BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN UNGGAH-UNGGUH BAHASA JAWA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK BERBICARA A. Unggah-ungguh Bahasa Jawa 1. Pengertian Unggah-ungguh Bahasa Jawa Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa, juga masih harus memperhatikan siapa orang yang diajak berbicara. Berbicara kepada orang tua berbeda dengan berbicara pada anak kecil atau yang seumur. Kata-kata atau bahasa yang ditujukan pada orang lain itulah yang disebut unggah-ungguh bahasa.1 Bahasa dan sastra Jawa sebagai sumber pendidikan karakter tidak perlu diragukan lagi keberadaannya, karena dalam bahasa dan sastra Jawa syarat akan pendidikan nilai yang merupakan substansi utama dari pendidikan karakter. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dalam bahasa dan sastra Jawa terkandung tata nilai kehidupan Jawa, seperti norma, keyakinan, kebiasaan, konsepsi, dan simbol-simbol yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa, toleransi, kasih sayang, gotong royong, andhap asor, kemanusiaan, nilai hormat, tahu berterima kasih, dan lainnya. Pendidikan karakter yang digali dari substansi bahasa dan sastra Jawa dapat menjadi pilar pendidikan budi pekerti bangsa. Kini, ketika bangsa ini terkoyak oleh nilai-nilai moral, pendidikan budi pekerti 1 Aryo Bimo Setiyanto, Parama Sastra Bahasa Jawa (Yogyakarta, Panji Pustaka, 2010), hlm. 26 22 23 kembali mengemuka dengan nama yang lebih menjanjikan adalah pendidikan karakter. 2. Pembagian Unggah-ungguh Bahasa Jawa Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan seharihari.Ketika seseorang berbicara selain memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa, juga masih harus memperhatikan siapa orang yang diajak berbicara.Berbicara kepada orang tua berbeda dengan berbicara pada anak kecil atau yang seumur. Kata-kata atau bahasa yang dijunjukan pada orang lain itulah disebut unggah-ungguh basa. Uunggah-ungguh basa pada dasarnya dibagi menjadi tiga: Basa Ngoko, Basa Madya, Basa Krama (Antun Suhono, 1952: 12). Dibawah ini adalah skema pembagian unggah-ungguh basa:2 I. Basa ngoko : Ngoko Lugu : Ngoko Andhap II. Basa Madya : Madya Ngoko : Madya Krama : Madyantara III. Basa Krama : Mudha Krama : Kramantara 1. Bahasa Jawa Ngoko a. Basa ngoko Lugu 2 Ibid,.hlm. 26 24 Basa ngoko lugu disusun dari kata-kata ngoko semua, adapun kata: aku, kowe, dan ater-ater: dak-, ko-, di-, juga panambang: ku, -mu, -ake, tidak berubah. Adapun gunanya untuk bercakap-cakap atau berbicara: 1) Orang tua kepada anak, cucu, atau pada anak muda lainnya. 2) Percakapan orang-orang sederajat, tidak memperhatikan kedudukan dan usia, jadi seperti kanak-kanak dengan temannya. 3) Atasan pada bawahannya, juga menggunakan basa ngoko. Namun sekarang ini kebanyakan menggunakan basa karma, meskipun tidak lengkap. Sebab disini terkandung maksud menghormati bawahannya, dianggap sederajat sebagai rekan kerja. 4) Dipakai pada saat ngunandika, sebab diajak berbicara adalah diri sendiri tentu saja tidak perlu penghormatan3 b. Ngoko Andhap Basa ngoko andhap dibedakan menjadi dua macam: 1) Antya Basa Ciri-ciri ngoko andhap antya basa adalah kata-katanya ngoko dicampur dengan kata-kata karma inggil untuk orang yang diajak berbicara, untuk menyatakan hormat. 2) Basa Antya 3 Ibid,.hlm. 29-30 25 Basa antya dibentuk dari ngoko dicampur dengan kata-kata karma dan karma inggil. 2. Basa Madya a. Madya Ngoko Basa madya ngoko kata-katanya madya dicampur kata ngoko yang tidak ada kata madyanya.Basa madya ngoko biasanya digunakan oleh orang-orang pedesaan atau orang-orang pegunungan. b. Madya Krama Basa madya karma dibentuk daari kata-kata madya dicampur dengan kata-kata karma yang tidak mempunyai kata madya. Basa madya karma adalah bahasa yang digunakan oleh orang desa yang satu dengan yang lain yang dianggap lebih tua atau yang dihormati. c. Madyantara Basa madyantara itu kata-katanya dibentuk dari basa madya karma, tetapi kata-kata yang ditujukan pada orang yang diajak berbicara diubah menjadi karma inggil.Adapun pemakaiannya, biasanya dipakai percakapan ustadz dengan suaminya. Bahasa ini seperti sudah jarang sekali dipakai, malah sudah tidak dipakai sama sekali. 3. Basa Krama a. Mudha Krama Basa mudha karma adalah bahasa yang luwes sekali, untuk semua orang tidak ada jeleknya.Orang yang diajak berbicara dihormati adapun dirinya sendiri yaitu orang yang mengajak bicara 26 merendahkan diri.Biasanya menjadi bahasanya orang muda kepada orang tua.Bentuk mudha karma ini bahasanya karma semua dicampur dengan karma inggil untuk orangyang diajak bicara. b. Kramantara Basa kramantara itu kata-katanya karma semua tidak dicampur dengan karma inggil.Biasanya menjadi bahasanya orang tua kepada orang yang lebih muda, karena merasa lebih tua usianya atau lebih tinggi kedudukannya.Tetapai saat ini bahasa tersebut sudah tidak biasa diapakai, meskipun kepada orang yang lebih muda dan lebih tinggi kedudukannya, meskipun demikian tidak keberatan memakai basa mudha krama.4 B. Pembentukan Akhlak Anak 1. Pengertian Akhlak Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab yaitu akhlaq, bentuk jamak dari kholuq atau al-khuluq, yang ssecara etimologi berarti antara lain budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dalam kepustakaan akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, atau mungkin buruk.5 Setelah mengetahui akhlak dilihat dari segi bahasa (etimologi), selanjutnya akan diuraikan pengertian sebagai berikut:6 4 Ibid,.hlm. 40 Muhammad daud ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998), cet. II, hlm. 436 6 Imam Suraji, Etika dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits, (Jakarta:PT Al Husna Baru, 2006),hlm. 4 5 27 Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Menurut Al-Ghozali akhlak adalah ungkapan dari suatu sifat yang tetap dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah dengan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.Sedangkan menurut Ahmad Amin akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Maksudnya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu adalah akhlak. Ketiga pengertian akhlak yang dikemukakan oleh para ahli tersebut terlihat berbeda, tetapi secara subtansial tidak ada pertentangan antara ketiganya. Oleh karena itu berdasarkan ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong timbulnya sesuatu perbuatan dengan mudah karena dibiasakan sehingga tidak memerlukan pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu. 2. Macam-macam Akhlak Allah Swt menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya adalah untuk beribadah.Ibadaha dalam pengertian secara umum yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang menjadikannya suatu kebiasaan dan dapat membentuk akhlak yang mulia.Ada dua jenis akhlak dalam Islam yaitu akhlaqul karimah (akhlak terpuji) ialah akhlak 28 yang baik dan benar menurut syariat Islam, akhlakul mazmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut Islam. a. Akhlak terpuji (al-akhlaqu lal-karimah) Akhlak yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji (mahmudah) yang sesuai dengan Al Qur’an dan sunah.Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik sehingga jiwa manusia dapat menghasilkan perbuatan-perbuatan lahiriah. Dengan kata lain tingkah laku lahiriah merupakan cerminan tingkah laku seseorang. Al Qur’an menyebut sifat-sifat terpuji yang dapat mengantarkan umat muslim untuk memperoleh derajat yang mulia di sisi Allah. Sifat-sifat mulia tersebut antara lain: 1) Bersifat jujur Jujur artinya apa yang dikatakan sesuai dengan apa yang ada di dalam hati. Kejujuran adalah pilar utama keimanan.7Jujur merupakan akhlak yang sulit. Tapi ia akan menjaadi mudah bagi orang yang mempunyai keinginan untuk berlaku jujur. Karena jujur merupakan akhlak yang dapat direalisasikan, tentunya bagi orang yang mempunyai keinginan dan tekad yang kuat.8 2) Bersifat Sabar Sabar ialah ketetapan hati dan kemantapan jiwa menghadapi kesulitan-kesulitan.Tidak 7 resah gelisah dikala ditimpa Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda (Jakarta: Lentera Basritama, 1992) hlm.28 8 Amru Khalid, Tampil Menawan Dengan Akhlak Mulia (Jakarta: Cakrawala Publising, 2008) hlm. 106-107 29 musibah.Dengan lapang dada, pikiran tenang dan iman yang tidak bergoncang dihadapi kesulitan itu dengan bijaksana.9 3) Bersifat Benar Benar ialah memberitahukan (menyatakan) sesuatu yang sesuai dengan apa-apa yang terjadi, artinya sesuai dengan kenyataan. 4) Memelihara Amanah Amanah menurut bahasa (etimologi) ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan atau kejujuran. Betapa pentingnya sifat dan sikap amanah ini dipertahankan sebagai akhlaqulkarimah dalam masyarakat, jika sifat dan sikap ini hilang dari tatanan sosial masyarakat umat Islam,maka kehancuranlah yang akan terjadi bagi umat itu. 5) Bersifat Kasih Sayang Pada dasarnya sifat kasih sayang (ar-rahman) adalah fitrah yang dianugrahkan Allah kepada makhluk. Islam menghendaki agar sifat kasih saying dan sifat belas kasih dikembangkan secara wajar, kasih sayang mulai dari keluarga sampai kasih sayang lebih luas dalam bentuk kemanusiaan. Apabila sifat ar-rahman sudah tertanam pada diri seseorang, maka dapat menimbulkan sifat akhlaqul karimah lainnya, diantaanya: a) Pemurah ialah sikap suka mengulurkan tangan kepada orang lain yang membutuhkan. 9 Oeman Bakry, Akhlak Muslim, (Bandung: Angkasa, 1999),hlm. 55 30 b) Tolong menolong ialah sikap yang senang menolong orang lain, baik dalam bentuk material maupun dalam bentuk tenaga dan moril. c) Pemaaf ialah sifat pemaaf yang timbul karena sadar bahwa manusia bersifat dhaif tidak lepas dari kesalahan dan kekhilafan. d) Damai ialah (as-shulhu), orang yang jiwanya penuh kasih sayang dapat memancarkan sikap suka kepada peradamaian dan keadilan. e) Persaudaraan, dari jiwa yang penuh kasih sayang mudah diperoleh semangat kekuasaan. f) Menghubungkan tali kekeluargaan (silaturahmi), dengan adanya sifat kasih sayang ini, maka seorang muslim tidak senang memutuskan tali kekeluargaan.10 b. Akhlak Tercela (mazmumah) Akhalk tercela (mazmumah) adalah lawan atau kebalikan dari akhlak terpuji (mahmudah) yang tersebut diatas. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, diantaranya: 11 1) Dusta Dusta ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan sebenarnya.Dusta merupakan sifat yang sangat tercela, dusta biasanya timbul dari niat jahat karena kurang keimanannya. 10 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 41-44 11 Ali Abdul Mahmud, AkhlakMulia (Jakarta: Gema Insani Press, 2004),hlm. 112-120 31 2) Takabur (sombong) Takabur ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Dengan kata lain merasa dirinya lebih hebat. 3) Dengki Dengki ialah berharap akan hilangnya suatu nikmat dari seseorang yang berhak mendapatkannya, yang terkadang disertai dengan usaha menghilangkan nikmat tersebut. 4) Bakhil atau Kikir Kikir adalah menahan dan tidak mengeluarkan harta yang semestinya harus dikeluarkan dan tidak boleh disimpan. Sifat kikir ini akan menimbulkan kebencian dan kedengkian dai orang lain. 3. Kedudukan Akhlak dalam Islam Akhlak adalah agama yang memperhatikan akhlak, petunjuk kitab suci Al-Qur’an maupun Al-Hadits dengan jelas menganjurkan pemeluk agama Islam untuk meningkatkan akhlak melalui pendidikan. Sebab, pendidikan adalah sebuah penanaman modal manusia untuk masa depan dengan membekali generasi muda dengan budi pekerti yang luhur. Ajaran Islam mengandung tiga unsur pokok yaitu Iman, Islam, dan Ikhsan. Iman adalah keyakinan kepada Allah, malaikat Allah, kitab Allah, rasul Allah, hari akhir, qadha dan qadar. Islam dapat diartikan sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dengan mengucapkan syahadatain, mengerjakan shalat, membayar zakat, dan mengerjakan puasa, dan menunaikan haji.Ikhsan adalah berakhlak baik dengan taat dan 32 patuh beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan sesama makhluk penuh keikhlasan.Ketiga hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Dan dengan mempunyai akhlak yang baik akan mempunyai ketaqwaan. Alasannya karena taqwa tidak bisa mencapai kesempurnaannya kecuali dengan akhlak budi yang baik.12 Akhlak dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena pada hakekatnya akhlak adalah buah dari iman dan ibadah seseorang.Kuat atau lemahnya seseorang dapat dilihat dari perilaku sehari-hari. Iman yang lemah memudahkan seseorang untuk berperilaku (akhlak) yang buruk dan tercela serta perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya iman yang kuat akan mendorong seseorang memiliki akhla yang mulia. Hal ini ditegaskan Rasulullah SAW dalam sabdanya: Akhlak dengan taqwa merupakan buah pohon Islam yang berakarkan aqidah, bercabang dan berdaun syariah. Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Hal ini membuktikan bahwa kedudukan akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam ajaran agama Islam.Terbukti dengan tugas utama Nabi Muhammad SAW sebagai seorang rasul adalah untuk menyempurnakan akhlak.Dan akhlak Nabi Muhammad SAW yang diutus 12 Ibnu Hajar Al-Handali, Mahligai Taqwa Memetik Mutiara Hikmah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 1997), hlm. 224 33 menyempurnakan akhlak manusia disebut akhlak Islam, karena bersumber dari wahyu Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an yang menjadi sumber utama dalam ajaran Islam. 4. Anak dalam Pandangan Islam Di dalam perkembangan dan pandangan pemikiran barat tentang anak, tidaklah anak dianggap, dihadapi dan diperlakukan sebagai seorang anak. Semula anak dipandang dari segi jasmaniah saja, antara dunia anak dan dunia orang dewasa dianggap tidak ada perbedaan yang prinsippil, sehingga perbedaan antara kesuanya semata-mata dilihat dari sudut usia dan ukuran fisik yaitu anak adalah manusia kecil.13 Menjelang abad ke XIX dan awal abad ke XX Ellen Key dengan bukunya abad anak mengatakan, bahwa dunia dan kehidupan amatlah berbeda dengan dunia dan kehidupan orang dewasa.14 Dengan adanya pandangan dari Ellen Key tersebut, maka sejak saat itu studi tentang anak khususnya dalam ilmu jiwa dan ilmu pendidikan, maka berkembanglah suatu pandangan bahwa pendidikan haruslah dilaksanakan dan perpusat pada anak atau dengan kata lain harus child centered.Islam tidak memandang anak dengan pandangan sempit, sebagaimana pandangan barat sebelum abad ke dua puluh, tetapi melihat anak secara lebih riil dan lebih proporsional.Dengan demikian anak-anak dan kehidupannya tidak di penggal, dilepaskan dari dunianya serta dimensi dan prospeknya. 13 Muhammad Ali Qutuhb, Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 2008),. Hlm. 9 14 Ibid,.hlm. 10 34 Menurut zakiah Darajat mengatkan bahwa anak-anak itu adalah manusia dalam bentuk kecil anak tetapi dalam arti masih lebih dekat kepada hewan.15 Imam Al- Ghazali, juz II seorang tokoh Islam yang terkenal dengan gelar Hujjatul Islam di dalam kitabnya Ihya Ulumuddian, mengatakan: Anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Maka jika dibiasakan kearah kebaikan, ia akan menjadi baik dan berbahagia dunia akhirat. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan lepas seperti hewan, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memeliharanya dengan upaya mendidik dan mengajari akhlak karimah (akhlak yang baik). 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Kepribadian muslim adalah terwujudnya akhlak yang mulia, namun akhlak mulia tersebut tidak dapat terbentuk tanpa adanya faktorfaktor yang menunjang dan mempengaruhinya. Menurut Zakiah Darajat bahwa “Perkembangan agama yang di dalamnya termasuk pembentukan akhlak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak masih anak-anak yaitu pada lingkungan keluarga, lembaga pendidikan dan lingkungan masyrakat.”16 a. 15 Lingkungan Keluarga Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009),.Hlm. 48 Zakiyah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehaan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1980), cet V,.hlm. 65 16 35 Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasy, peranan ibu bapak dalam membina akhlak berbicara anak -anaknya mempunyai pengaruh, terutama dalam bahasa dan gaya bicara, dimana anak akan senantiasa akan mengikuti dan menirukan gaya ibunya. Jika dalam bertutur kata ibu bapak baik, maka secara otomatis anaknya juga akan bertutur kata dengan baik pula. Dalam tingkah laku, sopan santun juga sangat berpengaruh bagi anak, tingkah laku yang baik akan lahir dalam keluarga yang baik (dalam keluarga) yang melingkupi anak adalah faktor penting dalam pembentukan akhlaknya.17 Melalui keluargalah pendidikan akhlak diterima anak-anak kita yang dengan keluarga tersebut menjadi bekal bagi perkembangan psikologinya di masa depan. b. Lembaga Pendidikan Pembinaan akhlak berbicara anak lembaga pendidikan baik dapat dilakukan melalui formal maupun nonformal. Setiap pengalaman yang dilalui anak baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diteriamnyaakan ikut menentukan pembentukan akhlaknya. Sikap anak terhadap guru dan pendidikan agama yang diberikan di lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh sikap guru.Jika guru mampu membina sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk pribadi dan akhlak berbicara anak , maka 17 Muhammad Athiyah Al Abrasy, Ruh al Tarbiyah wal al Ta’lim, (Kairo: Daru Ihya’ al Kutubi Al Arabiyah, 1995),. Hlm. 88 36 anak telah mempunyai pegangan dalam menghadapi berbagai kegoncangan yang terjadi.18 c. Lingkungan Masyarakat Masyarakat mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pembinaan akhlak. Adapun hal-hal yang menyangkut masyarakat adalah sebagai berikut:19 1) Anak akan mendapat pengalaman langsung setelah memperhatikan apa yang terjadi di masyarakat. 2) Membina akhak itu bisa berasal dari masyarakat dan akan kembali ke masyarakat. 3) Masyarakat dapat menjadi sumber pengetahuan. Tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan masyarakat mempunyai andil yang sangat besar dalam dalam pembentukan akhlak berbicara anak karena biasanya dengan tanpa sengaja dan terus menerus anak akan selalu memperhatikan dan meniru orang-orang yang ada di sekitarnya dalam bentuk tingkah laku maupun dari segi bahasa yang digunakan pada tiap-tiap anggotanya dan juga sejauh mana sang anak bisa menyaring dari kebiasaan pergaulannya.20 C. Nilai-Nilai Pendidikan Nilai menurut Milton Rokeac dan James Bankdikutib Chabib Thoha dalam kapita selekta pendidikan Islam adalah suatu tipe kepercayaan yang 18 Bakir Yusuf Barnawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam pada Anak, (Semarang: Dina Utama, 1993),. Hlm. 40 19 Ibid,.hlm. 43 20 Abu Ahmad, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 27 37 mana seorang bertindak/menghindari suatu tindakan/mengenai suatu yang pantas dan tidak pantas.21 Nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang member arti (yakni manusia yang menyakini). Nilai ini berkaitan dengan nilai-nilai ketuhanan dan nialinilai kemanusiaan. Sedangkan E.K Karwandi menyebutkan bahwa nilai adalah realitas abstrak yang merupakan prinsip-prinsip yang menjadi pedoman hidup seseorang.22 Jadi dapat diketahui bahwa nilai adalah sesuatu yang abstrak, sesuatu yang ideal, yang dijunjung tinggi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud sistem nilai menurut H.M Arifin, sesuatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi atau bekerja dalam suatu kesatuan atau keterpaduan yang ketat yang berorientasi kepada nilai.23 a. Macam-macam Nilai 1. Dilihat dari segi kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow dapat dibedakan menjadi : nilai biologis, nilai keamanan,nilai cinta kasih, nilai harga diri. 2. Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk mengungkap dan mengembangkan, nilai dapat dibedakan menjadi : nilai yang statil 21 22 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm 60 E.K.Kaswandi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 20 23 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm.139 38 seperti kognisi, emosi, dan psikomotori, nilai yang bersifat dinamis seperti motivasi prestasi. 3. Pendekatam proses budaya sebagaimana dikemukakan oleh Abdullah Shidiq, nilai dapat dikelompokkan menjadi tujuh jenis, yakni nilai ilmu pengetahuan, nilai politik, nilai ekonomi, nilai kejasmanian, nilai keindahan, nilai keagamaan, nilai kekeluargaan. 4. Pembagian nilai berdasarkan sifat nilai, dibedakan menjadi : nilai subjektif, nilai objektif, nialai rasional, nilai objektif metafisik. 5. Nilai-nilai dilihat dari sumbernya di bagi menjadi : nilai ilahiyah dan nilai insaniyah. 6. Dilihat dari ruang lingkup dan keberlakuannya nilai dapat dibagi menjadi : niali universal dan nilai-nilai local 7. Dilihat dari segi hakekatnya nilai dibagi menjadi : nilai hakiki dan nilai instrumental.24 D. Keluarga Ustadz Keluarga adalah unit pertama dalam masyarakat dan lingkungan kecil bagi individu.25 Sedangkann ustadz adalah orang yang kerjanya mengajar dan mendidik.26Salah satu yang sangat menarik pada ajaran Islam adalah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap ustadz atau guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul. Mengapa demikian?? Karena 24 Noeng Mujahir, Pendidikan dan Perubahan Sosial, ( Yogyakarta: rake Sarasin, 1997), hlm. 77 25 Muhammad Syadid, Manhaj Tarbiyah: Metode Pembinaan Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Robbani Press, 2003), hlm 170 26 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm,.335 39 guru terkait dengan ilmu (pengetahuan), sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan.27 Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Al Ghozali dalam Ihya’ Ulumuddin, sebagaimana dikutip al Abrasyi mengatakan: “seseorang yang beriman kemudian bekerja dengan ilmunya itu. Dialah yang bekerja dibidang pendidikan. Sesungguhnya ia telah memilih pekerjaan yang terhormat dan sangat penting, maka hendaknya iamemelihara adab dan sopan-santun dalam tugas ini.”28 Al-Ghozali menukilkan beberapa hadits Nabi tentang keutamaan seorang pendidik. Is berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orangorang besar (great individuals) yang aktivitasnya lebih daripada ibadah setahun. (perhatikan Qs. At Taubah: 122). Selanjutnya Al-Ghozali menukilkan dari perkataan ulama yang menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita (siraj) segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya (nur) keilmuannya. Andaikata dunia tidak ada pendidik, niscaya menusia seperti binatang, sebab: “pendidik adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang buas maupun binatang jinak) kepada sifat insaniyah dan ilahiyah.29 27 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT> Remaja Rosda Karya,1994), hlm.76 28 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm 178 29 Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum Al-din, terj. Ismail Ya’qup, (Semarang: Faizan, 1979), hlm. 65-70