BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, peraturan yang dilakukan melalui proses dan diatur berdassarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen tersebut. Untuk memeproleh gambaran yang lebih jelas mengenai manajemen, berikut ini dikemukakan oleh para ahli : Pengertian Manajemen menurut Hasibuan (2003:2) manajemen adalah : "Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, perorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan produk atau jasa secara efisien". Menurut Lewis and Algoud (2004:5) adalah sebagai berikut : “Management is defined as the process of administering and coordinating resources effectively, efficiently, and in an effort to achieve the goals of the organization.” Sedangkan menurut Weihrich dan Koontz (2005:4) adalah sebagai berikut : “Management is the process designing and maintaining an environment in which individuals, working together in groups efficiently accomplish selected aims.” 25 26 Dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai 2. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni 3. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih melakukan kerja sama dalam suatu organisasi 4. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi penting 5. Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan 6. Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab 7. Mamajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan teringtegritas dalam memanfaatkan unsure-unsurnya. 2.1.2 Pengertian Keuangan Keuangan itu sendiri dapat didefinisikan menurut beberapa ahli yaitu : Keuangan menurut Sudjaja da Barlian (2002:34) adalah sebagai berikut : “Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang, yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.” Menurut Gitman (2003:4) menyatakan bahwa : “Finance can be difined as the art and science of managing money. Virtually all individuals and organization earn or raise money and spend or invest money. Finance is concerned with the process, institutions, markets, and instrument involved in the transfer of money among and between individuals, business, and governments.” Sedangkan menurut Gallacher, Drew and Joseph (2003:1) adalah sebagai berikut : “ Finance is important to business people,financial decisions about how to raise, spend, and allocate money can affect every to products. Financial also offers career opportunities in three main areas.” 27 Maka dapat disimpulkan bahwa keuangan adalah cara sebuah lingkup organisasi, individu dan bisnis untuk mengalokasikan dan mengatur keluar masuk nya uang dengan sebaik baiknya dari waktu ke waktu dengan memperhatikan resikoresiko dalam proyek mereka. 2.1.3 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan bagian dari manajemen yang merupakan satu fungsi yang terpenting bagi suatu perusahaan. Dimana manajemen keuangan membantu fungsi operasional perusahaan yang lainnya seperti Manajemen Pemasaran, Manajemen Produksi, Manajemen Strategik, Manajemen Sumber Daya Manusia, dan lain sebagainya. Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan setiap orang dan perusahaan. Adapun pengertian manajemen keuangan sebagai berikut : Pengertian keuangan menurut Gitman (2003:4) menyatakan bahwa : “Finance can be defined as the art and science of managing money. Virtually all individuals and organizations earn or raise money and spend or invest money. Finance is concerned with the process, institutions, markets, and instruments involved in the of money among and between individuals, individuals, business, and governments.” Menurut Darsono (2006:1) adalah sebagai berikut : “manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif seefesien dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.” Sedangkan menurut Husnan (1996:15) adalah sebagai berikut : “manajemen keuangan sebuah kegiatan pengelolaan kuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan oleh individu perusahaan maupun pemerintah”. 28 Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Manajemen Keuangan adalah usaha-usaha untuk menyediakan uang, dimana dengan uang tersebut digunakan oleh perusahaan dalam memperoleh atau mendapatkan keuntungan atau hasil yang telah ditetapkan. Dimana Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Manajemen keuangan lebih menitik beratkan pada pengelolaan investasi, pembiyaan dan manajemen aktiva untuk menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan. 2.1.4 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2003:5) menjelaskan fungsi keuangan teridiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh perusahaan : keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan deviden. Ketiga keputusan keuangan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham yang dalam hal ini adalah return saham dengan sendirinya makin bertambah. 1. Keputusan investasi Keputusan investasi adalah masalah bagaimana keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menungjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu, investasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian karena risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. 29 2. Keputusan pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut juga sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan deviden Deviden merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu, dividen ini merupakan bagian keberhasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manjemen keuangan untuk menentukan : (1) besarnya presentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock dividend).(4) pemecahan saham (stock split), serta (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. 2.1.5 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisiensi membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilain koefisien keputusan keuangan.Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajemen keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif, tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham). Menurut Ross et.al (2006:11) tujuan manajemen keuangan adalah sebagai berikut : “ the goal of financial management is to maximize the current value per share of the existing stock.” 30 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan oleh manajer keuangan adalah merencanakan untuk, memperoleh, dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan. 2.2 Tinjauan Umum Bank Konvensional 2.2.1 Pengertian Bank Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah, swasta maupun perseorangan dalam menyimpan danadananya dan untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang disediakan. Bank memberikan kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua faktor perekonomian. Pengertian bank sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan menurut Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998 (pasal 1 ayat 2) adalah : “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang‐Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” 31 Definisi bank yang lainnya dapat ditemukan dalam berbagai literatur yang dikemukakan oleh para pakar : Menurut Kasmir (2003:11) bank adalah : “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.” Menurut Malayu Hasibuan (2002:2) yang dimaksud dengan bank adalah : “Bank adalah perantara keuangan masyarakat yaitu perantara dari mereka yang kelebihan uang dengan yang kekurangan uang.” Dari pengertian diatas kita simpulkan bahwa yag dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan atau badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan yang memiliki 3(tiga) kegiatan utama yaitu: menghimpu dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa kepada bank lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam membangun ekonomi. Bank bukan hanya sebagai lembaga menghimpun dana, menyediakan dana dalam masyarakat, akan tetapi bank juga merupakan suatu lembaga yang memberikan motivasi dan mendorong terciptanya berbagai kegiatan ekonomi. 2.2.2 Jenis Bank Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 maka terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu dengan yang lainnya. 32 Menurut Kasmir (2003;20) perbedaan sejenis perbankan ini dapat dilihat dari segi fungsinya, kepemilikan, status, dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi, perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan dari segi kepemilikan perusahaan dapat dilihat dari pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya. Dari segi status dilihat dari pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Sedangkan dari menentukan harga yaitu antara Bank Konvensional berdasarkan bunga dan Bank Syariah berdasarkan bagi hasil. Adapun Jenis perbankan ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi fugsinya a. Bank Umum Bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. c. Bank Sentral Fungsi bank sentral di Indonesia di pegang oleh Bank Indonesia(BI), Bank Sentral tidak termasuk kedalam undang-undang Republik Indonesia No.10 tahun 1998 tentang perbankan hal ini dikarenakan pada prinsipnya Bank Indonesia merupakan lembaga Negara yang turut berfungsi mengawasi pelaksanaan Undang-Undang tersebut, yaitu dalam kapasitasnya selaku pembinaan dan 33 pengawas bank. Bank Sentral bersifat tidak komersial seperti halnya Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. 2. Dilihat dari Segi Kepemilikan a. Bank Milik pemerintah Akte maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah, antara lain :Bank Negara Indonesia 46 (BNI), Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara(BTN). b. Bank milik swasta nasional Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank swasta nasional antara lain:Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putra, Bank Danamon, Bank Duta. c. Bank milik Asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh Bank Asing antara lain:Deutsche Bank, American Express Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, Hongkong Bank. d. Bank Milik Campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain:Bank Sakura Swadarma Bank Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Interpacific Bank. e. Bank Milik Koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh: Bank Umum Koperasi Indonesia. 34 3. Dilihat dari Segi Status a. Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang behubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia. b. Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya Bank Devisa. Jadi Bank Non Devisa merupakan kebalikan daripada Bank Devisa, transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas Negara. 4. Dilihat dari segi cara menentukan harga a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu: Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula dengan harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah based. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 35 b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut. 1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) 2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (misyarakah) 3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) 4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) 5. Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). 2.2.3 Karakteristik Perbankan Konvensional Anonimous (2001) menjelaskan bahwa karakteristik bank konvensional meliputi beberapa hal: a. Merupakan industri yang kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. b. Pengelola bank dalam usahanya dituntut untuk senantiasa menjagakeseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dan pencapaianrentabilitas yang wajar serta pemenuhan kebutuhan modal yang memadaisesuai dengan jenis penanamannya. c. Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistemmoneter mempunyai kedudukan yang strategis sebagai penunjangpembangunan ekonomi 36 2.2.4 Kegiatan Operasional Bank Konvensional Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank tidak akan lepas dari bidang keuangan. Kegiatan perbankan secara sederhana adalah sebagai tempat melayani segala kebutuhan para nasabahnya, hal ini sesuai dengan kegiatan utama suatu bank, yaitu menghimpun dana melalui simpanan dan kemudian menyalurkan dana kepada masyarakat umum melalui kredit atau pinjaman. Menurut Kasmir (2003;30) kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut: 1. Menghimpun dana (funding). Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari masyarakat. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan berbagai jenis simpanan yaitu simpanan giro, tabungan, dan simpanan deposito. 2. Menyalurkan dana (lending). Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Penyalur dana yang dilakukan oleh bank melalui pemberi pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank penyalurnya. Demikian pula dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang di tawarkan, meliputi : kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit konsumtif, dan kredit profesi. 3. Memberikan jasa-jasa Bank lainnya (service). Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana sekalipun sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memeberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa ini memeberikan banyak kontribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan dari spread based 37 semakin kecil, bahkan cenderunga negative spread (bunga simpanan lebih besar dari bunga kredit). Jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi kiriman uang, kliring, inkaso, kartu kredit, dan jasa-jasa lainnya. Secara singkat kegiatan bank sebagai lembaga keuangan melalui gambar 2.1 berikut ini : Gambar 2.1 Kegiatan Bank Sebagai Lembaga Keuangan Bank Menghimpun Dana Menyalurkan Dana Jasa-jasa lainnya Sumber : Kasmir (2006:4) 2.2.5 Fungsi dan Peranan Bank Fungsi dan peranan bank menurut Kasmir (2006:5) adalah sebagai berikut : “ Perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana.” Secara lebih rinci dapat diakatakan bahwa fungsi-fungsi dan peranan bank adalah : 1) Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana menyimpan uang di bank, dalam hal ini nasabah sebagai penyimpan dan bank yang menerima titipan simpanan sebagai pembeli dana. Nasabh dapat memilih simpsnan dananya dalam bentuk Giro, Tabungan, dan Deposito 38 2) Nasabah akan memeperoleh balas jasa dari bank berupa bunga dari bank konvensional atau bagi hasil dari bank yang berdasarkan prinsip sayariah. 3) Oleh bank dana yang disimpan oleh nasabah yang bersangkutan akan disalurkan kembali (dijual) kepada masyarakat yang membutuhkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman atau kredit. 4) Masyarakat yang memeperoleh pinjaman atau kredit dari bank akan mengembalikan pinjaman tersebut disertai dengan bunga yang telah di tetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Khusus untuk bank yang berprinsip syariah, pengembalian pinjaman disertai dengan sistem bagi hasil sesuai hokum islam. Secara singkat fungsi bank sebagai perantara keuangan dapat dilihat dalam gambar 2.2 berikut ini : Gambar 2.2 Fungsi Bank Sebagai Perantara Keuangan Masyarakat yang Kelebihan Dana FUNGSI BANK Beli Dana Jual Dana Giro Pinjaman Tabungan (Kredit) Deposito Sumber : Kasmir (2006:5) Masyarakat yang Kekurangan Dana 39 2.3 Tinjauan Umum Bank Syariah 2.3.1 Pengetian Bank Syariah Bank syariah dikenal juga dengan nama bank islam dalam berbagai media massa, buku, maupun publikasi umum. Hal ini dikarenakan bank syariah mengacu pada ajaran islam. Perwataatmadja dan syafi’I Antonio (1999:1-2), mengemukakan : “Bank islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam yang tat cara beroprasinya mengacu pada ketentuan-ketentua Al-Qur’an dan Hadist. Bank yang beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah islam adalah bank yang beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam khususnya yang menyangkut tata-cara bermuamalat secara islam. Dalam tata cara bermuamalat itu di jauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatankegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Dalam tata cara beroprasinya mengikuti suruhan dan larangan itu, maka yang dijauhi adalah praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba sedangkan yang diikuti adalah praktek-praktek usahayang dilakukan di zaman Rasulullah S.A.W atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh beliau.” Dalam Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Pasal 1 Poin 7 dinyatakan Bank Syariah adalah : “Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.” Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pasal 1 Poin 13 dinyatakan Prinsip Syariah adalah : “Prinsip Syariah adalah sistem perjanjian berdasarkan hokum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau kegiatan pembiayaan usaha, kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai sayariah, antara lain, pembiayaan berdasarakan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (musharakah), prinsip jul beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabakah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya 40 pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).” Jadi dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam adalah bank yang beroperasi mengikuti ketentun-ketentuan syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara islam. 2.3.2 Karakteristik Perbankan Syariah Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan undang- undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, disebutkan Bank Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syarih yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Muhammad, (2005:78) dalam menjalnkan aktivitasnya Bank Syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut : 1) Prinsip Keadailan Dengan sistem oprasional yang berdasarkan ‘profit and loss sharing system’, Bank Syariah memiliki kekuatan tersendiri yang berbeda dari sistem Konvensional. Perbedan ini Nampak jelas bahwa dalam sistem bagi hasil terkandung dimensi keadailan dan pemerataan. Apabila menujuk pada strategi keunggulan bersaing (competitive advantage strategy) merupakan strategi diferensiasi yang menjadi kekuatan tersendiri bagi lembaga yang bersangkutan untuk menenangkan persaingan yang kompetitif. 41 2) Prinsip Kesederhanaan Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun Bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko, dan keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank. Dengan sistem bagi hasil yang diterapkan , Bank Syariah mensyaratkannya dengan adanya kemitraan nasabah harus sharing the profit and risk secara bersama-sama. 3) Prinsip Ketentraman Sebagai lembaga ekonomi, tujuan pendirian Bank Syariah adalah menciptakan keseimbangan sosial-ekonomi masyarakat agar mencapai ketentraman. Karena itu, produk-produk Bank Syariah harus mencerminkan world view islam atau sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah islam. 2.3.3 Produk Bank Syariah Dalam rangka melayani masyarakat, terutama masyarakat muslim, bank syariah menyediakan berbagi macam produk perbankan. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu islami, termasuk dalam memeberikan pelayanan kepada nasabahnya. Menurut Kasmir (2006 : 217), berikut ini jenis-jenis produk bank syariah yang ditawarkan adalah sebagai berikut : 1. Al-wadiah (Simpanan) Al-wadiah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan. Prinsip Al-wadiah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perseorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghaendaki. 42 2. Pembiayaan dengan bagi hasil Dalam bank konvensional untuk penyaluran dananya kita mengenal istilah kredit atau pinjaman. Sedangkan dalam bank syariah untuk penyaluran dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika dalam bank konvensional keuntungan bank diperolah dari bunga yang di bebenkan, maka dalambank syariah tidak ada istilah bunga akan tetapi menerapkan sistem bagi hasil. Prinsip bagi hasil dalam bank syariah yang diterapkan dalam 2 pembiayaan yaitu: a. Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan b. Al-Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu : 1.) Mudharabah muthlaqah adalah Mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana (Mudharib) dalam pengelolaan investasinya. 2.) Mudharabah muqayyadah adalah Mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana (Mudharib) mengenai tempat, cara, dan objek investasi. 3. Bai' Al-Murabahah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang 43 tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran = harga pokok ditambah margin yang disepakati. 4. Bai’al-Murabahab merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang di sepakati. 5. Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil panen. 6. Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. 7. Bai’as Sa-salam Artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. 8. Bai’Al’isthina Bai’Al’isthina merupakan bentuk khusus dari akad Bai’as sa-salam, oleh karena itu ketentuan dalam Bai’Al’isthina mengikuti ketentuan dan aturan Bai’as sasalam. Pengertian Bai’Al’isthina adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). 9. Al-Ijarah Adalah pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. 10. Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, namun dimasa akhir sewa terjadi pemindahan kepemilikan atas barang sewa. 11. Al-Wakalah Adalah nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya malakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer. 44 12. Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, dengan kata lain mengalihkan tanggung jawab seorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan. 13. Al-Kafalah Adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang di tanggung. 14. Al-Hawalah Adalah pengalihan uang dari orang yang beutang kepada orang lain yang wajib managgungnya. 15. Ar-Rahn Adalah salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai yang ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhan dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminam utang atau gadai. 16. Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan syariah yang tidak lain adalah memberikan pinjaman baik berupa uang ataupun lainnya tanpa mengharapkan imbalan atau bunga ( riba . secara tidak langsung berniat untuk tolong menolong bukan komersial. 2.3.4 Fungsi Bank Syariah Bank syariah mempunyai beberapa fungsi yang berbeda dengan bnk konvensional, fungsi bank syariah juga merupakn karakteristik bank syariah. Dengan diketahui fungsi bank syariah yang jelas akan mambawa dampak dalam pelakasanaan kegiatan usaha bank syariah. Banyak para pengelola bank syariah yang tidak memehami dan menyadari fungsi bank syariah ini yang menyamakan fungsi bank syariah dengan fungsi bank konvensional sehingga membawa dampak dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakuka oleh bank syariah yang bersangkutan. 45 Menurut Wiroso (2005:4) terdapat empat fungsi bank syariah, dari empat fungsi bank syariah berikut akan dibahas dua yaitu : 1. Manajer investasi Bank syariah merupakn manajer investasi dari pemilik dana (shahibulmaal) dari dana yang dihimpun (dalam perbankan lazim disebut dengan deposan atau penabung), karena besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana tersebut sangat tergantung pada pendapatan yang diterima oleh bank syariah dalam mengelola dana mudharabah sehingga sangat tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah 2. Investor Bank syariah berfugsi sebagai investor sebagai pemilik dana. Oleh karena sebagi pemilik dana maka dalam menanamkan dana dilakukan dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan tidak melanggar syariah, ditanamkan pada sektor-sektor produktif dan mempunyai resiko yang sangat minim. Keahlian profesionalisme sangat diperlukan dalam menangani penyaluran dana ini. Penerima pendpatan dan kualitas yang sangat baik menjadi tujuan yang penting dalam penyaluran dana, karena pendapatan yang diterima dalam penyaluran dana inilah yang akan dibagikan kepada pemilik dana (deposan atau penabung mudharabah). Disamping dua fungsi lainnya, yaitu fungsi sosial dan jasa keuangan (perbankan) 2.3.5 Perbadaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Menurut Muhammad (2005), paling tida ada tiga prinsip dalam oprasional bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional, terutama dalam pelayanan terhadap nasabah yang harus dijaga oleh banker, yaitu : (1) prinsip keadailan, yakni imbalan atas dasar bagi hasil dan margin keuntungan ditetapkan atas kesepakatan barsama antar bank dan nasabah, (2) prinsip kesederajatan, yakni nasabah penyimpan dana, penguna dana, dan bank memiliki hak, kewajiban, beban terhadap resiko dan keuntungan yang berimbang, dan (3) prinsip ketentraman, bahwa produk bank 46 syariah mengikuti prinsip dan kaidah muamalah islam (bebas riba dan menerapkan zakat harta) Antonio (2001:34) menyebutkan ada beberapa hal yang menjadi perbedaan mendasar antara bank syariah dan bank konvensional, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini : Tabel 2.1 Perbedaan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional Bank Syariah a) Melakukan investasi-investasi berdasarkan prinsip syariah b) Menggunakan prinsip bagi hasil, jual-beli, dan sewa. c) Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan d) Setiap produk yang di berikan sesuai dengan fatwa dan syariah e) Dilarangnya gharar dan maisir f) Menciptakan keserasian diantara keduanya Bank Konvensional a. Investasi yang dilakukan berdasarkan sistem bunga. b. Mengunakan prinsip pinjam – meminjam uang dan memakai perangkat bunga. c. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk debitur dan kreditur d. Tidak mengenal dewan sejenis itu e. Terkadang terlibat dalam speculative FOREX dealing g) Tidak memberikan dana secara f. Berkontribusi dalam terjadinya tunai tetapi memberikan barang kesenjangan dalam sektor riil dan yang dibutuhkan. sektor moneter h) Bagi hasil menyeimbangkan aktiva dan pasiva g. Memberikan peluang yang sangat besar untuk shigt striming (penyalahgunaan dana pinjaman) h. Rentan tehadap negative spread 47 2.4 Laporan Keuangan Bank 2.4.1 Pengertian laporan keuangan bank Setiap perusahaan dalam suatu waktu (priode tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangna menunjukan kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terlihat bagimna kondisi perusahaan yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Keuntungan dengan membaca laporan keuangan ini adalah pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya (Kasmir, 2008:253) dan menjelaskan bahwa, laporan keuangan bank menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan keuangan ini akan terbaca bagimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukan kinerja keuangan manajemen bank selama satu priode. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajeman dapat memperbaiki kelemahn yang ada serta memepertahankan kekuatan yang dimilikinya,Menurut Kasmir (2003:239). Dalam laporan keuangan yang termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (disisi aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka panjang serta ekuitas (modal sendri) yang dimilikinya. Informasi yang memuat seperti yang tergambar diatas tergambar dalam laporan keuangan yang kita sebut neraca. Kemudian laporan keuangan juga memeberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu priode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memeperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan memuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas. 48 2.4.2 Sifat Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan dibuat dengan maksud memeberikan gambaran kemajuan (Progress report) perusahan dalam hal ini bank secara periodik. Jadi laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu Progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi serta pendapat pribadi. Fakta-fakta yang telah dicatat, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari catatan akuntansi, pencatatan dari pos-pos ini merupakan catatan historis dari peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir. Prinsip dan kebiasana di dalam akuntansi, data yang di catat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, di dalam akuntansi juga digunakan prinsip atau anggapananggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara lain : bahwa perusahan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekuensinya bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk perusahaan yang masih berjalan yang didasarkan pada nilai atau harga pada terjadinya peristiwa itu. Jadi jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah nilai realisasi jika aktiva tersebut di jual. 49 2.4.3 Tujuan Laporan Keuangan Bank Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan bank menurut kasmir (2003:204) adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban, dan modal bank pada waktu tertentu. 2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang. 3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal pada waktu tertentu. 4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut. 5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam priode tertentu. 6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank. 7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu priode dari hasil laporan keuangan yang di sajikan. Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan juga untuk menilai kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen berhasil atua tidak dalam menjalankam kebijakan yang telah digariskan perusahaan dalam bidang manajeman keuangan khususnyadan hal ini akan tergantung dari laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen. 50 2.4.4 Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan Bank Dalam praktiknya pembuatan laporan keuangan ditunjukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, disamping pihak manajemen dan pemilik perusahaan itu sendiri. Begitu juga dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pihak bank akan memberikan banyak manfaat kepada berbagai pihak lain. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh pihak bank. Menurut Kasmir (2006:241) Pihak-pihak yang memiliki kepentingan laporan keuangan adalaha sebagai berikut : 1. Pemengan saham Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk memenuhi kemajuan yang dipimpin dalam suatu periode. 2. Pemerintah Bagai pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta adalah untuk mengatahui kemajuan bank yang bersangkutan. Kemudian pemerintah juga berkepentingan terhadap kepatuhan bank-bank dalam melaksanakan kebijanak moneter yang ditetapkan. 3. Manajemen Laporan keuangan bagi pihak manajeman adalah untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang telah di tetapkan. Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber adaya yang dimilikinya. 51 4. Karyawan Bagi karyawan dengan adanya lapoaran keuangan juga untuk mengatahui kondisi keuangan bank yang sebenaranya. Sehingga mereka juga merasa perlu mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila bank mengalami keuntungan dan sebaliknya 5. Masyarakat luas Bagi masayarakat luas laopran keuangan bank merupakan suatu jaminan terhadap uang yang di simpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada dalam laporan keuangan. 2.4.5 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank Sama seperti lembaga keuangan lainya, bank juga memliki bebrapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan PSAK. Artinya laporan keuangan ini dibuat sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dimana menurut Kasmir (2003:242) jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud sebagai berikut : 1. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan ini dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta), dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. 2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh Laporan Komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repurchase Agrement (Repo), sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan 52 atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. 3. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu priode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pedapatan serta jumlah dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. 4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang menunjukan semua aspek yang berkaitan dengan kagiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama satu priode laporan. 5. Catatan atas Laporan Keuangan Merupakan laporan yang berisi catatan tersendri mengenai Posisi Devisa Neto, menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya. 6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersankutan baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupaan perusahaannya. laporan bank yang bersangkutan dengan anak 53 2.5 Kinerja Keuangan Bank 2.5.1 Pengertian Kinerja Menurut Ikatan Akutansi Indonesia, Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memperediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatianpemakai seperti pembayaran deviden, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu, tujuan pokok dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan terdapat berbagai metode dan cara yang dapat dipilih dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahan tersebut. Dalam dunia perbankan, pengukuran tingkat kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan. Seperti yang telah disebutkan diatas, kinerja perusahaan (dalam hal ini bank) dapat diukur dengan menganalisa dan mengevalusai laporan keuangan, salah satunya dengan menggunakan analisis CAMELS. 2.5.2 Analisis CAMELS Perbankan Konvensional Metode CAMELS merupakan salah satu cara untuk mengukur tingkat kesehatan bank yang digunakan oleh Bank Indonesia. Metode ini digunakan oleh Bank Indonesia untuk menilai beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi kinerja suatu bank. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu bank, antara lain : 54 2.5.2.1 Capital (Permodalan) Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam rangka mengembangkan usaha dan menopang kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengundang resiko serta untuk membiayai penanaman dalam aktiva lainnya (Sawir, 2001: 35) Menurut Martono (2002:88) pada aspek penilaian ini yang dinilai adalah pemodalan yang didasarkan pada kewajiban penyedianan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada Capital Adequency Ratio (CAR) yang telah di tetapkan Bank Indonesia. Permodalan yang cukup adalah berkaitan dengan penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup resiko yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang mengandung resiko serta membiayai penanaman dalam benda tetap dan inventaris. Hasibuan (2005:58) menjelaskan bahwa CAR yang di dasarkan pada BIS (Bank For International Sattlements) adalah 8%. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum. Jika modal rata-rata suatu bank yang lebih dari bank yang lainnya maka bank tersebut akan lebih baik solvabilitasnya. Menurut Hasibuan (2005:88) ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk : a. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan b. Melindungi dana pihak ketiga pada bank yang bersangkutan c. Untuk memenuhi ketetapan standar BIS perbankan national dengan formula sebagai berikut : 1.) 4% modal inti yang terdiri dari Shareholder Equity, Prefered Stock, dan Freereservers, serta 55 2.) 4% modal sekunder yang terdiri dari Subordinate debt, Loan Loss Provission, Hybrid Securities, dan Revolution Reserves. Sanksi bagi bank yang tidak memenuhi CAR 8% disamping diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank, juga akan dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank. Dalam menilai aspek permodalan Bank Indonesia menggunakan rumus sebagai berikut : CAR = 100% Keterangan : Modal adalah harga yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) adalah aktiva yang tercantum dalam neraca tercermin dalam kewajiban yang bersifat kesinambungan dan atau komitmen yang di sediakan bank bagi pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada golongan nasabah penjamain serta sifat agunan. Dalam menambahkan bahwa untuk kredit-kredit yang penarikannya dilakukan secara bertahap, bobot resiko dihitung berdasarkan besarnya penarikan kredit pada tahap yang bersangkutan. 2.5.2.2 Asset Quality (Kualitas Aktiva Produktif) Kualitas aktiva produktif ini menunjukan kualitas asset sehubungan dengan resiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda . setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yaitu apakah lancar, kurang lancer, diragukan atau macet. Pembedaan kolektibilitas tersebut diperlukan 56 untuk mengetahui besarnya cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh bank untuk menutup resiko kemungkinan kerugian yang terjadi. Berdasarkan pakfeb 1991, bank wajib membentuk cadangan tersebut sekurang-kurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif ditambah dengan : a. 3% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar, b. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan, c. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet. Menurut Kasmir (2003:259), penilaian tingkat kesehatan aktiva produktif suatu bank didasarkan pada penilaian terhadap kualitas aktiva produktif yang di kualifikasikan dan di dasarkan pada dua ratio sebagai berikut : (1) Perbandingan aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah seluruh aktiva produktif, (2) Perbandingan cadangan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva yang diklasifikasikan. 2.5.2.3 Management (Manajemen) Penilaian faktor manajemen merupakan penilaian yang bersifat kuantitatif. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajeman juga dapat dilihat dari pendidikan serta pengalaman karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Unsur-unsur penilaian dalam kualitas manajemen adalah manajeman permodalan, manajeman aktiva, manajeman rentabilitas, manajeman likuiditas, dan manajeman umum yang didasarkan atas jawaban dari 250 pertanyaan yang diajukan (martono,2002:89). 57 2.5.2.4 Earning Ability (Rentabilitas) Menurut Bank Indonesia yang ditetapkan SK Direksi BI No.39/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 rentabilitas diartikan sebagai berikut : “Rentabilitas adalah pengukuran tingkat efisiensi kegiatan bank dalam memeperoleh laba. Rentabilitas merupakan kemampuan yang penting bagi perusahanan karena tidak hanya sebagai salah satu indikator kesehatan aspek keuangan, rentabilitas juga berjuga adalam penentuan return yang cukup sehingga dapat menjaga arus sumber modal yang baik.” Sedangkan menurut Martono (2002:89-91) pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efesiensi usaha yang ingin dicapai. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitasnya terus meningkat. Metode penelitiannya dapat juga dilakukan dengan : a. Rasio laba terhadap total asset atau yang bias disebut Return On Asset (ROA), yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : ROA = 100% b. Rasio laba terhadap equity capital atau yang bias disebut dengan Return On Equity (ROE), yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : ROE = 100% c. Rasio beban oprasional terhadap pendapatan oprasional (BOPO), yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : BOPO = 100% 58 2.5.2.5 Liquidity (Likuiditas) Loan to Deposit Ratio adalah perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga (Giro, Tabungan, Deposito, dan kewajiban jangka pendek lainnya). Secara formulasi dinyatakan sebagai berikut : LDR = ! " 100% LDR memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. LDR ini menjadi salah satu tolak ukur likuiditas bank yang berjangka waktu agak panjang. Dimana menurut Kasmir (2003:261) Loan to Deposit Ratio (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kawajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan sebagai berikut : a) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat, b) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau diberi kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat. Rasio ini juga merupakan indicator kerawanan dan kemapuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari Loan to Deposito Ratio (LDR) suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar abtara 85%-100%. 59 2.5.2.6 Sensitivity of Market Risk (Sensitivitas Terhadap Resiko) Penilaian terhadap faktor Sensitivity of Market Risk adalah mengukur kemampuan modal bank dalam menutupi potensi kerugian akibat terjadinya fluktuasi atau adverse movement pada tingkat suku bunga dan nilai kurs serta nilai tukar. Penilaian terhadap faktor ini tidak terpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank, tetapi berpengaruh terhadap kelima faktor kesehatan bank lainnya yang dikenal dengan CAMELS. 2.5.3 Analisis CAMELS Perbankan Syariah Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut: 1. Penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah dilakukan dengan memperhitungkan faktor CAMELS melalui pendekatan kuantitatif dan atau kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja bank dengan melakukan penilaian terhadap faktor finansial dan faktor manajemen. 2. Penilaian faktor manajemen dipisahkan dengan penilaian faktor finansial, guna memberikan gambaran yang lebih utuh atas kondisi keuangan dan manajemen bank. Faktor manajemen dianggap sebagai leading indicator dalam penilaian sehingga tidak dapat dijadikan sebagai bagian dari penilaian faktor keuangan. 3. Penilaian faktor finansial dilakukan secara kuantitatif dengan melakukan pembobotan terhadap peringkat faktor, untuk saat ini dilakukan pembobotan untuk faktor permodalan (25%), kualitas aset (50%), rentabilitas (10%), likuiditas (10%) dan sensitivitas atas risiko pasar (5%). 4. Penilaian terhadap faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menggunakan penilaian kuantitatif melalui rasio-rasio keuangan dan kualitatif dengan mempertimbangkan unsur judgement. 60 5. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menghitung peringkat faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas atas risiko pasar dibedakan menjadi rasio utama, rasio penunjang dan rasio pengamatan (observed). o rasio utama merupakan rasio yang memiliki pengaruh kuat (high impact) terhadap Tingkat Kesehatan Bank o rasio penunjang adalah rasio yang berpengaruh secara langsung terhadap rasio utama o rasio pengamatan (observed) adalah rasio tambahan yang digunakan dalam analisa dan pertimbangan (judgement). 6. Penilaian terhadap faktor manajemen dilakukan dengan menggunakan penilaian kualitatif untuk setiap aspek dari manajemen umum, manajemen risiko dan manajemen kepatuhan 7. Penilaian Peringkat Komposit dilakukan dengan agregasi atas Peringkat Faktor Finansial dan peringkat faktor manajemen dengan mempergunakan tabel konversi dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan unsur judgement dengan memperhatikan aspek materialitas dan signifikansi dari masing-masing faktor penilaian. 8. Perhitungan tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah telah memperhitungkan risiko melekat (inherent risk) dari aktivitas bank yang antara lain tercermin pada rasio-rasio keuangan yang digunakan serta dipertimbangkannya unsur judgement dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Sedangkan perhitungan kinerja keuangan bank syariah menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, adalah sebagai berikut: 61 2.5.3.1 Rasio permodalan (capital) Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula digunakan untuk mengukur besar-kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya. Untuk menghitung rasio permodalan digunakan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). #$%% & ', ), *– , -./0 100% M tier1 : Modal inti M tier2 : Modal pelengkap M tier3 : Modal pelengkap tambahan Penyertaan: Penanaman dana Bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah. ATMR : Aktiva Tertimbang Menurut Risiko Kriteria penilaian peringkat: Peringkat 1 = KPMM ≥ 12% Peringkat 2 = 9% ≤ KPMM < 12% Peringkat 3 = 8% ≤ KPMM < 9% Peringkat 4 = 6% < KPMM < 8% Peringkat 5 = KPMM ≤ 6% Kriteria penetapan peringkat faktor permodalan: 1. Peringkat 1, mencerminkan tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang. 62 2. Peringkat 2, mencerminkan tingkat modal berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini serta membaik dari tingkat saat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang 3. Peringkat 3, mencerminkan tingkat modal berada sedikit diatas atau sesuai dengan ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada pada tingkat ini selama 12 (dua belas) bulan mendatang. 4. Peringkat 4, mencerminkan tingkat modal sedikit dibawah ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan mengalami perbaikan dalam 6 (enam) bulan mendatang. 5. Peringkat 5, mencerminkan tingkat modal berada lebih rendah dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini atau menurun dalam 6 (enam) bulan mendatang. 2.5.3.2 Rasio kualitas aktiva produktif (KAP) Rasio ini digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasikan laba secara maksimal. Selain itu penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. KAP = 1 – 1 ! 2 , , , 3! 4 Dimana: 1. APYD: Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan, meliputi: - 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus. - 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar. - 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan. - 100% dari aktiva produktif yang digolongkan Macet. 63 2. Aktiva Produktif : Penaman bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. Kriteria penilaian peringkat: Peringkat 1 = KAP > 0,99 Peringkat 2 = 0,96 < KAP ≤ 0,99 Peringkat 3 = 0,93 < KAP ≤ 0,96 Peringkat 4 = 0,90 < KAP ≤ 0,93 Peringkat 5 = KAP ≤ 0,90 Kriteria penetapan peringkat faktor kualitas aset produktif: 1. Peringkat 1, mencerminkan kualitas aset sangat baik dengan risiko portofolio yang sangat minimal. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan telah dilaksanakan dengan sangat baik dan sesuai dengan skala usaha bank, serta sangat mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat dan didokumentasikan dan diadministrasi kan dengan sangat baik. 2. Peringkat 2, mencerminkan kualitas aset baik namun terdapat kelemahan yang tidak signifikan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan skala usaha bank, serta mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat dan didokumentasikan dan diadministrasikan dengan baik. 3. Peringkat 3, mencerminkan kualitas aset cukup baik namun diperkirakan akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan telah dilaksanakan dengan cukup baik dan sesuai dengan skala usaha bank, namun masih terdapat kelemahan yang tidak signifikan dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan cukup baik. 64 4. Peringkat 4, mencerminkan kualitas aset kurang baik dan diperkirakan akan mengancam kelangsungan hidup bank apabila tidak dilakukan perbaikan secara mendasar. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan dilaksanakan dengan kurang baik dan atau belum sesuai dengan skala usaha bank, serta terdapat kelemahan yang signifikan apabila tidak segera dilakukan tindakan korektif dapat membahayakan kelangsungan usaha bank dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan tidak baik. 5. Peringkat 5, mencerminkan kualitas aset tidak baik dan diperkirakan kelangsungan hidup bank sulit untuk dapat diselamatkan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan dilaksanakan dengan tidak baik dan atau tidak sesuai dengan skala usaha bank, serta terdapat kelemahan yang sangat signifikan dan kelangsungan usaha bank sulit untuk dapat diselamatkan dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan tidak baik. 2.5.3.3 Management (Manajemen) Penilaian faktor manajemen merupakan penilaian yang bersifat kuantitatif. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Kualitas manajeman juga dapat dilihat dari pendidikan serta pengalaman karyawannya dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi. Unsur-unsur penilaian dalam kualitas manajemen adalah manajeman permodalan, manajeman aktiva, manajeman rentabilitas, manajeman likuiditas, dan manajeman umum yang didasarkan atas jawaban dari 250 pertanyaan yang diajukan (martono,2002:89). 2.5.3.4 Rasio rentabilitas (earning) Rasio rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Operational Margin (NOM). NOM = 5 5 6 5 65 Dimana: - NOM: Net Operating Margin - PO: Pendapatan Operasional - DBH: Distribusi Bagi Hasil - BO: Biaya Operasional - Rata-rata Aktiva Produktif: merupakan rata-rata aktiva produktif 12 bulan terakhir. Kriteria penilaian peringkat: Peringkat 1 = NOM > 3% Peringkat 2 = 2% < NOM ≤ 3% Peringkat 3 = 1,5% < NOM ≤ 2% Peringkat 4 = 1% < NOM ≤ 1,5% Peringkat 5 = NOM ≤ 1% Kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas: 1. Peringkat 1, mencerminkan kemampuan rentabilitas sangat tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Peringkat 2, mencerminkan kemampuan rentabilitas tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Peringkat 3, mencerminkan kemampuan rentabilitas cukup tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 66 4. Peringkat 4, mencerminkan kemampuan rentabilitas rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Peringkat 5, mencerminkan kemampuan rentabilitas sangat rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2.5.3.5 Rasio likuiditas (liquidity) Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Suatu bank dinyatakan likuid apabila bank tersebut dapat memenuhi kewajiban hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Short Term Mismatch (STM). STM = ! 2 7 8 9 "! 7 ! "! ! Dimana: - STM: Short Term Mismatch - Aktiva Jangka Pendek: aktiva likuid kurang dari 3 bulan selain kas, SWBI dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). - Kewajiban Jangka Pendek: kewajiban likuid kurang dari 3 bulan Kriteria penilaian peringkat: Peringkat 1 = STM > 25% Peringkat 2 = 20% < STM ≤ 25% Peringkat 3 = 15% < STM ≤ 20% Peringkat 4 = 10% < STM ≤ 15% Peringkat 5 = STM ≤ 10% 67 Kriteria penetapan peringkat faktor likuiditas: o Peringkat 1, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas sangat kuat. o Peringkat 2, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas kuat. o Peringkat 3, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas memadai. o Peringkat 4, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas lemah. o Peringkat 5, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas risiko likuiditas sangat lemah. 2.5.3.6 Sensitivias terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk) Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan risiko pasar. MR = ! : 3! Dimana: - MR: Market Risk - Ekses Modal: kelebihan atas modal minimum yang ditetapkan untuk mengcover risiko pasar akibat pergerakan nilai tukar. 68 - Potential Loss Nilai Tukar: risiko kerugian yang timbul akibat pergerakan nilai tukar yang berlawanan dengan perkiraan bank (gap position dari exposure banking book valas dikali fluktuasi nilai tukar). Kriteria penilaian peringkat: Peringkat 1 = MR • 12% Peringkat 2 = 10% • MR < 12% Peringkat 3 = 8% • MR < 10% Peringkat 4 = 6% • MR < 8% Peringkat 5 = MR < 6% Kriteria penetapan peringkat faktor sensitivitas terhadap risiko pasar: • Peringkat 1, mencerminkan risiko sangat rendah, dan penerapan manajemen risiko pasar efektif dan konsisten. • Peringkat 2, mencerminkan risiko relatif rendah, dan penerapan manajemen risiko pasar efektif dan konsisten. • Peringkat 3, mencerminkan risiko moderat atau tinggi, dan penerapan manajemen risiko pasar efektif dan konsisten • Peringkat 4, mencerminkan risiko moderat atau tinggi, dan penerapan manajemen risiko pasar yang kurang efektif dan kurang konsisten. • Peringkat 5, mencerminkan risiko moderat atau tinggi, dan penerapan manajemen risiko pasar tidak efektif dan tidak konsisten. Proses penilaian peringkat kinerja keuangan dilaksanakan dengan pembobotan atas nilai peringkat faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. 69 2.6 Keterkaitan Penalitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Nuryati Amethysa Gendis Gumilar (2011) bertujuan menganalisis perbandingan bank umum konvensional dan bank umum syariah, Teknik analisa dalam penelitian ini digunakan teknik analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan keuangan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa secara umum rasio-rasio likuiditas Bank Umum Syariah ”S” relatif lebih baik dibanding Bank Umum Konvensional “K”. Rasio-rasio solvabilitas kedua bank Bank Umum tersebut menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Rasio kecukupan modal (CAR) kedua Bank Umum tersebut diatas ketentuan minimum BI (8%). Tingkat rasio solvabilitas dari kedua Bank Umum tersebut menunjukkan hasil bahwa Bank Umum Syariah”S” lebih baik daripada Bank Umum Konvensional”K”. Rasio rentabilitas kedua Bank adalah positif. Laba bersih terhadap pendapatan operasi (NPM) baik, dimana pada BankKonvensional “K” sebesar 239,69% dan pada Bank Syariah “S” sebesar 18,73 % pada tahun 2009. Keadaan ini menunjukkan bahwa kedua Bank tersebut mampu memperoleh laba yang wajar,walaupun NPM Bank Syariah “S” lebih rendah dibandingkan dengan Bank Konvensional “K”. Hal ini memberikan indikasi bahwa Bank Konvensional “K”relative lebih efisien dalam pengelolaan dananya. Perbandingan tingkat resiko keuangan/bisnis menggunakan hasil analisis diskri minan (Z-Score) menunjukkan keduaBank tersebut dalam keadaan “firm”.Namun nilai Z Bank Syariah “S” relativelebih tinggi dibandingkan dengan BankKonvensional “K”. Penelitian yang dilakukan Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe (2012) bertujuan menganalisis Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Di Indonesia, sampel dalam penelitian ini sebanyak 4 Bank Umum syariah dan 4 Bank Konvensional. Data dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda dan uji beda.menunjukkan hasil berdasarkan Uji t didapatkan koefisien pengaruh CAR 70 terhadap ROA adalah -0,006 dengan nilai sig = 0,595 > 0,05, ini menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, pengaruh BOPO terhadap ROA adalah -0,084 dengan nilai sig = 0,000 < 0,05, ini menunjukan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, pengaruh variabel FDR terhadap ROA adalah 0,014 dengan tingkat signifikansi (sig) = 0,001 < 0,05, ini menunjukan bahwa FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Syariah di Indonesia. pengaruh CAR terhadap ROA adalah 0,074 dengan nilai sig = 0,021 < 0,05, ini menunjukan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, pengaruh variabel BOPO terhadap ROA adalah - 0,003 dengan tingkat signifikansi (sig) = 0,667 > 0.05, ini menunjukan bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap ROA, pengaruh variabel NIM terhadap ROA adalah 0,238 dengan tingkat signifikansi (sig) = 0,000 < 0.05, ini menunjukan bahwa NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, pengaruh variabel NPL terhadap ROA adalah - 0,465 dengan tingkat signifikansi (sig) = 0,000 < 0.05, ini menunjukan bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, pengaruh variabel LDR terhadap ROA adalah - 0,024 dengan tingkat signifikansi (sig) = 0,000 < 0.05, ini menunjukan bahwa LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Konvensional di Indonesia. Dan terdapat perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank Umum Syariah dengan Bank Konvensional di Indonesia. Penelitian yang Dilakukan Berlina Mahardika Vt., Smb. Dan Deannes Isynuwardhana. (2012) bertujuan menganalisis perbandingan tingkat kesehatan bank konvensional dan bank syariah di indonesia periode 2009-2011. sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 3 bank konvensional dan 3 bank syariah yaitu Bank Mandiri, Bank BRI, Bank Mega dan Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, Bank Syariah Mega Indonesia. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa tingkat kesehatan Bank Konvensional sebagian besar tergolong sangat sehat. Pada bank Mandiri dan Bank Mega mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi 71 perekonomian dan industri keuangan tetapi kurang patuh dalam memenuhi penyisihan penghapusan aktiva produktif bank, sedangkan Bank BRI mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan tetapi kemampuan likuiditas untuk mengatasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko kurang memadai. Tingkat kesehatan Bank Syariah lebih fluktuatif terutama pada Bank BRI Syariah yang masi terlihat sangat labil untuk dapat berdiri sendiri sebagai bank umum. Bank Syariah Mandiri tergolong sangat sehat mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun secara umum kinerja likuiditas kurang baik. Kemampuan likuiditas untuk mengatasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko rendah. Pada Bank BRI Syariah tergolong kurang sehat dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius, atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan. Apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif, berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya hal ini dapat dilihat dari kemampuan rentabilitas yang rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal dan kemampuan likuiditas untuk mengatasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko rendah. Pada Bank Mega Syariah tergolong sehat dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin. Bank umum syariah hasil dari spin-off konvensionalnya memiliki tingkat kesehatan yang berbda-beda dibandingkan dengan konvensionalnya, setiap bank memiliki masing-masing kelemahan di rasio-rasio yang berbeda. Pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri yang sama-sama sehat mencerminkan bahwa Bank Umum Syariah mampu bersaing dengan Bank Umum Konvensional. Pada Bank BRI dan Bank BRI Syariah terjadi kesenjangan tingkat kesehatan pada bank konvensionalnya dengan bank syariahnya, yaitu sangat sehat pada Bank BRI dan kurang sehat pada BankBRI Syariah, hal ini mencerminkan bahwa keuangan Bank BRI Syariah belum stabil setelah melakukan pemisahan/spin-off dari Bank BRI. 72 Sedangkan pada Bank Mega dan Bank Mega Syariah sama-sama tergolong sehat walaupun Bank Mega Syariah masih memiliki kelemahan pada aspek Assets dan Liquidity. Namun Bank Mega syariah sudah bisa dikatakan mampu bersaing dengan bank berbasis konvensional. Penelitian yang Dilakukan Bachruddin (2005) bertujuan menganalisis Pengukuran Tingkat Efisiensi Bank Syariah Dan Bank Konvensional Di Indonesia Dengan Formula David Cole’s Roe For Bank. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 4 Bank Umum syariah dan 4 Bank Konvensional. Dari hasil analisis dapat dikemukakan temuan penelitian bahwa hipotesis kesatu dapat dibuktikan yaitu terdapat perbedaan yang berarti antara ROE pada Bank Syariah dengan ROE pada bank konvensional. Hal ini dapat dilihat pada nilai statistik dengan t-hitung (sebesar 5,580) pada tingkat signifikansi (sebesar 0,000). Makna dari temuan ini mencerminkan bahwa tingkat efisiensi (dengan proksi ROE) dari operasi Bank Syariah, berbeda secara berarti dibandingkan dengan tingkat efisiensi operasi bank konvensional. ROE rata-rata dari Bank Syariah (sebesar 11,71%) lebih rendah dibanding dengan ROE rata-rata bank konvensional (sebesar 29,36%). Namun ditinjau dari deviasi-standar dari ROE, Bank Syariah (sebesar 10,42%) lebih kecil dibanding dengan bank konvensional (sebesar 14,34%). Hal ini memberi makna bahwa tingkat risiko dari operasi Bank Syariah lebih rendah dibanding dengan bank konvensional. Pada Bank Syariah dapat dikemukakan temuan penelitian bahwa komponen-komponen Profit Margin (PM); Asset Utilization (AU) dan Equity Multiplier (EM) secara serempak memiliki pengaruh yang berarti terhadap ROE. Hal ini dapat dilihat pada F Statistik (sebesar 15,118) dengan tingkat signifikansi (sebesar 0,000). Temuan ini memberi makna bahwa kebijakan-kebijakan pada bidang manajemen pemasaran (dengan proksi PM), bidang manajemen aktiva (dengan proksi AU) dan bidang manajemen pasiva (dengan proksi EM) memberikan peranan yang berarti dalam pencapaian tingkat efisiensi (dengan proksi ROE) pada Bank Syariah. Adapun kontribusi terbesar dalam pencapaian ROE adalah dari PM (t = 5,477), lalu 73 disusul dari AU (t = 3,766) dan dari EM (t = 3,475). Pada Bank konvensional dapat diungkapkan temuan penelitian bahwa komponen-komponen PM, AU dan EM secara serempak tidak memiliki pengaruh yang berarti terhadap ROE. Hal ini dapat dilihat pada nilai F Statistik (sebesar 1,560) dengan signifikansi (sebesar 0,221).Temuan ini merefleksikan bahwa kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh bank konvensional dibidang manajemen pemasaran, manajemen aktiva dan manajemen pasiva tidak memberikan peranan yang berarti terhadap tingkat efisiensi yang dicapai. Sementara itu, komponen yang memberikan kontribusi yang berarti hanya dari PM (signifikansi sebesr 0,044). Sedangkan dari komponen-komponen AU dan EM tidak memberikan kontribusi yang berarti.