I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merpati

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merpati dikelompokkan berdasarkan bentuk tubuh, warna bulu, dan
kegunaan. Berdasarkan kegunaan, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu merpati hias
yang banyak dipelihara karena keindahan bulu dan penampilannya, merpati pacuan
yang dipelihara sebagai hobi untuk diadu kecepatan terbangnya pada jarak tertentu,
dan
merpati potong yang dipelihara dengan tujuan dimanfaatkan daging untuk
dikonsumsi (Sutejo,1998). Pada umumnya merpati diberi pakan sangat sederhana.
Pagi hari, merpati diberi pakan jagung dan biji-bijian, kemudian sepanjang hari
merpati terbang mencari kekurangan pakan dengan berkeliaran di ladang, sawah,
pekarangan, jalanan, dan halaman rumah. Akibat pemeliharaan dan pemberian pakan
yang tidak memenuhi syarat, maka merpati mudah terserang berbagai
penyakit.
Salah satu penyakit yang sering menyerang merpati adalah helminthiasis
(kecacingan) pada sistem pencernaan (Whendrato dkk, 1989). Cacing yang hidup
berkembang di dalam pencernaan merpati berasal dari pakan atau benda yang
tercemar telur cacing yang termakan (Haryoto,1996).
Parasit cacing menghisap sari makanan dan darah induk semang dan juga
mengakibatkan kerusakan organ-organ tertentu sehingga memungkinkan terjadinya
infeksi sekunder. Infestasi berbagai jenis cacing pada merpati dapat menyebabkan
kekurangan gizi, kurus, lemah, dan produktivitas merpati rendah sehingga tidak
mampu untuk meningkatkan gizi masyarakat (Soulsby,1982). Burung merpati perlu
dijaga kesehatannya, seperti halnya pada burung merpati yang dipelihara dengan
tidak terawat. Kejadian penyakit yang menyerang merpati sebagian besar disebabkan
oleh infeksi parasit. Diantara penyakit yang menyerang merpati bahkan dapat
mengakibatkan kematian adalah penyakit parasit saluran pencernaan yang disebabkan
oleh infeksi cacing cestoda dan nematoda (Haryoto, 1996).
Menurut Urquhart, et al (1987), Ascaridia bukan merupakan cacing dengan
patogenisitas tinggi. Gejala utama yang terlihat adalah karena fase prepaten ketika
larva berada di mukosa. Larva tersebut dapat menyebabkan enteritis, namun pada
infeksi yang berat dapat menimbulkan hemoragi. Hewan yang terinfeksi cacing
dewasa tidak menunjukkan gejala klinis, namun ketika cacing menginfeksi dalam
jumlah yang banyak dapat menyebabkan kerusakan usus dan kematian.
Perubahan anatomi secara makroskopik kerusakan terbesar terjadi sewaktu
tahap perpindahan dari pertumbuhan larva cacing. Perpindahan dari dalam lapisan
usus dapat menyebabkan radang usus mendarah. Cacing dapat ditemukan secara
relatif lebih banyak di lumen usus (Akoso, 1998). Tabbu (2002) menambahkan
infeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami
penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan
pertumbuhan dan peningkatan mortalitas.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan profil darah akibat infeksi
cacing yang menyerang saluran pencernaan pada merpati.
C. Manfaat Penelitian
Tinjauan profil darah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk tindakan preventif menghadapi infeksi yang ditimbulkan oleh
cacing dalam saluran pencernaan merpati.
Download