BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Profitabilitas
2.1.1
Pengertian profitabilitas
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah untuk
memperoleh laba yang maksimal. Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus
mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besarnya
keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan untuk mengukur
tingkat keuntungan suatu perusahaan digunakan rasio profitabilitas. Profitabilitas
menurut Sartono (2010:122) adalah “kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.”
2.1.2
Pengertian Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2008:304) “rasio profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang, dan sebagainya”.
Tinggi rendahnya rasio ini sering kali merefleksikan profitabilitas dan
efektivitas penggunaan aset. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik pula
efektivitas dari penggunaan aset, dan diharapkan rasio ini dapat diperoleh
melebihi cost of capital dari dana yang diinvestasikan (Halim, 2007:157).
2.1.3
Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak
internal perusahaan tetapi juga pihak eksternal terutama pihak-pihak yang
memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Tujuan penggunaan
rasio profitabilitas menurut Kasmir (2009 : 197) adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu,
Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang,
Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri,
Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri,
Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri.
Manfaat rasio profitabilitas menurut Muchlisin Riadi dalam kajian pustaka (2012)
adalah:
1.
2.
3.
4.
Analisis kemampuan menghasilkan laba ditunjukkan untuk
mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh
suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu,
Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang
sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahaan dalam hal
kapabilitas dan motivasi dari manajemen,
Profitabilitas merupakan suatu alat untuk membuat proyeksi laba
perusahaan karena mengambarkan korelasi antara laba dan jumlah
modal yang ditanamkan,
Profitabilitas merupakan suatu alat pengendalian bagi manajemen,
profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak intern untuk menyusun
target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi
perusahaan dan dasar pengambilan keputusan.
2.1.4 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
profitabilitas. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai
serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau
untuk beberapa periode. Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang
dapat digunakan adalah (Kasmir, 2009:199):
1.
Margin Laba atas Penjualan (Profit Margin on Sales)
Margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur margin laba atas penjualan. Ada tiga rasio pengukuran
profitabilitas
dalam
hubungannya
dengan
margin
laba
atas
penjualan
(Syamsuddin, 2007:61), yaitu:
a.
Margin laba kotor (Gross Profit Margin)
Margin laba kotor merupakan persentase dari laba kotor dibandingkan
dengan penjualan. Semakin besar margin laba kotor maka semakin baik
keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga
pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengn penjualan.
Margin laba kotor : Penjualan bersih – Harga pokok penjualan
x 100%
Penjualan
b.
Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Menurut Van Horne dan John (2005:222), “margin laba bersih adalah
ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan
semua biaya dan pajak penghasilan”.
Margin laba bersih = Laba bersih setelah pajak
x 100%
Penjualan
c.
Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)
Menurut Syamsuddin (2007:61),
biasanya disebut
laba murni
“rasio ini menggambarkan apa yang
yang diterima atas setiap rupiah dari
penjualan yang dilakukan. Operating profit margin disebut laba murni
dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh
dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban
finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa
pembayaran pajak”.
Margin Laba Operasi : Laba Operasi
x 100%
Penjualan
2.
Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) atau bisa disebut juga dengan Return On
Investment (ROI) yaitu mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian
investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh
dana (aktiva) yang dimilikinya (Kasmir 2009:201). ROA menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari setiap satu rupiah aset
yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, investor bisa menilai apakah
perusahaan tersebut efisien pada saat memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan
operasional perusahaan. Selain itu, rasio ini juga memberikan ukuran yang
lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh laba (Yudhanta
Sambharakreshna, 2010:207).
Menurut Umar (2009:50), “Return On Investment (ROI) mencerminkan
kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin
sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan”.
Ada beberapa keunggulan dari Return On Asset menurut Munawir, (2006:91)
adalah:
1. ROA dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh,
yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan
perusahaan,
2. ROA dapat memperbandingkan posisi perusahaan dengan rasio industri
sehingga dapat diketahui apakah perusahaan berada di bawah, sama
atau di atas rata-rata industri. Hal ini merupakan salah satu langkah
dalam perencanaan strategi,
3. ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masingmasing produk yang dihasilkan oleh perusahaan,
4. ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan akuntansi
divisinya,
5. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, ROA juga berguna untuk
kepentingan perencanaan.
Hasil pengembalian investasi atau asset menunjukkan produktivitas dari
seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin
kecil atau rendah rasio ini, semakin kurang baik demikian pula sebaliknya.
Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi
perusahaan (Kasmir, 2009:202).
Return On Asset
=
Laba bersih setelah pajak
x 100%
Total aktiva
3.
Tingkat Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)
Menurut Syamsuddin (2007:64), “Return on Equity merupakan suatu
pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik
pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang
mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi
return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik
perusahaan”.
Return On Equity (ROE) = Laba bersih setelah pajak
x 100%
Total Modal
Menurut Van Horne dan John, (2005:226):
“Rasio Return On Equity menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas
investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali
digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah
industri yang sama. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan
penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen
biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut telah memilih
untuk menerapkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan standar industri,
ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan
yang berlebihan.
4.
Laba per lembar saham (Earning per share of common stock)
Menurut Harahap (2007:304), “rasio laba per lembar saham merupakan
rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham
menghasilkan laba”.
Laba per lembar saham
= Laba bagian saham bersangkutan
Jumlah Saham
2.2
Struktur Modal
Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manager keuangan dalam
kaitannya dengan operasional perusahaan adalah keputusan atas struktur modal
karena berhubungan dengan variabel keputusan keuangan lainnya. Untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam memaksimalisasi kekayaan pemilik, manajer
keuangan harus dapat menilai struktur modal perusahaan dan memahami
hubungannya dengan risiko, hasil atau pengembalian dan nilai (Sundjaja dan Inge,
2003:283).
2.2.1 Pengertian Struktur Modal
Menurut Sartono (2010:225), “ struktur modal adalah perimbangan jumlah
utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham
preferen dan saham biasa”.
2.2.2 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan bagaimana pengaruh keputusan
pendanaan terhadap nilai perusahaan. Ada beberapa teori struktur modal,
diantaranya adalah (Sjahrial, 2009:179):
1.
Teori struktur modal tradisional, yang terdiri dari:
a.
Pendekatan laba bersih (Net Income Approach)
Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi
atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan
perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya
utang yang konstan pula (Sartono, 2010:229).
b.
Pendekatan laba operasi bersih (Net Operating Income)
Menurut Sjahrial (2009:181), “pendekatan ini melihat bahwa biaya modal
rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat utang yang digunakan
perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya utang konstan seperti
halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan utang yang
semakin besar oleh pemiki modal sendiri dilihat sebagai peningkatan
risiko perusahaan”.
c.
Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa terjadi perubahan struktur modal
yang optimal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan
financial leverage. Dengan menggunakan pendekatan tradisional, bisa
diperoleh struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang
memberikan biaya (Sitanggang dan Mia, 2007:7).
2.
Teori Struktur Modal Modern
a.
Model Modigliani – Miller (MM) tanpa pajak
Teori ini menggunakan beberapa asumsi (Sjahrial, 2008:183):
1. Risiko bisnis perusahaan diukur dengan standar deviasi laba
sebelum bunga dan pajak,
2. Investor memiliki pengharapan yang sama tentang laba sebelum
bunga dan pajak (EBIT) perusahaan di masa mendatang,
3. Saham dan obligasi diperjualbelikan di suatu pasar modal yang
sempurna,
4. Seluruh aliran kas adalah sama jumlahnya setiap periode hingga
waktu tak terhingga.
b.
Model Modigliani – Miller (MM) dengan pajak
Kodrat dan Christian (2009:3) menyatakan bahwa:
Pada tahun 1963, MM mempublikasikan pendapatnya yang kedua
tentang teori struktur modal. MM menghilangkan asumsi tentang
ketiadaan pajak. Dengan adanya pajak penghasilan perusahaan,
utang dapat menghemat pajak yang dibayar (karena utang
menimbulkan pembayaran bunga yang mengurang jumlah
penghasilan kena pajak) sehingga nilai perusahaan bertambah.
Hubungan jumlah utang dengan nilai perusahaan adalah positif :
semakin besar utang, semakin tinggi nilai perusahaan. Model ini
disebut model MM dengan pajak.
c.
Model Miller
Tahun 1976, Miller menyajikan suatu teori struktur modal yang juga
meliputi pajak untuk penghasilan pribadi (Sjahrial, 2008:201). Pajak
pribadi ini adalah: pajak penghasilan dari saham dan pajak penghasilan
dari obligasi
d.
Teori Packing Order
Menurut Sugiarto (2009:50), “packing order theory menggambarkan
sebuah hierarki dalam pencarian dana perusahaan yang menunjukkan
bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity dalam
membiayai investasi dan mengimplementasikannya sebagai peluang
pertumbuhan”.
e.
Balanced Theory
Menurut Husnan (2004:324):
Esensi balance theory adalah menyeimbangkan manfaat dan
pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang,
apabila manfaat penggunaan hutang masih lebih besar daripada
pengorbanan atas penggunaan hutang, maka hutang masih akan
ditambah, namun apabila pengorbanan atas penggunaan hutang
sudah lebih besar dari manfaatnya maka hutang tidak boleh
ditambah lagi.
f.
Financial distress, agency teory dan trade off theory
Brigham (2001:840) menyatakan bahwa “financial distress bermula
ketika suatu perusahaan tidak mampu memenuhi jadwal pembayaran atau
ketika proyeksi arus kas menunjukkan bahwa dalam waktu dekat
pembayaran itu tidak dapat dipenuhi”.
Menurut Kodrat dan Christian (2009:13), “agency teory menunjukkan
hubungan keagenan yang muncul ketika satu atau lebih individu
(majikan) menguji indvidu lain (agen atau karyawan) untuk bertindak
atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan
kepada agen atau karyawan”.
Teori trade off menyatakan bahwa struktur modal yang optimal diperoleh
pada saat tercapainya keseimbangan antara keuntungan tax shield of
leverage dengan financial distress dan agency cost of leverage
(Sitanggang dan Mia, 2007:99).
2.2.3 Pengukuran Struktur Modal
Ada beberapa pengukuran dalam struktur modal (Kasmir, 2009:156):
1.
Debt to Asset Ratio (DAR)
Menurut Harahap (2008:304), “debt to asset ratio menunjukkan
sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva. Lebih besar rasionya lebih aman.
Bisa juga diartikan
bahwa DAR menunjukkan berapa porsi utang dibanding
dengan aktiva.
DAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
Debt to Asset Ratio = Total utang
x 100 %
Total aktiva
Menurut Kasmir (2009:156), “apabila dari hasil pengukuran menunjukkan Debt to
Asset Ratio tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka
semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva
yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil
perusahaan dibiayai dengan utang”
2.
Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Syamsuddin (2007:54), “rasio ini menunjukkan hubungan antara
jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah
modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan”.
Rumus :
Debt to Equity Ratio = Total utang
x 100 %
Modal
Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER menunjukkan tentang
imbangan antara beban hutang dibandingkan modal sendiri. DER juga
memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin
modal sendiri (Susilowati Yeye dan Tri, 2011:20).
Menurut Harahap (2008:303), “semakin kecil rasio DER maka semakin baik dan
untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah
hutang atau minimal sama, semakin besar rasio ini akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan”.
3.
Times Interest Earned
Menurut Kasmir (2009:160):
“Times interest earned merupakan rasio untuk mengukur sejauh
mana pendapatn dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa
malu karena tidak mampu membayar bunga tahunannya. Semakin
tinggi rasio ini, maka semakin besar kemungkinan perusahaan dapat
membayar bungan pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk
memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula
sebaliknya, apabila rasionya rendah maka semakin rendah pula
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya”.
Times Interested Earned =
EBIT
x 100 %
Biaya Bunga
4.
Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)
LDER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri
yang
dijadikan
jaminan
utang
jangka
panjang
dengan
cara
membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang
disediakan oleh perusahaan. (Kasmir, 2009:159).
Rumus :
Longterm Debt to Equity Ratio = Lonterm debt
x 100 %
Equity
2.3
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan.
Perusahaan berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan dibanding perusahaan
berukuran kecil. Perusahaan besar mampu menghasilkan produk dengan harga per
unit yang lebih rendah karena berproduksi pada skala ekonomis.
Menurut Febriani dan Ceacilia (2010):
“Ukuran perusahaan adalah ukuran besarnya perusahan yang dilihat dari
jumlah aktiva perusahaan. Ukuran perusahaan juga bisa menjadi ukuran
mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perusahaan mengembalikan
utang. Perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh
pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini terkait dengan
tingkat kepercayaan yang diberikan oleh kreditur kepada perusahaanperusahaan besar, dibandingkan dengan kepercayaan mereka kepada
perusahaan kecil”.
Indikator skala atau ukuran perusahaan digunakan total aktiva yang di Log
Naturalkan. Karena semakin besar total aktiva maupun penjualan maka semakin
besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aktiva maka semakin besar
modal yang ditanam, sementara semakin banyak penjualan maka semakin banyak
pula perputaran uang dalam perusahaan. Berarti, ukuran perusahaan merupakan
ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan (Yusralaini, dkk, 2009:36).
2.4
Pertumbuhan Penjualan
Tujuan perusahaan secara umum adalah mendapatkan laba. Aktivitas
utama perusahaan dalam pencapaian laba adalah penjualan. Jika perusahaan
cermat maka penjualan akan menjadi penyumbang keuntungan terbesar untuk
perusahaan. Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan
dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada.
Pertumbuhan penjualan memiliki peranan yang penting dalam manajemen
modal kerja. Dengan mengetahui seberapa besar pertumbuhan penjualan maka
perusahaan akan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan didapatkan
(Nugroho, 2011:11). Untuk mengukur pertumbuhan penjualan digunakan rumus:
Pertumbuhan penjualan = 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑡𝑡 – 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑡𝑡−1
x 100 %
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑡𝑡−1
2.5
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh
struktur modal, ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan terhadap
profitabilitas disajikan dalam tabel 2.1.
Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2009) dengan judul “Pengaruh
Growth dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Industri
Manufaktur di Indonesia”. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Busa Efek Jakarta. Model analisis yang digunakan
untuk menguji hipotesis adalah model regresi linier. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa growth opportunity mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas (EBIT). Ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap profitabilitas. Pengaruh growth opportunity terhadap
profitabilitas dimoderasi secara signifikan oleh ukuran perusahaan dengan arah
yang positif. Dengan kata lain, pengaruh growth opportunity terhadap
profitabilitas akan semakin kuat pada perusahaan yang berukuran besar dibanding
dengan perusahaan yang berukuran kecil. Meskipun secara parsial ukuran
perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas,
namun penelitian ini menemukan bahwa ukuran perusahaan ternyata secara positif
signifikan memoderasi pengaruh growth opportunity terhadap profitabilitas
perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011) berjudul “Analisis
Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja, Ukuran
Perusahaan dan Leverage Terhadap Profitabilitas Perusahaan”. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-2009. Adapun teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah metode purposive sampling dengan kriteria: perusahaan
manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia, perusahaan manufaktur yang
menerbitkan laporan keuangan secara lengkap selama periode 2005-2009,
memiliki nilai ROA dan pertumbuhan penjualan yang positif serta memiliki nilai
working capital turnover yang positif. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh
sampel perusahaan manufaktur sebanyak 15 perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel likuiditas (CR), pertumbuhan penjualan, working
capital turnover, ukuran perusahaan dan leverage mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel ROA. Berdasarkan hasil uji t, variabel likuiditas
(CR), working capital turnover dan ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi
yang positif. Sedangkan pertumbuhan penjualan dan leverage memiliki koefisen
regresi yang negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Campbel (2002) yang berjudul Ownership
Structure and The Operating Performance of Hungarian Firms. Penelitian ini
untuk menguji pengaruh kepemilikan asing manajemen, ukuran perusahaan, DER
dan capital intensity terhadap ROA pada perusahaan di Hungaria, dimana hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan asing dan capital intensity
menunjukkan pengaruh yang positif terhadap ROA. Sedangkan kepemilikan
manajemen, ukuran perusahaan dan DER mempunyai pengaruh yang negatif
signifikan terhadap ROA.
Penelitian yang dilakukan oleh Miyajima, dkk (2003) yang berjudul
“Corporate Governance and Performance in Twentieth Century Japan.”
Penelitian ini dilakukan untuk memahami kinerja dari perusahaan Jepang di abad
kedua puluh, penelitian ini telah membuat sebuah database yang komprehensif
yang mencakup asset, komposisi modal, profitabilitas dan variabel lain yang
berkaitan dengan struktur tata kelola perusahaan. Tujuan dari penelitian ini untuk
menguji pengaruh DER, dan ukuran perusahaan terhadap ROA pada perusahaan
yang ada di Jepang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
menunjukkan pengaruh yang positif terhadap ROA, sedangkan DER mempunyai
pengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Penelitian yang dilakukan oleh Pouraghajan Abbasali, dkk (2013) yang
berjudul “Investigation The Effect of Working Capital Management and Capital
Structure on Profitability (ROA). Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh
Inventory Turnover, Sales Growth, Debt Ratio, Size terhadap profitabilitas (ROA)
pada perusahaan Automotive di Iran periode 2006-2010.
Hasil
pengujiannya
menunjukkan bahwa Inventory Turnover, Sales Growth, Debt Ratio, Size samasama berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA).
Fitri Linda R (2011) yang berjudul “Pengaruh Current Ratio, Inventory
Turnover dan Debt To Equity Ratio Terhadap Return On Asset”. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan Food dan Beverage yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2007 – 2009 sejumlah 18 perusahaan. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.
Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan Food dan Beverage yang terdaftar
di BEI dan juga memiliki ROA yang positif. Berdasarkan kriteria tersebut
diperoleh 15 sampel perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
regeresi linear berganda. Hasil pengujiannya menunjukkan Current Ratio,
Inventory Turnover dan Debt To Equity Ratio sama-sama memiliki pengaruh
terhadap Return On Asset.
Falope dan Olubanjo (2009) yang berjudul “Working Capital Management
and Corporate Profitability; Evidence from Panel Data Analysis of Selected
Quoted Companies in Nigeria”. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti
empiris tentang pengaruh Account payable, Firm size, Cash Conversion Cycle,
Account Receivable, Inventory, Debt terhadap profitabilitas pada perusahaan yang
bergerak dalam bidang non-keuangan di negara Nigeria untuk periode 19962005. Penelitian ini menggunakan data panel ekonometri dalam pooled
regression, di mana time series dan observasi cross-sectional digabungkan. Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa Account payable, dan Leverage berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA. Firm size, Cash Conversion Cycle, Account
Receivable, Inventory,Debt berpengaruh negatif terhadap ROA sedangkan Sales
Growth berpengaruh positif pada ROA.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti
Rahmat
Setiawan
Tahun
2011
Judul
Pengaruh Growth
dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan
Industri
Manufaktur di
Indonesia
Variabel
Variabel
dependen :
profitabilitas.
Variabel
independen :
Growth dan
Ukuran
Perusahaan
Nugroho
2011
Analisis Pengaruh
Likuiditas,
Pertumbuhan
Penjualan,
Perputaran Modal
Kerja, Ukuran
Perusahaan dan
Leverage
Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan
Variabel
dependen:
profitabilitas,
variabel
independen:
likuiditas,
pertumbuhan
penjualan.
Perputaran
modal kerja,
ukuran
perusahaan
dan leverage
Campbel
2002
Ownership
Structure and The
Operating
Performance of
Hungarian Firms
Variabel
dependen:
ROA.
variabel
independen:
kepemilikan
asing
manajemen,
ukuran
perusahaan,
DER dan
capital
intensity
Hasil
Growth
opportunity
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
profitabilitas .
Ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas.
Likuiditas, modal
kerja, struktur
modal, dan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif terhadap
profitabilitas,
pertumbuhan
penjualan dan
leverage
berpengaruh
negatif terhadap
profitabilitas,
Kepemilikan
asing dan capital
intensity
menunjukkan
pengaruh yang
positif terhadap
ROA. Sedangkan
kepemilikan
manajemen,
ukuran
perusahaan dan
DER mempunyai
pengaruh yang
negatif signifikan
terhadap ROA.
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Miyajima,
dkk
2003
Corporate
Governance and
Performance in
Twentieth
Century Japan
Pouraghajan 2013
Abbasali,
dkk
Investigation The
Effect of Working
Capital
Management and
Capital Structure
on Profitability
(ROA)
Fitri Linda
2011
Pengaruh Current
Ratio, Inventory
Turnover dan
Debt To Equity
Ratio Terhadap
Return On Asset
Falope dan
Olubanjo
2009
Working
Capital
Management
and Corporate
Profitability ;
Evidence from
Panel
Data analysis of
Selected Quoted
Companies in
Nigeria
Variabel
dependen:
Return On
Asset
Variabel
independen:
DER, dan
ukuran
perusahaan
Dependen:
ROA.
Independen:
Inventory
Turnover,
Sales Growth,
Debt Ratio,
Size
Variabel
dependen:
ROA
Variabel
independen:
Current Ratio,
Inventory
Turnover dan
Debt To Equity
Ratio
Dependen
:ROA
Independen:
Account
Receivable,
Inventory,
Account
Payble, Cash
Conversion
Cycle,
Firm Size
Sales Growth,
Debt
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif terhadap
ROA, sedangkan
DER berpengaruh
negatif signifikan
terhadap ROA.
Inventory
Turnover, Sales
Growth, Debt
Ratio, Size samasama berpengaruh
pada ROA
Current Ratio,
Inventory
Turnover dan
Debt To Equity
Ratio sama-sama
memiliki
pengaruh
terhadap Return
On Asset.
Account payable,
dan Leverage
berpengaruh
positif signifikan
terhadap ROA,
Firm size, Cash
Conversion
Cycle, Account
Receivable,
Inventory,Debt
berpengaruh
negatif terhadap
ROA sedangkan
Sales Growth
berpengaruh
positif pada ROA
2.6
Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.6.1
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menurut Priadana,dkk (2009:89) adalah “model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai indikator yang
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual yang baik
akan menjelaskan teoritis hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen yang diteliti”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
profitabilitas perusahaan. Struktur modal, ukuran perusahaan dan pertumbuhan
penjualan menjadi variabel independen.
1.
Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas yang diukur dengan
Return On Asset (ROA)
Pemilik sebuah perusahaan mungkin dapat menggunakan utang yang
berjumlah relatif besar untuk membatasi manajernya. Rasio hutang yang tinggi
akan meningkatkan ancaman kebangkrutan untuk menjadi lebih berhati-hati dan
tidak
menghambur-hamburkan
uang
pemegang
saham.
Kebanyakan
pengambilalihan perusahaan dan pembelian melalui hutang dirancang untuk
meningkatkan efisiensi dengan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi para
manajer (Brigham dan Houston, 2001). Pembelanjaan yang dilakukan oleh
manajemen keuangan
akan
membentuk
struktur keuangan
yang dapat
menunjukkan komposisi perbandingan sumber dana perusahaan dalam membiayai
operasional perusahaan. Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan
sumber dana merupakan hal penting, sebab hal tersebut akan mempengaruhi
struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas.
Sumber dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang
diukur dengan Debt to Equity Ratio.
2.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas yang diukur dengan
Return On Asset (ROA)
Menurut Kusuma (2009:85), “dalam teori critical, semakin besar skala
perusahaan maka profitabilitas juga akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah
tertentu ukuran perusahaan akhirnya akan menurunkan laba perusahaan. Teori
critical menekankan pada pengendalian oleh pemilik perusahaan terhadap sumber
daya perusahaan seperti aset, teknologi, kekayaan intelektual sebagai faktor-faktor
yang menentukan ukuran perusahaan”.
Dengan adanya sumber daya yang besar, maka perusahaan dapat
melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga
memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar.
Dengan adanya penjualan yang semakin meningkat, perusahaan dapat menutup
biaya yang keluar pada saat proses produksi. Dengan begitu laba perusahaan akan
meningkat.
3.
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Profitabilitas yang diukur
dengan Return On Asset (ROA)
Penjualan merupakan variabel yang paling penting dalam perusahaan.
Ramalan penjualan yang tepat sangat diperlukan untuk melihat perkembangan
penjualan perusahaan dari setiap periode. Dengan menggunakan rasio
pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat mengetahui trend
produknya dari tahun ke tahun.
penjualan dari
Brigham dan Houston (2001) menyebutkan bahwa “penjualan harus dapat
menutupi biaya sehingga dapat meningkatkan keuntungan, maka perusahaan
dapat menentukan langkah yang akan diambil untuk mengantisipasi kemungkinan
naik atau turunnya penjualan pada tahun yang akan datang”. Bila penjualan
ditingkatkan, maka aktiva pun harus ditambah sedangkan disisi lain jika
perusahaan tahu dengan pasti permintaan penjualannya di masa mendatang, hasil
dari tagihan piutangnya, serta jadwal produknya, perusahaan akan dapat mengatur
jadwal jatuh tempo utangnya agar sesuai dengan arus kas bersih di masa
mendatang. Akibatnya laba dapat dimaksimalkan (Horne dan Wachowicz dalam
Nugroho, 2011:13).
Di bawah ini adalah gambar kerangka konseptual tentang struktur modal,
ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan sebagai variabel independennya
dan profitabilitas sebagai variabel dependen. (Gambar 2.1)
Struktur Modal
(DER)
X1
H1
H2
Ukuran Perusahaan
X2
H4
H3
Pertumbuhan
Penjualan
X3
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Return On Asset
(Y)
2.6.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Priadana dan Saludin (2009:90) hipotesis adalah “jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah
penelitian disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan”.
Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan penelitian terdahulu dan kerangka
konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H1
: Struktur modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas yang diukur
dengan Return On Asset (ROA).
H2
: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas yang
diukur dengan Return On Asset (ROA).
H3
: Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap profitabilitas yang
diukur dengan Return On Asset (ROA).
H4
: Struktur modal, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan penjualan
berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas yang diukur dengan
Return On Asset (ROA).
.
Download