BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Untuk mencapai tujuan perusahaan yang hendak dicapai, perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi perusahaan tersebut meliputi fungsi keuangan, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia dan fungsi operasional. Keempat fungsi tersebut memiliki peran sendiri-sendiri dalam perusahaan dan pelaksanaannya saling berkaitan . Manajemen Keuangan adalah salah satu fungsi perusahaan yang sangat penting di samping fungsi perusahaan lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen operasi, manajemen sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Manajemen Keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasaranya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintah. Pengertian management keuangan menurut Agus Harjito dan Martono (2010:4) mengemukakan bahwa: “Manajemen Keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”. Selanjutnya menurut Horne dan Wachowicz (2012:2) pengertian manajemen keuangan adalah: “Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan segala aktivitas perusahaan berhubungan dengan bagaimana memperoleh, menggunakan, mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. 14 15 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset, dan mengelola aset untuk mecapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut menurut Agus Harjito dan Martono (2010:4) ada tiga fungsi utama manajemen keuangan, yaitu: 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting di antara ketiga fungsi lainnya. Hal ini karena keputusan investasi berpengaruh secara langsung terhadap besaranya investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (Return On Investment) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan oleh suatu investasi. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Oleh karena itu perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal. 2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang 16 benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Agus Harjito dan Martono (2010:3) tujuan perusahan terbagi menjadi 3 macam, yaitu: 1. Mencapai atau memperoleh laba maksimal untuk kemakmuran pemilik perusahaan. 2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern). 3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. 2.2 Pasar Modal 2.2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara, Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Pengertian Pasar Modal menurut Sunariyah (2011:4): “dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham saham,obligasiobligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek” Sedangkan pengertian pasar modal menurut Martalena dan Malinda (2011:2): “Pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya”. Berdasarkan pengertian dan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulam bahwa pasar modal merupakan tempat untuk memperjual dan memperbelikan instrumen keuangan dalam jangka panjang antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. 17 Pasar modal mempunyai peranan penting dalam perekonomian terutama dalam pengalokasian dana masyarakat. Menurut Jogiyanto (2008), pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dan jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal berfungsi sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana. 2.2.2 Peranan Pasar Modal Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang pada dasarnya mempunyai kesamaan antar satu negara dengan negara lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan dana bagi seluruh perusahaan dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Seberapa besar peranan pasar modal pada suatu negara menurut Sunariyah (2011:7) dapat dilihat dari 5 (lima) segi berikut ini: 1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual belikan. 2. Memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. 3. Memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4. Menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. 5. Mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. 2.2.3 Fungsi Pasar Modal Pasar modal memberikan daya tarik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena pasar 18 modal memiliki fungsi yang strategis. Menurut Sutrisno (2012:301) beberapa fungsi pasar modal diantaranya adalah: 1. Sebagai sumber penghimpun dana Bagi perusahaan yang ingin menggalang dana dalam jumlah besar, maka pasar modal merupakan pilihan terbaik dalam memenuhi kebutuhan dana tersebut. 2. Sebagai sarana investasi Investasi di pasar modal lebih fleksibel, karena setiap investor dapat dengan mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya atau dari satu industry ke industry lainnya. Oleh karena itu, pasar modal merupakan salah satu alternative instrument penempatan dana bagi investor selain di perbankan atau investasi langsung lainnya. 3. Pemerataan penduduk Dengan go public nya suatu perusahaan di pasar modal akan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas ikut serta memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menikmati keuntungan dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividend, sehingga yang semula hanya dinikmati oleh beberapa orang pemilik akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat. 4. Sebagai pendorong investasi Pasar modal adalah salah satu ikilim investasi yang kodusif dan mampu mendorong pihak swasta dan asing untuk melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Bedasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal memberikan daya tarik kepada para investor, pengguna dana, maupun pemerintah karena pasar modal memiliki fungsi yang strategis seperti sebagai sumber penghimpunan dana, sebagai sarana investasi, pemerataan pendapatan dan sebagai pendorong investasi. 19 2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal Dalam kegiatan yang terjadi di pasar modal, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal dikemukakan oleh Husnan (2004:8) sebagai berikut : 1. Penawaran sekuritas, yang berati harus ada banyak perusahaan yang bersedia untuk menerbitkan sekuritas di pasar modal. 2. Permintaan sekuritas, ini berarti bahwa masyarakat harus mempunyai dana yang cukup besar untuk dipergunakan dalam membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan di pasar modal. 3. Kondisi politik dan ekonomi, dimana politik yang stabil akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang akhirnya mempengaruhi penawaran dan permintaan sekuritas. 4. Hukum dan peraturan, hukum yang jelas akan melindungi pemodal dari informasi yang tidak jelas. 5. Para lembaga-lembaga pendukung pasar modal akan membantu kegiatan pasar modal secara cepat. Lembaga ini antara lain adalah bank, custodian, biro administrasi efek, wali amanat, akuntan, notaris konsultan hukum. 2.2.5 Macam-Macam Pasar Modal Penjualan surat berharga kepada masyarakatdapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Menurut Sunariyah (2011:13),ada 3 macam pasar modal: 1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analiis fundamental perusahaan yang bersangkutan. 20 2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar primer, dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual sekuritas. 3. Pasar Ketiga (Third Market) Perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa. 2.2.6 Instrumen Pasar Modal Dalam pasar modal, terdapat banyak instrument yang ditawarkan, antara lain saham, obligasi, reksadana dan lain-lain. Setiap instrument memiliki karakteristik, keuntungan dan resiko-resiko yang berbeda-beda. Berikut jenis-jenis instrument keuangan menurut Martalena dan Malinda (2011:12): 1. Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan untuk memperoleh sumber pendanaan bagi perusahaan. Pada sisi lain saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih oleh para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik bagi para investor. 2. Obligasi Obligasi merupakan efek yang bersifat hutang jangka panjang. Jenis-jenis obligasi terdiri dari obligasi biasa maupun obligasi konversi. Obligasi biasa merupakan suatu bentuk hutang jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pihak lain dengan kewajiban membayar bunga setiap periode tertentu dan pokok pinjaman pada akhir periode (jatuh tempo). Obligasi konversi merupakan suatu obligasi yang dapat dikonversikan. 3. Right Issue Right Issue merupakan hak memesan saham terlebih dahulu dengan harga tertentu, dan diperdagangkan dalam waktu yang sangat singkat (2 minggu). 21 4. Warrant Warrant merupakan hak untuk membeli saham baru pada harga tertentu dimasa yang akan datang. Warrant dapat diperdagangkan enam bulan setelah diterbitkan dengan masa berlaku sekitar 3-5 tahun. 5. Reksadana Merupakan saham obligasi atau efek lain yang dibeli oleh sejumlah investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan investasi professional. 2.2.7 Mekanisme Perdagangan di Pasar modal Dapat dikatakan, bahwa suatu saham tercatat di bursa berarti saham yang bersangkutan dapat dijual dan dibeli di lantai bursa. Agar perusahaan tercatat dalam bursa, perusahaan tersebut harus melalui proses penawaran perdana yang diawali dengan penyampaian daftar emisi daham yang seringkali disebut Initial Public Offering (IPO). Setelah melalui penawaran perdana, selanjutnya saham diperjualbelikan di lantai bursa. Harga saham selajutnya, ditentukan oleh tingkat penawaran dan permintaan atas saham tersebut. Jadi, dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa di pasar modal dan bursa efek ada dua hal yang slaing berkaitan, yaitu pasar primer, tempat dimana sekuritas pertama kali diterbitkan dan dijual. Sedangkan, pasar sekunder adalah tempat pemilik sekuritas memperdagangkan sekuritasnya. (www.idx.co.id). 2.3 Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian laporan keuangan Semua transaksi keuangan perusahaan yang terjadi dicatat, diklasifikasikan dan disusun menjadi laporan keuangan, sehingga dapat mencerminkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dan jangka waktu tertentu. Berikut ini pengertian laporan keuangan menurutMartono dan Agus Harjito (2010:51): 22 “Laporan Keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”. Menurut Sutrisno(2012:9) laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi meliputi dua laporan yakni neraca dan laba-rugi.” Sedangkan menurut Fahmi (2011:21) laporan keuangan adalah : “Suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut”. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, laporan keuangan adalah suatu laporan yang dikeluarkan oleh perusahan untuk memberikan segala informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan yang bermanfaat untuk berbagai pihak. 2.3.2 Asumsi Dasar Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntasi Keuangan yang dikutip dari buku Prastowo dan Rifka (2010;6), penyusunan dan penyajian laporan keuangan mendasarkan diri pada dua asumsi dasar, yaitu dasar akrual dan kelangsungan usaha. 1. Dasar Akrual Dengan dasar akrual ini, pengaruh transaksi dan pristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Dengan dasar ini, laporan keuangan tidak hanya memberikan informasi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, melainkan juga memberi informasi tentang kewajiban pembayaran kas dan sumber daya yang mewujudkan kas yang akan diterima di masa depan 2. Kelangsungan Usaha Laporan Keuangan Biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan, yang berarti perusahaan akan tetap melanjutkan usahanya di masa 23 depan, ini berarti bahwa perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan untuk melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. 2.3.3 Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan terdiri dari bermacam-macam bentuk baik berupa laporan utama maupun laporan pendukung. Jenis laporan keuangan disesuaikan dengan kegiatan usaha perusahaan yang bersangkutan dan pihak yang keterkaitan untuk memerlukan informasi keuangan pada suatu perusahaan tertentu. Berikut merupakan jenis-jenis laporan keuangan menurut Hanafi (2012:27) yaitu: 1. Neraca, neraca keuangan perusahaan mencoba meringkas kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan pada waktu tertentu 2. Laporan laba-rugi, laporan laba-rugi meringkas aktivitas perusahaan selama periode tertentu 3. Laporan aliran kas, laporan aliran kas meringkas aliran kas masuk dan keluar perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Laporan kas diperlukan karena dalam beberapa situasi, laporan laba-rugi tidak cukup akurat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. 2.3.4 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi banyak pihak. Informasi yang ada di dalam laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan demi perkembangan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Tujuan dari penyusunan laporan keuangan menurut Kasmir(2010:87) yaitu: 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan saat ini 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini 24 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu 5. Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi terhadap aktiva,passiva, dan modal perusahaan 6. Memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dalam suatu periode 7. Memberikan informasi tentang catatan–catatan atas laporan keuangan 8. Informasi keuangan lainnya. 2.3.5 Pemakai Informasi Laporan Keuangan Pemakai Laporan keuangan meliputi para investor dan calon investor, kreditor (pemberi pinjaman), pemasok, kreditor, pemerintah, pelanggan, karyawan, shareholders dan lembaga lainnya. Menurut Prastowo dan Rifka (2010;3) para pemakai laporan keuangan ini menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yang meliputi: 1. Investor Para investor (dan penasehatnya) berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. 2. Kreditur Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 25 3. Pemasok dan kreditur usaha lainnya Pemasok dan kreditur lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibanding kreditor. 4. Shareholder’s (para pemegang saham) Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan modal untuk business plan selanjutnya. 5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terliibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 8. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian konstribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanaman modal domestik. 26 2.3.6 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Seluruh informasi yang diperoleh dan bersumber dari laporan keuangan pada kenyataannya selalu saja terdapat kelemahan, dan kelemahan tersebut dianggap sebagai bentuk keterbatasan informasi yang tersaji dari laporan keuangan tersebut. Adapun sifat dan keterbatasan laporan keuangan menurut PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia) dalam Fahmi (2011:10) adalah: 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karena, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih yang paling kecil. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa dari pada bentuk hukumnya. 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 27 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. 2.3.7 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Hasil analisis laporan keuangan akan mampu menginterpretasikan berbagai hubungan dan kecenderungan yang dapat memberikan pertimbangan terhadap keberhasilan perusahaan di masa datang. Sehingga adapun pengertian analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Rifka (2010: 55) yaitu: “Merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya. Penelaahan mendalam terhadap masingmasing komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri”. Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz (2012:154) analisis laporan keuangan adalah “Seni untuk mengubah data dari laporan keuangan ke informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan”. Selanjutnya menurut Harmono (2011:104) analisis laporan keuangan adalah “Alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial maupun kinerja organisasi secara keseluruhan”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses menelaah laporan keuangan untuk melihat berbagai hubungan dan kecenderungan yang dapat memberikan pertimbangan terhadap keberhasilan perusahaan di masa datang. 28 2.3.8 Teknik Analisa Laporan Keuangan Sebuah laporan keuangan yang diperlihatkan oleh pihak akuntan, maka selanjutnya menjadi tanggung jawab bagi manajer perusahaan melakukan analisa secara komprehensif dan kritis terhadap seluruh isi dari laporan keuangan tersebut. Dengan analisa secara komprehensif dan kritis tersebut diharapkan diperoleh kesimpulan atau rekomendasi yang maksimal dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Adapun pedoman dan beberapa teknik analisis laporan keuangan menurut Fahmi (2011:11) adalah sebagai berikut : 1. Menilai “Reliability Laporan” periode laporannya. 2. Lakukan analisa perubahan modal kerja atau arus kas. 3. Membuat laporan konsolidasi. 4. Mereview interrelated account. 5. Penggunaan segmenbisnis perusahaan yang dianalisa. 6. Meneliti lebih dalam beberapa transaksi yang bersifat: Related Parties Transaction (hubungan istimewa). 7. Menghitung dan menafsirkan rasio keuangan yang lazim. Kemudian rasio ini dibandingkan dengan situasi : a. Ekonomi internasional b. Ekonomi nasional c. Rasio rata-rata industri atau bisnis d. Rasio periode demi periode e. Rasio standar atau budget 8. Memahami metode dan cara penyusunan laporan keuangan. 9. Menilai laporan akuntan. 10. Menguasai konsep dan teknik analisa laporan keuangan, filosofi rasio, tujuan dan kegunaanya. 11. Memahami prinsip dan kebijakan akuntansi. 29 12. Memahami situasi yang dihadapi perusahaan, termasuk bidang usaha, jenis industri, sejarah perusahaan, risiko yang mungkin dihadapi, gaya manajemen, pemilikan, dan prospek industri yang bersangkutan. 13. Tujuan disusunya laporan keuangan. 14. Bentuk perusahaan. 15. Sistem pengawasan dalam perusahaan yang menghasilkan laporan keuangan. 16. Ketaatan pada peraturan maupun agama. 17. Menilai kualitas comparability. Semua teknik analisis yang digunakan itu merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan. Dan semua teknik tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu membuat data agar lebih dimengerti oleh pembaca sehingga dapat digunakan dengan baik sebagai acuan dasar dalam pengambilan keputusan. 2.4 Rasio Keuangan 2.4.1 Pengertian Rasio Keuangan Untuk menilai kondisi dan kinerja perusahaan seorang analis keuangan memerlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang sering kali digunakan adalah rasio, yang menghubungkan data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Menurut Prastowo dan Rifka (2010:76) menyatakan bahwa rasio merupakan suatu alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan gejalagejala yang tampak terhadap suatu keadaan. Bila diterjemahkan secara tepat, dengan menggunakan rasio dapat menunjukkan area-area yang memerlukkan penelitian Rasio keuangan merupakan teknik dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan dari suatu perusahaan pada setiap periode tertentu dengan jalan membandingkan dua variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laporan laba rugi (Irawati,2006:22). 30 Bedasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik dalam management keuangan yaitu dengan membandingkan dua variabel yang dapat diambil dari neraca ataupun laporan laba rugi. Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode. 2.4.2 Manfaat Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu ataupun hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode tertentu dengan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan Irawati (2006:22). Laporan keuangan yang utama digunakan dalam menghitung rasio keuangan yaitu laporan posisi keuangan, laporan rugi laba dan laporan arus kas Fahmi (2011:28).Manfaat analisis rasio keuangan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu: 1. Pihak Internal (Manajemen) Analisis rasio keuangan berguna bagi pihak manajemen sebagai cara untuk mengantisipasi keadaan di masa mendatang dan sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang. 2. Pihak Eksternal(Investor) Bagi para investor rasio keuangan bermanfaat dalam meramalkan atau menentukan prediksi kemampuan perusahaan dalam menjalankan operasionalnya di masa mendatang. 2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Analisis Rasio Keuangan Selain memiliki jenis yang beragam, analasis rasio keuangan pun memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Fahmi (2011:109) analisis rasio memiliki kelebihan sebagai berikut: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 31 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-mob del pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). 5. Menstandarisasi size perusahaan. 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. 7. Lebih mudah melihat tren perusahan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Penggunaan analisis laporan keuangan akan menggambarkan kondisi atau keadaan perusahaan, dimana analisis rasio keuangan ini akan sangat berguna bagi para investor yang ingin melakukan investasi pada perusahaan yang baru melakukan Initial Public Offering (IPO). Selain memiliki kelebihan, analisis rasio keuangan pun memiliki kekurangan, menurut (Fahmi, 2011:110) ada beberapa kekurangan dari penggunaan analisis rasio keuangan yaitu, sebagai berikut: 1. Penggunaan rasio keuangan akan memberikan pengukuran yang relatif terhadap kondisi suatu perusahaan. Analisis rasio keuangan hanyalah suatu titik awal dalam analisis keuangan perusahaan. 2. Analisis rasio keuangan hanya dapat dijadikan sebagai peringatan awal dan bukan kesimpulan akhir. 3. Setiap data yang diperoleh yang dipergunakan dalam menganalisis adalah bersumber dari laporan keuangan perusahaan. Maka sangat memungkinkan data yang diperoleh tersebut adalah data yang angka-angkanya tidak memiliki tingkat keakuratan yang tinggi, dengan alasan mungkin saja data-data tersebut diubah dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan. Jika seorang investor ingin melakukan investasi maka mereka membutuhkan informasi tentang kondisi perusahaan 32 tersebut. Dan tak lain, investor akan mencari informasi keuangan tersebut dalam laporan keuangan dan membaca kondisinya melalui Analisis rasio keuangan. 2.4.4 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Jenis-Jenis Rasio Keuangan menurut Irawati (2006;25) pengelompokan rasio keuangan menurut tujuan pengukuran terbagi menjadi 5 jenis yaitu: 1. Rasio likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan perusahaan dalam membayar pinjaman jangka pendeknya pada saat jatuh tempo atau dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio leverage Rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan sebagai alat ukur sampai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau seberapa jauh perusahaan menggunakan hutangnya untuk jangka panjang. 3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. 4. Rasio Profitibilitas Rasio Profitabilitaas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan 5. Rasio Penilaian Rasio penilaian merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar kemampuan manajemen dalam suatu perusahaan untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modal yang dimiliki pada suatu perusahaan. 33 2.5 Rasio Profitabilitas 2.5.1 Pengertian Rasio Profitabilitas Menurut Sartono (2010:122) Rasio Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Menurut Sutrisno (2012:222) keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. 2.5.2 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas penting digunakan untuk mengatahui sampai sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan suatu laba, baik yang berasal dari kegiatan operasional maupun kegiatan non operasional. Menurut Sutrisno (2012:222), rasio profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator yakni: 1. Profit Margin Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut: Gross Profit Margin = 2. Return on Assets Return on Assets (ROA) juga sering disebut dengan rentabilitas ekonomi merupakan ukuran perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimilki perusahaan . Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT. 34 Return on Assets = x100% 3. Return on Equity Return on Equity ini sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT. Dengan demikian rumus yang digunakan adalah: Return on Equity = x 100% 4. Return on Investment Return on Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT: Return on Investment = x100% 5. Earning Per share Kadang-kadang pemilik juga menginginkan data mengenai keuntungan yang diperoleh dari setiap lembar saham nya. Earning per share atau laba per lembar saham merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba dibagi pemilik atau EAT. Earning per share (EPS) = x100% 35 2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Pihak Investor dan kreditor berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan saat ini maupun di masa yang akan datang. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan akan semakin menarik para investor untuk menanamkan modal di dalam perusahaam tersebut, karena tingkat profitabilitas yang baik kemungkinan perusahaan dalam membayar dividend nya pun akan tinggi. Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Romlah (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas atau tingkat keuntungan yang optimal, diantaranya adalah: 1. Posisi perusahaan dalam persaingan industry yang dapat diukur dari pangsa pasar (market share). Semakin tinggi pangsa pasar mencerminkan kekuatan perusahaaan dalam persaingan pasar . Semakin tinggi pangsa pasar atau semakin tinggi tingkat penjualan relative perusahaan dalam industry berarti semakin tinggi tingkat penerimaan yang merupakan komponen penting dalam perhitungan laba perusahaan. 2. Tingkat hambatan keluar masuk industri. Hal ini diukur dengan menggunakan rasio intensitas modal. Semakin tinggi rasio ini menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk ke industry karena dibutuhkan lebih banyak asset untuk menghasilkan setiap unit penjualan. Dengan berkurangnya tingkat penjualan perusahaan, maka hal tersebut juga akan mengurangi penerimaaan perusahaan sekaligus mengurangi keuntungan yang diperoleh perusahaan 3. Tinggi rendahnya rasio leverage. Rasio ini menunjukkan risiko financial yang dihadapi perusahaan. Rasio ini muncul apabila perusahaan menggunakan utang sebagai salah satu komponen struktur modal perusahaan. Dalam hal ini kreditur akan melihat modal sendiri 36 perusahaan atau dana yang disediakan pemilik untuk menentukkan besarnya margin pengamanan (margin of safety). Jika pemilik menyediakan dana sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, maka resiko perusahaan ditanggung oleh para kreditor. Dengan adanya komponen modal yang berasal dari utang, pemilik akan memperoleh manfaat berupa keuntungan yang diperoleh dari penambahan modal, tetapi di sisi lain pemilik harus membayar bunga utang. Jika perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar dari dana yang dipinjam daripada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasil pengembalian untuk para pemilik akan meningkat. Jika faktor-faktor yang mempengaruhi secara dominan dapat dikelola dan diperhatikan dengan baik, maka diharapakan keuntungan perusahaan dapat meningkat. 2.5.4 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak – pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan, Kasmir (2008:197), menerangkan bahwa Tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yakni: 1.Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2.Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3.Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4.Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5.Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 6.Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. 37 2.6 Return On Equity 2.6.1 Pengertian Return On Equity Rentabilitas modal sendiri dalam hal ini adalah pengembalian atas ekuitas saham digunakan untuk mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari investasi pemegang saham. Investor memandang bahwa Return on Equity merupakan indicator profitabilitas yang penting, karena Return On Equity merupakan indicator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para pemilik modal. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2007:74): “Return on Equity meupakan rasio untuk mengukur seberapa banyak keuntungan (laba) yang menjadi hak pemilik modal sendiri” Sedangkan menurut Irawati (2006:61) ROE adalah “Return on Equity atau yang sering disebut dengan rate of return on net worth, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut” Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan, bahwa Return On Equity adalah rasio yang digunakan oleh para investor untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat memberikan keuntungan dimasa yang akan datang, atau dengan kata lain, dengan Return on Equity yang tinggi, perusahaan memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. 2.6.2 Pengukuran Return on Equity Return on Equity merupakan salah satu jenis rasio profitabilitas, yang dapat dijadikan indikator untuk menilai tingkat profitabilitas pada suatu perusahaan. Menurut Sutrisno (2012:222) Return on Equity ini sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai 38 rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT. Dengan demikian rumus yang digunakan adalah: Return on Equity = x 100% Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI peneliti menggunakan Return On Equity (ROE), karena Return On Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Menurut Brigham (2010:163) para pemegang saham melakukan investasi untuk mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini menunjukan seberapa baik mereka telah melakukan hal tersebut dari kacamata akuntansi. 2.6.3 Faktor yang Menentukkan Return On Equity Faktor yang menentukkan besar atau kecilnya Return on Equity sangat bergantung pada kinerja perusahaan itu sendiri. Kinerja perusahaan yang baik akan memberikan tingkat Return on Equity yang baik atau sebaliknya. Menurut Irawati (2006:61): ROE = Laba Bersih Setelah pajak /Total Modal Sendiri x100% Dalam rumus di atas dapat dikatakan bahwa faktor yang menentukkan tingkat Return on Equity adalah jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah total modal sendiri. Jika jumlah laba bersih yang didapatkan perusahaan tinggi sementara jumlah total modal sendiri rendah maka tingkat Return on Equity akan tinggi. Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersih yang didapatkan perusahaan rendah sementara jumlah total modal sendiri perusahaan tinggi maka tingkat Return on Equity akan rendah. Menurut Hasnawati (2006) dalam mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang menentukkan tingkat Return on Equity yaitu 39 1. Tax Semakin tinggi pajak yang diberikan oleh perusahaan maka Return on Equity akan rendah. Hal ini dikarenakan kas perusahaan yang lebih banyak digunakan untuk pembayaran pajak. 2. Profit Margin Semakin tinggi profit margin yang didapat, maka Return on Equity akan semakin karena tingkat penjualan yang tinggi menunjukkan tingkat keuntungan yang didapat dengan sendirinya jika laba lebih besar maka tingkat Return on Equity akan tinggi pula. 3. Asset Turnover Semakin efisien (tinggi) tingkat perputaran aktiva maka semakin efisien kas perusahaan sehingga tingkat Return on Equity akan tinggi pula. Hal ini dikarenakan kas perusahaan dapat dihemat sehingga kas perusahaan tetap stabil dan berakibat pada tingkat Return on Equity yang tinggi. 4. Financial Leverage Semakin tinggi tingkat Financial leverage maka semakin rendah tingkat Return on Equity. Hal ini dikarenakan dengan semakin tinggi tingkat financial leverage maka semakin banyak hutang yang digunakan oleh perusahaan sehingga kas perusahaan lebih banyak untuk membayar hutang 2.7 Rasio Likuiditas 2.7.1 Pengertian Rasio Likuiditas Dalam pembayaran dividend yang dilakukakan perusahaan, posisi kas atau likuiditas dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dividen, karena dividend bagi perusahaan merupakan kas keluar. Menurut penelitian yang dilakukan Griffin (2010) posisi likuiditas dapat mempengaruhi daya tarik investor untuk berinvestasi. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan likuid. Tetapi bila perusahaan tidak mampu membayar dapat dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid (Irawati, 2006:27). Pengukuran Rasio 40 Likuiditas oleh beberapa peneliti dipercaya mampu memprediksi tingkat pembayaran dividend. Menurut Sutrisno (2012:15) rasio likuiditas adalah “Rasio likuiditas adalah kemmapuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu” Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya berarti perusahaan itu juga mampu dalam membayar dividen. Semakin tinggi likuiditas perusahaan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Menurut ( Irawati,2006:27) likuiditas dibagi menjadi dua macam yaitu : 1. Likuiditas Badan Usaha Merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada pihak luar perusahaan, jika pihak luar perusahaan menagih kepada perusahaan. 2.Likuiditas perusahaan Merupakan kemampuan perusahaan untuk menyelenggarakan proses produksi perusahaan. 2.7.2 Jenis-Jenis Rasio Likuiditas Terdapat jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat likuiditas. Menurut Sutrisno (2012:216) ukuran rasio likuiditas terdiri dari: 1. Current ratio Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar di sini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar. Rumus current ratio adalah : Current Ratio = 41 2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio Quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar.Persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak lancar, sebab untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah yakni menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas. Formulasi untuk menghitung quick ratio adalah: Quick ratio= 3. Cash Ratio Cash ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga. Dengan demikian rumus untuk menghitung cash ratio adalah sebagai berikut : Cash Ratio = 2.7.3 Faktor-Faktor yang Menentukka Rasio Likuiditas Dalam menentukkan tingkat Rasio Likuiditas dalam perusahaan, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Kim et al (1998:349) dalam penelitian Aldiyanti (2006) mengelompokkan faktor-faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan sebagai berikut : 1. Cash Flow Uncertainty Cash Flow Uncertainty atau ketidakpastian arus kas dapat menentukkan keputusan manager dalam menentukkan tingkat likuiditas perusahaan. Perusahaanperusahaan dengan tingkat ketidakpastiaan arus kas yang tinggi akan cenderung melakukan investasi dalam aktiva yang likuid dengan jumlah yang besar. 42 2. Current and Future investment Opportunities Current and Future investment Opportunities adalah kesempatan investasi yang dihadapi oleh perusahaan baik saat ini maupun saat mendatang, Current and Future investment Opportunities ini dapat mempengaruhi manajemen dalam memutuskan kebijakan likuiditasnya. Berkaitan dengan Current and Future investment ini manajemen akan mempertimbangkan,apakah lebih baik melakukan investasi dalam bentuk aktiva tetap atau melakukan investasi dalam aktiva likuid. 3. Transactions demand for liquidity Transactions demand for liquidity ini berkaitan dengan dana atau kas yang diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi. Faktor Transactions demand for liquidity ini juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tingkat likuiditas. 2.7.4 Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas Perhitungan rasio likuiditas ini cukup memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan untuk menilai kinerja perusahaannya. Ada pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan atau juga distributor maupun supplier. Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas menurut Kasmir (2012:132): 1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan mambayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). 2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur 43 dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun,dibandingkan dengan aktiva lancar. 3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah. 4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. 6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang. 7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode. 8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar. 9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini. 2.8 Current Ratio 2.8.1 Pengertian Current Ratio Current ratio adalah salah satu jenis rasio likuiditas yang membandingkan antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek, rasio ini dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan. Menurut Sutrisno (2012:216) Current Ratio adalah “Rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Aktiva lancar di sini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar”. 44 Current ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen). 2.8.2 Pengukuran Current Ratio Current ratio dapat digunakan untuk memprediksi tingkat likuiditas pada suatu perusahaan. Menurut Sutrisno (2012:216) Current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut Current Ratio = Penelitian ini, peneliti menggunakan rasio current rasio untuk diteliti. Dalam Kasmir (2012:134) current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Tingginya current ratio menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang dijanjikan. Dengan kata lain ada pengaruh antara current ratio terhadap pembayaran dividen. Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan utang jangka pendek. Dalam hal ini aktiva lancar terdiri dari uang kas dan juga surat-surat berharga antara lain surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit,bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal. Di lain pihak utang jangka pendek dapat berupa utang pada pihak ketiga (bank atau kreditur lainnya). 45 2.8.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Current Ratio Rasio Lancar merupakan ukuran paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kewajiban jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan akan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo. Menurut Jumingan (2006:124), menerangkan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi ukuran rasio lancar (current ratio) sebagai berikut: 1. Surat - surat berharga yang dimiliki dapat segera diuangkan. 2. Bagaimana tingkat pengumpulan piutang. 3. Bagaimana tingkat perputaran persediaan. 4. Membandingkan atara aktiva lancar dengan hutang lancar. 5. Menyebut pos masing – masing beserta jumlah rupiahnya. 2.9. Asset Growth 2.9. Pengertian Asset Growth Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan seringkali diakitkan dengan kemampuan perusahaan dalam membayar dividend, sehingga tingkat pertumbuhan perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam pembagian dividend Menurut Aries Heru Prasetyo (2011:143) menyatakan bahwa: “Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari sisi penjualan, asset maupun laba bersih perusahaan. Meski dapat dilihat dari berbagai sisi, namun ketiganya menggunakan prinsip dasar yang sama dimana pertumbuhan dipahami sebagai kenaikan nilai disuatu periode relatif terhadap periode sebelumnya”. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari berbagai sisi, bagaimana prinsip yang dipakai dalam perusahaan tersebut juga sangat berpengaruh. Namun dari ketiga prinsip sama artinya yaitu untuk 46 menilai kenaikan di suatu periode relatif terhadap periode sebelumnya. Menurut Aries Heru Prasetyo (2011:110) menyatakan: “Pertumbuhan asset selalu identik dengan asset perusahaan (baik asset fisik seperti tanah, bangunan, gedung, serta asset keuangan seperti kas, piutang, dan lain-lain)”.Paradigma asset sebagai indicator pertumbuhan perusahaan merupakan hal yang lazim digunakan”. Nilai total asset dalam neraca menggambarkan kekayaan yang dimiliki perusahaan. Kenaikan pertumbuhan yang dialami perusahaan akan dimanfaatkan oleh manajemen perusahaan untuk mengambil keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik. Pada dasarnya asset growth menunjukkan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional dan apabila diikuti dengan peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi laba yang dibagikan (dividend) lebih sedikit daripada laba yang ditahan (Robert Ang, 1997) dalam Puspita (2009). Tingkat pertumbuhan yang tinggi mengindikasikan adanya kesempatan investasi yang tinggi pula dan tentunya membutuhkan pendanaan, sehingga jika perusahaan harus membayarkan dividen, perusahaan harus mencari dana dari pihak eksternal. Usaha mendapatkan tambahan dana dari pihak eksternal ini akan menimbulkan biaya transaksi. Biaya transaksi yang tinggi menyebabkan perusahaan harus berfikir kembali untuk membayarkan dividen apabila masih ada peluang investasi yang bisa diambil dan lebih baik menggunakan dana dari aliran kas internal untuk membiayai investasi tersebut. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar juga tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi, sehingga semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menaha laba perusahaan, membayarkannya sebagai dividen kepada para pemegang saham. bukan untuk 47 2.9.2 Pengukuran Asset Growth Untuk menilai tingkat pertumbuhan yang sedang dialami perusahaan, pertumbuhan nilai asset pada perusahaan (Asset Growt ) dapat digunakan sebagai indikator, untuk menunjukkan tingkat pertumbuhan yang dialami oleh perusahan setiap tahunnya. Pengukuran pertumbuhan perusahaan menggunakan rumus yang digunakan pada penelitian Fira (2009) dan Sulistyowati (2010) 2.10 Dividend 2.10.1 Pengertian Dividend Investasi dalam bentuk saham yang dilakukan di pasar modal memberikan beberapa keuntungan kepada investornya. Keuntungan tersebut dapat dinikmati oleh invetor dalam bentuk dividen. Menurut Rudianto (2012:308) dividend adalah : “Bagian dari laba usaha yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh suatu perusahaan kepada para pemegang sahamnya sebagai imbalan atas ketersediaan mereka dalam menanamkan hartanya kedalam suatu perusahaan tersebut”. Sedangkan menurut Sutrisno (2012:5) dividend adalah: “Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham nya. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham” Definisi dividen pada beberapa literatur di atas pada dasarnya memiliki inti yang sama yaitu bagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. 48 2.10.2 Jenis-Jenis Dividend Bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk dividend, tergantung pada keadaaan perusahaan ketika akan melakukan pembagian dividend tersebut. Menurut Rudianto (2012:309) jenis-jenis dividend yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham terdiri dari beberapa macam yaitu: 1. Dividend Tunai Dividend tunai yaitu bagian laba usaha yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Sebelum dividend dibagikan perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan dana untuk membayar dividend. Jika perusahaan memilih untuk membagi dividend tunai, itu berati pada saat dividend akan dibagikan kepada pemegang saham perusahaan memiliki uang tunai dalam jumlah yang cukup. 2. Dividend Harta Bagian laba perusahaan yang dibagikan dalam bentuk harta selain kas. Walaupun dapat berbentuk harta lain, tetapi biasanya harta tersebut dalam bentuk surat berharga yang dimiliki perusahaan. Jika surat berharga yang dimiliki suatu perusahaan akan dibagikan sebagai dividend kepada pemegang sahamnya,maka nilai wajar atau harga pasar surat berharga tersebut dijadikan dasar pencatatan. 3. Dividend Skrip atau dividend hutang Yaitu bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk janji tertulis untuk membayar sejumlah uang di masa yang mendatang. Dividend skrip atau dividend hutang ini terjadi karena perusahaan ingin membagi dividend dalam bentuk uang tunai, tetapi tidak tersedia uang kas yang memadai, walaupun laba ditahan menunjukkan saldo yang cukup. Karena itu pihak management perusahaan menjanjikan untuk membayar sejumlah uang di masa mendatang kepada para pemgang saham. Dividend skrip ini dapat disertai dengan bunga dan dapat pula tanpa bunga 49 4. Dividend Saham Yaitu bagian dari laba usaha yang ingin dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham baru perusahaan itu sendiri. Dividen saham ini dibagikan karena perusahaan ingin mengkapitalisasi sebagian laba usaha yang diperolehnya secara permanen. Jika dividen saham dibagikan, tidak ada aset yang akan dibagikan dan setiap pemegang saham memiliki bagian (proporsi) kepemilikan yang sama pada perusahaan. Pembagian dividen saham akan mengakibatkan jumlah lembar saham yang beredar akan bertambah banyak. Tetapi total aset dan kewajiban perusahaan tidak akan mengalami perubahan, baik sebelum maupun sesudah pembagian dividen. Berkaitan dengan pembagian dividen saham ini, nilai wajar atau nilai pasar saham tersebut yang digunakan sebagai dasar pencatatan yang akan dilakukan perusahaan . 5. Dividen likuidasi Yaitu dividen yang ingin dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham dalam berbagai bentuknya, tetapi tidak didasarkan pada besarnya laba usaha atau saldo laba ditahan perusahaan. Dividen likuidasi merupakan pengembalian modal atas investasi pemilik oleh perusahaan. Jenis dividend seperti ini banyak terjadi di perusahaan yang memiliki asset tetap yang nilai bukunya berkurang akibat berkurangnya kandungan aset tetap tersebut, hal tersebut lebih dikenal dengan sebutan deplesi. Deplesi yang terjadi diakui pada suatu periode akuntansi tertentu dapat dijadikan dasar untuk menentukan besarnya divien likuidasi selama periode tersebut. Biasanya, perusahaan-perusahaan pertambangan atau pengolahan hutan memberikan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia akan memberikan dividen likuidasi secara rutin setiap tahunnya. Di sini yang paling penting adalah para pihak pemegang saham harus mengetahui seberapa besar bagian dividen yang akan diterimanya yang merupakan dividen laba dan berapa yang merupakan dividen likuidasi. 50 2.10.3 Tahapan Pembayaran Dividend Pembagian dividend yang akan dibayarkan kepada pemegang saham diputuskan dalam RUPS, terdapat beberapa tahapan dalam pembayaran dividend yang akan dilakukan oleh perusahaan. Menurut Sundjaja dan Barlin (2010:382), tahapan dalam pembayaran dividen terdiri dari: 1. Tanggal pengumuman (date of declaration) Tanggal pengumuman merupakan tanggal keputusan untuk membagikan dividen pada RUPS, atau tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembayaran dividen. 2. Cum-dividend date Cum-dividend date merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen. 3. Tanggal pencatatan pemegang saham (date of record) Date of record adalah tanggal dimana pemilik saham ditentukan, sehingga dapat diketahui kepada siapa dividen dibagikan. Pemegang saham yang mencatatkan dirinya pada tanggal ini adalah pemegang saham yang memperoleh dividen pada tanggal pembayaran. 4. Tanggal pemisahan dividen (ex-dividend date) Sebelum tanggal pencatatan,perusahaan sudah harus diberitahukan apabila terjadi transaksi jual beli atas saham tersebut oleh sebab itu pada bursa internasional disepakati adanya exdividend date yaitu tiga hari sebelum tanggal pencatatan. Setelah 18 pencatatan, saham tersebut tidak memiliki hak dividend atas pembayaran. 5. Tanggal Pembayaran Pada tanggal ini dividend dibayarkan dibayarkan kepada selurh para pemegang saham. Setelah memegang dividen, kas didebet dan piutang dieliminasi. Pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan kepada para pemegang saham akan dikenakan pemotongan pajak penghasilan. 51 2.11 Kebijakan Dividend 2.11.1 Pengertian Kebijakan Dividend Penentuan mengenai pembagian dividend kepada pemegang saham diputuskan dalam RUPS pada akhir tahun untuk menentukkan kebijakan dividend yang akan diambil perusahaan Kebijakan dividend Menurut Martono dan Harjito (2010;253): “Kebijakan dividen (dividen policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang” Adapun pengertian Kebijakan dividen menurut Sutrisno (2012;266) “Memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividend dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk ditahan” Dari kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh, sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Sedangkan apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan bisa memperbesar sumber dana intern perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan. Kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan besarnya dividen payoutratio (DPR), yaitu besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Semakin besar dividen dibayarkan kepada pemegang saham, semakin kecil laba yang ditahan, dan sebaliknya. Martono dan Harjito (2010:253) menyatakan dividen payout ratio merupakan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 52 Dividend payout ratio = 2.11.2 Teori Kebijakan Dividend Beberapa teori mengenai kebijakan dividend dalam kaitannya dengan nilai saham berbeda satu sama lain bahkan bertentangan. Berikut ini adalah teori yang muncul mengenai kebijakan dividend Brigham dan Houston (2010:198) 1. Dividend Irrelevance theory Nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio (DPR), tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak dan kelas risiko perusahaan. Pernyataan ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang “lemah” seperti: a. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan b. Tidak ada biaya emisi atau floation cost dan biaya transaksi c. Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividend payout ratio (DPR) d. Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi dimasa yang akan datang e. Distribusi pendapatan diantara dividend dan laba ditahan tidak berpengauh terhadap tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor 2. Teori “The Bird in the Hand” Tingkat keuntungan yang diisyaratkan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividend daripada kenaikan nilai modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba ditahan. Tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan tingkat resiko yang sama, oleh sebab itu tigkat resiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukkan oleh dividend payout ratio (DPR) tetapi ditentukkan oleh tingkat resiko investasi baru. 53 3. Teori Perbedaan Pajak Teori ini adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividend dan dan capital gain maka para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak 4. Teori Signaling Hypothesis Suatu kenaikan dividend yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya suatu penurunan dividend yang berada dibawah normal diyakini oleh investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan, mengalami masa sulit dimasa yang akan datang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan dan suatu penurunan dividend sematasemata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin preferensi terhadap dividend 5. Teori “Clientele Effect” Menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividend perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilaan saat ini lebih menyukai tingkat dividend payout ratio (DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian laba bersihnya. 2.11.3 Jenis-Jenis Bentuk Kebijakan Dividend Terdapat beberapa jenis kebijakan dividend yang dapat dibagikan oleh perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang saham, hal tersebut bedasarkan kemampuan dan kondisi perusahaan. Jenis-jenis kebijakan dividen menurut Sundjaja dan Barlin (2010:388), yaitu: 1. Kebijakan Dividen Rasio Pembayaran Konstan Kebijakan ini didasarkan dengan persentase tertentu dari pendapatan. Dimana rasio pembayaran dividen adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai, dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham. Masalah dengan kebijakan ini adalah jika 54 pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu, maka dividen menjadi rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator dari kondisi perusahaan yang akan datang maka mungkin dapat berdampak buruk terhadap harga saham. 2. Kebijakan Dividen Teratur Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. Kebijakan yang teratur seringkali digunakan dalam memakai target rasio pembayaran dividen. Dimana target rasio pembayaran dividen adalah kebijakan dimana perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil. 3. Kebijakan Dividen Rendah Teratur dan Ditambah Ekstra Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Jika pendapatannya lebih tinggi dari biasanya pada periode tertentu, perusahaan boleh membayar tambahan dividen yang disebut dividen ekstra. 2.11.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Dalam penentuan Kebijakan Dividend yang akan dilakukan perusahaan, terdapat faktor-fakor yang dapat mempengaruhi keputusan dalam menentukkan kebijakan dividen. Menurut Sutrisno (2012;267) faktor- faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain adalah: 1. Posisi solvabilitas perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki struktur modal perusahaanya. 55 2. Posisi likuiditas perusahaan Cash dividen merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayar dividen berarti harus bias menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang tingkat likuiditasnya kurang baik, biasanya dividen payout rationya kecil, sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditasnya. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen yang besar. 3. Kebutuhan untuk melunasi hutang Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang baik jangka pendek maupun berjangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saaat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana pula yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana tersebut harus diganti. Alternative mengganti dana hutang bias dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laaba ditahan. Hal ini tentunyaa akan memperkecil dividen payout ratio. 4. Rencana perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhaan perusahaan, juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang , menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividend payout ratio pada perusahaan tersebut. 56 5. Kesempatan investasi Kesempatan investasi juga merupakan factor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar dividen. 6. Stabilitas pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar disbanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga,sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga 7. Pengawasan terhadap perusahaan Kadang-kadang pemilik perusahaan tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, dengan kegiatan penerbitan saham agar dapat menyerap dana dari investor, maka kemungkinan akan ada investor baru yang dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan kegiatan perusahaan. Apabila sumber dana dibiayai dari hutang maka resiko yang dihasilkan cukup besar bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya kepada para pemegang saham agar pengendalian yang dilakukan tetap berada ditangannya. 2.12 Penelitian Terdahulu Berikut adalah penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan oleh penulis untuk melandasi penelitian ini, yang tercantum pada table dibawah ini : 57 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Asril Arilaha (2009). Pengaruh Free Cash Free cash flow, DER, dan Vol.13,No.1 Januari Flow,Profitabilitas, Current ratio tidak 2009 Likuiditas, Levrage berpengaruh terhadap terhadap kebijakan kebijakan dividen. ROE dividen Berpengaruh terhadap kebijakan dividen 2 Haryeti dan Ririn Pengaruh Profitabilitas (ROA) secara Araji Ekyanti Profitabilitas, parsial berpengaruh Volume 20, Nomor 3 Investment signifikan, sedangkan September 2012 opportunityset dan pertumbuhan dan pertumbuhan Investment Opportunity set terhadap kebijakan secara parsial tidak dividen memilki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen 3 Komang Ayu,Novita Pengaruh Current ratio secara parsial Sari, Luh Komang Likuiditas, berpengaruh terhadap Sudjarni. E-Jurnal Leverage dan kebijakan dividen Manajemen Unud Vol Pertumbuhan sedangkan DER, Asset 4, No 10 ISSN:2302- perusahaan growth, ROA secara parsial 8912 Terhadap kebijakan tidak berpengaruh secara dividen pada signifikan terhadap perusahaan kebijakan dividen. Secara manufaktur yang simultan semua variabel listing di BEI berpengaruh 58 No Penulis 4 Judul Penelitian M.Dzulkirom,Ismawan Pengaruh Leverage, Hasil Penelitian ROE, Current ratio secara Yudha Prawira, AR Likuiditas, parsial berpengaruh Maria Gorretti Wi Profitabilitas dan terhadap kebijakan dividen Endang Np. Jurnal Ukuran perusahaan sedangkan DER dan size Admisnistrasi Bisnis terhadap kebijakan tidak berpengaruh, Vol 15 No.1 Oktober dividen studi kasuss sedangkan secara simutan perusahaan semua variabel perbankan yang berpengaruh listing di BEI 5 Franklin John and K Leverage, Growth Bedasarkan hasil Muthusamy (2010). and Profiability as penelitian menyimpulkan Asians Journal of Determination of bahwa Leverage,Growth, Business Management dividend payout dan Profitabilitas Studies, India ratio-Evidence from berpengaruh terhadap Indian Paper kebijakan dividend Industry. 6 Hafeez Ahmed and The Determinants of Bedasarkan hasil AttiyaYasmin Javid Dividend policy in penelitian, ROA (2008). Accounting and Pakistan berpengaruh terhadap Finance Journal kebijakan dividend,Ownership dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan sedangkan Investment Opportunities dan leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen 59 No Nama Peneliti Judul Hasil 7 Anupam Mehta An Empical Ukuran,Resiko dan (2012). Global Analysis of Profitabilitas berpengaruh Review of Accounting Determinations of signifikan terhadap and Finance Vol. 3 Dividend Policy kebijakan dividend pada No. 1 . March 2012. Evidence from the perusahaan-perusahaan 18-31 UEA Companies yang ada di negara Uni Emirate Arab 2.13 Kerangka Pemikiran Keputusan pendanaan merupakan salah satu fungsi management keuangan yang harus diajalankan oleh seorang manager keuangan selaku pihak yang menjalankan kegiatan usaha di dalam perusahaan. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal, salah satunya mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berasal dari pasar modal. Menurut Sutrisno (2012:300) menyatakan: “Pasar modal atau capital market berkaitan dengan penyediaan danadana yang berjangka panjang. Pasar modal dan industri sekuritas merupakan salah satu indikator untuk menilai perekonomian suatu negara apakah berjalan dengan baik atau tidak”. Bagi perusahaan yang menyerap modal melalui penjualan saham di pasar modal, maka perusahaan tersebut harus mempertimbangkan apakah laba yang diperoleh akan ditahan atau dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang sahamnya, karena tujuan pokok dari perusahaan selain meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan nilai perusahaan, perusahaan juga perlu memaksimalkan kekayaan pemegang saham. 60 Dalam pasar modal terdiri dari berbagai industri yang berbeda dan ada banyak perusahaan yang terdaftar di pasar modal. Sektor manufaktur merupakan salah salah satu sektor yang memiliki kinerja yang baik, dan setiap tahunnya jumlah emiten pada sektor ini terus mengalami peningkatan. Penilaian terhadap kinerja perusahaan akan sangat diperlukan oleh investor untuk menilai kinerja perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan setiap tahunnya memuat informasi yang dapat membantu investor untuk melihat kondisi dan kinerja perusahaan. Menurut Fahmi (2011:12) bagi investor beserta pihak lainnya yang berkeinginan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan maka dapat melakukan analisis laporan keuangan secara sistematis dan terukur, dengan tujuan agar hasil yang diperoleh dapat dijadikan pendukung dalam pengambilan keputusan. Terdapat beberapa tekhnik yang dapat digunakan dalam analisis data keuangan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan diantaranya dengan menggunakan rasio keuangan, dengan dilakukan analisis rasio keuangan dapat diperoleh informasi mengenai tingkat profitabilitas, likuiditas dan pertumbuhan pada suatu perusahaan yang nantinya dapat digunakan oleh investor untuk menilai kinerja dan mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar dividen Profitabilitas merupakan kemampuan dan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividend. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Dalam penelitian ini ROE digunakan sebagai proksi dari profitabilitas. Return on Equity (ROE) ini sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai . Menurut Brigham (2010:163) para pemegang saham melakukan investasi untuk mendapatkan 61 pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini menunjukan seberapa baik mereka telah melakukan hal tersebut dari kacamata akuntansi. Pengukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam mendanai kewajiban dana jangka pendek dapat dilakukan umtuk mempredikasi tingkat pembayaran, pengukuran mengenai kemampuan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rasio likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. Menurut Martono dan Harjito (2010) likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividend karena dividend merupakan merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas dan likuid suatu perusahaan yang tersedia maka semakin besar pula jumlah kas yang tersedia maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar dividend. Dalam penelitian ini current ratio digunakan sebagai proksi dari likuiditas. Current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya current ratio menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang dijanjikan. Dengan kata lain ada pengaruh antara current ratio terhadap pembayaran dividen. Suatu perusahaan yang dapat membagikan dividend secara konstan umumnya selalu dikaitkan dengan perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan asset yang dimiliki perusahaan dari tahun ke tahun. Menurut Brigham (2010:211) pertumbuhan perusahaan akan mempengaruhi kebijakan dividen, dimana dengan tingkat pertumbuhan yang baik perusahaan tentunya akan megalokasikan dana yang di dapat perusahaan untuk berinvestasi sehingga akan mengurangi pembagian dividen kepada para pemegang saham. 62 Informasi mengenai keadaaan profitabilitas, likuiditas dan pertumbuhan suatu perusahaan tersebut diperkirakan dapat memiliki perngaruh terhadap kebijakan dividend yang dilakukan pada perusahaan yang berada di sector manufaktur. 2.13.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividend Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan akan memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan aktiva, penjualan, laba, maupun dengan modalnya sendiri, dan menurut Handayani (2010), indicator utama dari kemampuan perusahaan membayar dividen yaitu kemampuan perusahaan memperoleh laba. Sehingga profitabilitas dianggap sebagai factor penentu terhadap pembagian dividen. Dengan demikian bagi investor akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Penelitian Arilaha (2009) Ekayanti (2012) dan Ayu (2013), menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen karena profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan dividen akan dibagi apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. Dalam penelitian ini penulis menggunakan ROE untuk dijadikan proksi dari Profitabilitas, karena Return On Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Menurut Brigham (2010:163) para pemegang saham melakukan investasi untuk mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini menunjukan seberapa baik mereka telah melakukan hal tersebut dari kacamata akuntansi. Menurut penelitian yang dilakukan Arilaha (2009), Ayu 63 dkk dan Prawira dkk (2014), menyatakan bahwa Return Of Equity berpengaruh terhadap kebijakan dividend. 2.13.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Dividend Menurut Keown et. al (2005:621) likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Posisi likuiditas perusahaan pada kemampuan pembayaran dividen sangat berpengaruh karena dividen dibayarkan dengan kas dan tidak dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki kas tersedia untuk pembayaran dividen. Likuiditas perusahaan diasumsikan dalam penelitian ini mampu menjadi alat prediksi tingkat pengembalian investasi berupa dividen bagi investor.Oleh karena itu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang baik, maka kemungkinan pembayaran dividen lebih baik pula. Tingkat Likuiditas dalam suatu perusahaan dapat diukur melalui rasio keuangan seperti: current ratio, quick ratio dan cash ratio. Dalam penelitian ini penulis menggunakan current ratio sebagai proksi dari likuiditas untuk memprediksi tingkat pembayaran deviden yang akan di lakukan oleh perusahaan. Current ratio merupakan salah satu ukuran dari likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya(current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpananlain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi current ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban jangka pendeknya (Brigham,1983) dalam Puspita, (2009). Current ratio seringkali dijadikan sebagai ukuran likuiditas, termasuk dalam persyaratan kontrak kredit. Hasil penelitian Sunarya (2013) , menunjukkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen karena ketersediaan aset menunjukkan tingkat pembayaran dividen sehingga posisi current ratio merupakan variabel penting yang dipertimbangkan oleh manajemen ketika memutuskan suatu kebijakan dividen. 64 Semakin tinggi current ratio, maka semakin mudah bagi pemegang saham untuk mendapatkan dividen dalam bentuk tunai. 2.13.3. Pengaruh Asset Growth terhadap Kebijakan Dividend Pertumbuhan perusahaan merupakan kemapuan perusahaan untuk megembangkan perusahaan dari waktu ke waktu atau mempertahankan posisi perusahaannya. Semakin cepat tingkat pertumbuhan yang dialami suatu perusahaan, maka semakin besar pula kebutuhan dana di waktu mendatang. Untuk membiayai pertumbuhanya, perusahaan tersebut biasanya akan lebih memilih untuk menahan pendapatanya daripada dibayarkan sebagai deviden kepada pemegang saham. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan dan juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab jika semakin tinggi tingkat deviden yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, sehingga akan menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya. Pertumbuhan yang dialami oleh suatu perusahaan dapat dilihat dari total asset perusahaan. Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang dialami oleh perusahaan, maka akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi, dengan adanya peningkatan kebutuhan dana di masa yang akan datang, maka akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen. Oleh karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi salah satu faktor penting dalam menentukkan kebijakan dividen. Berdasarkan hal tersebut maka dapat digambarkan bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut. Bedasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat disusun sebagai berikut 65 Keputusan Pendanaan Pasar Modal Penilaian kerja perusahaan Asset Growth Laporan Keuangan Rasio Perusahaan Profitabilitas Likuiditas ROE Current Ratio Leverage Kebijakan Dividend Keterangan: = Tidak diteliti = Diteliti Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Aktivitas 66 2.14. Hipotesis Berdasarkan Kerangka Pemikiran diatas maka dalam penelitian ini peneliti mengajukkan hipotesis sebagai berikut: H1: Terdapat pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Asset Growth terhadap kebijakan dividend secara bersama. H2: Terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividend. H3: Terdapat pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Dividend. H4: Terdapat pengaruh negatif secara parsial dari Asset Growth terhadap kebijakan dividend