Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1 Kajian Teori
Pada kajian teori menjelaskan tentang teori-teori yang akan dijadikan
dasar dalam penelitian ini. Pembahasan teori ini meliputi konsep matematika,
fungsi dan tujuan matematika, pengertian model Pembelajaran Matematika
Realistik Indonesia (PMRI), karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik
(PMRI), Ciri-ciri Pembelajaran Matematika realistik Indonesia (PMRI) dan
pengertian hasil belajar. Selain dari teori-teori tersebut juga akan dibahas
tentang hubungan model PMRI dengan hasil belajar matematika, hasil
penelitian yang relevan, keranka berfikir dan hipotesis penelitian.
2.1.1 Konsep Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin yaitu thematic yang mulanya berasal
dari bahasa Yunani Mathematika yang berarti mempelajari. Kata Mathematika
berhubungan pula dengan kata lainnya yang sama yaitu mathein atau mathenein
yang artinya belajar. Maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan
yang didapat dengan berfikir (bernalar). Matematika lebih menekankan dalam
dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi. Matematika berbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Berikut beberapa definisi
matematika menurut beberapa ahli :
Russefendi (1997 : 73-74) berpendapat bahwa matematika adalah
sebagai ilmu deduktif, bahasa seni, ratunya ilmu, ilmu tentang sturktur
terorganisasikan dan ilmu tentang pola dan hubungan. Hudoyo 1988: 3 (dalam
Aisyah 2007) berpendapat bahwa matematika berkenaan dengan gagasangagasan , struktur-sturktur dan hubungan-hubungan yang diatur secara logik
sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Senada dengan
kedua pendapat di atas menurut Karso (2004: 1.4) bahwa matematika adalah
ilmu deduktif aksiomatik, formal, hierarkis, bahasa simbol yang padat.
Berdasarkan kurikulum (KBK : 2004), matematika yaitu suatu bahan
kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran
deduktif. Kebenaran suatu konsep diperoleh seabagai logis dari kebenaran
sebelumnya sudah diterima, sehingga berkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan ketat.
Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisir, sifat-sifat
dalam teori-teori dibuat secara deduktif. Berdasarkan kepada unsur yang tidak
didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya
adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika adalah suatu seni
keindahan terdapat pada keterurutan dan keharmonisan.
Dari beberapa pendapat tentang matematika dapat dikatakan bahwa
matematika merupakan pola pikir dalam ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini
berarti bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang
konsep, struktur konsep, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya
serta berfikir logis dan konsisten. Definisi di atas sesuai dengan karakteristik
matematika. Adapun karakteristik matematika menurut Sri Wardani (2010: 3-7)
diantaranya : 1) matematika bersifat abstrak, 2) mengacu pada kesepakatan, 3)
mempunyai pola piker deduktif, 4) konsiten dalam sistemnya, 5) memiliki
symbol yang kosong dari arti, 6) memperhatikan semesta pembicaraan.
Walaupun begitu dari karakteristik matematika harus disesuaikan dengan
karakteristik siswa SD.
2.1.1.1. Fungsi dan Tujuan Matematika
1) Matematika berfungsi sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan.
2) Fungsi matematika menurut kurikulum 2004 (KBK) :
Mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi dan eksperimen. Sebagai alat pemecah masalah melalui pola piker
dan model matematika serta alat komunikasi melalui simbol, table, grafik, dan
diagram dalam menjelaskan gagasan.
3) Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan
statistik, kalkulus dan trigonometri.
4) Sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi.
Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa
untuk memiliki:
1) Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan
membentuk kepribadian siswa.
2) Menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan
matematika.
3) Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang
berkaitan dengan kehidupan nyata.
4) Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.
5) Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat
dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis,
berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam
memandang dan menyelesaikan suatu masalah.
Secara lebih terperinci tujuan matematika adalah sebagai berikut :
1) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui
kegiatan
penyelidikan,
eksplorasi,
eksperimen,
menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengmbangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,
peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
2.1.2. Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
2.1.2.1. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik (PMRI)
PMRI merupakan suatu model pembelajaran yang menerapkan kegiatan
pembelajaran yang mudah untuk dipahami oleh siswa dengan alat peraga yang
real atau nyata dan mudah untuk dibayangkan oleh siswa. Sehingga mampu
membantu siswa untuk lebih aktif menemukan ide-ide baru dan konsep
matematika melalui eksplorasi dari suatu masalah yang nyata ke dalam dunia
mereka, tetapi tetap harus dengan bimbingan guru.
PMRI sendiri diadopsi dari Belanda yaitu Realistic Mathematics Education
(RME). RME diciptakan oleh seorang ahli matematika asal Belanda yaitu Hans
Freudendental (1905-1990), yang beranggapan bahwa matematika merupakan
kegiatan manusia dan berdasarkan anggapan tersebut maka para ahli matematika
dari Freudental Institute Belanda mengembangkan Model RME. Jadi PMRI
merupakan model pembelajaran yang mengacu pada kegiatan yang ada pada
kehidupan dunia nyata saja, padahal PMRI juda berada pada dunia anak atau
khayalan anak. PMRI bukan hanya menunjukkan adanya suatu koneksi dengan
dunia nyata, tetapi lebih menekankan PMRI dalam suatu situasi yang bisa
dibayangkan oleh siswa.
De Lange1987 (dalam Ariyadi Wijaya, 2012: 45), menurut pendapatnya
Matematika Realistik merupakan pembelajaran yang dikembangkan melalui
penjelajahan berbagai masalah dunia nyata. PMRI merupakan pembelajaran yang
menekankan bahwa proses lebih penting dari pada hasil maka digunakan istilah
matematisasi, yaitu proses mematematikakan dunia nyata. De Lange mengatakan
bahwa proses mematematikakan dunia nyata diartikan sebagai lingkaran yang tak
berujung yang ditunjukkan dalam sebuah gambar sebagai berikut :
Gambar 1 Alur pelaksanakan matematika realistik menurut de lange
Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa proses pembelajaran matematika
mencakup kegiatan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi konsep matematika yang relevan dengan masalah dunia
nyata.
2) Mempresentasikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda, termasuk
mengorganisasikan masalah sesuai dengan konsep matematika yang relevan
serta merumuskan asumsi yang tepat.
3) Mencari hubungan antara “bahasa” masalah dengan simbol dan “bahasa”
formal matematika supaya masalah nyata bisa dipahami secara matematis.
4) Mencari keteraturan, hubungan dan pola yang berkaitan dengan masalah.
5) Menerjemahkan masalah ke dalam bentuk matematika yaitu model
matematika.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa PMRI
merupakan pembelajaran yang dikembangkan guna membantu atau mengarahkan
siswa untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi
masalah matematika dari berbagai masalah yang ada di dunia nyata ke dalam
dunianya.
2.1.2.2. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik (PMRI)
Terdapat lima karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik (Lauge,
1987 : 75 -76 dalam Suwarsono, 2001 : 40), sebagai berikut :
1) Digunakan kontek nyata untuk dieksplorasi.
Konteks
atau
permasalahan
realistik
digunakan
sebagai
titik
awal
pembelajaran matematika. Melalui penggunaan kontes, siswa dilibatkan secara
aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan.
2) Digunakan instrument-instrumen vertikal, seperti : model-model dan diagramdiagram,
skema-skema,
simbol-simbol.
Dimana
diagram-iagram
itu
dikembangkan oleh siswa sendiri dalam menyelesaikan masalah kontekstual
yang merupakan keterkaitan antara model situasi dunia nyata yang relevan
engan lingkungan siswa ke dalam model matematika. Sehingga dari proses
matematisasi horizontal ke matemarika vertikal.
3) Menggunakan kontribusi. Kontribusi pada proses pembelajaran diharapkan
datang dari konstruksi dan produksi siswa sendiri yang mengarahkan mereka
kearah formal.
4) Terdapat interaksi terus-menerus antara siswa yang satu dengan yang lain,
juga antara siswa dengan pembimbing, sehingga setiap siswa mendapat
manfaat positif dari interaksi tersebut.
5) Terdapat banyak keterkaitan antara berbagai bagian dari materi pembelajaran.
Dengan keterkaitan ini memudahkan siswa dalam proses pemecahan masalah.
2.1.2.3. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia
1) Menggunakan masalah kontekstual, yaitu matematika dipandang sebagai
kegiatan sehari-hari manusia, sehingga memecahkan masalah kehidupan yang
dihadapi atau dialami oleh siswa merupakan bagian yang penting.
2) Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja dengan
matematika.
3) Menggunakan hasil dan kontruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi kesempatan
untuk menemukan konsep-konsep matematis di bawah bimbingan guru.
4) Pembelajaran terfokus pada siswa.
5) Terjadi interaksi antara siswa dan guru, yaitu aktifitas belajar meliputi
kegiatan memcahkan masalah kontekstual yang realistik, mengorganisasikan
pengalaman matematis, dan mendiskusikan hasil-hasil pemecahan masalah
(Suryanto dan Sugiman, 2003 : 6).
2.1.3. Hasil Belajar
2.1.3.1. Pengertian Hasil Belajar
Syamsudin ( 2002: 156), berpendapat bahwa hasil belajar merupakan
perubahan yang diharapkan terjadi pada perilaku dan pribadi siswa setelah
mengalami dan memalui proses belajar. Senada dengan pendapat tersebut S.
Nasution (1996) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kesempurnaan
seorang peserta didik dalam berpikir, merasa dan berbuat.
Rahmat (dalam Abidin 2004) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan
tertentu atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah
menguasai materi pelajan yang telah diberikan.
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
pencapaian akhir atau hasil akhir yang dicapai sebagai bukti kemampuan atau
keberhasilan seseorang yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf maupun
kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai setiap anak didik melalui proses
belajar dalam periode tertentu. Pencapaian hasil belajar siswa diukur dari hasil
nilai akhir atau nilai rapor siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf, ataupun kalimat yang menunjukkan kebarhasilan siswa dalam
belajar, misalnya bagus tingkatkan lagi atau sangat bagus pertahankan.
2.1.4. Hubungan Model PMRI dengan Hasil Belajar Matematika
Dalam dunia pendidikan matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang
sulit bagi siswa. Efek negatif dari pandangan ini adalah banyak siswa yang merasa
anti pada matematika sebelum mereka mempelajarinya. Padahal dalam
kenyataannya matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang menjadi bagian
dari kehidupan manusia. Suka atau tidak suka matematika ada di mana-mana dan
sering kali kita tidak sadar bahwa kita sedang melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan matematika, misalnya saja dalam kegiatan sehari-hari yang
membutuhkan bilangan pecahan sebagai penjumlahan. Misalnya, ibu membeli
potong buah semangka dan
potong buah nangka. Berapa nilai pecahan yang
didapat dari hasil penjumlahan tersebut? Sering kali siswa masih belum tepat
dalam menjawab pertanyaan seperti contoh tersebut karena siswa masih
kebingungan dalam membedakan antara pembilang dan penyebut juga bagaimana
cara menyelesaikan soal pecahan yang menggunakan penyebut yang berbeda.
Oleh karena itu dalam PTK ini peneliti menggunakan model PMRI pada mata
pelajaran matematika bagi siswa kelas 4 semester 2 SD Negeri Gandon 1
Kabupaten Temanggung.
Karena pentingnya model PMRI dalam pembelajaran matematika maka guru
harus memperhatikan bagaimana sintak pelaksanaan model PMRI. Berikut adalah
sintak pelaksanaan model PMRI dalam pembelajaran matematika:
Tabel 1
Sintak PMRI
Aktivitas Guru
Guru memberikan siswa
kontekstual
Aktivitas Siswa
masalah Siswa
secara
sendiri
atau
kelompok kecil mengerjakan masalah
dengan strategi-strategi informal.
Guru merespon secara positif jawaban Siswa diberikan kesempatan untuk
siswa.
memikirkan strategi siswa yang paling
efektif.
Guru
mengarahkan
siswa Siswa
secara
sendiri-sendiri
pada beberapa masalah kontekstual atau berkelompok
menyelesaikan
dan selanjutnya meminta siswa masalaht ersebut.
mengerjakan
masalah
dengan
menggunakan pengalaman mereka
Guru mengelilingi siswa sambil Beberapa siswa mengerjakan di papan
memberikan bantuan seperlunya.
tulis. Melalui diskusi kelas, jawaban
siswa dikonfrontasikan.
Guru mengenalkan istilah konsep
Siswa merumuskan bentuk matematik
a formal.
Guru
memberikan
tugas
di Siswa mengerjakan tugas rumah dan
rumah,yaitu mengerjakan soal atau menyerahkannya kepada guru
membuatmasalah
cerita
beserta
jawabanya
yangsesuai
dengan
matematika formal.
(I Gusti Putu Suharta, 2001)
Melalui alat peraga yang real dan kegiatan yang nyata dengan menggunakan
model PMRI siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru.
Guru sebagai motivator sekaligus fasilitator mengarahkan siswa untuk
menemukan hasil jawaban yang diberikan guru.
Model PMRI memberikan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi
siswa, dengan model PMRI siswa dapat menembangkan daya imajinasi dan daya
pikir siswa sehingga siswa akan lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan
pembelajaran. Keaktifan dan kekreatifan siswa sangat berpengaruh pada tingkat
keberhasilan belajar matematika siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa model PMRI dapat meninkatkan hasil
belajar matematika, karena dalam pembelajaran siswa ikut dilibatkan dalam
kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa juga menjadi lebih aktif dan kreatif dalam
kegiatan belajar dan daya pikir siswapun berkembang dengan imajinasi mereka.
2.2. Hasil Penelitian yang relevan
Berasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardianti Dwiardhany
dalam skripsinya yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas 5 dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Mateatika
Realistik Di SDN Sumurboto Tahun Pelajaran 2009/2010. Dalam penelitian ini
ada peningkatan prestasi belajar matematika. Data penelitian untuk prestasi
belajar diperoleh melalui evaluasi dari pembelajaran siklus I dan II, sedangkan
data keaktifan siswa diperoleh dari hasil observasi pembelajaran. Kemudian data
yang terkumpul diolah dengan analisis hasil evaluasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik
secara signifikan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa
kelas 5. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan prestasi belajar siswa yaitu pada
siklus I mengalami peningkatan prestasi belajar dari rata-rata 59,87 menjadi 70,00
dan keaktifan siswapun ikut meningkat. Pada siklus II terjadi peningkatan prestasi
belajar dari rata-rata hasil ulangan 58,87 menjadi 76,12.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Aziz Arifin dalam skripsinya yang
berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Kmpetensi Dasar Melakukan Operasi Hitung Campuran Bilangan
Bulat melalui Pendekatan Matematika Realistik Kelas 1 SD Negaeri 1 Kalikudu
Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
ada peningkatan prestasi belajar dari pra siklus (awal) ke siklus I dan siklus I ke
siklus II. Dilihat dari rata-rata kelas pada pra siklus 72,31 kemudian pada siklus I
nilai rata-rata kelasnya menungkat menjadi 90,38 dan meningkat lagi pada siklus
II menjadi 98,46. Ketuntasan belajar pra siklus 65,38% kemudian pada siklus I
ketuntasan belajar menjadi 88,46% dan pada siklus II mencapai ketuntasan belajar
100%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode PMRI yang diterapkan
secara signifikan dan terprogram dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyanti Dwiardhany
dan Aziz Arifin terdapat kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu
sama-sama melakukan penelitian tentang peningkatan hasil belajar siswa dan
sama-sama menggunakan model PMR atau PMRI. Dari kedua penelitian tersebut
juga terdapat perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu kelas yang
dijadikan subyek penelitian adalah kelas 5 sedangkan peneliti melakukan
penelitian di kelas 4. Pengolahan data yang dilakukan oleh Mardiyanti
Dwiardhany menggunakan analisis hasil evaluasi sedangkan pengolahan data
yang peneliti lakukan menggunakan analisis data kualitatif dan analisis data
kuantitatif yang kemudian dianalisis kembali menggunakan analisis data
komparatif. Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan
Aziz Arifin adalah operasi hitung campuran bilangan bulat sedangkan kompetensi
dasar yang peneliti lakukan adalah penjumlahan pecahan pada siklus I dan
pengurangan pecahan pada siklus II.
2.3. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya pelajaran matematika sama halnya dengan mata pelajaran
yang lain. Pelajaran matematika sangat memungkinkan siswa untuk senang
mempelajarinya. Karena dalam pembelajarannya, pelajaran matematika dapat
diajarkkan dengan berbagai contoh yang ada dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Peran guru sebagai motivator sekaligus fasilitator sangat berpengaruh untuk
menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran matematika. Guru harus
senantiasa merancang pembelajaran aktif, kreatif, inovatif dan selalu melibatkan
siswa dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu peneliti melakukan penlitian
PTK untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif dengan
menggunakan model Pembelajaran Matematik Realistik Indonesia dan dengan
memberikan perlakuan pada kelas yang menjadi subjek penelitian diharapkan
akan mengalami peningkatan dalam hasil belajar. Karena tidak menutup
kemungkinan dengan perlakuan yang diberikan
dapat menumbuhkan minat
belajar siswa terhadap pelajaran matematika pada jenjang berikutnya bahkan
meningkatkan kreatifitas siswa. Sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai
serta memberikan hasil yang baik untuk siswa, guru, peneliti sendiri, maupun
kepala sekolah dimana peneliti melakukan penelitian serta pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya.
Sulitnya siswa menerima pelajaran dikarenakan siswa merasa bosan dengan
cara penyampaian guru mengajar. Banyak dari siswa yang asik bermain sendiri,
melamun bahkan ada dari mereka yang asik mengganggu temannya.
Dalam pengamatan kegiatan awal pembelajaran siswa hanya duduk dan
mendengarkan penjelasan dari guru, hanya sesekali guru menanyakan apakah
siswa sudah jelas dengan penjelasan yang disampaikan guru. Setelah menjawab
siswa kembali pada aktifitas siswa semula. Hal tersebut yang menyebabkan siswa
merasa bosan sulit untuk menerima pelajaran yang diberikan sehingga hasil
belajarnyapun rendah. Setelah dilakukan tindakan dengan model PMRI, dengan
memberikan alat peraga yang real dan melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran, siswa kreatif dengan imajinasinya, siswa tertarik untuk mengikuti
pembelajaran yang dilakukan. Setelah dilakukan tes evaluasi, hasil tes siswa
meningkat.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut setelah diterapkan model PMRI
diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas 4 SDN 1
Gandon Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung semester 2 tahun pelajaran
2012/2013.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berfikir
dirumuskan bahwa:
1) Penerapan model PMRI dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi
siswa kelas 4 SDN Gandon 1 Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung
semester
2
tahun
pelajaran
pembelajarannya sebagai berikut:
2012/2013.
Adapun
langkah-langkah
a. Membuka pelajaran yang disertai apersepsi dengan memberikan masalah
kontekstual dan tujuan pembelajaran yang jelas.
b. Mengarahkan dan menempatkan siswa dalam kelompok belajar.
c. Melibatkan
siswa
dalam
kegiatan
pembelajaran
seingga
mampu
meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa dengan penekanan
berbuat (pengalaman langsung).
d. Menggunakan media dan sumber belajar maupun alat peraga yang menarik.
e. Membimbing dan mengarahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
f. Melakukan refleksi dan evaluasi berupa tes terhadap kinerja siswa.
2) Model PMRI dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas 4
SDN Gandon 1 Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung semester 2 tahun
pelajaran 2012/2013.
Download