) mengatakan bahwa komunikasi pembangunan juga menggunakan “tetesan ke bawah”. Menurut model ini, informasi dan pengaruh mengalir dalam satu arah, dari pengirim ke penerima. Sifat ini menyebabkan pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan dari “atas ke bawah” , “pipa” , atau “pusat dan daerah” (Fett dan Schneider,1973; Galtung , 1971; Thiesenhusen, 1978) dalam Jahi, Amri (1988). Dari berbagai ulasan yang dikemukakan, terdapat beberapa peran komu-nikasi dalam modernisasi, yakni : Komunikasi persuasif akan mempengaruhi perubahan nilai-nilai, sikap men-tal, perilaku, kepribadian yang kreatif, motifasi untuk berprestasi yang sangat mendukung terwujudnya modernisasi. Komunikasi persuasif akan mempe-ngaruhi nilai budaya untuk berorientasi ke masa depan, sehingga setiap individu akan mempunyai motivasi untuk berkarya, berinovasi, bersikap hemat untuk menabung, disiplin, yang sangat berperan dalam modernisasi. Komunikasi persuasif akan mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proyek pembangunan maupun di luar proyek pembangunan. Misalnya : Proyek penghijauan, perbaikan jalan desa, perbaikan saluran air, dsb. 2016 15 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Komunikasi Interaktif dalam bidang pendidikan formal dan non formal sangat berperan dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk dapat ber-karya, disiplin, bertanggungjawab, berprestasi dan berkualitas merupakan factor yang sangat penting dalam modernisasi. Demikian pula komunikasi in-teraktif dalam pengasuhan di rumah tangga sangat menentukan keberhasilan generasi penerus dalam melaksanakan program-program pembangunan mi-salnya : melalui bacaan ceritera anak-anak yang berorientasi “N Ach”, yang biasanya dibaca pada waktu di luar jam sekolah. Komunikasi Interaktif yang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat perdesaan sehingga pro-gram-program pembangunan akan bermanfaat pula bagi masyarakat per-desaan, tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan pembuat kebijakan. Komunikasi melalui media massa sangat berperan dalam meningkatkan Ilmu pengetahuan dan tehnologi terhadap masyarakat untuk terwujudnya moder-nisasi. Komunikasi persuasif akan mempengaruhi para petani produsen untuk meningkatkan usaha taninya kearah agribisnis dan agrobisnis sehingga subtitusi impor meningkat, hal tersebut harus disertai pula kebijakan yang menguntungkan bagi petani sebagai perangsang untuk berproduksi, dengan demikian sangat mendukung modernisasi. Peranan komunikasi tersebut di harapkan akan menimbulkan perubahan yang menguntungkan di berbagai bidang kehidupan : demografi, system stra-tifikasi, , pendidikan, system keluarga, nilai, sikap serta kepriba-dian yang sangat penting bagi proses modernisasi di Indonesia. KIRITIK TERHADAP TEORI MODERNISASI Kritik terhadap teori modernisasi menurut Jahi, Amri (1988) adalah bahwa asumsi-asumsi yang dianut oleh model “tetesan ke bawah” ialah sebagai berikut : (1) pembuatan keputusan terjadi pada tingkat individu, (2) kegagalan terjadi karena kegagalan individu, (3) keahlian identik dengan pendidikan formal dan kemampuan melakukan riset ilmiah, (4) komunikasi satu arah, (5) bias pro-inovasi, dan (6) pendefinisian pembangunan oleh badan-badan dalam system sumber. Penelitian tentang proyek-proyek pembangunan yang dilakukan belum lama ini menunjukkan bahwa : (1) studi tentang kondisi sosial dan structural dimana individu-individu bekerja perlu dilakukan, (2) nilai pengetahuan teknis asli setempat harus dihargai, (3) peranan partisipasi dan umpan balik sangat berguna untuk mencegah hasil yang tidak diharapkan dan negatif, dan (4) redefinisi pembangunan seharusnya dilakukan oleh khalayak yang dituju dalam system pemakai. 2016 16 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Nasution, Zulkarimein (1992) bahwa teori yang dikemukakan oleh Rostow tentang pertumbuhan ekonomi ini dinilai (1) bersifat etnosentrik; yaitu membantu menjadikan pengalaman negara Barat sebagai model yang harus disamai oleh negara-negara yang sedang berkembang dengan mengabaikan keunikan dalam hal latar-belakang historis, kultural, dan lain-lain yang terdapat di negara-negara sedang berkembang. (2) telah menempatkan suatu pandangan sejarah yang unilinear yang berkaitan dengan butir pertama di atas. Para kritisi berpendapat , bukan hanya satu melainkan banyak jalan menuju ke pemba-ngunan, dan jalan yang telah ditempuh oleh negara-negara industrial bukan satusatunya jalan. (3) pendekatan ini berkonsentrasi hanya pada faktor-faktor endogen dalam pembangunan. Padahal menurut para kritisi, kita hidup dalam suatu dunia yang amat interdependen. Dengan demikian masalah yang di-hadapi oleh negara-negara di Dunia ketiga hanya dapat difahami sepenuhnya dengan melihat baik faktor-faktor endogen maupun eksogen. Bahkan sebagian besar dari faktor endogen itu, dalam pendapat para kritisi, merupakan kon-sekuensi dari faktor-faktor eksogen tadi. (4) pendekatan ini memberi tekanan yang amat besar pada individual dan menimpakan kesalahan pada pundak mereka itu tanpa secukupnya turut mempertimbangkan factor struktur sosial dimana si individu tersebut bergabung. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa pendukung pendekatan ini seringkali menuduh bahwa para petani di negara berkembang merupakan orang-orang yang terlalu tradisional, konvensional, percaya pada hal-hal yang tidak rasional, fatalistik, dan tidak memiliki ke-trampilan kewiraswastaan serta tidak termotivasi oleh etos bekerja keras. Pada kritisi berpendapat tuduhan itu bukan saja salah tempat, tapi juga sama sekali telah mengabaikan kenyataan struktur sosial yang sebenarnya akan menje-laskan dengan lebih meyakinkan penyebab dari hal-hal yang dituduhkan tadi. (5) pendekatan ini telah menguntungkan lapisan yang lebih kaya dalam ma-syarakat, dengan mengorbankan kaum miskin. Pendekatan tersebut hanya berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi tetapi tidak dipikirkan masalah pemerataan pembagunan. Pendekatan ini tampaknya membela strategi dari atas-ke-bawah, dan akibatnya sebagian besar masyarakat tidak dilibatkan da-lam proses pembuatan keputusan.Demikian kritik terhadap teori modernisasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar. MODERNISASI A. Pengertian Modernisasi Modernisasi adalah perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. 2016 17 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengertian modernisasi menurut para ahli adalah sebagai berikut : a. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah polapola ekonomis dan politis. b. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian sebagai berikut. a. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata. b. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam masyarakat. B. Ciri-ciri Modernisasi Proses menuju kehidupan masyarakat yang modern memiliki ciri atau karakter yang dibedakan atas : - Aspek sosio demografis Aspek sosio demografis atau mobilitas sosial merupakan suatu proses perubahan unsur-unsur sosial, ekonomis dan psikologis masyarakat yang mulai menunjukkan peluang ke arah pola baru melalui sosialisasi dan pola perilaku yang terwujud pada aspek kehidupan modern, misal mekanisasi, urbanisasi dan peningkatan pendapatan per kapita. - Aspek struktur organisasi sosial Aspek ini merupakan perubahan unsur-unsur dan norma kemasyarakatan yang terwujud apabila manusia mengadakan hubungan dengan sesama dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat menyangkut lembaga kemasyarakatan, norma sosial, pelapisan sosial, kekuasaan dan wewenang dan interaksi sosial. C. Syarat Modernisasi Modernisasi pada hakikatnya mancakup bidang-bidang yang sangat banyak. Syarat-syarat suatu modernisasi adalah sebagai berikut: 2016 18 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi yang baik, jauh dari KKN, serta semangat kerja yang tinggi. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu. Misalnya BPS (Badan Pusat Statistik) yang menjadi sumber data bagi pemerintah. Penciptaan iklim yang favorable (kondusif) dalam masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. Kedisiplinan yang tinggi, tetapi tidak melanggar HAM warga negara. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (social planning) D. Dampak Modernisasi 1. Dampak Positif Modernisasi Beberapa dampak positif adanya modernisasi di masyarakat antara lain memperkuat integrasi dalam masyarakat, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), kemajuan di bidang industri, meningkatkan kesadaran politik dan demokrasi, serta kemajuan di bidang transportasi. a. Memperkuat Integrasi dalam Masyarakat Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa ciri manusia yang modern di antaranya adalah memiliki sikap yang terbuka terhadap segala bentuk pengalaman dan perubahan. Dengan adanya sikap ini tentunya akan memperlancar proses komunikasi dan interaksi antarindividu dalam masyarakat. Proses interaksi yang lancar akan mempererat jalinan hubungan antarwarga dan juga akan memupuk integrasi sehingga semakin kukuh. b. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek) Kesiapan manusia modern untuk berubah dan terbuka pada hal-hal baru akan mengubah pola pikir mereka. Seperti masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang dapat membantu meringankan beban pekerjaan serta menghemat waktu dan tenaga, membuat mereka yakin bahwa dengan iptek akan meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidupnya. Di samping itu, adanya kemajuan iptek akan menumbuhkan rasa ingin tahu, ingin mempelajari lebih lanjut, dan kemudian turut menciptakan hal baru yang lainnya. Inilah yang dimiliki manusia-manusia modern dalam menyikapi kemajuan, di mana kemajuan iptek dan juga perubahan disikapi sebagai hal positif yang dapat mengembangkan diri mereka. Peningkatan teknologi dirasakan akan menopang banyak lini kehidupan. Seperti sistem pendidikan, sistem perekonomian, dan lain sebagainya. Dengan teknologi yang baru seperti fasilitas internet, dapat dimanfaatkan dalam menunjang pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah, misalnya kemudahan mengakses informasi yang berhubungan dengan tugastugas yang diberikan oleh guru secara cepat. c. Kemajuan di Bidang Industri Adanya modernisasi dapat menunjang kemajuan di bidang industri. Betapa tidak? Semua kemudahan-kemudahan, fasilitas-fasilitas teknis yang ada akan lebih mempercepat proses produksi dan distribusi barang dan jasa yang dihasilkan. Dalam proses produksi, kemajuan di bidang teknologi, terutama penambahan jumlah mesin-mesin produksi akan dapat menghasilkan barang dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat. Dalam hal ini tentunya akan berimbas pada keuntungan yang besar. d. Meningkatkan Kesadaran Politik dan Demokrasi Semakin mudahnya mengakses informasi, baik dari media cetak maupun media elektronik, maka semakin banyak pula pengetahuan politik yang didapatkan oleh masyarakat. Dengan 2016 19 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id demikian sikap kritis sebagai perwujudan kehidupan yang demokratis akan lebih mudah terbentuk. e. Kemajuan di Bidang Transportasi Saat ini, masyarakat sudah dimanjakan dengan fasilitasfasilitas transportasi yang mengedepankan kenyamanan, keterjangkauan harga, dan ketepatan waktu. Semua bidang transportasi mulai dari kendaraan bermotor seperti bus, taksi, kereta api, pesawat terbang, dan kapal laut saat ini berlomba-lomba mengembangkan dan menambah fasilitas-fasilitas baru pada armada mereka untuk melayani masyarakat. 2. Dampak Negatif Modernisasi Modernisasi tidak selamanya memberikan dampak yang positif bagi perkembangan kehidupan sosial masyarakat dalam arti mengubah masyarakat dari tradisional menjadi modern. Tidak menutup kemungkinan masyarakat yang kurang siap terhadap modernisasi akan memunculkan sikap yang menjadi dampak negatif dari modernisasi itu sendiri. Nah, tahukah kamu dampak negatif apa sajakah yang timbul akibat adanya modernisasi. Beberapa dampak negatif yang dapat muncul akibat gejala modernisasi adalah sebagai berikut. a. Kesenjangan Sosial dan Ekonomi Secara khusus, kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat akibat dari adanya modernisasi dan pembangunan dapat dilihat adanya berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat berikut ini. 1) Timbulnya kelompok-kelompok sosial tertentu, misalnya pengangguran, kelompok asongan, pedagang kaki lima, dan lain sebagainya. 2) Adanya perbedaan kelas yang didasarkan pada tinggirendahnya pendidikan yang ditempuh. 3) Terjadinya berbagai masalah sosial dalam keluarga, terutama antara orang tua dengan anak-anaknya. Hal ini karena adanya perbedaan pola pikir dan adanya kecenderungan bahwa anak-anak (generasi muda) lebih dapat menerima perubahan yang terjadi, jika dibandingkan dengan orang tua (generasi tua) yang cenderung untuk mempertahankan tradisi yang sudah ada. 4) Terjadi perubahan sosial budaya dalam masyarakat yang sulit untuk dihindarkan, kecuali warga masyarakat itu sendiri harus dapat mengantisipasinya, seperti pengaruh pergaulan bebas, minum-minuman keras, mode pakaian, gaya rambut, dan lain-lain. Selain kesenjangan sosial, modernisasi juga dapat menimbulkan terjadinya kesenjangan ekonomi. Hal ini bisa kita lihat adanya berbagai gejala di masyarakat berikut ini. 1) Timbulnya jurang yang semakin dalam antara si kaya dan si miskin. 2) Budaya konsumerisme, yang ditandai adanya sekelompok masyarakat yang selalu ingin memiliki barang baru yang ada di pasar, walaupun tidak dapat memilikinya secara tunai. 3) Kelompok masyarakat yang berhasil dalam bidang usahanya akan menjadi kaya secara mendadak. 4) Timbulnya demonstration effect, maksudnya sekelompok masyarakat yang selalu memamerkan kekayaannya. b. Pencemaran Lingkungan Alam Modernisasi di negara kita yang ditandai dengan dibangunnya berbagai industri dan pembangunan di segala bidang kehidupan telah menyebabkan atau menimbulkan permasalahan baru dalam lingkungan hidup. Kenyataan yang bisa kita lihat di masyarakat adalah bahwa pembangunan industri telah menimbulkan pencemaran sungai karena sebagian 2016 20 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id besar industri membuang limbahnya ke sungai. Selain itu juga telah mengakibatkan terjadinya pencemaran udara akibat asap pabrik. Menurut banyak ahli, masalah tata lingkungan tidak terbatas pada masalah pencemaran udara dan sungai-sungai akibat limbah industri, tetapi mencakup tata lingkungan yang semakin memburuk akibat benturan tekanan penduduk, pengem-bangan sumber alam dan energi, proses pertumbuhan ekonomi, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia akibat kegiatan pembangunan serta industrialisasi sekarang ini tidak dapat dianggap ringan. Dengan demikian, masalah ini harus mendapat prioritas dalam agenda pembangunan. c. Kriminalitas Tindakan kriminal atau kejahatan umumnya dilihat sebagai perbuatan yang bertentangan dengan norma hukum dan norma agama yang berlaku di masyarakat. Tindakan kejahatan ini biasanya menyebabkan pihak lain kehilangan harta benda, cacat tubuh, bahkan kehilangan nyawa. E. Contoh Modernisasi Di bawah ini adalah contoh kegiatan yang ditimbulkan modernisasi yang sering kita jumpai di masyarakat dalam berbagai bidang.. 1. Komunikasi Memang komunikasi adalah kebutuhan pokok yang membantu manusia untuk tetap hidup. Komunikasi selalu terjadi setiap saat kita berbisnis, menganyam pendidikan, bahkan di kegiatan sehari-hari. Selain itu, komunikasi juga merupakan suatu usaha yang diperlukan untuk membangun dan membina hubungan. Karena itulah kualitas komunikasi sangat penting untuk ditingkatkan. Tapi, bagaimana keadaan kehidupan masyarakat masa kini mengenai komunikasi? Dan bagaimana perbandingannya dengan keadaan sebelum teknologi ditemukan? Sebelumnya: Tidak ada media penghalang di mana hubungan interpersonal dilakukan secara langsung tanpa perantara. Komunikasi dipenuhi interaksi eye-contact yang menambah nilai kedekatan. Pada komunikasi jarak jauh, pesan diantarkan melalui surat yang diterima dalam waktu agak lama. Hal ini sedikit menghambat apabila hendak menyampaikan pesan darurat. Setelahnya: Teknologi memberikan berbagai ketersediaan yang mempermudah segala macam komunikasi. Kita tidak perlu lagi membutuhkan waktu untuk menerima pesan singkat. Bahkan teknologi memberikan beragam inovasi untuk mengekspresikan apapun yang kita rasakan bahkan kegiatan yang sedang kita lakukan, baik melalui post-profile, foto, atau bahkan video. Namun tanpa disadari, dunia maya telah mencuri perhatian kita dari dunia nyata hingga pada akhirnya dunia maya menghancurkan kualitas interaksi interpersonal kita. 2. Pekerjaan Semua kalangan usia pasti melakukan pekerjaan, entah itu pekerjaan sekolah maupun pekerjaan kantor. Pada zaman pra-industri, masyarakat selalu mengerjakan segala sesuatu 2016 21 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id secara tradisional dengan tenaga manusia, atau terkadang dengan bantuan tenaga hewan. Pekerjaan tanpa spesialisasi akan menyebabkan waktu yang jauh lebih lama untuk menyelesaikannya. Sementara di masa sekarang ini, semua pekerjaan serba instan dan mudah. Lalu, apakah keadaan seperti ini membuat semuanya menjadi lebih baik? Sebelumnya : Karena tidak ada teknologi dan mesin, manusia hanya mengandalkan pikiran dan tenaga yang terbatas dari kalangan internal. Pekerjaan belum mengalami tahap diferensiasi yang membagi-bagi tenaga kerja dalam spesifikasi tertentu. Kemudian, keterbatasan tenaga tiap manusia juga mengharuskan pekerjaan dilakukan banyak tenaga kerja, hasilnya terlalu banyak modal dikeluarkan untuk SDM. Setelahnya : Pekerjaan sudah mengalami diferensiasi dengan baik, dan banyaknya mesin membantu mengurangi penggunaan Sumber Daya Manusia. Setiap pegawai diberikan tugas khusus dengan deadline tertentu; alhasil hampir setiap orang yang bekerja kehilangan banyak waktu untuk menyelesaikan tugas. Hal ini terpaksa dilakukan dan harus rela mengesampingkan waktu bersama keluarga dan interaksi sesama pekerja. 3. Pendidikan Modernisasi dan globalisasi ini sangat mempengaruhi dunia pendidikan kita saat ini, baik dari sisi negatif maupun positif. Beberapa manfaat adalah teknologi yang kita gunakan sekarang ini merupakan hasil dari dunia global. Namun di samping itu, ada juga kelemahannya. Sebelumnya : Belajar masih menggunakan buku yang membuang kertas banyak dan terkadang kertas yang kita gunakan itu kemudian dibuang begitu saja. Selain itu, pendidikan konvensional terbilang masih kurang efektif karena tidak memacu kreativitas para siswa. Bahkan dalam kondisi ruang kelas masih terbilang kurang memadai. Setelahnya : Para guru dididik untuk memacu kreativitas para muridnya, dan kecanggihan teknologi memungkinkan setiap anak bisa mengakses internet atau aplikasi lebih mudah. Namun kecenderungannya, basis internet yang mudah seringkali digunakan untuk hal-hal yang tidak perlu seperti pornografi. Sumber : http://gurupintar.com/threads/contoh-modernisasi-dan-globalisasi.505/ http://www.lepank.com/2015/06/pengertian-modernisasi-dan-ciri-cirinya.html http://mengerjakantugas.blogspot.co.id/2009/05/pengertian-modernisasi.html http://www.ssbelajar.net/2012/08/dampak-modernisasi.html 2016 22 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id KAITAN PERUBAHAN SOSIAL DAN KOMUNIKASI Perubahan sosial adalah Proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, sistem, sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan,budaya, dan sistem sosial yang baru. Apabila perubahan sosial dilakukan dengan sengaja, atau direncanakan oleh pimpinan anggota masyarakat, yang diarahkan pada pola kehidupan masyarakat tertentu misalnya dari agraris kemasyarakat industrialis, perkembangan yang demikian merupakan perubahan yang disebut sebagai social development. Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam melakukan perubahan sosial. Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial masyarakat dalam usahannya melakukan perubahan. Interelasi antara perubahan sosial dengan komunikasi yang pernah diamati oleh Goran Hedebro(1982) sebagai berikut: a. Teori Komunikasi mengandung makna pertukaran pesan Perubahan dalam masyarakat selalu ada peran dari komunikasi. Komunikasi ada pada semua usaha yang bertujuan membawa kearah perubahan. b. Walaupun komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, tetapi bukan alasan utama dalam perubahan sosial. Hanya saja, komunikasi merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat. c. Media yang digunakan dalam komunikasi berperan melegitimasi bangunan sosial yang ada. d. Komunikasi adalah alat yang digunakan untuk mengawasi salah satu kekuatan penting masyarakat. Dengan kata lain, mereka berada dalamposisi mengawasi media, dapat menggerakkan pengaruh yang menentukan menuju arah perubahan sosial.[5] 2016 23 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Fungsi Komunikasi dalam Konteks Perubahan Sosial Menurut McClelland dalam Nasution, Zulkarimen (1992) analisa yang paling orisinal dan provokatif adalah komentarnya yang berhubungan langsung dengan masalah komunikasi, yakni perihal pentingnya opini publik bagi pembangunan. Dalam pembangunan ekonomi, kekuatan yang merangkum masyarakat adalah bergerak dari tradisi yang melembaga, ke opini publik yang dapat mengakomodir perubahan, dan hubungan interpersonal yang spesifik serta fungsional. Inkeles dan Smith dalam Jahi, Amri (1988) berpendapat bahwa komunikasi massa, pendidikan massa, dan industrialisasi merupakan beberapa cara sosialisasi yang paling penting.Menurut lerner (1958), Pye (1963), Schramm (1964) dalam Jahi, Amri (1988) mengatakan bahwa komunikasi pembangunan juga menggunakan “tetesan ke bawah”. Menurut model ini, informasi dan pengaruh mengalir dalam satu arah, dari pengirim ke penerima. Sifat ini menyebabkan pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan dari “atas ke bawah” , “pipa” , atau “pusat dan daerah” (Fett dan Schneider,1973; Galtung , 1971; Thiesenhusen, 1978) dalam Jahi, Amri (1988). Dari berbagai ulasan yang dikemukakan, terdapat beberapa peran komunikasi dalam modernisasi, yakni : Komunikasi persuasif akan mempengaruhi perubahan nilai-nilai, sikap men-tal, perilaku, kepribadian yang kreatif, motifasi untuk berprestasi yang sangat mendukung terwujudnya modernisasi. Komunikasi persuasif akan mempe-ngaruhi nilai budaya untuk berorientasi ke masa depan, sehingga setiap individu akan mempunyai motivasi untuk berkarya, berinovasi, bersikap hemat untuk menabung, disiplin, yang sangat berperan dalam modernisasi. Komunikasi persuasif akan mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proyek pembangunan maupun di luar proyek pembangunan. Misalnya : Proyek penghijauan, perbaikan jalan desa, perbaikan saluran air, dsb. Komunikasi Interaktif dalam bidang pendidikan formal dan non formal sangat berperan dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk dapat berkarya, disiplin, bertanggungjawab, berprestasi dan berkualitas merupakan factor yang sangat penting dalam modernisasi. Demikian pula komunikasi interaktif dalam pengasuhan di rumah tangga sangat menentukan keberhasilan generasi penerus dalam melaksanakan program-program pembangunan misalnya : melalui bacaan ceritera anak-anak yang berorientasi “N Ach”, yang biasanya dibaca pada waktu di luar jam sekolah. Komunikasi Interaktif yang 2016 24 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat perdesaan sehingga pro-gram-program pembangunan akan bermanfaat pula bagi masyarakat per-desaan, tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan pembuat kebijakan. Komunikasi melalui media massa sangat berperan dalam meningkatkan Ilmu pengetahuan dan tehnologi terhadap masyarakat untuk terwujudnya moder-nisasi. Komunikasi persuasif akan mempengaruhi para petani produsen untuk meningkatkan usaha taninya kearah agribisnis dan agrobisnis sehingga subtitusi impor meningkat, hal tersebut harus disertai pula kebijakan yang menguntungkan bagi petani sebagai perangsang untuk berproduksi, dengan demikian sangat mendukung modernisasi. Peranan komunikasi menguntungkan di tersebut berbagai di harapkan bidang akan kehidupan : menimbulkan demografi, perubahan system yang stra-tifikasi, pemerintahan, pendidikan, system keluarga, nilai, sikap serta kepriba-dian yang sangat penting bagi proses modernisasi di Indonesia. Daftar Pustaka 2016 25 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Veeger,Karel J. (1993). Pengantar Sosiologi. Jakarta:Gramedia. McQuail, Dennis. (2011). Teori Komuniaksi Massa. Salemba Humanika. Jakarta. Bungin, Burhan. (2013). Sosiologi Komunikasi. Kencana. Jakarta. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. Alo, Liweri. (2002).Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat, Jakarta. Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M. Si, 2006, Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Sudarma, Momon. 2014, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, Mitra Wacana Media. Habermas, Jürgen (German(1962) English Translation 1997). The Structural Transformation of the Public Sphere: An Inquiry into a Category of Bourgeois Society. Cambridge Massachusetts: The MIT Press Dahlgren, Peter, The Public Sphere as Historical Narrative, dalam Denis McQuail (ed), Reader in Mass Communication Theory, Thousand Oakes: Sage, 2002 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Jahi, Amri. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. PT Gramedia, Jakarta. 2016 26 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Koentjaranigrat.2002 Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Lauer, Robert H, 1993. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Rineka Cipta, Jakarta. Nasution, Zulkarimein. 1992. Komunikasi Pembangunan : Pengenalan Teori dan Penerapannya. CV Rajawali, Jakarta. Sayogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. FPS IKIP bekerjasama dengan BKKBN, Jakarta. Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. PT.Tiara Wacana. Yogyakarta. [1] M. MunandarSoelaiman, Dinamika Masyarakat Transisi, 1998, Cet. I, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, hal. 93-94 [2] Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, Remadja Karya, 1986, Bandung, hal.63 [3] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Kencana, Jakarta, 2008, cet.3, hal.91 [4] Soedjono, Pokok-Pokok Sosiologi sebagai Penunjang Studi Hukum, Alumni, Bandung, 1977, Cet. I, hal. 117-118 [5] Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta,2005, cet II, hal.4647 [6] http://agriculture.upnyk.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=101:perankomunikasi-dalam-modernisasi-di-indonesia&catid=53:2007&Itemid=88 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest 2016 27 Sosiologi Komunikasi Muhammad Didi Ahmadi, S.Pd.,M.IKom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id