BAB II - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Keuangan
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, peraturan yang
dilakukan melalui proses dan diatur berdassarkan urutan dan fungsi-fungsi
manajemen tersebut. Untuk memeproleh gambaran yang lebih jelas mengenai
manajemen, berikut ini dikemukakan oleh para ahli :
Pengertian Manajemen menurut Hasibuan (2003:2) manajemen adalah :
"Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,
perorganisasian,
pengendalian,
penempatan,
pengarahan,
pemotivasian,
komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi
dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan produk atau jasa secara efisien".
Menurut Lewis and Algoud (2004:5) adalah sebagai berikut :
“Management is defined as the process of administering and coordinating
resources effectively, efficiently, and in an effort to achieve the goals of the
organization.”
Sedangkan menurut Weihrich dan Koontz (2005:4) adalah sebagai berikut :
“Management is the process designing and maintaining an environment in
which individuals, working together in groups efficiently accomplish selected
aims.”
25
26
Dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai
2. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni
3. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih melakukan kerja
sama dalam suatu organisasi
4. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi penting
5. Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan
6. Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab
7. Mamajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan
teringtegritas dalam memanfaatkan unsure-unsurnya.
2.1.2 Pengertian Keuangan
Keuangan itu sendiri dapat didefinisikan menurut beberapa ahli yaitu :
Keuangan menurut Sudjaja da Barlian (2002:34) adalah sebagai berikut :
“Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang, yang
mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.”
Menurut Gitman (2003:4) menyatakan bahwa :
“Finance can be difined as the art and science of managing money. Virtually
all individuals and organization earn or raise money and spend or invest
money. Finance is concerned with the process, institutions, markets, and
instrument involved in the transfer of money among and between individuals,
business, and governments.”
Sedangkan menurut Gallacher, Drew and Joseph (2003:1) adalah sebagai
berikut :
“ Finance is important to business people,financial decisions about how to
raise, spend, and allocate money can affect every to products. Financial also
offers career opportunities in three main areas.”
27
Maka dapat disimpulkan bahwa keuangan adalah cara sebuah lingkup
organisasi, individu dan bisnis untuk mengalokasikan dan mengatur keluar masuk
nya uang dengan sebaik baiknya dari waktu ke waktu dengan memperhatikan resikoresiko dalam proyek mereka.
2.1.3 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan bagian dari manajemen yang merupakan satu
fungsi yang terpenting bagi suatu perusahaan. Dimana manajemen keuangan
membantu fungsi operasional perusahaan yang lainnya seperti Manajemen
Pemasaran, Manajemen Produksi, Manajemen Strategik, Manajemen Sumber Daya
Manusia, dan lain sebagainya. Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara
langsung terhadap kehidupan setiap orang dan perusahaan. Adapun pengertian
manajemen keuangan sebagai berikut :
Pengertian keuangan menurut Gitman (2003:4) menyatakan bahwa :
“Finance can be defined as the art and science of managing money. Virtually
all individuals and organizations earn or raise money and spend or invest
money. Finance is concerned with the process, institutions, markets, and
instruments involved in the of money among and between individuals,
individuals, business, and governments.”
Menurut Darsono (2006:1) adalah sebagai berikut :
“manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan
untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakan
seefektif seefesien dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.”
Sedangkan menurut Husnan (1996:15) adalah sebagai berikut :
“manajemen keuangan sebuah kegiatan pengelolaan kuangan yang pada
dasarnya dapat dilakukan oleh individu perusahaan maupun pemerintah”.
28
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
Manajemen Keuangan adalah usaha-usaha untuk menyediakan uang, dimana dengan
uang tersebut digunakan oleh perusahaan dalam memperoleh atau mendapatkan
keuntungan atau hasil yang telah ditetapkan. Dimana Manajemen keuangan
menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.
Manajemen keuangan lebih menitik beratkan pada pengelolaan investasi, pembiyaan
dan manajemen aktiva untuk menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham
melalui maksimalisasi nilai perusahaan.
2.1.4 Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2003:5) menjelaskan fungsi keuangan teridiri dari tiga
keputusan utama yang harus dilakukan oleh perusahaan : keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan keputusan deviden. Ketiga keputusan keuangan
diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang
diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada
makin tingginya harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham yang
dalam hal ini adalah return saham dengan sendirinya makin bertambah.
1. Keputusan investasi
Keputusan investasi adalah masalah bagaimana keuangan harus mengalokasikan
dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan
keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam dan komposisi dari
investasi tersebut akan mempengaruhi dan menungjang tingkat keuntungan di
masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut
tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu, investasi akan mengandung
risiko atau ketidakpastian karena risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu
akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai
perusahaan.
29
2. Keputusan pendanaan
Keputusan pendanaan ini sering disebut juga sebagai kebijakan struktur modal.
Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan
menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan
guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.
3. Keputusan deviden
Deviden merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada
pemegang saham. Oleh karena itu, dividen ini merupakan bagian keberhasilan
yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan
manjemen keuangan untuk menentukan : (1) besarnya presentase laba yang
dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, (2) stabilitas
dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock dividend).(4) pemecahan saham
(stock split), serta (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya
ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
2.1.5 Tujuan Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan yang efisiensi membutuhkan tujuan dan sasaran yang
digunakan sebagai standar dalam memberikan penilain koefisien keputusan
keuangan.Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar,
manajemen keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang
benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara
normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan
karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang
saham).
Menurut Ross et.al (2006:11) tujuan manajemen keuangan adalah sebagai
berikut :
“ the goal of financial management is to maximize the current value per share
of the existing stock.”
30
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan
oleh manajer keuangan adalah merencanakan untuk, memperoleh, dan menggunakan
dana guna memaksimalkan nilai perusahaan.
2.2
Tinjauan Umum Bank Konvensional
2.2.1 Pengertian Bank
Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan,
badan-badan pemerintah, swasta maupun perseorangan dalam menyimpan danadananya dan untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan melalui kegiatan
perkreditan dan berbagai jasa yang disediakan. Bank memberikan kebutuhan
pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua faktor
perekonomian.
Pengertian bank sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa
keuangan menurut Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998 (pasal 1 ayat 2)
adalah :
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998
menyebutkan bahwa bank umum adalah
“bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.”
31
Definisi bank yang lainnya dapat ditemukan dalam berbagai literatur yang
dikemukakan oleh para pakar :
Menurut Kasmir (2003:11) bank adalah :
“Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya.”
Menurut Malayu Hasibuan (2002:2) yang dimaksud dengan bank adalah :
“Bank adalah perantara keuangan masyarakat yaitu perantara dari mereka
yang kelebihan uang dengan yang kekurangan uang.”
Dari pengertian diatas kita simpulkan bahwa yag dimaksud dengan bank
adalah lembaga keuangan atau badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan
yang memiliki 3(tiga) kegiatan utama yaitu: menghimpu dana, menyalurkan dana,
dan memberikan jasa kepada bank lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang
memegang peranan penting dalam membangun ekonomi. Bank bukan hanya sebagai
lembaga menghimpun dana, menyediakan dana dalam masyarakat, akan tetapi bank
juga merupakan suatu lembaga yang memberikan motivasi dan mendorong
terciptanya berbagai kegiatan ekonomi.
2.2.2 Jenis Bank
Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
dengan sebelumnya yaitu Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 maka
terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai
lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana
tidak berbeda satu dengan yang lainnya.
32
Menurut Kasmir (2003;20) perbedaan sejenis perbankan ini dapat dilihat dari
segi fungsinya, kepemilikan, status, dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi,
perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat
ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan dari segi kepemilikan
perusahaan dapat dilihat dari pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya. Dari
segi status dilihat dari pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.
Sedangkan dari menentukan harga yaitu antara Bank Konvensional
berdasarkan bunga dan Bank Syariah berdasarkan bagi hasil.
Adapun Jenis perbankan ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain:
1. Dilihat dari segi fugsinya
a. Bank Umum
Bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit
jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.
c. Bank Sentral
Fungsi bank sentral di Indonesia di pegang oleh Bank Indonesia(BI), Bank
Sentral tidak termasuk kedalam undang-undang Republik Indonesia No.10 tahun
1998 tentang perbankan hal ini dikarenakan pada prinsipnya Bank Indonesia
merupakan lembaga Negara yang turut berfungsi mengawasi pelaksanaan
Undang-Undang tersebut, yaitu dalam kapasitasnya selaku pembinaan dan
33
pengawas bank. Bank Sentral bersifat tidak komersial seperti halnya Bank
Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
2. Dilihat dari Segi Kepemilikan
a. Bank Milik pemerintah
Akte maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan
bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah, antara
lain :Bank Negara Indonesia 46 (BNI), Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia
(BRI), Bank Tabungan Negara(BTN).
b. Bank milik swasta nasional
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta
akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian
keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank swasta nasional
antara lain:Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putra, Bank
Danamon, Bank Duta.
c. Bank milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik
swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya dimiliki oleh pihak
luar negeri. Contoh Bank Asing antara lain:Deutsche Bank, American Express
Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, Hongkong Bank.
d. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara
Indonesia. Contoh bank campuran antara lain:Bank Sakura Swadarma Bank
Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Interpacific Bank.
e. Bank Milik Koperasi
Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
hukum koperasi. Sebagai contoh: Bank Umum Koperasi Indonesia.
34
3. Dilihat dari Segi Status
a. Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang
behubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer
keluar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan
pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi
bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
b. Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi
sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya
Bank Devisa. Jadi Bank Non Devisa merupakan kebalikan daripada Bank
Devisa, transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas Negara.
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang
berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari keuntungan dan
menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip
konvensional menggunakan dua metode, yaitu:
Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro,
tabungan maupun deposito. Demikian pula dengan harga untuk produk
pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu.
Penentuan harga ini dikenal dengan istilah based.
Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
35
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya
sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Bank
berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan
dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam
menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah adalah sebagai berikut.
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (misyarakah)
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
5. Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
lain (ijarah wa iqtina).
2.2.3
Karakteristik Perbankan Konvensional
Anonimous (2001) menjelaskan bahwa karakteristik bank konvensional
meliputi beberapa hal:
a. Merupakan industri yang kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan
masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dipelihara.
b. Pengelola bank dalam usahanya dituntut untuk senantiasa menjagakeseimbangan
antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dan pencapaianrentabilitas yang wajar
serta
pemenuhan
kebutuhan
modal
yang
memadaisesuai
dengan
jenis
penanamannya.
c. Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistemmoneter
mempunyai kedudukan yang strategis sebagai penunjangpembangunan ekonomi
36
2.2.4
Kegiatan Operasional Bank Konvensional
Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank
tidak akan lepas dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan secara sederhana adalah
sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya, hal ini sesuai dengan
kegiatan utama suatu bank, yaitu menghimpun dana melalui simpanan dan kemudian
menyalurkan dana kepada masyarakat umum melalui kredit atau pinjaman.
Menurut Kasmir (2003;30) kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1. Menghimpun dana (funding).
Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat.
Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis
simpanan yaitu simpanan giro, tabungan, dan simpanan deposito.
2. Menyalurkan dana (lending).
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari
masyarakat. Penyalur dana yang dilakukan oleh bank melalui pemberi pinjaman
yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit. Kredit yang diberikan
oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank
penyalurnya. Demikian pula dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang di
tawarkan, meliputi : kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit
konsumtif, dan kredit profesi.
3. Memberikan jasa-jasa Bank lainnya (service).
Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung
kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana sekalipun sebagai
kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memeberikan keuntungan bagi
bank dan nasabah, bahkan dewasa ini memeberikan banyak kontribusi keuntungan
yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan dari spread based
37
semakin kecil, bahkan cenderunga negative spread (bunga simpanan lebih besar
dari bunga kredit). Jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi kiriman uang, kliring,
inkaso, kartu kredit, dan jasa-jasa lainnya.
Secara singkat kegiatan bank sebagai lembaga keuangan melalui gambar 2.1
berikut ini :
Gambar 2.1
Kegiatan Bank Sebagai Lembaga Keuangan
Bank
Menghimpun Dana
Menyalurkan Dana
Jasa-jasa lainnya
Sumber : Kasmir (2006:4)
2.2.5 Fungsi dan Peranan Bank
Fungsi dan peranan bank menurut Kasmir (2006:5) adalah sebagai berikut :
“ Perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang
kekurangan dana.”
Secara lebih rinci dapat diakatakan bahwa fungsi-fungsi dan peranan bank
adalah :
1) Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana menyimpan uang di bank, dalam hal
ini nasabah sebagai penyimpan dan bank yang menerima titipan simpanan
sebagai pembeli dana. Nasabh dapat memilih simpsnan dananya dalam bentuk
Giro, Tabungan, dan Deposito
38
2) Nasabah akan memeperoleh balas jasa dari bank berupa bunga dari bank
konvensional atau bagi hasil dari bank yang berdasarkan prinsip sayariah.
3) Oleh bank dana yang disimpan oleh nasabah yang bersangkutan akan disalurkan
kembali (dijual) kepada masyarakat yang membutuhkan dana tersebut dalam
bentuk pinjaman atau kredit.
4) Masyarakat yang memeperoleh pinjaman atau kredit dari bank akan
mengembalikan pinjaman tersebut disertai dengan bunga yang telah di tetapkan
sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Khusus untuk bank yang
berprinsip syariah, pengembalian pinjaman disertai dengan sistem bagi hasil
sesuai hokum islam.
Secara singkat fungsi bank sebagai perantara keuangan dapat dilihat dalam
gambar 2.2 berikut ini :
Gambar 2.2
Fungsi Bank Sebagai Perantara Keuangan
Masyarakat yang
Kelebihan Dana
FUNGSI BANK
Beli Dana
Jual Dana
Giro
Pinjaman
Tabungan
(Kredit)
Deposito
Sumber : Kasmir (2006:5)
Masyarakat yang
Kekurangan Dana
39
2.3
Tinjauan Umum Bank Syariah
2.3.1 Pengetian Bank Syariah
Bank syariah dikenal juga dengan nama bank islam dalam berbagai media
massa, buku, maupun publikasi umum. Hal ini dikarenakan bank syariah mengacu
pada ajaran islam. Perwataatmadja dan syafi’I Antonio (1999:1-2), mengemukakan :
“Bank islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah islam yang tat cara beroprasinya mengacu pada ketentuan-ketentua
Al-Qur’an dan Hadist. Bank yang beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah
islam adalah bank yang beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah islam khususnya yang menyangkut tata-cara bermuamalat secara
islam. Dalam tata cara bermuamalat itu di jauhi praktek-praktek yang
dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatankegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Dalam
tata cara beroprasinya mengikuti suruhan dan larangan itu, maka yang dijauhi
adalah praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba
sedangkan yang diikuti adalah praktek-praktek usahayang dilakukan di zaman
Rasulullah S.A.W atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi
tidak dilarang oleh beliau.”
Dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Pasal 1 Poin 7 dinyatakan Bank Syariah adalah :
“Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah.”
Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pasal 1 Poin 13 dinyatakan
Prinsip Syariah adalah :
“Prinsip Syariah adalah sistem perjanjian berdasarkan hokum islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau kegiatan pembiayaan
usaha, kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai sayariah, antara lain,
pembiayaan berdasarakan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan penyertaan modal (musharakah), prinsip jul beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabakah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
40
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
lain (ijarah wa iqtina).”
Jadi dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang beroperasi
dengan prinsip syariah islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah islam adalah bank yang beroperasi mengikuti ketentun-ketentuan syariah
islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara islam.
2.3.2
Karakteristik Perbankan Syariah
Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan undang-
undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, disebutkan Bank Syariah adalah Bank
Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syarih yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut Muhammad, (2005:78) dalam menjalnkan aktivitasnya Bank
Syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Prinsip Keadailan
Dengan sistem oprasional yang berdasarkan ‘profit and loss sharing system’,
Bank Syariah memiliki kekuatan tersendiri yang berbeda dari sistem
Konvensional. Perbedan ini
Nampak jelas bahwa dalam sistem bagi hasil
terkandung dimensi keadailan dan pemerataan. Apabila menujuk pada strategi
keunggulan bersaing (competitive advantage strategy) merupakan strategi
diferensiasi yang menjadi kekuatan tersendiri bagi lembaga yang bersangkutan
untuk menenangkan persaingan yang kompetitif.
41
2) Prinsip Kesederhanaan
Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana,
maupun Bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam
hak, kewajiban, resiko, dan keuntungan yang berimbang antara nasabah
penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank. Dengan sistem bagi
hasil yang diterapkan , Bank Syariah mensyaratkannya dengan adanya kemitraan
nasabah harus sharing the profit and risk secara bersama-sama.
3) Prinsip Ketentraman
Sebagai lembaga ekonomi, tujuan pendirian Bank Syariah adalah menciptakan
keseimbangan sosial-ekonomi masyarakat agar mencapai ketentraman. Karena
itu, produk-produk Bank Syariah harus mencerminkan world view islam atau
sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah islam.
2.3.3 Produk Bank Syariah
Dalam rangka melayani masyarakat, terutama masyarakat muslim, bank
syariah menyediakan berbagi macam produk perbankan. Produk-produk yang
ditawarkan sudah tentu islami, termasuk dalam memeberikan pelayanan kepada
nasabahnya. Menurut Kasmir (2006 : 217), berikut ini jenis-jenis produk bank syariah
yang ditawarkan adalah sebagai berikut :
1.
Al-wadiah (Simpanan)
Al-wadiah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan. Prinsip Al-wadiah
merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perseorangan
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si
penitip menghaendaki.
42
2.
Pembiayaan dengan bagi hasil
Dalam bank konvensional untuk penyaluran dananya kita mengenal istilah kredit
atau pinjaman. Sedangkan dalam bank syariah untuk penyaluran dananya kita
kenal dengan istilah pembiayaan. Jika dalam bank konvensional keuntungan
bank diperolah dari bunga yang di bebenkan, maka dalambank syariah tidak ada
istilah bunga akan tetapi menerapkan sistem bagi hasil. Prinsip bagi hasil dalam
bank syariah yang diterapkan dalam 2 pembiayaan yaitu:
a. Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal
dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama
sesuai kesepakatan
b. Al-Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak, dimana pihak pertama
menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Mudharabah terdiri
dari dua jenis, yaitu :
1.) Mudharabah
muthlaqah
adalah
Mudharabah
dimana
pemilik
dana
memberikan kebebasan kepada pengelola dana (Mudharib) dalam pengelolaan
investasinya.
2.) Mudharabah muqayyadah adalah Mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola dana (Mudharib) mengenai tempat,
cara, dan objek investasi.
3.
Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan
membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya
kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin
keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang
43
tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran =
harga pokok ditambah margin yang disepakati.
4.
Bai’al-Murabahab merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan
tambahan keuntungan yang di sepakati.
5.
Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak
dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil panen.
6.
Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana
nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan
sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
7.
Bai’as Sa-salam
Artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan dimuka.
8.
Bai’Al’isthina
Bai’Al’isthina merupakan bentuk khusus dari akad Bai’as sa-salam, oleh karena
itu ketentuan dalam Bai’Al’isthina mengikuti ketentuan dan aturan Bai’as sasalam. Pengertian Bai’Al’isthina adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan
produsen (pembuat barang).
9.
Al-Ijarah
Adalah pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.
10. Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad pemindahan
hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, namun dimasa
akhir sewa terjadi pemindahan kepemilikan atas barang sewa.
11. Al-Wakalah
Adalah nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya malakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
44
12. Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung,
dengan kata lain mengalihkan tanggung jawab seorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.
13. Al-Kafalah
Adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang di tanggung.
14. Al-Hawalah
Adalah pengalihan uang dari orang yang beutang kepada orang lain yang wajib
managgungnya.
15. Ar-Rahn
Adalah salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai yang ekonomis.
Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhan dapat
dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminam utang atau gadai.
16. Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan syariah
yang tidak lain adalah memberikan pinjaman baik berupa uang ataupun lainnya
tanpa mengharapkan imbalan atau bunga ( riba . secara tidak langsung berniat
untuk tolong menolong bukan komersial.
2.3.4 Fungsi Bank Syariah
Bank syariah mempunyai beberapa fungsi yang berbeda dengan bnk
konvensional, fungsi bank syariah juga merupakn karakteristik bank syariah. Dengan
diketahui fungsi bank syariah yang jelas akan mambawa dampak dalam pelakasanaan
kegiatan usaha bank syariah. Banyak para pengelola bank syariah yang tidak
memehami dan menyadari fungsi bank syariah ini yang menyamakan fungsi bank
syariah dengan fungsi bank konvensional sehingga membawa dampak dalam
pelaksanaan kegiatan yang dilakuka oleh bank syariah yang bersangkutan.
45
Menurut Wiroso (2005:4) terdapat empat fungsi bank syariah, dari empat
fungsi bank syariah berikut akan dibahas dua yaitu :
1. Manajer investasi
Bank syariah merupakn manajer investasi dari pemilik dana (shahibulmaal) dari
dana yang dihimpun (dalam perbankan lazim disebut dengan deposan atau
penabung), karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh
pemilik dana tersebut sangat tergantung pada pendapatan yang diterima oleh bank
syariah dalam mengelola dana mudharabah sehingga sangat tergantung pada
keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah
2. Investor
Bank syariah berfugsi sebagai investor sebagai pemilik dana. Oleh karena sebagi
pemilik dana maka dalam menanamkan dana dilakukan dengan prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan dan tidak melanggar syariah, ditanamkan pada sektor-sektor
produktif dan mempunyai resiko yang sangat minim. Keahlian profesionalisme
sangat diperlukan dalam menangani penyaluran dana ini. Penerima pendpatan dan
kualitas yang sangat baik menjadi tujuan yang penting dalam penyaluran dana,
karena pendapatan yang diterima dalam penyaluran dana inilah yang akan
dibagikan kepada pemilik dana (deposan atau penabung mudharabah).
Disamping dua fungsi lainnya, yaitu fungsi sosial dan jasa keuangan (perbankan)
2.3.5
Perbadaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Menurut Muhammad (2005), paling tida ada tiga prinsip dalam oprasional
bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional, terutama dalam pelayanan
terhadap nasabah yang harus dijaga oleh banker, yaitu : (1) prinsip keadailan, yakni
imbalan atas dasar bagi hasil dan margin keuntungan ditetapkan atas kesepakatan
barsama antar bank dan nasabah, (2) prinsip kesederajatan, yakni nasabah penyimpan
dana, penguna dana, dan bank memiliki hak, kewajiban, beban terhadap resiko dan
keuntungan yang berimbang, dan (3) prinsip ketentraman, bahwa produk bank
46
syariah mengikuti prinsip dan kaidah muamalah islam (bebas riba dan menerapkan
zakat harta)
Antonio (2001:34) menyebutkan ada beberapa hal yang menjadi
perbedaan mendasar antara bank syariah dan bank konvensional, yaitu dapat dilihat
pada tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1
Perbedaan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional
Bank Syariah
a) Melakukan
investasi-investasi
berdasarkan prinsip syariah
b) Menggunakan prinsip bagi hasil,
jual-beli, dan sewa.
c) Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan
d) Setiap produk yang di berikan
sesuai dengan fatwa dan syariah
e) Dilarangnya gharar dan maisir
f) Menciptakan keserasian diantara
keduanya
Bank Konvensional
a. Investasi
yang
dilakukan
berdasarkan sistem bunga.
b. Mengunakan prinsip pinjam –
meminjam uang dan memakai
perangkat bunga.
c. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk debitur dan kreditur
d. Tidak mengenal dewan sejenis
itu
e. Terkadang
terlibat
dalam
speculative FOREX dealing
g) Tidak memberikan dana secara
f. Berkontribusi dalam terjadinya
tunai tetapi memberikan barang
kesenjangan dalam sektor riil dan
yang dibutuhkan.
sektor moneter
h) Bagi hasil menyeimbangkan aktiva
dan pasiva
g. Memberikan peluang yang sangat
besar
untuk
shigt
striming
(penyalahgunaan dana pinjaman)
h. Rentan tehadap negative spread
47
2.4
Laporan Keuangan Bank
2.4.1 Pengertian laporan keuangan bank
Setiap perusahaan dalam suatu waktu (priode tertentu) akan melaporkan
semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangna menunjukan kondisi keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terlihat bagimna kondisi
perusahaan yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki
perusahaan. Keuntungan dengan membaca laporan keuangan ini adalah pihak
manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan
yang dimilikinya (Kasmir, 2008:253) dan menjelaskan bahwa, laporan keuangan
bank menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan keuangan
ini akan terbaca bagimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukan kinerja keuangan manajemen
bank selama satu priode. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajeman
dapat memperbaiki kelemahn yang ada serta memepertahankan kekuatan yang
dimilikinya,Menurut Kasmir (2003:239).
Dalam laporan keuangan yang termuat informasi mengenai jumlah kekayaan
(assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (disisi aktiva). Kemudian juga akan
tergambar kewajiban jangka panjang serta ekuitas (modal sendri) yang dimilikinya.
Informasi yang memuat seperti yang tergambar diatas tergambar dalam laporan
keuangan yang kita sebut neraca.
Kemudian laporan keuangan juga memeberikan informasi tentang hasil-hasil usaha
yang diperoleh bank dalam suatu priode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang
dikeluarkan untuk memeperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan memuat dalam
laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus
kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas.
48
2.4.2 Sifat Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan dibuat dengan maksud memeberikan gambaran kemajuan
(Progress report) perusahan dalam hal ini bank secara periodik. Jadi laporan
keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu Progress report.
Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara
fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi
serta pendapat pribadi.
Fakta-fakta yang telah dicatat, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari
catatan akuntansi, pencatatan dari pos-pos ini merupakan catatan historis dari
peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan
dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian
maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu
perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir.
Prinsip dan kebiasana di dalam akuntansi, data yang di catat didasarkan pada
prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip
akuntansi yang lazim, di dalam akuntansi juga digunakan prinsip atau anggapananggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara
lain : bahwa perusahan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern, konsep
ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekuensinya bahwa
jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan
yang masih berjalan yang didasarkan pada nilai atau harga pada terjadinya peristiwa
itu. Jadi jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai realisasi jika
aktiva tersebut di jual.
49
2.4.3 Tujuan Laporan Keuangan Bank
Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan bank menurut kasmir
(2003:204) adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban, dan modal
bank pada waktu tertentu.
2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis
kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.
3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal pada
waktu tertentu.
4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan
yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.
5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan
berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam priode tertentu.
6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva,
kewajiban, dan modal suatu bank.
7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu priode dari
hasil laporan keuangan yang di sajikan.
Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi
keuangan suatu perusahaan juga untuk menilai kinerja manajemen akan menjadi
patokan apakah manajemen berhasil atua tidak dalam menjalankam kebijakan yang
telah digariskan perusahaan dalam bidang manajeman keuangan khususnyadan hal ini
akan tergantung dari laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen.
50
2.4.4
Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan Bank
Dalam praktiknya pembuatan laporan keuangan ditunjukan untuk memenuhi
kepentingan berbagai pihak, disamping pihak manajemen dan pemilik perusahaan itu
sendiri. Begitu juga dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pihak bank akan
memberikan banyak manfaat kepada berbagai pihak lain. Masing-masing pihak
mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang
diberikan oleh pihak bank.
Menurut Kasmir (2006:241) Pihak-pihak yang memiliki kepentingan laporan
keuangan adalaha sebagai berikut :
1. Pemengan saham
Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank, kepentingan
terhadap laporan keuangan bank adalah untuk memenuhi kemajuan yang dipimpin
dalam suatu periode.
2. Pemerintah
Bagai pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah maupun
bank-bank swasta adalah untuk mengatahui kemajuan bank yang bersangkutan.
Kemudian pemerintah juga berkepentingan terhadap kepatuhan bank-bank dalam
melaksanakan kebijanak moneter yang ditetapkan.
3. Manajemen
Laporan keuangan bagi pihak manajeman adalah untuk menilai kinerja manajemen
bank dalam mencapai target-target yang telah di tetapkan. Kemudian juga untuk
menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber adaya yang dimilikinya.
51
4. Karyawan
Bagi karyawan dengan adanya lapoaran keuangan juga untuk mengatahui kondisi
keuangan bank yang sebenaranya. Sehingga mereka juga merasa perlu
mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila bank mengalami keuntungan
dan sebaliknya
5. Masyarakat luas
Bagi masayarakat luas laopran keuangan bank merupakan suatu jaminan terhadap
uang yang di simpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang
ada dengan melihat angka-angka yang ada dalam laporan keuangan.
2.4.5
Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank
Sama seperti lembaga keuangan lainya, bank juga memliki bebrapa jenis
laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan PSAK. Artinya laporan keuangan ini
dibuat sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dimana menurut Kasmir
(2003:242) jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud sebagai berikut :
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank pada tanggal
tertentu. Posisi keuangan ini dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta), dan pasiva
(kewajiban dan ekuitas) suatu bank.
2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang
tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila
persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh Laporan Komitmen adalah
komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat
Repurchase Agrement (Repo), sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan
52
atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau
tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.
3. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil
usaha bank dalam suatu priode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah
pendapatan dan sumber-sumber pedapatan serta jumlah dan jenis-jenis biaya yang
dikeluarkan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang menunjukan semua aspek
yang berkaitan dengan kagiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun
tidak terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama
satu priode laporan.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Merupakan laporan yang berisi catatan tersendri mengenai Posisi Devisa Neto,
menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya.
6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang
bersankutan baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Sedangkan laporan
konsolidasi
merupaan
perusahaannya.
laporan
bank
yang
bersangkutan
dengan
anak
53
2.5
Kinerja Keuangan Bank
2.5.1 Pengertian Kinerja
Menurut Ikatan Akutansi Indonesia, Kinerja perusahaan dapat diukur
dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan
dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk
memperediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang
langsung menarik perhatianpemakai seperti pembayaran deviden, upah, pergerakan
harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika
jatuh tempo.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di
manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu, tujuan pokok dalam
mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan terdapat berbagai metode dan cara yang
dapat dipilih dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahan tersebut.
Dalam dunia perbankan, pengukuran tingkat kinerja suatu bank dapat dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan. Seperti yang telah disebutkan diatas,
kinerja perusahaan (dalam hal ini bank) dapat diukur dengan menganalisa dan
mengevalusai laporan keuangan, salah satunya dengan menggunakan analisis
CAMELS.
2.5.2 Analisis CAMELS Perbankan Konvensional
Metode CAMELS merupakan salah satu cara untuk mengukur tingkat
kesehatan bank yang digunakan oleh Bank Indonesia. Metode ini digunakan oleh
Bank Indonesia untuk menilai beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi kinerja
suatu bank.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu bank, antara lain :
54
2.5.2.1 Capital (Permodalan)
Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam rangka
mengembangkan usaha dan menopang kerugian yang mungkin timbul dari
penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengundang resiko serta untuk
membiayai penanaman dalam aktiva lainnya (Sawir, 2001: 35)
Menurut Martono (2002:88) pada aspek penilaian ini yang dinilai adalah
pemodalan yang didasarkan pada kewajiban penyedianan modal minimum bank.
Penilaian tersebut didasarkan kepada Capital Adequency Ratio (CAR) yang telah di
tetapkan Bank Indonesia. Permodalan yang cukup adalah berkaitan dengan
penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup resiko yang mungkin
timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengandung resiko
serta membiayai penanaman dalam benda tetap dan inventaris.
Hasibuan (2005:58) menjelaskan bahwa CAR yang di dasarkan pada BIS
(Bank For International Sattlements) adalah 8%. Hal ini merupakan salah satu cara
untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau
belum. Jika modal rata-rata suatu bank yang lebih dari bank yang lainnya maka bank
tersebut akan lebih baik solvabilitasnya.
Menurut Hasibuan (2005:88) ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk :
a. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan
b. Melindungi dana pihak ketiga pada bank yang bersangkutan
c. Untuk memenuhi ketetapan standar BIS perbankan national dengan formula
sebagai berikut :
1.) 4% modal inti yang terdiri dari Shareholder Equity, Prefered Stock, dan
Freereservers, serta
55
2.) 4% modal sekunder yang terdiri dari Subordinate debt, Loan Loss Provission,
Hybrid Securities, dan Revolution Reserves.
Sanksi bagi bank yang tidak memenuhi CAR 8% disamping diperhitungkan
dalam penilaian tingkat kesehatan bank, juga akan dikenakan sanksi dalam rangka
pengawasan dan pembinaan bank.
Dalam menilai aspek permodalan Bank Indonesia menggunakan rumus
sebagai berikut :
CAR =
100%
Keterangan :
Modal adalah harga yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan
ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) adalah aktiva yang tercantum dalam
neraca tercermin dalam kewajiban yang bersifat kesinambungan dan atau
komitmen yang di sediakan bank bagi pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR,
terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya
didasarkan pada golongan nasabah penjamain serta sifat agunan. Dalam
menambahkan bahwa untuk kredit-kredit yang penarikannya dilakukan secara
bertahap, bobot resiko dihitung berdasarkan besarnya penarikan kredit pada tahap
yang bersangkutan.
2.5.2.2 Asset Quality (Kualitas Aktiva Produktif)
Kualitas aktiva produktif ini menunjukan kualitas asset sehubungan dengan
resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank
pada portofolio yang berbeda . setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif
dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yaitu apakah lancar,
kurang lancer, diragukan atau macet. Pembedaan kolektibilitas tersebut diperlukan
56
untuk mengetahui besarnya cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang
harus disediakan oleh bank untuk menutup resiko kemungkinan kerugian yang
terjadi. Berdasarkan pakfeb 1991, bank wajib membentuk cadangan tersebut
sekurang-kurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif ditambah dengan :
a. 3% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar,
b. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan,
c. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet.
Menurut Kasmir (2003:259), penilaian tingkat kesehatan aktiva produktif
suatu bank didasarkan pada penilaian terhadap kualitas aktiva produktif yang di
kualifikasikan dan di dasarkan pada dua ratio sebagai berikut :
(1) Perbandingan aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah seluruh
aktiva produktif,
(2) Perbandingan cadangan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva yang
diklasifikasikan.
2.5.2.3 Management (Manajemen)
Penilaian faktor manajemen merupakan penilaian yang bersifat kuantitatif.
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas
manajeman juga dapat dilihat dari pendidikan serta pengalaman karyawannya dalam
menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Unsur-unsur penilaian dalam kualitas
manajemen adalah manajeman permodalan, manajeman aktiva, manajeman
rentabilitas, manajeman likuiditas, dan manajeman umum yang didasarkan atas
jawaban dari 250 pertanyaan yang diajukan (martono,2002:89).
57
2.5.2.4 Earning Ability (Rentabilitas)
Menurut Bank Indonesia yang ditetapkan SK Direksi BI No.39/KEP/DIR
tanggal 12 November 1998 rentabilitas diartikan sebagai berikut :
“Rentabilitas adalah pengukuran tingkat efisiensi kegiatan bank dalam
memeperoleh laba. Rentabilitas merupakan kemampuan yang penting bagi
perusahanan karena tidak hanya sebagai salah satu indikator kesehatan aspek
keuangan, rentabilitas juga berjuga adalam penentuan return yang cukup sehingga
dapat menjaga arus sumber modal yang baik.”
Sedangkan menurut Martono (2002:89-91) pada aspek rentabilitas ini yang
dilihat adalah kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efesiensi usaha yang
ingin dicapai. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitasnya terus
meningkat. Metode penelitiannya dapat juga dilakukan dengan :
a. Rasio laba terhadap total asset atau yang bias disebut Return On Asset (ROA),
yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
ROA =
100%
b. Rasio laba terhadap equity capital atau yang bias disebut dengan Return On Equity
(ROE), yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
ROE =
100%
c. Rasio beban oprasional terhadap pendapatan oprasional (BOPO), yang dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
BOPO =
100%
58
2.5.2.5 Liquidity (Likuiditas)
Loan to Deposit Ratio adalah perbandingan antara kredit yang diberikan
dengan dana pihak ketiga (Giro, Tabungan, Deposito, dan kewajiban jangka pendek
lainnya). Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut :
LDR =
!
"
100%
LDR memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang
disalurkan dalam bentuk kredit. LDR ini menjadi salah satu tolak ukur likuiditas bank
yang berjangka waktu agak panjang.
Dimana menurut Kasmir (2003:261) Loan to Deposit Ratio (LDR) tersebut
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan
dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada
nasabah kredit dapat mengimbangi kawajiban bank untuk segera memenuhi
permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh
bank untuk memberikan kredit.
Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan
ketentuan sebagai berikut :
a) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi kredit 0, artinya likuiditas bank
tersebut dinilai tidak sehat,
b) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau diberi kredit 100, artinya likuiditas bank
tersebut dinilai tidak sehat.
Rasio ini juga merupakan indicator kerawanan dan kemapuan dari suatu bank.
Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari Loan to Deposito
Ratio (LDR) suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar abtara
85%-100%.
59
2.5.2.6 Sensitivity of Market Risk (Sensitivitas Terhadap Resiko)
Penilaian terhadap faktor Sensitivity of Market Risk adalah mengukur
kemampuan modal bank dalam menutupi potensi kerugian akibat terjadinya fluktuasi
atau adverse movement pada tingkat suku bunga dan nilai kurs serta nilai tukar.
Penilaian terhadap faktor ini tidak terpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank, tetapi
berpengaruh terhadap kelima faktor kesehatan bank lainnya yang dikenal dengan
CAMELS.
2.5.3
Analisis CAMELS Perbankan Syariah
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS perihal Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut:
1. Penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah dilakukan
dengan memperhitungkan faktor CAMELS melalui pendekatan kuantitatif dan
atau kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja
bank dengan melakukan penilaian terhadap faktor finansial dan faktor manajemen.
2. Penilaian faktor manajemen dipisahkan dengan penilaian faktor finansial, guna
memberikan gambaran yang lebih utuh atas kondisi keuangan dan manajemen
bank. Faktor manajemen dianggap sebagai leading indicator dalam penilaian
sehingga tidak dapat dijadikan sebagai bagian dari penilaian faktor keuangan.
3. Penilaian faktor finansial dilakukan secara kuantitatif dengan melakukan
pembobotan terhadap peringkat faktor, untuk saat ini dilakukan pembobotan untuk
faktor permodalan (25%), kualitas aset (50%), rentabilitas (10%), likuiditas (10%)
dan sensitivitas atas risiko pasar (5%).
4. Penilaian terhadap faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas dan
sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menggunakan penilaian kuantitatif
melalui rasio-rasio keuangan dan kualitatif dengan mempertimbangkan unsur
judgement.
60
5. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menghitung peringkat faktor
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas atas risiko pasar
dibedakan menjadi rasio utama, rasio penunjang dan rasio pengamatan (observed).
o
rasio utama merupakan rasio yang memiliki pengaruh kuat (high impact)
terhadap Tingkat Kesehatan Bank
o
rasio penunjang adalah rasio yang berpengaruh secara langsung terhadap rasio
utama
o
rasio pengamatan (observed) adalah rasio tambahan yang digunakan dalam
analisa dan pertimbangan (judgement).
6. Penilaian terhadap faktor manajemen dilakukan dengan menggunakan penilaian
kualitatif untuk setiap aspek dari manajemen umum, manajemen risiko dan
manajemen kepatuhan
7. Penilaian Peringkat Komposit dilakukan dengan agregasi atas Peringkat Faktor
Finansial dan peringkat faktor manajemen dengan mempergunakan tabel konversi
dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan unsur judgement dengan
memperhatikan aspek materialitas dan signifikansi dari masing-masing faktor
penilaian.
8. Perhitungan tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah telah
memperhitungkan risiko melekat (inherent risk) dari aktivitas bank yang antara
lain tercermin pada rasio-rasio keuangan yang digunakan serta
dipertimbangkannya unsur judgement dalam penilaian tingkat kesehatan bank.
Sedangkan perhitungan kinerja keuangan bank syariah menurut Peraturan Bank Indonesia
No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan
Prinsip Syariah, adalah sebagai berikut:
61
2.5.3.1
Rasio permodalan (capital)
Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam
menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula
digunakan untuk mengukur besar-kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan
yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya. Untuk menghitung rasio permodalan
digunakan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).
#$%% &
',
),
*–
,
-./0
100%
M tier1 : Modal inti
M tier2 : Modal pelengkap
M tier3 : Modal pelengkap tambahan
Penyertaan: Penanaman dana Bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu
berdasarkan prinsip syariah yang berakibat Bank memiliki atau akan
memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan
syariah.
ATMR : Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1 = KPMM ≥ 12%
Peringkat 2 = 9% ≤ KPMM < 12%
Peringkat 3 = 8% ≤ KPMM < 9%
Peringkat 4 = 6% < KPMM < 8%
Peringkat 5 = KPMM ≤ 6%
Kriteria penetapan peringkat faktor permodalan:
1. Peringkat 1, mencerminkan tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi dari
ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini untuk
12 (dua belas) bulan mendatang.
62
2. Peringkat 2, mencerminkan tingkat modal berada lebih tinggi dari ketentuan
KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini serta membaik
dari tingkat saat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang
3. Peringkat 3, mencerminkan tingkat modal berada sedikit diatas atau sesuai dengan
ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada pada tingkat ini
selama 12 (dua belas) bulan mendatang.
4. Peringkat 4, mencerminkan tingkat modal sedikit dibawah ketentuan KPMM yang
berlaku dan diperkirakan mengalami perbaikan dalam 6 (enam) bulan mendatang.
5. Peringkat 5, mencerminkan tingkat modal berada lebih rendah dari ketentuan
KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini atau menurun
dalam 6 (enam) bulan mendatang.
2.5.3.2
Rasio kualitas aktiva produktif (KAP)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu
penanaman dana bank dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, surat
berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan
untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasikan laba secara
maksimal. Selain itu penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset
bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang
akan muncul.
KAP = 1 –
1
! 2
,
, ,
3! 4
Dimana:
1. APYD: Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan, meliputi:
- 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus.
- 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar.
- 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan.
- 100% dari aktiva produktif yang digolongkan Macet.
63
2. Aktiva Produktif : Penaman bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan
dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan.
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1 = KAP > 0,99
Peringkat 2 = 0,96 < KAP ≤ 0,99
Peringkat 3 = 0,93 < KAP ≤ 0,96
Peringkat 4 = 0,90 < KAP ≤ 0,93
Peringkat 5 = KAP ≤ 0,90
Kriteria penetapan peringkat faktor kualitas aset produktif:
1. Peringkat 1, mencerminkan kualitas aset sangat baik dengan risiko portofolio yang
sangat minimal. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan
resiko dari pembiayaan telah dilaksanakan dengan sangat baik dan sesuai dengan
skala usaha bank, serta sangat mendukung kegiatan operasional yang aman dan
sehat dan didokumentasikan dan diadministrasi kan dengan sangat baik.
2. Peringkat 2, mencerminkan kualitas aset baik namun terdapat kelemahan yang
tidak signifikan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan
resiko dari pembiayaan telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan skala
usaha bank, serta mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat dan
didokumentasikan dan diadministrasikan dengan baik.
3. Peringkat 3, mencerminkan kualitas aset cukup baik namun diperkirakan akan
mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan. Kebijakan dan prosedur
pemberian
pembiayaan
dan
pengelolaan
resiko
dari
pembiayaan
telah
dilaksanakan dengan cukup baik dan sesuai dengan skala usaha bank, namun
masih terdapat kelemahan yang tidak signifikan dan atau didokumentasikan dan
diadministrasikan dengan cukup baik.
64
4. Peringkat 4, mencerminkan kualitas aset kurang baik dan diperkirakan akan
mengancam kelangsungan hidup bank apabila tidak dilakukan perbaikan secara
mendasar. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko
dari pembiayaan dilaksanakan dengan kurang baik dan atau belum sesuai dengan
skala usaha bank, serta terdapat kelemahan yang signifikan apabila tidak segera
dilakukan tindakan korektif dapat membahayakan kelangsungan usaha bank dan
atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan tidak baik.
5. Peringkat 5, mencerminkan kualitas aset tidak baik dan diperkirakan kelangsungan
hidup bank sulit untuk dapat diselamatkan. Kebijakan dan prosedur pemberian
pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan dilaksanakan dengan tidak
baik dan atau tidak sesuai dengan skala usaha bank, serta terdapat kelemahan yang
sangat signifikan dan kelangsungan usaha bank sulit untuk dapat diselamatkan dan
atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan tidak baik.
2.5.3.3
Management (Manajemen)
Penilaian faktor
manajemen merupakan
penilaian
yang bersifat
kuantitatif. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja.
Kualitas manajeman juga dapat dilihat dari pendidikan serta pengalaman
karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Unsur-unsur
penilaian dalam kualitas manajemen adalah manajeman permodalan, manajeman
aktiva, manajeman rentabilitas, manajeman likuiditas, dan manajeman umum yang
didasarkan atas jawaban dari 250 pertanyaan yang diajukan (martono,2002:89).
2.5.3.4
Rasio rentabilitas (earning)
Rasio rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat
efisiensi usaha dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Rasio rentabilitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Operational Margin (NOM).
NOM =
5
5
6 5
65
Dimana:
- NOM: Net Operating Margin
- PO: Pendapatan Operasional
- DBH: Distribusi Bagi Hasil
- BO: Biaya Operasional
- Rata-rata Aktiva Produktif: merupakan rata-rata aktiva produktif 12 bulan terakhir.
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1 = NOM > 3%
Peringkat 2 = 2% < NOM ≤ 3%
Peringkat 3 = 1,5% < NOM ≤ 2%
Peringkat 4 = 1% < NOM ≤ 1,5%
Peringkat 5 = NOM ≤ 1%
Kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas:
1. Peringkat 1, mencerminkan kemampuan rentabilitas sangat tinggi untuk
mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip
akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan
(profit distribution) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Peringkat 2, mencerminkan kemampuan rentabilitas tinggi untuk mengantisipasi
potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi,
pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit
distribution) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Peringkat 3, mencerminkan kemampuan rentabilitas cukup tinggi untuk
mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip
akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan
(profit distribution) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
66
4. Peringkat 4, mencerminkan kemampuan rentabilitas rendah untuk mengantisipasi
potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi,
pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit
distribution) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Peringkat 5, mencerminkan kemampuan rentabilitas sangat rendah untuk
mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip
akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan
(profit distribution) tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.5.3.5
Rasio likuiditas (liquidity)
Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban-kewajibannya. Suatu bank dinyatakan likuid apabila bank
tersebut dapat memenuhi kewajiban hutangnya, dapat membayar kembali semua
simpanan nasabah, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa
terjadi penangguhan. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah
Short Term Mismatch (STM).
STM =
! 2 7
8 9
"!
7
!
"!
!
Dimana:
- STM: Short Term Mismatch
- Aktiva Jangka Pendek: aktiva likuid kurang dari 3 bulan selain kas, SWBI dan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN).
- Kewajiban Jangka Pendek: kewajiban likuid kurang dari 3 bulan
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1 = STM > 25%
Peringkat 2 = 20% < STM ≤ 25%
Peringkat 3 = 15% < STM ≤ 20%
Peringkat 4 = 10% < STM ≤ 15%
Peringkat 5 = STM ≤ 10%
67
Kriteria penetapan peringkat faktor likuiditas:
o Peringkat 1, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi
kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat kuat.
o Peringkat 2, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi
kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas kuat.
o Peringkat 3, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi
kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas memadai.
o Peringkat 4, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi
kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas lemah.
o Peringkat 5, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi
kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas risiko likuiditas
sangat lemah.
2.5.3.6
Sensitivias terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk)
Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai kemampuan
keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh
pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan
menilai besarnya kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank
dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan
risiko pasar.
MR =
!
:
3!
Dimana:
- MR: Market Risk
- Ekses Modal: kelebihan atas modal minimum yang ditetapkan untuk mengcover
risiko pasar akibat pergerakan nilai tukar.
68
- Potential Loss Nilai Tukar: risiko kerugian yang timbul akibat pergerakan nilai
tukar yang berlawanan dengan perkiraan bank (gap position dari exposure
banking book valas dikali fluktuasi nilai tukar).
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1 = MR • 12%
Peringkat 2 = 10% • MR < 12%
Peringkat 3 = 8% • MR < 10%
Peringkat 4 = 6% • MR < 8%
Peringkat 5 = MR < 6%
Kriteria penetapan peringkat faktor sensitivitas terhadap risiko pasar:
• Peringkat 1, mencerminkan risiko sangat rendah, dan penerapan manajemen risiko
pasar efektif dan konsisten.
• Peringkat 2, mencerminkan risiko relatif rendah, dan penerapan manajemen risiko
pasar efektif dan konsisten.
• Peringkat 3, mencerminkan risiko moderat atau tinggi, dan penerapan manajemen
risiko pasar efektif dan konsisten
• Peringkat 4, mencerminkan risiko moderat atau tinggi, dan penerapan manajemen
risiko pasar yang kurang efektif dan kurang konsisten.
• Peringkat 5, mencerminkan risiko moderat atau tinggi, dan penerapan manajemen
risiko pasar tidak efektif dan tidak konsisten.
Proses penilaian peringkat kinerja keuangan dilaksanakan dengan pembobotan
atas nilai peringkat faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan
sensitivitas terhadap risiko pasar.
69
2.6
Keterkaitan Penalitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Nuryati Amethysa Gendis Gumilar (2011)
bertujuan menganalisis perbandingan bank umum konvensional dan bank umum
syariah, Teknik analisa dalam penelitian ini digunakan teknik analisis rasio keuangan
dan analisis diskriminan keuangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa
secara umum rasio-rasio likuiditas Bank Umum Syariah ”S” relatif lebih baik
dibanding Bank Umum Konvensional “K”. Rasio-rasio solvabilitas kedua bank Bank
Umum tersebut menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Rasio kecukupan modal
(CAR) kedua Bank Umum tersebut diatas ketentuan minimum BI (8%). Tingkat rasio
solvabilitas dari kedua Bank Umum tersebut menunjukkan hasil bahwa Bank Umum
Syariah”S” lebih baik daripada Bank Umum Konvensional”K”. Rasio rentabilitas
kedua Bank adalah positif. Laba bersih terhadap pendapatan operasi (NPM) baik,
dimana pada BankKonvensional “K” sebesar 239,69% dan pada Bank Syariah “S”
sebesar 18,73 % pada tahun 2009. Keadaan ini menunjukkan bahwa kedua Bank
tersebut mampu memperoleh laba yang wajar,walaupun NPM Bank Syariah “S” lebih
rendah dibandingkan dengan Bank Konvensional “K”. Hal ini memberikan indikasi
bahwa Bank Konvensional “K”relative lebih efisien dalam pengelolaan dananya.
Perbandingan tingkat resiko keuangan/bisnis menggunakan hasil analisis diskri minan (Z-Score) menunjukkan keduaBank tersebut dalam keadaan “firm”.Namun
nilai
Z
Bank
Syariah
“S”
relativelebih
tinggi
dibandingkan
dengan
BankKonvensional “K”.
Penelitian yang dilakukan Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid
Habbe (2012) bertujuan menganalisis Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap
Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Di Indonesia,
sampel dalam penelitian ini sebanyak 4 Bank Umum syariah dan 4 Bank
Konvensional. Data dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda dan uji
beda.menunjukkan hasil berdasarkan Uji t didapatkan koefisien pengaruh CAR
70
terhadap ROA adalah -0,006 dengan nilai sig = 0,595 > 0,05, ini menunjukkan bahwa
CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, pengaruh BOPO terhadap ROA
adalah -0,084 dengan nilai sig = 0,000 < 0,05, ini menunjukan bahwa BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA, NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, pengaruh
variabel FDR terhadap ROA adalah 0,014 dengan tingkat signifikansi (sig) = 0,001 <
0,05, ini menunjukan bahwa FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA
pada Bank Umum Syariah di Indonesia. pengaruh CAR terhadap ROA adalah 0,074
dengan nilai sig = 0,021 < 0,05, ini menunjukan bahwa CAR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA, pengaruh variabel BOPO terhadap ROA adalah - 0,003
dengan tingkat signifikansi (sig) = 0,667 > 0.05, ini menunjukan bahwa BOPO tidak
berpengaruh terhadap ROA, pengaruh variabel NIM terhadap ROA adalah 0,238
dengan tingkat signifikansi (sig) = 0,000 < 0.05, ini menunjukan bahwa NIM
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, pengaruh variabel NPL terhadap
ROA adalah - 0,465 dengan tingkat signifikansi (sig) = 0,000 < 0.05, ini menunjukan
bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, pengaruh variabel
LDR terhadap ROA adalah - 0,024 dengan tingkat signifikansi (sig) = 0,000 < 0.05,
ini menunjukan bahwa LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada
Bank Konvensional di Indonesia. Dan terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara
Bank Umum Syariah dengan Bank Konvensional di Indonesia.
Penelitian yang Dilakukan Berlina Mahardika Vt., Smb. Dan Deannes
Isynuwardhana. (2012) bertujuan menganalisis perbandingan tingkat kesehatan bank
konvensional dan bank syariah di indonesia periode 2009-2011. sampel yang
digunakan di dalam penelitian ini adalah 3 bank konvensional dan 3 bank syariah
yaitu Bank Mandiri, Bank BRI, Bank Mega dan Bank Syariah Mandiri, Bank BRI
Syariah, Bank Syariah Mega Indonesia. Hasil penelitian tersebut membuktikan
bahwa tingkat kesehatan Bank Konvensional sebagian besar tergolong sangat sehat.
Pada bank Mandiri dan Bank Mega mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi
71
perekonomian dan industri keuangan tetapi kurang patuh dalam memenuhi
penyisihan penghapusan aktiva produktif bank, sedangkan Bank BRI mampu
mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan tetapi
kemampuan likuiditas untuk mengatasi kebutuhan likuiditas dan penerapan
manajemen risiko kurang memadai. Tingkat kesehatan Bank Syariah lebih fluktuatif
terutama pada Bank BRI Syariah yang masi terlihat sangat labil untuk dapat berdiri
sendiri sebagai bank umum. Bank Syariah Mandiri tergolong sangat sehat mampu
mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun
secara umum kinerja likuiditas kurang baik. Kemampuan likuiditas untuk mengatasi
kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko rendah. Pada Bank BRI
Syariah tergolong kurang sehat dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi
perekonomian dan industri keuangan, atau bank memiliki kelemahan keuangan yang
serius, atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan. Apabila
tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif, berpotensi mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya hal ini dapat dilihat dari kemampuan
rentabilitas yang rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan
modal dan kemampuan likuiditas untuk mengatasi kebutuhan likuiditas dan
penerapan manajemen risiko rendah. Pada Bank Mega Syariah tergolong sehat dan
mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan,
namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi
oleh tindakan rutin. Bank umum syariah hasil dari spin-off konvensionalnya memiliki
tingkat kesehatan yang berbda-beda dibandingkan dengan konvensionalnya, setiap
bank memiliki masing-masing kelemahan di rasio-rasio yang berbeda. Pada Bank
Mandiri dan Bank Syariah Mandiri yang sama-sama sehat mencerminkan bahwa
Bank Umum Syariah mampu bersaing dengan Bank Umum Konvensional. Pada
Bank BRI dan Bank BRI Syariah terjadi kesenjangan tingkat kesehatan pada bank
konvensionalnya dengan bank syariahnya, yaitu sangat sehat pada Bank BRI dan
kurang sehat pada BankBRI Syariah, hal ini mencerminkan bahwa keuangan Bank
BRI Syariah belum stabil setelah melakukan pemisahan/spin-off dari Bank BRI.
72
Sedangkan pada Bank Mega dan Bank Mega Syariah sama-sama tergolong sehat
walaupun Bank Mega Syariah masih memiliki kelemahan pada aspek Assets dan
Liquidity. Namun Bank Mega syariah sudah bisa dikatakan mampu bersaing dengan
bank berbasis konvensional.
Penelitian yang Dilakukan Bachruddin (2005) bertujuan
menganalisis
Pengukuran Tingkat Efisiensi Bank Syariah Dan Bank Konvensional Di Indonesia
Dengan Formula David Cole’s Roe For Bank. Sampel dalam penelitian ini sebanyak
4 Bank Umum syariah dan 4 Bank Konvensional. Dari hasil analisis dapat
dikemukakan temuan penelitian bahwa hipotesis kesatu dapat dibuktikan yaitu
terdapat perbedaan yang berarti antara ROE pada Bank Syariah dengan ROE pada
bank konvensional. Hal ini dapat dilihat pada nilai statistik dengan t-hitung (sebesar
5,580) pada tingkat signifikansi (sebesar 0,000). Makna dari temuan ini
mencerminkan bahwa tingkat efisiensi (dengan proksi ROE) dari operasi Bank
Syariah, berbeda secara berarti dibandingkan dengan tingkat efisiensi operasi bank
konvensional. ROE rata-rata dari Bank Syariah (sebesar 11,71%) lebih rendah
dibanding dengan ROE rata-rata bank konvensional (sebesar 29,36%). Namun
ditinjau dari deviasi-standar dari ROE, Bank Syariah (sebesar 10,42%) lebih kecil
dibanding dengan bank konvensional (sebesar 14,34%). Hal ini memberi makna
bahwa tingkat risiko dari operasi Bank Syariah lebih rendah dibanding dengan bank
konvensional. Pada Bank Syariah dapat dikemukakan temuan penelitian bahwa
komponen-komponen Profit Margin (PM); Asset Utilization (AU) dan Equity
Multiplier (EM) secara serempak memiliki pengaruh yang berarti terhadap ROE. Hal
ini dapat dilihat pada F Statistik (sebesar 15,118) dengan tingkat signifikansi (sebesar
0,000). Temuan ini memberi makna bahwa kebijakan-kebijakan pada bidang
manajemen pemasaran (dengan proksi PM), bidang manajemen aktiva (dengan proksi
AU) dan bidang manajemen pasiva (dengan proksi EM) memberikan peranan yang
berarti dalam pencapaian tingkat efisiensi (dengan proksi ROE) pada Bank Syariah.
Adapun kontribusi terbesar dalam pencapaian ROE adalah dari PM (t = 5,477), lalu
73
disusul dari AU (t = 3,766) dan dari EM (t = 3,475). Pada Bank konvensional dapat
diungkapkan temuan penelitian bahwa komponen-komponen PM, AU dan EM secara
serempak tidak memiliki pengaruh yang berarti terhadap ROE. Hal ini dapat dilihat
pada nilai F Statistik (sebesar 1,560) dengan signifikansi (sebesar 0,221).Temuan ini
merefleksikan bahwa kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh bank konvensional
dibidang manajemen pemasaran, manajemen aktiva dan manajemen pasiva tidak
memberikan peranan yang berarti terhadap tingkat efisiensi yang dicapai. Sementara
itu, komponen yang memberikan kontribusi yang berarti hanya dari PM (signifikansi
sebesr 0,044). Sedangkan dari komponen-komponen AU dan EM tidak memberikan
kontribusi yang berarti.
Download