perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2012 ( Studi Kasus di Surakarta ) SKRIPSI Oleh: REZA NUR CAHYANING PUTRI K7408138 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2012 ( Studi Kasus di Surakarta ) Oleh: REZA NUR CAHYANING PUTRI K7408138 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “Usaha dan doa adalah titian yang sejalan dan beriringan, keduanya harus kita tanamkan dalam diri kita untuk dapat meraih mimpi. Dan kebahagiaan adalah disaat kita bisa meraih apa yang kita impikan dengan tetesan peluh yang kita keluarkan” ( Penulis ) “Ilmu tanpa agama akan buta, dan agama tanpa ilmu akan lumpuh” (Albert Enstein) “Bekerjalah untuk kebahagiaan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk kebahagiaan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok pagi. ”(H.R. Bukhori) commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk : ”Ibu dan Bapak Tercinta” Do’a mu yang selalu menyertaiku, tetes keringatmu yang menjadikan cambuk motivasi bagi penulis serta kasih sayangmu yang tiada henti. Tiada kasih sayang yang setulus dan seabadi kasih sayang bapak dan ibuku tercinta. ”Saudara-saudaraku” Om hari, mbak Ningsih,adek dll terima kasih atas do’a dan motivasi yang selalu membuatku semangat menjalani hidup ini. ”Seseorang yang special” Muhammad Gilang Ramadhan yang selalu memberikan dukungan untuk cepat menyelesaikan karya ini. ”Sahabat-Sahabatku Tercinta” Reham, Ria, Ratri, Ratna, Puji Wahono, Arya, Sigit dll. Terima kasih karena kalian semua senantiasa mendorong langkahku dan selalu ada baik di saat ku senang maupun saat kuterjatuh. ”Teman-teman PAK 2008” Terima kasih atas semangat, kerjasama serta kebersamaan kita selama ini. “Almamater UNS” commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Reza Nur Cahyaning Putri. PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2011/2012 ( Studi Kasus di Surakarta ). Skripsi, Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Juni 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai. 2) Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah informan, lokasi atau peristiwa dan arsip atau dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan analisis dokumen. Validitas data dengan teknik triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai meliputi beberapa tahap, yaitu pendaftaran, seleksi, diklat , dan penempatan. 2) Faktor pendukung pihak Solo Technopark adalah adanya fasilitas sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang memadai; sumber daya manusia yang dimiliki Solo Technopark yang handal dan berkualitas sehingga mereka mampu menghasilkan tenaga terampil yang terdidik dan profesional. Selain itu juga adanya program khusus untuk warga yang tidak mampu. Faktor pendukung pihak perusahaan mitra kerja Solo Technopark adalah adanya prosedur kerjasama yang mudah dan calon tenaga kerja lulusan teknopark yang terampil dan berdaya saing. Faktor pendukung pihak peserta adalah peserta yang telah lulus dan dan mampu menyelesaikan program Solo Technopark akan disalurkan untuk bekerja sesuai keahlian di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark. Faktor penghambat pihak Solo Technopark adalah jumlah pendaftar setiap angkatan yang tidak tentu, serta adanya program gratis yang menyebabkan peserta terkesan menyepelekan. Faktor penghambat yang dialami perusahaan mitra kerja adalah terkadang tidak terpenuhinya permintaan tenaga kerja. Faktor penghambat yang dialami peserta adalah rasa lelah yang mengakibatkan menurunnya motivasi peserta. (3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program Solo Technopark. Pihak Solo Technopark mengatasi masalah dengan cara memotivasi siswa dengan iming-iming akan tersalurkan ke dunia kerja serta memperluas sosialisasi program Solo Technopark ke berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak industri mitra perusahaan Solo Technopark mengatasi masalah yang terjadi dengan cara menjalin kerjasama tidak hanya dengan Solo Technopark tetapi juga dengan balai pelatihan lainnya dalam hal pengadaan commit to user tenaga teknisi, selain itu juga dengan cara membuka lowongan pekerjaan sendiri. viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sedangkan peserta Solo Technopark mengatasi permasalahan dengan cara berusaha memotivasi diri sendiri, menyesuaikan diri serta menjaga stamina dengan mengatur jadwal aktivitas sehari-hari dan istirahat yang cukup. Kata kunci : program Solo Technopark, tenaga kerja terampil, siap pakai commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Reza Nur Cahyaning Putri. SOLO TECHNOPARK PROGRAM IN THE ATTEMPT OF PREPARING THE READY-TO-USE SKILLED LABOR IN 2011/2012 (A Case Study on Surakarta). Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. June 2012. The objective of research is to find out: 1) the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor, 2) the factors supporting and inhibiting the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor, and 3) the measures taken to cope with obstacles in the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor. This study was a descriptive qualitative research. The data source used included informant, location or event and archive or document. The sampling technique used was purposive sampling, and snowball sampling. Techniques of collecting data used were observation, interview, and document analysis. The data validation was done using source triangulation technique. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis. Based on the result of research, it could be concluded that 1) The implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor included such stages as registration, selection, short course, and placement. 2) The factors supporting the Solo Technopark management included the presence of adequate infrastructures and human resource; the human resource the Solo Technopark had was reliable and qualified so that it could produce the skilled informed professional labor. In addition, there was also a special program for poor people. The factors supporting the Solo Technopark partner included the easy cooperation procedure and skilled competitive Technopark graduates. The supporting factor for the participants was that the participants who had been graduated and able to complete the Solo Technopark program will be put into works consistent with their skill in the industries of Solo Technopark company partner. The factor inhibiting the Solo Technopark management was uncertain number of applicants in each generation, as well as the presence of free program leading the participants to apparently underestimate the program. The factor inhibiting the work partner company was that sometimes the demand for labors could not be met. The factor inhibiting the participants was fatigue lowering the participants’ motivation. (3) The measures taken to cope with the obstacles in the implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor. Solo Technopark management coped with such the problem by motivating the students by giving them incentive to be distributed to the work realm as well as by expanding the socialization of Solo Technopark program to a variety of interested parties. The Solo Technopark company partner coped with the problems occurring by establishing cooperation with not only Solo Technopark but also other training house in the term of engineer procurement, in addition to opening the job vacancy. Meanwhile, the Solo Technopark participants coped with the problems by means of motivating themselves, adapting commit to user to as well as maintaining their stamina and regulating their daily activity and taking a sufficiently rest. x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Keywords: Technopark Solo program, skilled, ready-to-use. commit to user xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL SIAP PAKAI TAHUN 2012 ( Studi Kasus di Surakarta ) ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Pimpinan Solo Technopark, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian. 7. Sutrisno, selaku bagian pemasaran dan pelayanan Solo Technopak, yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian. 8. Anton Susilo, ST selaku instruktur dan koordinator diklat Solo Technopark yang telah membantu saya dalam pengambilan data penelitian. 9. Keluarga besar Solo Technopark, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini. commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10. Seluruh informan yang telah memberikan informasi-informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini. 11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Surakarta, Penulis, commit to user xiii 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………. ii HALAMAN PENGAJUAN ………………………………………………. iii HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………. iv HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. v HALAMAN MOTTO …………………………………………………….. vi HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... vii HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………….. viii ABSTRACT ………………………………………………………………. x KATA PENGANTAR …………………………………………………….. xii DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………....... xvii DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xviii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xix BAB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………... 4 C. Tujuan Penelitian ………………………………………..... 5 D. Manfaat Penelitian ………………………………………... 5 II A. KAJIAN PUSTAKA 1.Tinjauan Umum Program …………………………….... 7 a. Pengertian Program ………………………………... 7 2.Tinjauan Umum Teknologi ……………………………. 7 a. Pengertian Teknologi ………………………………. 7 b. Macam-Macam Teknologi ………………………… 8 3.Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan …………… 10 a. Pengertian Pendidikan ……………………………... commit to user 10 xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Tujuan Pendidikan …………………………………. 11 c. Komponen Pendidikan …………………………….. 12 d. Pengertiaan Pelatihan ……………………………… 14 e. Tujuan Pelatihan …………………………………… 15 f. Link and Match …………………………………….. 15 g. Life skill ……………………………………………. 17 4.Tinjauan Umum Sumber Daya Manusia ………………. 21 a. Pengertian Sumber Daya Manusia ………………… 21 b. Konsep Tenaga Kerja ……………………………… 22 5.Tinjauan Umum Kesiapan Bekerja …………………….. 24 a. Pengertian Bekerja …………………………………. 24 b. Pengertian Kesiapan Kerja ………………………… 26 c. Manfaat Kesiapan Kerja …………………………… 27 d. Syarat-Syarat Memasuki Dunia Kerja ……………... 28 B. Kerangka Pemikiran ……………………………………….. 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 35 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian …………………………… 36 C. Data dan Sumber Data ……………………………………... 38 D. Teknik Sampling …………………………………………… 39 E. Pengumpulan Data …………………………………………. 40 F. Uji Validitas Data ………………………………………….. 41 G. Analisis Data ……………………………………………….. 43 H. Prosedur Penelitian ……………………………………….... 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ………………………… 48 B. Deskripsi Temuan Penelitian ……………………………..... commit to user C. Pembahasan ……………………………………………....... 52 xv 67 perpustakaan.uns.ac.id BAB digilib.uns.ac.id V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ………………………………………………….. 73 B. Implikasi ………………………………………………….. 76 C. Saran ……………………………………………………… 77 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… commit to user xvi 79 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman ,,,,,, 2.1 Skema Kerangka Pemikiran …………………………………………… 34 3.1 Skema Analisis Model Interaktif ……………………………………… 44 3.2 Prosedur Penelitian ……………………………………………………. 47 commit to user xvii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel Halaman…….. 4.1 Daftar Tenaga Pengajar Solo Technopark …………………………… 59 4.2 Data Penempatan Magang Pelatihan Pemuda STP- SCTC 27 (Juli 2011– Maret 2012) …………………………………………………… 60 4.3 Data Penempatan Kerja Pertama Pelatihan Pemuda STP-SCTC 25 …. 64 commit to user xviii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1. Pedoman wawancara .................................................................. 82 Lampiran 2. Daftar informan .......................................................................... 88 Lampiran 3. Field note .................................................................................... 91 Lampiran 4. Daftar peserta program Solo Technopark 2011/2012 ................. 143 Lampiran 5. Daftar Penempatan Kerja Peserta Program Solo Technopark .... 153 Lampiran 6. Struktur Organisasi Solo Technopark ......................................... 156 Lampiran 7. Daftar karyawan Solo Technopark ............................................. 157 Lampiran 8. Daftar Inventaris ......................................................................... 159 Lampiran 9. Daftar perusahaan mitra kerja Solo Technopark ........................ 163 Lampiran 10. Contoh surat permintaan kerja .................................................. 164 Lampiran 11. Formulir pendaftaran Solo Technopark .................................... 166 Lampiran 12. Dokumentasi ............................................................................. 167 Lampiran 13. Surat perijinan ........................................................................... 169 commit to user xix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang semakin nyata dan ketatnya kompetisi kebutuhan tenaga terampil menjadi perhatian penting semua pihak, tidak terkecuali para pengambil kebijakan dan pelaku pendidikan. Bayangan kerasnya persaingan kebutuhan tenaga terampil dan profesional bukan saja menghantui siswa-siswa yang ada di daerah, tetapi juga siswa-siswa yang ada di perkotaan terutama bagi yang tidak mampu melanjutkan pendidikan seusai tamat SMA/SMK karena masalah biaya. Pendidikan sebagai kebutuhan dalam pencapaian tingkat hidup yang lebih baik menjadi dramatisasi tersendiri karena banyaknya siswa-siswa tamatan SMA/SMK yang tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka di bangku perkuliahan. Daulay (2009) mengemukakan bahwa “Pengangguran di Indonesia masih menjadi masalah utama pembangunan.” Menurut data BPS tahun 2011, jumlah pengangguran lulusan SLTA di Indonesia sampai pada bulan Agustus 2011 mencapai 3.074.946 orang, lulusan DI/II/III/Akademi sebanyak 244.687 orang, sedangkan untuk lulusan dari universitas sebanyak 492.343 orang. Berdasarkan data statistik yang dirilis oleh BPS tingkat penggangguran tahun 2011 mengalami penurunan dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, tetapi hal ini masih menjadi problematika di Indonesia. Banyak pengangguran yang tidak terdidik dan terlatih menjadi fokus permasalahan pemikiran pemerintah. Ketidaksiapan tamatan untuk diterjunkan ke dalam dunia kerja adalah karena dinamisnya dunia kerja sehingga sistem pendidikan dan pelatihan harus menyesuaikan dengan kebutuhan yang dituntut oleh para pelaku dunia usaha. Menurut Daulay (2009) dalam tulisannya mengatakan bahwa: “Selama ini diasosiasikan bahwa tingginya angka pengangguran disebabkan oleh sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena banyak orang yang sependapat bahwa rendahnya kompetensi pencari kerja ikut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka pengangguran di Indonesia. commit to user Kurangnya kompetensi lulusan sekolah bisa diartikan sebagai belum terpenuhinya tujuan pendidikan nasional 1 perpustakaan.uns.ac.id 2 digilib.uns.ac.id seperti diamanatkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 3...” Berdasarkan pada pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa banyaknya penganggguran yang ada di Indonesia tidak hanya karena kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia tetapi juga karena kurangnya kompetensi dan keahlian yang dimiliki oleh lulusan lembaga pendidikan. Penanaman kompetensi pada dasarnya tidak hanya dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan formal, tetapi juga dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan non formal. Hal ini merujuk kepada pasal 26 ayat 2 UU Pendidikan Nasional yang mengatakan “...mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan kecakapan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional”. Sementara itu Daulay (2009) menambahkan bahwa “Pasal tersebut menyiratkan bahwa pendidikan formal memang tidak ditujukan untuk menyiapkan lulusan sekolah yang berdaya saing, pendidikan non formal lah yang memperoleh tugas untuk melaksanakan misi tersebut.” Saat ini Indonesia juga sedang memasuki era AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang menuntut adanya infrastruktur dan juga tenaga terampil dan terdidik yang memadai. Tapi infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia dinilai belum siap menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA). Menurut Soeprijanto (2010) menyatakan bahwa ”... persaingan regional ASEAN Free Trade Area (AFTA) misalnya yang sudah dimulai tahun 2002 sudah selayaknya harus segera disikapi dengan upaya percepatan peningkatan kualitas SDM Indonesia melalui peningkatan mutu, relevansi dan daya saing” (hlm. 276). Hal itu menunjukkan bahwa kebutuhan akan tenaga terampil sangat dibutuhkan dalam rangka menghadapi persaingan global. Melihat tuntutan dunia sekarang ini dimana pesaingan semakin luas, sementara kondisi negara terlilit krisis ekonomi, para siswa seharusnya sudah dibekali dengan kemampuan untuk memasuki dunia kerja selama menekuni pendidikan formal. Kompetensi ini tidak hanya dalam berupa ilmu pengetahuan tetapi lebih kepada ketrampilan kecakapan hidup untuk mempersiapkan para commit to user perpustakaan.uns.ac.id 3 digilib.uns.ac.id siswa terjun ke dunia kerja. Oleh karena itu jalur pendidikan formal harus mampu mengemban tugas untuk menyiapkan lulusan yang berdaya saing. Pendidikan merupakan salah satu cara dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif dan profesional, antara lain mempersiapkan tenaga kerja sebelum memasuki dunia kerja agar pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh sesuai dengan syarat-syarat yang dikehendaki oleh suatu pekerjaan. Oleh karena itu hal-hal yang mendorong peserta didik untuk belajar yang dikaitkan dengan tugas dan perannya harus dipersiapkan di lembaga pendidikan dimana menjadi tempat mereka menuntut ilmu. Lembaga pendidikan harus memfasilitasi terjadinya proses belajar yang optimal bagi peserta didiknya. Pendidikan yang dilakukan di sekolah merupakan jalur penting untuk membangun dan mengembangkan pengetahuan, bakat, kepribadian, sikap, mental, kreatifitas, penalaran dan kecerdasan siswa sebagai bekal ketika memasuki dunia kerja. Bidang pendidikan memang menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi proses globalisasi di hampir semua aspek kehidupan. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan dalam kaitannya dengan tuntutan dunia kerja adalah sistem pendidikan dan pelatihan Indonesia yang belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, serta pemenuhan persyaratan profesi yang telah ada. Pendidikan yang berbasis masyarakat luas merupakan salah satu kebijakan penyelenggara pendidikan yang memang diperuntukkan bagi masyarakat di Indonesia. Dasar yang menjadi pemikirannya adalah kebutuhan riil dari lapangan masyarakat terbesar. Oleh karena itu pendidikan harus menitikberatkan pada penguasaan kecakapan untuk hidup. Paradigma bersekolah untuk bekerja harus mendasari semua kegiatan pendidikan. Pendidikan dititikberatkan pada kecakapan untuk hidup sehingga diharapkan pendidikan benar-benar dapat meningkatkan taraf hidup dan martabat masyarakat. Melihat problema tersebut Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) sudah melakukan beberapa upaya dengan menampung berbagai pemikiran guna mencari solusi terbaik bagi anak didik yang seusai tamat SMA/SMK harus commit to user beberapa pendidikan kecakapan bekerja. Diantaranya adalah dengan memberi 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id hidup untuk membekali anak didik dalam menghadapi dunia kerja. Bekal keterampilan ini merupakan hal penting yang mendasari untuk menjawab tantangan saat ini, yaitu dengan membangun Solo Technopark dimana yang model pendidikannya menggunakan model berbasis masyarakat dan menekankan akan pentingnya pemahaman kebutuhan masyarakat melalui pemberdayaan yang ada di lingkungan. Program pendirian Solo Technopark merupakan realisasi dari kebijakan desentralisasi pendidikan. Desentralisai pendidikan maksudnya adalah penyerahan otoritas dari pemerintah pusat yang memberi hak sepenuhnya kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan dan mengatur program pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Keuntungan dari desentralisasi pendidikan adalah produk pendidikan lebih tepat guna baik mutu, kualitas maupun kuantitas. Program pendirian Solo Technopark ingin menjawab tantangan utama yang ada saat ini, yakni bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang berorientasi pada upaya untuk menjawab kebutuhan masyarakat di suatu daerah. Dengan program Solo Technopark diharapkan dapat mengurangi kelangkaan akan sumber daya manusia yang kreatif dan produktif. Selain itu program Solo Technopark dapat menjadi ujung tombak perubahan sistem pendidikan yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga penerapan teknologi mutahir sehingga dapat menghasilkan lulusan yang dapat memenuhi kriteria sesuai tututan perkembangan zaman. Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa program Solo Technopark akan mampu mempersiapkan dan menghasilkan anak didik untuk menjadi tenaga terampil siap pakai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji tentang program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka perlu adanya perumusan masalah yang akan menentukan arah yang tepat bagi pembahasan masalah. Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini ingin mengangkat commit to user permasalahan tentang: 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1. Bagaimana pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai ? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan program Solo Technopark ? 3. Bagaimana cara pemecahan masalah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Solo Technopark ? C. Tujuan Penelitian Keingintahuan tentang segala sesuatu yang ada disekitarnya merupakan suatu kodrat yang melekat pada diri manusia. Oleh karena itu, manusia selalu menggali apa yang menjadi tujuan dari kegiatan yang dilakukan. Penelitian ini pada dasarnya selalu mempunyai maksud dan tujuan yang dijadikan pedoman dan arahan. Penelitian ini mempunyai tujuan : 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Solo Technopark dalam mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan program Solo Technopark. 3. Untuk mengetahui bagaimana pemecahan masalah faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program Solo Technopark. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini sangat penting karena menghasilkan informasi secara rinci, akurat dan aktual yang akan memberikan banyak manfaat dalam menjawab permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Memberi masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. b. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan serta masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 2. Manfaat Praktis a. Bagi lembaga Solo Technopark Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai pelaksanaan commit to user program Solo Technopark dalam usaha mempersiapkan tenaga terampil. 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Bagi dunia usaha Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan kriteria/standart tamatan program Solo Technopark yang benarbenar lulus dan siap pakai untuk bekerja sabagai tenaga terampil. c. Bagi siswa Solo Technopark Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi sehubungan dengan Solo Technopark. d. Bagi guru Penelitian ini diharapka dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan sehubungan dengan masalah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Solo Technopark. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan a. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah keseluruhan proses, teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya (Siagian, 1996: 175). Senada dengan pernyataan tersebut Heidjrachman dan Husnan (2002) menjelaskan pendidikan adalah “Suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan” (hlm. 77). Sastrohadiwiryo (2003) menjelaskan bahwa : pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada dalam keseimbangan” (hlm. 200). Hakikat pendidikan menurut tim dosen administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2009) : 1) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbanagan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik. 2) Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan semakin pesat. 3) Pendidikan mampu meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat. 4) Pendidikan berlangsung seumur hidup. 5) Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya (hlm. 12) Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga hal pokok pendidikan, commit to user yaitu: 7 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1) Merupakan suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknologi dan metode. 2) Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan yang formal dan structured. Structured artinya bahwa pendidikan diselenggarakan oleh satuan kerja yang melembaga dan kegiatannya diarahkan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dipandang menguasai materi yang hendak dialihkan kepada orang lain yang mengikuti program pendidikan yang bersangkutan. 3) Melalui serangkaian kegiatan, baik sifatnya kurikuler maupun ekstra kurikuler yang telah disusun dan dipersiapkan, standar pengetahuan tertentu yang ingin dialihkan kepada yang akan diajar oleh yang mengajar, artinya sesuatu program pendidikan diarahkan kepada pemenuhan standar pengetahuan dan akademik tertentu. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan proses kegiatan untuk memberikan bekal pengetahuan, kecakapan dan kecakapan tertentu juga pembentukan sikap atau kepribadian seseorang guna menghadapi lingkungannya dalam jangka waktu yang relative lama sesuai dengan standar yang telah ditentukan. b. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan menurut Hamalik (1991) antara lain sebagai berikut: 1) Adanya perkembangan pengetahuan dan kemampuan. 2) Terwujudnya tenaga-tenaga yang terampil dalam berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan. 3) Diharapkan mampu menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi. 4) Mampu menyalurkan aspirasi dan minat di dalam kegiatan yang bermakna (hlm. 46). Tujuan pendidikan menurut Siagian (1996) mempunyai pendapat yang sejalan dengan ahli-ahli lainnya, yaitu pendidikan yang sifatnya siap tahu itu bukannya tanpa manfaat, bahkan sesungguhnya dapat dikatakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 9 digilib.uns.ac.id bahwa manfaatnya sungguh besar, paling sedikit ditinjau dari lima sudut pandang yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) Penguasaan atas sesuatu disiplin ilmiah tertentu. Cakrawala pandangan tidak sempit. Menumbuhkan rasa ingin tahu. Kemampuan berpikir secara teratur, logis dan sistematik. Daya analisa yang tinggi (hlm. 177). Demikian dapat dimengerti bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat tinggi bagi kehidupan seseorang, bahkan bagi suatu bangsa. Semakin tinggi pendidikan seseorang, akan semakin luas pengetahuan seseorang dan akan semakin tinggi daya analisanya sehingga pada akhirnya mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, juga semakin tinggi tingkat kesadarannya. c. Komponen Pendidikan Komponen pendidikan adalah unsur-unsur yang harus ada di dalam berlangsungnya suatu pendidikan. Ketika ada salah satu unsur yang tidak ada, maka bisa dikatakan bukan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, pakar pendidikan secara rinci merumuskan komponen-komponen pendidikan sebagai berikut: 1) Subjek Yang Dibimbing (peserta didik) Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan masalahmasalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya. 2) Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik disini meliputi orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat/organisasi. 3) Interaksi Edukasi Antara Peserta Didik Dengan Pendidik commit to user perpustakaan.uns.ac.id 10 digilib.uns.ac.id Interaksi edukasi pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan ditempuh melalui proses komunikasi yang intensif dengan memanipulasikan isi, metode dan juga penerapan alat-alat pendidikan. 4) Tujuan Pendidikan Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. 5) Materi Pendidikan Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini melipiti materi inti maupun muatan lokal. 6) Alat dan Metode Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat dan metode merupakan dua sisi mata uang dimana alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya. 7) Lingkungan Pendidikan Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi terjadinya proses berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Tirtarahardja & Sulo, 2005). d. Pengertian Pelatihan Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas commit to user ekonomi. Pelatihan membantu karyawan/pegawai dalam memahami suatu 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuannya (Heidjrachman dan Husnan, 2002:77). Dengan demikian pelatihan merupakan suatu proses untuk membantu sumber daya manusia yang ada untuk memperoleh efektivitas mereka yang sekarang atau yang akan datang dan berjalan terus menerus. Dapat dikatakan bahwa efisiensi organisasi manapun tergantung secara langsung pada bagaimana baiknya para anggotanya dilatih. Training atau latihan adalah belajar yang ada kaitannya dengan pekerjaan yang ditangani saat ini (Atmosoeprapto, 2000: 42). Soeprihanto (2001) mengungkapkan latihan merupakan “Kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan serta kecakapan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan” (hlm.85). Sedangkan menurut Handoko (2001) dalam bukunya menjelaskan bahwa “Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan dalam berbagai kecakapan serta teknik pelaksanaan kerja tertentu, secara terinci dan rutin” (hlm.104). Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu upaya sistematis untuk memperbaiki kemampuan seseorang dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kecakapan operasional dalam melaksanakan fungsi dan tugas-tugas dalam jabatannya. Latihan juga membantu seseorang atau tenaga kerja dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan pengetrapannya guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuan. Sehingga dengan adanya latihan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Selain itu dengan adanya pelatihan juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat baru dalam diri karyawan yang pada waktunya dapat berprestasi dan menciptakan tenaga yang potensial. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 12 digilib.uns.ac.id e. Tujuan Pelatihan Tujuan utama dari setiap latihan adalah supaya masing-masing peserta pelatihan dapat melakukan pekerjaannya secara lebih efisien. Masing-masing latihan bertujuan untuk menambah pengetahuan para pengikutnya untuk lebih memudahkan dalam melaksanakan tugasnya. Sesuai dengan penjelasan di atas, hal ini sesuai dengan tujuan latihan yang dikemukakan oleh Moekijat (1991: 38), yaitu: 1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat cepat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif. 2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional 3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan bekerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan). Simamora (2001) sependapat dengan hal tersebut dan mengungkapkan pendapatnya mengenai tujuan pelatihan, antara lain yaitu: 1) Memperbaiki kinerja. 2) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi. 3) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan. 4) Membantu memecahkan permasalahan operasional. 5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi. 6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. 7) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi (hlm. 346). f. Pengertian Link and Match Link and Match berasal dari dua kata, yaitu link dan match. Link berarti keterkaitan dengan dunia kerja sedang match berarti kesesuaian atau kecocokan dengan ketrampilan yang sedang dibutuhkan. Menurut Soeprijanto (2010) “Konsep link and match merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi pada dunia kerja” (hlm. 277). Konsep link and match merupakan konsep pendidikan yang di dalam penyelenggaraannya memprioritaskan relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Hal ini dilakukan supaya tidak ada miss antara kompetensi lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. commit to user Beberapa prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan Link 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id and match diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Menurut Papahan (2002) Pendidikan Sistem Ganda adalah : PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan dari pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu (Soeprijanto, 2010: 278). Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja. Hal ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di sekolah kejuruan, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha/industri dalam menyikapi perubahan dinamika tersebut. Dalam mengantisipasi percepatan AFTA maka yang menjadi topik bukanlah hanya sekedar pendekatan strategis apakah sistem kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri ini dapat diterapkan atau mustahil diwujudkan di Indonesia. Namun yang perlu dilakukan saat ini adalah implementasi segera program-program kemitraan dalam rangka meningkatkan kualitas maupun kuantitas SDM yang terlibat di dalamnya (Soeprijanto, 2010:276-277). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menghasilkan SDM yang berdaya saing diperlukan implementasi link and match antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri. Ini berarti pola pendidikan sekarang harus berorientasi pada aspek kompetensi. Pola pendidikan konvensional yang memfokuskan pada nilai harus mulai ditinggalkan dan beralih kepada penguasaan kompetensi. Fakta mengenai pendidikan yang sekarang terjadi adalah kurangnya relevansi program pendidikan yang ada dengan kebutuhan masyarakat yaitu mengenai output lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga lulusan tidak dapat diserap oleh masyarakat industri maupun dunia kerja. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 14 digilib.uns.ac.id g. Life Skill ( Kecakapan Hidup ) Tim Broad-Based Education (2002) menafsirkan “Kecakapan hidup sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.” Menurut Slamet (2002) yang dimaksud pendidikan kecakapan hidup adalah ”pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil untuk menjalankan kehidupannya, yaitu menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.” Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup (lifeskill) adalah keterampilan dan kemampuan keahlian yang perlu ditanamkan pada diri setiap orang agar mampu memenuhi kebutuhannya guna bertahan hidup. Menurut Team Broad Based Education (2002) kecakapan hidup dipilah menjadi 4 jenis, yaitu : 1) Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awarensess) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skill). 2) Kecakapan social (social skill). 3) Kecakapan akademik (academic skill). 4) Kecakapan vokasional (vocational skill). Slamet (2002) menyatakan bahwa “Kecakapan hidup dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kecakapan hidup yang bersifat dasar dan instrumental”. Secara lebih jelas Slamet (2002) mengungkapkan bahwa: Kecakapan hidup yang bersifat dasar adalah kecakapan yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman dan tidak tergantung pada perubahan ruang dan waktu, serta merupakan fondasi dan sokoguru bagi tamatan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah agar bisa mengembangkan kecakapan hidup yang bersifat instrumental. Kecakapan hidup yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan dapatcommit berubah-ubah to user sesuai dengan perubahan ruang, perpustakaan.uns.ac.id 15 digilib.uns.ac.id waktu, situasi, dan juga harus diperbaharui secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan derap perubahan. Adapun dimensi kecakapan hidup yang bersifat dasar dan instrumental menurut Slamet (2002) dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Kecakapan Dasar a) Kecakapan belajar terus-menerus Kecakapan belajar terus-menerus (sepanjang hayat) adalah kecakapan yang paling penting dibandingkan dengan semua kecakapan hidup lainnya. Setiap anak didik perlu diberi bekal dasar tentang strategi, metode, dan teknik belajar untuk memperoleh dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam kehidupannya. b) Kecakapan membaca, menulis, menghitung Setiap anak didik diharapkan mampu memiliki kecakapan membaca dan menulis secara fungsional baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Kecakapan membaca, memahami dan menafsirkan informasi tertulis dalam surat kabar, majalah, jurnal, dan dokumen. Menulis, mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi, dan pesan-pesan tertulis dan membuat dokumen-dokumen. Kecakapan menghitung, kemampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah praktis, dengan memilih secara tepat dari teknik-teknik matematika yang ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi. c) Kecakapan berkomunikasi : lisan, tertulis, tergambar, mendengar Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi secara langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui kesan pun bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka kecakapan berkomunikasi termasuk kecakapan mendengar harus dimiliki oleh peserta didik. d) Kecakapan berpikir Tingkat kecakapan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh cara berpikir, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar dan latihan-latihan dengan cara yang benar tentang kecakapan berpikir deduktif, induktif, ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral, system, kreatif, eksploratif, discovery, inventory, reasoning, pengambil keputusan, dan pemecahan masalah. e) Kecakapan kalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi Memiliki bangsa berkecakapan kalbu yang baik merupakan asset batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Kecakapan kalbu yang antara lain berupa iman (spiritual), rasa, dan emosi merupakan unsur-unsur pembentuk jiwa selain akal. Jiwa merupakan sumber kekuatan dan kendali bagi setiap manusia dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi bahkan baik buruknya sebuah commit to user perpustakaan.uns.ac.id 16 digilib.uns.ac.id bangsa sangat dipengaruhi oleh baik buruknya kalbu bangsa yang bersangkutan. f) Kecakapan mengelola kesehatan badan Peserta didik sejak dini sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan kesehatan badan agar yang bersangkutan memiliki kesehatan badan yang prima, bebas penyakit, dan memiliki ketahanan badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makan yang bergizi dan bervitamin, menjaga kebersihan, dan beristirahat cukup merupakan pendidikan kecakapan mengelola kesehatan badan yang harus diterapkan dalam kehidupan peserta didik. g) Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk mencapainya Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah : (1) adanya keinginan baru, dan (2) upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai keinginan baru tersebut. Kecakapan merumuskan dua hal yang karakteristik ini merupakan bagian peting bagi kehidupan seseorang h) Kecakapan berkeluarga dan sosial Peserta didik hidup di dalam lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Peserta didik harus dapat berinteraksi dan mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 2) Kecakapan Instrumental a) Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan Teknologi telah merambah segala kehidupan dan merupakan alat penggerak utama kehidupan. Generasi muda harus diberi bekal agar mengapresiasi pentingnya teknologi bagi kehidupan dan mau mempersiapkannya untuk mempelajari, menggunakan dan mengembangkan teknologi yang ada. b) Kecakapan mengelola sumber daya Peserta didik perlu diberi bekal tentang arti, tujuan, dan cara mengidentifikasi, mengorganisasi, merencanakan, dan dapat mengalokasikan sumber daya. c) Kecakapan bekerjasama dengan orang lain Peserta didik sejak dini perlu diberi bekal dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar tentang cara-cara bekerjasama, menghargai hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggungjawab, dan akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresiasi keanekaragaman, kemauan baik yang kreatif, kepemimpinan, manajemen negosiasi, dan masih banyak hal lain yang perlu diajarkan. d) Kecakapan memanfaatkan informasi Saat ini dan lebih-lebih di masa datang, informasi akan mengalir secara cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Peserta didik perlu dibekali cara-cara mendapatkan dan memanfaatkan beraneka ragam informasi yang ada. Mereka harus dididik cara-cara mendapatkan, commit to user mengevaluasi informasi, mengorganisasi dan memelihara informasi, perpustakaan.uns.ac.id 17 digilib.uns.ac.id menafsirkan dan mengkomunikasikan informasi, dan menggunakan komputer untuk mengolah data agar menjadi informasi. e) Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan Peserta didik perlu memahami, menghayati, dan menerapkan, system dalam kehidupannya. Mereka perlu diberi bekal dasar tentang cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sebagai sistem. Mereka harus memahami cara kerja sistem-sistem kehidupan seperti bank, organisasi perusahaan, sekolah, bahkan dirinya sebagai sistem harus dikenalinya secara baik. f) Kecakapan berwirausaha Kecakapan berwirausaha adalah kecakapan memobilisasi sumber daya yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya atau untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki ciri-ciri : (1)bersikap dan mampu berpikir mandiri, (2)memiliki sikap berani menanggung resiko, (3)tidak suka mencari kambing hitam, (4)selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya yang ada, (5)terbuka terhadap umpan balik, (6)selalu menginginkan perubahan yang lebih baik, (7)tidak pernah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, (8) memiliki tanggung jawab moral yang baik. g) Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (citarasa) Tidak semua peserta didik menyukai kecakapan berpikir, sebagian dari mereka menyukai kecakapan-kecakapan kejuruan misalnya seperti pertanian, peternakan, permesinan, kerajinan, bisnis, boga, busana, industri, komputer, olahraga, dan juga kesenian. Untuk itu, mereka jelas membutuhkan kecakapan kejuruan yang secara praktis dapat digunakan untuk mencari nafkah. h) Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir Setiap peserta didik yang telah tamat dalam pendidikan kelak berharap memiliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai dengan peluang yang ada. Peserta didik dari awal perlu di-kenalkan tentang potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan, persyaratan untuk memasuki jenis karir tertentu, dan disiapkan agar kelas setelah lulus mampu memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir yang sesuai dengan potensi dirinya. i) Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan Peserta didik hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dapat dirasakan oleh panca indera, seperti tanah, air, udara. Lingkungan maya adalah suasana sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh hati. Peserta didik harus mampu menjaga keharmonisan di antara kedua lingkungan tersebut. j) Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila Peserta didik perlu diberi bekal berupa kemampuan mengintegrasikan kebhinekaan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Mengcommit to user tinggi hak asasi manusia, menhargai perbedaan agama, menjunjung perpustakaan.uns.ac.id 18 digilib.uns.ac.id jaga kesatuan dari bangsa, demokrasi, keadilan sosial, kecintaan terhadap negaraya, kepahlawanan dan apresiasi terhadap para pendahu mereka, apresiasi terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan tanggung jawab, kesadaran sebagai warganegara, adalah contohcontoh kecakapan hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup diharapkan mampu meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun progresif. Dengan menguasai berbagai konteks kecakapan hidup tersebut diharapkan masyarakat juga mampu menjadi tenaga yang terampil untuk memasuki persaingan global. 2. Tinjauan Umum Sumber Daya Manusia a. Pengertian Sumber Daya Manusia Sebelum membahas lebih jauh lagi, peneliti akan memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai pengertian sumber daya manusia. Menurut William B. Werther dan Keith Davis di dalam bukunya Human Resources and Personal Management yang dikutip oleh Taliziduhu Ndraha (1999: 9) mengemukakan bahwa sumber daya manusia atau human resources injkmadalah “The people who are ready, willing and able to contribute to organizational goals”, yang mempunyai arti sebagai berikut “Sumber daya manusia atau human resources adalah penduduk yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasional”. Sedangkan menurut Nawawi (2003) mengemukakan bahwa “Sumber daya manusia dalam arti mikro dalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenega kerja dan lain-lain” (hlm. 17). Sebagai salah satu pakar Gomes (1997) mengemukakan pendapatnya bahwa : Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas. Sumber daya manusia adalah satu-satunnya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karsa. Satu-satunya sumber daya yang memiliki user sumber daya manusia sangat rasio, rasa, dan karsa.commit Semuato potensi perpustakaan.uns.ac.id 19 digilib.uns.ac.id berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam penapaian tujuan (hlm. 2). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia merupakan bagian yang penting dalam organisasi, karena pencapaian dan efisiensi dari sebuah organisasi tergantung secara langsung pada sumber daya manusia yang dimilikinya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan sumber daya manusia adalah sumber daya yang menunjuk kepada orang-orang di dalam perusahaan yang bersedia dan mampu memberikan sumbangan kepada perusahaan dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditentukan. b. Konsep Tenaga Kerja Menurut Hamalik (2001) “Tenaga kerja (ketenagakerjaan ) adalah sumber daya manusia yang memilki potensi, kemampuan yang tepat guna, berdaya guna, berpribadi dalam kategori tertentu untuk bekerja dan berperan dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan”(hlm. 7). Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut ( Mulyadi, 2003:59 ). UU No 13 tahun 2003 dalam Undang-Undang Tenaga Kerja (2006) mengatakan bahwa “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat” (hlm. 74). Jadi dapat diartikan bahwa tenaga kerja haruslah memiliki sikap mandiri dan dapat melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat commit to user ikut bekerja (Simanjuntak,1985:2). Menurut Hidayanto (2002) “Tenaga perpustakaan.uns.ac.id 20 digilib.uns.ac.id terampil merupakan setiap sumber daya manusia yang menguasai kecakapan hidup (hlm.279). Fajar (2002) mengemukakan bahwa : Depdiknas mengharuskan setiap anak didik untuk dapat menguasai kecakapan hidup sebab pendidikan itu untuk hidup dan kehidupan serta prosesnya tidak pernah berakhir selain itu tidak semua anak didik nantinya akan melanjutkan ke pendidikan perguruan tinggi seusai menamatkan jenjang pendidikan SLTA. Sejalan dengan otonomi daerah, maka pemerintah juga berupaya untuk membentuk suatu sistem pendidikan yang berorientasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan adanya kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat dan juga dunia usaha. 3. Tinjauan Umum Kesiapan Kerja a. Pengertian Bekerja Secara terminologi definisi bekerja adalah aktivitas yang menjadi sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya menjadi lebih berarti. Menurut Liang Gie (1982) bekerja adalah “keseluruhan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rohaniah dan jasmaniah yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, khususnya yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya untuk bertahan hidup” (hlm. 1). Ndraha (1999) berpendapat bahwa “kerja dapat diartikan sebagai suatu proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuh kebutuhan yang ada” (hlm. 1). Ndraha (1999) di dalam bukunya menjelaskan mengenai hakikat kerja, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1) Kerja adalah hukuman. 2) Kerja adalah beban. 3) Kerja adalah kewajiban. 4) Kerja adalah sumber penghasilan. 5) Kerja adalah kesenangan. 6) Kerja adalah gengsi, prestise. commit to user 7) Kerja adalah aktualisasi diri. perpustakaan.uns.ac.id 21 digilib.uns.ac.id 8) Kerja adalah panggilan jiwa. 9) Kerja adalah pengabdian kepada sesama. 10) Kerja adalah hidup. 11) Kerja adalah ibadah. 12) Kerja adalah suci (hlm. 83) Kerja adalah hukuman, maksudnya adalah dahulu manusia sebenarnya hidup tanpa bekerja di Taman Firdaus, tetapi karena jatuh ke dalam dosa maka manusia dihukum. Untuk bisa bertahan hidup manusia harus bekerja. Salah satu bentuk hukuman adalah kerja paksa. Sedangkan maksud dari kerja adalah beban yaitu bagi orang yang malas, bekerja adalah beban. Hal ini didasarkan karena mereka bekerja tidak sesuai dengan panggilan hati mereka dan tanpa kesadaran untuk bekerja. Pengertian dari kerja adalah kewajiban maksudnya di dalam sistem birokrasi atau sistem kontraktual, kerja adalah kewajiban, yaitu guna memenuhi perintah atau membayar hutang. Kerja adalah sumber penghasilan maksudnya sangat jelas bahwa bekerja sebagai sumber nafkah. Dengan bekerja manusia dapat memperoleh uang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja adalah kesenangan dapat diartikan bahwa kerja itu sebagai hobi. Kerja adalah gengsi, prestise maksudnya adalah dimana kerja sebagai gengsi atau prestise berkaitan dengan status sosial atau jabatan. Semakin tinggi jabatan atau peran seseorang dalam pekerjaannya, maka semakin tinggi pula status sosialnya. Sedangkan penjelasan dari kerja adalah aktualisasi diri yaitu kerja disini diartikan dengan peran, cita-cita atau ambisi. Hakikat kerja yang lain adalah kerja itu merupakan panggilan jiwa, kerja disini berkaitan dengan bakat. Dari sini tumbuh profesionalisme dan pengabdian terhadap kerja. Dengan begitu maka seseorang bekerja tanpa adanya paksaan dan timbul kesenangan akan pekerjaan tersebut. Kerja adalah pengabdian kepada sesama, yang dimaksud disini adalah bekerja dengan tulus dan tanpa pamrih untuk kepentingan bersama. to user Sedangkan kerja adalah commit hidup maksudnya adalah hidup diabdikan dan 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id diisi untuk dan dengan bekerja. Kerja adalah ibadah, disini dijelaskan kerja merupakan pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini. Kerja dilakukan seakan-akan kepada dan bagi kemuliaan nama Tuhan dan bukan kepada manusia. Dan yang terakhir yaitu kerja adalah suci, bekerja adalah suatu hal yang dihormati dan tidak boleh dicemarkan dengan perbuatan dosa, kealahan, pelanggaran dan kejahatan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bekerja merupakan aktivitas yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam dan tidak terbatas. b. Pengertian Kesiapan Kerja Sebelum siswa siap untuk diterjunkan di dunia usaha untuk bekerja, perlu adanya penanaman mental siap kerja. Hal ini dilakukan supaya para siswa kelak sudah siap untuk menyesuaikaan diri dengan keadaan dunia barunya, yaitu dunia kerja. Sugihartono (1991) mengatakan bahwa “kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya keserasian antara kematangan fisik, kematangan mental serta pengalaman belajar sehingga individu mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau tingkah laku tertentu dalam hubungannya dengan pekerjaan” (hlm. 8). Dalam hal ini diartikan bahwa kesiapan merupakan bentuk kesanggupan seseorang dalam melaksanakan atau mewujudkan apa yang telah dipikirkan sebelumnya. Jadi dapat diartikan kesiapan kerja merupakan kemampuan seseorang mengatasi masalah yang mungkin terjadi dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kesiapan kerja adalah kondisi seseorang dalam keadaan siap untuk mereaksi atau menanggapi suatu hal dengan cara tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan pentingnya penanaman mental siap kerja pada para siswa sebelum mereka dapat diterjunkan ke dunia kerja. Kesiapan yang dilakukan peserta didik sebelum memasuki dunia kerja adalah melalui pendidikan sistem ganda yang diimplementasikan dalam program on the job training. c. Manfaat Kesiapan Kerja Semua pekerjaan tentunya perlu dipersiapkan, walaupun pekerjaan commit to user tersebut dipandang rendah. Misalnya saja pemulung yang saat ini menjadi perpustakaan.uns.ac.id 23 digilib.uns.ac.id profesi dari sebagian masyarakat Indonesia juga memerlukan persiapan. Secara fisik memang profesi ini dibilang cukup mudah, tetapi secara non fisik profesi ini memerlukan persiapan yang cukup berupa mental yang tinggi untuk melakukannya. Kesiapan kerja diperlukan agar mampu menyiapkan diri untuk dapat bekerja dengan baik. Kesipan kerja dihubungkan dengan kemampuan kerja, dimana di dalamnya memuat kompetensi kerja yang menjadi standart suatu pekerjaan. Menurut Ruky (2003) adapun manfaat-manfaat dari adanya kesiapan kerja antara lain : 1) Memperjelas standar kerja dan harapan yang ingin dicapai. 2) Sebagai alat seleksi karyawan. 3) Memaksimalkan produktivitas 4) Dasar untuk pengembangan sistem renumerasi. 5) Memudahkan adaptasi terhadap perubahan. 6) Menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi (hlm. 107-108). Standar kerja merupakan dasar dalam suatu pekerjaan. Dengan menguasai standar kerja, seorang pekerja dapat memperoleh hasil dari pekerjaan tersebut. Kesiapan kerja yang dimiliki seorang pekerja akan menentukan jenis pekerjaan dan kesesuaian lapangan pekerjaan yang ada dan dengan kesiapan kerja dapat membantu memudahkan dalam organisasi tempat kerja. Seleksi karyawan merupakan hal yang paling utama dilakukan di suatu perusahaan. Dengan memiliki kesiapan kerja dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk menyeleksi dan memilih calon pekerja. Kesiapan kerja dapat memaksimalkan produktivitas. Calon tenaga kerja yang sudah memiliki kesiapan kerja akan dengan mudah melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Tenaga kerja yang sudah siap bekerja akan lebih mudah menyesuaikan diri sehingga tidak banyak membuang faktor produksi yang terpakai dan dapat dikatakan lebih efisiensi dalam bekerja. Kesiapan kerja akan mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Pekerjaan yang dihadapi nantinya tidak sama persis dengan yang dilakukan ketika mengikuti praktek di bangku sekolah. Siswa sebagai calon tenaga kerja commit to user harus memiliki kesiapan kerja untuk mengenal karakteristik dari suatu 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pekerjaan dan jika nanti terdapat perubahan ketika bekerja lebih mudah penyesuaiannya terhadap pekerjaan tersebut. Kesiapan kerja juga mempermudah bagi pekerja baru untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dalam organisasi. Kemampuannya di dalam menguasai pekerjaan dasar akan memudahkan pula dalam menyesuaikan diri dengan nilai-nilai organisasi tempat bekerja. Sehingga diharapkan perilaku kerjanya akan dapat sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan ini penting untuk menjaga situasi kerja agar tidak terjadi konflik dengan sesama pekerja atau pimpinan. commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI B. Kajian Pustaka 4. Tinjauan Umum Program a. Pengertian Program Program menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1989) adalah “Rancangan mengenai asas-asas serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang dijalankan” (hlm. 702). Program terdiri atas berbagai panduan antara rencana yang satu dan rencana lainnya. Program merupakan rencana sekali pakai, artinya apabila sasaran atau waktunya sudah tercapai maka selesailah aktivitas yang berkaitan dengan sasaran atau waktu tersebut (Sutarta, 2004:78). Salah seorang pakar juga mengutarakan pendapatnya mengenai pengertian program yang dijelaskan sebgai berikut : Perumusan yang memuat gambaran-gambaran pekerjaan yang akan dilaksanakan berikut petunjuk-petunjuk mengenai cara pelaksanaannya. Biasanya dalam program ini dikemukakan pula fasilitas-fasilitas yang diperlukan seperti : waktu, penggunaan alat-alat perlengkapan, dan ketentuan dan wewenang serta tanggung jawabnya daripada pelaksana program tersebut. ( Liang Gie, 1957 : 335 ) Berdasarkan beberapa pengertian program diatas maka peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa pengertian program adalah suatu gambaran, wacana, rancangan-rancangan asas serta tata cara tentang suatu pekerjaan atau kegiatan yang dijalankan. 5. Tinjauan Umum Teknologi a. Pengertian Teknologi Istilah “teknologi” berasal dari kata “techne” yang artinya cara atau keterampilan dengan keterkaitan pada proses, peralatan, dan cara berfikir atau pendekatan dalam mempermudah pengadaan, perbaikan atau penyempurnaan dari sesuatu dan “logos” yang artinya pengetahuan. commit to user 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Menurut Gasset (1989) “Teknologi: ilmu yang mendasari teknik” (Susanto, 1991:203). Sejalan dengan Gasset, Rosario (1989) di dalam buku yang sama mengungkapkan pendapatnya bahwa teknologi adalah “The organization of knowledge for the achievement of practical purposes”(Susanto:1991, 203). Technology is systemic application of science of organized knowledge to practical, concrete tasks enabling man not to gain a better understanding of the objective processes taking places but above all, to enhance the effective uses of all its activities (Fause dalam Susanto, 1991:204 ). Pengertian teknologi yang lain diungkapkan oleh Speergen (1986) yang berpendapat bahwa teknologi adalah “scientific engineering and managerial knowledge that…possible the conception, design development, production and distribution of good and services”(Susanto:1991, 203) Besari (2008) menjelaskan bahwa : Teknologi adalah ilmu pengetahuan dan seni yang ditranformasikan ke dalam produk, proses, jasa dan struktur yang terorganisasi, yang pada dasarnya merupakan seperangkat instrument dari ekspansi kekuasaan manusia sehingga dapat menjadi sumber daya cara yang baru untuk menciptakan kekayaan melalui peningkatan produktivitas (hlm 164). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut ada tiga hal pokok yang perlu digarisbawahi tentang teknologi, yaitu ; 1) proses yang meningkatkan nilai tambah. 2) produk yang diciptakan, dimanfaatkan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja. 3) Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembangkan dan digunakan. b. Macam-Macam Teknologi Salah seorang pakar teknologi Besari (2008) mengklasifikasikan teknologi jika ditinjau dari perspektif waktu, dimana antara lain sebagai berikut : user 1) Teknologi Masa Kini commit (CurrenttoTechnologies) perpustakaan.uns.ac.id 2) 3) 4) 5) 6) 7) 27 digilib.uns.ac.id teknologi masa kini (Current Technologies) yaitu teknologi yang saat ini sudah dikenal dan sudah biasa diterapkan di kehidupan, misalnya sistem penggerak (propulsi) mobil. Sistem ini biasa digunakan pada kendaraan transportasi otomotif darat saat ini. Maka sistem propulsi mobil dan kendaraan sebangsanya dengan engine bahan bakar internal merupakan teknologi masa kini. Teknologi Mendatang (Emerging Technologies) Teknologi mendatang adalah suatu teknologi yang masih dalam taraf pengembangan di laboratorium dan di inkubator, ataupun yang masih sedang dalam percobaan. Contohnya adalah kendaraan mobil hyper car. Tujuan dari hyper car adalah untuk memperoleh mobil yang irit bahan bakar. Berbeda dari mobil saat ini, hyper car digerakkan dengan tenaga listrik yang kini sudah mulai banyak digunakan. Mobil hyper car tentunya memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan mobil yang beroperasi saat ini. Teknologi Baru (New Technologies) Teknologi baru (New Technologies) yaitu teknologi baru yang secara fundamental berbeda dengan teknologi lama yang sudah ada sebelumnya. Contoh dari teknologi baru adalah teknologi Ballard fuel-cell. Teknologi Masa Depan (Future Technologies) Teknologi masa depan (Future Technologies) adalah teknologi yang diperkirakan akan timbul di waktu yang akan datang. Contoh dari teknologi ini adalah tenaga plasma. Teknologi ‘Sun Raise’ (‘Sun Raise’ Technologies) Pengertian dari teknologi ‘Sun Raise’ yaitu teknologi yang sudah dinikmati masyarakat, namun teknologi tersebut masih dalam stadium berkembang menjadi teknologi yang lebih baik. Contohnya antara lain teknologi fermentasi, teknologi genetika dan lain-lain. Teknologi ‘Senja’ (Sun Set Technologies) Teknologi ‘Senja’ (Sun Set Technologies) adalah teknologi yang kemungkinan pengembangannya telah mendekati akhir. Contoh dari teknologi ini adalah teknologi tabung. Teknologi Buntu (Dead End Technologies) Teknologi Buntu (Dead End Technologies), yaitu teknologi yang pada umumnya tidak dapat dikembangkan lagi. Contoh dari teknologi buntu adalah teknologi cap untuk membuat batik. Dalam industri tersebut proses cetak dilakukan dengan cara mengaplikasikan bahan lilin panas pada tekstil. Teknologi cap yang demikian pada umumnya sudah tidak dilakukan lagi, karena teknologi tersebut dianggap sudah tidak dapat lagi dikembangkan atau ditingkatkan lagi lebih lanjut. Meskipun demikian, cara tersebut masih sangat sering digunakan dalam produksi karya artistik. (hlm.164) Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 28 digilib.uns.ac.id kemajuan ilmu pengetahuan. BJ. Habibie (1980) menyatakan “teknologi selalu bersifat ambivalen; disamping segi yang positif juga memperlihatkan pula segi-segi negative” (M.T Zen,1982: 2). Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. 6. Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan h. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah keseluruhan proses, teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya (Siagian, 1996: 175). Senada dengan pernyataan tersebut Heidjrachman dan Husnan (2002) menjelaskan pendidikan adalah “Suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan” (hlm. 77). Sastrohadiwiryo (2003) menjelaskan bahwa : pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada dalam keseimbangan” (hlm. 200). Hakikat pendidikan menurut tim dosen administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2009) : 6) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbanagan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik. 7) Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami semakin pesat. commit to perubahan user perpustakaan.uns.ac.id 29 digilib.uns.ac.id 8) Pendidikan mampu meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat. 9) Pendidikan berlangsung seumur hidup. 10) Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya (hlm. 12) Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga hal pokok pendidikan, yaitu: 4) Merupakan suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknologi dan metode. 5) Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan yang formal dan structured. Structured artinya bahwa pendidikan diselenggarakan oleh satuan kerja yang melembaga dan kegiatannya diarahkan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dipandang menguasai materi yang hendak dialihkan kepada orang lain yang mengikuti program pendidikan yang bersangkutan. 6) Melalui serangkaian kegiatan, baik sifatnya kurikuler maupun ekstra kurikuler yang telah disusun dan dipersiapkan, standar pengetahuan tertentu yang ingin dialihkan kepada yang akan diajar oleh yang mengajar, artinya sesuatu program pendidikan diarahkan kepada pemenuhan standar pengetahuan dan akademik tertentu. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan proses kegiatan untuk memberikan bekal pengetahuan, kecakapan dan kecakapan tertentu juga pembentukan sikap atau kepribadian seseorang guna menghadapi lingkungannya dalam jangka waktu yang relative lama sesuai dengan standar yang telah ditentukan. i. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan menurut Hamalik (1991) antara lain sebagai berikut: 5) Adanya perkembangan pengetahuan dan kemampuan. 6) Terwujudnya tenaga-tenaga yang terampil dalam berbagai bidang commit to user sesuai dengan kebutuhan. perpustakaan.uns.ac.id 30 digilib.uns.ac.id 7) Diharapkan mampu menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi. 8) Mampu menyalurkan aspirasi dan minat di dalam kegiatan yang bermakna (hlm. 46). Tujuan pendidikan menurut Siagian (1996) mempunyai pendapat yang sejalan dengan ahli-ahli lainnya, yaitu pendidikan yang sifatnya siap tahu itu bukannya tanpa manfaat, bahkan sesungguhnya dapat dikatakan bahwa manfaatnya sungguh besar, paling sedikit ditinjau dari lima sudut pandang yaitu: 6) Penguasaan atas sesuatu disiplin ilmiah tertentu. 7) Cakrawala pandangan tidak sempit. 8) Menumbuhkan rasa ingin tahu. 9) Kemampuan berpikir secara teratur, logis dan sistematik. 10) Daya analisa yang tinggi (hlm. 177). Demikian dapat dimengerti bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat tinggi bagi kehidupan seseorang, bahkan bagi suatu bangsa. Semakin tinggi pendidikan seseorang, akan semakin luas pengetahuan seseorang dan akan semakin tinggi daya analisanya sehingga pada akhirnya mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, juga semakin tinggi tingkat kesadarannya. j. Komponen Pendidikan Komponen pendidikan adalah unsur-unsur yang harus ada di dalam berlangsungnya suatu pendidikan. Ketika ada salah satu unsur yang tidak ada, maka bisa dikatakan bukan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, pakar pendidikan secara rinci merumuskan komponen-komponen pendidikan sebagai berikut: 8) Subjek Yang Dibimbing (peserta didik) Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan masalahmasalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya. commit to user 9) Pendidik perpustakaan.uns.ac.id 31 digilib.uns.ac.id Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik disini meliputi orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat/organisasi. 10) Interaksi Edukasi Antara Peserta Didik Dengan Pendidik Interaksi edukasi pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan ditempuh melalui proses komunikasi yang intensif dengan memanipulasikan isi, metode dan juga penerapan alat-alat pendidikan. 11) Tujuan Pendidikan Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. 12) Materi Pendidikan Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini melipiti materi inti maupun muatan lokal. 13) Alat dan Metode Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat dan metode merupakan dua sisi mata uang dimana alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya. 14) Lingkungan Pendidikan Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi terjadinya proses berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 32 digilib.uns.ac.id terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Tirtarahardja & Sulo, 2005). k. Pengertian Pelatihan Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi. Pelatihan membantu karyawan/pegawai dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuannya (Heidjrachman dan Husnan, 2002:77). Dengan demikian pelatihan merupakan suatu proses untuk membantu sumber daya manusia yang ada untuk memperoleh efektivitas mereka yang sekarang atau yang akan datang dan berjalan terus menerus. Dapat dikatakan bahwa efisiensi organisasi manapun tergantung secara langsung pada bagaimana baiknya para anggotanya dilatih. Training atau latihan adalah belajar yang ada kaitannya dengan pekerjaan yang ditangani saat ini (Atmosoeprapto, 2000: 42). Soeprihanto (2001) mengungkapkan latihan merupakan “Kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan serta kecakapan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan” (hlm.85). Sedangkan menurut Handoko (2001) dalam bukunya menjelaskan bahwa “Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan dalam berbagai kecakapan serta teknik pelaksanaan kerja tertentu, secara terinci dan rutin” (hlm.104). Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu upaya sistematis untuk memperbaiki kemampuan seseorang dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kecakapan operasional dalam melaksanakan fungsi dan tugas-tugas dalam jabatannya. Latihan juga membantu seseorang atau tenaga kerja dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan pengetrapannya guna meningkatcommit user yang diperlukan oleh organisasi kan keterampilan, kecakapan dantosikap perpustakaan.uns.ac.id 33 digilib.uns.ac.id dalam usaha mencapai tujuan. Sehingga dengan adanya latihan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Selain itu dengan adanya pelatihan juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat baru dalam diri karyawan yang pada waktunya dapat berprestasi dan menciptakan tenaga yang potensial. l. Tujuan Pelatihan Tujuan utama dari setiap latihan adalah supaya masing-masing peserta pelatihan dapat melakukan pekerjaannya secara lebih efisien. Masing-masing latihan bertujuan untuk menambah pengetahuan para pengikutnya untuk lebih memudahkan dalam melaksanakan tugasnya. Sesuai dengan penjelasan di atas, hal ini sesuai dengan tujuan latihan yang dikemukakan oleh Moekijat (1991: 38), yaitu: 4) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat cepat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif. 5) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional 6) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan bekerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan). Simamora (2001) sependapat dengan hal tersebut dan mengungkapkan pendapatnya mengenai tujuan pelatihan, antara lain yaitu: 8) Memperbaiki kinerja. 9) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi. 10) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan. 11) Membantu memecahkan permasalahan operasional. 12) Mempersiapkan karyawan untuk promosi. 13) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi. 14) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi (hlm. 346). m. Pengertian Link and Match Link and Match berasal dari dua kata, yaitu link dan match. Link berarti keterkaitan dengan dunia kerja sedang match berarti kesesuaian atau kecocokan dengan ketrampilan yang sedang dibutuhkan. Menurut Soeprijanto (2010) “Konsep link and match merupakan salah satu bentuk commit user penyelenggaraan pendidikan yangto berorientasi pada dunia kerja” (hlm. perpustakaan.uns.ac.id 34 digilib.uns.ac.id 277). Konsep link and match merupakan konsep pendidikan yang di dalam penyelenggaraannya memprioritaskan relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Hal ini dilakukan supaya tidak ada miss antara kompetensi lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. Beberapa prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan Link and match diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Menurut Papahan (2002) Pendidikan Sistem Ganda adalah : PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan dari pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu (Soeprijanto, 2010: 278). Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja. Hal ini adalah strategi proaktif yang menuntut perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di sekolah kejuruan, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha/industri dalam menyikapi perubahan dinamika tersebut. Dalam mengantisipasi percepatan AFTA maka yang menjadi topik bukanlah hanya sekedar pendekatan strategis apakah sistem kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri ini dapat diterapkan atau mustahil diwujudkan di Indonesia. Namun yang perlu dilakukan saat ini adalah implementasi segera program-program kemitraan dalam rangka meningkatkan kualitas maupun kuantitas SDM yang terlibat di dalamnya (Soeprijanto, 2010:276-277). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menghasilkan SDM yang berdaya saing diperlukan implementasi link and match antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri. Ini berarti pola pendidikan sekarang harus berorientasi pada aspek kompetensi. Pola pendidikan konvensional yang memfokuskan pada nilai harus mulai ditinggalkan dan beralih kepada penguasaan kompetensi. Fakta mengenai pendidikan yang sekarang terjadi adalah kurangnya relevansi program commit to user perpustakaan.uns.ac.id 35 digilib.uns.ac.id pendidikan yang ada dengan kebutuhan masyarakat yaitu mengenai output lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga lulusan tidak dapat diserap oleh masyarakat industri maupun dunia kerja. n. Life Skill ( Kecakapan Hidup ) Brolin (l989) mendefinisikan “Kecakapan hidup sebagai kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk berfungsi secara independen dalam kehidupan.” Sementara Fajar (2002) mendefinisikan “kecakapan hidup sebagai kecakapan untuk bekerja selain kecakapan untuk berorientasi ke jalur akademik.” Tim Broad-Based Education (2002) menafsirkan “Kecakapan hidup sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.” Menurut Slamet (2002) yang dimaksud pendidikan kecakapan hidup adalah ”pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil untuk menjalankan kehidupannya, yaitu menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.” Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup (lifeskill) adalah keterampilan dan kemampuan keahlian yang perlu ditanamkan pada diri setiap orang agar mampu memenuhi kebutuhannya guna bertahan hidup. Menurut Team Broad Based Education (2002) kecakapan hidup dipilah menjadi 4 jenis, yaitu : 5) Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awarensess) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skill). 6) Kecakapan social (social skill). 7) Kecakapan akademik (academic skill). 8) Kecakapan vokasional (vocational skill). commit to user perpustakaan.uns.ac.id 36 digilib.uns.ac.id Slamet (2002) menyatakan bahwa “Kecakapan hidup dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kecakapan hidup yang bersifat dasar dan instrumental”. Secara lebih jelas Slamet (2002) mengungkapkan bahwa: Kecakapan hidup yang bersifat dasar adalah kecakapan yang bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman dan tidak tergantung pada perubahan ruang dan waktu, serta merupakan fondasi dan sokoguru bagi tamatan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah agar bisa mengembangkan kecakapan hidup yang bersifat instrumental. Kecakapan hidup yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan ruang, waktu, situasi, dan juga harus diperbaharui secara terus-menerus dan berkelanjutan sesuai dengan derap perubahan. Adapun dimensi kecakapan hidup yang bersifat dasar dan instrumental menurut Slamet (2002) dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Kecakapan Dasar a) Kecakapan belajar terus-menerus Kecakapan belajar terus-menerus (sepanjang hayat) adalah kecakapan yang paling penting dibandingkan dengan semua kecakapan hidup lainnya. Setiap anak didik perlu diberi bekal dasar tentang strategi, metode, dan teknik belajar untuk memperoleh dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam kehidupannya. b) Kecakapan membaca, menulis, menghitung Setiap anak didik diharapkan mampu memiliki kecakapan membaca dan menulis secara fungsional baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Kecakapan membaca, memahami dan menafsirkan informasi tertulis dalam surat kabar, majalah, jurnal, dan dokumen. Menulis, mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi, dan pesan-pesan tertulis dan membuat dokumen-dokumen. Kecakapan menghitung, kemampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah praktis, dengan memilih secara tepat dari teknik-teknik matematika yang ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi. c) Kecakapan berkomunikasi : lisan, tertulis, tergambar, mendengar Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi secara langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui kesan pun bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka kecakapan berkomunikasi termasuk kecakapan mendengar harus dimiliki oleh peserta didik. d) Kecakapan berpikir Tingkat kecakapan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar dipengaruhi oleh cara berpikir, maka peserta didik perlu diberi bekal commit to user dasar dan latihan-latihan dengan cara yang benar tentang kecakapan perpustakaan.uns.ac.id 37 digilib.uns.ac.id berpikir deduktif, induktif, ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral, system, kreatif, eksploratif, discovery, inventory, reasoning, pengambil keputusan, dan pemecahan masalah. e) Kecakapan kalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi Memiliki bangsa berkecakapan kalbu yang baik merupakan asset batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Kecakapan kalbu yang antara lain berupa iman (spiritual), rasa, dan emosi merupakan unsur-unsur pembentuk jiwa selain akal. Jiwa merupakan sumber kekuatan dan kendali bagi setiap manusia dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi bahkan baik buruknya sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh baik buruknya kalbu bangsa yang bersangkutan. f) Kecakapan mengelola kesehatan badan Peserta didik sejak dini sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan kesehatan badan agar yang bersangkutan memiliki kesehatan badan yang prima, bebas penyakit, dan memiliki ketahanan badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makan yang bergizi dan bervitamin, menjaga kebersihan, dan beristirahat cukup merupakan pendidikan kecakapan mengelola kesehatan badan yang harus diterapkan dalam kehidupan peserta didik. h) Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk mencapainya Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah : (3) adanya keinginan baru, dan (4) upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai keinginan baru tersebut. Kecakapan merumuskan dua hal yang karakteristik ini merupakan bagian peting bagi kehidupan seseorang h) Kecakapan berkeluarga dan sosial Peserta didik hidup di dalam lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Peserta didik harus dapat berinteraksi dan mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 2) Kecakapan Instrumental a) Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan Teknologi telah merambah segala kehidupan dan merupakan alat penggerak utama kehidupan. Generasi muda harus diberi bekal agar mengapresiasi pentingnya teknologi bagi kehidupan dan mau mempersiapkannya untuk mempelajari, menggunakan dan mengembangkan teknologi yang ada. b) Kecakapan mengelola sumber daya Peserta didik perlu diberi bekal tentang arti, tujuan, dan cara mengidentifikasi, mengorganisasi, merencanakan, dan dapat mengalokasikan sumber daya. c) Kecakapan bekerjasama dengan orang lain Peserta didik sejak dini perlu diberi bekal dan latihan-latihan yang commit to user dilakukan secara benar tentang cara-cara bekerjasama, menghargai perpustakaan.uns.ac.id 38 digilib.uns.ac.id hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggungjawab, dan akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresiasi keanekaragaman, kemauan baik yang kreatif, kepemimpinan, manajemen negosiasi, dan masih banyak hal lain yang perlu diajarkan. d) Kecakapan memanfaatkan informasi Saat ini dan lebih-lebih di masa datang, informasi akan mengalir secara cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Peserta didik perlu dibekali cara-cara mendapatkan dan memanfaatkan beraneka ragam informasi yang ada. Mereka harus dididik cara-cara mendapatkan, mengevaluasi informasi, mengorganisasi dan memelihara informasi, menafsirkan dan mengkomunikasikan informasi, dan menggunakan komputer untuk mengolah data agar menjadi informasi. e) Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan Peserta didik perlu memahami, menghayati, dan menerapkan, system dalam kehidupannya. Mereka perlu diberi bekal dasar tentang cara berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sebagai sistem. Mereka harus memahami cara kerja sistem-sistem kehidupan seperti bank, organisasi perusahaan, sekolah, bahkan dirinya sebagai sistem harus dikenalinya secara baik. f) Kecakapan berwirausaha Kecakapan berwirausaha adalah kecakapan memobilisasi sumber daya yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya atau untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki ciri-ciri : (1)bersikap dan mampu berpikir mandiri, (2)memiliki sikap berani menanggung resiko, (3)tidak suka mencari kambing hitam, (4)selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya yang ada, (5)terbuka terhadap umpan balik, (6)selalu menginginkan perubahan yang lebih baik, (7)tidak pernah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, (8) memiliki tanggung jawab moral yang baik. g) Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (citarasa) Tidak semua peserta didik menyukai kecakapan berpikir, sebagian dari mereka menyukai kecakapan-kecakapan kejuruan misalnya seperti pertanian, peternakan, permesinan, kerajinan, bisnis, boga, busana, industri, komputer, olahraga, dan juga kesenian. Untuk itu, mereka jelas membutuhkan kecakapan kejuruan yang secara praktis dapat digunakan untuk mencari nafkah. h) Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir Setiap peserta didik yang telah tamat dalam pendidikan kelak berharap memiliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai dengan peluang yang ada. Peserta didik dari awal perlu di-kenalkan tentang potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan, persyaratan untuk memasuki jenis karir tertentu, dan disiapkan agar kelas setelah lulus mampu memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir yang sesuai dengan potensi dirinya. commit to user lingkungan i) Kecakapan menjaga harmoni dengan perpustakaan.uns.ac.id 39 digilib.uns.ac.id Peserta didik hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dapat dirasakan oleh panca indera, seperti tanah, air, udara. Lingkungan maya adalah suasana sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh hati. Peserta didik harus mampu menjaga keharmonisan di antara kedua lingkungan tersebut. j) Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila Peserta didik perlu diberi bekal berupa kemampuan mengintegrasikan kebhinekaan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjaga kesatuan dari bangsa, demokrasi, keadilan sosial, kecintaan terhadap negaraya, kepahlawanan dan apresiasi terhadap para pendahu mereka, apresiasi terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan tanggung jawab, kesadaran sebagai warganegara, adalah contohcontoh kecakapan hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup diharapkan mampu meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun progresif. Dengan menguasai berbagai konteks kecakapan hidup tersebut diharapkan masyarakat juga mampu menjadi tenaga yang terampil untuk memasuki persaingan global. 7. Tinjauan Umum Sumber Daya Manusia c. Pengertian Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia adalah titik sentral segala kegiatan dan keberhasilan pembangunan di Indonesia, karena kualitas sumber daya manusia yang ada akan meningkatkan pembangunan di sektor-sektor lain. Dalam persaingan bisnis yang terjadi pada era globalisasi saat ini, menuntut kualitas sumber daya manusia yang baik. Agar kualitas sumber daya manusia tersebut baik dan tujuan organisasi tercapai maka perlu adanya pengelolaan yang baik pula terhadap sumber daya manusia. Semakin besarnya tingkat persaingan usaha di dalam dunia kerja menuntut kualitas sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing dengan perusahaan lain. Sebelum membahas lebih jauh lagi, peneliti akan memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai pengertian sumber daya manusia. commit to user Menurut William B. Werther dan Keith Davis di dalam bukunya Human perpustakaan.uns.ac.id 40 digilib.uns.ac.id Resources and Personal Management yang dikutip oleh Taliziduhu Ndraha (1999: 9) mengemukakan bahwa sumber daya manusia atau human resources injkmadalah “The people who are ready, willing and able to contribute to organizational goals”, yang mempunyai arti sebagai berikut “Sumber daya manusia atau human resources adalah penduduk yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasional”. Sedangkan menurut Nawawi (2003) mengemukakan bahwa “Sumber daya manusia dalam arti mikro dalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenega kerja dan lain-lain” (hlm. 17). Sebagai salah satu pakar Gomes (1997) mengemukakan pendapatnya bahwa : Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas. Sumber daya manusia adalah satu-satunnya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karsa. Satu-satunya sumber daya yang memiliki rasio, rasa, dan karsa. Semua potensi sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam penapaian tujuan (hlm. 2). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia merupakan bagian yang penting dalam organisasi, karena pencapaian dan efisiensi dari sebuah organisasi tergantung secara langsung pada sumber daya manusia yang dimilikinya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan sumber daya manusia adalah sumber daya yang menunjuk kepada orang-orang di dalam perusahaan yang bersedia dan mampu memberikan sumbangan kepada perusahaan dalam upaya pencapaian tujuan yang telah ditentukan. d. Konsep Tenaga Kerja Menurut Hamalik (2001) “Tenaga kerja (ketenagakerjaan ) adalah sumber daya manusia yang memilki potensi, kemampuan yang tepat guna, berdaya guna, berpribadicommit dalamto kategori tertentu untuk bekerja dan user 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berperan dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan”(hlm. 7). Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut ( Mulyadi, 2003:59 ). UU No 13 tahun 2003 dalam Undang-Undang Tenaga Kerja (2006) mengatakan bahwa “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat” (hlm. 74). Jadi dapat diartikan bahwa tenaga kerja haruslah memiliki sikap mandiri dan dapat melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja (Simanjuntak,1985:2). Menurut Hidayanto (2002) “Tenaga terampil merupakan setiap sumber daya manusia yang menguasai kecakapan hidup (hlm.279). Fajar (2002) mengemukakan bahwa : Depdiknas mengharuskan setiap anak didik untuk dapat menguasai kecakapan hidup sebab pendidikan itu untuk hidup dan kehidupan serta prosesnya tidak pernah berakhir selain itu tidak semua anak didik nantinya akan melanjutkan ke pendidikan perguruan tinggi seusai menamatkan jenjang pendidikan SLTA. Sejalan dengan otonomi daerah, maka pemerintah juga berupaya untuk membentuk suatu sistem pendidikan yang berorientasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan adanya kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat dan juga dunia usaha. commit to user 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 8. Tinjauan Umum Kesiapan Kerja d. Pengertian Bekerja Berkembangnya jaman memberikan dampak terhadap bertambahnya kebutuhan manusia yang lebih kompleks. Disini manusia dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan agar mampu bertahan hidup. Untuk mendapatkan ekonomi yang mapan, atau minimal dapat memenuhi kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak di capai dan dipenuhi demi mencapai tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan aktivitas yang disebut dengan bekerja. Hampir di setiap sudut kehidupan kita akan menyaksikan begitu banyak orang yang bekerja. Mereka semua melakukan aktifitasnya. Akan tetapi dalam setiap aktifitas yang mereka lakukan,ada sesuatu yang dikejar dan diinginkan,ada tujuan yang sungguhsungguh untuk mewujudkan sebuah arti untuk aktifitas yang dilakukannya. Secara terminologi definisi bekerja adalah aktivitas yang menjadi sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya menjadi lebih berarti. Menurut Liang Gie (1982) bekerja adalah “keseluruhan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rohaniah dan jasmaniah yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, khususnya yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya untuk bertahan hidup” (hlm. 1). Ndraha (1999) berpendapat bahwa “kerja dapat diartikan sebagai suatu proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuh kebutuhan yang ada” (hlm. 1). Ndraha (1999) di dalam bukunya menjelaskan mengenai hakikat kerja, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 21) Kerja adalah hukuman. Kerja adalah beban. Kerja adalah kewajiban. Kerja adalah sumber penghasilan. Kerja adalah kesenangan. Kerja adalah gengsi, prestise. Kerja adalah aktualisasi diri. Kerja adalah panggilan jiwa. commit to user Kerja adalah pengabdian kepada sesama. perpustakaan.uns.ac.id 43 digilib.uns.ac.id 22) Kerja adalah hidup. 23) Kerja adalah ibadah. 24) Kerja adalah suci (hlm. 83) Kerja adalah hukuman, maksudnya adalah dahulu manusia sebenarnya hidup tanpa bekerja di Taman Firdaus, tetapi karena jatuh ke dalam dosa maka manusia dihukum. Untuk bisa bertahan hidup manusia harus bekerja. Salah satu bentuk hukuman adalah kerja paksa. Sedangkan maksud dari kerja adalah beban yaitu bagi orang yang malas, bekerja adalah beban. Hal ini didasarkan karena mereka bekerja tidak sesuai dengan panggilan hati mereka dan tanpa kesadaran untuk bekerja. Pengertian dari kerja adalah kewajiban maksudnya di dalam sistem birokrasi atau sistem kontraktual, kerja adalah kewajiban, yaitu guna memenuhi perintah atau membayar hutang. Kerja adalah sumber penghasilan maksudnya sangat jelas bahwa bekerja sebagai sumber nafkah. Dengan bekerja manusia dapat memperoleh uang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja adalah kesenangan dapat diartikan bahwa kerja itu sebagai hobi. Kerja adalah gengsi, prestise maksudnya adalah dimana kerja sebagai gengsi atau prestise berkaitan dengan status sosial atau jabatan. Semakin tinggi jabatan atau peran seseorang dalam pekerjaannya, maka semakin tinggi pula status sosialnya. Sedangkan penjelasan dari kerja adalah aktualisasi diri yaitu kerja disini diartikan dengan peran, cita-cita atau ambisi. Hakikat kerja yang lain adalah kerja itu merupakan panggilan jiwa, kerja disini berkaitan dengan bakat. Dari sini tumbuh profesionalisme dan pengabdian terhadap kerja. Dengan begitu maka seseorang bekerja tanpa adanya paksaan dan timbul kesenangan akan pekerjaan tersebut. Kerja adalah pengabdian kepada sesama, yang dimaksud disini adalah bekerja dengan tulus dan tanpa pamrih untuk kepentingan bersama. Sedangkan kerja adalah hidup maksudnya adalah hidup diabdikan dan diisi untuk dan dengan bekerja. Kerja adalah ibadah, disini dijelaskan kerja commit to user perpustakaan.uns.ac.id 44 digilib.uns.ac.id merupakan pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini. Kerja dilakukan seakan-akan kepada dan bagi kemuliaan nama Tuhan dan bukan kepada manusia. Dan yang terakhir yaitu kerja adalah suci, bekerja adalah suatu hal yang dihormati dan tidak boleh dicemarkan dengan perbuatan dosa, kealahan, pelanggaran dan kejahatan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bekerja merupakan aktivitas yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam dan tidak terbatas. e. Pengertian Kesiapan Kerja Era perdagangan bebas sekarang ini memberi dampak ganda, yaitu era ini membuka kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya antar negara. Namun di sisi lain juga membawa persaingan yang semakin ketat dan tajam. Untuk mengatasi hal itu, maka usaha yang dapat ditempuh adalah meningkatkan daya saing sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi sangat menentukan upaya dalam memenangkan persaingan pasar bebas dibanding sumber daya lainnya. Oleh karena itu, tantangan di masa mendatang adalah mempersiapkan tenaga kerja dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan. Sebelum siswa siap untuk diterjunkan di dunia usaha untuk bekerja, perlu adanya penanaman mental siap kerja. Hal ini dilakukan supaya para siswa kelak sudah siap untuk menyesuaikaan diri dengan keadaan dunia barunya, yaitu dunia kerja. Sugihartono (1991) mengatakan bahwa “kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya keserasian antara kematangan fisik, kematangan mental serta pengalaman belajar sehingga individu mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau tingkah laku tertentu dalam hubungannya dengan pekerjaan” (hlm. 8). Dalam hal ini diartikan bahwa kesiapan merupakan bentuk kesanggupan seseorang dalam melaksanakan atau mewujudkan apa yang telah dipikirkan sebelumnya. Jadi dapat diartikan kesiapan kerja merupakan kemampuan seseorang mengatasi masalah yang mungkin terjadi dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kesiapan kerja adalah kondisi seseorang dalam keadaan siap untuk mecommit to user reaksi atau menanggapi suatu hal dengan cara tertentu. 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan pentingnya penanaman mental siap kerja pada para siswa sebelum mereka dapat diterjunkan ke dunia kerja. Kesiapan yang dilakukan peserta didik sebelum memasuki dunia kerja adalah melalui pendidikan sistem ganda yang diimplementasikan dalam program on the job training. f. Manfaat Kesiapan Kerja Semua pekerjaan tentunya perlu dipersiapkan, walaupun pekerjaan tersebut dipandang rendah. Misalnya saja pemulung yang saat ini menjadi profesi dari sebagian masyarakat Indonesia juga memerlukan persiapan. Secara fisik memang profesi ini dibilang cukup mudah, tetapi secara non fisik profesi ini memerlukan persiapan yang cukup berupa mental yang tinggi untuk melakukannya. Kesiapan kerja diperlukan agar mampu menyiapkan diri untuk dapat bekerja dengan baik. Kesipan kerja dihubungkan dengan kemampuan kerja, dimana di dalamnya memuat kompetensi kerja yang menjadi standart suatu pekerjaan. Menurut Ruky (2003) adapun manfaat-manfaat dari adanya kesiapan kerja antara lain : 1) Memperjelas standar kerja dan harapan yang ingin dicapai. 2) Sebagai alat seleksi karyawan. 3) Memaksimalkan produktivitas 4) Dasar untuk pengembangan sistem renumerasi. 5) Memudahkan adaptasi terhadap perubahan. 6) Menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi (hlm. 107-108). Standar kerja merupakan dasar dalam suatu pekerjaan. Dengan menguasai standar kerja, seorang pekerja dapat memperoleh hasil dari pekerjaan tersebut. Kesiapan kerja yang dimiliki seorang pekerja akan menentukan jenis pekerjaan dan kesesuaian lapangan pekerjaan yang ada dan dengan kesiapan kerja dapat membantu memudahkan dalam organisasi tempat kerja. Seleksi karyawan merupakan hal yang paling utama dilakukan di suatu perusahaan. Dengan memiliki kesiapan kerja dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk menyeleksi dan memilih calon pekerja. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 46 digilib.uns.ac.id Kesiapan kerja dapat memaksimalkan produktivitas. Calon tenaga kerja yang sudah memiliki kesiapan kerja akan dengan mudah melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Tenaga kerja yang sudah siap bekerja akan lebih mudah menyesuaikan diri sehingga tidak banyak membuang faktor produksi yang terpakai dan dapat dikatakan lebih efisiensi dalam bekerja. Kesiapan kerja akan mempermudah adaptasi terhadap perubahan. Pekerjaan yang dihadapi nantinya tidak sama persis dengan yang dilakukan ketika mengikuti praktek di bangku sekolah. Siswa sebagai calon tenaga kerja harus memiliki kesiapan kerja untuk mengenal karakteristik dari suatu pekerjaan dan jika nanti terdapat perubahan ketika bekerja lebih mudah penyesuaiannya terhadap pekerjaan tersebut. Kesiapan kerja juga mempermudah bagi pekerja baru untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dalam organisasi. Kemampuannya di dalam menguasai pekerjaan dasar akan memudahkan pula dalam menyesuaikan diri dengan nilai-nilai organisasi tempat bekerja. Sehingga diharapkan perilaku kerjanya akan dapat sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan ini penting untuk menjaga situasi kerja agar tidak terjadi konflik dengan sesama pekerja atau pimpinan. g. Syarat-Syarat Memasuki Dunia Kerja Setiap lulusan lembaga pendidikan pastinya dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Setiap lulusan yang ingin bekerja harus memenuhi persyaratan dan kualifikasi yang dituntut oleh perusahaan, karena dunia kerja hanya membutuhkan orang-orang yang dapat memberikan semua kemampuan yang dimiliki demi tercapainya tujuan atau kepentingan perusahaan yang menjadi tempat ia bekerja. Nawawi (2003) menyatakan bahwa persyaratan dan standart yang dimaksud adalah dengan cara menetapkan bahwa sumber daya manusia yang akan dipekerjakan di lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan harus bisa memenuhi kualifikasi sebagai berikut: 1) Memiliki kemampuan kompetitif (SDM kompetitif), 2) to Memiliki kemampuan yang berkualitas commit user 47 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tinggi (SDM berkualitas). Kemampuan kompetitif (SDM kompetitif), persyaratan ini dibutuhkan oleh setiap orang dan semua perusahaan secara universal karena merupakan syarat bagi setiap calon tenaga kerja yang ingin terjun di dunia kerja. SDM yang kompetitif mempunyai karakteristik sebagai berikut: a) Memiliki kemampuan menjaring, meng-analisis, serta mampu memanfaatkan informasi, b) Memiliki kemampuan merespon kesempatan secara cepat dan tepat, c) Memiliki kemampuan mengurangi atau menghindari resiko. Kemampuan yang berkualitas tinggi (SDM berkualitas) meliputi kualitas jasmaniah, kualitas sosia psikologi serta kualitas moral dan spiritual. Kualitas jasmaniah antara lain adalah: a) Memiliki kesehatan jasmani yang terpelihara, b) Mampu mendayagunakan peralatan tubuh. Kualitas sosial psikologi antara lain: a) Meningkatkan keluasan dan ke-dalaman pengetahuan, b) Mampu berpikir kritis dan logis, c) Memiliki sikap wiraswasta (kemandirian yang tinggi). Kualitas moral dan spiritual yaitu memiliki komitmen yang tinggi pada nilai-nilai luhur dalam kehidupan, dari satu sisi selalu bersikap, berpikir, dan berperilaku atas dasar norma yang tinggi sedang dari sisi lain mampu menghayati dan mengamalkan ajaran agama. Yusuf (2002) mengemukakan beberapa kualifikasi yang dituntut oleh industri perusahaan antara lain adalah: “1) pengetahuan dan wawasan, 2) kecerdasan, 3) ketrampilan, 4) bakat, 5) minat, 6) sikap, 7) nilai-nilai, 8) sifat-sifat pribadi” (hlm. 62). Sedangkan Menurut Susilo Martoyo (2000) pada umumnya beberapa kualifikasi yang menjadi dasar dalam proses seleksi pengadaan tenaga kerja antara lain: “1) pengalaman, 2) umur, 3) jenis kelamin, 4) pendidikan, 5) keadaan fisik, 6) tampang, 7) bakat, 8) tempramen, 9) kepribadian” (hlm.51). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persyaratan-persyaratan yang dituntut oleh industri/perusahaan antara lain: kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, pengalaman, kepribadian, bakat dan minat. 1) Kemampuan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 48 digilib.uns.ac.id Kemampuan merupakan syarat penting bagi orang yang akan memasuki dunia kerja karena tanpa memiliki kemampuan pekerja tidak akan dapat menjalankan tugas yang dibebankannya. 2) Keterampilan Keterampilan menurut Hamalik (2003) memiliki tiga karakteristik, yaitu “menunjukkan ikatan respon motorik, melibatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, menuntut kaitan-kaitan organisasi menjadi polapola respon yang kompleks” (hlm.173). Jadi, suatu ketrampilan pada umumnya berkaitan dengan gerakan tangan dan mata, dimana ada stimulus yang ditangkap oleh mata, kemudian direspon oleh tangan. 3) Pengetahuan Keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan tidaklah dapat dipisahkan dari seberapa jauh seseorang itu menguasai dan memiliki pengetahuan serta wawasan tentang pekerjaan yang akan dilakukan. Pengetahuan akan memberikan akan memberikan wawasan bagi seseorang untuk memandang suatu objek tertentu atau masalah tertentu. Tingkat pengetahuan seseorang menjadi dasar dalam menentukan keputusan. 4) Pengalaman Pengalaman yang dimaksud disini dapat diperoleh melalui praktek kerja pada dunia usaha/ industri untuk menerapkan teori yang telah diperolehnya di kelas. Adanya praktek kerja ini menjadikan siswa memiliki pengalaman praktek. Menurut Hamalik (2001) "Praktek kerja pada hakekatnya adalah suatu program latihan yang di-selenggarakan di lapangan atau di luar kelas, dalam rangkaian kegiatan pembelajaran, sebagai bagian integral program latihan" (hlm.91). 5) Kepribadian “Kepribadian adalah kumpulan karakteristik perilaku yang dimiliki oleh individu dan bersifat permanen" (Setiadi, 2003: 136). Setiap individu, memiliki kepribadian yang berbeda-beda, meskipun ada yang memiliki kepribadian yang mirip atau hampir sama. commit to user Kepribadian biasanya djelaskan dengan ciri-ciri seperti percaya diri, perpustakaan.uns.ac.id 49 digilib.uns.ac.id patuh, mampu bersosialisasi, dan sebagainya. Kepribadian seseorang akan dapat mempengaruhi pola perilakunya. Termasuk juga dalam memilih jenis pekerjaan. 6) Bakat Menurut Ali dan Mohammad Asrori (2004) “Bakat berbeda dengan kemampuan atau kapasitas” (hlm.78). Bakat merupakan bawaan sedangkan kemampuan atau kapasitas diperoleh dari belajar dan latihan. Seorang siswa yang memiliki bakat tertentu, terutama bakat dalam masalah pekerjaan dan sesuai bidang keahlian yang diambilnya selama masa pendidikan di sekolah, maka tentunya akan lebih siap untuk bekerja. Artinya ia akan memiliki tingkat kesiapan kerja yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki bakat dalam bidang pekerjaan yang sama. 7) Minat Menurut Mulyasa (2003) menjelaskan bahwa "Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan" (hlm.39). Seseorang yang memiliki minat terhadap sesuatu tentu ia akan berusaha meraihnya dengan berbagai cara. Bagi siswa yang sedang belajar di SMK, jurusan yang dipilih tentulah jurusan yang diminatinya. Karena ada minat terhadap jurusan tersebut, maka siswa tersebut akan lebih rajin belajar dan berlatih sesuai dengan jurusannya. Minat seseorang akan menentukan seberapa jauh keikutsertaannya dalam suatu kegiatan. Semakin kuat minatnya, maka semakin kuat pula ia dalam melakukan pekerjaan tersebut. Bagi siswa dalam kaitannya dengan kesiapannya untuk bekerja, minat menjadi faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap suatu jurusan, maka ia akan mempelajari pengetahuan dan berlatih sesuai dengan jurusannya. Karena keseriusan dalam belajar tersebut, maka ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan, sehingga siswa yang demikian ini akan lebih siap untuk bekerja. commit to user 50 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Penelitian Yang Relevan Program Solo Technopark didirikan untuk mengurangi pengangguran dengan menciptakan tenaga kerja terampil siap pakai melalui pilihan-pilihan jurusan yang dibentuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja yang ada. Di dalam penelitian mengenai program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai ini, peneliti merujuk dari beberapa jurnal yang sehubungan dengan permasalahan yang ada guna untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Beberapa jurnal tersebut antara lain : 1. Badeni (2002:710) dengan judul “Relevansi SMK Berpendidikan Sistem Ganda (PSG) Dengan Kebutuhan Pasar Kerja di Indonesia” terbitan No. 038 September 2002 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut Badeni di dalam jurnal tersebut berkesimpulan bahwa penerapan PSG di SMK akan menghasilkan lulusan yang lebih relevan dengan kebutuhan bursa kerja daripada sistem tradisional. 2. Soeprijanto (2010:274) dengan judul “Daya Dukung Dunia Kerja Industri Terhadap Pelaksanaan Praktik Kerja Industri ( Prakerin )” terbitan No.3 Vol. 16 Mei 2010 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Soeprijanto berkesimpulan bahwa sebagian besar pimpinan industri sangat mendukung program prakerin di Perusahaan yang dipimpin. Bentuk dukungan yang diberikan perusahaan industri untuk siswa prakerin antara lain adalah: a. menjadikan prakerin sebagai program tetap; b. berinisiatif memberikan informasi kesempatan prakerin kepada sekolah; c. tidak melakukan tes seleksi terhadap calon siswa prakerin. 3. Endang Koesmiyati (2007:36) dengan judul “Makna Program Pendidikan Life Skill” terbitan Vol. 10 April tahun 2007 Jurnal Likhitapradnya. Endang Koesmiyati berkesimpulan bahwa makna life skill dapat mengembangkan sumber daya manusia tetapi juga bisa dilakukan dipendidikan non formal. Yang dikembangkan lewat kegiatan kecakapan hidup atau life skill diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan commit to masyarakat user yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di lingkungan. 51 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Kerangka Berfikir Solo Technopark merupakan lembaga pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja pada bidang-bidang tertentu dan dapat menjadi tenaga terampil yang siap pakai serta dapat mempunyai standar keahlian dan kompetensi. Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut : 1. Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai. Program Solo Technopark merupakan program yang dipersiapkan untuk dapat mencetak output yang siap kerja. Program ini disusun dengan system pengajaran yang tidak hanya memberikan bekal pengetahuan tetapi juga kecakapan yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Kurikulum dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan. b. Sarana dan prasarana yang mendukung terjadinya kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi tenaga terampil yang siap pakai. c. Tenaga terampil yang berkualitas yang mampu menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan baik di lembaga pendidikan maupun di dunia kerja (on the job training). d. Peserta didik yang selalu dilatih dan dididik sehingga akan menjadi peserta didik yang inovatif, kreatif, produktif yang akan berkompetisi di dunia kerja. 3. Upaya dalam rangka mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program Solo Technopark. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan program Solo Techopark dilakukan untuk melakukan perbaikan commit user terhadap pelaksanaan program Solo to Technopark yang telah berjalan sampai 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id saat ini. Dengan melakukan upaya perbaikan diharapkan nantinya pelaksanaan program Solo Technopark dapat berjalan lebih baik sehingga mampu menghasilkan tenaga kerja terampil siap pakai yang berdaya saing dan mempunyai kualitas serta standart keahlian yang tinggi. Untuk lebih memperjelas kerangka pemikiran di atas secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut : Program Solo Technopark Output/calon tenaga kerja Program Solo Technopark 1. Kurikulum 2. Sarana dan Prasarana 3. Pengajar 5. Peserta Didik Faktor pendorong & faktor penghambat Upaya mengatasi hambatan Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran commit to user Dunia Kerja perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian memerlukan tempat penelitian yang dijadikan untuk memperoleh data-data dimana data-data tersebut dapat mendukung tercapainya tujuan penelitian. Adapun yang menjadi tempat penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Solo Technopark Surakarta dengan alasan : a. Pihak Solo Technopark memberikan ijin dan bersedia memberikan data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian. b. Adanya keterbukaan pihak Solo Technopark sehingga mempermudah pengumpulan data yang diperlukan dengan masalah yang diteliti. c. Lembaga tersebut belum pernah dipergunakan sebagai subjek penelitian sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian merupakan lamanya proses penelitian yang diawali dari pengajuan masalah, pembuatan proposal penelitian, penyusunan dan penulisan laporan sampai selesai. Waktu yang direncanakan untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai bulan Maret 2012 sampai selesai. Jenis Kegiatan Desember 2011 Januari 2012 1. Persiapan Penelitian a. Penyusunan Judul b. Penyusunan Proposal c. Perijinan 2. Penyusunan Bab I, II, III 3. Penyusunan pedoman wawancara 4. Pengumpulan data 5. Analisis data 6. Pengajuan Bab IV dan V 7. Penyusunan Laporan commit to user 53 Februari 2012 Maret 2012 April 2012 54 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam mengkaji suatu permasalahan secara utuh dan lengkap diperlukan suatu pendekatan permasalahan melalui bentuk penelitian yang tepat. Bentuk penelitian yang tepat akan mencerminkan kedalaman materi permasalahan yang disajikan. Bentuk penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sukmadinata (2008) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok” (hlm.60). Pendapat lain disampaikan Moleong (2002) yang menyatakan bahwa: “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alami dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah” (hlm.6). Menurut Bogdan dan Taylor (1992) “Metodologi penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati” (Moeleong, 2002:8). Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu yang sangat diutamakan adalah kemampuan peneliti dalam menerjemahkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan hasil pengumpulan data. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas yang ada secara mendalam oleh peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain sebagai alat pengumpul data utama dari obyek dan permasalahan penelitian. Peneliti memanfaatkan dan mengumpulkan informasi dengan cara mendalami peristiwa yang ada sehingga akan memperoleh gambaran dan penjelasan mengenai “Program Solo Technopark Dalam Rangka Mempersiapkan Tenaga Kerja Terampil commit Siap Pakai Tahun 2011/2012 (Studi Kasusto di user Surakarta)”. 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar karena penelitian dasar merupakan jenis penelitian yang banyak dilakukan secara individual, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian dasar dengan tipe deskriptif. Sutopo (2002) berpendapat bahwa “dalam penelitian deskriptif, studi kasusnya mengarah pada pendiskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya” (hlm. 111). Strategi diartikan sebagai cara atau siasat berdasarkan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau maksud tertentu. Sutopo (2002) mengemukakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif dikenal juga adanya studi kasus tunggal dan kasus ganda, dan secara khusus merupakan penelitian terpancang atau terbuka tanpa penelitian sebelumnya (holistic penuh).” (hlm.112). Berdasarkan pendapat tersebut dinyatakan bahwa strategi penelitian dibedakan menjadi tiga yaitu : a. Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut hanya terarah pada suatu karakteristik dan sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan. b. Ganda terpancang yaitu penelitian ini mensyaratkan adanya sasaran lebih dari satu yang meiliki perbedaan karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variable yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan. c. Holistik penuh yaitu peneliti dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan. Strategi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tunggal terpancang. Alasan dari pemilihan strategi ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: a. Penelitian ini disebut tunggal artinya hanya difokuskan pada satu permasalahan saja yaitu program Solo Techopark dalam rangka memper siapkan tenaga terampil siap pakai. commit to user 56 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Penelitian ini disebut terpancang artinya peneliti terjun ke lapangan sudah memiliki bekal yang berupa asumsi-asumsi atau teori yang sudah ada. Hal ini tercermin dalam pembuatan proposal penelitian sebelum peneliti mengumpulkan data di lapangan. C. Data dan Sumber Data Sutopo (2002) mengemukakan bahwa “Sumber data kualitatif secara meyeluruh dapat dikelompokkan sebagai nara sumber (informan), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip serta berbagai benda lain” (hlm.49). Sedangkan menurut Arikunto (2006) mengatakan bahwa “Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh” (hlm.129). Dalam penelitian kualitatif yang menjadi sumber data adalah manusia sebagai responden, sumber tertulis, sumber tempat dan peristiwa. Sesuai dengan pendapat di atas, maka untuk memperoleh data informasi yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian tersebut, maka peneliti dalam penelitian ini mengggunakan berbagai macam sumber data, antara lain yaitu : 1. Informan Merupakan orang yang dipandang mengetahui permasalahan yang akan diteliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Menurut Sutopo (2002), “Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber atau informan sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi” (hlm.50). Informan dalam penelitian ini antara lain adalah : a. Pengelola Solo Technopark, baik pengajar ataupun karyawan kantor sebagai informan utama yang terlibat langsung yang mengetahui pelaksanaan program Solo Technopark. b. Peserta program Solo Technopark sebagai pihak yang terlibat langsung karena mengikuti program Solo Technopark. c. Industri mitra kerja Solo Technopark sebagai informan tambahan atau pihak yang tidak terlibat langsung tetapi mempunyai hubungan karena meerupakan pihak yang menggunakan produk/lulusan dari program Solo Technopark. commit to user 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Lokasi Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian merupakan salah satu sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti. “Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya”(Sutopo, 2002:52). Lokasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Solo Technopark yang beralamat di Jalan Ki Hajar Dewantara, Pedaringan, Jebres, Surakarta. 3. Dokumen dan Arsip Sutopo (2002), mengatakan “Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu” (hlm.54). Dalam penelitian ini dokumen dan arsip yang digunakan adalah segala bentuk arsip laporan, catatan serta dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan program Solo Technopark, misalnya: dokumen resmi atau arsip-arsip serta buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. D. Teknik Sampling Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk menyeleksi atau memfokuskan pada permasalahan agar penelitian sampel lebih mengarah pada tujuan penelitian. Arikunto (2006) mengemukakan bahwa Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kualitatif ada empat yaitu : 1. Accindential Sampling, yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuaya terlebih dahulu. 2. Purposive Sampling, yaitu menetukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal. 3. Cluster Quota Sampling yaitu memilih sejumlah responden dari wilayah tertentu sampai batas yang diinginkan terpenuhi. 4. Snow ball Sampling yaitu peneliti memilih responden secara berantai (hlm16-17). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan) dan snow ball sampling. Sampel tidak ditekankan pada jumlah sampel tetapi lebih ditekankan pada kualitas pemahamannya pada permasalahan yang diteliti. Cara pengambilan sampel didasarkan pada commit to usersesuai dengan tujuan penelitian. karakteristik tertentu yang dimiliki sampel 58 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Peneliti tidak menentukan jumlah sampel, tetapi peneliti menentukan sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang masalah yang diteliti. Peneliti berusaha untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Menurut Sutopo (2002) “Dengan teknik purposive sampling ada kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap” (hlm. 56). Peneliti juga menggunakan teknik snow ball sampling karena responden juga diperoleh secara berantai. Sutopo (2002) menyatakan “Teknik snowball sampling adalah peneliti dapat mengumpulkan data tanpa rencana, semakin lama semakin menemukan informan yang paling mengetahui informasi pada akhirnya akan menggali informasi secara lengkap dan mendalam” (hlm. 65). Dengan demikian peneliti dapat terhindar dari pemborosan biaya, waktu, dan tenaga. Teknik snow ball sampling disebut juga dengan teknik bola salju, dimana informasi yang diperoleh dari beberapa informan dapat menambah dan melengkapi data-data yang diperlukan oleh peneliti. E. Teknik Pengumpulan Data Seperti yang dikemukakan oleh Nazir (2003), pengumpulan data adalah “Prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan” (hlm.211). Data yang ada sangat diperlukan dalam penelitian guna membuktikan kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan. Oleh karena itu dalam suatu penelitian diperlukan data yang objektif. Salah satu ciri penting penelitian kualitatif adalah penggunaan orang (peneliti) sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data. Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi atau pengamatan dan dokumentasi. 1. Wawancara Interview atau wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) commit userdiwawancarai (interviewee) yang yang mengajukan pertanyaan dan toyang 59 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002:135). Sedangkan menurut Nasir (2003) wawancara adalah “suatu proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)” (hlm. 193). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah proses tanya jawab antara dua orang atau lebih untuk memperoleh keterangan yang diperlukan. 2. Observasi atau pengamatan Observasi atau pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek. Pengamatan memungkinkan bagi peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan sebagai sumber data. Pengamatan dapat memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihak peneliti maupun dari pihak subjek. 3. Analisis dokumen Dokumen yang digunakan dalam penelitian berfungsi sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramal. Untuk mendukung kebenaran analisis data yang dieroleh dari wawancara, maka diperlukan dukungan dari sumber data sekunder yaitu: dokumentasi yang relevan. Dalam teknik pengumpulan data bersumber pada catatan-catatan tertulis maupun gambar yang berkaitan dengan pelaksanaan program Solo Technopark. Dalam menghadapi beragam arsip dan dokumen tertulis yang diperoleh sebagai sumber data, peneliti harus bisa bersikap kritis dan teliti. F. Validitas Data Untuk meningkatkan keabsahan data yang dikumpulkan penelitian kualitatif menggunakan trianggulasi data. Menurut Moleong (2002) trianggulasi berarti “teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar commit to user data itu untuk keperluan penegecekan atau pembanding terhadap data itu.” (hlm. perpustakaan.uns.ac.id 60 digilib.uns.ac.id 178). Data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. Seperti yang dikemukakan oleh Patton (1984) menyebutkan “ada empat macam trianggulasi yaitu (1) trianggulasi data atau trianggulasi sumber, (2) trianggulasi metode, (3) trianggulasi peneliti, (4) trianggulasi teori” (Sutopo:2002, 78). Penjelasan dari macam-macam trianggulasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Trianggulasi data atau trianggulasi sumber, adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data sejenis. Cara ini mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan data ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenis. 2. Trianggulasi metode, adalah cara trianggulasi dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Disini yang ditekankan adalah penggunaan pengumpulan data yang berbeda, bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. 3. Trianggulasi peneliti, adalah hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti. Dari pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap semua informasi yang berhasil digali dan dikumpulkan berupa catatan diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantapkan hasil penelitian. 4. Trianggulasi teori, adalah penelitian dimana peneliti menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. to user akan diperoleh pandangan yang Dari beberapa perspektif commit teori tersebut 61 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga bisa dianalisis dan ditarik simpulan yang lebih utuh menyeluruh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber atau yang biasa disebut dengan trianggulasi data yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda dengan tujuan untuk memperoleh kepercayaan terhadap suatu data dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber yang berbeda dimana data yang satu akan dikontrol oleh data yang lain dari sumber yang berbeda dan juga mengontrol data yang sama dari sumber yang sama pada situasi yang berbeda. G. Analisis Data Menurut Moleong (2002) “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data” (hlm. 103). Analisis data tersebut dapat diperoleh dengan cara mengorganisasikan dan mengurutkan data tersebut kedalam kelompok tertentu. Pada penelitian ini menggunakan analisis data model interaksi. Menurut Miles dan Huberman (1974) menjelaskan bahwa “Ada dua model dalam melaksanakan analisis penelitian kualitatif yaitu (1) model analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis), dan (2) model analisis interaktif (interactive model of analysis)” (Sutopo:2002, 94). 1. Analisis jalinan adalah model analisis yang berkaitan dengan hubungan yang mengalir dari tiga komponen pokok yaitu reduksi data, penarikan simpulan dan verifikasinya, serta proses pengumpulan data di lapangan. Proses dengan tiga komponen analisisnya tersebut aktivitasnya terjadi saling menjalin dalam bentuk arus alur kegiatan menyusun setiap komponen analisisnya, dan dilakukan secara terus menerus dalam proses pelaksanaan pengumpulan data. 2. Analisis interaktif adalah dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisisnya (reduksi data, penarikan simpulan dan verifikasi) dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Kemudian sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak commit to user 62 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id di antara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang tersisa bagi penelitiannya. Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (interactive model of analysis. Berikut gambar pemahaman analisis dengan metode interaktif : Pengumpulan Data Reduksi Data Penyajian Data Kesimpulan/Verifikas i Gambar 3.2 Skema Analisis Model Interaktif (Sumber : HB. Sutopo, 2002:96) Penjelasan mengenai teknik analisis data diatas adalah: 1. Pengumpulan data Pengumpulan data akan dilakukan selama data yang diperlukan belum cukup, dan jika telah cukup dalam pengambilan kesimpulan maka pengumpulan data dapat dihentikan. Langkah dalam pengumpulan data adalah: wawancara, observasi, dan analisis dokumen. 2. Reduksi data Merupakan bagian analisis yang berlangsung terus menerus selama kegiatan penelitian bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, artinya sebelum data terkumpul secara keseluruhan, proses analisis sudah dilakukan. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. 3. Penyajian Data Proses selanjutnya yang dilakukan adalah penyajian data, yaitu mengorganisis informasi commit secara sistematis to user untuk mempermudah peneliti 63 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dalam menabungkan dan merangkai keterkaitan antar data dalam menyusun penambaran proses serta memahami fenomena yang ada pada objek penelitian 4. Penarikan kesimpulan / verifikasi Data yang diperoleh di lapangan, sejak awal peneliti sudah menarik kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih belum jelas dan masih bersifat sementara, tetapi kemudian meningkat sampai pada kesimpulan yang mantap yaitu pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis data yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dapat segera ditarik kesimpulan yang bersifat sementara. Agar kesimpulan lebih mantap maka peneliti memperpanjang waktu observasi tersebut sampai ditemukan data baru yang dapat mengubah kesimpulan sementara sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang baik. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam penelitian dariawal samapi akhir. Menurut Moleong (2002) “Tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan adalah tahap pra lapangan, pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap penyusunan laporan” (hlm. 85). Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yakni dari pengajuan judul, penyusunan proposal dan mengurus perijianan untuk memperlancar jalannya kegiatan. commit to user 64 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Tahap Pengumpulan Data Tahap selanjutnya setelah persiapan peneliti adalah peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumen. Ketiga teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang lain sehingga data yang dikumpulkan benarbenar valid. 3. Tahap Analisis Data Awal Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan sehingga akan dapat diketahui data-data yang diperlukan dan yang tidak diperlukan. Hal ini dilakukan agar data yang diambil benar-benar sesuai dengan hasil yang telah dirumuskan. 4. Tahap Analisis Data Akhir Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh dalam mengumpulkan data dan merupakan data yang mendukung tujuan penelitian. Pada tahap akhir ini data dianalis sudah melampaui analisis awal. Dengan demikian diharapkan data yang dihasilkan benar-benar valid. 5. Tahap Penarikan Kesimpulan Tahap selanjutnya yang dilakukan setelah analisis data akhir adalah menarik kesimpulan yang harus didasarkan pada tujuan penelitian dengan didukung data yang valid sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang dapat di-pertanggungjawabkan. 6. Tahap Penulisan dan Penggandaan Laporan Tahap selanjutnya setelah penarikan kesimpulan adalah penulisan laporan hasil penelitian yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Setelah itu dilanjutkan dengan penggandaan laporan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. commit to user 65 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Persiapan Pengumpulan data Pembuatan proposal penelitian Analisis data awal Analisis data akhir Penarikan kesimpulan Penulisan dan penggandaan laporan Gambar 3.3 Prosedur penelitian commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian 1. Riwayat Singkat Solo Technopark Pada tahun 2002 Pemerintah Kota Surakarta bekerjasama dengan Akademik Teknik Mesin Industri (ATMI) dan atas dukungan Indonesia German Institute (IGI) membentuk Surakarta Competency and Technology Center (SCTC), sebuah lembaga diklat dibidang mekanik untuk mendidik para pemuda dan guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan dalam meningkatkan kompetensi dibidang mekanik. Dalam tempo yang relatif singkat SCTC berhasil menempatkan diri sebagai pusat pelatihan mekanik bermutu tinggi. Surakarta Competency and Technology Center (SCTC) berhasil memberikan kontribusi dalam melatih pemuda penganggur, mengupayakan tempat kerja, serta mewujudkan terbentuknya jaringan kerjasama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan industri yang saling melengkapi. Melihat keberhasilan tersebut, pada tahun 2006 Pemerintah Kota Surakarta menggagas untuk mengembangkan konsep SCTC menjadi lebih luas cakupannya, dan menambah bidang-bidang ketrampilan yang sangat diperlukan untuk pemenuhan pengembangan teknologi masa depan yang dinamakan Solo Technopark. Gambar 3. Skema sejarah pembentukan Solo Technopark (Sumber: Solo Technopark) commit to user 66 perpustakaan.uns.ac.id 67 digilib.uns.ac.id Tahun 2006 Pemerintah Kota Surakarta menggagas ide technopark yang ditindaklanjuti oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai institusi perencana bersama stakeholder kota lainnya khususnya ATMI, mulai mengembangkan konsep technopark sebagai pengembangan dari keberhasilan SCTC, yang kemudian disebut Solo Technopark. Program Solo Technopark dikembangkan melalui sinergi antara dunia pendidikan, bisnis/ industri dan pemerintah kota Surakarta. Solo Technopark dibentuk berdasar Peraturan Walikota Surakarta Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Solo Technopark Surakarta tanggal 19 Agustus 2009. Pola Tata Kelola yang digunakan oleh Solo Technopark adalah Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 900/65/1/2009. Sedangkan lokasi Solo Technopark yang terletak di Jalan Ki Hajar Dewantara, Pedaringan, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah dengan luas 7,15 hektar dibangun berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2007. Solo Technopark (STP) adalah pusat vokasi dan inovasi teknologi, pusat riset teknologi terapan di kota Surakarta, yang dibangun dengan sinergi antara dunia pendidikan, bisnis dan pemerintahan (the triple helix model innovation). Saat ini Solo Technopark memberikan pelayanan pendidikan bidang industri, inkubator bisnis dan teknologi, jasa produksi serta penelitian dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas daya manusia, meningkatkan daya saing dan kinerja dunia usaha dan dunia industri, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, serta memperluas lapangan kerja melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sifat bisnis yang diterapkan adalah sosial ekonomi dan lebih menekankan pada pelayanan sosial masyarakat dan sekaligus sebagai salah satu pusat rujukan layanan teknologi. 2. Visi dan Misi Solo Technopark Visi dari Solo Technopark adalah Solo Technopark (STP) menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia berstandar Internasional dan mampu commit to userkegiatan-kegiatan inovatif. Sejalan menjadi motor penggerak ekonomi melalui perpustakaan.uns.ac.id 68 digilib.uns.ac.id dengan visi yang dikembangkan, Solo Technopark mempunyai beberapa misi utama, antara lain: a. Melaksanakan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan penguasaan iptek. b. Membangun budaya inovatif, semangat kewirausahaan dan sadar mutu untuk meningkatkan daya saing. c. Mengembangkan potensi ekonomi dan meningkatkan daya tarik investasi. 3. Tujuan Program Solo Technopark Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui program Solo Technopark antara lain: a. Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di bidang industri. b. Memberikan pelayanan penelitian, inovasi dan teknologi bagi UMKM. c. Memberikan pelayanan bagi tumbuh dan berkembangnya industri/klaster industri baru. 4. Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan Dalam pola penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang diterapkan, Solo Technopark menyediakan dua fasilitas. Fasilitas tersebut terbagi ke dalam kategori berikut : a. Pusat Pendidikan dan Aplikasi Praktik (CEPA) Pusat Pendidikan dan Aplikasi Praktik (CEPA) adalah program yang menawarkan program khusus. Program khusus ini tidak hanya diperuntukkan bagi para calon peserta didik lulusan SMA/SMK sederajat, tetapi juga diperuntukkan bagi guru sekolah kejuruan dan karyawan industri. Program ini diadakan dalam rangka meningkatkan peluang mereka untuk dapat terjun di pasar tenaga kerja serta juga untuk melengkapi kemampuan yang telah dimiliki. Saat ini sesi pelatihan ditawarkan dalam bidang berikut : 1) Mekanik Manufaktur Program selama sembilan bulan terdiri dari tiga tahap, antara lain: a) Tahap 1 (Keterampilan Dasar Mekanik commit to user perpustakaan.uns.ac.id 69 digilib.uns.ac.id b) Tahap 2 (Kecakapan Terapan. c) Tahap 3 (Magang Kerja) Setelah berhasil menyelesaikan semua tahap program pelatihan, para peserta menerima sertifikat (Sertifikat Keahlian) dan dukungan dalam mencari pekerjaan. 2) Pengelasan Dalam bidang teknologi pengelasan Solo Technopark telah membentuk pusat pengelasan yang menawarkan pelatihan dasar dan lanjutan serta jasa teknis seputar masalah pengelasan. Solo Technopark juga menawarkan program khusus dimana program ini menjadi unggulan Solo Technopark, pasalnya program ini hanya ada di Solo Technopark yaitu program pengelasan dalam air. Solo Technopark menyediakan tangki dengan ukuran 8 x 8 m dengan kedalaman 10 m. Disini para peserta dapat memperoleh pengalaman langsung dalam mempraktekkan pengelasan di dalam air. 3) Mekanik Garmen Pada bidang mekanik garmen peserta didik akan diajarkan mengenai teknik mesin, terutama dalam perbaikan dan pemeliharaan selain juga diajarkan aplikasi praktis penggunaan mesin jahit. 2. Teaching Factory Konsep teaching factory merupakan ektensi dari kurikulum sekolah kejuruan pilihan di kota Solo. Pada program ini Solo Technopark menyediakan fasilitas lengkap dengan para pelatih yang profesional guna mendukung pelaksanaan program magang (on the job training) di sekolah kejuruan. Program ini bertujuan untuk menghindari adanya kesenjangan praktis dunia industry dengan pelatihan teoretis di sekolah kejuruan. Saat ini, program pelatihan yang berorientasi aplikasi ditawarkan dalam bidang-bidang berikut: 1) Otomotif Teaching factory memberikan siswa fasilitas perakitan kendaraan commit tosesuai user dengan kondisi industri yang bermotor yang dikondisiskan 70 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebenarnya. Pada bidang otomotif pihak Solo Technopark bekerjasama dengan sekolah-sekolah kejuruan berhasil menciptakan mobil yang sekarang sedang panas dibicarakan, yaitu mobil esemka. Unit otomotif juga menawarkan jasa suku cadang dan juga perbaikan. 2) Teknik Mesin Di bidang Teknik Mesin siswa diajarkan bagaimana cara pembuatan komponen, perakitan parsial, dan final dari mesin serta melakukan pemeliharaan dan perbaikan mesin. Untuk menunjang proses pelatihan, pihak Solo Technopark menyediakan beberapa mesin-mesin produksi, antara lain mesin milling, turning dan drilling. J. Deskripsi Temuan Penelitian 1. Prosedur Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam Rangka Mempersiapkan Tenaga Kerja Terampil Siap Pakai Prosedur pelaksanaan program Solo Technopark terdiri dari beberapa tahapan. Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai, antara lain : a. Pendaftaran Pendaftaran program Solo Technopark dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Solo Technopark dan di Dinas Tenaga Kerja. Hal yang membedakan kedua tempat ini adalah bagi calon pendaftar yang mendaftar dengan program mandiri, program dari LPEI, bank-bank swasta dan industri maka calon peserta harus mendaftar dengan cara mendatangi langsung ke kantor Solo Technopark. Sedangkan bagi para calon peserta yang mendaftar dengan program gratis bagi warga Solo dari Pemkot Surakarta maka calon pendaftar datang ke kantor Dinas Tenaga Kerja Surakarta. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 9 dan 11 selaku peserta yang mengikuti program gratis bagi warga Solo. Informan 11 menyatakan bahwa dia mendaftar melalui disnaker karena mengikuti program gratis bagi warga Solo, hal ini sesuai dengan pernyataannya yang mengatakan bahwa “pendaftaran di Dinas Tenaga Kerja sama ngumpulin berkas-berkas commit to user syarat-syarat tadi beserta kartu kuning” (catatan lapangan 11 hlm. 130). perpustakaan.uns.ac.id 71 digilib.uns.ac.id 3. Seleksi Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta yang berkualitas dan sesuai persyaratan ynag diinginkan. Untuk dapat mengikuti program Solo Technopark, calon peserta wajib mengikuti tahap seleksi. Seleksi dilakukan melalui tes tertulis dan tes wawancara. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan 8 yang mengatakan “Setelah itu ada seleksi, seleksinya ada dua yaitu tes tertulis dan tes wawancara…” (catatan lapangan 8 hlm. 119). Tes tertulis berisi teori-teori dasar, sedangkan tes wawancara bertujuan untuk mengetahui latar belakang calon peserta program Solo Technopark. Ini sesuai dengan pernyataan informan 1 yang mengatakan “ Seleksi tertulis itu isinya teori-teori dasar lah ada gambar, matematika dasar udah itu aja. Setelah itu lolos langsung tes wawancara. Wawancara gunanya untuk mngetahui background dari calon peserta” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Berdasarkan hasil tes seleksi yang dilakukan oleh pihak Solo Technopark, maka pihak Solo Technopark kemudian akan bermusyawarah untuk menentukan para pendaftar yang dapat lolos untuk mengikuti program Solo Technopark. 4. Diklat Pelaksanaan diklat dilakukan selama 9 bulan yang terbagi menjadi 3 tahapan, yang terdiri dari tahap basic mechanic, applied, dan penempatan magang dimana masing-masing dilaksanakan selama 3 bulan. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh informan 10 yang mengatakan “Kemudian kita melaksanakan program diklat lamanya 9 bulan dimana ada 3 tahap, yaitu tahap basic mechanic untuk mengenal dasar-dasarnya, lalu proses pemilihan jurusan yang akan diambil, lama proses penjurusan adalah 3 bulan. Lalu yang terakhir proses magang kerja” (catatan lapangan 10 hlm. 126). Senada dengan informan 10, informan 8 juga mengatakan “…setelah diterima kita melaksanakan program diklat yang lamanya 9 bulan dan terbagi melalui 3 tahap” (catatan lapangan 8 hlm. 119). Masing-masing tahapan mempunyai tujuan tersendiri. Tahap basic commit user ini dilakukan untuk pengenalan mechanic berisi dasar-dasar teori.toTahap perpustakaan.uns.ac.id 72 digilib.uns.ac.id dasar-dasar mekanik kepada para peserta yang sudah lolos seleksi. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh informan 10 yang menyatakan “tahap basic mechanic untuk mengenal dasar-dasarnya…” (catatan lapangan 10 hlm. 126). Tahap selanjutnya yang harus dilalui oleh para peserta adalah tahap applied atau penjurusan. Dalam tahapan ini terdapat 3 jurusan yang dapat dipilih oleh setiap peserta sesuai dengan keahlian yang diminati oleh masing-masing peserta. Adapun jurusan yang disediakan adalah mekanik manufaktur, mekanik garmen dan mekanik pengelasan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 2 yang mengatakan “Disini ada 3 jurusan yaitu permesinan manufaktur, garmen dan pengelasan” (catatan lapangan 2 hlm. 99). Selanjutnya tahap terakhir adalah tahap magang industri, tahap ini bertujuan untuk mengasah ketrampilan yang dimiliki peserta selama menjalani program Solo Technopark. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang mengatakan bahwa “Tahap yang terakhir ini bertujuan untuk mempraktekkan dan memperdalam ilmu yang sudah peserta peroleh melalaui tahap-tahap sebelumnya” (catatan lapangan 2 hlm. 99). Dalam proses pendidikan dan pelatihan salah satu hal yang menjadi komponen utamanya adalah kurikulum dan tenaga pengajar/pendidik. Solo Technopark menggunakan kurikulum yang dikembangkan oleh ATMI dengan sistem Strategy Implementation Curriculum Competency Based Education and Training (CBET) atau KBK dengan strategi Production Based Education dan Training (PBET), yaitu pendidikan teknik yang berorientasi pada produksi riil standar industri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang menjelaskan bahwa: Kurikulumnya yang dipakai itu dari dulu sampai sekarang masih sama ya, kurikulum education based production riil. Maksudnya kurikulum yang dipakai itu adalah kurikulum yang berdasar kompetensi yang orientasinya adalah produksi. Artinya bahwa kita dalam mengajar kan banyak prakteknya, nah di dalam commit to userpraktek itu kita juga menyuruh peserta untuk produksi sesuai dengan kompetensinya, dan hasil 73 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id produksi mereka nantinya itu yang menjadi nilai untuk mereka (catatan lapangan 2 hlm. 138). Untuk tenaga pengajar, pihak Solo Technopark mempunyai tenaga pengajar yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan data observasi yang dilakukan oleh peneliti mengenai daftar pengajar Solo Technopark. Tabel 4.1 : Daftar Tenaga Pengajar Solo Technopark No. Nama 1. Anton Susilo 2. Budiarto 3. Mulyanto 4. 5. 6. Oktavianto Nugroho Stefanus Yoas Siswatama Bernadus Pamungkas Aji Wijaya Ket. Bagian Instruktur mekanik dan garmen Pendidikan Terakhir lulusan S1 Sanata Dharma Mekanik lulusan STP Mekanik lulusan STP Mekanik lulusan STP Mekanik lulusan STP Mekanik lulusan STP Mekanik lulusan STP Garmen lulusan STP asisten instruktur asisten instruktur asisten instruktur asisten instruktur asisten instruktur asisten instruktur asisten instruktur 7. Tulis Setyowati 8. Agus Jatmiko 9. Stefanus Arif Wibowo Instruktur 10. Erwin Sudrajat asisten instruktur 11. Agus Munaji asisten instruktur pengelasan & under water wet pengelasan & under water wet pengelasan & under water wet lulusan inlastek lulusan STP lulusan STP (Sumber : Solo Technopark) Setelah menyelesaikan tahap penjurusan (applied), tahap selanjutnya adalah tahap magang industri. Dalam tahap magang industri setiap peserta ditempatkan di perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark. Penempatan magang industri (on the job training) para peserta dilakukan oleh pihak Solo Technopark, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi para user magang mereka dengan suatu peserta untuk menentukancommit sendiritotempat 74 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id alasan yang dapat diterima. Hal tersebut diungkapkan oleh informan 1 ketika diajukan pertanyaan oleh peneliti tentang bagaimana penempatan magang industri (apakah ditempatkan pihak Solo Technopark atau memilih sendiri), jawabnya adalah “Ada yang milih sendiri ada yang ditentukan” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Hal senada juga dikatakan oleh informan 8 selaku peserta program Solo Technopark ketika ditanya penempatan magang industri (on the job training) yang mengatakan “Kalau saya pilih sendiri. Tapi juga ada yang ditentukan dari technopark” (catatan lapangan 8 hlm. 120 ). Tabel 4.2: Data Penempatan Magang Pelatihan Pemuda STP- SCTC 27 (Juli 2011– Maret 2012) Nama Perusahaan NO NIS Nama Trainee Jurusan 1. 27/004/1010 Aditya Satria Raharja Manufacture magang ATMI 2. 27/007/1013 Angger Priyambodo Manufacture PT. Langen Harjo 3. 27/006/1012 Alim Lukmado Manufacture magang ATMI 4. 27/010/1016 Awaludin M Manufacture magang ATMI 5. 27/014/1020 Christanta Gama T Manufacture Magang ATMI 6. 27/016/1022 Danang Yusuf Manufacture PT. Langen Harjo 7. 27/018/1024 Dimas Dewangga N Manufacture PT. Langen Harjo 8. 27/025/1031 Fransiscus Adie N Manufacture magang ATMI 9. 27/029/1035 Hendra Jaka P Manufacture 10. 27/036/1042 Juangsa Bagus Manufacture commit to user Cahyono magang SMK Mikael magang SMK Mikael Tgl. Kerja 12 Januari 2012 20 Februari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 20 Februari 2012 20 Februari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 75 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 11. 27/039/1045 M. Ervan Setiyawan Manufacture Magang ATMI 12. 27/042/1048 M. Nur Rochim Manufacture PT. Langen Harjo 13. 27/048/1054 Rahmad Nawawi Manufacture Magang ATMI 14. 27/065/1071 Rahmat Manufacture Magang ATMI 15. 27/050/1056 Renian Bagus Manufacture Magang ATMI 16. 27/051/1057 Reza Ediya Manufacture Magang ATMI 17. 27/053/1059 Rizki Irawan Manufacture magang ATMI 18. 27/056/1062 Sigit Prasetyo Manufacture PT. Langen Harjo 19. 27/057/1063 Singgih Wahono Manufacture Magang ATMI 20. 27/060/1066 Tobing Nur Hidayat Manufacture Magang SMK Mikael 21. 27/061/1067 Tulus Prasetyo W Manufacture Magang ATMI 22. 27/062/1068 Wahyu Adinugroho Manufacture Magang ATMI 23. 27/024/1030 Fendi Era Indrawan Manufacture 24. 27/028/1034 Gineng Pratidina Welding 25. 27/038/144 Milat Nahrowi Welding 26. 27/012/1018 Bagas Denta Kusumo Nur Welding commit to user PT. Laksana Tehnik Makmur Magang di PT. Indo Acidatama, Magang di PT. Indo Acidatama, Magang di PT. Indo Acidatama, Jl. Solo – Sragen 12 Januari 2012 20 Februari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 20 Februari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 12 Januari 2012 20 Februari 2012 76 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 27. 27/033/1039 Irwan Susanto Garmen Magang Sari Warna 28. 27/011/1017 Azis Miftachur Rohman Garmen Magang Sari Warna 29. 27/005/1011 Agus Febrianto Garmen Magang Sari Warna 30. 27/030/1036 Heri Prasetyo Garmen Magang Sari Warna 31. 27/040/1046 Muchamad Triyadi Garmen 32. 27/002/1008 Adimas Setyo Prakoso Garmen 33. 27/035/1041 Joko Triyanto Garmen Magang Sari Warna 34. 27/043/1049 Muhammad Yusuf Garmen Magang PT. Kawistara 35. 27/055/1061 Setyawan Puji Santoso Garmen Magang Sari Warna 36. 27/032/1038 Ikhsannudin Garmen Magang Sari Warna 37. 27/064/1070 Retno Wiastuti Garmen Magang Sari Warna 38. 27/049/1055 Rahmandika Alfiandaru Garmen Magang PT. Dewi Samudra 39. 27/044/1050 Nofrizal Rizky N Garmen Magang Sari Warna 40. 27/031/1037 Hutomo Garmen Magang Sari Warna 41. 27/037/1043 Listyaningru m Garmen Magang Sari Warna Magang PT. Dewi Samudra Magang PT. Kawistara 13 Februari 2012 13 Februari 2012 13 Februari 2012 13 Februari 2012 9 Januari 2012 2 Januari 2012 13 Februari 2012 13 Februari 2012 13 Februari 2012 13 Februari 2012 13 Februari 2012 9 Januari 2012 13 Februari 2012 13 Februari 2012 13 Februari 2012 (Sumber : Solo Technopark) Setelah peserta menyelesaikan tahap diklat dan dinyatakan lulus, peserta mendapatkan sertifikat dan transkip nilai. Peserta tidak mencommitpendidikan to user dapatkan gelar seperti jenjang di perguruan tinggi. Hal ini perpustakaan.uns.ac.id 77 digilib.uns.ac.id diungkapkan oleh informan 1 yang mengatakan “Iya dapet sertifikat saja dan transkip nilai dan tidak dapat gelar apa-apa” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Dalam mencetak output yang dipersiapkan untuk bekerja, program Solo Technopark memiliki standart yang harus dipenuhi agar peserta dapat dinyatakan lulus. Hal ini seperti gambar yang dibuat oleh informan 2 yang teruji melalui SOP yang ada untuk system standart kelulusan bagi para peserta.. 5. Penempatan Kerja Salah satu yang menjadi kelebihan dari pelaksanaan program Solo Technopark adalah karena adanya kepastian bagi para peserta untuk bekerja pada perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang mengatakan “…Tapi STP kan punya kelebihan sendiri bahwa kita juga bisa menyalurkan tidak hanya meluluskan. Kita tidak hanya menyalurkan sembarangan tapi kita dengan pendidikan yang dikenalkan tadi ada basic, applied, ada magang tadi itu” (catatan lapangan 1 hlm. 94). Hal senada juga dikemukakan oleh informan 2 yang mengatakan “…Pendorongnya saya fikir ya karena kita punya program bagus yang mampu menghasilkan lulusan yang punya skill, yang terdidik dan siap untuk bekerja, dan kita pun juga menyalurkan mereka” (catatan lapangan 2 hlm. 100). Untuk proses penempatan kerja pihak Solo Technopark sudah memulainya ketika masih dalam tahapan magang. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh oleh inform 1 yang mengatakan bahwa “Untuk penempatan kerja rata-rata mereka semua waktu magang langsung diambil” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Jadi pada saat proses magang industri, jika ada perusahaan yang memebutuhkan tenaga kerja maka pihak Solo Technopark menerima dengan baik. Jadi ketika misalkan ada peserta yang sedang menjalani tahap magang industri dan ternyata lulus kualifikasi untuk dapat bekerja maka peserta tersebut diperbolehkan untuk langsung bekerja dan tidak melanjutkan tahap magang industri yang sedang dijalani. commit to user 78 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang mengatakan bahwa : Mereka kan ada tahapan magang ya, kadang pas mereka magang itu banyak perusahaan yang menghubungi kita bahwa dia membutuhkan tenaga kerja, kemudian kalau memang ada seleksi ya diterima dan si anak itu masih dalam tahap magang, anak tersebut sudah bisa untuk bekerja, jadi nggak usah diterusin magangnya tidak apa-apa (catatan lapangan 2 hlm 99). Informan 9 juga mengungkapkan pernyataan yang senada, yaitu : …disini kadang pas magang gitu kalau bagus kerja magangnya langsung direkrut jadi karyawan di perusahaan tempat magang tadi mbak. Atau pas magang misalnya ada tes seleksi karyawan dari suatu perusahaan dan keterima, lalu proses magang tidak usah dilanjutkan lagi karena sudah langsung diperbolehkan untuk bekerja (catatan lapangan 9 hlm. 124). Tabel 4.3 : Data Penempatan Kerja Pertama Pelatihan Pemuda STPSCTC 25 NO 1.. 2. Nama Trainee Bayu 25/003/940 Indrianto Ikhsan 25/006/843 Cahyono NIS Muhtar Lutfi Jurusan DO Garmen DO 25/007/944 4. Agripa 25/001/938 Purnomo Widi Manufacture 5. 25/002/939 Alib Sahab Manufacture 6. 25/004/941 Dwi Haryanto Manufacture 7. 25/008/945 Muryanto Manufacture 8. 25/009/946 9. 10. 11. Tgl. Kerja Garmen 3. Nifanssa Muhammad Nufiyanto 25/015/952 Hirmawan 25/010/947 Nurhadi Nama Perusahaan Garmen Manufacture Manufacture Manufacture 25/011/948 Rusmanto Manufacture commit to user PT. Pilar Sejati Sejahtera 21/9/2011 PT. Toyo Dies Indonesia 26/9/2011 PT. Toyo Dies Indonesia PT. San Tech Engineering PT. King Manufacture PT. Mettaplastindo PT. Mettaplastindo PT. Naga Mas 26/9/2011 26/9/2011 22/9/2011 15/9/2011 15/9/2011 19/9/2011 Dikeluarkan dari proses pelatihan SMK-GTC ATMI Surakarta 79 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 12. 25/013/950 Yulianto Nugroho Manufacture PT. Miki Plastik 19/9/2011 (Sumber : Solo Technopark) Untuk proses perekrutan tenaga kerja, pihak Solo Technopark menyerahkannya kembali kepada perusahaan mitra yang bersangkutan. Perusahaan tersebut berhak menentukan proses perekrutan calon tenaga kerja lulusan program Solo Technopark, apakah dilakukan melalui proses seleksi sendiri atau mempercayakannya kepada pihak Solo Technopark langsung. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan informam 1 yang mengatakan bahwa “Nah untuk tes seleksi itu kita serahkan langsung dari perusahaannya. Mau dites langsung boleh mau tidak juga tidak menjadi masalah…” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Dalam hal ini informan 2 menambahkan “Tapi kalau perusahaan itu tidak mengadakan seleksi dan mempercayakan kita sepenuhnya ya kita tinggal hubungi anak yang kirakira dapat masuk kualifikasi terus ya sudah mereka diterima bekerja” (catatan lapangan 2 hlm. 99). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai Dalam pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor pendorong maupun faktor prnghambat. Faktor pendorong dan penghambat yang dialami oleh pihak Solo Technopark ada beberapa macam. Yang menjadi faktor pendorongnya antara lain adalah adanya sarana dan prasarana yang lengkap yang disediakan oleh pihak Solo Technopark guna mendukung terlaksananya program Solo Technopark untuk menciptakan tenaga terampil. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan 1 yang menyatakan bahwa “Pendorongnya adanya sarana dan alat-alat yang memadai yang kita sediakan” (catatan lapangan 1 hlm. 95). Hal senada juga diungkapkan oleh informan commit 2 yang tomengatakan bahwa, “Pendorongnya… user perpustakaan.uns.ac.id 80 digilib.uns.ac.id Selain itu dari segi fasilitas sarana dan prasarana kita dapat dibilang memadai” (catatan lapangan 2 hlm. 101). Faktor pendorong yang lain dalah adanya program gratis yang disediakan. Program gratis dapat diperoleh melalui beberapa jalan yaitu dengan mengikuti pendaftaran program pemkot Surakarta bagi penduduk asli Solo, pembiayaan industri, bank-bank swasta dan LPEI. Faktor penghambatnya adalah tersedianya program gratis yang selain bisa menjadi faktor pendorong bagi terlaksananya program Solo Technopark tapi juga sekaligus menjadi pengahambat. Pasalnya tidak jarang peserta yang mengikuti program gratis justru tidak bersungguh-sungguh dalam menjalani program ini. Hal ini dikatakan oleh informan 2 yang mengatakan bahwa “…kadang malah yang program gratis itu, sudah kita cari cari dan cari kita saring betul malah mereka terkesan leda-lede begitu ya. Padahal program gratis itu juga menjadi daya tarik yang kami sediakan…” (catatan lapangan 2 hlm. 101). Selain itu yang menjadi penghambat yang lain adalah jumlah murid yang tidak tetap pada setiap periode pendaftaran. Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa Solo Technopark membuka empat kali pendaftaran setiap tahunnya. Sedangkan jumlah pendaftar setiap periode pendaftaran tidak tetap, kadang sedikit kadang banyak. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh informan 2 yang mengatakan bahwa “Berkaitan dengan jumlah siswa ya, kita kan buka pendaftaran 1 tahun 4 kali, biasanya itu tidak tentu jumlahnya, kalau pas januari, maret itu jumlah yang daftar bisa dibilang sedikit, tapi kalau Juli itu bahkan sangat banyak” (catatan lapangan 2 hlm. 101). Faktor pendorong dan penghambat yang dialami oleh para peserta dalam menjalani program Solo Technopark juga beragam. Faktor pendorongnya antara lain adalah karena para peserta yakin bahwa program Solo Technopark adalah program yang bagus dimana Solo Technopark menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya bisa mencetak tenaga-tenaga yang terampil tetapi juga lembaga yang mampu menyalurkan para peserta didiknya untuk disalurkan ke dunia kerja sesuai keahlian masing-masing. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh beberapa peserta program Solo Technopark. commit11 to user Salah satunya adalah informan yang mengatakan bahwa “Faktor perpustakaan.uns.ac.id 81 digilib.uns.ac.id pendorongnya ya disini fasilitas memadai, terus ada penyaluran kerjanya, kan daripada saya sekolah ditempat lain misal kuliah gitu kan nggak disalurkan kerja mbak” (catatan lapangan 11 hlm. 131). Informan 9 juga ikut menambahkan “Faktor pendukungnya ya karena saya ingin dapat pekerjaan yang lebih bagus lagi dari yang kemarin mbak, dan disini sudah pasti tersalurkan kerja di perusahaan mitra kerja Solo Technopark, itu faktor pendorongnya” (catatan lapangan 9 hlm. 124). Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah karena porsi pengajaran program Solo Technopark yang lebih fokus kepada praktek dimana porsi praktek dibanding teori adalah 80:20 membuat peserta mengalami kelelahan yang kadang menimbulkan rasa kejenuhan pada diri peserta. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan juga oleh beberapa peserta, antara lain peserta 8 yang mengatakan bahwa “Dan untuk penghambatnya itu menurut saya karena disini itu kan prakteknya lebih banyak daripada materinya jadi jam kerjanya disini berat…” (catatan lapangan 8 hlm.120). Hal yang sama diungkapkan oleh informan 9 yang mengemuka-kan bahwa “faktor penghambatnya, disini kan masuk dari jam 7 sampai jam 3, itu normalnya mbak karena kadang juga bisa lebih. Dan dalam waktu selama itu kita berdiri terus mbak, wira wiri mbenerin mesin-mesin, waktu istirahat cuma 25 menit jam 12.00-12.25, jadinya ya lelah” (catatan lapangan 9 hlm. 124). Tak jarang beberapa peserta mengundurkan diri untuk tidak melanjutkan kembali program Solo Technopark yang sudah mereka jalani. Hal tersebut diungkapkan oleh informan 10 yang mengatakan bahwa “…Bahkan ada juga peserta yang baru masuk beberapa minggu dia mengundurkan diri karena merasa tidak kuat mengikuti program ini…”(catatan lapangan 10 hlm. 127). Seperti yang diketahui pihak Solo Technopark menjalin kerjasama dengan banyak perusahaan di seluruh Indonesia dalam hal tenaga kerja. Tentunya dalam pelaksanaan kerjasama tersebut terdapat faktor pendorong dan juga penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor pendorong yang dialami perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark untuk menjalin kerjasama adalah karena program Solo Technopark mampu menciptakan tenaga terampil commit to khususnya user sesuai dengan kebutuhan perusahaan, di bidang teknisi. Hal ini perpustakaan.uns.ac.id 82 digilib.uns.ac.id sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 3 yang mengatakan bahwa “Kalau untuk pendorongnya ya karena dia mempunyai lulusan yang mempunyai lifeskill seperti yang kita harapkan ya…” (catatan lapangan 3 hlm. 105). Informan 6 juga mengungkapkan hal yang sependapat “Yang menjadi faktor sih ya karena Technopark menyediakan calon tenaga kerja yang sesuai kebutuhan kami itu aja…” (catatan lapangan 6 hlm. 115). Selain itu banyaknya perusahaan industri yang menjalin kerjasama dengan pihak Solo Technopark tak lain juga karena mudahnya prosedur untuk dapat menjalin kerjasama tersebut. Pihak Solo Technopark tidak mengajukan syarat-syarat yang memberatkan perusahaan mitra untuk bisa bekerja sama dengan pihaknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 6 yang megatakan bahwa “Hmm, tidak ya mbak ya wong kita malah yang dihubungi dari Solo Technopark kok butuh teknisi atau tidak, terus mereka hubungi juga kalau misal ada siswanya yang mau magang, gitu aja” (catatan lapangan 6 hlm. 114). Hal senada diungkapkan oleh informan 5 yang mengatakan bahwa “Ya karena kita sudah kenal kita langsung kontak aja apakah ada orang atau nggak, kita lagi butuh tenaga kerja. Terus mereka kontak orang-orang mereka terus ya udah” (catatan lapangan 5 hlm. 110). Jadi dalam pelaksanaan kerjasama yang terjalin antara pihak Solo Technopark dengan perusahaan industri mitra kerja terdapat adanya simbiosis yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Sementara yang menjadi faktor penghambat terjalinnya kerjasama antara pihak Solo Technopark dengan perusahaan industri mitra kerja adalah ada kalanya pihak Solo Technopark tidak mampu untuk memenuhi permintaan akan calon tenaga kerja. Walaupun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi perusahaan industri mitra kerja untuk terus menjalin kerjasama dengan pihak Solo Technopark. Hal ini diungkapkan oleh informan 4 yang mengatakan bahwa “ya misal kita butuh, butuh orang tapi kan belum tentu pihak Solo Technopark sudah punya belum calon-calonnya, sudah detraining belum gitu” (catatan lapangan 4 hlm. 108). Informan 4 juga menambahkan bahwa pihakcommit to user hubungan kerjasama yang baik nya berharap akan terus dapat menjalin perpustakaan.uns.ac.id 83 digilib.uns.ac.id dengan pihak Solo Technopark. Hal ini tersirat dari jawaban informan 4 ketika ditanya oleh peneliti apakah akan terus menjalin kerjasama dengan pihak Solo Technopark, maka jawabnya adalah “Diharapkan sih bisa begitu ya, apalagi yang untuk produksi itu” (catatan lapangan 4 hlm. 108). Hal senada juga diungkapkan oleh informan 5 yang mengatakan “Ooh kalau itu tetep pasti akan terus kerjasama” (catatan lapangan 5 hlm. 110). 3. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam Rangka Mempersiapkan Tenaga Kerja Terampil Siap Pakai. Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai ada beberapa hambatan yang terjadi. Hambatan ynag dialami pihak Solo Technopark adalah karena adanya program gratis yang justru para peserta menjadi terkesan tidak bersemangat serta kendala dari jumlah pendaftar yang jumlahnya tidak menentu setiap periode pendaftaran. Hambatan tersebut diatasi dengan cara memberi motivasi kepada para peserta agar selalu konsisten dalam menjalani program Solo Technopark sampai bisa dinyatakan lulus dan mendapatkan pekerjaan sesuai yang peserta harapkan. Selain itu pihak Solo Technopark juga melakukan sosialisasi yang lebih gencar melalui seminar ke sekolah-sekolah. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang mengatakan bahwa “…tapi ya tadi kita upayakan untuk sosialisasi ke sekolah-sekolah tahun ini” (catatan lapangan 1 hlm. 91). Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa: Kalau untuk kemarin-kemarin belum ya, tapi untuk besok sudah akan dilakukan. Kemarin kita sudah nembusi di bagian Dikpora sana, kita sudah dikasihkan jadwal nanti setelah mid kita diberi kesempatan untuk mempresentasikan di depan 70-80 siswa STP punya program apa. Kita baru kontak beberapa sekolah juga untuk itu (catatan lapangan 1 hlm. 91) . Hambatan yang dialami pihak perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark adalah karena ada kalanya pihak Solo Technopark tidak mampu untuk memenuhi permintaan akan calon tenaga kerja ketika perusahaan mitra membutuhkan. Hambatan tersebut dapat diatasi oleh pihak perusahaan industri user tidak menggantungkan masukan mitra kerja Solo Technoparkcommit denganto cara perpustakaan.uns.ac.id 84 digilib.uns.ac.id calon tenaga kerja dari pihak Solo Technopark. Pihaknya berupaya mencari calon tenaga kerja yang mereka butuhkan dengan tidak hanya menjalin kerjasama dengan pihak Solo Technopark saja tetapi juga dengan balai pelatihan lainnya serta dengan cara membuka lowongan sendiri dan melakukan seleksi terhadap calon tenaga kerja tersebut, walaupun menurut pihak perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark hal tersebut dapat memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan 4 yang mengatakan bahwa “Ya kita menjalin kerjasama tidak hanya dengan technopark, kalau technopark nggak bisa ya kita cari sendiri. Saya cari sampai ke Semarang atau ke sekolah-sekolah SMK jurusan tatabusana atu apa gitu” (catatan lapangan 4 hlm. 108). Hal senada diungkapkan oleh informan 7 yang mengatakan bahwa “Ya kadang dulu itu juga pernah tidak bisa ya, akhirnya kita buka lowongan ya dari mulut ke mulut karyawan itu, siapa yang punya teman atau kenalan yang sesuai dengan kualifikasi lowongan yang kita buka” (catatan lapangan 7 hlm. 117). Hambatan yang dialami oleh para peserta program Solo Technopark adalah karena porsi pengajaran program Solo Technopark yang lebih fokus kepada praktek dimana porsi praktek dibanding teori adalah 80:20. Hal ini membuat peserta mengalami kelelahan yang kadang menimbulkan rasa kejenuhan pada diri peserta. Semangat para peserta menjadi berkurang yang tak jarang mengakibatkan ada beberapa peserta yang mengundurkan diri karena merasa tidak kuat untuk menjalani . Upaya yang dilakukan para peserta untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan cara berusaha memotivasi diri sendiri agar dapat menyelesaikan program Solo Technopark hingga tersalurkan untuk bekerja di perusahaan industri sesuai dengan maksud dan tujuan mereka mengikuti program Solo Technopark. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 8,9,10, dan 11. Salah satu informan yaitu informan 11 yang mengatakan bahwa “Ya saya kan punya target buat masa depan saya, saya pengen cepet lulus terus cepet dapet pekerjaan mbak, jadi saya berusaha supaya diri saya ini tetap konsisten menjalani sekolah ini mbak, commit to user 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ya memotivasi sendiri saja, saya juga menjaga kondisi tubuh biar bisa fit terus” (catatan lapangan 11 hlm. 131). K. Pembahasan 1. Prosedur Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam Rangka Mempersiapkan Tenaga Kerja Terampil Siap Pakai Dalam pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai, terdapat beberapa tahapan yang diantaranya adalah sebagai berikut : a. Pendaftaran Bagi semua calon peserta yang ingin mengikuti program Solo Technopark, sebelumnya diharuskan untuk melakukan pendaftaran dengan cara datang langsung ke Solo Technopark yang beralamat di Jalan Ki Hajar Dewantara, Pedaringan, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah. Dan untuk calon peserta asli warga Solo dapat menikmati program gratis untuk mengikuti program Solo Technopark selama 9 bulan dengan melakukan pendaftaran di Dinas Tenega Kerja Surakarta disertai dengan fotokopi KTP asli Solo. Berdasarkan hasil penelitian, setiap calon peserta yang ingin mengikuti program Solo Technopark harus memenuhi persyaratan. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap calon peserta antara lain adalah lulusan SMA/SMK sederajat, umur maksimal 24 tahun pada saat masuk diklat (memberikan kesempatan bagi yang berumur lebih dari 24 tahun, tetapi pihak Solo Technopark tidak menjamin penempatan kerja, walaupun secara moral akan dibantu), sehat jasmani rohani, mengumpulkan fotokopi ijasah, KTP, SKCK, foto bewarna terbaru berukuran 3x4 dan 4x6 masing-masing 1 lembar. Calon yang tidak memenuhi kualifikasi yang ditentukan maka akan dianggap gugur. b. Seleksi Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta program Solo Technopark yang berkualitas. Berdasarkan hasil penelitian, dalam mecommit to useryang dapat lolos atau tidak, pihak lakukan seleksi terhadap calon peserta perpustakaan.uns.ac.id 86 digilib.uns.ac.id Solo Technopark bermusyawarah bersama dengan mempertimbangkan nilai hasil seleksi yang dilakukan melalui 2 kali tahapan yaitu seleksi tertulis dan seleksi wawancara. Seleksi tertulis dengan materi tertulis berisi tentang pengetahuan umum dan pengetahuan tentang mekanik. Tes wawancara bertujuan untuk mengetahui potensi dan latar belakang calon peserta. Berdasarkan hasil penelitian, pengumuman hasil seleksi para calon peserta yang lolos dan dapat mengikuti program Solo Technopark akan diumumkan di temapat sesuai tempat saat mereka mendaftar yaitu di Dinas Tenaga Kerja Surakarta jika mendaftar melalui program gratis bagi warga Solo dan di Solo Technopark bagi yang mendaftar di luar program gratis bagi warga Solo. c. Diklat Sebelum siap untuk diterjunkan ke perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark, para peserta perlu mendapatkan pendidikan dan pelatihan untuk memberikan bekal mereka agar mereka siap untuk menjadi tenaga kerja terampil yang berkualitas dan berdaya saing. Proses diklat yang akan dijalani para peserta kurang lebih selama 9 bulan dimana komposisi teori dibanding praktek adalah 80:20. Berdasarkan hasil penelitian, diklat bagi peserta program Solo Technopark yang dilakukan selama kurang lebih 9 bulan dilakukan di Solo Technopark yang bertempat di Jalan Ki Hajar Dewantara, Pedaringan, Jebres, Surakarta. Program diklat Solo Technopark terdiri dari 3 tahapan yang masing-masing terjadwal selama 3 bulan, antara lain yaitu : 1) Basic Mechanic (mekanik dasar), yang bertujuan untuk pengenalan dasar terhadap materi yang akan diajarkan. 2) Applied (pemilihan program penjurusan), dalam tahapan ini peserta memilih salah satu jurusan yang dapat menjadi pilihan mereka, antara lain mekanik permesinan, mekanik pengelasan, mekanik garmen. 3) Magang, tahap ini bertujuan untuk lebih mengasah ilmu yang telah usermenerjunkan mereka langsung ke diperoleh para pesertacommit dengantocara perpustakaan.uns.ac.id 87 digilib.uns.ac.id industri-industri yang menjadi mitra perusahaan Solo Technopark. Magang industri (on the job training) dilakukan agar para peserta program Solo Technopark dapat mempraktekkan ilmu yang sudah didapatkannya dan dapat dipergunakan dalam dunia usaha. Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2003:204) on the job training adalah “pelatihan di tempat kerja yang diselenggarakan dengan maksud membentuk kecakapan tenaga kerja yang diperlukan untuk suatu pekerjaan tertentu”. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan OJT dilakukan selama 3 bulan dan harus diikuti semua peserta. Peserta akan ditempatkan di seluruh industri yang menjadi mitra perusahaan Solo Technopark. Penempatan magang ditentukan oleh pihak Solo Technopark dan bisa juga peserta memilih sendiri perusahaan yang ingin mereka tempati untuk magang. Kesuksesan dari program Solo Technopark tidak terlepas dari peran serta tenaga pengajar di dalamnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, terdapat perbedaan antara Standart Operasional (SOP) untuk kualifikasi pendidikan bagi tenaga pengajar dengan kondisi kenyataannya. Di dalam SOP menyatakan bahwa pendidikan seorang instruktur adalah DIII ATMI, sedangkan pada kenyataannya dua instruktur yang ada di Solo Technopark tidak berpendidikan DIII ATMI, melainkan S1 Teknik Mesin dan lulusan pendidikan khusus pengelasan. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah yang berarti, karena untuk mencapai jabatan sebagai instruktur, keduanya melalui tahapan dari dasar, sehingga hal tersebut membuat para instruktur terlatih dan teruji untuk mampu memegang tanggung jawab sebagai seorang instruktur. Selama peserta dalam proses diklat, Solo Technopark sebagai salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan menanamkan dan mengajarkan berbagai macam keterampilan (lifeskill) yang dapat menjadi modal bagi para peserta untuk mampu menjadi tenaga kerja terampil yang berkualitas dan berdaya saing. Dalam proses pelaksanaan dan pelatihannya, program user Solo Technopark berupayacommit untuk to menumbuhkan mental kesiapan kerja di 88 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dalam diri peserta. Hal ini dilakukana berkaitan dengan Solo Technopark selaku lembaga pendidikan yang tidak hanya mampu mencetak lulusan tetapi juga mampu menyalurkan lulusannya untuk dapat bekerja sesuai dengan keahliannya. Mental kesiapan kerja perlu ditumbuhkan supaya para peserta kelak sudah siap untuk menyesuaikaan diri dengan keadaan dunia barunya, yaitu dunia kerja secara nyata. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa kesiapan kerja merupakan bentuk kesanggupan seseorang dalam melaksanakan atau me-wujudkan apa yang telah dipikirkan sebelumnya. d. Penempatan kerja Peserta program Solo Technopark telah menempuh semua kegiatan yang diselenggarakan dan dinyatakan lulus menyelesaikan program Solo Technopark, mereka mempunyai kesempatan untuk bekerja di industriindustri mitra perusahaan Solo Technopark sesuai dengan keahlian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, penempatan kerja peserta program Solo Technopark di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark dapat dilakukan pada saat peserta masih dalam tahap magang industri. Selain itu penempatan kerja juga dilakukan berdasarkan rangking yang mereka peroleh. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai Dalam pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil yang siap pakai ada beberapa faktor yang mempengaruhi, baik faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat. Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami pihak Solo Technopark selama pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka membentuk tenaga terampil siap pakai adalah sebagai berikut : a. Faktor Pendukung 1) Adanya fasilitas sarana dan prasarana yang memadai serta adanya sumber daya manusiacommit yang handal to userdan berkualitas sehingga mampu perpustakaan.uns.ac.id 89 digilib.uns.ac.id menghasilkan lulusan berupa tenaga terampil yang terdidik dan profesional. Seiring dengan perkembangannya, ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki pihak Solo Technopark semakin bertambah, bahkan melebihi standart minimum ketentuan fasilitas sarana dan prasarana yang harus dimiliki yang tertuang dalam Standart Operasional. 2) Adanya program-program khusus bagi para peserta yang tidak mampu untuk mengikuti program Solo Technopark. b. Faktor Penghambat 1) Adanya program gratis, justru menyebabkan sebagian peserta yang mengikuti program tersebut terkesan bersikap menyepelekan dalam menjalani proses diklat. Tak jarang dari mereka justru mengundurkan diri. 2) Jumlah pendaftar setiap angkatan yang tidak tentu. Faktor yang mendukung dan menghambat pihak perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark dalam rangka menjalin kerjasama dengan pihak Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai antara lain adalah sebagai berikut : a. Faktor Pendukung 1) Pihak Solo Technopark dengan programnya dapat menyediakan lulusan teknisi yang mempunyai kompetensi yang banyak dibutuhkanoleh industri sekarang ini, sehingga industri perusahaan mitra kerja Solo Technopark merasa terbantu dalam hal pengadaan tenaga terampil, khususnya teknisi yang berkualitas. 2) Prosedur kerjasama yang mudah dan tidak merepotkan untuk kedua belah pihak. b. Faktor Penghambat 1) Pihak Solo Technopark terkadang belum mampu menyiapkan calon peserta yang telah dinyatakan lulus dan siap diterjunkan untuk bekerja ketika perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark membutuhkancommit to user nya. 90 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Sementara faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh para peserta dalam mengikuti program Solo Technopark adalah : a. Faktor Pendukung 1) Peserta yang telah lulus dan mampu untuk menyelesaikan program Solo Technopark akan disalurkan untuk bekerja sesuai keahlian di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark. b. Faktor Penghambat 1) Pelaksanaan program Solo Technopark yang memiliki perbandingan 80% praktek dan 20% teori menyebabkan banyak peserta merasa kelelahan. 3. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam Rangka Mempersiapkan Tenaga Kerja Terampil Siap Pakai. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatan yang dijumpai saat pelaksanaan program Solo Technopark dari pihak masing-masing berbedabeda. Pihak Solo Technopark mengatasi masalah dengan melakukan cara memotivasi siswa dengan iming-iming akan tersalurkan ke dunia kerja serta memperluas sosialisasi ke berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak industri mitra perusahaan Solo Technopark mengatasi masalah yang terjadi dengan cara menjalin kerjasama tidak hanya dengan pihak Solo Technopark saja dalam pengadaan tenaga teknisi, tetapi juga dengan cara membuka lowongan pekerjaan sendiri. Sedangkan peserta Solo Technopark mengatasi permasalahan dengan cara berusaha memotivasi diri, menyesuaikan diri serta juga menjaga stamina dengan mengatur jadwal aktivitas sehari-hari dan istirahat yang cukup. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja siap pakai di Surakarta pada saat ini sudah berjalan baik meskipun masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki. Target dari program ini adalah membentuk tenaga terampil siap pakai yang mampu memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja . Pelaksanaan program ini dapat memacu pertumbuhan sektor nonformal yang pada akhirnya nanti akan meningkatkan pendapatan serta memberikan konstribusi pada perbaikan ekonomi daerah dan nasional. Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja siap pakai di Surakarta dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1. Prosedur pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Surakarta meliputi : a. Pendaftaran Pendaftaran dilakukan di Solo Technopark dan di Dinas Tenaga Kerja Surakarta. Pendaftar yang menginginkan mengikuti program Solo Technopark harus mendaftar langsung dan tidak boleh diwakilkan. Peserta juga harus memenuhi persyaratan yang ada bila mau mengikuti program Solo Technopark. b. Seleksi Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta yang berkualitas dan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan. Seleksi dilakukan melalui tes tertulis dan tes wawancara. Berdasarkan hasil seleksi yang telah dilakukan maka tim akan bermusyawarah untuk menentukan siapa calon peserta yang lulus seleksi baik pada tes tertulis dan hasil wawancara. Pengumuman akan hasil seleksi akan ditempel di papan informasi Solo Technopark dan di Dinas Tenaga Kerja. Bagi yang mendaftar selain dari jalur gratis warga Solo maka pengumuman penerimaan dapat dilihat di papan pengumuman yang ada di Solo Technopark. commit to user c. Diklat 91 perpustakaan.uns.ac.id 92 digilib.uns.ac.id Diklat bagi peserta program Solo Technopark dilakukan selama kurang lebih 9 bulan yang terbagi atas 20% teori dan 80% praktek. Diklat dilakukan di Solo Technopark yang bertempat di Jalan Ki Hajar Dewantara, Pedaringan, Jebres, Surakarta. Program Solo Technopark terdiri dari 3 tahapan yang masing-masing terjadwal selama 3 bulan, antara lain yaitu : 4) Basic Mechanic (mekanik dasar), yang bertujuan untuk pengenalan dasar terhadap materi yang akan diajarkan. 5) Applied (pemilihan program penjurusan), dalam tahapan ini peserta memilih salah satu jurusan yang dapat menjadi pilihan mereka, antara lain mekanik permesinan, mekanik pengelasan, mekanik garmen. 6) Magang industri (On the Job Training), tahap ini bertujuan untuk lebih mengasah ilmu yang telah diperoleh para peserta dengan cara menerjunkan mereka langsung ke industri-industri yang menjadi mitra perusahaan Solo Technopark. Magang industri (On the Job Training) OJT dilakukan agar para peserta program Solo Technopark dapat mempraktekkan ilmu yang sudah didapatkannya dan dapat dipergunakan dalam dunia usaha. Pelaksanaan OJT dilakukan selama 3 bulan dan harus diikuti semua peserta. Peserta akan ditempatkan di seluruh industri-industri yang menjadi mitra perusahaan Solo Technopark. Penempatan magang ditentukan oleh pihak Solo Technopark dan bisa juga peserta memilih sendiri perusahaan yang ingin mereka tempati untuk magang. d. Penempatan kerja Peserta program Solo Technopark yang telah menempuh semua kegiatan yang diselenggarakan dan lulus dari program Solo Technopark maka mereka mempunyai kesempatan untuk bekerja di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark sesuai dengan keahlian. Penempatan peserta di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark berdasarkan rangking yang mereka peroleh pada saat mereka masih mengadakan diklat commit to user di Solo Technopark. perpustakaan.uns.ac.id 93 digilib.uns.ac.id 2. Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai tahun 2012 ada beberapa macam. a. Faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat pelaksanaan program Solo Technopark yang dialami oleh pihak Solo Technopark adalah : c. Faktor Pendukung 3) Fasilitas sarana dan prasarana yang memadai serta sumber daya manusia yang dimiliki oleh Solo Technopark yang handal dan berkualitas sehingga mampu menghasilkan tenaga kerja terampil siap pakai yang terdidik dan professional. 4) Adanya program-program khusus (gratis) bagi para calon peserta yang tidak mampu untuk tetap dapat mengikuti program Solo Technopark. d. Faktor Penghambat 3) Adanya program gratis justru menyebabkan sebagian peserta yang mengikuti program tersebut terkesan bersikap menyepelekan dalam menjalani proses diklat. Tak jarang dari mereka justru mengundurkan diri. 4) Jumlah pendaftar setiap angkatan yang tidak tentu. b. Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami pihak perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark adalah : c. Faktor Pendukung 3) Pihak Solo Technopark dengan programnya dapat menyediakan lulusan teknisi yang mempunyai kompetensi yang dibutuhkan banyak industri sekarang ini, sehingga industri perusahaan mitra kerja Solo Technopark merasa terbantu dalam hal pengadaan tenaga terampil yang berkualitas. 4) Prosedur kerjasama yang sangat mudah dan tidak merepotkan untuk kedua belah pihak. d. Faktor Penghambat commit to user 94 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Pihak Solo Technopark terkadang belum mampu menyiapkan calon peserta yang dapat disalurkan ketika industri mitra Solo Technopark membutuhkannya. c. Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami peserta program Solo Technopark adalah : c. Faktor Pendukung 2) Peserta yang telah lulus dan mampu menyelesaikan program Solo Technopark akan disalurkan untuk bekerja sesuai keahlian di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark. d. Faktor Penghambat 2) Pelaksanaan program Solo Technopark yang memiliki perbandingan 80% praktek dan 20% teori menyebabkan peserta yang merasa kelelahan. 3. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatan yang dijumpai saat pelaksanaan program Solo Technopark dari pihak masing-masing berbeda-beda. Pihak Solo Technopark mengatasi masalah dengan cara memotivasi siswa dengan iming-iming akan tersalurkan ke dunia kerja serta memperluas sosialisasi program Solo Technopark ke berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak industri mitra perusahaan Solo Technopark mengatasi masalah yang terjadi dengan cara menjalin kerjasama tidak hanya dengan Solo Technopark tetapi juga dengan balai pelatihan lainnya dalam hal pengadaan tenaga teknisi, selain itu juga dengan cara membuka lowongan pekerjaan sendiri. Sedangkan peserta Solo Technopark mengatasi permasalahan dengan cara berusaha memotivasi diri sendiri, menyesuaikan diri serta menjaga stamina dengan mengatur jadwal aktivitas sehari-hari dan istirahat yang cukup. B. Implikasi Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dikemukakan,maka dikemukakan implikasi hasil penelitian.Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam to user perkembangan ilmu pengetahuan commit khususnya pendidikan keterampilan hidup. 95 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Implikasi Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada pihak Solo Technopark untuk meningkatkan pelaksanaan program Solo Technopark dengan lebih baik bersama-sama dengan industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark serta pihak-pihak lain yang bersangkutan dalam upaya pembentukan tenaga terampil siap pakai baik peningkatan kualitas maupun kuantitas. Pengembangan harus terus dilakukan guna mencapai tujuan karena pembentukan tenaga terampil siap pakai dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan pemerintah dalam pembentukan tenaga kerja terampil dan pengurangan jumlah pengangguran. C. Saran Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Saran untuk pihak Solo Technopark a. Hendaknya sosialisasi tentang program Solo Technopark dapat lebih diperluas misalnya dengan pembuatan iklan di media cetak dan elektronik, serta melakukan sosialisasi di lembaga pendidikan (SMA/SMK sederajat) melalui seminar/presentasi. b. Hendaknya ada suatu kerjasama maupun komunikasi yang terjalin lebih intensif dan erat baik antara pihak Solo Technopark dengan pihak industri mitra perusahaan Solo Technopark dan pihak bersangkutan lainnya sehingga pihak Solo Technopark akan selalu memperoleh informasi maupun kritik dan saran yang dapat berguna bagi peningkatan pelaksanaan program Solo Technopark ke depan. 2. Saran untuk pihak industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark a. Kerjasama pihak pihak Solo Technopark dengan industri mitra perusahaan Solo Technopark dapat lebih ditingkatkan dan lebih dipererat lagi, misalnya pihak industri mitra perusahaan Solo Technopark selalu berkomunikasi dengan Solo Technopark dalam mengkroscek perkembangan, sikap, dan kualitas kerja peserta program Solo Technopark baik yang sedang dalam to user tahap magang atau peserta commit yang sudah bekerja di perusahaan tersebut. Hal 96 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ini dilakukan supaya antar pihak dapat saling mengetahui bagaimana perkembangan dan kebutuhan tenaga kerja. 3. Saran untuk peserta program Solo Technopark a. Hendaknya sebelum peserta mengikuti program Solo Technopark sebaiknya calon peserta mencari informasi tentang bagaimana sistem pendidikan yang diterapkan. Hal ini dilakukan agar calon peserta benar-benar yakin dan siap untuk menjalani program tersebut dan menerima konsekuensinya. b. Para peserta juga perlu mengembangkan pengetahuan tentang teknologi, baik dari media cetak maupun elektronik karena setiap saat teknologi itu berkembang dan up to date. commit to user