Studi Ka S REZA NUR CK FAKULTA

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA
MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA
TERAMPIL SIAP PAKAI
TAHUN 2012
( Studi Kasus di Surakarta )
SKRIPSI
Oleh:
REZA NUR CAHYANING PUTRI
K7408138
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM RANGKA
MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA
TERAMPIL SIAP PAKAI
TAHUN 2012
( Studi Kasus di Surakarta )
Oleh:
REZA NUR CAHYANING PUTRI
K7408138
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Usaha dan doa adalah titian yang sejalan dan beriringan,
keduanya harus kita tanamkan dalam diri kita untuk dapat
meraih mimpi. Dan kebahagiaan adalah disaat kita bisa
meraih apa yang kita impikan dengan tetesan peluh yang
kita keluarkan”
( Penulis )
“Ilmu tanpa agama akan buta, dan agama tanpa ilmu akan
lumpuh”
(Albert Enstein)
“Bekerjalah untuk kebahagiaan duniamu seakan-akan kamu
akan hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk
kebahagiaan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok
pagi.
”(H.R. Bukhori)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
 ”Ibu dan Bapak Tercinta”
Do’a mu yang selalu menyertaiku, tetes keringatmu yang menjadikan
cambuk motivasi bagi penulis serta kasih sayangmu yang tiada henti.
Tiada kasih sayang yang setulus dan seabadi kasih sayang bapak dan
ibuku tercinta.
 ”Saudara-saudaraku”
Om hari, mbak Ningsih,adek dll terima kasih atas do’a dan motivasi yang
selalu membuatku semangat menjalani hidup ini.
 ”Seseorang yang special”
Muhammad Gilang Ramadhan yang selalu memberikan dukungan untuk
cepat menyelesaikan karya ini.
 ”Sahabat-Sahabatku Tercinta”
Reham, Ria, Ratri, Ratna, Puji Wahono, Arya, Sigit dll.
Terima kasih karena kalian semua senantiasa mendorong langkahku dan
selalu ada baik di saat ku senang maupun saat kuterjatuh.
 ”Teman-teman PAK 2008”
Terima kasih atas semangat, kerjasama serta kebersamaan kita selama ini.
 “Almamater UNS”
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Reza Nur Cahyaning Putri. PROGRAM SOLO TECHNOPARK DALAM
RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL SIAP
PAKAI TAHUN 2011/2012 ( Studi Kasus di Surakarta ). Skripsi, Fakultas
Keguruan danIlmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Pelaksanaan Program
Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai. 2)
Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan
Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap
pakai. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan
Program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap
pakai.
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif
kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah informan, lokasi atau peristiwa dan
arsip atau dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling
dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara dan analisis dokumen. Validitas data dengan teknik triangulasi
sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model
interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Pelaksanaan
program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai
meliputi beberapa tahap, yaitu pendaftaran, seleksi, diklat , dan penempatan. 2)
Faktor pendukung pihak Solo Technopark adalah adanya fasilitas sarana dan
prasarana serta sumber daya manusia yang memadai; sumber daya manusia yang
dimiliki Solo Technopark yang handal dan berkualitas sehingga mereka mampu
menghasilkan tenaga terampil yang terdidik dan profesional. Selain itu juga adanya
program khusus untuk warga yang tidak mampu. Faktor pendukung pihak perusahaan
mitra kerja Solo Technopark adalah adanya prosedur kerjasama yang mudah dan
calon tenaga kerja lulusan teknopark yang terampil dan berdaya saing. Faktor
pendukung pihak peserta adalah peserta yang telah lulus dan dan mampu
menyelesaikan program Solo Technopark akan disalurkan untuk bekerja sesuai
keahlian di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark. Faktor
penghambat pihak Solo Technopark adalah jumlah pendaftar setiap angkatan yang
tidak tentu, serta adanya program gratis yang menyebabkan peserta terkesan
menyepelekan. Faktor penghambat yang dialami perusahaan mitra kerja adalah
terkadang tidak terpenuhinya permintaan tenaga kerja. Faktor penghambat yang
dialami peserta adalah rasa lelah yang mengakibatkan menurunnya motivasi
peserta. (3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan
program Solo Technopark. Pihak Solo Technopark mengatasi masalah dengan
cara memotivasi siswa dengan iming-iming akan tersalurkan ke dunia kerja serta
memperluas sosialisasi program Solo Technopark ke berbagai pihak yang
berkepentingan. Pihak industri mitra perusahaan Solo Technopark mengatasi
masalah yang terjadi dengan cara menjalin kerjasama tidak hanya dengan Solo
Technopark tetapi juga dengan balai pelatihan lainnya dalam hal pengadaan
commit to user
tenaga teknisi, selain itu juga dengan cara membuka lowongan pekerjaan sendiri.
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan peserta Solo Technopark mengatasi permasalahan dengan cara
berusaha memotivasi diri sendiri, menyesuaikan diri serta menjaga stamina
dengan mengatur jadwal aktivitas sehari-hari dan istirahat yang cukup.
Kata kunci : program Solo Technopark, tenaga kerja terampil, siap pakai
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Reza Nur Cahyaning Putri. SOLO TECHNOPARK PROGRAM IN THE
ATTEMPT OF PREPARING THE READY-TO-USE SKILLED LABOR IN
2011/2012 (A Case Study on Surakarta). Thesis, Teacher Training and
Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. June 2012.
The objective of research is to find out: 1) the implementation of Solo
Technopark Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor, 2)
the factors supporting and inhibiting the implementation of Solo Technopark
Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor, and 3) the
measures taken to cope with obstacles in the implementation of Solo Technopark
Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor.
This study was a descriptive qualitative research. The data source used
included informant, location or event and archive or document. The sampling
technique used was purposive sampling, and snowball sampling. Techniques of
collecting data used were observation, interview, and document analysis. The data
validation was done using source triangulation technique. Technique of analyzing
data used was an interactive model of analysis.
Based on the result of research, it could be concluded that 1) The
implementation of Solo Technopark Program in the attempt of preparing the
ready-to-use skilled labor included such stages as registration, selection, short
course, and placement. 2) The factors supporting the Solo Technopark
management included the presence of adequate infrastructures and human
resource; the human resource the Solo Technopark had was reliable and qualified
so that it could produce the skilled informed professional labor. In addition, there
was also a special program for poor people. The factors supporting the Solo
Technopark partner included the easy cooperation procedure and skilled
competitive Technopark graduates. The supporting factor for the participants was
that the participants who had been graduated and able to complete the Solo
Technopark program will be put into works consistent with their skill in the
industries of Solo Technopark company partner. The factor inhibiting the Solo
Technopark management was uncertain number of applicants in each generation,
as well as the presence of free program leading the participants to apparently
underestimate the program. The factor inhibiting the work partner company was
that sometimes the demand for labors could not be met. The factor inhibiting the
participants was fatigue lowering the participants’ motivation. (3) The measures
taken to cope with the obstacles in the implementation of Solo Technopark
Program in the attempt of preparing the ready-to-use skilled labor. Solo
Technopark management coped with such the problem by motivating the students
by giving them incentive to be distributed to the work realm as well as by
expanding the socialization of Solo Technopark program to a variety of interested
parties. The Solo Technopark company partner coped with the problems occurring
by establishing cooperation with not only Solo Technopark but also other training
house in the term of engineer procurement, in addition to opening the job
vacancy. Meanwhile, the Solo Technopark participants coped with the problems
by means of motivating themselves,
adapting
commit
to user to as well as maintaining their
stamina and regulating their daily activity and taking a sufficiently rest.
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keywords: Technopark Solo program, skilled, ready-to-use.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan.
Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”PROGRAM
SOLO
TECHNOPARK
DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN TENAGA KERJA TERAMPIL
SIAP PAKAI TAHUN 2012 ( Studi Kasus di Surakarta ) ”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Pimpinan Solo Technopark, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna
pengambilan data dalam penelitian.
7. Sutrisno, selaku bagian pemasaran dan pelayanan Solo Technopak, yang telah
memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
8. Anton Susilo, ST selaku instruktur dan koordinator diklat Solo Technopark
yang telah membantu saya dalam pengambilan data penelitian.
9. Keluarga besar Solo Technopark, yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian penelitian ini. commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Seluruh informan yang telah memberikan informasi-informasi yang sangat
berguna dalam penelitian ini.
11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta,
Penulis,
commit to user
xiii
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….
i
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………….
ii
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………………….
iii
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….
iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..
v
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………..
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………...
vii
HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………..
viii
ABSTRACT ……………………………………………………………….
x
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
xii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….......
xvii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
xviii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
xix
BAB
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………..
1
B. Rumusan Masalah ………………………………………...
4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………….....
5
D. Manfaat Penelitian ………………………………………...
5
II A. KAJIAN PUSTAKA
1.Tinjauan Umum Program ……………………………....
7
a. Pengertian Program ………………………………...
7
2.Tinjauan Umum Teknologi …………………………….
7
a. Pengertian Teknologi ……………………………….
7
b. Macam-Macam Teknologi …………………………
8
3.Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan ……………
10
a. Pengertian Pendidikan ……………………………...
commit to user
10
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tujuan Pendidikan ………………………………….
11
c. Komponen Pendidikan ……………………………..
12
d. Pengertiaan Pelatihan ………………………………
14
e. Tujuan Pelatihan ……………………………………
15
f. Link and Match ……………………………………..
15
g. Life skill …………………………………………….
17
4.Tinjauan Umum Sumber Daya Manusia ……………….
21
a. Pengertian Sumber Daya Manusia …………………
21
b. Konsep Tenaga Kerja ………………………………
22
5.Tinjauan Umum Kesiapan Bekerja ……………………..
24
a. Pengertian Bekerja ………………………………….
24
b. Pengertian Kesiapan Kerja …………………………
26
c. Manfaat Kesiapan Kerja ……………………………
27
d. Syarat-Syarat Memasuki Dunia Kerja ……………...
28
B. Kerangka Pemikiran ………………………………………..
33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………
35
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……………………………
36
C. Data dan Sumber Data ……………………………………...
38
D. Teknik Sampling ……………………………………………
39
E. Pengumpulan Data ………………………………………….
40
F. Uji Validitas Data …………………………………………..
41
G. Analisis Data ………………………………………………..
43
H. Prosedur Penelitian ………………………………………....
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian …………………………
48
B. Deskripsi Temuan Penelitian …………………………….....
commit to user
C. Pembahasan …………………………………………….......
52
xv
67
perpustakaan.uns.ac.id
BAB
digilib.uns.ac.id
V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan …………………………………………………..
73
B. Implikasi …………………………………………………..
76
C. Saran ………………………………………………………
77
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
commit to user
xvi
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman ,,,,,,
2.1 Skema Kerangka Pemikiran …………………………………………… 34
3.1 Skema Analisis Model Interaktif ………………………………………
44
3.2 Prosedur Penelitian …………………………………………………….
47
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman……..
4.1 Daftar Tenaga Pengajar Solo Technopark …………………………… 59
4.2 Data Penempatan Magang Pelatihan Pemuda STP- SCTC 27 (Juli
2011– Maret 2012) ……………………………………………………
60
4.3 Data Penempatan Kerja Pertama Pelatihan Pemuda STP-SCTC 25 …. 64
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1. Pedoman wawancara .................................................................. 82
Lampiran 2. Daftar informan .......................................................................... 88
Lampiran 3. Field note .................................................................................... 91
Lampiran 4. Daftar peserta program Solo Technopark 2011/2012 ................. 143
Lampiran 5. Daftar Penempatan Kerja Peserta Program Solo Technopark .... 153
Lampiran 6. Struktur Organisasi Solo Technopark ......................................... 156
Lampiran 7. Daftar karyawan Solo Technopark ............................................. 157
Lampiran 8. Daftar Inventaris ......................................................................... 159
Lampiran 9. Daftar perusahaan mitra kerja Solo Technopark ........................ 163
Lampiran 10. Contoh surat permintaan kerja .................................................. 164
Lampiran 11. Formulir pendaftaran Solo Technopark .................................... 166
Lampiran 12. Dokumentasi ............................................................................. 167
Lampiran 13. Surat perijinan ........................................................................... 169
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi yang semakin nyata dan ketatnya kompetisi kebutuhan tenaga
terampil menjadi perhatian penting semua pihak, tidak terkecuali para pengambil
kebijakan dan pelaku pendidikan. Bayangan kerasnya persaingan kebutuhan
tenaga terampil dan profesional bukan saja menghantui siswa-siswa yang ada di
daerah, tetapi juga siswa-siswa yang ada di perkotaan terutama bagi yang tidak
mampu melanjutkan pendidikan seusai tamat SMA/SMK karena masalah biaya.
Pendidikan sebagai kebutuhan dalam pencapaian tingkat hidup yang lebih baik
menjadi dramatisasi tersendiri karena banyaknya siswa-siswa tamatan SMA/SMK
yang tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka di bangku perkuliahan.
Daulay (2009) mengemukakan bahwa “Pengangguran di Indonesia masih
menjadi masalah utama pembangunan.” Menurut data BPS tahun 2011, jumlah
pengangguran lulusan SLTA di Indonesia sampai pada bulan Agustus 2011
mencapai 3.074.946 orang, lulusan DI/II/III/Akademi sebanyak 244.687 orang,
sedangkan untuk lulusan dari universitas sebanyak 492.343 orang. Berdasarkan
data statistik yang dirilis oleh BPS tingkat penggangguran tahun 2011 mengalami
penurunan dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, tetapi hal ini
masih menjadi problematika di Indonesia.
Banyak pengangguran yang tidak terdidik dan terlatih menjadi fokus
permasalahan pemikiran pemerintah. Ketidaksiapan tamatan untuk diterjunkan ke
dalam dunia kerja adalah karena dinamisnya dunia kerja sehingga sistem
pendidikan dan pelatihan harus menyesuaikan dengan kebutuhan yang dituntut
oleh para pelaku dunia usaha.
Menurut Daulay (2009) dalam tulisannya mengatakan bahwa:
“Selama ini diasosiasikan bahwa tingginya angka pengangguran disebabkan
oleh sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Namun hal tersebut tidak
sepenuhnya benar karena banyak orang yang sependapat bahwa rendahnya
kompetensi pencari kerja ikut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
tingginya angka pengangguran
di Indonesia.
commit
to user Kurangnya kompetensi lulusan
sekolah bisa diartikan sebagai belum terpenuhinya tujuan pendidikan nasional
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
seperti diamanatkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun
2003 pasal 3...”
Berdasarkan pada pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa banyaknya
penganggguran yang ada di Indonesia tidak hanya karena kurangnya lapangan
pekerjaan yang tersedia tetapi juga karena kurangnya kompetensi dan keahlian
yang dimiliki oleh lulusan lembaga pendidikan. Penanaman kompetensi pada
dasarnya tidak hanya dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan formal, tetapi juga
dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan non formal. Hal ini merujuk kepada
pasal 26 ayat 2 UU Pendidikan Nasional yang mengatakan “...mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
kecakapan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional”.
Sementara itu Daulay (2009) menambahkan bahwa “Pasal tersebut menyiratkan
bahwa pendidikan formal memang tidak ditujukan untuk menyiapkan lulusan
sekolah yang berdaya saing, pendidikan non formal lah yang memperoleh tugas
untuk melaksanakan misi tersebut.”
Saat ini Indonesia juga sedang memasuki era AFTA (ASEAN Free Trade
Area) yang menuntut adanya infrastruktur dan juga tenaga terampil dan terdidik
yang memadai. Tapi infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia
dinilai belum siap menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA). Menurut
Soeprijanto (2010) menyatakan bahwa ”... persaingan regional ASEAN Free Trade
Area (AFTA) misalnya yang sudah dimulai tahun 2002 sudah selayaknya harus
segera disikapi dengan upaya percepatan peningkatan kualitas SDM Indonesia
melalui peningkatan mutu, relevansi dan daya saing” (hlm. 276). Hal itu
menunjukkan bahwa kebutuhan akan tenaga terampil sangat dibutuhkan dalam
rangka menghadapi persaingan global.
Melihat tuntutan dunia sekarang ini dimana pesaingan semakin luas,
sementara kondisi negara terlilit krisis ekonomi, para siswa seharusnya sudah
dibekali dengan kemampuan untuk memasuki dunia kerja selama menekuni
pendidikan formal. Kompetensi ini tidak hanya dalam berupa ilmu pengetahuan
tetapi lebih kepada ketrampilan kecakapan hidup untuk mempersiapkan para
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
siswa terjun ke dunia kerja. Oleh karena itu jalur pendidikan formal harus mampu
mengemban tugas untuk menyiapkan lulusan yang berdaya saing.
Pendidikan merupakan salah satu cara dalam rangka mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif dan profesional, antara lain
mempersiapkan tenaga kerja sebelum memasuki dunia kerja agar pengetahuan
dan ketrampilan yang diperoleh sesuai dengan syarat-syarat yang dikehendaki
oleh suatu pekerjaan. Oleh karena itu hal-hal yang mendorong peserta didik untuk
belajar yang dikaitkan dengan tugas dan perannya harus dipersiapkan di lembaga
pendidikan dimana menjadi tempat mereka menuntut ilmu. Lembaga pendidikan
harus memfasilitasi terjadinya proses belajar yang optimal bagi peserta didiknya.
Pendidikan yang dilakukan di sekolah merupakan jalur penting untuk membangun
dan mengembangkan pengetahuan, bakat, kepribadian, sikap, mental, kreatifitas,
penalaran dan kecerdasan siswa sebagai bekal ketika memasuki dunia kerja.
Bidang pendidikan memang menjadi tumpuan harapan bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi proses globalisasi di
hampir semua aspek kehidupan. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh
dunia pendidikan dalam kaitannya dengan tuntutan dunia kerja adalah sistem
pendidikan dan pelatihan Indonesia yang belum mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat, industri, serta pemenuhan persyaratan profesi yang telah ada.
Pendidikan yang berbasis masyarakat luas merupakan salah satu kebijakan
penyelenggara pendidikan yang memang diperuntukkan bagi masyarakat di
Indonesia. Dasar yang menjadi pemikirannya adalah kebutuhan riil dari lapangan
masyarakat terbesar. Oleh karena itu pendidikan harus menitikberatkan pada penguasaan kecakapan untuk hidup. Paradigma bersekolah untuk bekerja harus mendasari semua kegiatan pendidikan. Pendidikan dititikberatkan pada kecakapan
untuk hidup sehingga diharapkan pendidikan benar-benar dapat meningkatkan
taraf hidup dan martabat masyarakat.
Melihat problema tersebut Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas)
sudah melakukan beberapa upaya dengan menampung berbagai pemikiran guna
mencari solusi terbaik bagi anak didik yang seusai tamat SMA/SMK harus
commit
to user beberapa pendidikan kecakapan
bekerja. Diantaranya adalah dengan
memberi
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hidup untuk membekali anak didik dalam menghadapi dunia kerja. Bekal
keterampilan ini merupakan hal penting yang mendasari untuk menjawab
tantangan saat ini, yaitu dengan membangun Solo Technopark dimana yang
model pendidikannya menggunakan model berbasis masyarakat dan menekankan
akan pentingnya pemahaman kebutuhan masyarakat melalui pemberdayaan yang
ada di lingkungan.
Program pendirian Solo Technopark merupakan realisasi dari kebijakan
desentralisasi pendidikan. Desentralisai pendidikan maksudnya adalah penyerahan
otoritas dari pemerintah pusat yang memberi hak sepenuhnya kepada pemerintah
daerah untuk mengembangkan dan mengatur program pendidikan sesuai dengan
kebutuhan daerah tersebut. Keuntungan dari desentralisasi pendidikan adalah
produk pendidikan lebih tepat guna baik mutu, kualitas maupun kuantitas.
Program pendirian Solo Technopark ingin menjawab tantangan utama
yang ada saat ini, yakni bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang
berorientasi pada upaya untuk menjawab kebutuhan masyarakat di suatu daerah.
Dengan program Solo Technopark diharapkan dapat mengurangi kelangkaan akan
sumber daya manusia yang kreatif dan produktif. Selain itu program Solo
Technopark dapat menjadi ujung tombak perubahan sistem pendidikan yang tidak
hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi juga penerapan teknologi mutahir
sehingga dapat menghasilkan lulusan yang dapat memenuhi kriteria sesuai tututan
perkembangan zaman.
Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa program Solo
Technopark akan mampu mempersiapkan dan menghasilkan anak didik untuk
menjadi tenaga terampil siap pakai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
daerah. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji tentang program Solo Technopark
dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka perlu
adanya perumusan masalah yang akan menentukan arah yang tepat bagi
pembahasan masalah. Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini ingin mengangkat
commit to user
permasalahan tentang:
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Bagaimana pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka
mempersiapkan tenaga terampil siap pakai ?
2.
Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
pelaksanaan program Solo Technopark ?
3.
Bagaimana cara pemecahan masalah yang menjadi penghambat dalam
pelaksanaan program Solo Technopark ?
C. Tujuan Penelitian
Keingintahuan tentang segala sesuatu yang ada disekitarnya merupakan
suatu kodrat yang melekat pada diri manusia. Oleh karena itu, manusia selalu
menggali apa yang menjadi tujuan dari kegiatan yang dilakukan. Penelitian ini
pada dasarnya selalu mempunyai maksud dan tujuan yang dijadikan pedoman dan
arahan. Penelitian ini mempunyai tujuan :
1.
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program Solo Technopark
dalam mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung
dan penghambat pelaksanaan program Solo Technopark.
3.
Untuk mengetahui bagaimana pemecahan masalah faktor-faktor yang
menghambat pelaksanaan program Solo Technopark.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat penting karena menghasilkan informasi secara rinci,
akurat dan aktual yang akan memberikan banyak manfaat dalam menjawab
permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoretis
a.
Memberi masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
b.
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan serta masukan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
2. Manfaat Praktis
a.
Bagi lembaga Solo Technopark
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai pelaksanaan
commit
to user
program Solo Technopark dalam
usaha
mempersiapkan tenaga terampil.
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Bagi dunia usaha
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
menentukan kriteria/standart tamatan program Solo Technopark yang benarbenar lulus dan siap pakai untuk bekerja sabagai tenaga terampil.
c.
Bagi siswa Solo Technopark
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi sehubungan dengan
Solo Technopark.
d.
Bagi guru
Penelitian ini diharapka dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
perbaikan sehubungan dengan masalah yang menjadi penghambat dalam
pelaksanaan program Solo Technopark.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah keseluruhan proses, teknik dan metode belajar
mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang
kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya
(Siagian, 1996: 175). Senada dengan pernyataan tersebut Heidjrachman
dan Husnan (2002) menjelaskan pendidikan adalah “Suatu kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan” (hlm. 77).
Sastrohadiwiryo (2003) menjelaskan bahwa :
pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan
mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah dan rohaniah yang
berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah
untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan
selalu ada dalam keseimbangan” (hlm. 200).
Hakikat pendidikan menurut tim dosen administrasi pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia (2009) :
1) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbanagan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan
pendidik.
2) Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan yang mengalami perubahan semakin pesat.
3) Pendidikan mampu meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan
masyarakat.
4) Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5) Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya
(hlm. 12)
Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga hal pokok pendidikan,
commit to user
yaitu:
7
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Merupakan suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan
teknologi dan metode.
2) Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan
yang berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan
yang formal dan structured. Structured artinya bahwa pendidikan diselenggarakan oleh satuan kerja yang melembaga dan kegiatannya
diarahkan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dipandang
menguasai materi yang hendak dialihkan kepada orang lain yang
mengikuti program pendidikan yang bersangkutan.
3) Melalui serangkaian kegiatan, baik sifatnya kurikuler maupun ekstra
kurikuler yang telah disusun dan dipersiapkan, standar pengetahuan
tertentu yang ingin dialihkan kepada yang akan diajar oleh yang mengajar, artinya sesuatu program pendidikan diarahkan kepada pemenuhan
standar pengetahuan dan akademik tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat diketahui
bahwa pendidikan merupakan proses kegiatan untuk memberikan bekal
pengetahuan, kecakapan dan kecakapan tertentu juga pembentukan sikap
atau kepribadian seseorang guna menghadapi lingkungannya dalam jangka
waktu yang relative lama sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
b. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Hamalik (1991) antara lain sebagai
berikut:
1) Adanya perkembangan pengetahuan dan kemampuan.
2) Terwujudnya tenaga-tenaga yang terampil dalam berbagai bidang
sesuai dengan kebutuhan.
3) Diharapkan mampu menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Mampu menyalurkan aspirasi dan minat di dalam kegiatan yang
bermakna (hlm. 46).
Tujuan pendidikan menurut Siagian (1996) mempunyai pendapat
yang sejalan dengan ahli-ahli lainnya, yaitu pendidikan yang sifatnya siap
tahu itu bukannya tanpa manfaat, bahkan sesungguhnya dapat dikatakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9
digilib.uns.ac.id
bahwa manfaatnya sungguh besar, paling sedikit ditinjau dari lima sudut
pandang yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
Penguasaan atas sesuatu disiplin ilmiah tertentu.
Cakrawala pandangan tidak sempit.
Menumbuhkan rasa ingin tahu.
Kemampuan berpikir secara teratur, logis dan sistematik.
Daya analisa yang tinggi (hlm. 177).
Demikian dapat dimengerti bahwa pendidikan mempunyai peranan
yang sangat tinggi bagi kehidupan seseorang, bahkan bagi suatu bangsa.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, akan semakin luas pengetahuan
seseorang dan akan semakin tinggi daya analisanya sehingga pada akhirnya mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, juga semakin tinggi
tingkat kesadarannya.
c. Komponen Pendidikan
Komponen pendidikan adalah unsur-unsur yang harus ada di dalam
berlangsungnya suatu pendidikan. Ketika ada salah satu unsur yang tidak
ada, maka bisa dikatakan bukan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, pakar
pendidikan secara rinci merumuskan komponen-komponen pendidikan
sebagai berikut:
1) Subjek Yang Dibimbing (peserta didik)
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern
cenderung menyebutkan demikian karena peserta didik adalah subjek
atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku
pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan
diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan masalahmasalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
2) Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik disini
meliputi orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan,
dan masyarakat/organisasi.
3) Interaksi Edukasi Antara
Peserta
Didik Dengan Pendidik
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
10
digilib.uns.ac.id
Interaksi edukasi pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik
antara peserta didik dan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan ditempuh melalui proses komunikasi
yang intensif dengan memanipulasikan isi, metode dan juga penerapan
alat-alat pendidikan.
4) Tujuan Pendidikan
Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak
sadar, selalu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
5) Materi Pendidikan
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu
dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian
tujuan. Materi ini melipiti materi inti maupun muatan lokal.
6) Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
Alat dan metode merupakan dua sisi mata uang dimana alat melihat
jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya.
7) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi
terjadinya proses berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan
terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat (Tirtarahardja & Sulo, 2005).
d. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas
commit
to user
ekonomi. Pelatihan membantu
karyawan/pegawai
dalam memahami suatu
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan,
kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuannya (Heidjrachman dan Husnan, 2002:77). Dengan demikian
pelatihan merupakan suatu proses untuk membantu sumber daya manusia
yang ada untuk memperoleh efektivitas mereka yang sekarang atau yang
akan datang dan berjalan terus menerus. Dapat dikatakan bahwa efisiensi
organisasi manapun tergantung secara langsung pada bagaimana baiknya
para anggotanya dilatih.
Training atau latihan adalah belajar yang ada kaitannya dengan
pekerjaan yang ditangani saat ini (Atmosoeprapto, 2000: 42). Soeprihanto
(2001) mengungkapkan latihan merupakan “Kegiatan untuk memperbaiki
kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan serta
kecakapan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan” (hlm.85).
Sedangkan menurut Handoko (2001) dalam bukunya menjelaskan bahwa
“Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan dalam berbagai
kecakapan serta teknik pelaksanaan kerja tertentu, secara terinci dan rutin”
(hlm.104).
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu upaya sistematis
untuk memperbaiki kemampuan seseorang dengan cara meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan operasional dalam melaksanakan fungsi dan
tugas-tugas dalam jabatannya.
Latihan juga membantu seseorang atau tenaga kerja dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan pengetrapannya guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi
dalam usaha mencapai tujuan. Sehingga dengan adanya latihan dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Selain itu dengan adanya
pelatihan juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat baru dalam diri
karyawan yang pada waktunya dapat berprestasi dan menciptakan tenaga
yang potensial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12
digilib.uns.ac.id
e. Tujuan Pelatihan
Tujuan utama dari setiap latihan adalah supaya masing-masing
peserta pelatihan dapat melakukan pekerjaannya secara lebih efisien.
Masing-masing latihan bertujuan untuk menambah pengetahuan para
pengikutnya untuk lebih memudahkan dalam melaksanakan tugasnya.
Sesuai dengan penjelasan di atas, hal ini sesuai dengan tujuan latihan
yang dikemukakan oleh Moekijat (1991: 38), yaitu:
1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat cepat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional
3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan bekerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan).
Simamora (2001) sependapat dengan hal tersebut dan mengungkapkan pendapatnya mengenai tujuan pelatihan, antara lain yaitu:
1) Memperbaiki kinerja.
2) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan
teknologi.
3) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi
kompeten dalam pekerjaan.
4) Membantu memecahkan permasalahan operasional.
5) Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
6) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
7) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi (hlm. 346).
f. Pengertian Link and Match
Link and Match berasal dari dua kata, yaitu link dan match. Link
berarti keterkaitan dengan dunia kerja sedang match berarti kesesuaian
atau kecocokan dengan ketrampilan yang sedang dibutuhkan. Menurut
Soeprijanto (2010) “Konsep link and match merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi pada dunia kerja” (hlm.
277). Konsep link and match merupakan konsep pendidikan yang di dalam
penyelenggaraannya memprioritaskan relevansi antara dunia pendidikan
dengan dunia industri. Hal ini dilakukan supaya tidak ada miss antara
kompetensi lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja.
commit
to user
Beberapa prinsip yang akan
dipakai
sebagai strategi dalam kebijakan Link
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
and match diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem
Ganda (PSG).
Menurut Papahan (2002) Pendidikan Sistem Ganda adalah :
PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan dari
pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik
dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia
kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional
tertentu (Soeprijanto, 2010: 278).
Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan
peserta didik ke dunia kerja. Hal ini adalah strategi proaktif yang menuntut
perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di sekolah
kejuruan, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha/industri dalam menyikapi perubahan dinamika tersebut.
Dalam mengantisipasi percepatan AFTA maka yang menjadi topik
bukanlah hanya sekedar pendekatan strategis apakah sistem kolaborasi
antara dunia pendidikan dan industri ini dapat diterapkan atau mustahil
diwujudkan di Indonesia. Namun yang perlu dilakukan saat ini adalah
implementasi segera program-program kemitraan dalam rangka meningkatkan kualitas maupun kuantitas SDM yang terlibat di dalamnya
(Soeprijanto, 2010:276-277).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
menghasilkan SDM yang berdaya saing diperlukan implementasi link and
match antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri. Ini berarti
pola pendidikan sekarang harus berorientasi pada aspek kompetensi. Pola
pendidikan konvensional yang memfokuskan pada nilai harus mulai
ditinggalkan dan beralih kepada penguasaan kompetensi. Fakta mengenai
pendidikan yang sekarang terjadi adalah kurangnya relevansi program
pendidikan yang ada dengan kebutuhan masyarakat yaitu mengenai output
lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sehingga lulusan tidak dapat diserap oleh masyarakat industri maupun
dunia kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14
digilib.uns.ac.id
g. Life Skill ( Kecakapan Hidup )
Tim Broad-Based Education (2002) menafsirkan “Kecakapan hidup
sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan
solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.”
Menurut Slamet (2002) yang dimaksud pendidikan kecakapan hidup
adalah ”pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan
secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari
agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil untuk menjalankan
kehidupannya, yaitu menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup
(lifeskill) adalah keterampilan dan kemampuan keahlian yang perlu
ditanamkan pada diri setiap orang agar mampu memenuhi kebutuhannya
guna bertahan hidup.
Menurut Team Broad Based Education (2002) kecakapan hidup
dipilah menjadi 4 jenis, yaitu :
1) Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan
mengenal diri (self awarensess) dan kecakapan berfikir rasional
(thinking skill).
2) Kecakapan social (social skill).
3) Kecakapan akademik (academic skill).
4) Kecakapan vokasional (vocational skill).
Slamet (2002) menyatakan bahwa “Kecakapan hidup dapat dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu kecakapan hidup yang bersifat dasar dan
instrumental”. Secara lebih jelas Slamet (2002) mengungkapkan bahwa:
Kecakapan hidup yang bersifat dasar adalah kecakapan yang bersifat
universal dan berlaku sepanjang zaman dan tidak tergantung pada perubahan ruang dan waktu, serta merupakan fondasi dan sokoguru bagi
tamatan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah agar bisa mengembangkan kecakapan hidup yang bersifat instrumental. Kecakapan
hidup yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat relatif,
kondisional, dan dapatcommit
berubah-ubah
to user sesuai dengan perubahan ruang,
perpustakaan.uns.ac.id
15
digilib.uns.ac.id
waktu, situasi, dan juga harus diperbaharui secara terus-menerus dan
berkelanjutan sesuai dengan derap perubahan.
Adapun dimensi kecakapan hidup yang bersifat dasar dan
instrumental menurut Slamet (2002) dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Kecakapan Dasar
a) Kecakapan belajar terus-menerus
Kecakapan belajar terus-menerus (sepanjang hayat) adalah kecakapan yang paling penting dibandingkan dengan semua kecakapan hidup
lainnya. Setiap anak didik perlu diberi bekal dasar tentang strategi,
metode, dan teknik belajar untuk memperoleh dan menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi baru dalam kehidupannya.
b) Kecakapan membaca, menulis, menghitung
Setiap anak didik diharapkan mampu memiliki kecakapan membaca
dan menulis secara fungsional baik bahasa Indonesia maupun bahasa
asing. Kecakapan membaca, memahami dan menafsirkan informasi
tertulis dalam surat kabar, majalah, jurnal, dan dokumen. Menulis,
mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi, dan pesan-pesan tertulis dan membuat dokumen-dokumen. Kecakapan menghitung, kemampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah
praktis, dengan memilih secara tepat dari teknik-teknik matematika
yang ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi.
c) Kecakapan berkomunikasi : lisan, tertulis, tergambar, mendengar
Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi secara
langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui
kesan pun bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar
waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka kecakapan
berkomunikasi termasuk kecakapan mendengar harus dimiliki oleh
peserta didik.
d) Kecakapan berpikir
Tingkat kecakapan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap
kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar
dipengaruhi oleh cara berpikir, maka peserta didik perlu diberi bekal
dasar dan latihan-latihan dengan cara yang benar tentang kecakapan
berpikir deduktif, induktif, ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral,
system, kreatif, eksploratif, discovery, inventory, reasoning, pengambil keputusan, dan pemecahan masalah.
e) Kecakapan kalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi
Memiliki bangsa berkecakapan kalbu yang baik merupakan asset
batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Kecakapan kalbu yang antara lain berupa iman (spiritual), rasa, dan emosi
merupakan unsur-unsur pembentuk jiwa selain akal. Jiwa merupakan
sumber kekuatan dan kendali bagi setiap manusia dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi bahkan baik buruknya sebuah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16
digilib.uns.ac.id
bangsa sangat dipengaruhi oleh baik buruknya kalbu bangsa yang
bersangkutan.
f) Kecakapan mengelola kesehatan badan
Peserta didik sejak dini sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang
pengelolaan kesehatan badan agar yang bersangkutan memiliki kesehatan badan yang prima, bebas penyakit, dan memiliki ketahanan
badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makan yang bergizi dan
bervitamin, menjaga kebersihan, dan beristirahat cukup merupakan
pendidikan kecakapan mengelola kesehatan badan yang harus diterapkan dalam kehidupan peserta didik.
g) Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk
mencapainya
Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah :
(1) adanya keinginan baru, dan
(2) upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai keinginan baru
tersebut. Kecakapan merumuskan dua hal yang karakteristik ini
merupakan bagian peting bagi kehidupan seseorang
h) Kecakapan berkeluarga dan sosial
Peserta didik hidup di dalam lingkungan keluarga, sekolah, serta
masyarakat. Peserta didik harus dapat berinteraksi dan mampu untuk
beradaptasi dengan lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
2) Kecakapan Instrumental
a) Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
Teknologi telah merambah segala kehidupan dan merupakan alat
penggerak utama kehidupan. Generasi muda harus diberi bekal agar
mengapresiasi pentingnya teknologi bagi kehidupan dan mau mempersiapkannya untuk mempelajari, menggunakan dan mengembangkan teknologi yang ada.
b) Kecakapan mengelola sumber daya
Peserta didik perlu diberi bekal tentang arti, tujuan, dan cara mengidentifikasi, mengorganisasi, merencanakan, dan dapat mengalokasikan sumber daya.
c) Kecakapan bekerjasama dengan orang lain
Peserta didik sejak dini perlu diberi bekal dan latihan-latihan yang
dilakukan secara benar tentang cara-cara bekerjasama, menghargai
hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggungjawab, dan
akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresiasi keanekaragaman, kemauan baik yang kreatif, kepemimpinan, manajemen negosiasi, dan
masih banyak hal lain yang perlu diajarkan.
d) Kecakapan memanfaatkan informasi
Saat ini dan lebih-lebih di masa datang, informasi akan mengalir
secara cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Peserta didik perlu
dibekali cara-cara mendapatkan dan memanfaatkan beraneka ragam
informasi yang ada. Mereka harus dididik cara-cara mendapatkan,
commit
to user
mengevaluasi informasi,
mengorganisasi
dan memelihara informasi,
perpustakaan.uns.ac.id
17
digilib.uns.ac.id
menafsirkan dan mengkomunikasikan informasi, dan menggunakan
komputer untuk mengolah data agar menjadi informasi.
e) Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan
Peserta didik perlu memahami, menghayati, dan menerapkan, system
dalam kehidupannya. Mereka perlu diberi bekal dasar tentang cara
berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sebagai
sistem. Mereka harus memahami cara kerja sistem-sistem kehidupan
seperti bank, organisasi perusahaan, sekolah, bahkan dirinya sebagai
sistem harus dikenalinya secara baik.
f) Kecakapan berwirausaha
Kecakapan berwirausaha adalah kecakapan memobilisasi sumber
daya yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya
atau untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki ciri-ciri :
(1)bersikap dan mampu berpikir mandiri, (2)memiliki sikap berani
menanggung resiko, (3)tidak suka mencari kambing hitam, (4)selalu
berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya yang
ada, (5)terbuka terhadap umpan balik, (6)selalu menginginkan perubahan yang lebih baik, (7)tidak pernah merasa puas, terus menerus
melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, (8)
memiliki tanggung jawab moral yang baik.
g) Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (citarasa)
Tidak semua peserta didik menyukai kecakapan berpikir, sebagian
dari mereka menyukai kecakapan-kecakapan kejuruan misalnya
seperti pertanian, peternakan, permesinan, kerajinan, bisnis, boga,
busana, industri, komputer, olahraga, dan juga kesenian. Untuk itu,
mereka jelas membutuhkan kecakapan kejuruan yang secara praktis
dapat digunakan untuk mencari nafkah.
h) Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir
Setiap peserta didik yang telah tamat dalam pendidikan kelak berharap memiliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai
dengan peluang yang ada. Peserta didik dari awal perlu di-kenalkan
tentang potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan,
persyaratan untuk memasuki jenis karir tertentu, dan disiapkan agar
kelas setelah lulus mampu memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir yang sesuai dengan potensi dirinya.
i) Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan
Peserta didik hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya
sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dapat dirasakan oleh
panca indera, seperti tanah, air, udara. Lingkungan maya adalah
suasana sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh
hati. Peserta didik harus mampu menjaga keharmonisan di antara kedua lingkungan tersebut.
j) Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila
Peserta didik perlu diberi bekal berupa kemampuan mengintegrasikan kebhinekaan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Mengcommit
to user tinggi hak asasi manusia, menhargai perbedaan agama,
menjunjung
perpustakaan.uns.ac.id
18
digilib.uns.ac.id
jaga kesatuan dari bangsa, demokrasi, keadilan sosial, kecintaan
terhadap negaraya, kepahlawanan dan apresiasi terhadap para pendahu mereka, apresiasi terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan
tanggung jawab, kesadaran sebagai warganegara, adalah contohcontoh kecakapan hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan
nilai-nilai Pancasila.
Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup diharapkan mampu
meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata,
baik preservatif maupun progresif. Dengan menguasai berbagai konteks
kecakapan hidup tersebut diharapkan masyarakat juga mampu menjadi
tenaga yang terampil untuk memasuki persaingan global.
2. Tinjauan Umum Sumber Daya Manusia
a. Pengertian Sumber Daya Manusia
Sebelum membahas lebih jauh lagi, peneliti akan memberikan
penjelasan terlebih dahulu mengenai pengertian sumber daya manusia.
Menurut William B. Werther dan Keith Davis di dalam bukunya Human
Resources and Personal Management yang dikutip oleh Taliziduhu Ndraha
(1999: 9) mengemukakan bahwa sumber daya manusia atau human
resources injkmadalah “The people who are ready, willing and able to
contribute to organizational goals”, yang mempunyai arti sebagai berikut
“Sumber daya manusia atau human resources adalah penduduk yang siap,
mau dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan
organisasional”. Sedangkan menurut Nawawi (2003) mengemukakan
bahwa “Sumber daya manusia dalam arti mikro dalah manusia atau orang
yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil,
pegawai, karyawan, pekerja, tenega kerja dan lain-lain” (hlm. 17).
Sebagai salah satu pakar Gomes (1997) mengemukakan pendapatnya
bahwa :
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang
terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan
aktivitas. Sumber daya manusia adalah satu-satunnya sumber daya
yang memiliki akal, perasaan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan,
dorongan, daya, dan karsa. Satu-satunya sumber daya yang memiliki
user sumber daya manusia sangat
rasio, rasa, dan karsa.commit
Semuato potensi
perpustakaan.uns.ac.id
19
digilib.uns.ac.id
berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam penapaian tujuan (hlm.
2).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia
merupakan bagian yang penting dalam organisasi, karena pencapaian dan
efisiensi dari sebuah organisasi tergantung secara langsung pada sumber
daya manusia yang dimilikinya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik
kesimpulan sumber daya manusia adalah sumber daya yang menunjuk
kepada orang-orang di dalam perusahaan yang bersedia dan mampu
memberikan sumbangan kepada perusahaan dalam upaya pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
b. Konsep Tenaga Kerja
Menurut Hamalik (2001) “Tenaga kerja (ketenagakerjaan ) adalah
sumber daya manusia yang memilki potensi, kemampuan yang tepat guna,
berdaya guna, berpribadi dalam kategori tertentu untuk bekerja dan
berperan dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan
masyarakat secara keseluruhan”(hlm. 7). Tenaga kerja adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu
negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan
terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam
aktivitas tersebut ( Mulyadi, 2003:59 ).
UU No 13 tahun 2003 dalam Undang-Undang Tenaga Kerja (2006)
mengatakan bahwa “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat” (hlm. 74). Jadi dapat diartikan bahwa tenaga
kerja haruslah memiliki sikap mandiri dan dapat melakukan pekerjaan yang
bermanfaat.
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak
bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat
commit to user
ikut bekerja (Simanjuntak,1985:2). Menurut Hidayanto (2002) “Tenaga
perpustakaan.uns.ac.id
20
digilib.uns.ac.id
terampil merupakan setiap sumber daya manusia yang menguasai
kecakapan hidup (hlm.279).
Fajar (2002) mengemukakan bahwa :
Depdiknas mengharuskan setiap anak didik untuk dapat menguasai
kecakapan hidup sebab pendidikan itu untuk hidup dan kehidupan
serta prosesnya tidak pernah berakhir selain itu tidak semua anak didik
nantinya akan melanjutkan ke pendidikan perguruan tinggi seusai
menamatkan jenjang pendidikan SLTA.
Sejalan dengan otonomi daerah, maka pemerintah juga berupaya
untuk membentuk suatu sistem pendidikan yang berorientasi untuk
menjawab kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal
tersebut maka diperlukan adanya kerja sama antara pemerintah, lembaga
pendidikan, masyarakat dan juga dunia usaha.
3. Tinjauan Umum Kesiapan Kerja
a. Pengertian Bekerja
Secara terminologi definisi bekerja adalah aktivitas yang menjadi
sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya menjadi lebih
berarti. Menurut Liang Gie (1982) bekerja adalah “keseluruhan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rohaniah dan jasmaniah yang dilakukan oleh
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, khususnya yang berhubungan
dengan kelangsungan hidupnya untuk bertahan hidup” (hlm. 1). Ndraha
(1999) berpendapat bahwa “kerja dapat diartikan sebagai suatu proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuh kebutuhan
yang ada” (hlm. 1).
Ndraha (1999) di dalam bukunya menjelaskan mengenai hakikat
kerja, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1) Kerja adalah hukuman.
2) Kerja adalah beban.
3) Kerja adalah kewajiban.
4) Kerja adalah sumber penghasilan.
5) Kerja adalah kesenangan.
6) Kerja adalah gengsi, prestise.
commit
to user
7) Kerja adalah aktualisasi
diri.
perpustakaan.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
8) Kerja adalah panggilan jiwa.
9) Kerja adalah pengabdian kepada sesama.
10) Kerja adalah hidup.
11) Kerja adalah ibadah.
12) Kerja adalah suci (hlm. 83)
Kerja adalah hukuman, maksudnya adalah dahulu manusia sebenarnya hidup tanpa bekerja di Taman Firdaus, tetapi karena jatuh ke dalam
dosa maka manusia dihukum. Untuk bisa bertahan hidup manusia harus
bekerja. Salah satu bentuk hukuman adalah kerja paksa. Sedangkan
maksud dari kerja adalah beban yaitu bagi orang yang malas, bekerja
adalah beban. Hal ini didasarkan karena mereka bekerja tidak sesuai
dengan panggilan hati mereka dan tanpa kesadaran untuk bekerja.
Pengertian dari kerja adalah kewajiban maksudnya di dalam sistem
birokrasi atau sistem kontraktual, kerja adalah kewajiban, yaitu guna
memenuhi perintah atau membayar hutang. Kerja adalah sumber penghasilan maksudnya sangat jelas bahwa bekerja sebagai sumber nafkah.
Dengan bekerja manusia dapat memperoleh uang untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Kerja adalah kesenangan dapat diartikan bahwa kerja itu sebagai
hobi. Kerja adalah gengsi, prestise maksudnya adalah dimana kerja
sebagai gengsi atau prestise berkaitan dengan status sosial atau jabatan.
Semakin tinggi jabatan atau peran seseorang dalam pekerjaannya, maka
semakin tinggi pula status sosialnya. Sedangkan penjelasan dari kerja
adalah aktualisasi diri yaitu kerja disini diartikan dengan peran, cita-cita
atau ambisi.
Hakikat kerja yang lain adalah kerja itu merupakan panggilan jiwa,
kerja disini berkaitan dengan bakat. Dari sini tumbuh profesionalisme dan
pengabdian terhadap kerja. Dengan begitu maka seseorang bekerja tanpa
adanya paksaan dan timbul kesenangan akan pekerjaan tersebut.
Kerja adalah pengabdian kepada sesama, yang dimaksud disini
adalah bekerja dengan tulus dan tanpa pamrih untuk kepentingan bersama.
to user
Sedangkan kerja adalah commit
hidup maksudnya
adalah hidup diabdikan dan
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diisi untuk dan dengan bekerja. Kerja adalah ibadah, disini dijelaskan kerja
merupakan pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini. Kerja dilakukan
seakan-akan kepada dan bagi kemuliaan nama Tuhan dan bukan kepada
manusia. Dan yang terakhir yaitu kerja adalah suci, bekerja adalah suatu
hal yang dihormati dan tidak boleh dicemarkan dengan perbuatan dosa,
kealahan, pelanggaran dan kejahatan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bekerja
merupakan aktivitas yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan yang beraneka ragam dan tidak terbatas.
b. Pengertian Kesiapan Kerja
Sebelum siswa siap untuk diterjunkan di dunia usaha untuk bekerja,
perlu adanya penanaman mental siap kerja. Hal ini dilakukan supaya para
siswa kelak sudah siap untuk menyesuaikaan diri dengan keadaan dunia
barunya, yaitu dunia kerja. Sugihartono (1991) mengatakan bahwa “kesiapan
kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya keserasian antara kematangan
fisik, kematangan mental serta pengalaman belajar sehingga individu
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau tingkah
laku tertentu dalam hubungannya dengan pekerjaan” (hlm. 8). Dalam hal ini
diartikan bahwa kesiapan merupakan bentuk kesanggupan seseorang dalam
melaksanakan atau mewujudkan apa yang telah dipikirkan sebelumnya.
Jadi dapat diartikan kesiapan kerja merupakan kemampuan seseorang
mengatasi masalah yang mungkin terjadi dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kesiapan kerja adalah kondisi seseorang dalam keadaan siap untuk mereaksi atau menanggapi suatu hal dengan cara tertentu.
Berdasarkan
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan
pentingnya
penanaman mental siap kerja pada para siswa sebelum mereka dapat
diterjunkan ke dunia kerja. Kesiapan yang dilakukan peserta didik sebelum
memasuki dunia kerja adalah melalui pendidikan sistem ganda yang
diimplementasikan dalam program on the job training.
c. Manfaat Kesiapan Kerja
Semua pekerjaan tentunya perlu dipersiapkan, walaupun pekerjaan
commit to user
tersebut dipandang rendah. Misalnya saja pemulung yang saat ini menjadi
perpustakaan.uns.ac.id
23
digilib.uns.ac.id
profesi dari sebagian masyarakat Indonesia juga memerlukan persiapan.
Secara fisik memang profesi ini dibilang cukup mudah, tetapi secara non fisik
profesi ini memerlukan persiapan yang cukup berupa mental yang tinggi
untuk melakukannya.
Kesiapan kerja diperlukan agar mampu menyiapkan diri untuk dapat
bekerja dengan baik. Kesipan kerja dihubungkan dengan kemampuan kerja,
dimana di dalamnya memuat kompetensi kerja yang menjadi standart suatu
pekerjaan.
Menurut Ruky (2003) adapun manfaat-manfaat dari adanya kesiapan
kerja antara lain :
1) Memperjelas standar kerja dan harapan yang ingin dicapai.
2) Sebagai alat seleksi karyawan.
3) Memaksimalkan produktivitas
4) Dasar untuk pengembangan sistem renumerasi.
5) Memudahkan adaptasi terhadap perubahan.
6) Menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi (hlm.
107-108).
Standar kerja merupakan dasar dalam suatu pekerjaan. Dengan
menguasai standar kerja, seorang pekerja dapat memperoleh hasil dari
pekerjaan tersebut. Kesiapan kerja yang dimiliki seorang pekerja akan
menentukan jenis pekerjaan dan kesesuaian lapangan pekerjaan yang ada dan
dengan kesiapan kerja dapat membantu memudahkan dalam organisasi
tempat kerja. Seleksi karyawan merupakan hal yang paling utama dilakukan
di suatu perusahaan. Dengan memiliki kesiapan kerja dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan untuk menyeleksi dan memilih calon pekerja.
Kesiapan kerja dapat memaksimalkan produktivitas. Calon tenaga kerja
yang sudah memiliki kesiapan kerja akan dengan mudah melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Tenaga kerja yang sudah siap bekerja akan
lebih mudah menyesuaikan diri sehingga tidak banyak membuang faktor
produksi yang terpakai dan dapat dikatakan lebih efisiensi dalam bekerja.
Kesiapan kerja akan mempermudah adaptasi terhadap perubahan.
Pekerjaan yang dihadapi nantinya tidak sama persis dengan yang dilakukan
ketika mengikuti praktek di bangku sekolah. Siswa sebagai calon tenaga kerja
commit to user
harus memiliki kesiapan kerja untuk mengenal karakteristik dari suatu
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pekerjaan dan jika nanti terdapat perubahan ketika bekerja lebih mudah
penyesuaiannya terhadap pekerjaan tersebut.
Kesiapan kerja juga mempermudah bagi pekerja baru untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dalam organisasi. Kemampuannya di
dalam menguasai pekerjaan dasar akan memudahkan pula dalam menyesuaikan diri dengan nilai-nilai organisasi tempat bekerja. Sehingga diharapkan perilaku kerjanya akan dapat sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dan ini penting untuk menjaga situasi kerja agar tidak terjadi konflik
dengan sesama pekerja atau pimpinan.
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Kajian Pustaka
4. Tinjauan Umum Program
a. Pengertian Program
Program menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (1989) adalah “Rancangan mengenai asas-asas
serta usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang dijalankan”
(hlm. 702). Program terdiri atas berbagai panduan antara rencana yang
satu dan rencana lainnya. Program merupakan rencana sekali pakai, artinya apabila sasaran atau waktunya sudah tercapai maka selesailah aktivitas
yang berkaitan dengan sasaran atau waktu tersebut (Sutarta, 2004:78).
Salah seorang pakar juga mengutarakan pendapatnya mengenai
pengertian program yang dijelaskan sebgai berikut :
Perumusan yang memuat gambaran-gambaran pekerjaan yang akan dilaksanakan berikut petunjuk-petunjuk mengenai cara pelaksanaannya.
Biasanya dalam program ini dikemukakan pula fasilitas-fasilitas yang
diperlukan seperti : waktu, penggunaan alat-alat perlengkapan, dan
ketentuan dan wewenang serta tanggung jawabnya daripada pelaksana
program tersebut. ( Liang Gie, 1957 : 335 )
Berdasarkan beberapa pengertian program diatas maka peneliti dapat
memberi kesimpulan bahwa pengertian program adalah suatu gambaran,
wacana, rancangan-rancangan asas serta tata cara tentang suatu pekerjaan
atau kegiatan yang dijalankan.
5. Tinjauan Umum Teknologi
a. Pengertian Teknologi
Istilah “teknologi” berasal dari kata “techne” yang artinya cara atau
keterampilan dengan keterkaitan pada proses, peralatan, dan cara berfikir
atau pendekatan dalam mempermudah pengadaan, perbaikan atau penyempurnaan dari sesuatu dan “logos” yang artinya pengetahuan.
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Gasset (1989) “Teknologi: ilmu yang mendasari teknik”
(Susanto, 1991:203). Sejalan dengan Gasset, Rosario (1989) di dalam
buku yang sama mengungkapkan pendapatnya bahwa teknologi adalah
“The organization of knowledge for the achievement of practical
purposes”(Susanto:1991, 203).
Technology is systemic application of science of organized
knowledge to practical, concrete tasks enabling man not to gain a better
understanding of the objective processes taking places but above all, to
enhance the effective uses of all its activities (Fause dalam Susanto,
1991:204 ). Pengertian teknologi yang lain diungkapkan oleh Speergen
(1986) yang berpendapat bahwa teknologi adalah “scientific engineering
and managerial knowledge that…possible the conception, design
development,
production
and
distribution
of
good
and
services”(Susanto:1991, 203)
Besari (2008) menjelaskan bahwa :
Teknologi adalah ilmu pengetahuan dan seni yang ditranformasikan ke
dalam produk, proses, jasa dan struktur yang terorganisasi, yang pada
dasarnya merupakan seperangkat instrument dari ekspansi kekuasaan
manusia sehingga dapat menjadi sumber daya cara yang baru untuk
menciptakan kekayaan melalui peningkatan produktivitas (hlm 164).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut ada tiga hal pokok yang
perlu digarisbawahi tentang teknologi, yaitu ;
1) proses yang meningkatkan nilai tambah.
2) produk yang diciptakan, dimanfaatkan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja.
3) Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembangkan dan
digunakan.
b. Macam-Macam Teknologi
Salah seorang pakar teknologi Besari (2008) mengklasifikasikan
teknologi jika ditinjau dari perspektif waktu, dimana antara lain sebagai
berikut :
user
1) Teknologi Masa Kini commit
(CurrenttoTechnologies)
perpustakaan.uns.ac.id
2)
3)
4)
5)
6)
7)
27
digilib.uns.ac.id
teknologi masa kini (Current Technologies) yaitu teknologi yang saat
ini sudah dikenal dan sudah biasa diterapkan di kehidupan, misalnya
sistem penggerak (propulsi) mobil. Sistem ini biasa digunakan pada
kendaraan transportasi otomotif darat saat ini. Maka sistem propulsi
mobil dan kendaraan sebangsanya dengan engine bahan bakar internal
merupakan teknologi masa kini.
Teknologi Mendatang (Emerging Technologies)
Teknologi mendatang adalah suatu teknologi yang masih dalam taraf
pengembangan di laboratorium dan di inkubator, ataupun yang masih
sedang dalam percobaan. Contohnya adalah kendaraan mobil hyper
car. Tujuan dari hyper car adalah untuk memperoleh mobil yang irit
bahan bakar. Berbeda dari mobil saat ini, hyper car digerakkan
dengan tenaga listrik yang kini sudah mulai banyak digunakan. Mobil
hyper car tentunya memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan
mobil yang beroperasi saat ini.
Teknologi Baru (New Technologies)
Teknologi baru (New Technologies) yaitu teknologi baru yang secara
fundamental berbeda dengan teknologi lama yang sudah ada sebelumnya. Contoh dari teknologi baru adalah teknologi Ballard fuel-cell.
Teknologi Masa Depan (Future Technologies)
Teknologi masa depan (Future Technologies) adalah teknologi yang
diperkirakan akan timbul di waktu yang akan datang. Contoh dari
teknologi ini adalah tenaga plasma.
Teknologi ‘Sun Raise’ (‘Sun Raise’ Technologies)
Pengertian dari teknologi ‘Sun Raise’ yaitu teknologi yang sudah
dinikmati masyarakat, namun teknologi tersebut masih dalam stadium
berkembang menjadi teknologi yang lebih baik. Contohnya antara lain
teknologi fermentasi, teknologi genetika dan lain-lain.
Teknologi ‘Senja’ (Sun Set Technologies)
Teknologi ‘Senja’ (Sun Set Technologies) adalah teknologi yang kemungkinan pengembangannya telah mendekati akhir. Contoh dari
teknologi ini adalah teknologi tabung.
Teknologi Buntu (Dead End Technologies)
Teknologi Buntu (Dead End Technologies), yaitu teknologi yang pada
umumnya tidak dapat dikembangkan lagi. Contoh dari teknologi
buntu adalah teknologi cap untuk membuat batik. Dalam industri
tersebut proses cetak dilakukan dengan cara mengaplikasikan bahan
lilin panas pada tekstil. Teknologi cap yang demikian pada umumnya
sudah tidak dilakukan lagi, karena teknologi tersebut dianggap sudah
tidak dapat lagi dikembangkan atau ditingkatkan lagi lebih lanjut.
Meskipun demikian, cara tersebut masih sangat sering digunakan
dalam produksi karya artistik. (hlm.164)
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam
kehidupan ini, karena kemajuan
teknologi
akan berjalan sesuai dengan
commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id
28
digilib.uns.ac.id
kemajuan ilmu pengetahuan. BJ. Habibie (1980) menyatakan “teknologi
selalu bersifat ambivalen; disamping segi yang positif juga memperlihatkan pula segi-segi negative” (M.T Zen,1982: 2). Setiap inovasi diciptakan
untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan
banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas
manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati
banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan
dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya
diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.
6. Tinjauan Umum Pendidikan dan Pelatihan
h. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah keseluruhan proses, teknik dan metode belajar
mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang
kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya
(Siagian, 1996: 175). Senada dengan pernyataan tersebut Heidjrachman
dan Husnan (2002) menjelaskan pendidikan adalah “Suatu kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan” (hlm. 77).
Sastrohadiwiryo (2003) menjelaskan bahwa :
pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan
mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah dan rohaniah yang
berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah
untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan
selalu ada dalam keseimbangan” (hlm. 200).
Hakikat pendidikan menurut tim dosen administrasi pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia (2009) :
6) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbanagan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan
pendidik.
7) Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan yang mengalami
semakin pesat.
commit to perubahan
user
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
8) Pendidikan mampu meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan
masyarakat.
9) Pendidikan berlangsung seumur hidup.
10) Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya
(hlm. 12)
Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga hal pokok pendidikan,
yaitu:
4) Merupakan suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan
teknologi dan metode.
5) Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan
yang berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan
yang formal dan structured. Structured artinya bahwa pendidikan diselenggarakan oleh satuan kerja yang melembaga dan kegiatannya
diarahkan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dipandang
menguasai materi yang hendak dialihkan kepada orang lain yang
mengikuti program pendidikan yang bersangkutan.
6) Melalui serangkaian kegiatan, baik sifatnya kurikuler maupun ekstra
kurikuler yang telah disusun dan dipersiapkan, standar pengetahuan
tertentu yang ingin dialihkan kepada yang akan diajar oleh yang mengajar, artinya sesuatu program pendidikan diarahkan kepada pemenuhan
standar pengetahuan dan akademik tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat diketahui
bahwa pendidikan merupakan proses kegiatan untuk memberikan bekal
pengetahuan, kecakapan dan kecakapan tertentu juga pembentukan sikap
atau kepribadian seseorang guna menghadapi lingkungannya dalam jangka
waktu yang relative lama sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
i. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Hamalik (1991) antara lain sebagai
berikut:
5) Adanya perkembangan pengetahuan dan kemampuan.
6) Terwujudnya tenaga-tenaga yang terampil dalam berbagai bidang
commit to user
sesuai dengan kebutuhan.
perpustakaan.uns.ac.id
30
digilib.uns.ac.id
7) Diharapkan mampu menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi.
8) Mampu menyalurkan aspirasi dan minat di dalam kegiatan yang
bermakna (hlm. 46).
Tujuan pendidikan menurut Siagian (1996) mempunyai pendapat
yang sejalan dengan ahli-ahli lainnya, yaitu pendidikan yang sifatnya siap
tahu itu bukannya tanpa manfaat, bahkan sesungguhnya dapat dikatakan
bahwa manfaatnya sungguh besar, paling sedikit ditinjau dari lima sudut
pandang yaitu:
6) Penguasaan atas sesuatu disiplin ilmiah tertentu.
7) Cakrawala pandangan tidak sempit.
8) Menumbuhkan rasa ingin tahu.
9) Kemampuan berpikir secara teratur, logis dan sistematik.
10) Daya analisa yang tinggi (hlm. 177).
Demikian dapat dimengerti bahwa pendidikan mempunyai peranan
yang sangat tinggi bagi kehidupan seseorang, bahkan bagi suatu bangsa.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, akan semakin luas pengetahuan
seseorang dan akan semakin tinggi daya analisanya sehingga pada akhirnya mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, juga semakin tinggi
tingkat kesadarannya.
j. Komponen Pendidikan
Komponen pendidikan adalah unsur-unsur yang harus ada di dalam
berlangsungnya suatu pendidikan. Ketika ada salah satu unsur yang tidak
ada, maka bisa dikatakan bukan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, pakar
pendidikan secara rinci merumuskan komponen-komponen pendidikan
sebagai berikut:
8) Subjek Yang Dibimbing (peserta didik)
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern
cenderung menyebutkan demikian karena peserta didik adalah subjek
atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku
pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan
diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan masalahmasalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
commit to user
9) Pendidik
perpustakaan.uns.ac.id
31
digilib.uns.ac.id
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik disini
meliputi orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan,
dan masyarakat/organisasi.
10) Interaksi Edukasi Antara Peserta Didik Dengan Pendidik
Interaksi edukasi pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik
antara peserta didik dan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan ditempuh melalui proses komunikasi
yang intensif dengan memanipulasikan isi, metode dan juga penerapan
alat-alat pendidikan.
11) Tujuan Pendidikan
Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak
sadar, selalu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
12) Materi Pendidikan
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu
dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian
tujuan. Materi ini melipiti materi inti maupun muatan lokal.
13) Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
Alat dan metode merupakan dua sisi mata uang dimana alat melihat
jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya.
14) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang melingkupi
terjadinya proses berlangsungnya pendidikan. Lingkungan pendidikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32
digilib.uns.ac.id
terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat (Tirtarahardja & Sulo, 2005).
k. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas
ekonomi. Pelatihan membantu karyawan/pegawai dalam memahami suatu
pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan,
kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuannya (Heidjrachman dan Husnan, 2002:77). Dengan demikian
pelatihan merupakan suatu proses untuk membantu sumber daya manusia
yang ada untuk memperoleh efektivitas mereka yang sekarang atau yang
akan datang dan berjalan terus menerus. Dapat dikatakan bahwa efisiensi
organisasi manapun tergantung secara langsung pada bagaimana baiknya
para anggotanya dilatih.
Training atau latihan adalah belajar yang ada kaitannya dengan
pekerjaan yang ditangani saat ini (Atmosoeprapto, 2000: 42). Soeprihanto
(2001) mengungkapkan latihan merupakan “Kegiatan untuk memperbaiki
kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan serta
kecakapan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan” (hlm.85).
Sedangkan menurut Handoko (2001) dalam bukunya menjelaskan bahwa
“Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan dalam berbagai
kecakapan serta teknik pelaksanaan kerja tertentu, secara terinci dan rutin”
(hlm.104).
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa pelatihan adalah suatu upaya sistematis
untuk memperbaiki kemampuan seseorang dengan cara meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan operasional dalam melaksanakan fungsi dan
tugas-tugas dalam jabatannya.
Latihan juga membantu seseorang atau tenaga kerja dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan pengetrapannya guna meningkatcommit
user yang diperlukan oleh organisasi
kan keterampilan, kecakapan
dantosikap
perpustakaan.uns.ac.id
33
digilib.uns.ac.id
dalam usaha mencapai tujuan. Sehingga dengan adanya latihan dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Selain itu dengan adanya
pelatihan juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat baru dalam diri
karyawan yang pada waktunya dapat berprestasi dan menciptakan tenaga
yang potensial.
l. Tujuan Pelatihan
Tujuan utama dari setiap latihan adalah supaya masing-masing
peserta pelatihan dapat melakukan pekerjaannya secara lebih efisien.
Masing-masing latihan bertujuan untuk menambah pengetahuan para
pengikutnya untuk lebih memudahkan dalam melaksanakan tugasnya.
Sesuai dengan penjelasan di atas, hal ini sesuai dengan tujuan latihan
yang dikemukakan oleh Moekijat (1991: 38), yaitu:
4) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat cepat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
5) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional
6) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan bekerjasama dengan teman-teman pegawai dan manajemen (pimpinan).
Simamora (2001) sependapat dengan hal tersebut dan mengungkapkan pendapatnya mengenai tujuan pelatihan, antara lain yaitu:
8) Memperbaiki kinerja.
9) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan
teknologi.
10) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi
kompeten dalam pekerjaan.
11) Membantu memecahkan permasalahan operasional.
12) Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
13) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
14) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi (hlm. 346).
m. Pengertian Link and Match
Link and Match berasal dari dua kata, yaitu link dan match. Link
berarti keterkaitan dengan dunia kerja sedang match berarti kesesuaian
atau kecocokan dengan ketrampilan yang sedang dibutuhkan. Menurut
Soeprijanto (2010) “Konsep link and match merupakan salah satu bentuk
commit
user
penyelenggaraan pendidikan
yangto berorientasi
pada dunia kerja” (hlm.
perpustakaan.uns.ac.id
34
digilib.uns.ac.id
277). Konsep link and match merupakan konsep pendidikan yang di dalam
penyelenggaraannya memprioritaskan relevansi antara dunia pendidikan
dengan dunia industri. Hal ini dilakukan supaya tidak ada miss antara
kompetensi lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja.
Beberapa prinsip yang akan dipakai sebagai strategi dalam kebijakan Link
and match diantaranya adalah model penyelenggaraan Pendidikan Sistem
Ganda (PSG).
Menurut Papahan (2002) Pendidikan Sistem Ganda adalah :
PSG pada dasarnya merupakan suatu bentuk penyelenggaraan dari
pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik
dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia
kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional
tertentu (Soeprijanto, 2010: 278).
Pada hakekatnya PSG merupakan suatu strategi yang mendekatkan
peserta didik ke dunia kerja. Hal ini adalah strategi proaktif yang menuntut
perubahan sikap dan pola pikir serta fungsi pelaku pendidikan di sekolah
kejuruan, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha/industri dalam menyikapi perubahan dinamika tersebut.
Dalam mengantisipasi percepatan AFTA maka yang menjadi topik
bukanlah hanya sekedar pendekatan strategis apakah sistem kolaborasi
antara dunia pendidikan dan industri ini dapat diterapkan atau mustahil
diwujudkan di Indonesia. Namun yang perlu dilakukan saat ini adalah
implementasi segera program-program kemitraan dalam rangka meningkatkan kualitas maupun kuantitas SDM yang terlibat di dalamnya
(Soeprijanto, 2010:276-277).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
menghasilkan SDM yang berdaya saing diperlukan implementasi link and
match antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri. Ini berarti
pola pendidikan sekarang harus berorientasi pada aspek kompetensi. Pola
pendidikan konvensional yang memfokuskan pada nilai harus mulai
ditinggalkan dan beralih kepada penguasaan kompetensi. Fakta mengenai
pendidikan yang sekarang terjadi adalah kurangnya relevansi program
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35
digilib.uns.ac.id
pendidikan yang ada dengan kebutuhan masyarakat yaitu mengenai output
lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sehingga lulusan tidak dapat diserap oleh masyarakat industri maupun
dunia kerja.
n. Life Skill ( Kecakapan Hidup )
Brolin (l989) mendefinisikan “Kecakapan hidup sebagai kontinum
pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk
berfungsi secara independen dalam kehidupan.” Sementara Fajar (2002)
mendefinisikan “kecakapan hidup sebagai kecakapan untuk bekerja selain
kecakapan untuk berorientasi ke jalur akademik.”
Tim Broad-Based Education (2002) menafsirkan “Kecakapan hidup
sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan
solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.”
Menurut Slamet (2002) yang dimaksud pendidikan kecakapan hidup
adalah ”pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan
secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari
agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil untuk menjalankan
kehidupannya, yaitu menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan hidup
(lifeskill) adalah keterampilan dan kemampuan keahlian yang perlu
ditanamkan pada diri setiap orang agar mampu memenuhi kebutuhannya
guna bertahan hidup.
Menurut Team Broad Based Education (2002) kecakapan hidup
dipilah menjadi 4 jenis, yaitu :
5) Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan
mengenal diri (self awarensess) dan kecakapan berfikir rasional
(thinking skill).
6) Kecakapan social (social skill).
7) Kecakapan akademik (academic skill).
8) Kecakapan vokasional (vocational skill).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
Slamet (2002) menyatakan bahwa “Kecakapan hidup dapat dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu kecakapan hidup yang bersifat dasar dan
instrumental”. Secara lebih jelas Slamet (2002) mengungkapkan bahwa:
Kecakapan hidup yang bersifat dasar adalah kecakapan yang bersifat
universal dan berlaku sepanjang zaman dan tidak tergantung pada perubahan ruang dan waktu, serta merupakan fondasi dan sokoguru bagi
tamatan pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah agar bisa mengembangkan kecakapan hidup yang bersifat instrumental. Kecakapan
hidup yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat relatif,
kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan ruang,
waktu, situasi, dan juga harus diperbaharui secara terus-menerus dan
berkelanjutan sesuai dengan derap perubahan.
Adapun dimensi kecakapan hidup yang bersifat dasar dan
instrumental menurut Slamet (2002) dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Kecakapan Dasar
a) Kecakapan belajar terus-menerus
Kecakapan belajar terus-menerus (sepanjang hayat) adalah kecakapan yang paling penting dibandingkan dengan semua kecakapan hidup
lainnya. Setiap anak didik perlu diberi bekal dasar tentang strategi,
metode, dan teknik belajar untuk memperoleh dan menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi baru dalam kehidupannya.
b) Kecakapan membaca, menulis, menghitung
Setiap anak didik diharapkan mampu memiliki kecakapan membaca
dan menulis secara fungsional baik bahasa Indonesia maupun bahasa
asing. Kecakapan membaca, memahami dan menafsirkan informasi
tertulis dalam surat kabar, majalah, jurnal, dan dokumen. Menulis,
mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi, dan pesan-pesan tertulis dan membuat dokumen-dokumen. Kecakapan menghitung, kemampuan dasar menghitung dan memecahkan masalah-masalah
praktis, dengan memilih secara tepat dari teknik-teknik matematika
yang ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi.
c) Kecakapan berkomunikasi : lisan, tertulis, tergambar, mendengar
Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi secara
langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui
kesan pun bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar
waktunya untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka kecakapan
berkomunikasi termasuk kecakapan mendengar harus dimiliki oleh
peserta didik.
d) Kecakapan berpikir
Tingkat kecakapan berpikir seseorang akan berpengaruh terhadap
kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar
dipengaruhi oleh cara
berpikir,
maka peserta didik perlu diberi bekal
commit
to user
dasar dan latihan-latihan dengan cara yang benar tentang kecakapan
perpustakaan.uns.ac.id
37
digilib.uns.ac.id
berpikir deduktif, induktif, ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral,
system, kreatif, eksploratif, discovery, inventory, reasoning, pengambil keputusan, dan pemecahan masalah.
e) Kecakapan kalbu : iman (spiritual), rasa dan emosi
Memiliki bangsa berkecakapan kalbu yang baik merupakan asset
batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa. Kecakapan kalbu yang antara lain berupa iman (spiritual), rasa, dan emosi
merupakan unsur-unsur pembentuk jiwa selain akal. Jiwa merupakan
sumber kekuatan dan kendali bagi setiap manusia dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi bahkan baik buruknya sebuah
bangsa sangat dipengaruhi oleh baik buruknya kalbu bangsa yang
bersangkutan.
f) Kecakapan mengelola kesehatan badan
Peserta didik sejak dini sudah selayaknya diberi bekal dasar tentang
pengelolaan kesehatan badan agar yang bersangkutan memiliki kesehatan badan yang prima, bebas penyakit, dan memiliki ketahanan
badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makan yang bergizi dan
bervitamin, menjaga kebersihan, dan beristirahat cukup merupakan
pendidikan kecakapan mengelola kesehatan badan yang harus diterapkan dalam kehidupan peserta didik.
h) Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk
mencapainya
Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah :
(3) adanya keinginan baru, dan
(4) upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai keinginan baru
tersebut. Kecakapan merumuskan dua hal yang karakteristik ini
merupakan bagian peting bagi kehidupan seseorang
h) Kecakapan berkeluarga dan sosial
Peserta didik hidup di dalam lingkungan keluarga, sekolah, serta
masyarakat. Peserta didik harus dapat berinteraksi dan mampu untuk
beradaptasi dengan lingkungannya baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
2) Kecakapan Instrumental
a) Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
Teknologi telah merambah segala kehidupan dan merupakan alat
penggerak utama kehidupan. Generasi muda harus diberi bekal agar
mengapresiasi pentingnya teknologi bagi kehidupan dan mau mempersiapkannya untuk mempelajari, menggunakan dan mengembangkan teknologi yang ada.
b) Kecakapan mengelola sumber daya
Peserta didik perlu diberi bekal tentang arti, tujuan, dan cara mengidentifikasi, mengorganisasi, merencanakan, dan dapat mengalokasikan sumber daya.
c) Kecakapan bekerjasama dengan orang lain
Peserta didik sejak dini perlu diberi bekal dan latihan-latihan yang
commit
to user
dilakukan secara benar
tentang
cara-cara bekerjasama, menghargai
perpustakaan.uns.ac.id
38
digilib.uns.ac.id
hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggungjawab, dan
akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresiasi keanekaragaman, kemauan baik yang kreatif, kepemimpinan, manajemen negosiasi, dan
masih banyak hal lain yang perlu diajarkan.
d) Kecakapan memanfaatkan informasi
Saat ini dan lebih-lebih di masa datang, informasi akan mengalir
secara cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Peserta didik perlu
dibekali cara-cara mendapatkan dan memanfaatkan beraneka ragam
informasi yang ada. Mereka harus dididik cara-cara mendapatkan,
mengevaluasi informasi, mengorganisasi dan memelihara informasi,
menafsirkan dan mengkomunikasikan informasi, dan menggunakan
komputer untuk mengolah data agar menjadi informasi.
e) Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan
Peserta didik perlu memahami, menghayati, dan menerapkan, system
dalam kehidupannya. Mereka perlu diberi bekal dasar tentang cara
berpikir, cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sebagai
sistem. Mereka harus memahami cara kerja sistem-sistem kehidupan
seperti bank, organisasi perusahaan, sekolah, bahkan dirinya sebagai
sistem harus dikenalinya secara baik.
f) Kecakapan berwirausaha
Kecakapan berwirausaha adalah kecakapan memobilisasi sumber
daya yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya
atau untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki ciri-ciri :
(1)bersikap dan mampu berpikir mandiri, (2)memiliki sikap berani
menanggung resiko, (3)tidak suka mencari kambing hitam, (4)selalu
berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya yang
ada, (5)terbuka terhadap umpan balik, (6)selalu menginginkan perubahan yang lebih baik, (7)tidak pernah merasa puas, terus menerus
melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, (8)
memiliki tanggung jawab moral yang baik.
g) Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (citarasa)
Tidak semua peserta didik menyukai kecakapan berpikir, sebagian
dari mereka menyukai kecakapan-kecakapan kejuruan misalnya
seperti pertanian, peternakan, permesinan, kerajinan, bisnis, boga,
busana, industri, komputer, olahraga, dan juga kesenian. Untuk itu,
mereka jelas membutuhkan kecakapan kejuruan yang secara praktis
dapat digunakan untuk mencari nafkah.
h) Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir
Setiap peserta didik yang telah tamat dalam pendidikan kelak berharap memiliki karir yang sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai
dengan peluang yang ada. Peserta didik dari awal perlu di-kenalkan
tentang potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan,
persyaratan untuk memasuki jenis karir tertentu, dan disiapkan agar
kelas setelah lulus mampu memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir yang sesuai dengan potensi dirinya.
commit to
user lingkungan
i) Kecakapan menjaga harmoni
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
39
digilib.uns.ac.id
Peserta didik hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan maya
sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dapat dirasakan oleh
panca indera, seperti tanah, air, udara. Lingkungan maya adalah
suasana sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan dirasakan oleh
hati. Peserta didik harus mampu menjaga keharmonisan di antara kedua lingkungan tersebut.
j) Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila
Peserta didik perlu diberi bekal berupa kemampuan mengintegrasikan kebhinekaan bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjaga kesatuan dari bangsa, demokrasi, keadilan sosial, kecintaan
terhadap negaraya, kepahlawanan dan apresiasi terhadap para pendahu mereka, apresiasi terhadap peninggalan budaya, kebebasan dan
tanggung jawab, kesadaran sebagai warganegara, adalah contohcontoh kecakapan hidup untuk menyatukan bangsa berdasarkan
nilai-nilai Pancasila.
Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup diharapkan mampu
meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata,
baik preservatif maupun progresif. Dengan menguasai berbagai konteks
kecakapan hidup tersebut diharapkan masyarakat juga mampu menjadi
tenaga yang terampil untuk memasuki persaingan global.
7. Tinjauan Umum Sumber Daya Manusia
c. Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah titik sentral segala kegiatan dan
keberhasilan pembangunan di Indonesia, karena kualitas sumber daya
manusia yang ada akan meningkatkan pembangunan di sektor-sektor lain.
Dalam persaingan bisnis yang terjadi pada era globalisasi saat ini,
menuntut kualitas sumber daya manusia yang baik. Agar kualitas sumber
daya manusia tersebut baik dan tujuan organisasi tercapai maka perlu
adanya pengelolaan yang baik pula terhadap sumber daya manusia.
Semakin besarnya tingkat persaingan usaha di dalam dunia kerja menuntut
kualitas sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing dengan
perusahaan lain.
Sebelum membahas lebih jauh lagi, peneliti akan memberikan
penjelasan terlebih dahulu mengenai pengertian sumber daya manusia.
commit to user
Menurut William B. Werther dan Keith Davis di dalam bukunya Human
perpustakaan.uns.ac.id
40
digilib.uns.ac.id
Resources and Personal Management yang dikutip oleh Taliziduhu Ndraha
(1999: 9) mengemukakan bahwa sumber daya manusia atau human
resources injkmadalah “The people who are ready, willing and able to
contribute to organizational goals”, yang mempunyai arti sebagai berikut
“Sumber daya manusia atau human resources adalah penduduk yang siap,
mau dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan
organisasional”. Sedangkan menurut Nawawi (2003) mengemukakan
bahwa “Sumber daya manusia dalam arti mikro dalah manusia atau orang
yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil,
pegawai, karyawan, pekerja, tenega kerja dan lain-lain” (hlm. 17).
Sebagai salah satu pakar Gomes (1997) mengemukakan pendapatnya
bahwa :
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang
terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan
aktivitas. Sumber daya manusia adalah satu-satunnya sumber daya
yang memiliki akal, perasaan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan,
dorongan, daya, dan karsa. Satu-satunya sumber daya yang memiliki
rasio, rasa, dan karsa. Semua potensi sumber daya manusia sangat
berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam penapaian tujuan (hlm.
2).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia
merupakan bagian yang penting dalam organisasi, karena pencapaian dan
efisiensi dari sebuah organisasi tergantung secara langsung pada sumber
daya manusia yang dimilikinya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik
kesimpulan sumber daya manusia adalah sumber daya yang menunjuk
kepada orang-orang di dalam perusahaan yang bersedia dan mampu
memberikan sumbangan kepada perusahaan dalam upaya pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
d. Konsep Tenaga Kerja
Menurut Hamalik (2001) “Tenaga kerja (ketenagakerjaan ) adalah
sumber daya manusia yang memilki potensi, kemampuan yang tepat guna,
berdaya guna, berpribadicommit
dalamto kategori
tertentu untuk bekerja dan
user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berperan dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan
masyarakat secara keseluruhan”(hlm. 7). Tenaga kerja adalah penduduk
dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu
negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan
terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam
aktivitas tersebut ( Mulyadi, 2003:59 ).
UU No 13 tahun 2003 dalam Undang-Undang Tenaga Kerja (2006)
mengatakan bahwa “tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat” (hlm. 74). Jadi dapat diartikan bahwa tenaga
kerja haruslah memiliki sikap mandiri dan dapat melakukan pekerjaan yang
bermanfaat.
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak
bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat
ikut bekerja (Simanjuntak,1985:2). Menurut Hidayanto (2002) “Tenaga
terampil merupakan setiap sumber daya manusia yang menguasai
kecakapan hidup (hlm.279).
Fajar (2002) mengemukakan bahwa :
Depdiknas mengharuskan setiap anak didik untuk dapat menguasai
kecakapan hidup sebab pendidikan itu untuk hidup dan kehidupan
serta prosesnya tidak pernah berakhir selain itu tidak semua anak didik
nantinya akan melanjutkan ke pendidikan perguruan tinggi seusai
menamatkan jenjang pendidikan SLTA.
Sejalan dengan otonomi daerah, maka pemerintah juga berupaya
untuk membentuk suatu sistem pendidikan yang berorientasi untuk
menjawab kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal
tersebut maka diperlukan adanya kerja sama antara pemerintah, lembaga
pendidikan, masyarakat dan juga dunia usaha.
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Tinjauan Umum Kesiapan Kerja
d. Pengertian Bekerja
Berkembangnya jaman memberikan dampak terhadap bertambahnya
kebutuhan manusia yang lebih kompleks. Disini manusia dituntut untuk
bisa memenuhi kebutuhan agar mampu bertahan hidup. Untuk mendapatkan ekonomi yang mapan, atau minimal dapat memenuhi kebutuhan yang
pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak di capai dan dipenuhi
demi mencapai tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan aktivitas
yang disebut dengan bekerja. Hampir di setiap sudut kehidupan kita akan
menyaksikan begitu banyak orang yang bekerja. Mereka semua melakukan aktifitasnya. Akan tetapi dalam setiap aktifitas yang mereka
lakukan,ada sesuatu yang dikejar dan diinginkan,ada tujuan yang sungguhsungguh untuk mewujudkan sebuah arti untuk aktifitas yang dilakukannya.
Secara terminologi definisi bekerja adalah aktivitas yang menjadi
sarana bagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya menjadi lebih
berarti. Menurut Liang Gie (1982) bekerja adalah “keseluruhan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rohaniah dan jasmaniah yang dilakukan oleh
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, khususnya yang berhubungan
dengan kelangsungan hidupnya untuk bertahan hidup” (hlm. 1). Ndraha
(1999) berpendapat bahwa “kerja dapat diartikan sebagai suatu proses penciptaan atau pembentukan nilai baru pada suatu unit sumber daya, pengubahan atau penambahan nilai pada suatu unit alat pemenuh kebutuhan
yang ada” (hlm. 1).
Ndraha (1999) di dalam bukunya menjelaskan mengenai hakikat
kerja, yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
Kerja adalah hukuman.
Kerja adalah beban.
Kerja adalah kewajiban.
Kerja adalah sumber penghasilan.
Kerja adalah kesenangan.
Kerja adalah gengsi, prestise.
Kerja adalah aktualisasi diri.
Kerja adalah
panggilan
jiwa.
commit
to user
Kerja adalah pengabdian kepada sesama.
perpustakaan.uns.ac.id
43
digilib.uns.ac.id
22) Kerja adalah hidup.
23) Kerja adalah ibadah.
24) Kerja adalah suci (hlm. 83)
Kerja adalah hukuman, maksudnya adalah dahulu manusia sebenarnya hidup tanpa bekerja di Taman Firdaus, tetapi karena jatuh ke dalam
dosa maka manusia dihukum. Untuk bisa bertahan hidup manusia harus
bekerja. Salah satu bentuk hukuman adalah kerja paksa. Sedangkan
maksud dari kerja adalah beban yaitu bagi orang yang malas, bekerja
adalah beban. Hal ini didasarkan karena mereka bekerja tidak sesuai
dengan panggilan hati mereka dan tanpa kesadaran untuk bekerja.
Pengertian dari kerja adalah kewajiban maksudnya di dalam sistem
birokrasi atau sistem kontraktual, kerja adalah kewajiban, yaitu guna
memenuhi perintah atau membayar hutang. Kerja adalah sumber penghasilan maksudnya sangat jelas bahwa bekerja sebagai sumber nafkah.
Dengan bekerja manusia dapat memperoleh uang untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Kerja adalah kesenangan dapat diartikan bahwa kerja itu sebagai
hobi. Kerja adalah gengsi, prestise maksudnya adalah dimana kerja
sebagai gengsi atau prestise berkaitan dengan status sosial atau jabatan.
Semakin tinggi jabatan atau peran seseorang dalam pekerjaannya, maka
semakin tinggi pula status sosialnya. Sedangkan penjelasan dari kerja
adalah aktualisasi diri yaitu kerja disini diartikan dengan peran, cita-cita
atau ambisi.
Hakikat kerja yang lain adalah kerja itu merupakan panggilan jiwa,
kerja disini berkaitan dengan bakat. Dari sini tumbuh profesionalisme dan
pengabdian terhadap kerja. Dengan begitu maka seseorang bekerja tanpa
adanya paksaan dan timbul kesenangan akan pekerjaan tersebut.
Kerja adalah pengabdian kepada sesama, yang dimaksud disini
adalah bekerja dengan tulus dan tanpa pamrih untuk kepentingan bersama.
Sedangkan kerja adalah hidup maksudnya adalah hidup diabdikan dan
diisi untuk dan dengan bekerja.
Kerja
adalah ibadah, disini dijelaskan kerja
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
44
digilib.uns.ac.id
merupakan pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini. Kerja dilakukan
seakan-akan kepada dan bagi kemuliaan nama Tuhan dan bukan kepada
manusia. Dan yang terakhir yaitu kerja adalah suci, bekerja adalah suatu
hal yang dihormati dan tidak boleh dicemarkan dengan perbuatan dosa,
kealahan, pelanggaran dan kejahatan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bekerja
merupakan aktivitas yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan yang beraneka ragam dan tidak terbatas.
e. Pengertian Kesiapan Kerja
Era perdagangan bebas sekarang ini memberi dampak ganda, yaitu
era ini membuka kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya antar negara.
Namun di sisi lain juga membawa persaingan yang semakin ketat dan
tajam. Untuk mengatasi hal itu, maka usaha yang dapat ditempuh adalah
meningkatkan daya saing sumber daya manusia. Sumber daya manusia
yang berkualitas tinggi sangat menentukan upaya dalam memenangkan
persaingan pasar bebas dibanding sumber daya lainnya. Oleh karena itu,
tantangan di masa mendatang adalah mempersiapkan tenaga kerja dalam
jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan.
Sebelum siswa siap untuk diterjunkan di dunia usaha untuk bekerja,
perlu adanya penanaman mental siap kerja. Hal ini dilakukan supaya para
siswa kelak sudah siap untuk menyesuaikaan diri dengan keadaan dunia
barunya, yaitu dunia kerja. Sugihartono (1991) mengatakan bahwa “kesiapan
kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya keserasian antara kematangan
fisik, kematangan mental serta pengalaman belajar sehingga individu
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau tingkah
laku tertentu dalam hubungannya dengan pekerjaan” (hlm. 8). Dalam hal ini
diartikan bahwa kesiapan merupakan bentuk kesanggupan seseorang dalam
melaksanakan atau mewujudkan apa yang telah dipikirkan sebelumnya.
Jadi dapat diartikan kesiapan kerja merupakan kemampuan seseorang
mengatasi masalah yang mungkin terjadi dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kesiapan kerja adalah kondisi seseorang dalam keadaan siap untuk mecommit to user
reaksi atau menanggapi suatu hal dengan cara tertentu.
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan
penjelasan
diatas
dapat
disimpulkan
pentingnya
penanaman mental siap kerja pada para siswa sebelum mereka dapat
diterjunkan ke dunia kerja. Kesiapan yang dilakukan peserta didik sebelum
memasuki dunia kerja adalah melalui pendidikan sistem ganda yang
diimplementasikan dalam program on the job training.
f. Manfaat Kesiapan Kerja
Semua pekerjaan tentunya perlu dipersiapkan, walaupun pekerjaan
tersebut dipandang rendah. Misalnya saja pemulung yang saat ini menjadi
profesi dari sebagian masyarakat Indonesia juga memerlukan persiapan.
Secara fisik memang profesi ini dibilang cukup mudah, tetapi secara non fisik
profesi ini memerlukan persiapan yang cukup berupa mental yang tinggi
untuk melakukannya.
Kesiapan kerja diperlukan agar mampu menyiapkan diri untuk dapat
bekerja dengan baik. Kesipan kerja dihubungkan dengan kemampuan kerja,
dimana di dalamnya memuat kompetensi kerja yang menjadi standart suatu
pekerjaan.
Menurut Ruky (2003) adapun manfaat-manfaat dari adanya kesiapan
kerja antara lain :
1) Memperjelas standar kerja dan harapan yang ingin dicapai.
2) Sebagai alat seleksi karyawan.
3) Memaksimalkan produktivitas
4) Dasar untuk pengembangan sistem renumerasi.
5) Memudahkan adaptasi terhadap perubahan.
6) Menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi (hlm.
107-108).
Standar kerja merupakan dasar dalam suatu pekerjaan. Dengan
menguasai standar kerja, seorang pekerja dapat memperoleh hasil dari
pekerjaan tersebut. Kesiapan kerja yang dimiliki seorang pekerja akan
menentukan jenis pekerjaan dan kesesuaian lapangan pekerjaan yang ada dan
dengan kesiapan kerja dapat membantu memudahkan dalam organisasi
tempat kerja. Seleksi karyawan merupakan hal yang paling utama dilakukan
di suatu perusahaan. Dengan memiliki kesiapan kerja dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan untuk menyeleksi dan memilih calon pekerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46
digilib.uns.ac.id
Kesiapan kerja dapat memaksimalkan produktivitas. Calon tenaga kerja
yang sudah memiliki kesiapan kerja akan dengan mudah melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Tenaga kerja yang sudah siap bekerja akan
lebih mudah menyesuaikan diri sehingga tidak banyak membuang faktor
produksi yang terpakai dan dapat dikatakan lebih efisiensi dalam bekerja.
Kesiapan kerja akan mempermudah adaptasi terhadap perubahan.
Pekerjaan yang dihadapi nantinya tidak sama persis dengan yang dilakukan
ketika mengikuti praktek di bangku sekolah. Siswa sebagai calon tenaga kerja
harus memiliki kesiapan kerja untuk mengenal karakteristik dari suatu
pekerjaan dan jika nanti terdapat perubahan ketika bekerja lebih mudah
penyesuaiannya terhadap pekerjaan tersebut.
Kesiapan kerja juga mempermudah bagi pekerja baru untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dalam organisasi. Kemampuannya di
dalam menguasai pekerjaan dasar akan memudahkan pula dalam menyesuaikan diri dengan nilai-nilai organisasi tempat bekerja. Sehingga diharapkan perilaku kerjanya akan dapat sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dan ini penting untuk menjaga situasi kerja agar tidak terjadi konflik
dengan sesama pekerja atau pimpinan.
g. Syarat-Syarat Memasuki Dunia Kerja
Setiap lulusan lembaga pendidikan pastinya dipersiapkan untuk
memasuki dunia kerja, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Setiap lulusan yang
ingin bekerja harus memenuhi persyaratan dan kualifikasi yang dituntut
oleh perusahaan, karena dunia kerja hanya membutuhkan orang-orang
yang dapat memberikan semua kemampuan yang dimiliki demi tercapainya tujuan atau kepentingan perusahaan yang menjadi tempat ia bekerja.
Nawawi (2003) menyatakan bahwa persyaratan dan standart yang
dimaksud adalah dengan cara menetapkan bahwa sumber daya manusia
yang akan dipekerjakan di lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan
harus bisa memenuhi kualifikasi sebagai berikut: 1) Memiliki kemampuan
kompetitif (SDM kompetitif),
2) to
Memiliki
kemampuan yang berkualitas
commit
user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinggi (SDM berkualitas). Kemampuan kompetitif (SDM kompetitif),
persyaratan ini dibutuhkan oleh setiap orang dan semua perusahaan secara
universal karena merupakan syarat bagi setiap calon tenaga kerja yang
ingin terjun di dunia kerja. SDM yang kompetitif mempunyai karakteristik
sebagai berikut: a) Memiliki kemampuan menjaring, meng-analisis, serta
mampu memanfaatkan informasi, b) Memiliki kemampuan merespon
kesempatan secara cepat dan tepat, c) Memiliki kemampuan mengurangi
atau menghindari resiko. Kemampuan yang berkualitas tinggi (SDM
berkualitas) meliputi kualitas jasmaniah, kualitas sosia psikologi serta
kualitas moral dan spiritual. Kualitas jasmaniah antara lain adalah: a)
Memiliki kesehatan jasmani yang terpelihara, b) Mampu mendayagunakan
peralatan tubuh. Kualitas sosial psikologi antara lain: a) Meningkatkan
keluasan dan ke-dalaman pengetahuan, b) Mampu berpikir kritis dan logis,
c) Memiliki sikap wiraswasta (kemandirian yang tinggi). Kualitas moral
dan spiritual yaitu memiliki komitmen yang tinggi pada nilai-nilai luhur
dalam kehidupan, dari satu sisi selalu bersikap, berpikir, dan berperilaku
atas dasar norma yang tinggi sedang dari sisi lain mampu menghayati dan
mengamalkan ajaran agama.
Yusuf (2002) mengemukakan beberapa kualifikasi yang dituntut oleh
industri perusahaan antara lain adalah: “1) pengetahuan dan wawasan, 2)
kecerdasan, 3) ketrampilan, 4) bakat, 5) minat, 6) sikap, 7) nilai-nilai, 8)
sifat-sifat pribadi” (hlm. 62). Sedangkan Menurut Susilo Martoyo (2000)
pada umumnya beberapa kualifikasi yang menjadi dasar dalam proses
seleksi pengadaan tenaga kerja antara lain: “1) pengalaman, 2) umur, 3)
jenis kelamin, 4) pendidikan, 5) keadaan fisik, 6) tampang, 7) bakat, 8)
tempramen, 9) kepribadian” (hlm.51).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
persyaratan-persyaratan yang dituntut oleh industri/perusahaan antara lain:
kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, pengalaman, kepribadian, bakat dan
minat.
1) Kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48
digilib.uns.ac.id
Kemampuan merupakan syarat penting bagi orang yang akan
memasuki dunia kerja karena tanpa memiliki kemampuan pekerja tidak
akan dapat menjalankan tugas yang dibebankannya.
2) Keterampilan
Keterampilan menurut Hamalik (2003) memiliki tiga karakteristik,
yaitu “menunjukkan ikatan respon motorik, melibatkan koordinasi
gerakan tangan dan mata, menuntut kaitan-kaitan organisasi menjadi polapola respon yang kompleks” (hlm.173). Jadi, suatu ketrampilan pada
umumnya berkaitan dengan gerakan tangan dan mata, dimana ada
stimulus yang ditangkap oleh mata, kemudian direspon oleh tangan.
3) Pengetahuan
Keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan tidaklah
dapat dipisahkan dari seberapa jauh seseorang itu menguasai dan
memiliki pengetahuan serta wawasan tentang pekerjaan yang akan
dilakukan. Pengetahuan akan memberikan akan memberikan wawasan
bagi seseorang untuk memandang suatu objek tertentu atau masalah
tertentu. Tingkat pengetahuan seseorang menjadi dasar dalam menentukan keputusan.
4) Pengalaman
Pengalaman yang dimaksud disini dapat diperoleh melalui
praktek kerja pada dunia usaha/ industri untuk menerapkan teori yang
telah diperolehnya di kelas. Adanya praktek kerja ini menjadikan siswa
memiliki pengalaman praktek. Menurut Hamalik (2001) "Praktek kerja
pada hakekatnya adalah suatu program latihan yang di-selenggarakan
di lapangan atau di luar kelas, dalam rangkaian kegiatan pembelajaran,
sebagai bagian integral program latihan" (hlm.91).
5) Kepribadian
“Kepribadian adalah kumpulan karakteristik perilaku yang
dimiliki oleh individu dan bersifat permanen" (Setiadi, 2003: 136).
Setiap individu, memiliki kepribadian yang berbeda-beda, meskipun
ada yang memiliki kepribadian yang mirip atau hampir sama.
commit to user
Kepribadian biasanya djelaskan dengan ciri-ciri seperti percaya diri,
perpustakaan.uns.ac.id
49
digilib.uns.ac.id
patuh, mampu bersosialisasi, dan sebagainya. Kepribadian seseorang
akan dapat mempengaruhi pola perilakunya. Termasuk juga dalam memilih jenis pekerjaan.
6) Bakat
Menurut Ali dan Mohammad Asrori (2004) “Bakat berbeda
dengan kemampuan atau kapasitas” (hlm.78). Bakat merupakan bawaan sedangkan kemampuan atau kapasitas diperoleh dari belajar dan
latihan. Seorang siswa yang memiliki bakat tertentu, terutama bakat
dalam masalah pekerjaan dan sesuai bidang keahlian yang diambilnya
selama masa pendidikan di sekolah, maka tentunya akan lebih siap
untuk bekerja. Artinya ia akan memiliki tingkat kesiapan kerja yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki bakat
dalam bidang pekerjaan yang sama.
7) Minat
Menurut Mulyasa (2003) menjelaskan bahwa "Minat (interest)
adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan"
(hlm.39). Seseorang yang memiliki minat terhadap sesuatu tentu ia
akan berusaha meraihnya dengan berbagai cara. Bagi siswa yang
sedang belajar di SMK, jurusan yang dipilih tentulah jurusan yang diminatinya. Karena ada minat terhadap jurusan tersebut, maka siswa
tersebut akan lebih rajin belajar dan berlatih sesuai dengan jurusannya.
Minat seseorang akan menentukan seberapa jauh keikutsertaannya dalam suatu kegiatan. Semakin kuat minatnya, maka semakin kuat
pula ia dalam melakukan pekerjaan tersebut. Bagi siswa dalam kaitannya dengan kesiapannya untuk bekerja, minat menjadi faktor yang
mempengaruhinya. Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap
suatu jurusan, maka ia akan mempelajari pengetahuan dan berlatih
sesuai dengan jurusannya. Karena keseriusan dalam belajar tersebut,
maka ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan, sehingga
siswa yang demikian ini akan lebih siap untuk bekerja.
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Penelitian Yang Relevan
Program Solo Technopark didirikan untuk mengurangi pengangguran
dengan menciptakan tenaga kerja terampil siap pakai melalui pilihan-pilihan
jurusan yang dibentuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja yang ada. Di
dalam penelitian mengenai program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai ini, peneliti merujuk dari beberapa
jurnal yang sehubungan dengan permasalahan yang ada guna untuk mendukung
penelitian yang dilakukan. Beberapa jurnal tersebut antara lain :
1.
Badeni (2002:710) dengan judul “Relevansi SMK Berpendidikan Sistem
Ganda (PSG) Dengan Kebutuhan Pasar Kerja di Indonesia” terbitan No.
038 September 2002 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut Badeni
di dalam jurnal tersebut berkesimpulan bahwa penerapan PSG di SMK
akan menghasilkan lulusan yang lebih relevan dengan kebutuhan bursa
kerja daripada sistem tradisional.
2.
Soeprijanto (2010:274) dengan judul “Daya Dukung Dunia Kerja Industri
Terhadap Pelaksanaan Praktik Kerja Industri ( Prakerin )” terbitan No.3
Vol. 16 Mei 2010 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Soeprijanto
berkesimpulan bahwa sebagian besar pimpinan industri sangat mendukung
program prakerin di Perusahaan yang dipimpin. Bentuk dukungan yang
diberikan perusahaan industri untuk siswa prakerin antara lain adalah: a.
menjadikan prakerin sebagai program tetap; b. berinisiatif memberikan
informasi kesempatan prakerin kepada sekolah; c. tidak melakukan tes
seleksi terhadap calon siswa prakerin.
3.
Endang Koesmiyati (2007:36) dengan judul “Makna Program Pendidikan
Life Skill” terbitan Vol. 10 April tahun 2007 Jurnal Likhitapradnya.
Endang Koesmiyati berkesimpulan bahwa makna life skill dapat
mengembangkan sumber daya manusia tetapi juga bisa dilakukan
dipendidikan non formal. Yang dikembangkan lewat kegiatan kecakapan
hidup atau life skill diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
commit to masyarakat
user
yang disesuaikan dengan kebutuhan
yang ada di lingkungan.
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Kerangka Berfikir
Solo Technopark merupakan lembaga pendidikan dan pelatihan yang
bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja pada bidang-bidang
tertentu dan dapat menjadi tenaga terampil yang siap pakai serta dapat
mempunyai standar keahlian dan kompetensi.
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :
1. Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga
kerja terampil siap pakai.
Program Solo Technopark merupakan program yang dipersiapkan untuk
dapat mencetak output yang siap kerja. Program ini disusun dengan system
pengajaran yang tidak hanya memberikan bekal pengetahuan tetapi juga
kecakapan yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan pasar kerja.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program Solo Technopark
dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
a. Kurikulum dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan.
b. Sarana dan prasarana yang mendukung terjadinya kegiatan pendidikan dan
pelatihan dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi tenaga
terampil yang siap pakai.
c. Tenaga terampil yang berkualitas yang mampu menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan baik di lembaga pendidikan maupun di dunia
kerja (on the job training).
d. Peserta didik yang selalu dilatih dan dididik sehingga akan menjadi peserta
didik yang inovatif, kreatif, produktif yang akan berkompetisi di dunia
kerja.
3. Upaya dalam rangka mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam
pelaksanaan program Solo Technopark.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi faktor yang menjadi penghambat
pelaksanaan program Solo Techopark dilakukan untuk melakukan perbaikan
commit
user
terhadap pelaksanaan program
Solo to
Technopark
yang telah berjalan sampai
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saat ini. Dengan melakukan upaya perbaikan diharapkan nantinya pelaksanaan
program Solo Technopark dapat berjalan lebih baik sehingga mampu menghasilkan tenaga kerja terampil siap pakai yang berdaya saing dan mempunyai
kualitas serta standart keahlian yang tinggi.
Untuk lebih memperjelas kerangka pemikiran di atas secara sistematis
dapat digambarkan sebagai berikut :
Program Solo
Technopark
Output/calon tenaga kerja
Program Solo Technopark
1. Kurikulum
2. Sarana dan Prasarana
3. Pengajar
5. Peserta Didik
Faktor pendorong &
faktor penghambat
Upaya mengatasi
hambatan
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
commit to user
Dunia Kerja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian memerlukan tempat penelitian yang dijadikan untuk memperoleh
data-data dimana data-data tersebut dapat mendukung tercapainya tujuan
penelitian. Adapun yang menjadi tempat penelitian ini, peneliti mengambil lokasi
di Solo Technopark Surakarta dengan alasan :
a. Pihak Solo Technopark memberikan ijin dan bersedia memberikan data
yang dibutuhkan terkait dengan penelitian.
b. Adanya keterbukaan pihak Solo Technopark sehingga mempermudah
pengumpulan data yang diperlukan dengan masalah yang diteliti.
c. Lembaga tersebut belum pernah dipergunakan sebagai subjek penelitian
sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan lamanya proses penelitian yang diawali dari
pengajuan masalah, pembuatan proposal penelitian, penyusunan dan penulisan
laporan sampai selesai. Waktu yang direncanakan untuk kegiatan penelitian ini
adalah mulai bulan Maret 2012 sampai selesai.
Jenis Kegiatan
Desember
2011
Januari
2012
1. Persiapan Penelitian
a. Penyusunan Judul
b. Penyusunan Proposal
c. Perijinan
2. Penyusunan Bab I, II, III
3. Penyusunan pedoman
wawancara
4. Pengumpulan data
5. Analisis data
6. Pengajuan Bab IV dan V
7. Penyusunan Laporan
commit to user
53
Februari
2012
Maret
2012
April
2012
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam mengkaji suatu permasalahan secara utuh dan lengkap diperlukan
suatu pendekatan permasalahan melalui bentuk penelitian yang tepat. Bentuk
penelitian yang tepat akan mencerminkan kedalaman materi permasalahan yang
disajikan. Bentuk penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif.
Sukmadinata (2008) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok” (hlm.60). Pendapat lain disampaikan Moleong
(2002) yang menyatakan bahwa:
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alami dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah” (hlm.6).
Menurut Bogdan dan Taylor (1992) “Metodologi penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”
(Moeleong, 2002:8). Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen adalah peneliti
sendiri. Oleh karena itu yang sangat diutamakan adalah kemampuan peneliti
dalam menerjemahkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan hasil
pengumpulan data.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas yang ada
secara mendalam oleh peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain sebagai alat
pengumpul data utama dari obyek dan permasalahan penelitian. Peneliti
memanfaatkan dan mengumpulkan informasi dengan cara mendalami peristiwa
yang ada sehingga akan memperoleh gambaran dan penjelasan mengenai
“Program Solo Technopark Dalam Rangka Mempersiapkan Tenaga Kerja Terampil
commit
Siap Pakai Tahun 2011/2012 (Studi
Kasusto
di user
Surakarta)”.
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar karena penelitian dasar
merupakan jenis penelitian yang banyak dilakukan secara individual, maka
penelitian ini menggunakan metode penelitian dasar dengan tipe deskriptif.
Sutopo (2002) berpendapat bahwa “dalam penelitian deskriptif, studi kasusnya
mengarah pada pendiskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi
tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya”
(hlm. 111).
Strategi diartikan sebagai cara atau siasat berdasarkan rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau maksud tertentu. Sutopo (2002)
mengemukakan bahwa “Dalam penelitian kualitatif dikenal juga adanya studi
kasus tunggal dan kasus ganda, dan secara khusus merupakan penelitian
terpancang atau terbuka tanpa penelitian sebelumnya (holistic penuh).” (hlm.112).
Berdasarkan pendapat tersebut dinyatakan bahwa strategi penelitian dibedakan
menjadi tiga yaitu :
a. Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut hanya terarah pada suatu
karakteristik dan sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi
fokus utamanya sebelum memasuki lapangan.
b. Ganda terpancang yaitu penelitian ini mensyaratkan adanya sasaran lebih
dari satu yang meiliki perbedaan karakteristik dan sudah memilih serta
menentukan variable yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki
lapangan.
c. Holistik penuh yaitu peneliti dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan.
Strategi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tunggal
terpancang. Alasan dari pemilihan strategi ini didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Penelitian ini disebut tunggal artinya hanya difokuskan pada satu
permasalahan saja yaitu program Solo Techopark dalam rangka memper
siapkan tenaga terampil siap pakai.
commit to user
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Penelitian ini disebut terpancang artinya peneliti terjun ke lapangan sudah
memiliki bekal yang berupa asumsi-asumsi atau teori yang sudah ada. Hal
ini tercermin dalam pembuatan proposal penelitian sebelum peneliti
mengumpulkan data di lapangan.
C. Data dan Sumber Data
Sutopo (2002) mengemukakan bahwa “Sumber data kualitatif secara meyeluruh dapat dikelompokkan sebagai nara sumber (informan), peristiwa atau
aktivitas, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip serta berbagai benda lain”
(hlm.49). Sedangkan menurut Arikunto (2006) mengatakan bahwa “Sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh” (hlm.129).
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi sumber data adalah manusia
sebagai responden, sumber tertulis, sumber tempat dan peristiwa. Sesuai dengan
pendapat di atas, maka untuk memperoleh data informasi yang berkaitan dengan
masalah dan tujuan penelitian tersebut, maka peneliti dalam penelitian ini
mengggunakan berbagai macam sumber data, antara lain yaitu :
1. Informan
Merupakan orang yang dipandang mengetahui permasalahan yang
akan diteliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Menurut
Sutopo (2002), “Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber atau
informan sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki
informasi” (hlm.50). Informan dalam penelitian ini antara lain adalah :
a. Pengelola Solo Technopark, baik pengajar ataupun karyawan kantor
sebagai informan utama yang terlibat langsung yang mengetahui
pelaksanaan program Solo Technopark.
b. Peserta program Solo Technopark sebagai pihak yang terlibat langsung
karena mengikuti program Solo Technopark.
c. Industri mitra kerja Solo Technopark sebagai informan tambahan atau
pihak yang tidak terlibat langsung tetapi mempunyai hubungan karena
meerupakan pihak yang menggunakan produk/lulusan dari program
Solo Technopark.
commit to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Lokasi
Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian
merupakan salah satu sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti.
“Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan
bisa digali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun
lingkungannya”(Sutopo, 2002:52). Lokasi yang digunakan pada penelitian
ini adalah Solo Technopark yang beralamat di Jalan Ki Hajar Dewantara,
Pedaringan, Jebres, Surakarta.
3. Dokumen dan Arsip
Sutopo (2002), mengatakan “Dokumen dan arsip merupakan bahan
tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”
(hlm.54). Dalam penelitian ini dokumen dan arsip yang digunakan adalah
segala bentuk arsip laporan, catatan serta dokumen yang berhubungan
dengan pelaksanaan program Solo Technopark, misalnya: dokumen resmi
atau arsip-arsip serta buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk menyeleksi atau
memfokuskan pada permasalahan agar penelitian sampel lebih mengarah pada
tujuan penelitian. Arikunto (2006) mengemukakan bahwa Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian kualitatif ada empat yaitu :
1. Accindential Sampling, yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan
tertentu yang tidak dirancang pertemuaya terlebih dahulu.
2. Purposive Sampling, yaitu menetukan sampel dengan pertimbangan
tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal.
3. Cluster Quota Sampling yaitu memilih sejumlah responden dari wilayah
tertentu sampai batas yang diinginkan terpenuhi.
4. Snow ball Sampling yaitu peneliti memilih responden secara berantai
(hlm16-17).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling (sampel bertujuan) dan snow ball sampling. Sampel tidak
ditekankan pada jumlah sampel tetapi lebih ditekankan pada kualitas pemahamannya pada permasalahan yang diteliti. Cara pengambilan sampel didasarkan pada
commit
to usersesuai dengan tujuan penelitian.
karakteristik tertentu yang dimiliki
sampel
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peneliti tidak menentukan jumlah sampel, tetapi peneliti menentukan sejumlah
informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang masalah yang
diteliti. Peneliti berusaha untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin yang
dapat diperoleh dari berbagai sumber.
Menurut Sutopo (2002) “Dengan teknik purposive sampling ada kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui
informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi
sumber data yang mantap” (hlm. 56). Peneliti juga menggunakan teknik snow ball
sampling karena responden juga diperoleh secara berantai. Sutopo (2002)
menyatakan “Teknik snowball sampling adalah peneliti dapat mengumpulkan data
tanpa rencana, semakin lama semakin menemukan informan yang paling
mengetahui informasi pada akhirnya akan menggali informasi secara lengkap dan
mendalam” (hlm. 65). Dengan demikian peneliti dapat terhindar dari pemborosan
biaya, waktu, dan tenaga. Teknik snow ball sampling disebut juga dengan teknik
bola salju, dimana informasi yang diperoleh dari beberapa informan dapat
menambah dan melengkapi data-data yang diperlukan oleh peneliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Seperti yang dikemukakan oleh Nazir (2003), pengumpulan data adalah
“Prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian
yang ingin dipecahkan” (hlm.211).
Data yang ada sangat diperlukan dalam penelitian guna membuktikan
kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan. Oleh karena itu dalam suatu
penelitian diperlukan data yang objektif. Salah satu ciri penting penelitian
kualitatif adalah penggunaan orang (peneliti) sebagai instrumen utama dalam
pengumpulan data. Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara, observasi atau pengamatan dan dokumentasi.
1. Wawancara
Interview atau wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
commit
userdiwawancarai (interviewee) yang
yang mengajukan pertanyaan
dan toyang
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002:135). Sedangkan
menurut Nasir (2003) wawancara adalah “suatu proses untuk memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara)” (hlm. 193). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah proses tanya jawab antara dua orang
atau lebih untuk memperoleh keterangan yang diperlukan.
2. Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat
dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu,
menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek. Pengamatan memungkinkan bagi peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh
subjek sehingga memungkinkan sebagai sumber data. Pengamatan dapat
memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik
dari pihak peneliti maupun dari pihak subjek.
3. Analisis dokumen
Dokumen yang digunakan dalam penelitian berfungsi sebagai sumber
data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramal. Untuk
mendukung kebenaran analisis data yang dieroleh dari wawancara, maka
diperlukan dukungan dari sumber data sekunder yaitu: dokumentasi yang
relevan. Dalam teknik pengumpulan data bersumber pada catatan-catatan
tertulis maupun gambar yang berkaitan dengan pelaksanaan program Solo
Technopark. Dalam menghadapi beragam arsip dan dokumen tertulis yang
diperoleh sebagai sumber data, peneliti harus bisa bersikap kritis dan teliti.
F. Validitas Data
Untuk meningkatkan keabsahan data yang dikumpulkan penelitian kualitatif
menggunakan trianggulasi data. Menurut Moleong (2002) trianggulasi berarti
“teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
commit
to user
data itu untuk keperluan penegecekan
atau
pembanding terhadap data itu.” (hlm.
perpustakaan.uns.ac.id
60
digilib.uns.ac.id
178). Data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali
dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh
dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan
data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda.
Seperti yang dikemukakan oleh Patton (1984) menyebutkan “ada empat
macam trianggulasi yaitu (1) trianggulasi data atau trianggulasi sumber, (2)
trianggulasi metode, (3) trianggulasi peneliti, (4) trianggulasi teori” (Sutopo:2002,
78). Penjelasan dari macam-macam trianggulasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Trianggulasi data atau trianggulasi sumber, adalah penelitian dengan
menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan
data sejenis. Cara ini mengarahkan peneliti agar didalam mengumpulkan
data ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya,
data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali
dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh
dari sumber yang satu bisa teruji kebenarannya bilamana dibandingkan
dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik
kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenis.
2. Trianggulasi metode, adalah cara trianggulasi dengan mengumpulkan data
sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data
yang berbeda. Disini yang ditekankan adalah penggunaan pengumpulan
data yang berbeda, bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada
sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya.
3. Trianggulasi peneliti, adalah hasil penelitian baik data atau simpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari
beberapa peneliti. Dari pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh beberapa
peneliti terhadap semua informasi yang berhasil digali dan dikumpulkan
berupa catatan diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada
akhirnya bisa lebih memantapkan hasil penelitian.
4. Trianggulasi teori, adalah penelitian dimana peneliti menggunakan
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
to user akan diperoleh pandangan yang
Dari beberapa perspektif commit
teori tersebut
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga bisa dianalisis dan ditarik
simpulan yang lebih utuh menyeluruh.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber atau yang
biasa disebut dengan trianggulasi data yaitu membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda
dengan tujuan untuk memperoleh kepercayaan terhadap suatu data dengan
membandingkan data yang diperoleh dari sumber yang berbeda dimana data yang
satu akan dikontrol oleh data yang lain dari sumber yang berbeda dan juga
mengontrol data yang sama dari sumber yang sama pada situasi yang berbeda.
G. Analisis Data
Menurut Moleong (2002) “Analisis data adalah proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh
data” (hlm. 103). Analisis data tersebut dapat diperoleh dengan cara mengorganisasikan dan mengurutkan data tersebut kedalam kelompok tertentu. Pada
penelitian ini menggunakan analisis data model interaksi. Menurut Miles dan
Huberman (1974) menjelaskan bahwa “Ada dua model dalam melaksanakan
analisis penelitian kualitatif yaitu (1) model analisis jalinan atau mengalir (flow
model of analysis), dan (2) model analisis interaktif (interactive model of
analysis)” (Sutopo:2002, 94).
1. Analisis jalinan adalah model analisis yang berkaitan dengan hubungan yang
mengalir dari tiga komponen pokok yaitu reduksi data, penarikan simpulan
dan verifikasinya, serta proses pengumpulan data di lapangan. Proses dengan
tiga komponen analisisnya tersebut aktivitasnya terjadi saling menjalin dalam
bentuk arus alur kegiatan menyusun setiap komponen analisisnya, dan
dilakukan secara terus menerus dalam proses pelaksanaan pengumpulan data.
2. Analisis interaktif adalah dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara
tiga komponen analisisnya (reduksi data, penarikan simpulan dan verifikasi)
dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data
berlangsung. Kemudian sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak
commit to user
62
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di antara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang tersisa
bagi penelitiannya.
Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (interactive model of
analysis. Berikut gambar pemahaman analisis dengan metode interaktif :
Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan/Verifikas
i
Gambar 3.2 Skema Analisis Model Interaktif
(Sumber : HB. Sutopo, 2002:96)
Penjelasan mengenai teknik analisis data diatas adalah:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data akan dilakukan selama data yang diperlukan
belum cukup, dan jika telah cukup dalam pengambilan kesimpulan maka
pengumpulan data dapat dihentikan. Langkah dalam pengumpulan data
adalah: wawancara, observasi, dan analisis dokumen.
2. Reduksi data
Merupakan bagian analisis yang berlangsung terus menerus selama
kegiatan penelitian bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, artinya
sebelum data terkumpul secara keseluruhan, proses analisis sudah
dilakukan. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
3. Penyajian Data
Proses selanjutnya yang dilakukan adalah penyajian data, yaitu
mengorganisis informasi commit
secara sistematis
to user untuk mempermudah peneliti
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam menabungkan dan merangkai keterkaitan antar data dalam menyusun penambaran proses serta memahami fenomena yang ada pada
objek penelitian
4. Penarikan kesimpulan / verifikasi
Data yang diperoleh di lapangan, sejak awal peneliti sudah menarik
kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih belum jelas dan masih
bersifat sementara, tetapi kemudian meningkat sampai pada kesimpulan
yang mantap yaitu pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari
proses analisis data yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil
wawancara dan observasi dapat segera ditarik kesimpulan yang bersifat
sementara. Agar kesimpulan lebih mantap maka peneliti memperpanjang
waktu observasi tersebut sampai ditemukan data baru yang dapat mengubah kesimpulan sementara sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang
baik.
Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan
untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, mungkin
sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu
menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan dalam penelitian dariawal
samapi akhir. Menurut Moleong (2002) “Tahap-tahap penelitian yang akan
dilaksanakan adalah tahap pra lapangan, pekerjaan lapangan, tahap analisis data
dan tahap penyusunan laporan” (hlm. 85). Penelitian ini dilaksanakan melalui
tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yakni dari
pengajuan judul, penyusunan proposal dan mengurus perijianan untuk
memperlancar jalannya kegiatan.
commit to user
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap selanjutnya setelah persiapan peneliti adalah peneliti langsung
terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data
ini peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumen.
Ketiga teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang lain sehingga
data yang dikumpulkan benarbenar valid.
3. Tahap Analisis Data Awal
Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
telah dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan sehingga akan
dapat diketahui data-data yang diperlukan dan yang tidak diperlukan. Hal
ini dilakukan agar data yang diambil benar-benar sesuai dengan hasil yang
telah dirumuskan.
4. Tahap Analisis Data Akhir
Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang
diperoleh dalam mengumpulkan data dan merupakan data yang mendukung tujuan penelitian. Pada tahap akhir ini data dianalis sudah melampaui analisis awal. Dengan demikian diharapkan data yang dihasilkan
benar-benar valid.
5. Tahap Penarikan Kesimpulan
Tahap selanjutnya yang dilakukan setelah analisis data akhir adalah
menarik kesimpulan yang harus didasarkan pada tujuan penelitian dengan
didukung data yang valid sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang
dapat di-pertanggungjawabkan.
6. Tahap Penulisan dan Penggandaan Laporan
Tahap selanjutnya setelah penarikan kesimpulan adalah penulisan
laporan hasil penelitian yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Dari
hasil penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan. Setelah itu dilanjutkan dengan penggandaan laporan
sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
commit to user
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Persiapan
Pengumpulan
data
Pembuatan proposal
penelitian
Analisis data awal
Analisis data akhir
Penarikan
kesimpulan
Penulisan dan
penggandaan
laporan
Gambar 3.3 Prosedur penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
I. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian
1. Riwayat Singkat Solo Technopark
Pada tahun 2002 Pemerintah Kota Surakarta bekerjasama dengan
Akademik Teknik Mesin Industri (ATMI) dan atas dukungan Indonesia
German Institute (IGI) membentuk Surakarta Competency and Technology
Center (SCTC), sebuah lembaga diklat dibidang mekanik untuk mendidik para
pemuda dan guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan dalam meningkatkan
kompetensi dibidang mekanik. Dalam tempo yang relatif singkat SCTC
berhasil menempatkan diri sebagai pusat pelatihan mekanik bermutu tinggi.
Surakarta Competency and Technology Center (SCTC) berhasil memberikan
kontribusi dalam melatih pemuda penganggur, mengupayakan tempat kerja,
serta mewujudkan terbentuknya jaringan kerjasama antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan industri yang saling melengkapi. Melihat keberhasilan
tersebut, pada tahun 2006 Pemerintah Kota Surakarta menggagas untuk
mengembangkan konsep SCTC menjadi lebih luas cakupannya, dan menambah bidang-bidang ketrampilan yang sangat diperlukan untuk pemenuhan
pengembangan teknologi masa depan yang dinamakan Solo Technopark.
Gambar 3. Skema sejarah pembentukan Solo Technopark
(Sumber: Solo Technopark)
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
67
digilib.uns.ac.id
Tahun 2006 Pemerintah Kota Surakarta menggagas ide technopark yang
ditindaklanjuti oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
sebagai institusi perencana bersama stakeholder kota lainnya khususnya
ATMI, mulai mengembangkan konsep technopark sebagai pengembangan dari
keberhasilan SCTC, yang kemudian disebut Solo Technopark. Program Solo
Technopark dikembangkan melalui sinergi antara dunia pendidikan, bisnis/
industri dan pemerintah kota Surakarta.
Solo Technopark dibentuk berdasar Peraturan Walikota Surakarta
Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Solo Technopark Surakarta tanggal 19 Agustus 2009. Pola
Tata Kelola yang digunakan oleh Solo Technopark adalah Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) berdasarkan Surat
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 900/65/1/2009. Sedangkan lokasi Solo
Technopark yang terletak di Jalan Ki Hajar Dewantara, Pedaringan, Jebres,
Surakarta, Jawa Tengah dengan luas 7,15 hektar dibangun berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2007.
Solo Technopark (STP) adalah pusat vokasi dan inovasi teknologi, pusat
riset teknologi terapan di kota Surakarta, yang dibangun dengan sinergi antara
dunia pendidikan, bisnis dan pemerintahan (the triple helix model innovation).
Saat ini Solo Technopark memberikan pelayanan pendidikan bidang industri,
inkubator bisnis dan teknologi, jasa produksi serta penelitian dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas daya manusia, meningkatkan daya saing dan kinerja dunia usaha dan dunia industri, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, serta memperluas lapangan kerja melalui
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sifat bisnis yang diterapkan adalah
sosial ekonomi dan lebih menekankan pada pelayanan sosial masyarakat dan
sekaligus sebagai salah satu pusat rujukan layanan teknologi.
2. Visi dan Misi Solo Technopark
Visi dari Solo Technopark adalah Solo Technopark (STP) menjadi pusat
pengembangan sumber daya manusia berstandar Internasional dan mampu
commit
to userkegiatan-kegiatan inovatif. Sejalan
menjadi motor penggerak ekonomi
melalui
perpustakaan.uns.ac.id
68
digilib.uns.ac.id
dengan visi yang dikembangkan, Solo Technopark mempunyai beberapa misi
utama, antara lain:
a. Melaksanakan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan penguasaan iptek.
b. Membangun budaya inovatif, semangat kewirausahaan dan sadar mutu
untuk meningkatkan daya saing.
c. Mengembangkan potensi ekonomi dan meningkatkan daya tarik investasi.
3. Tujuan Program Solo Technopark
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui program Solo Technopark
antara lain:
a. Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
sumber daya manusia di bidang industri.
b. Memberikan pelayanan penelitian, inovasi dan teknologi bagi UMKM.
c. Memberikan pelayanan bagi tumbuh dan berkembangnya industri/klaster
industri baru.
4. Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan
Dalam pola penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang diterapkan,
Solo Technopark menyediakan dua fasilitas. Fasilitas tersebut terbagi ke
dalam kategori berikut :
a. Pusat Pendidikan dan Aplikasi Praktik (CEPA)
Pusat Pendidikan dan Aplikasi Praktik (CEPA) adalah program yang
menawarkan program khusus. Program khusus ini tidak hanya diperuntukkan bagi para calon peserta didik lulusan SMA/SMK sederajat, tetapi juga
diperuntukkan bagi guru sekolah kejuruan dan karyawan industri. Program
ini diadakan dalam rangka meningkatkan peluang mereka untuk dapat
terjun di pasar tenaga kerja serta juga untuk melengkapi kemampuan yang
telah dimiliki. Saat ini sesi pelatihan ditawarkan dalam bidang berikut :
1) Mekanik Manufaktur
Program selama sembilan bulan terdiri dari tiga tahap, antara lain:
a) Tahap 1 (Keterampilan
Dasar
Mekanik
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
69
digilib.uns.ac.id
b) Tahap 2 (Kecakapan Terapan.
c) Tahap 3 (Magang Kerja)
Setelah berhasil menyelesaikan semua tahap program pelatihan,
para peserta menerima sertifikat (Sertifikat Keahlian) dan dukungan
dalam mencari pekerjaan.
2) Pengelasan
Dalam bidang teknologi pengelasan Solo Technopark telah membentuk pusat pengelasan yang menawarkan pelatihan dasar dan lanjutan serta jasa teknis seputar masalah pengelasan. Solo Technopark juga
menawarkan program khusus dimana program ini menjadi unggulan
Solo Technopark, pasalnya program ini hanya ada di Solo Technopark
yaitu program pengelasan dalam air. Solo Technopark menyediakan
tangki dengan ukuran 8 x 8 m dengan kedalaman 10 m. Disini para
peserta dapat memperoleh pengalaman langsung dalam mempraktekkan pengelasan di dalam air.
3) Mekanik Garmen
Pada bidang mekanik garmen peserta didik akan diajarkan
mengenai teknik mesin, terutama dalam perbaikan dan pemeliharaan
selain juga diajarkan aplikasi praktis penggunaan mesin jahit.
2. Teaching Factory
Konsep teaching factory merupakan ektensi dari kurikulum sekolah
kejuruan pilihan di kota Solo. Pada program ini Solo Technopark menyediakan fasilitas lengkap dengan para pelatih yang profesional guna
mendukung pelaksanaan program magang (on the job training) di sekolah
kejuruan. Program ini bertujuan untuk menghindari adanya kesenjangan
praktis dunia industry dengan pelatihan teoretis di sekolah kejuruan.
Saat ini, program pelatihan yang berorientasi aplikasi ditawarkan
dalam bidang-bidang berikut:
1) Otomotif
Teaching factory memberikan siswa fasilitas perakitan kendaraan
commit tosesuai
user dengan kondisi industri yang
bermotor yang dikondisiskan
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebenarnya. Pada bidang otomotif pihak Solo Technopark bekerjasama
dengan sekolah-sekolah kejuruan berhasil menciptakan mobil yang
sekarang sedang panas dibicarakan, yaitu mobil esemka. Unit otomotif
juga menawarkan jasa suku cadang dan juga perbaikan.
2) Teknik Mesin
Di bidang Teknik Mesin siswa diajarkan bagaimana cara pembuatan komponen, perakitan parsial, dan final dari mesin serta melakukan pemeliharaan dan perbaikan mesin. Untuk menunjang proses
pelatihan, pihak Solo Technopark menyediakan beberapa mesin-mesin
produksi, antara lain mesin milling, turning dan drilling.
J. Deskripsi Temuan Penelitian
1. Prosedur Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam Rangka
Mempersiapkan Tenaga Kerja Terampil Siap Pakai
Prosedur pelaksanaan program Solo Technopark terdiri dari beberapa
tahapan. Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan program Solo Technopark
dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai, antara lain :
a. Pendaftaran
Pendaftaran program Solo Technopark dilaksanakan di dua tempat,
yaitu di Solo Technopark dan di Dinas Tenaga Kerja. Hal yang membedakan kedua tempat ini adalah bagi calon pendaftar yang mendaftar dengan
program mandiri, program dari LPEI, bank-bank swasta dan industri maka
calon peserta harus mendaftar dengan cara mendatangi langsung ke kantor
Solo Technopark. Sedangkan bagi para calon peserta yang mendaftar
dengan program gratis bagi warga Solo dari Pemkot Surakarta maka calon
pendaftar datang ke kantor Dinas Tenaga Kerja Surakarta. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh informan 9 dan 11 selaku peserta yang
mengikuti program gratis bagi warga Solo. Informan 11 menyatakan
bahwa dia mendaftar melalui disnaker karena mengikuti program gratis
bagi warga Solo, hal ini sesuai dengan pernyataannya yang mengatakan
bahwa “pendaftaran di Dinas Tenaga Kerja sama ngumpulin berkas-berkas
commit
to user
syarat-syarat tadi beserta kartu
kuning”
(catatan lapangan 11 hlm. 130).
perpustakaan.uns.ac.id
71
digilib.uns.ac.id
3. Seleksi
Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta yang berkualitas
dan sesuai persyaratan ynag diinginkan. Untuk dapat mengikuti program
Solo Technopark, calon peserta wajib mengikuti tahap seleksi. Seleksi
dilakukan melalui tes tertulis dan tes wawancara. Hal ini sesuai dengan
apa yang diungkapkan oleh informan 8 yang mengatakan “Setelah itu ada
seleksi, seleksinya ada dua yaitu tes tertulis dan tes wawancara…” (catatan
lapangan 8 hlm. 119). Tes tertulis berisi teori-teori dasar, sedangkan tes
wawancara bertujuan untuk mengetahui latar belakang calon peserta
program Solo Technopark. Ini sesuai dengan pernyataan informan 1 yang
mengatakan “ Seleksi tertulis itu isinya teori-teori dasar lah ada gambar,
matematika dasar udah itu aja. Setelah itu lolos langsung tes wawancara.
Wawancara gunanya untuk mngetahui background dari calon peserta”
(catatan lapangan 1 hlm. 93). Berdasarkan hasil tes seleksi yang dilakukan
oleh pihak Solo Technopark, maka pihak Solo Technopark kemudian akan
bermusyawarah untuk menentukan para pendaftar yang dapat lolos untuk
mengikuti program Solo Technopark.
4. Diklat
Pelaksanaan diklat dilakukan selama 9 bulan yang terbagi menjadi 3
tahapan, yang terdiri dari tahap basic mechanic, applied, dan penempatan
magang dimana masing-masing dilaksanakan selama 3 bulan. Hal ini
sesuai yang diungkapkan oleh informan 10 yang mengatakan “Kemudian
kita melaksanakan program diklat lamanya 9 bulan dimana ada 3 tahap,
yaitu tahap basic mechanic untuk mengenal dasar-dasarnya, lalu proses
pemilihan jurusan yang akan diambil, lama proses penjurusan adalah 3
bulan. Lalu yang terakhir proses magang kerja” (catatan lapangan 10 hlm.
126). Senada dengan informan 10, informan 8 juga mengatakan “…setelah
diterima kita melaksanakan program diklat yang lamanya 9 bulan dan
terbagi melalui 3 tahap” (catatan lapangan 8 hlm. 119).
Masing-masing tahapan mempunyai tujuan tersendiri. Tahap basic
commit
user ini dilakukan untuk pengenalan
mechanic berisi dasar-dasar
teori.toTahap
perpustakaan.uns.ac.id
72
digilib.uns.ac.id
dasar-dasar mekanik kepada para peserta yang sudah lolos seleksi.
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh
informan 10 yang menyatakan “tahap basic mechanic untuk mengenal
dasar-dasarnya…” (catatan lapangan 10 hlm. 126).
Tahap selanjutnya yang harus dilalui oleh para peserta adalah tahap
applied atau penjurusan. Dalam tahapan ini terdapat 3 jurusan yang dapat
dipilih oleh setiap peserta sesuai dengan keahlian yang diminati oleh
masing-masing peserta. Adapun jurusan yang disediakan adalah mekanik
manufaktur, mekanik garmen dan mekanik pengelasan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari informan 2 yang mengatakan “Disini ada 3 jurusan
yaitu permesinan manufaktur, garmen dan pengelasan” (catatan lapangan
2 hlm. 99).
Selanjutnya tahap terakhir adalah tahap magang industri, tahap ini
bertujuan untuk mengasah ketrampilan yang dimiliki peserta selama
menjalani program Solo Technopark. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang mengatakan bahwa “Tahap yang terakhir ini bertujuan untuk mempraktekkan dan memperdalam ilmu yang
sudah peserta peroleh melalaui tahap-tahap sebelumnya” (catatan lapangan
2 hlm. 99).
Dalam proses pendidikan dan pelatihan salah satu hal yang menjadi
komponen utamanya adalah kurikulum dan tenaga pengajar/pendidik. Solo
Technopark menggunakan kurikulum yang dikembangkan oleh ATMI
dengan sistem Strategy Implementation Curriculum Competency Based
Education and Training (CBET) atau KBK dengan strategi Production
Based Education dan Training (PBET), yaitu pendidikan teknik yang berorientasi pada produksi riil standar industri. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh informan 2 yang menjelaskan bahwa:
Kurikulumnya yang dipakai itu dari dulu sampai sekarang masih sama
ya, kurikulum education based production riil. Maksudnya kurikulum
yang dipakai itu adalah kurikulum yang berdasar kompetensi yang
orientasinya adalah produksi. Artinya bahwa kita dalam mengajar kan
banyak prakteknya, nah
di dalam
commit
to userpraktek itu kita juga menyuruh
peserta untuk produksi sesuai dengan kompetensinya, dan hasil
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produksi mereka nantinya itu yang menjadi nilai untuk mereka (catatan
lapangan 2 hlm. 138).
Untuk tenaga pengajar, pihak Solo Technopark mempunyai tenaga
pengajar yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan data observasi yang
dilakukan oleh peneliti mengenai daftar pengajar Solo Technopark.
Tabel 4.1 : Daftar Tenaga Pengajar Solo Technopark
No.
Nama
1.
Anton Susilo
2.
Budiarto
3.
Mulyanto
4.
5.
6.
Oktavianto
Nugroho
Stefanus Yoas
Siswatama
Bernadus
Pamungkas Aji
Wijaya
Ket.
Bagian
Instruktur
mekanik dan
garmen
Pendidikan
Terakhir
lulusan S1 Sanata
Dharma
Mekanik
lulusan STP
Mekanik
lulusan STP
Mekanik
lulusan STP
Mekanik
lulusan STP
Mekanik
lulusan STP
Mekanik
lulusan STP
Garmen
lulusan STP
asisten
instruktur
asisten
instruktur
asisten
instruktur
asisten
instruktur
asisten
instruktur
asisten
instruktur
asisten
instruktur
7.
Tulis Setyowati
8.
Agus Jatmiko
9.
Stefanus Arif
Wibowo
Instruktur
10.
Erwin Sudrajat
asisten
instruktur
11.
Agus Munaji
asisten
instruktur
pengelasan &
under water
wet
pengelasan &
under water
wet
pengelasan &
under water
wet
lulusan inlastek
lulusan STP
lulusan STP
(Sumber : Solo Technopark)
Setelah menyelesaikan tahap penjurusan (applied), tahap selanjutnya
adalah tahap magang industri. Dalam tahap magang industri setiap peserta
ditempatkan di perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark.
Penempatan magang industri (on the job training) para peserta dilakukan
oleh pihak Solo Technopark, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi para
user magang mereka dengan suatu
peserta untuk menentukancommit
sendiritotempat
74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alasan yang dapat diterima. Hal tersebut diungkapkan oleh informan 1
ketika diajukan pertanyaan oleh peneliti tentang bagaimana penempatan
magang industri (apakah ditempatkan pihak Solo Technopark atau memilih sendiri), jawabnya adalah “Ada yang milih sendiri ada yang ditentukan” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Hal senada juga dikatakan oleh
informan 8 selaku peserta program Solo Technopark ketika ditanya penempatan magang industri (on the job training) yang mengatakan “Kalau
saya pilih sendiri. Tapi juga ada yang ditentukan dari technopark” (catatan
lapangan 8 hlm. 120 ).
Tabel 4.2: Data Penempatan Magang
Pelatihan Pemuda STP- SCTC 27 (Juli 2011– Maret 2012)
Nama
Perusahaan
NO
NIS
Nama Trainee
Jurusan
1.
27/004/1010
Aditya Satria
Raharja
Manufacture
magang
ATMI
2.
27/007/1013
Angger
Priyambodo
Manufacture
PT. Langen
Harjo
3.
27/006/1012
Alim
Lukmado
Manufacture
magang
ATMI
4.
27/010/1016
Awaludin M
Manufacture
magang
ATMI
5.
27/014/1020
Christanta
Gama T
Manufacture
Magang
ATMI
6.
27/016/1022
Danang Yusuf
Manufacture
PT. Langen
Harjo
7.
27/018/1024
Dimas
Dewangga N
Manufacture
PT. Langen
Harjo
8.
27/025/1031
Fransiscus
Adie N
Manufacture
magang
ATMI
9.
27/029/1035
Hendra Jaka P
Manufacture
10.
27/036/1042
Juangsa
Bagus
Manufacture
commit to user
Cahyono
magang
SMK
Mikael
magang
SMK
Mikael
Tgl.
Kerja
12
Januari
2012
20
Februari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
20
Februari
2012
20
Februari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11.
27/039/1045
M. Ervan
Setiyawan
Manufacture
Magang
ATMI
12.
27/042/1048
M. Nur
Rochim
Manufacture
PT. Langen
Harjo
13.
27/048/1054
Rahmad
Nawawi
Manufacture
Magang
ATMI
14.
27/065/1071
Rahmat
Manufacture
Magang
ATMI
15.
27/050/1056
Renian Bagus
Manufacture
Magang
ATMI
16.
27/051/1057
Reza Ediya
Manufacture
Magang
ATMI
17.
27/053/1059
Rizki Irawan
Manufacture
magang
ATMI
18.
27/056/1062
Sigit Prasetyo
Manufacture
PT. Langen
Harjo
19.
27/057/1063
Singgih
Wahono
Manufacture
Magang
ATMI
20.
27/060/1066
Tobing Nur
Hidayat
Manufacture
Magang
SMK
Mikael
21.
27/061/1067
Tulus
Prasetyo W
Manufacture
Magang
ATMI
22.
27/062/1068
Wahyu
Adinugroho
Manufacture
Magang
ATMI
23.
27/024/1030
Fendi Era
Indrawan
Manufacture
24.
27/028/1034
Gineng
Pratidina
Welding
25.
27/038/144
Milat
Nahrowi
Welding
26.
27/012/1018
Bagas Denta
Kusumo Nur
Welding
commit to user
PT. Laksana
Tehnik
Makmur
Magang di
PT. Indo
Acidatama,
Magang di
PT. Indo
Acidatama,
Magang di
PT. Indo
Acidatama,
Jl. Solo –
Sragen
12
Januari
2012
20
Februari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
20
Februari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
12
Januari
2012
20
Februari
2012
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
27.
27/033/1039
Irwan Susanto
Garmen
Magang Sari
Warna
28.
27/011/1017
Azis
Miftachur
Rohman
Garmen
Magang Sari
Warna
29.
27/005/1011
Agus
Febrianto
Garmen
Magang Sari
Warna
30.
27/030/1036
Heri Prasetyo
Garmen
Magang Sari
Warna
31.
27/040/1046
Muchamad
Triyadi
Garmen
32.
27/002/1008
Adimas Setyo
Prakoso
Garmen
33.
27/035/1041
Joko Triyanto
Garmen
Magang Sari
Warna
34.
27/043/1049
Muhammad
Yusuf
Garmen
Magang PT.
Kawistara
35.
27/055/1061
Setyawan Puji
Santoso
Garmen
Magang Sari
Warna
36.
27/032/1038
Ikhsannudin
Garmen
Magang Sari
Warna
37.
27/064/1070
Retno
Wiastuti
Garmen
Magang Sari
Warna
38.
27/049/1055
Rahmandika
Alfiandaru
Garmen
Magang PT.
Dewi
Samudra
39.
27/044/1050
Nofrizal
Rizky N
Garmen
Magang Sari
Warna
40.
27/031/1037
Hutomo
Garmen
Magang Sari
Warna
41.
27/037/1043
Listyaningru
m
Garmen
Magang Sari
Warna
Magang PT.
Dewi
Samudra
Magang PT.
Kawistara
13
Februari
2012
13
Februari
2012
13
Februari
2012
13
Februari
2012
9 Januari
2012
2 Januari
2012
13
Februari
2012
13
Februari
2012
13
Februari
2012
13
Februari
2012
13
Februari
2012
9 Januari
2012
13
Februari
2012
13
Februari
2012
13
Februari
2012
(Sumber : Solo Technopark)
Setelah peserta menyelesaikan tahap diklat dan dinyatakan lulus,
peserta mendapatkan sertifikat dan transkip nilai. Peserta tidak mencommitpendidikan
to user
dapatkan gelar seperti jenjang
di perguruan tinggi. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id
77
digilib.uns.ac.id
diungkapkan oleh informan 1 yang mengatakan “Iya dapet sertifikat saja
dan transkip nilai dan tidak dapat gelar apa-apa” (catatan lapangan 1 hlm.
93). Dalam mencetak output yang dipersiapkan untuk bekerja, program
Solo Technopark memiliki standart yang harus dipenuhi agar peserta dapat
dinyatakan lulus. Hal ini seperti gambar yang dibuat oleh informan 2 yang
teruji melalui SOP yang ada untuk system standart kelulusan bagi para
peserta..
5. Penempatan Kerja
Salah satu yang menjadi kelebihan dari pelaksanaan program Solo
Technopark adalah karena adanya kepastian bagi para peserta untuk
bekerja pada perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang mengatakan
“…Tapi STP kan punya kelebihan sendiri bahwa kita juga bisa
menyalurkan tidak hanya meluluskan. Kita tidak hanya menyalurkan
sembarangan tapi kita dengan pendidikan yang dikenalkan tadi ada basic,
applied, ada magang tadi itu” (catatan lapangan 1 hlm. 94). Hal senada
juga dikemukakan oleh informan 2 yang mengatakan “…Pendorongnya
saya fikir ya karena kita punya program bagus yang mampu menghasilkan
lulusan yang punya skill, yang terdidik dan siap untuk bekerja, dan kita
pun juga menyalurkan mereka” (catatan lapangan 2 hlm. 100).
Untuk proses penempatan kerja pihak Solo Technopark sudah memulainya ketika masih dalam tahapan magang. Hal tersebut sesuai dengan
yang dikatakan oleh oleh inform 1 yang mengatakan bahwa “Untuk penempatan kerja rata-rata mereka semua waktu magang langsung diambil”
(catatan lapangan 1 hlm. 93). Jadi pada saat proses magang industri, jika
ada perusahaan yang memebutuhkan tenaga kerja maka pihak Solo
Technopark menerima dengan baik. Jadi ketika misalkan ada peserta yang
sedang menjalani tahap magang industri dan ternyata lulus kualifikasi
untuk dapat bekerja maka peserta tersebut diperbolehkan untuk langsung
bekerja dan tidak melanjutkan tahap magang industri yang sedang dijalani.
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 2 yang
mengatakan bahwa :
Mereka kan ada tahapan magang ya, kadang pas mereka magang itu
banyak perusahaan yang menghubungi kita bahwa dia membutuhkan
tenaga kerja, kemudian kalau memang ada seleksi ya diterima dan si
anak itu masih dalam tahap magang, anak tersebut sudah bisa untuk
bekerja, jadi nggak usah diterusin magangnya tidak apa-apa (catatan
lapangan 2 hlm 99).
Informan 9 juga mengungkapkan pernyataan yang senada, yaitu :
…disini kadang pas magang gitu kalau bagus kerja magangnya
langsung direkrut jadi karyawan di perusahaan tempat magang tadi
mbak. Atau pas magang misalnya ada tes seleksi karyawan dari suatu
perusahaan dan keterima, lalu proses magang tidak usah dilanjutkan
lagi karena sudah langsung diperbolehkan untuk bekerja (catatan
lapangan 9 hlm. 124).
Tabel 4.3 : Data Penempatan Kerja Pertama Pelatihan Pemuda STPSCTC 25
NO
1..
2.
Nama
Trainee
Bayu
25/003/940
Indrianto
Ikhsan
25/006/843
Cahyono
NIS
Muhtar
Lutfi
Jurusan
DO
Garmen
DO
25/007/944
4.
Agripa
25/001/938 Purnomo
Widi
Manufacture
5.
25/002/939 Alib Sahab
Manufacture
6.
25/004/941
Dwi
Haryanto
Manufacture
7.
25/008/945 Muryanto
Manufacture
8.
25/009/946
9.
10.
11.
Tgl.
Kerja
Garmen
3.
Nifanssa
Muhammad
Nufiyanto
25/015/952
Hirmawan
25/010/947 Nurhadi
Nama
Perusahaan
Garmen
Manufacture
Manufacture
Manufacture
25/011/948 Rusmanto
Manufacture
commit to
user
PT. Pilar
Sejati
Sejahtera
21/9/2011
PT. Toyo Dies
Indonesia
26/9/2011
PT. Toyo Dies
Indonesia
PT. San Tech
Engineering
PT. King
Manufacture
PT.
Mettaplastindo
PT.
Mettaplastindo
PT. Naga Mas
26/9/2011
26/9/2011
22/9/2011
15/9/2011
15/9/2011
19/9/2011
Dikeluarkan dari proses
pelatihan SMK-GTC
ATMI Surakarta
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12.
25/013/950
Yulianto
Nugroho
Manufacture
PT. Miki
Plastik
19/9/2011
(Sumber : Solo Technopark)
Untuk proses perekrutan tenaga kerja, pihak Solo Technopark
menyerahkannya kembali kepada perusahaan mitra yang bersangkutan.
Perusahaan tersebut berhak menentukan proses perekrutan calon tenaga
kerja lulusan program Solo Technopark, apakah dilakukan melalui proses
seleksi sendiri atau mempercayakannya kepada pihak Solo Technopark
langsung. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan informam 1 yang
mengatakan bahwa “Nah untuk tes seleksi itu kita serahkan langsung dari
perusahaannya. Mau dites langsung boleh mau tidak juga tidak menjadi
masalah…” (catatan lapangan 1 hlm. 93). Dalam hal ini informan 2
menambahkan “Tapi kalau perusahaan itu tidak mengadakan seleksi dan
mempercayakan kita sepenuhnya ya kita tinggal hubungi anak yang kirakira dapat masuk kualifikasi terus ya sudah mereka diterima bekerja”
(catatan lapangan 2 hlm. 99).
2. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
program
Solo
Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap
pakai
Dalam pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik faktor pendorong maupun faktor prnghambat. Faktor pendorong dan
penghambat yang dialami oleh pihak Solo Technopark ada beberapa macam.
Yang menjadi faktor pendorongnya antara lain adalah adanya sarana dan
prasarana yang lengkap yang disediakan oleh pihak Solo Technopark guna
mendukung terlaksananya program Solo Technopark untuk menciptakan
tenaga terampil. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan
1 yang menyatakan bahwa “Pendorongnya adanya sarana dan alat-alat yang
memadai yang kita sediakan” (catatan lapangan 1 hlm. 95). Hal senada juga
diungkapkan oleh informan commit
2 yang tomengatakan
bahwa, “Pendorongnya…
user
perpustakaan.uns.ac.id
80
digilib.uns.ac.id
Selain itu dari segi fasilitas sarana dan prasarana kita dapat dibilang memadai”
(catatan lapangan 2 hlm. 101). Faktor pendorong yang lain dalah adanya
program gratis yang disediakan. Program gratis dapat diperoleh melalui
beberapa jalan yaitu dengan mengikuti pendaftaran program pemkot Surakarta
bagi penduduk asli Solo, pembiayaan industri, bank-bank swasta dan LPEI.
Faktor penghambatnya adalah tersedianya program gratis yang selain bisa
menjadi faktor pendorong bagi terlaksananya program Solo Technopark tapi
juga sekaligus menjadi pengahambat. Pasalnya tidak jarang peserta yang
mengikuti program gratis justru tidak bersungguh-sungguh dalam menjalani
program ini. Hal ini dikatakan oleh informan 2 yang mengatakan bahwa
“…kadang malah yang program gratis itu, sudah kita cari cari dan cari kita
saring betul malah mereka terkesan leda-lede begitu ya. Padahal program
gratis itu juga menjadi daya tarik yang kami sediakan…” (catatan lapangan 2
hlm. 101). Selain itu yang menjadi penghambat yang lain adalah jumlah murid
yang tidak tetap pada setiap periode pendaftaran. Seperti yang sudah
dijelaskan di awal bahwa Solo Technopark membuka empat kali pendaftaran
setiap tahunnya. Sedangkan jumlah pendaftar setiap periode pendaftaran tidak
tetap, kadang sedikit kadang banyak. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh
informan 2 yang mengatakan bahwa “Berkaitan dengan jumlah siswa ya, kita
kan buka pendaftaran 1 tahun 4 kali, biasanya itu tidak tentu jumlahnya, kalau
pas januari, maret itu jumlah yang daftar bisa dibilang sedikit, tapi kalau Juli
itu bahkan sangat banyak” (catatan lapangan 2 hlm. 101).
Faktor pendorong dan penghambat yang dialami oleh para peserta dalam
menjalani program Solo Technopark juga beragam. Faktor pendorongnya
antara lain adalah karena para peserta yakin bahwa program Solo Technopark
adalah program yang bagus dimana Solo Technopark menjadi lembaga
pendidikan yang tidak hanya bisa mencetak tenaga-tenaga yang terampil tetapi
juga lembaga yang mampu menyalurkan para peserta didiknya untuk
disalurkan ke dunia kerja sesuai keahlian masing-masing. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh beberapa peserta program Solo Technopark.
commit11
to user
Salah satunya adalah informan
yang mengatakan bahwa “Faktor
perpustakaan.uns.ac.id
81
digilib.uns.ac.id
pendorongnya ya disini fasilitas memadai, terus ada penyaluran kerjanya, kan
daripada saya sekolah ditempat lain misal kuliah gitu kan nggak disalurkan
kerja mbak” (catatan lapangan 11 hlm. 131). Informan 9 juga ikut menambahkan “Faktor pendukungnya ya karena saya ingin dapat pekerjaan yang lebih
bagus lagi dari yang kemarin mbak, dan disini sudah pasti tersalurkan kerja di
perusahaan mitra kerja Solo Technopark, itu faktor pendorongnya” (catatan
lapangan 9 hlm. 124). Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah
karena porsi pengajaran program Solo Technopark yang lebih fokus kepada
praktek dimana porsi praktek dibanding teori adalah 80:20 membuat peserta
mengalami kelelahan yang kadang menimbulkan rasa kejenuhan pada diri
peserta. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan juga oleh beberapa peserta,
antara lain peserta 8 yang mengatakan bahwa “Dan untuk penghambatnya itu
menurut saya karena disini itu kan prakteknya lebih banyak daripada
materinya jadi jam kerjanya disini berat…” (catatan lapangan 8 hlm.120). Hal
yang sama diungkapkan oleh informan 9 yang mengemuka-kan bahwa “faktor
penghambatnya, disini kan masuk dari jam 7 sampai jam 3, itu normalnya
mbak karena kadang juga bisa lebih. Dan dalam waktu selama itu kita berdiri
terus mbak, wira wiri mbenerin mesin-mesin, waktu istirahat cuma 25 menit
jam 12.00-12.25, jadinya ya lelah” (catatan lapangan 9 hlm. 124). Tak jarang
beberapa peserta mengundurkan diri untuk tidak melanjutkan kembali
program Solo Technopark yang sudah mereka jalani. Hal tersebut diungkapkan oleh informan 10 yang mengatakan bahwa “…Bahkan ada juga
peserta yang baru masuk beberapa minggu dia mengundurkan diri karena
merasa tidak kuat mengikuti program ini…”(catatan lapangan 10 hlm. 127).
Seperti yang diketahui pihak Solo Technopark menjalin kerjasama
dengan banyak perusahaan di seluruh Indonesia dalam hal tenaga kerja.
Tentunya dalam pelaksanaan kerjasama tersebut terdapat faktor pendorong
dan juga penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor pendorong yang dialami
perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark untuk menjalin kerjasama
adalah karena program Solo Technopark mampu menciptakan tenaga terampil
commit to khususnya
user
sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
di bidang teknisi. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id
82
digilib.uns.ac.id
sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 3 yang mengatakan bahwa
“Kalau untuk pendorongnya ya karena dia mempunyai lulusan yang
mempunyai lifeskill seperti yang kita harapkan ya…” (catatan lapangan 3 hlm.
105). Informan 6 juga mengungkapkan hal yang sependapat “Yang menjadi
faktor sih ya karena Technopark menyediakan calon tenaga kerja yang sesuai
kebutuhan kami itu aja…” (catatan lapangan 6 hlm. 115). Selain itu banyaknya perusahaan industri yang menjalin kerjasama dengan pihak Solo
Technopark tak lain juga karena mudahnya prosedur untuk dapat menjalin
kerjasama tersebut. Pihak Solo Technopark tidak mengajukan syarat-syarat
yang memberatkan perusahaan mitra untuk bisa bekerja sama dengan
pihaknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan 6 yang megatakan
bahwa “Hmm, tidak ya mbak ya wong kita malah yang dihubungi dari Solo
Technopark kok butuh teknisi atau tidak, terus mereka hubungi juga kalau
misal ada siswanya yang mau magang, gitu aja” (catatan lapangan 6 hlm.
114). Hal senada diungkapkan oleh informan 5 yang mengatakan bahwa “Ya
karena kita sudah kenal kita langsung kontak aja apakah ada orang atau nggak,
kita lagi butuh tenaga kerja. Terus mereka kontak orang-orang mereka terus ya
udah” (catatan lapangan 5 hlm. 110). Jadi dalam pelaksanaan kerjasama yang
terjalin antara pihak Solo Technopark dengan perusahaan industri mitra kerja
terdapat adanya simbiosis yang saling menguntungkan antara kedua belah
pihak.
Sementara yang menjadi faktor penghambat terjalinnya kerjasama antara
pihak Solo Technopark dengan perusahaan industri mitra kerja adalah ada
kalanya pihak Solo Technopark tidak mampu untuk memenuhi permintaan
akan calon tenaga kerja. Walaupun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi
perusahaan industri mitra kerja untuk terus menjalin kerjasama dengan pihak
Solo Technopark. Hal ini diungkapkan oleh informan 4 yang mengatakan
bahwa “ya misal kita butuh, butuh orang tapi kan belum tentu pihak Solo
Technopark sudah punya belum calon-calonnya, sudah detraining belum gitu”
(catatan lapangan 4 hlm. 108). Informan 4 juga menambahkan bahwa pihakcommit
to user hubungan kerjasama yang baik
nya berharap akan terus dapat
menjalin
perpustakaan.uns.ac.id
83
digilib.uns.ac.id
dengan pihak Solo Technopark. Hal ini tersirat dari jawaban informan 4 ketika
ditanya oleh peneliti apakah akan terus menjalin kerjasama dengan pihak Solo
Technopark, maka jawabnya adalah “Diharapkan sih bisa begitu ya, apalagi
yang untuk produksi itu” (catatan lapangan 4 hlm. 108). Hal senada juga diungkapkan oleh informan 5 yang mengatakan “Ooh kalau itu tetep pasti akan
terus kerjasama” (catatan lapangan 5 hlm. 110).
3. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan
Program Solo Technopark dalam Rangka Mempersiapkan Tenaga Kerja
Terampil Siap Pakai.
Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan
tenaga kerja terampil siap pakai ada beberapa hambatan yang terjadi.
Hambatan ynag dialami pihak Solo Technopark adalah karena adanya
program gratis yang justru para peserta menjadi terkesan tidak bersemangat
serta kendala dari jumlah pendaftar yang jumlahnya tidak menentu setiap
periode pendaftaran. Hambatan tersebut diatasi dengan cara memberi motivasi
kepada para peserta agar selalu konsisten dalam menjalani program Solo
Technopark sampai bisa dinyatakan lulus dan mendapatkan pekerjaan sesuai
yang peserta harapkan. Selain itu pihak Solo Technopark juga melakukan
sosialisasi yang lebih gencar melalui seminar ke sekolah-sekolah. Hal tersebut
sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan 1 yang mengatakan bahwa
“…tapi ya tadi kita upayakan untuk sosialisasi ke sekolah-sekolah tahun ini”
(catatan lapangan 1 hlm. 91). Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa:
Kalau untuk kemarin-kemarin belum ya, tapi untuk besok sudah akan
dilakukan. Kemarin kita sudah nembusi di bagian Dikpora sana, kita sudah
dikasihkan jadwal nanti setelah mid kita diberi kesempatan untuk
mempresentasikan di depan 70-80 siswa STP punya program apa. Kita
baru kontak beberapa sekolah juga untuk itu (catatan lapangan 1 hlm. 91) .
Hambatan yang dialami pihak perusahaan industri mitra kerja Solo
Technopark adalah karena ada kalanya pihak Solo Technopark tidak mampu
untuk memenuhi permintaan akan calon tenaga kerja ketika perusahaan mitra
membutuhkan. Hambatan tersebut dapat diatasi oleh pihak perusahaan industri
user tidak menggantungkan masukan
mitra kerja Solo Technoparkcommit
denganto cara
perpustakaan.uns.ac.id
84
digilib.uns.ac.id
calon tenaga kerja dari pihak Solo Technopark. Pihaknya berupaya mencari
calon tenaga kerja yang mereka butuhkan dengan tidak hanya menjalin
kerjasama dengan pihak Solo Technopark saja tetapi juga dengan balai pelatihan lainnya serta dengan cara membuka lowongan sendiri dan melakukan
seleksi terhadap calon tenaga kerja tersebut, walaupun menurut pihak
perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark hal tersebut dapat memakan
waktu dan tenaga yang lebih banyak. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan 4 yang mengatakan bahwa “Ya kita menjalin
kerjasama tidak hanya dengan technopark, kalau technopark nggak bisa ya
kita cari sendiri. Saya cari sampai ke Semarang atau ke sekolah-sekolah SMK
jurusan tatabusana atu apa gitu” (catatan lapangan 4 hlm. 108). Hal senada
diungkapkan oleh informan 7 yang mengatakan bahwa “Ya kadang dulu itu
juga pernah tidak bisa ya, akhirnya kita buka lowongan ya dari mulut ke mulut
karyawan itu, siapa yang punya teman atau kenalan yang sesuai dengan
kualifikasi lowongan yang kita buka” (catatan lapangan 7 hlm. 117).
Hambatan yang dialami oleh para peserta program Solo Technopark
adalah karena porsi pengajaran program Solo Technopark yang lebih fokus
kepada praktek dimana porsi praktek dibanding teori adalah 80:20. Hal ini
membuat peserta mengalami kelelahan yang kadang menimbulkan rasa kejenuhan pada diri peserta. Semangat para peserta menjadi berkurang yang tak
jarang mengakibatkan ada beberapa peserta yang mengundurkan diri karena
merasa tidak kuat untuk menjalani . Upaya yang dilakukan para peserta untuk
mengatasi hambatan tersebut adalah dengan cara berusaha memotivasi diri
sendiri agar dapat menyelesaikan program Solo Technopark hingga tersalurkan untuk bekerja di perusahaan industri sesuai dengan maksud dan tujuan
mereka mengikuti program Solo Technopark. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh informan 8,9,10, dan 11. Salah satu informan yaitu
informan 11 yang mengatakan bahwa “Ya saya kan punya target buat masa
depan saya, saya pengen cepet lulus terus cepet dapet pekerjaan mbak, jadi
saya berusaha supaya diri saya ini tetap konsisten menjalani sekolah ini mbak,
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ya memotivasi sendiri saja, saya juga menjaga kondisi tubuh biar bisa fit
terus” (catatan lapangan 11 hlm. 131).
K. Pembahasan
1. Prosedur Pelaksanaan Program Solo Technopark dalam Rangka
Mempersiapkan Tenaga Kerja Terampil Siap Pakai
Dalam pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap pakai, terdapat beberapa tahapan
yang diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pendaftaran
Bagi semua calon peserta yang ingin mengikuti program Solo
Technopark, sebelumnya diharuskan untuk melakukan pendaftaran dengan
cara datang langsung ke Solo Technopark yang beralamat di Jalan Ki
Hajar Dewantara, Pedaringan, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah. Dan untuk
calon peserta asli warga Solo dapat menikmati program gratis untuk
mengikuti program Solo Technopark selama 9 bulan dengan melakukan
pendaftaran di Dinas Tenega Kerja Surakarta disertai dengan fotokopi
KTP asli Solo.
Berdasarkan hasil penelitian, setiap calon peserta yang ingin
mengikuti program Solo Technopark harus memenuhi persyaratan.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap calon peserta antara
lain adalah lulusan SMA/SMK sederajat, umur maksimal 24 tahun pada
saat masuk diklat (memberikan kesempatan bagi yang berumur lebih dari
24 tahun, tetapi pihak Solo Technopark tidak menjamin penempatan kerja,
walaupun secara moral akan dibantu), sehat jasmani rohani, mengumpulkan fotokopi ijasah, KTP, SKCK, foto bewarna terbaru berukuran 3x4 dan
4x6 masing-masing 1 lembar. Calon yang tidak memenuhi kualifikasi
yang ditentukan maka akan dianggap gugur.
b. Seleksi
Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta program Solo
Technopark yang berkualitas. Berdasarkan hasil penelitian, dalam mecommit
to useryang dapat lolos atau tidak, pihak
lakukan seleksi terhadap calon
peserta
perpustakaan.uns.ac.id
86
digilib.uns.ac.id
Solo Technopark bermusyawarah bersama dengan mempertimbangkan
nilai hasil seleksi yang dilakukan melalui 2 kali tahapan yaitu seleksi tertulis dan seleksi wawancara.
Seleksi tertulis dengan materi tertulis berisi tentang pengetahuan
umum dan pengetahuan tentang mekanik. Tes wawancara bertujuan untuk
mengetahui potensi dan latar belakang calon peserta.
Berdasarkan hasil penelitian, pengumuman hasil seleksi para calon
peserta yang lolos dan dapat mengikuti program Solo Technopark akan
diumumkan di temapat sesuai tempat saat mereka mendaftar yaitu di Dinas
Tenaga Kerja Surakarta jika mendaftar melalui program gratis bagi warga
Solo dan di Solo Technopark bagi yang mendaftar di luar program gratis
bagi warga Solo.
c. Diklat
Sebelum siap untuk diterjunkan ke perusahaan industri mitra kerja
Solo Technopark, para peserta perlu mendapatkan pendidikan dan
pelatihan untuk memberikan bekal mereka agar mereka siap untuk
menjadi tenaga kerja terampil yang berkualitas dan berdaya saing. Proses
diklat yang akan dijalani para peserta kurang lebih selama 9 bulan dimana
komposisi teori dibanding praktek adalah 80:20.
Berdasarkan hasil penelitian, diklat bagi peserta program Solo
Technopark yang dilakukan selama kurang lebih 9 bulan dilakukan di Solo
Technopark yang bertempat di Jalan Ki Hajar Dewantara, Pedaringan,
Jebres, Surakarta. Program diklat Solo Technopark terdiri dari 3 tahapan
yang masing-masing terjadwal selama 3 bulan, antara lain yaitu :
1) Basic Mechanic (mekanik dasar), yang bertujuan untuk pengenalan
dasar terhadap materi yang akan diajarkan.
2) Applied (pemilihan program penjurusan), dalam tahapan ini peserta
memilih salah satu jurusan yang dapat menjadi pilihan mereka, antara
lain mekanik permesinan, mekanik pengelasan, mekanik garmen.
3) Magang, tahap ini bertujuan untuk lebih mengasah ilmu yang telah
usermenerjunkan mereka langsung ke
diperoleh para pesertacommit
dengantocara
perpustakaan.uns.ac.id
87
digilib.uns.ac.id
industri-industri yang menjadi mitra perusahaan Solo Technopark.
Magang industri (on the job training) dilakukan agar para peserta
program Solo Technopark dapat mempraktekkan ilmu yang sudah
didapatkannya dan dapat dipergunakan dalam dunia usaha. Menurut
Siswanto Sastrohadiwiryo (2003:204) on the job training adalah
“pelatihan di tempat kerja yang diselenggarakan dengan maksud
membentuk kecakapan tenaga kerja yang diperlukan untuk suatu
pekerjaan tertentu”.
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan OJT dilakukan selama 3
bulan dan harus diikuti semua peserta. Peserta akan ditempatkan di seluruh
industri yang menjadi mitra perusahaan Solo Technopark. Penempatan
magang ditentukan oleh pihak Solo Technopark dan bisa juga peserta
memilih sendiri perusahaan yang ingin mereka tempati untuk magang.
Kesuksesan dari program Solo Technopark tidak terlepas dari peran
serta tenaga pengajar di dalamnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, terdapat perbedaan antara Standart Operasional (SOP) untuk
kualifikasi pendidikan bagi tenaga pengajar dengan kondisi kenyataannya.
Di dalam SOP menyatakan bahwa pendidikan seorang instruktur adalah
DIII ATMI, sedangkan pada kenyataannya dua instruktur yang ada di Solo
Technopark tidak berpendidikan DIII ATMI, melainkan S1 Teknik Mesin
dan lulusan pendidikan khusus pengelasan. Tetapi hal tersebut tidak
menjadi masalah yang berarti, karena untuk mencapai jabatan sebagai
instruktur, keduanya melalui tahapan dari dasar, sehingga hal tersebut
membuat para instruktur terlatih dan teruji untuk mampu memegang
tanggung jawab sebagai seorang instruktur.
Selama peserta dalam proses diklat, Solo Technopark sebagai salah
satu lembaga pendidikan dan pelatihan menanamkan dan mengajarkan
berbagai macam keterampilan (lifeskill) yang dapat menjadi modal bagi
para peserta untuk mampu menjadi tenaga kerja terampil yang berkualitas
dan berdaya saing. Dalam proses pelaksanaan dan pelatihannya, program
user
Solo Technopark berupayacommit
untuk to
menumbuhkan
mental kesiapan kerja di
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam diri peserta. Hal ini dilakukana berkaitan dengan Solo Technopark
selaku lembaga pendidikan yang tidak hanya mampu mencetak lulusan tetapi
juga mampu menyalurkan lulusannya untuk dapat bekerja sesuai dengan
keahliannya. Mental kesiapan kerja perlu ditumbuhkan supaya para peserta
kelak sudah siap untuk menyesuaikaan diri dengan keadaan dunia barunya,
yaitu dunia kerja secara nyata. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa kesiapan
kerja merupakan bentuk kesanggupan seseorang dalam melaksanakan atau
me-wujudkan apa yang telah dipikirkan sebelumnya.
d. Penempatan kerja
Peserta program Solo Technopark telah menempuh semua kegiatan
yang diselenggarakan dan dinyatakan lulus menyelesaikan program Solo
Technopark, mereka mempunyai kesempatan untuk bekerja di industriindustri mitra perusahaan Solo Technopark sesuai dengan keahlian.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, penempatan kerja peserta program Solo Technopark di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark dapat dilakukan pada saat peserta masih dalam
tahap magang industri. Selain itu penempatan kerja juga dilakukan berdasarkan rangking yang mereka peroleh.
2. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
program
Solo
Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap
pakai
Dalam pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil yang siap pakai ada beberapa faktor yang mempengaruhi, baik faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mendukung maupun faktor
yang menghambat yang dialami pihak Solo Technopark selama pelaksanaan
program Solo Technopark dalam rangka membentuk tenaga terampil siap
pakai adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
1) Adanya fasilitas sarana dan prasarana yang memadai serta adanya
sumber daya manusiacommit
yang handal
to userdan berkualitas sehingga mampu
perpustakaan.uns.ac.id
89
digilib.uns.ac.id
menghasilkan lulusan berupa tenaga terampil yang terdidik dan
profesional. Seiring dengan perkembangannya, ketersediaan fasilitas
sarana dan prasarana yang dimiliki pihak Solo Technopark semakin
bertambah, bahkan melebihi standart minimum ketentuan fasilitas
sarana dan prasarana yang harus dimiliki yang tertuang dalam Standart
Operasional.
2) Adanya program-program khusus bagi para peserta yang tidak mampu
untuk mengikuti program Solo Technopark.
b. Faktor Penghambat
1) Adanya program gratis, justru menyebabkan sebagian peserta yang
mengikuti program tersebut terkesan bersikap menyepelekan dalam
menjalani proses diklat. Tak jarang dari mereka justru mengundurkan
diri.
2) Jumlah pendaftar setiap angkatan yang tidak tentu.
Faktor yang mendukung dan menghambat pihak perusahaan industri
mitra kerja Solo Technopark dalam rangka menjalin kerjasama dengan pihak
Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja terampil siap
pakai antara lain adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
1) Pihak Solo Technopark dengan programnya dapat menyediakan lulusan teknisi yang mempunyai kompetensi yang banyak dibutuhkanoleh
industri sekarang ini, sehingga industri perusahaan mitra kerja Solo
Technopark merasa terbantu dalam hal pengadaan tenaga terampil,
khususnya teknisi yang berkualitas.
2) Prosedur kerjasama yang mudah dan tidak merepotkan untuk kedua
belah pihak.
b. Faktor Penghambat
1) Pihak Solo Technopark terkadang belum mampu menyiapkan calon
peserta yang telah dinyatakan lulus dan siap diterjunkan untuk bekerja
ketika perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark membutuhkancommit to user
nya.
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sementara faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh para
peserta dalam mengikuti program Solo Technopark adalah :
a. Faktor Pendukung
1) Peserta yang telah lulus dan mampu untuk menyelesaikan program
Solo Technopark akan disalurkan untuk bekerja sesuai keahlian di
industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark.
b. Faktor Penghambat
1) Pelaksanaan program Solo Technopark yang memiliki perbandingan
80% praktek dan 20% teori menyebabkan banyak peserta merasa
kelelahan.
3. Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan
Program Solo Technopark dalam Rangka Mempersiapkan Tenaga Kerja
Terampil Siap Pakai.
Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatan yang dijumpai saat
pelaksanaan program Solo Technopark dari pihak masing-masing berbedabeda. Pihak Solo Technopark mengatasi masalah dengan melakukan cara
memotivasi siswa dengan iming-iming akan tersalurkan ke dunia kerja serta
memperluas sosialisasi ke berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak industri
mitra perusahaan Solo Technopark mengatasi masalah yang terjadi dengan
cara menjalin kerjasama tidak hanya dengan pihak Solo Technopark saja
dalam pengadaan tenaga teknisi, tetapi juga dengan cara membuka lowongan
pekerjaan sendiri. Sedangkan peserta Solo Technopark mengatasi permasalahan dengan cara berusaha memotivasi diri, menyesuaikan diri serta juga menjaga stamina dengan mengatur jadwal aktivitas sehari-hari dan istirahat yang
cukup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga
kerja siap pakai di Surakarta pada saat ini sudah berjalan baik meskipun masih
banyak hal-hal yang perlu diperbaiki. Target dari program ini adalah membentuk
tenaga terampil siap pakai yang mampu memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja .
Pelaksanaan program ini dapat memacu pertumbuhan sektor nonformal yang pada
akhirnya nanti akan meningkatkan pendapatan serta memberikan konstribusi pada
perbaikan ekonomi daerah dan nasional. Pelaksanaan program Solo Technopark
dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja siap pakai di Surakarta dapat diambil
simpulan sebagai berikut :
1. Prosedur pelaksanaan program Solo Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai di Surakarta meliputi :
a. Pendaftaran
Pendaftaran dilakukan di Solo Technopark dan di Dinas Tenaga
Kerja Surakarta. Pendaftar yang menginginkan mengikuti program Solo
Technopark harus mendaftar langsung dan tidak boleh diwakilkan. Peserta
juga harus memenuhi persyaratan yang ada bila mau mengikuti program
Solo Technopark.
b. Seleksi
Seleksi dilakukan untuk mendapatkan calon peserta yang berkualitas
dan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan. Seleksi dilakukan melalui
tes tertulis dan tes wawancara. Berdasarkan hasil seleksi yang telah
dilakukan maka tim akan bermusyawarah untuk menentukan siapa calon
peserta yang lulus seleksi baik pada tes tertulis dan hasil wawancara.
Pengumuman akan hasil seleksi akan ditempel di papan informasi Solo
Technopark dan di Dinas Tenaga Kerja. Bagi yang mendaftar selain dari
jalur gratis warga Solo maka pengumuman penerimaan dapat dilihat di
papan pengumuman yang ada di Solo Technopark.
commit to user
c. Diklat
91
perpustakaan.uns.ac.id
92
digilib.uns.ac.id
Diklat bagi peserta program Solo Technopark dilakukan selama
kurang lebih 9 bulan yang terbagi atas 20% teori dan 80% praktek. Diklat
dilakukan di Solo Technopark yang bertempat di Jalan Ki Hajar
Dewantara, Pedaringan, Jebres, Surakarta. Program Solo Technopark terdiri dari 3 tahapan yang masing-masing terjadwal selama 3 bulan, antara
lain yaitu :
4) Basic Mechanic (mekanik dasar), yang bertujuan untuk pengenalan
dasar terhadap materi yang akan diajarkan.
5) Applied (pemilihan program penjurusan), dalam tahapan ini peserta
memilih salah satu jurusan yang dapat menjadi pilihan mereka, antara
lain mekanik permesinan, mekanik pengelasan, mekanik garmen.
6) Magang industri (On the Job Training), tahap ini bertujuan untuk lebih
mengasah ilmu yang telah diperoleh para peserta dengan cara
menerjunkan mereka langsung ke industri-industri yang menjadi mitra
perusahaan Solo Technopark. Magang industri (On the Job Training)
OJT dilakukan agar para peserta program Solo Technopark dapat
mempraktekkan ilmu yang sudah didapatkannya dan dapat dipergunakan dalam dunia usaha. Pelaksanaan OJT dilakukan selama 3 bulan
dan harus diikuti semua peserta. Peserta akan ditempatkan di seluruh
industri-industri yang menjadi mitra perusahaan Solo Technopark.
Penempatan magang ditentukan oleh pihak Solo Technopark dan bisa
juga peserta memilih sendiri perusahaan yang ingin mereka tempati
untuk magang.
d. Penempatan kerja
Peserta program Solo Technopark yang telah menempuh semua
kegiatan yang diselenggarakan dan lulus dari program Solo Technopark
maka mereka mempunyai kesempatan untuk bekerja di industri-industri
mitra perusahaan Solo Technopark sesuai dengan keahlian. Penempatan
peserta di industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark berdasarkan
rangking yang mereka peroleh pada saat mereka masih mengadakan diklat
commit to user
di Solo Technopark.
perpustakaan.uns.ac.id
93
digilib.uns.ac.id
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan program Solo
Technopark dalam rangka mempersiapkan tenaga terampil siap pakai tahun
2012 ada beberapa macam.
a. Faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat pelaksanaan
program Solo Technopark yang dialami oleh pihak Solo Technopark
adalah :
c. Faktor Pendukung
3) Fasilitas sarana dan prasarana yang memadai serta sumber daya
manusia yang dimiliki oleh Solo Technopark yang handal dan berkualitas sehingga mampu menghasilkan tenaga kerja terampil siap
pakai yang terdidik dan professional.
4) Adanya program-program khusus (gratis) bagi para calon peserta
yang tidak mampu untuk tetap dapat mengikuti program Solo
Technopark.
d. Faktor Penghambat
3) Adanya program gratis justru menyebabkan sebagian peserta yang
mengikuti program tersebut terkesan bersikap menyepelekan dalam
menjalani proses diklat. Tak jarang dari mereka justru mengundurkan diri.
4) Jumlah pendaftar setiap angkatan yang tidak tentu.
b. Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami
pihak perusahaan industri mitra kerja Solo Technopark adalah :
c. Faktor Pendukung
3) Pihak Solo Technopark dengan programnya dapat menyediakan
lulusan teknisi yang mempunyai kompetensi yang dibutuhkan
banyak industri sekarang ini, sehingga industri perusahaan mitra
kerja Solo Technopark merasa terbantu dalam hal pengadaan
tenaga terampil yang berkualitas.
4) Prosedur kerjasama yang sangat mudah dan tidak merepotkan
untuk kedua belah pihak.
d. Faktor Penghambat commit to user
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Pihak Solo Technopark terkadang belum mampu menyiapkan
calon peserta yang dapat disalurkan ketika industri mitra Solo
Technopark membutuhkannya.
c. Faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat yang dialami
peserta program Solo Technopark adalah :
c. Faktor Pendukung
2) Peserta yang telah lulus dan mampu menyelesaikan program Solo
Technopark akan disalurkan untuk bekerja sesuai keahlian di
industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark.
d. Faktor Penghambat
2) Pelaksanaan program Solo Technopark yang memiliki perbandingan 80% praktek dan 20% teori menyebabkan peserta yang merasa
kelelahan.
3. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi hambatan yang dijumpai saat pelaksanaan program Solo Technopark dari pihak masing-masing berbeda-beda.
Pihak Solo Technopark mengatasi masalah dengan cara memotivasi siswa
dengan iming-iming akan tersalurkan ke dunia kerja serta memperluas
sosialisasi program Solo Technopark ke berbagai pihak yang berkepentingan.
Pihak industri mitra perusahaan Solo Technopark mengatasi masalah yang
terjadi dengan cara menjalin kerjasama tidak hanya dengan Solo Technopark
tetapi juga dengan balai pelatihan lainnya dalam hal pengadaan tenaga teknisi,
selain itu juga dengan cara membuka lowongan pekerjaan sendiri. Sedangkan
peserta Solo Technopark mengatasi permasalahan dengan cara berusaha
memotivasi diri sendiri, menyesuaikan diri serta menjaga stamina dengan
mengatur jadwal aktivitas sehari-hari dan istirahat yang cukup.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dikemukakan,maka dikemukakan
implikasi hasil penelitian.Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
to user
perkembangan ilmu pengetahuan commit
khususnya
pendidikan keterampilan hidup.
95
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada pihak Solo
Technopark untuk meningkatkan pelaksanaan program Solo Technopark dengan
lebih baik bersama-sama dengan industri-industri mitra perusahaan Solo
Technopark serta pihak-pihak lain yang bersangkutan dalam upaya pembentukan
tenaga terampil siap pakai baik peningkatan kualitas maupun kuantitas.
Pengembangan harus terus dilakukan guna mencapai tujuan karena pembentukan
tenaga terampil siap pakai dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
dan pemerintah dalam pembentukan tenaga kerja terampil dan pengurangan
jumlah pengangguran.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan dan implikasi di atas, maka peneliti
mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Saran untuk pihak Solo Technopark
a. Hendaknya sosialisasi tentang program Solo Technopark dapat lebih diperluas misalnya dengan pembuatan iklan di media cetak dan elektronik,
serta melakukan sosialisasi di lembaga pendidikan (SMA/SMK sederajat)
melalui seminar/presentasi.
b. Hendaknya ada suatu kerjasama maupun komunikasi yang terjalin lebih
intensif dan erat baik antara pihak Solo Technopark dengan pihak industri
mitra perusahaan Solo Technopark dan pihak bersangkutan lainnya
sehingga pihak Solo Technopark akan selalu memperoleh informasi
maupun kritik dan saran yang dapat berguna bagi peningkatan pelaksanaan
program Solo Technopark ke depan.
2. Saran untuk pihak industri-industri mitra perusahaan Solo Technopark
a. Kerjasama pihak pihak Solo Technopark dengan industri mitra perusahaan
Solo Technopark dapat lebih ditingkatkan dan lebih dipererat lagi, misalnya
pihak industri mitra perusahaan Solo Technopark selalu berkomunikasi
dengan Solo Technopark dalam mengkroscek perkembangan, sikap, dan
kualitas kerja peserta program Solo Technopark baik yang sedang dalam
to user
tahap magang atau peserta commit
yang sudah
bekerja di perusahaan tersebut. Hal
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini dilakukan supaya antar pihak dapat saling mengetahui bagaimana
perkembangan dan kebutuhan tenaga kerja.
3. Saran untuk peserta program Solo Technopark
a. Hendaknya sebelum peserta mengikuti program Solo Technopark sebaiknya calon peserta mencari informasi tentang bagaimana sistem pendidikan
yang diterapkan. Hal ini dilakukan agar calon peserta benar-benar yakin
dan siap untuk menjalani program tersebut dan menerima konsekuensinya.
b. Para peserta juga perlu mengembangkan pengetahuan tentang teknologi,
baik dari media cetak maupun elektronik karena setiap saat teknologi itu
berkembang dan up to date.
commit to user
Download