22 BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN UNGGAH

advertisement
BAB II
NILAI-NILAI PENDIDIKAN UNGGAH-UNGGUH BAHASA JAWA
DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK BERBICARA
A. Unggah-ungguh Bahasa Jawa
1. Pengertian Unggah-ungguh Bahasa Jawa
Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah
tata bahasa, juga masih harus memperhatikan siapa orang yang diajak
berbicara. Berbicara kepada orang tua berbeda dengan berbicara pada
anak kecil atau yang seumur. Kata-kata atau bahasa yang ditujukan pada
orang lain itulah yang disebut unggah-ungguh bahasa.1
Bahasa dan sastra Jawa sebagai sumber pendidikan karakter tidak
perlu diragukan lagi keberadaannya, karena dalam bahasa dan sastra Jawa
syarat akan pendidikan nilai yang merupakan substansi utama dari
pendidikan karakter. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dalam
bahasa dan sastra Jawa terkandung tata nilai kehidupan Jawa, seperti
norma, keyakinan, kebiasaan, konsepsi, dan simbol-simbol yang hidup
dan berkembang dalam masyarakat Jawa, toleransi, kasih sayang, gotong
royong, andhap asor, kemanusiaan, nilai hormat, tahu berterima kasih,
dan lainnya. Pendidikan karakter yang digali dari substansi bahasa dan
sastra Jawa dapat menjadi pilar pendidikan budi pekerti bangsa. Kini,
ketika bangsa ini terkoyak oleh nilai-nilai moral, pendidikan budi pekerti
1
Aryo Bimo Setiyanto, Parama Sastra Bahasa Jawa (Yogyakarta, Panji Pustaka, 2010),
hlm. 26
22
23
kembali mengemuka dengan nama yang lebih menjanjikan adalah
pendidikan karakter.
2. Pembagian Unggah-ungguh Bahasa Jawa
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan seharihari.Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah tata
bahasa, juga masih harus memperhatikan siapa orang yang diajak
berbicara.Berbicara kepada orang tua berbeda dengan berbicara pada anak
kecil atau yang seumur. Kata-kata atau bahasa yang dijunjukan pada
orang lain itulah disebut unggah-ungguh basa. Uunggah-ungguh basa
pada dasarnya dibagi menjadi tiga: Basa Ngoko, Basa Madya, Basa
Krama (Antun Suhono, 1952: 12).
Dibawah ini adalah skema pembagian unggah-ungguh basa:2
I.
Basa ngoko
: Ngoko Lugu
: Ngoko Andhap
II.
Basa Madya
: Madya Ngoko
: Madya Krama
: Madyantara
III.
Basa Krama
: Mudha Krama
: Kramantara
1. Bahasa Jawa Ngoko
a. Basa ngoko Lugu
2
Ibid,.hlm. 26
24
Basa ngoko lugu disusun dari kata-kata ngoko semua, adapun
kata: aku, kowe, dan ater-ater: dak-, ko-, di-, juga panambang: ku, -mu, -ake, tidak berubah.
Adapun gunanya untuk bercakap-cakap atau berbicara:
1) Orang tua kepada anak, cucu, atau pada anak muda lainnya.
2) Percakapan orang-orang sederajat, tidak memperhatikan
kedudukan dan usia, jadi seperti kanak-kanak dengan
temannya.
3) Atasan pada bawahannya, juga menggunakan basa ngoko.
Namun sekarang ini kebanyakan menggunakan basa karma,
meskipun tidak lengkap. Sebab disini terkandung maksud
menghormati bawahannya, dianggap sederajat sebagai rekan
kerja.
4) Dipakai pada saat ngunandika, sebab diajak berbicara adalah
diri sendiri tentu saja tidak perlu penghormatan3
b. Ngoko Andhap
Basa ngoko andhap dibedakan menjadi dua macam:
1) Antya Basa
Ciri-ciri ngoko andhap antya basa adalah kata-katanya ngoko
dicampur dengan kata-kata karma inggil untuk orang yang
diajak berbicara, untuk menyatakan hormat.
2) Basa Antya
3
Ibid,.hlm. 29-30
25
Basa antya dibentuk dari ngoko dicampur dengan kata-kata
karma dan karma inggil.
2. Basa Madya
a. Madya Ngoko
Basa madya ngoko kata-katanya madya dicampur kata ngoko yang
tidak ada kata madyanya.Basa madya ngoko biasanya digunakan
oleh orang-orang pedesaan atau orang-orang pegunungan.
b. Madya Krama
Basa madya karma dibentuk daari kata-kata madya dicampur
dengan kata-kata karma yang tidak mempunyai kata madya. Basa
madya karma adalah bahasa yang digunakan oleh orang desa yang
satu dengan yang lain yang dianggap lebih tua atau yang dihormati.
c. Madyantara
Basa madyantara itu kata-katanya dibentuk dari basa madya karma,
tetapi kata-kata yang ditujukan pada orang yang diajak berbicara
diubah menjadi karma inggil.Adapun pemakaiannya, biasanya
dipakai percakapan ustadz dengan suaminya. Bahasa ini seperti
sudah jarang sekali dipakai, malah sudah tidak dipakai sama sekali.
3. Basa Krama
a. Mudha Krama
Basa mudha karma adalah bahasa yang luwes sekali, untuk semua
orang tidak ada jeleknya.Orang yang diajak berbicara dihormati
adapun dirinya sendiri yaitu orang yang mengajak bicara
26
merendahkan diri.Biasanya menjadi bahasanya orang muda kepada
orang tua.Bentuk mudha karma ini bahasanya karma semua
dicampur dengan karma inggil untuk orangyang diajak bicara.
b. Kramantara
Basa kramantara itu kata-katanya karma semua tidak dicampur
dengan karma inggil.Biasanya menjadi bahasanya orang tua kepada
orang yang lebih muda, karena merasa lebih tua usianya atau lebih
tinggi kedudukannya.Tetapai saat ini bahasa tersebut sudah tidak
biasa diapakai, meskipun kepada orang yang lebih muda dan lebih
tinggi kedudukannya, meskipun demikian tidak keberatan memakai
basa mudha krama.4
B. Pembentukan Akhlak Anak
1. Pengertian Akhlak
Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab yaitu
akhlaq, bentuk jamak dari kholuq atau al-khuluq, yang ssecara etimologi
berarti antara lain budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dalam
kepustakaan akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan
(perilaku, tingkah laku) mungkin baik, atau mungkin buruk.5
Setelah mengetahui akhlak dilihat dari segi bahasa (etimologi),
selanjutnya akan diuraikan pengertian sebagai berikut:6
4
Ibid,.hlm. 40
Muhammad daud ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998), cet. II,
hlm. 436
6
Imam Suraji, Etika dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits, (Jakarta:PT Al Husna
Baru, 2006),hlm. 4
5
27
Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang
yang mendorong untuk melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui
pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
Menurut Al-Ghozali akhlak adalah ungkapan dari suatu sifat yang
tetap dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah dengan
tidak
memerlukan
pemikiran
dan
pertimbangan
terlebih
dahulu.Sedangkan menurut Ahmad Amin akhlak adalah kehendak yang
dibiasakan. Maksudnya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan itu adalah akhlak.
Ketiga pengertian akhlak yang dikemukakan oleh para ahli
tersebut terlihat berbeda, tetapi secara subtansial tidak ada pertentangan
antara ketiganya. Oleh karena itu berdasarkan ketiga pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorong timbulnya sesuatu perbuatan dengan mudah karena dibiasakan
sehingga tidak memerlukan pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.
2. Macam-macam Akhlak
Allah
Swt
menciptakan
manusia
dengan
tujuan
utama
penciptaannya adalah untuk beribadah.Ibadaha dalam pengertian secara
umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang menjadikannya
suatu kebiasaan dan dapat membentuk akhlak yang mulia.Ada dua jenis
akhlak dalam Islam yaitu akhlaqul karimah (akhlak terpuji) ialah akhlak
28
yang baik dan benar menurut syariat Islam, akhlakul mazmumah (akhlak
tercela) ialah akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut Islam.
a.
Akhlak terpuji (al-akhlaqu lal-karimah)
Akhlak yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji
(mahmudah) yang sesuai dengan Al Qur’an dan sunah.Akhlak yang
baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik sehingga jiwa manusia dapat
menghasilkan perbuatan-perbuatan lahiriah. Dengan kata lain tingkah
laku lahiriah merupakan cerminan tingkah laku seseorang. Al Qur’an
menyebut sifat-sifat terpuji yang dapat mengantarkan umat muslim
untuk memperoleh derajat yang mulia di sisi Allah. Sifat-sifat mulia
tersebut antara lain:
1) Bersifat jujur
Jujur artinya apa yang dikatakan sesuai dengan apa yang ada di
dalam hati. Kejujuran adalah pilar utama keimanan.7Jujur
merupakan akhlak yang sulit. Tapi ia akan menjaadi mudah bagi
orang yang mempunyai keinginan untuk berlaku jujur. Karena jujur
merupakan akhlak yang dapat direalisasikan, tentunya bagi orang
yang mempunyai keinginan dan tekad yang kuat.8
2) Bersifat Sabar
Sabar ialah ketetapan hati dan kemantapan jiwa menghadapi
kesulitan-kesulitan.Tidak
7
resah
gelisah
dikala
ditimpa
Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda (Jakarta: Lentera
Basritama, 1992) hlm.28
8
Amru Khalid, Tampil Menawan Dengan Akhlak Mulia (Jakarta: Cakrawala Publising,
2008) hlm. 106-107
29
musibah.Dengan lapang dada, pikiran tenang dan iman yang tidak
bergoncang dihadapi kesulitan itu dengan bijaksana.9
3) Bersifat Benar
Benar ialah memberitahukan (menyatakan) sesuatu yang sesuai
dengan apa-apa yang terjadi, artinya sesuai dengan kenyataan.
4) Memelihara Amanah
Amanah menurut bahasa (etimologi) ialah kesetiaan, ketulusan
hati, kepercayaan atau kejujuran. Betapa pentingnya sifat dan sikap
amanah
ini
dipertahankan
sebagai
akhlaqulkarimah
dalam
masyarakat, jika sifat dan sikap ini hilang dari tatanan sosial
masyarakat umat Islam,maka kehancuranlah yang akan terjadi bagi
umat itu.
5) Bersifat Kasih Sayang
Pada dasarnya sifat kasih sayang (ar-rahman) adalah fitrah yang
dianugrahkan Allah kepada makhluk. Islam menghendaki agar sifat
kasih saying dan sifat belas kasih dikembangkan secara wajar,
kasih sayang mulai dari keluarga sampai kasih sayang lebih luas
dalam bentuk kemanusiaan. Apabila sifat ar-rahman sudah
tertanam pada diri seseorang, maka dapat menimbulkan sifat
akhlaqul karimah lainnya, diantaanya:
a) Pemurah ialah sikap suka mengulurkan tangan kepada orang
lain yang membutuhkan.
9
Oeman Bakry, Akhlak Muslim, (Bandung: Angkasa, 1999),hlm. 55
30
b) Tolong menolong ialah sikap yang senang menolong orang
lain, baik dalam bentuk material maupun dalam bentuk tenaga
dan moril.
c) Pemaaf ialah sifat pemaaf yang timbul karena sadar bahwa
manusia bersifat dhaif tidak lepas dari kesalahan dan
kekhilafan.
d) Damai ialah (as-shulhu), orang yang jiwanya penuh kasih
sayang dapat memancarkan sikap suka kepada peradamaian
dan keadilan.
e) Persaudaraan, dari jiwa yang penuh kasih sayang mudah
diperoleh semangat kekuasaan.
f)
Menghubungkan tali kekeluargaan (silaturahmi), dengan
adanya sifat kasih sayang ini, maka seorang muslim tidak
senang memutuskan tali kekeluargaan.10
b. Akhlak Tercela (mazmumah)
Akhalk tercela (mazmumah) adalah lawan atau kebalikan dari
akhlak terpuji (mahmudah) yang tersebut diatas. Berdasarkan petunjuk
ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, diantaranya: 11
1) Dusta
Dusta ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak
sesuai dengan sebenarnya.Dusta merupakan sifat yang sangat tercela,
dusta biasanya timbul dari niat jahat karena kurang keimanannya.
10
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007),
hlm. 41-44
11
Ali Abdul Mahmud, AkhlakMulia (Jakarta: Gema Insani Press, 2004),hlm. 112-120
31
2) Takabur (sombong)
Takabur ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia,
melebihi orang lain. Dengan kata lain merasa dirinya lebih hebat.
3) Dengki
Dengki ialah berharap akan hilangnya suatu nikmat dari seseorang
yang berhak mendapatkannya, yang terkadang disertai dengan usaha
menghilangkan nikmat tersebut.
4) Bakhil atau Kikir
Kikir adalah menahan dan tidak mengeluarkan harta yang
semestinya harus dikeluarkan dan tidak boleh disimpan. Sifat kikir
ini akan menimbulkan kebencian dan kedengkian dai orang lain.
3. Kedudukan Akhlak dalam Islam
Akhlak adalah agama yang memperhatikan akhlak, petunjuk
kitab suci Al-Qur’an maupun Al-Hadits dengan jelas menganjurkan
pemeluk agama Islam untuk meningkatkan akhlak melalui pendidikan.
Sebab, pendidikan adalah sebuah penanaman modal manusia untuk masa
depan dengan membekali generasi muda dengan budi pekerti yang luhur.
Ajaran Islam mengandung tiga unsur pokok yaitu Iman, Islam,
dan Ikhsan. Iman adalah keyakinan kepada Allah, malaikat Allah, kitab
Allah, rasul Allah, hari akhir, qadha dan qadar. Islam dapat diartikan
sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dengan mengucapkan
syahadatain, mengerjakan shalat, membayar zakat, dan mengerjakan
puasa, dan menunaikan haji.Ikhsan adalah berakhlak baik dengan taat dan
32
patuh beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan sesama makhluk
penuh keikhlasan.Ketiga hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang
saling terkait dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Dan dengan mempunyai
akhlak yang baik akan mempunyai ketaqwaan. Alasannya karena taqwa
tidak bisa mencapai kesempurnaannya kecuali dengan akhlak budi yang
baik.12
Akhlak dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat
penting, karena pada hakekatnya akhlak adalah buah dari iman dan ibadah
seseorang.Kuat atau lemahnya seseorang dapat dilihat dari perilaku
sehari-hari. Iman yang lemah memudahkan seseorang untuk berperilaku
(akhlak) yang buruk dan tercela serta perbuatan-perbuatan yang
merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya iman yang kuat akan
mendorong seseorang memiliki akhla yang mulia. Hal ini ditegaskan
Rasulullah SAW dalam sabdanya:
Akhlak dengan taqwa merupakan buah pohon Islam yang
berakarkan
aqidah,
bercabang dan
berdaun
syariah.
Pentingnya
kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunah
dalam bentuk perkataan) Rasulullah.
Hal ini membuktikan bahwa kedudukan akhlak merupakan hal
yang sangat penting dalam ajaran agama Islam.Terbukti dengan tugas
utama Nabi Muhammad SAW sebagai seorang rasul adalah untuk
menyempurnakan akhlak.Dan akhlak Nabi Muhammad SAW yang diutus
12
Ibnu Hajar Al-Handali, Mahligai Taqwa Memetik Mutiara Hikmah, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 1997), hlm. 224
33
menyempurnakan akhlak manusia disebut
akhlak Islam, karena
bersumber dari wahyu Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an yang
menjadi sumber utama dalam ajaran Islam.
4. Anak dalam Pandangan Islam
Di dalam perkembangan dan pandangan pemikiran barat tentang
anak, tidaklah anak dianggap, dihadapi dan diperlakukan sebagai seorang
anak. Semula anak dipandang dari segi jasmaniah saja, antara dunia anak
dan dunia orang dewasa dianggap tidak ada perbedaan yang prinsippil,
sehingga perbedaan antara kesuanya semata-mata dilihat dari sudut usia
dan ukuran fisik yaitu anak adalah manusia kecil.13
Menjelang abad ke XIX dan awal abad ke XX Ellen Key dengan
bukunya abad anak mengatakan, bahwa dunia dan kehidupan amatlah
berbeda dengan dunia dan kehidupan orang dewasa.14 Dengan adanya
pandangan dari Ellen Key tersebut, maka sejak saat itu studi tentang anak
khususnya dalam ilmu jiwa dan ilmu pendidikan, maka berkembanglah
suatu pandangan bahwa pendidikan haruslah dilaksanakan dan perpusat
pada anak atau dengan kata lain harus child centered.Islam tidak
memandang anak dengan pandangan sempit, sebagaimana pandangan
barat sebelum abad ke dua puluh, tetapi melihat anak secara lebih riil dan
lebih proporsional.Dengan demikian anak-anak dan kehidupannya tidak
di penggal, dilepaskan dari dunianya serta dimensi dan prospeknya.
13
Muhammad Ali Qutuhb, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung:
Diponegoro, 2008),. Hlm. 9
14
Ibid,.hlm. 10
34
Menurut zakiah Darajat mengatkan bahwa anak-anak itu adalah
manusia dalam bentuk kecil anak tetapi dalam arti masih lebih dekat
kepada hewan.15
Imam Al- Ghazali, juz II seorang tokoh Islam yang terkenal
dengan gelar Hujjatul Islam di dalam kitabnya Ihya Ulumuddian,
mengatakan:
Anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci
adalah permata yang sangat mahal harganya. Maka jika dibiasakan kearah
kebaikan, ia akan menjadi baik dan berbahagia dunia akhirat. Jika
dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan lepas seperti hewan, ia akan
celaka dan binasa. Sedangkan memeliharanya dengan upaya mendidik
dan mengajari akhlak karimah (akhlak yang baik).
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak
Kepribadian muslim adalah terwujudnya akhlak yang mulia,
namun akhlak mulia tersebut tidak dapat terbentuk tanpa adanya faktorfaktor yang menunjang dan mempengaruhinya. Menurut Zakiah Darajat
bahwa “Perkembangan agama yang di dalamnya termasuk pembentukan
akhlak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak masih anak-anak yaitu
pada lingkungan keluarga, lembaga pendidikan dan lingkungan
masyrakat.”16
a.
15
Lingkungan Keluarga
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009),.Hlm. 48
Zakiyah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehaan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
1980), cet V,.hlm. 65
16
35
Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasy, peranan ibu bapak
dalam membina akhlak berbicara anak -anaknya mempunyai
pengaruh, terutama dalam bahasa dan gaya bicara, dimana anak akan
senantiasa akan mengikuti dan menirukan gaya ibunya. Jika dalam
bertutur kata ibu bapak baik, maka secara otomatis anaknya juga akan
bertutur kata dengan baik pula. Dalam tingkah laku, sopan santun juga
sangat berpengaruh bagi anak, tingkah laku yang baik akan lahir
dalam keluarga yang baik (dalam keluarga) yang melingkupi anak
adalah faktor penting dalam pembentukan akhlaknya.17
Melalui keluargalah pendidikan akhlak diterima anak-anak kita
yang dengan keluarga tersebut menjadi bekal bagi perkembangan
psikologinya di masa depan.
b.
Lembaga Pendidikan
Pembinaan akhlak berbicara anak
lembaga pendidikan
baik
dapat dilakukan melalui
formal maupun
nonformal.
Setiap
pengalaman yang dilalui anak baik melalui penglihatan, pendengaran,
maupun
perlakuan
yang
diteriamnyaakan
ikut
menentukan
pembentukan akhlaknya.
Sikap anak terhadap guru dan pendidikan agama yang
diberikan di lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh sikap
guru.Jika guru mampu membina sikap positif terhadap agama dan
berhasil dalam membentuk pribadi dan akhlak berbicara anak , maka
17
Muhammad Athiyah Al Abrasy, Ruh al Tarbiyah wal al Ta’lim, (Kairo: Daru Ihya’ al
Kutubi Al Arabiyah, 1995),. Hlm. 88
36
anak telah mempunyai pegangan dalam menghadapi berbagai
kegoncangan yang terjadi.18
c.
Lingkungan Masyarakat
Masyarakat mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan
pembinaan akhlak. Adapun hal-hal yang menyangkut masyarakat
adalah sebagai berikut:19
1) Anak akan mendapat pengalaman langsung setelah memperhatikan
apa yang terjadi di masyarakat.
2) Membina akhak itu bisa berasal dari masyarakat dan akan kembali
ke masyarakat.
3) Masyarakat dapat menjadi sumber pengetahuan.
Tidak
bisa
dipungkiri
bahwa
lingkungan
masyarakat
mempunyai andil yang sangat besar dalam dalam pembentukan akhlak
berbicara anak
karena biasanya dengan tanpa sengaja dan terus
menerus anak akan selalu memperhatikan dan meniru orang-orang
yang ada di sekitarnya dalam bentuk tingkah laku maupun dari segi
bahasa yang digunakan pada tiap-tiap anggotanya dan juga sejauh
mana sang anak bisa menyaring dari kebiasaan pergaulannya.20
C. Nilai-Nilai Pendidikan
Nilai menurut Milton Rokeac dan James Bankdikutib Chabib Thoha
dalam kapita selekta pendidikan Islam adalah suatu tipe kepercayaan yang
18
Bakir Yusuf Barnawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam pada Anak, (Semarang:
Dina Utama, 1993),. Hlm. 40
19
Ibid,.hlm. 43
20
Abu Ahmad, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 27
37
mana seorang bertindak/menghindari suatu tindakan/mengenai suatu yang
pantas dan tidak pantas.21
Nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan)
yang telah berhubungan dengan subjek yang member arti (yakni manusia
yang menyakini). Nilai ini berkaitan dengan nilai-nilai ketuhanan dan nialinilai kemanusiaan.
Sedangkan E.K Karwandi menyebutkan bahwa nilai adalah realitas
abstrak yang merupakan prinsip-prinsip yang menjadi pedoman hidup
seseorang.22 Jadi dapat diketahui bahwa nilai adalah sesuatu yang abstrak,
sesuatu yang ideal, yang dijunjung tinggi oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan yang dimaksud sistem nilai menurut H.M Arifin, sesuatu
keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang satu
sama lain saling mempengaruhi atau bekerja dalam suatu kesatuan atau
keterpaduan yang ketat yang berorientasi kepada nilai.23
a. Macam-macam Nilai
1. Dilihat dari segi kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow dapat
dibedakan menjadi : nilai biologis, nilai keamanan,nilai cinta kasih,
nilai harga diri.
2. Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk mengungkap dan
mengembangkan, nilai dapat dibedakan menjadi : nilai yang statil
21
22
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm 60
E.K.Kaswandi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm.
20
23
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm.139
38
seperti kognisi, emosi, dan psikomotori, nilai yang bersifat dinamis
seperti motivasi prestasi.
3. Pendekatam proses budaya sebagaimana dikemukakan oleh Abdullah
Shidiq, nilai dapat dikelompokkan menjadi tujuh jenis, yakni nilai
ilmu pengetahuan, nilai politik, nilai ekonomi, nilai kejasmanian, nilai
keindahan, nilai keagamaan, nilai kekeluargaan.
4. Pembagian nilai berdasarkan sifat nilai, dibedakan menjadi : nilai
subjektif, nilai objektif, nialai rasional, nilai objektif metafisik.
5. Nilai-nilai dilihat dari sumbernya di bagi menjadi : nilai ilahiyah dan
nilai insaniyah.
6. Dilihat dari ruang lingkup dan keberlakuannya nilai dapat dibagi
menjadi : niali universal dan nilai-nilai local
7. Dilihat dari segi hakekatnya nilai dibagi menjadi : nilai hakiki dan
nilai instrumental.24
D. Keluarga Ustadz
Keluarga adalah unit pertama dalam masyarakat dan lingkungan
kecil bagi individu.25 Sedangkann ustadz adalah orang yang kerjanya
mengajar dan mendidik.26Salah satu yang sangat menarik pada ajaran Islam
adalah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap ustadz atau guru.
Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru
setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul. Mengapa demikian?? Karena
24
Noeng Mujahir, Pendidikan dan Perubahan Sosial, ( Yogyakarta: rake Sarasin, 1997),
hlm. 77
25
Muhammad Syadid, Manhaj Tarbiyah: Metode Pembinaan Dalam Al-Qur’an, (Jakarta:
Robbani Press, 2003), hlm 170
26
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm,.335
39
guru terkait dengan ilmu (pengetahuan), sedangkan Islam sangat menghargai
pengetahuan.27
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik,
yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan perilaku yang buruk. Al Ghozali dalam Ihya’ Ulumuddin,
sebagaimana dikutip al Abrasyi mengatakan: “seseorang yang beriman
kemudian bekerja dengan ilmunya itu. Dialah yang bekerja dibidang
pendidikan. Sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan
sangat penting, maka hendaknya iamemelihara adab dan sopan-santun dalam
tugas ini.”28
Al-Ghozali menukilkan beberapa hadits Nabi tentang keutamaan
seorang pendidik. Is berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orangorang besar (great individuals) yang aktivitasnya lebih daripada ibadah
setahun. (perhatikan Qs. At Taubah: 122). Selanjutnya Al-Ghozali
menukilkan dari perkataan ulama yang menyatakan bahwa pendidik
merupakan pelita (siraj) segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya
akan memperoleh pancaran cahaya (nur) keilmuannya. Andaikata dunia tidak
ada pendidik, niscaya menusia seperti binatang, sebab: “pendidik adalah
upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang buas
maupun binatang jinak) kepada sifat insaniyah dan ilahiyah.29
27
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT> Remaja Rosda
Karya,1994), hlm.76
28
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm 178
29
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum Al-din, terj. Ismail Ya’qup, (Semarang:
Faizan, 1979), hlm. 65-70
Download