Respon Pertumbuhan Jamur Tiram Putih

advertisement
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, karakteristik lokasi
penelitian ditinjau berdasarkan dua aspek,
yaitu kondisi karakteristik lingkungan dan
kondisi karakteristik kumbung jamur tiram.
4.1.1 Karakteristik lingkungan
Lokasi penelitian pertama terletak di Jalan
Raya Puncak Gadog, tepatnya di desa Pandan
Sari Ciawi Bogor. Secara administrasi
termasuk dalam wilayah Kabupaten Bogor.
Secara geografis, lokasi penelitian terletak
pada 6,650o LS dan 106,862o BT dengan
ketinggian 437 mdpl. Desa Pandan Sari
terletak di bagian timur Kabupaten Bogor.
Desa Pandan Sari merupakan desa pertanian
yang didominasi oleh pertanian jamur tiram
dan padi. Lokasi ini berada di DAS Ciliwung
dan diapit oleh saluran-saluran irigasi.
Lokasi penelitian kedua terletak di
Kelurahan Cibadak, tepatnya di desa Kukupu
Tanah Sareal Bogor. Secara administrasi
termasuk dalam wilayah Kota Bogor. Secara
geografis, lokasi penelitian terletak pada
koordinat 6,544o LS dan 106,776o BT dengan
ketinggian 169 mdpl. Desa Kukupu terletak
di bagian utara Kota Bogor dan diapit oleh
perumahan Tamansari Persada dan Bukit
Cimanggu City.
4.1.2 Karakteristik kumbung jamur
tiram
Pada lokasi penelitian di Desa Pandan
Sari, kumbung inkubasi berukuran panjang
15 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 8 meter.
Dinding kumbung inkubasi tidak ditutupi
sehingga terkena paparan kondisi lingkungan
di luar secara langsung. Kumbung inkubasi
Pandan Sari memiliki kapasitas penyimpanan
60.000 baglog. Kumbung inkubasi Pandan
Sari dapat dilihat pada Gambar 4.
Kumbung budidaya di Pandan Sari
memiliki ukuran panjang 20 meter, lebar 10
meter dan tinggi 8 meter. Kumbung budidaya
Pandan Sari sudah dilengkapi dengan dinding
berventilasi. Kumbung budidaya Pandan Sari
memiliki kapasitas 35.000 baglog. Kumbung
budidaya Pandan Sari dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5 Kumbung budidaya Pandan Sari
(Sumber : dokumentasi pribadi).
Pada lokasi penelitian kedua, yaitu di
Desa Kukupu, kumbung inkubasi berukuran
panjang 10 meter, lebar 7 meter, dan tinggi 7
meter. Kumbung inkubasi di Kukupu tertutup
rapat oleh bilik bambu dengan ventilasi
sedikit. Kapasitas penyimpanan kumbung
inkubasi Kukupu adalah sebanyak 50.000
baglog. Kumbung inkubasi Kukupu dapat
dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6
Gambar 4 Kumbung inkubasi Pandan Sari
(Sumber : dokumentasi pribadi).
Kumbung inkubasi Kukupu
(Sumber : dokumentasi pribadi).
Kumbung budidaya Kukupu memiliki
ukuran panjang 10 meter, lebar 7 meter dan
tinggi 7 meter. Kumbung budidaya Kukupu
dilengkapi ventilasi pada dindingnya.
Kumbung budidaya Kukupu memiliki
kapasitas sebanyak 25.000 baglog. Kumbung
budidaya Kukupu dapat dilihat pada Gambar
7.
8
tekanan udaranya menjadi lebih rendah.
Tekanan
udara
yang
lebih
rendah
memungkinkan air untuk lebih mudah
menguap. Kondisi suhu dan kelembaban
relatif di dalam kumbung inkubasi pada
kedua lokasi dapat dilihat pada Gambar 8 dan
Gambar 9.
Gambar 7 Kumbung budidaya Pandan Sari
(Sumber : dokumentasi pribadi).
4.2 Kondisi Suhu dan Kelembaban Selama
Periode Penelitian
4.2.1 Suhu dan kelembaban relatif
lingkungan pada kedua lokasi
Berdasarkan pengukuran suhu bola kering
dan suhu bola basah yang dilakukan pada
kedua lokasi menunjukkan suhu udara ratarata selama 88 hari pada tanggal 11 April
hingga 7 Juli 2011 di desa Pandan Sari
terukur sebesar 27,4oC, sedangkan suhu udara
rata-rata di desa Kukupu selama 70 hari pada
tanggal 18 September hingga 26 November
terukur sebesar 29,6oC. Berdasarkan uji t dua
sampel pada nilai rata-rata suhu harian di
kedua lokasi, kondisi suhu lingkungan sangat
berbeda. Kelembaban relatif rata-rata pada
tanggal 11 April hingga 7 Juli 2011 di desa
Pandan Sari terhitung sebesar 87%,
sedangkan kelembaban relatif pada tanggal
18 September hingga 26 November 2011
terhitung sebesar 81%. Berdasarkan uji t dua
sampel yang dilakukan pada data kelembaban
relatif kedua lokasi, kondisi kelembaban
relatif lingkungan pada kedua lokasi sangat
berbeda.
Pada pengambilan data pertama di Pandan
Sari mulai bulan April-Juli, nilai suhu udara
rata-rata harian cenderung lebih rendah. Suhu
udara yang lebih rendah disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi di Pandan Sari saat
periode pengambilan data. Selain itu, suhu
udara yang lebih rendah juga dipengaruhi
jenis tutupan lahan di Pandan Sari yang
masih di dominasi oleh sawah dan badan air
(sungai, saluran irigasi, dan kolam),
sementara di Kukupu, jenis tutupan lahan
yang dominan adalah lahan terbangun dengan
sedikit jenis tutupan badan air. Nilai
kelembaban yang tinggi juga dipengaruhi
oleh ketinggian tempat. Letak Pandan Sari
lebih tinggi daripada Kukupu sehingga
Gambar 8 Suhu rata-rata harian lingkungan.
Gambar 9 RH rata-rata harian lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian, secara
umum suhu udara rata-rata harian di desa
Pandan Sari cenderung naik. Kondisi ini
disebabkan oleh waktu tanamnya yang jatuh
pada awal musim kemarau sehingga suhu di
awal waktu tanam lebih rendah dibandingkan
di akhir waktu tanam. Sedangkan, secara
umum suhu udara rata-rata harian di desa
Kukupu cenderung turun. Hal ini disebabkan
oleh waktu tanamnya jatuh pada akhir musim
kemarau sehingga suhu di awal waktu tanam
lebih tinggi dibandingkan di akhir waktu
tanam.
9
4.2.2 Suhu dan kelembaban relatif di
dalam kumbung pada kedua
lokasi
Kumbung jamur dibangun dengan tujuan
menjaga kondisi iklim mikro di dalamnya
dari kondisi lingkungan yang kurang sesuai
dengan syarat tumbuh jamur tiram.
Berdasarkan kebutuhan syarat lingkungan
yang berbeda pada setiap fase jamur tiram,
kumbung jamur tiram dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu kumbung inkubasi dan kumbung
budidaya. Kumbung inkubasi digunakan
untuk jamur tiram pada fase miselium dan
kumbung budidaya digunakan pada fase
primordial dan fase pembentukkan tubuh
buah. Kumbung inkubasi dibangun untuk
memberikan kondisi yang sesuai untuk
pertumbuhan miselium. Miselium jamur
tiram membutuhkan suhu yang hangat untuk
tumbuh dan tidak terlalu membutuhkan
kelembaban yang tinggi. Pada kumbung
inkubasi juga tidak diberikan perlakuan
khusus.
Kondisi suhu pada kumbung inkubasi di
Pandan Sari lebih rendah daripada di dalam
kumbung inkubasi di Kukupu. Suhu di dalam
kumbung inkubasi Pandan Sari sebesar
27,4oC sedangkan nilai suhu di dalam
kumbung inkubasi Kukupu sebesar 28,5oC.
Nilai kelembaban relatif di dalam kumbung
inkubasi di Pandan Sari sebesar 87%
sedangkan kelembaban relatif di dalam
kumbung inkubasi Kukupu sebesar 82%.
Berdasarkan uji t dua sampel, kondisi suhu
dan kelembaban relatif di dalam kumbung
inkubasi Pandan Sari dan Kukupu sangat
berbeda. Nilai suhu rata-rata harian di dalam
kumbung inkubasi pandan Sari lebih rendah
disebabkan oleh ukuran kumbung yang lebih
besar dibandingkan dengan kumbung
inkubasi di Kukupu. Disekitar kumbung
inkubasi Pandan Sari juga terdapat saluran
irigasi sehingga kelembabannya menjadi
lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam
kumbung inkubasi Kukupu. Konstruksi
dinding kumbung di Pandan Sari juga kurang
tertutup sehingga kondisi suhu dan
kelembaban relatif di dalam kumbung
inkubasi terpapar oleh pengaruh lingkungan.
Kondisi suhu dan kelembaban relatif di
dalam kumbung inkubasi Pandan Sari dan
Kukupu dapat dilihat pada Gambar 10 dan
Gambar 11.
Kondisi suhu pada kumbung budidaya di
Pandan Sari lebih rendah daripada di dalam
kumbung budidaya di Kukupu. Suhu di
dalam kumbung budidaya Pandan Sari yang
terukur sebesar 26,7oC sedangkan di dalam
kumbung budidaya Kukupu terukur sebesar
27,7oC. Nilai kelembaban relatif di dalam
kumbung budidaya di Pandan Sari terukur
sebesar 88% sedangkan kelembaban relatif di
dalam kumbung inkubasi Kukupu sebesar
86%.
Gambar 10 Suhu rata-rata harian di dalam
kumbung inkubasi.
Gambar 11 Kelembaban relatif rata-rata
harian di dalam kumbung
inkubasi.
Berdasarkan uji t dua sampel, kondisi
suhu di dalam kumbung budidaya kedua
lokasi
sangat
berbeda,
sedangkan
kelembaban relatif di dalam kumbung
budidaya di Pandan Sari dan Kukupu tidak
berbeda. Kondisi kelembaban relatif kedua
lokasi tidak berbeda karena adanya perlakuan
penyiraman sehingga kelembaban dapat
dikendalikan. Kumbung budidaya di Kukupu
diberikan penyiraman 2-3 kali sehari,
sementara kumbung budidaya Pandan Sari
hanya diberikan penyiraman 1-2 kali sehari.
Kondisi suhu dan kelembaban relatif di
dalam kumbung budidaya di Pandan Sari dan
10
Kukupu dapat dilihat pada Gambar 12 dan
Gambar 13.
Gambar 12 Suhu rata-rata harian di dalam
kumbung budidaya.
Gambar 13 Kelembaban relatif rata-rata
harian di dalam kumbung
budidaya.
4.2.3 Suhu dan kelembaban relatif di
lingkungan dan di dalam kumbung pada
setiap lokasi
Berdasarkan uji t dua sampel yang
dilakukan terhadap data suhu lingkungan dan
suhu di dalam kumbung inkubasi Pandan Sari
dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu
lingkungan dan suhu di dalam kumbung
inkubasi tidak berbeda. Suhu rata-rata harian
di lingkungan dan di dalam kumbung
inkubasi terukur sama, yaitu sebesar 27,4 oC.
Hal tersebut juga terjadi pada uji t dua sampel
yang dilakukan terhadap data kelembaban
relatif lingkungan dan kelembaban relatif di
dalam
kumbung
inkubasi.
Kondisi
kelembaban relatif di lingkungan dan di
dalam kumbung inkubasi Pandan Sari juga
tidak berbeda. Kelembaban relatif lingkungan
dan kelembaban relatif di dalam kumbung
inkubasi terukur sama, yaitu sebesar 87%.
Kumbung inkubasi Pandan Sari tidak
dilengkapi oleh dinding yang rapat sehingga
terpapar oleh kondisi lingkungan. Miselium
jamur tiram membutuhkan suhu yang hangat
untuk tumbuh. Suhu lingkungan dan di dalam
kumbung inkubasi yang kurang hangat
menyebabkan laju pertumbuhan miselium
terhambat sehingga di Pandan Sari
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
mencapai tutupan miselium sebesar 100%.
Pada fase miselium, kelembaban relatif tidak
terlalu berpengaruh bagi pertumbuhan
miselium karena miselium tumbuh di dalam
baglog. Kondisi suhu dan kelembaban relatif
lingkungan dan di dalam kumbung inkubasi
Pandan Sari dapat dilihat pada Gambar 14
dan Gambar 15.
Gambar 14 Suhu rata-rata harian lingkungan
dan di dalam kumbung inkubasi
Pandan Sari.
.
.
4.3 Pertumbuhan Jamur Tiram
Gambar 15 Kelembaban relatif rata-rata
harian lingkungan dan di dalam
kumbung inkubasi Pandan Sari.
11
Berdasarkan uji t dua sampel yang
dilakukan terhadap data suhu lingkungan dan
suhu di dalam kumbung budidaya Pandan
Sari, dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu
lingkungan dan suhu di dalam kumbung
budidaya Pandan Sari sangat berbeda. Suhu
lingkungan terukur sebesar 27,4 oC dan suhu
di dalam kumbung budidaya terukur sebesar
26,8oC.
Kelembaban relatif lingkungan terukur
sebesar 87% dan kelembaban relatif di dalam
kumbung budidaya terukur sebesar 88%.
Berdasarkan uji t dua sampel yang dilakukan
terhadap data kelembaban relatif lingkungan
dan kelembaban relatif di dalam kumbung
budidaya dapat disimpulkan bahwa kondisi
kelembaban
relatif
lingkungan
dan
kelembaban relatif di dalam kumbung
budidaya berbeda nyata.
Perbedaan kondisi suhu dan kelembaban
antara lingkungan dengan kumbung budidaya
disebabkan oleh Kumbung budidaya Pandan
Sari dapat menahan paparan kondisi iklim
lingkungan. Selain itu, perbedaan kondisi
iklim mikro tersebut juga disebabkan oleh
adanya perlakuan penyiraman kumbung dan
pengaturan sirkulasi melalui jendela dan
pintu
kumbung. Kondisi suhu dan
kelembaban relatif lingkungan dan di dalam
kumbung budidaya Pandan Sari dapat dilihat
pada Gambar 16 dan Gambar 17.
Gambar 16 Suhu rata-rata harian lingkungan
dan di dalam kumbung budidaya
Pandan Sari.
Berdasarkan uji t dua sampel yang
dilakukan terhadap data suhu lingkungan dan
suhu di dalam kumbung inkubasi Kukupu,
dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu ratarata harian lingkungan dan di dalam
kumbung inkubasi Kukupu sangat berbeda.
Suhu rata-rata harian lingkungan di Kukupu
saat masa inkubasi terukur sebesar 29,6oC
dan suhu rata-rata harian di dalam kumbung
inkubasi terukur sebesar 28,5oC. Suhu di
dalam kumbung inkubasi lebih rendah
disebabkan oleh adanya sirkulasi udara dari
dinding kumbung dan ketinggian atap
kumbung yang memungkinkan sirkulasi
udara menjadi lebih baik.
Gambar 17 Kelembaban relatif rata-rata
harian lingkungan dan di dalam
kumbung budidaya Pandan Sari.
Uji t dua sampel juga dilakukan terhadap
data kelembaban relatif harian lingkungan
dan di dalam kumbung inkubasi Kukupu.
Berdasarkan uji t dua sampel, dapat
disimpulkan bahwa kondisi kelembaban
relatif lingkungan dan kelembaban relatif di
dalam kumbung inkubasi tidak berbeda.
Kelembaban relatif lingkungan terukur
sebesar 81% sementara kelembaban relatif di
dalam kumbung terukur sebesar 82%.
Kondisi ini disebabkan oleh tidak adanya
penyiraman di dalam kumbung inkubasi
sehingga kelembaban relatifnya akan
cederung mengikuti lingkungannya. Kondisi
suhu dan kelembaban relatif lingkungan dan
di dalam kumbung inkubasi Kukupu dapat
dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 19.
Berdasarkan uji t dua sampel yang
dilakukan terhadap data suhu lingkungan dan
suhu di dalam kumbung budidaya Kukupu,
dapat disimpulkan bahwa kondisi suhu
lingkungan dan suhu di dalam kumbung
budidaya Kukupu sangat berbeda. Suhu ratarata harian lingkungan terukur sebesar 29,6oC
dan suhu rata-rata harian di dalam kumbung
budidaya terukur sebesar 27,7oC. Perbedaan
kondisi suhu ini disebabkan oleh adanya
ventilasi, bentuk kumbung yang tinggi,
pengaturan jarak rak baglog dan adanya
penyiraman.
12
Gambar 18 Suhu rata-rata harian lingkungan
dan di dalam kumbung inkubasi
Kukupu.
Sementara itu, uji t juga dilakukan
terhadap data kelembaban relatif lingkungan
dan kelembaban relatif di dalam kumbung
budidaya. Berdasarkan uji t dua sampel yang
dilakukan,
dapat
disimpulkan bahwa
kelembaban
relatif
lingkungan
dan
kelembaban relatif di dalam kumbung
budidaya
Kukupu
sangat
berbeda.
Kelembaban relatif lingkungan pada masa
budidaya di Kukupu terukur sebesar 81%
sedangkan kelembaban relatif di dalam
kumbung budidaya Kukupu terukur sebesar
86%.
Kelembaban relatif di dalam kumbung
budidaya lebih tinggi disebabkan oleh adanya
perlakuan
penyiraman.
Kondisi
ini
memperlihatkan bahwa kumbung mampu
untuk memberikan kondisi iklim mikro yang
berbeda dengan kondisi iklim mikro
lingkungan. Kondisi suhu dan kelembaban
relatif lingkungan dan di dalam kumbung
budidaya Kukupu dapat dilihat pada Gambar
20 dan Gambar 21.
Gambar 19 Kelembaban relatif rata-rata
harian lingkungan dan di dalam
kumbung inkubasi Kukupu.
Gambar 21 Kelembaban relatif rata-rata
harian lingkungan dan di dalam
kumbung budidaya Kukupu.
Gambar 20 Suhu rata-rata harian lingkungan
dan di dalam kumbung budidaya
Kukupu.
4.3 Kondisi Lingkungan Kumbung dan
Pertumbuhan Jamur Tiram
Pertumbuhan dan perkembangan jamur
tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan di dalam kumbung. Pada fase
miselium, kondisi lingkungan pada kumbung
inkubasi yang paling mempengaruhi,
sedangkan pada fase primordial dan fase
pembentukkan
tubuh
buah,
kondisi
lingkungan pada kumbung budidayalah yang
paling
mempengaruhi.
Unsur-unsur
lingkungan yang paling mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram
adalah suhu udara dan kelembaban relatif.
13
4.3.1 Suhu
Laju metabolisme pada jamur tiram
dipengaruhi oleh suhu sehingga suhu akan
berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan
perkembangan. Jamur tiram sebagai makhluk
hidup saprofitik yang menguraikan selulosa,
akan
mengalami
pertumbuhan
dan
perkembangan yang cepat saat fase miselium
pada suhu yang lebih hangat. Suhu rata-rata
harian di dalam kumbung inkubasi Kukupu
menyebabkan laju pertumbuhan miselium
lebih cepat dibandingkan di dalam kumbung
inkubasi Pandan Sari. Pada gambar 21 dan
gambar 22 dijelaskan tentang lamanya masa
inkubasi di Pandan Sari dan Kukupu. Masa
inkubasi di Pandan Sari adalah 56 hari
sedangkan masa inkubasi di Kukupu adalah
49 hari. Pada masa inkubasi, target yang
paling utama adalah kecepatan pertumbuhan
miselium jamur tiram, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kondisi di dalam
kumbung inkubasi Kukupu lebih baik
dibandingkan dengan kondisi kumbung
inkubasi Pandan Sari.
Pada fase primordial dan pembentukkan
tubuh buah, jamur tiram memiliki perbedaan
kebutuhan panas dengan saat fase miselium.
Pada fase primordial dan pembentukkan
tubuh buah di kumbung budidaya Kukupu,
suhunya lebih hangat dibandingkan di dalam
kumbung inkubasi Pandan Sari. Hal ini
menyebabkan jamur tiram menjadi matang
sebelum memasuki ukuran yang dikehendaki.
Di dalam kumbung budidaya Kukupu, jamur
tiram sudah harus dipanen saat ukurannya
belum mencapai target yang diinginkan. Suhu
yang lebih hangat di Kukupu menyebabkan
laju metabolisme jamur tiram menjadi lebih
cepat. Suhu yang lebih rendah terukur di
dalam kumbung budidaya Pandan Sari. Suhu
rata-rata harian di dalam kumbung budidaya
Pandan Sari menyebabkan laju metabolisme
jamur tiram menjadi lebih lambat. Masa
panen di Pandan Sari memang lebih lama
dibandingkan dengan Kukupu namun ukuran
tubuh buah yang terbentuk sesuai dengan
yang yang diharapkan. Berdasarkan kondisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi
kumbung budidaya di Pandan Sari lebih
sesuai
untuk
fase
primordial
dan
pembentukkan tubuh buah.
Tubuh buah jamur tiram di kumbung
budidaya Kukupu harus dipanen lebih cepat
karena suhu yang lebih tinggi menyebabkan
tubuh buah menjadi matang lebih cepat. Jika
tidak dipanen maka jamur akan tua dan rasa
jamur akan menjadi pahit.
4.3.2 Kelembaban relatif
Pada
pertumbuhan
jamur
tiram,
kelembaban relatif menjadi salah satu faktor
penting terutama saat pembentukkan tubuh
buah. Salah satu kandungan utama tubuh
buah pada jamur tiram adalah air. Pada fase
miselium yang terjadi di kumbung inkubasi,
kelembaban relatif tidak terlalu berpengaruh
karena miselium tumbuh di dalam baglog
plastik yang tidak mengalami kontak secara
langsung dengan udara. Pada fase
pembentukkan tubuh buah, jamur tiram juga
menyerap air dari kelembaban udara.
Semakin tinggi nilai kelembaban maka
semakin besar ukuran tubuh buah jamur tiram
yang terbentuk. Kelebihan kandungan air
pada tubuh buah jamur tiram dapat
menurunkan kualitas jamur tiram sehingga
harga jamur tiram dipasaran saat musim
hujan atau saat kelembaban terlalu hampir
dipastikan jatuh. Kondisi ini memerlukan
pengendalian faktor kelembaban relatif yang
baik.
4.4 Heat unit
Nilai heat unit jamur tiram mengalami
perbedaan yang besar pada fase miselium
dengan fase primordial dan pembentukkan
tubuh buah. Pada fase miselium yang terjadi
di dalam kumbung inkubasi, nilai heat unit
yang diterima oleh jamur tiram lebih besar
dibandingkan pada fase primordial dan
pembentukkan tubuh buah di dalam kumbung
budidaya. Hal ini disebabkan oleh fase
miselium pada jamur tiram membutuhkan
panas lebih banyak dibandingkan pada saat
fase primordial dan pembentukkan tubuh
buah. Kebutuhan panas yang lebih besar ini
menyebabkan
kumbung
inkubasi
dikondisikan lebih hangat dibandingkan
dengan kumbung budidaya. Pada pengukuran
di kedua lokasi, heat unit di Pandan Sari lebih
rendah dibandingkan dengan heat unit di
Kukupu pada jumlah hari yang sama. Hal ini
disebabkan oleh suhu rata-rata harian di
dalam kumbung inkubasi dan budidaya
Pandan Sari lebih rendah dibandingkan
dengan suhu rata-rata harian di dalam
kumbung inkubasi dan budidaya Kukupu.
Nilai heat unit jamur tiram pada dua lokasi
Pandan Sari dan Kukupu dapat dilihat pada
Tabel 1.
Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat
diketahui nilai koefisien variasi untuk lama
fase dan heat unit. Nilai koefisien variasi
lama fase miselium terhitung sebesar 12,5%
sedangkan koefisien variasi heat unit
miselium terhitung sebesar 6,9%. Tabel 1
14
Tabel 1 Nilai heat unit jamur tiram.
o
T Rata-rata ( C)
Lama fase (hari)
Heat unit (degree days)
Ketinggian
(mdpl)
Inkubasi
Budidaya
Miselium
Tubuh
buah
Miselium
Tubuh
buah
Pandan
Sari
437
27,4
26,8
56
39
974,6
652,9
Kukupu
169
28,5
27,7
49
28
907,0
494,3
12,5
28,2
6,9
24,3
Lokasi
Variasi
juga menunjukkan nilai koefisien variasi
untuk lama fase tubuh buah yaitu sebesar
28,2% sedangkan nilai koefisien variasi heat
unit fase tubuh buah terhitung sebesar 24,3%.
Nilai koefisien variasi lama fase dan nilai
koefisien heat unit pada setiap fase
mengalami kesalahan sehingga terjadi
perbedaan nilai yang besar. Nilai koefisien
lama fase menjadi jauh lebih besar
dibandingkan dengan nilai koefisien heat unit
pada setiap fase. Kesalahan tersebut terjadi
pada
metode
pengamatan
sampel.
Pengamatan yang dilakukan saat penelitian,
dilakukan setiap minggu. Seharusnya,
pengamatan fenologi tanaman dilakukan
dalam durasi harian sehingga pertumbuhan
dan perkembangan yang diamati memiliki
resolusi yang lebih tajam. Pada pengamatan
fenologi yang dilakukan secara harian, nilai
koefisien variasi lama fase dan koefisien
variasi heat unit tidak akan mengalami
perbedaan yang besar.
Kondisi suhu rata-rata harian di Kukupu
yang lebih tinggi menyebabkan jamur tiram
mengalami perkembangan yang lebih cepat
daripada di Pandan Sari. Perkembangan pada
jamur tiram membutuhkan sejumlah panas
yang dapat dihitung dengan konsep heat unit.
Semakin tinggi nilai suhu rata-rata harian
maka perkembangan jamur tiram akan
semakin cepat. Namun perkembangan yang
cepat akan berakibat pada pertumbuhan
jamur tiram yang kurang sempurna. Jamur
tiram menjadi lebih cepat matang sebelum
memasuki ukuran yang diharapkan.
4.5 Pertumbuhan Jamur Tiram
4.5.1 Persentase tutupan miselium
Fase miselium pada jamur berlangsung di
dalam kumbung inkubasi. Pada kedua lokasi,
kondisi kumbung inkubasi memiliki suhu
rata-rata
harian
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan kondisi kumbung
budidaya. Sedangkan kelembaban relatif di
dalam kumbung inkubasi lebih rendah
dibandingkan dengan di dalam kumbung
budidaya. Hal ini disebabkan pada kumbung
inkubasi tidak ada perlakuan untuk
mengontrol kondisi suhu dan kelembaban.
Kondisi suhu yang hangat cocok untuk
merangsang pertumbuhan miselium jamur
tiram.
Berdasarkan sampling pada minggu
pertama yang dilakukan tujuh hari setelah
baglog di produksi dan diletakkan di
kumbung inkubasi, persentase tutupan
miselium di Pandan Sari lebih banyak pada
nilai kurang dari 25% yaitu sebanyak 66
sampel dan sebanyak 34 sampel sudah
mencakup 25% tutupan miselium. Sampling
pertama yang dilakukan di Kukupu
menunjukkan hasil yang lebih cepat sebanyak
59 sampel memiliki persentase tutupan
miselium kurang dari 25%, 32 sampel
memiliki tutupan 25%, dan sebanyak
sembilan sampel sudah mencapai tutupan
50%.
Berdasarkan Gambar 22 dan Gambar 23 ,
laju persentase tutupan miselium yang paling
cepat terjadi di Kukupu. Di Pandan Sari,
semua sampel baru dipindahkan ke kumbung
budidaya setelah delapan minggu di dalam
kumbung inkubasi. Sedangkan di Kukupu,
seluruh sampel sudah dipindahkan ke
kumbung budidaya setelah tujuh minggu.
Pemindahan sampel dilakukan setelah
penutupan miselium 100% pada permukaan
baglog.
4.5.2 Pembentukkan tubuh buah dan
produksi jamur tiram
Pembentukkan tubuh buah terjadi di
dalam kumbung budidaya. Kumbung
budidaya mengalami modifikasi lingkungan
melalui
beberapa
perlakuan,
yaitu
penyiraman dan pengaturan sirkulasi udara
sehinggan kondisinya berbeda dengan
kumbung inkubasi yang rata-rata suhunya
lebih hangat dan kelembabannya lebih
rendah.
Bila suhu terlalu tinggi dan kelembaban
rendah, tubuh buah jamur bisa menguning
dan mengalami kekurangan bobot. Suhu juga
berpengaruh pada laju pembentukkan tubuh
buah. Pembentukkan tubuh buah di dalam
kumbung budidaya Kukupu lebih cepat
15
dibandingkan dengan pembentukkan tubuh
buah di dalam kumbung budidaya Pandan
Sari. Penimbangan bobot panen sampel
dilakukan menggunakan timbangan dengan
akurasi 10 gram. Bobot panen yang
ditimbang adalah bobot panen pertama
seluruh sampel yang telah dipindahkan ke
dalam kumbung budidaya pada kedua lokasi.
Berdasarkan uji t dua sampel yang
dilakukan terhadap data bobot panen di kedua
lokasi, kondisi bobot panen kedua lokasi
sangat berbeda. Bobot rata-rata panen
pertama di Pandan sari sebesar 214 gram/log
sedangkan bobot rata-rata panen pertama di
Kukupu sebesar 189 gram/log. Hal ini
mengindikasikan bahwa kondisi iklim mikro
kumbung budidaya Pandan Sari lebih
mendukung untuk menghasilkan tubuh buah
jamur tiram yang lebih baik daripada di
dalam kumbung budidaya Kukupu.
Gambar 22 Persentase tutupan miselium di kumbung inkubasi Pandan Sari.
Gambar 23 Persentase tutupan miselium di kumbung inkubasi Kukupu.
Tabel 2 Bobot hasil panen pertama.
Lokasi
Jumlah Sampel
Bobot Rata-rata (gram/log)
Bobot Total (gram)
Pandan Sari
93
214
19870
Kukupu
91
189
17010
Download