10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Bank 2.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1.
2.1.1.1.
Bank
Pengertian Bank
Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca, yang berarti
tempat penukaran uang. Secara umum, bank didefinisikan sebagai
lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kembali dalam bentuk pinjaman (kredit) dan atau bentuk lainnya,
dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Menurut Hasibuan (2005), bank adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial
assets) serta bermotif profit juga sosial, jadi bukan hanya mencari
keuntungan saja. Selain itu Kasmir (2008) berpendapat bahwa
bank
merupakan
lembaga
keuangan
yang
kegiatannya
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
10
11
kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan
jasa-jasa bank lainnya. Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa bank adalah usaha yang berbentuk lembaga
keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki
kelebihan dana (surplus of fund) dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund), serta
memberikan jasa-jasa bank lainnya untuk motif profit juga social
demi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana
merupakan kegiatan pokok dari bank, sedangkan memberikan jasa
bank lainnya sebagai kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun
dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito. Hal ini dilakukan dengan
memberikan balas jasa yang menarik, seperti bunga dan hadiah
sebagai rangsangan bagi masyarakat agar lebih senang menabung.
Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada
masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan
untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.
2.1.1.2.
Fungsi Bank
Menurut Sigit dan Budisantoso (2006) secara lebih spesifik
bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development,
dan agent of services.
12
1) Agent of trust
Dasar
utama
kegiatan
perbankan
adalah
kepercayaan (trust), baik dalam hal menghimpun dana
maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan
dananya
di
bank
apabila
dilandasi
adanya
unsur
kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak
akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola
dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang
telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali
dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau
menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila
dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya
bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya,
debitur akan mengelola dana pinjaman saat jatuh tempo,
dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan
pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
2) Agent of Development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor
moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua
sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling memengaruhi.
Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila
sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank
berupa
penghimpunan
dan
penyaluran
dana
sangat
13
diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor
riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat
melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta
kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa
kegiatan
investasi-distribusikonsumsi
tidak
dapat
dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran
kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain
adalah
kegiatan
pembangunan
perekonomian
suatu
masyarakat.
3) Agent of Service
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa
perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa ditawarkan
bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
secara luas. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa
pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian
jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
2.1.1.3.
Jenis-jenis Bank
Kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan yang
menghimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat tidak
terlalu beda satu sama lain. Menurut Kasmir (2010), jenis-jenis
bank dapat dibagi menjadi :
14
1) Dilihat dari segi fungsinya
a) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
b) Bank Perkreditan Rakyat
Bank
perkreditan
rakyat
adalah
bank
yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan BPR lebih sempit jika dibandingkan dengan
kegiatan bank umum.
c) Bank Sentral
Fungsi bank sentral di Indonesia di pegang oleh
Bank Indonesia (BI), Bank Sentral tidak termasuk ke
dalam Undang-undang Republik Indonesia No.10 Tahun
1998 tentang Perbankan, hal ini dikarenakan pada
prinsipnya Bank Indonesia merupakan lembaga Negara
yang turut berfungsi mengawasi pelaksanaan Undangundang tersebut, yaitu dalam kapasitasnya selaku
pembinaan dan pengawas bank. Bank sentral bersifat
15
tidak komersial seperti halnya bank umum dan bank
perkreditan rakyat.
2) Dilihat dari segi kepemilikannya
a) Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah adalah bank yang akta
pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh
pemerintah pula.
b) Bank Milik Swasta Nasional
Bank milik swasta nasional merupakan bank yang
seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh
swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil
oleh swasta pula.
c) Bank Milik Asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang
ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun
pemerintah asing suatu Negara.
d) Bank Milik Campuran
Bank
milik
campuran
adalah
bank
yang
kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan
16
pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya
secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia.
3) Dilihat dari segi status
a) Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan
mata uang asing secara keseluruhan.
b) Bank Non Devisa
Bank non devisa adalah bank yang belum
mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai
bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan
transaksi seperti halnya bank devisa.
4) Dilihat dari segi cara menentukan harga
a) Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
Bank yang berdasarkan prinsip konvensional adalah
bank yang menetapkan bunga sebagai harga jual,
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya
dalam nominal atau persentase tertentu.
17
b) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang
menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dengan pihak lain.
Berdasarkan jenis-jenis bank dapat dijelaskan bahwa bank
terbagi ke dalam beberapa bagian, hal ini dikarenakan spesifikasi
bank dalam jalur lalu lintas keuangan. Perbedaan jenis perbankan
dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan dan dari segi
menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi
terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat
ditawarkan maupun jangkaun wilayah operasinya. Kemudian
kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan saham yang
ada serta akta pendiriannya. Sedangkan dari menentukan harga
yaitu antara bank konvensional berdasarkan bunga dan bank
syariah berdasarkan bagi hasil.
2.1.1.4.
Usaha-usaha Bank
Menurut Iskandar (2008), usaha-usaha bank umum meliputi:
1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2) Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit modal
kerja, kredit investasi, dan kredit konsumtif.
18
3) Memberikan jasa lainnya dalam bentuk transfer atau
pengiriman uang, kliring, jual beli valuta asing, menerbitkan
referensi bank, bank garansi, L/C dan surat kredit
berdokumenter, inkaso, safe deposit box, dan jual-beli suratsurat berharga.
4) Menerima setoran pembayaran dari instansi/perusahaan
seperti pembayaran listrik, uang kuliah, telepon, air, dan
pembayaran pajak.
5) Melayani pembayaran seperti pembayaran gaji/pensiun
pegawai dan pembayaran deviden, kupon.
6) Menempatkan
dana,
meminjam
dana
baik
dengan
menggunakan surat, sarana komunikasi maupun dengan
wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
7) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga
8) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di
bursa efek, melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu
kredit dan kegiatan wali amanat.
9) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh bank Indonesia.
19
10) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan
usaha-usaha
bank
umum
tersebut
dapat
dijelaskan bahwa bank umum dapat melakukan sebagian atau
seluruh kegiatan usahanya dan masing-masing bank dapat
memilih jenis usaha yang sesuai dengan keahlian dan bidang
usaha yang ingin dikembangkannya. Dengan cara demikian
kebutuhan masyarakat terhadap berbagai jenis jasa bank dapat
dipenuhi oleh dunia perbankan tanpa mengabaikan prinsip
kesehatan dan efisiensi.
2.1.1.5.
Sumber Dana Bank
Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam
menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Menurut Ismail
(2010), dana bank yang digunakan sebagai alat untuk melakukan
aktivitas usaha dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1) Dana Sendiri
a) Modal Disetor
Modal
disetor
merupakan
dana
awal
yang
disetorkan oleh pemilik pada saat awal bank didirikan.
20
b) Cadangan
Cadangan merupakan sebagian dari laba yang
disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan lainnya
yang akan digunakan untuk menutup timbulnya risiko di
kemudian hari.
c) Sisa Laba
Sisa laba merupakan akumulasi dari keuntungan
yang diperoleh oleh bank setiap tahun.
2) Dana Pinjaman
a) Pinjaman dari Bank Lain di Dalam Negeri
b) Pinjaman dari Bank atau Lembaga Keuangan di Luar
Negeri
c) Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank
3) Dana Pihak Ketiga
a) Simpanan Giro
Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh
dari
masyarakat
atau
pihak
ketiga
yang
sifat
penarikannya adalah dapat ditarik setiap saat dengan
menggunakan cek dan bilyet giro atau sarana perintah
bayar lainnya atau pemindahbukuan.
21
b) Tabungan
Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan
oleh pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank dan
pihak nasabah.
c) Deposito
Deposito
merupakan
jenis
simpanan
yang
penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan
jangka waktu yang telah diperjanjikan antara bank
dengan nasabah.
Berdasarkan sumber dana bank tersebut dapat dijelaskan
bahwa dana untuk membiayai operasinya dapat diperoleh dari
berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri
apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau lembaga
lainnya. Disamping itu untuk membiayai operasinya dana dapat
diperoleh dengan modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau
menjual saham.
2.1.1.6.
Pengalokasian Dana Bank
Menurut Syamsu Iskandar (2008), penggunaan dana bank
dapat dijelaskan sebagai berikut :
22
1) Aktiva Produktif
Penggunaan dana dalam aktiva produktif atau earning
assets memiliki tujuan untuk memperoleh penghasilan bagi
bank, yang berasal dari:
a) Pemberian Pinjaman
Pemberian pinjaman atau yang biasa disebut dengan
kredit adalah penyediaan uang atau dana sejumlah
tertentu sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui
yang akan dilunasi setelah jangka waktunya berakhir.
Dengan diberikannya jasa berupa pinjaman ini maka
kepada nasabah (debitur) akan dikenakan biaya jasa oleh
bank yaitu yang dinamakan “bunga pinjaman”.
b) Penempatan Dana pada Bank Lain
Penempatan dana pada bank lain baik didalam
negeri maupun diluar negeri dapat berupa: call money,
deposito berjangka, deposit on call, sertifikat deposito
dan tabungan. Biasanya penempatan dana pada bank lain
ini dilihat dari skala prioritasnya dengan kepentingan
bank sendiri dalam hal memenuhi kewajiban jangka
pendeknya atau likuiditasnya.
23
c) Surat-Surat Berharga
Penempatan dana pada surat-surat berharga dapat
berupa surat-surat berharga jangka pendek atau jangka
panjang baik dalam nilai rupiah maupun dalam valuta
asing, seperti pembelian surat-surat berharga pasar uang
dan pasar modal, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU), reksa dana, saham-saham
bank lain di bursa efek, dan lain-lain.
d) Penyertaan
Penyertaan adalah penanaman dana bank dalam
bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan investasi
jangka panjang, baik dalam rangka pendirian, ikut serta
dalam lembaga keuangan lain, penyelamatan kredit atau
lainnya.
2) Aktiva Tidak Produktif
Disebut
aktiva tidak produktif karena tidak dapat
memberikan penghasilan bagi bank. Yang termasuk dalam
pos-pos ini adalah:
a) Kas
Kas merupakan alat yang paling likuid dalam
operasional bank yang dapat dipergunakan setiap saat
untuk menunjang operasional bank.
24
b) Rekening Giro pada Bank Indonesia
Penempatan
dana
pada
rekening
giro
Bank
Indonesia dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan
likuiditas wajib minimum yang ditentukan oleh Bank
Indonesia. Disamping itu, rekening giro pada Bank
Indonesia selain untuk transaksi kliring, dapat juga
berfungsi untuk transaksi antar bank.
c) Giro pada Bank Lain
Giro pada bank lain yaitu dana yang dimiliki yang
disimpan pada rekening giro pada bank lain, baik
dalam nilai rupiah maupun dalam valuta asing dari
seluruh kantornya didalam negeri ataupun diluar
negeri
yang sewaktu-waktu
dapat
ditarik
jika
memerlukannya.
d) Aktiva Tetap dan Inventaris Bank
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan dana bank terdiri
dari 2 bagian yaitu pada aktiva produktif dan aktiva tidak
produktif. Aktiva produktif merupakan aktiva yang dapat
menghasilkan pendapatan. Aktiva produktif adalah penanaman
dana bank dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk
kredit, surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan
penyertaan. Aktiva tidak produktif merupakan aktiva yang tidak
25
menghasilkan pendapatan yaitu dalam bentuk kas, rekening giro
pada Bank Indonesia, penempatan dana pada bank lain berupa
rekening giro dan aktiva tetap dan inventaris bank.
2.1.2.
Tingkat Bunga
Bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka
waktu tetentu. Tingkat bunga sebagai harga bisa diartikan sebagai
harga yang harus dibayarkan apabila terjadi pertukaran antara satu
rupiah saat ini dengan satu rupiah di masa depan (Boediono,1994).
Pertukaran inilah yang menimbulkan fenomena “hutang piutang”.
2.1.2.1. Tingkat Bunga Murni, Premi Risiko, dan Biaya
Transaksi
Tingkat Bunga Murni merupakan tingkat bunga yang
terbentuk tanpa memperhitungkan faktor risiko tidak
kembalinya dana yang dipinjam oleh debitur (modal
ditambah bunga). Faktor risiko bisa diperhitungkan dengan
meminta jaminan ( collateral ) atau menetapkan tingkat
bunga yang lebih tinggi. Tambahan atau kenaikan tingkat
bunga ini disebut premi risiko. Dalam memberikan pinjaman
melalui
transaksi
keuangan,
pihak
kreditur
(pemberi
pinjaman) harus memperhitungkan juga biaya transaksi.
Biaya transaksi antara lain terdiri dari biaya menyimpan dan
merawat jaminan, biaya administrasi cicilan hutang, biaya
26
administrasi cicilan hutang, biaya penagihan dan sebagainya
(Boediono, 1994).
2.1.2.2. Tingkat Bunga Nominal
Tingkat bunga nominal merupakan tingkat bunga yang
telah disepakati oleh debitur dan kreditur. Tingkat bunga inilah
yang harus dibayar debitur kepada kreditur disamping
pengembalian pinjaman pokoknya pada saat jatuh tempo.
2.1.2.3. Tingkat Bunga Riil
Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal minus laju
inflasi yang terjadi selama periode yang sama (Boediono,
1994) :
Rr = R*n – R**i
keterangan :
Rr = tingkat bunga riil
R*n = tingkat bunga nominal
R**i = laju inflasi
R*n adalah simbol untul laju inflasi yang benar-benar
terjadi selama periode tersebut. Sedangkan R**i adalah untuk laju
inflasi yang diharapkan terjadi selama periode yang sama dan laju
inflasi yang diharapkan ini menambah tingkat bunga sebagai unsur
“premi inflasi”.
27
2.1.3.
Spread
Spread atau net-margin adalah pendapatan bank yang
utama dan akan menentukan besarnya pendapatan bersih bank.
Besarnya spread ini bervariasi, tergantung dari besarnya volume
kredit yang akan disalurkan. Besarnya volume kredit yang
disalurkan bank akan berpengaruh terhadap margin (selisih) antara
tingkat bunga pinjaman (cost of funds) dan tingkat bunga simpanan
(lending Rate). Semakin tinggi spread atau net interest margin
yang mampu diciptakan oleh bank, maka hal ini mengindikasikan
tingkat keuntungan bank meningkat sehingga akan memberikan
kesempatan bagi bank untuk lebih leluasa dalam menyalurkan dana
kreditnya.
Penentuan tinggi rendahnya spread tergantung pada
bagaimana bank menerapkan strategi serta target pasarnya dan
risiko perbankan. Pengelompokan jenis industri dan peringkat
usaha bank merupakan pertimbangan untuk menetapkan tinggi
rendahnya spread ( Dendawijaya, 2003 )
Pada saat krisis pertengahan 1997, kebijakan meningkatkan
tingkat bunga (SBI) bertujuan untuk mempertahankan nilai tukar
dan mengendalikan jumlah uang beredar. Mekanismenya dengan
meningkatkan tingkat bunga SBI sebagai suku bunga acuan
perbankan akan direspon dengan meningkatnya tingkat suku bunga
pinjaman. Hal ini berdampak pada penurunan penyaluran kredit
28
dan jumlah uang beredar ke masyarakat (Johnston dalam Siregar,
2001)
Spread ini memengaruhi perilaku perbankan dalam
menyalurkan kredit. Dengan tingkat suku bunga SBI yang tinggi
maka perbankan akan mengalami kesulitan di dalam menetapkan
suku bunga pinjaman. Oleh sebab itu, perbankan harus tetap
menjaga selisih/marjin antara kedua tingat bunga tersebut.
2.1.4.
2.1.4.1.
Kredit/Pinjaman
Pengertian Kredit
Pengertian kredit menurut Rivai dan Veithzal (2007:4):
“kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak
(kreditur/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada
pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji
membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada
tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.”
Pengertian kredit berdasarkan Ensiklopedi umum yang
dikutip oleh Rachmat Firdaus (2004:2), bahwa : “Kredit adalah
sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari
pemilik kepada pemakai dengan mengharapkan memperoleh
keuntungan, kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang
memberikan terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam.”
29
Dari pengertian kredit diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa, kepercayaan dalam kedua belah pihak dalam pemberian
kredit yang terkandung kesepakatan pelunasan utang dan bunga
akan diselesaikan dalam jangka waktu tetentu yang telah
disepakati bersama. Selain itu dari proses kredit itu sendiri telah
didasarkan pada suatu perjanjian yang mempercayai kedua belah
pihak akan mematuhi kewajibannya masing- masing. Diharapkan
dari proses pemberian kredit ini dapat memberikan tambahan
berupa nilai, dimana tambahan nilai itu didapat dari bunga pokok
pinjaman yang mana akan menghasilkan pendapatan bagi pihak
yang memberikan kredit.
2.1.4.2. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2003:91) penilaian dari prinsip-prinsip
dalam pemberian kredit meliputi analisis 5 C dan 7 P, yaitu :
1) Analisis 5 C terdiri dari :
a) Character/Watak
Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon
debitur.
b) Capacity/Kemampuan
Capacity adalah kemampuan calon nasabah dalam membayar
kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola
bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada
30
akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan
kredit yang disalurkan.
c) Capital/Modal
Capital adalah sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki
nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh koperasi.
d) Collateral/Jaminan
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah
baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.
e) Condition of Economic/Kondisi Ekonomi
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi
sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor
masing-masing.
2) Analisis 7 P terdiri dari :
a) Personality
Untuk menilai peminjam dari segi kepribadian dan tingkah
lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.
b) Party
Untuk mengklasifikasikan peminjam kedalam klasifikasi
tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal
loyalitas serta karakternya.
c) Purpose
Untuk mengetahui tujuan dari peminjam dalam mengambil
kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan peminjam.
31
d) Prospect
Untuk menilai usaha peminjam di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau sebaliknya.
e) Payment
Ukuran bagaimana cara peminjam mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembalian kredit.
f) Profitability
Analisis bagaimana menjaga kemampuan peminjam dalam
memperoleh laba.
g) Protection
Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan
perlindungan.
2.1.4.3. Unsur-Unsur Kredit
Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit itu sendiri menurut
Kasmir (2003) antara lain :
1) Kreditur, yaitu orang atau badan yang memiliki uang, barang
atau jasa dan bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak
lain (debitur).
2) Debitur, yaitu pihak yang membutuhkan uang, barang atau
jasa.
32
3) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa
prestasi yang diberikannya, baik dalam bentuk uang, barang
atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka
waktu tertentu di masa yang akan datang.
4) Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang
akan datang.
5) Degree of risk, yaitu suatu kegiatan resiko yang akan dihadapi
berbagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima
kemudian hari, semakin lama kredit diberikan semakin tinggi
pula tingkat resikonya, karena semakin jauh kemampuan
manusia untuk menentukan hari depan, maka masih selalu
terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan.
Dengan timbulnya unsur resiko ini maka timbulah jaminan
pemberian kredit.
Prestasi atau objek kredit, tidak hanya diberikan dalam
bentuk uang, tetapi juga dapat dalam bentuk barang atau jasa.
Namun dalam kehidupan modern sekarang, transaksi-transaksi
kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam
praktik perkreditan.
33
2.1.4.4. Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah timbul karena adanya kerugian dalam
penyaluran dana kredit yang mengalami kemacetan faktor resiko
kerugian itu sendiri diakibatkan dari nasabah yang sengaja tidak
mau membayar kreditnya padahal mampu atau nasabah yang tidak
sengaja yaitu akibat terjadi musibah seperti bencana alam dan
kebakaran.
Bank dalam setiap perjanjian kredit selaku kreditor percaya
bahwa setiap
debitur memiliki kemampuan memenuhi
kewajibannya untuk melunasi segala hutang yang telah disepakati
antara bank dengan debitor. Akan tetapi, dalam kenyataannya tidak
seperti yang diharapkan sebelumnya. Berbagai macam faktor di
luar perhitungan atau jangkauan perkiraan dapat terjadi, sekalipun
telah dilakukan analisis mendalam dan penuh kehati-hatian
melalui verifikasi dan analisis kredit yang baik.
Timbulnya risiko yang tidak diharapkan ini menandakan bahwa
kredit bermasalah tersebut adalah bagian dari kehidupan bisnis
perbankan. Kredit bermasalah seringkali dipersamakan dengan
kredit macet, padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda.
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kolektibilitas macet
ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas
diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet. Sedangkan
kredit macet adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya
34
tidak dapat dilunasi selama lebih dari 2 (dua) masa angsuran.
Penyelesaian
kredit
Pengadilan/KP2LN
macet
kemudian
diserahkan
kepada
(Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang
Negara) atau diajukan tuntutan kepada Perusahaan Asuransi
Kredit.
Menurut Mulyadi (1999:104) mengatakan bahwa kemacetan
kredit pada umumnya disebabkan oleh kesulitan keuangan, baik
yang disebabkan oleh faktor intern (manajemen) maupun faktor
ekstern.
Pengertian kredit bermasalah menurut Rachmat Firdaus
(2003:184),
adalah
sebagai
berikut : “Kredit
bermasalah
merupakan akibat dari pengelolaan kredit yang kurang baik atas
menurunnya
pendapatan
bunga
bank
serta
menurunnya
pengembalian pokok kredit yang pada gilirannya bank akan
menderita kerugian dan bukan tidak mungkin pada akhirnya
akan mengalami kebangkrutan.” Dengan demikian, kredit macet
merupakan kredit bermasalah, tetapi kredit bermasalah belum
tentu atau tidak seluruhnya merupakan kredit macet. Dalam pada
itu, penyebab timbulnya kredit bermasalah sendiri menurut
Soedrajad Djiwandono (Mudrajad Kuncoro, 2002:470) dapat
disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor Internal antara
lain
disebabkan
oleh
kebijakan
perkreditan
yang
kurang
menunjang, kelemahan sistem dan prosedur penilaian kredit,
35
pemberian dan pengawasan kredit
yang
menyimpang dari
prosedur, itikad yang kurang baik dari pemilik, pengurus, dan
pegawai bank. Sedangkan factor eksternal antara lain disebabkan
oleh lingkungan usaha debitor, musibah atau kegagalan usaha,
persaingan antar bank yang tidak sehat.
Sehubungan
dengan
upaya
penyelesaian
kredit
yang
bermasalah sebagaimana dimaksudkan terdahulu, Retnowulan
Sutantio (1996:245) mengemukakan bahwa baik kredit bermasalah
maupun kredit macet tersebut diukur dari kolektibilitas kredit yang
bersangkutan artinya kapan suatu kredit dikatakan bermasalah
atau macet dapat dilihat dari kolektibilitasnya.
Kedudukan bank sebagai lembaga keuangan yang bergerak di
bidang kredit berpengaruh besar terhadap lancer tidaknya arus lalu
lintas
pembayaran
yang
diperlukan
dalam
peningkatan
pembangunan bidang ekonomi Indonesia. Sebagai lembaga
keuangan yang melepaskan uangnya kepada masyarakat tentu
bank berharap untuk dapat memperoleh keuntungan berupa bunga
yang dibebankan pada saat perjanjian kredit terjadi.
Harapan itu baru akan terwujud dan menjadi kenyataan,
apabila bank bertindak hati-hati, terutama dalam menentukan siapa
yang patut diberi kredit
dan
berapa
besar
diberikan, setelah mengetahui jaminannya.
kredit
yang
36
Bank senantiasa menjaga bahwa perjanjian yang dibuat dengan
debitor itu tidak cacat menurut hokum serta memenuhi syaratsyarat sahnya perjanjian. Apabila bank sejak dini sudah bertindak
hati-hati, dapatlah diharapkan bahwa kredit yang diberikan oleh
pihak kreditor kepada debitor terjamin pengembaliannya dalam
jangka waktu yang ditentukan. Bila hal ini terjadi maka tujuan
memperoleh profit akan tercapai
sehingga
segala sesuatu
terlaksana sesuai yang diharapkan.
2.1.4.5. Kolektabilitas Kredit
Penetapan
kolektibilitas
kredit
dinilai
berdasarkan
kemampuan membayar, dengan demikian kolektibilitas kredit
diatur sebagai berikut :
1) Lancar (L)
a) Prospek usaha : tenaga kerja memadai dan belum pernah
mengalami perselisihan atau pemogokan.
b) Kondisi keuangan : analisis arus kas menunjukan bahwa
debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta
bunga, tanpa dukungan sumber dana tambahan.
c) Kemampuan membayar : Kredit dengan tingkat pembayaran
tepat waktunya dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan
persyaratan kredit.
2) Dalam Perhatian Khusus (DPK)
37
a) Prospek usaha : tenaga kerja memadai dan belum pernah
mengalami perselisihan atau pemogokan.
b) Kondisi keuangan : analisis arus kas menunjukan bahwa
debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta
bunga, namun terdapat indikasi masalah tertentu yang
apabila tidak diatasi akan mempengaruhi
pembayaran
dimasa mendatang.
c) Kemampuan membayar : Kredit yang terdapat tunggakan
pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari.
3) Kurang Lancar (KL)
a) Prospek usaha : tenaga kerja berlebihan namun hubungan
pimpinan dan karyawan pada umumnya baik.
b) Kondisi keuangan : analisis arus kas bahwa debitur hanya
mampu membayar bunga dan sebagian dari pokok.
c) Kemampuan membayar : Kredit yang terdapat tunggkan
pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui
91 hari s/d 180 hari.
4) Diragukan (D)
a) Prospek usaha : tenaga kerja berlebihan dalan jumlah yang
sangat besar sehingga dapatmenimbulkan keresahan.
b) Kondisi
keuangan
:
analisis
arus
kas
menunjukan
ketidakmampuan membayar pokok dan bunga sekaligus.
38
c) Kemampuan membayar : Kredit yang terdapat tunggkan
angsuran pokok dan atau bunga yang telah melewati 181
hari s/d 270 hari.
5) Macet (M)
a) Prospek usaha : terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit
diatasi.
b) Kondisi keuangan : analisis arus kas menunjukan bahwa
debitur tidak mampu menutupi biaya produksi sehingga
tidak mampu membayar pokok dan bunga kredit.
c)
Kemampuan membayar : Kredit yang terdapat tunggkan
angsuran pokok dan atau bunga yang telah melewati 271
hari s/d 360 hari.
2.1.5. Non Performing Loan
Kredit non lancar (Non Performing Loan) adalah kredit yang
kolektibilitasnya sudah dikategorikan kurang lancar, diragukan dan
macet sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No.31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang
Kualitas Aktiva Produktif.
Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase kredit
bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet
terhadap total kredit yang disalurkan). NPL dapat juga diartikan
sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan baik akibat
39
faktor kesengajaan yang dilakukan oleh debitur maupun faktor
ketidaksengajaan yang berasal dari faktor luar (Meydianawathi, 2006).
Rasio NPL dapat diformulasilasikan sebagi berikut :
NPL = Kredit Bermasalah/Total Kredit x 100%
Kredit digolongkan non lancar, apabila terdapat tunggakan pokok
kredit maupun bunga. Hal ini disebabkan debitur tidak dapat
memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok atau
membayar bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
antara bank dengan debitur. Tunggakan pokok kredit maupun bunga
menyebabkan kemampuan bank untuk menyalurkan kredit menjadi
terpengaruh karena berkurangnya dana yang akan disalurkan untuk
kredit. Di sisi lain, bank harus membentuk penyisihan cadangan
piutang ragu-ragu untuk menutup resiko kerugian.
2.1.6.
Return On Equity
2.1.6.1. Pengertian
Rasio Keuntungan (Profitability Ratio) atau Rentabilitas,
yaitu rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kentungan dari penggunaan modal perusahaan.
Return On Equity (ROE) merupakan salah satu rasio yang
mewakili rasio keuntungan (Profitability Ratio). Return On
Equity (ROE) merupakan salah satu alat pengukur efisiensi
perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk mengelola
40
modal dari pemegang saham dalam menghasilkan laba yang
diharapkan perusahaan. Return On Equity (ROE) sering disebut
rentabilitas modal sendiri. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang para pemegang saham.
Return On Equity (ROE) berkaitan dengan komposisi
sumber pendanaan perusahaan dalam kegiatan produksi
perusahaan. Dalam asumsi normal, Return On Equity (ROE)
akan diperoleh rendah kalau hanya dengan mengandalkan modal
sendiri. Jadi jika penggunaan hutang dalam pembiayaan
perusahaan meningkat, maka Return On Equity (ROE) akan
meningkat
dengan
sendirinya
karena
perusahaan
dalam
pembiayaan modal tidak hanya mengandalkan modal sendiri
saja tetapi juga menggunakan modal tambahan berupa hutang
(pinjaman) dari pihak lain.
Rumus sistematis Return On Equity (ROE) adalah sebagai
berikut :
Return On Equity (ROE) = Laba Bersih/Total Ekuitas
Return On Equity (ROE) sangatlah penting bagi bank,
karena modal merupakan faktor utama guna kelangsungan hidup
bank
itu
nantinya,
yang
dalam
pengelolaannya
selalu
mengandung risiko. Pengelolaan rasio merupakan suatu
keharusan lagi bagi dunia usaha yang mana kemunculannya bisa
41
setiap saat. Oleh karena itu pengelolaan rasio harus dilakukan
secara terpadu, terarah koordinatif dan berkesinambungan antara
unit kerja untuk meningkatkan kinerja namun tetap berlandaskan
prinsip-prinsip pengelolaan rasio yang sehat dan tidak keluar
dari kebijakan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.
2.1.6.2.
Pengertian Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini
juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan
rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio
profitabilitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
perbandingan dengan berbagai komponen yang ada di laporan
keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laopran laba
rugi.
Adapun penilaian aspek profitabilitas, baik secara
kuantitatif atau kualitatif didasarkan kepada penilaian beberapa
komponen berikut:
1) Pengembalian atas aktiva (Return On Assets/ ROA)
2) Pengembalian atas ekuitas (Return On Equity/ROE)
3) Margin Bunga Bersih (Net Interest Margin/NIM)
42
4) Biaya
operasional
terhadap
pendapatan
operasional
(BOPO)
5) Pertumbuhan laba operasional
6) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversivikasi
pendapatan
7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan
dan biaya
8) Prospek laba operasional.
Return On Equity (ROE) merupakan salah satu indikator
yang masuk dalam susunan laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi
tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan
perusahaan tersebut.
Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari
suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan
analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan
peramalan untuk masa depan. Laporan tahunan merupakan
dokumen yang memberi informasi kepada pemegang saham dan
diaudit sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum. Laporan keuangan menjadi bahan informasi bagi
pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
43
keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen
atas pengelolaan perusahaan.
2.2.
Penelitian
Sebelumnya,
Kerangka
Pemikiran
dan
Pengembangan Hipotesis
2.2.1.
Penelitian Sebelumnya
Sebagai referensi, penulis mengambil beberapa referensi dari
penelitian sebelumnya yang menjadi acuan dalam penyusunan skripsi
ini. Penelitian sebelumnya tersebut adalah :
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
No
Jurnal dan Judul
Penulis
Latar Belakang
Pengaruh Loan To
Suku bunga BI
Deposit Ratio, Suku
Banyaknya nasabah
Bunga BI Rate dan
1.
Pertumbuhan Kredit
Bank yang tidak
Revita
Terhadap Kredit
Bermasalah
Kesimpulan
Romadhoni
teratur dalam
pembayaran
angsuran yang
Sub Sektor Perbankan
menyebabkan
Pada Indeks LQ45
pertumbuhan kredit
Di Bursa Efek Indonesia
di Bank tidak stabil.
Rate yang
tinggi membuat
nasabah ke
kredit yang
bunga pinjaman
lebih rendah,
seperti
koperasi.
(BEI)
Credit Risk
Menurunnya rasio
Analisis Faktor-Faktor
Yang Memengaruhi
net interest margin
Elisabeth Dewi
pada tahun 2014.
Kusumaningrum
Ketidakkonsistenan
Net Interest Margin Pada
2.
Perusahaan
Perbankan Yang
yang
diproksikan
dengan Non
Performing
hasil penelitian
Loan (NPL)
tidak
44
Terdaftar di BEI
3.
Analisis Loan To
terdahulu dalam
berpengaruh
melihat faktor yang
terhadap Net
memengaruhi net
Interest
interest margin.
Margin.
Laba perbankan
Rasio loan to
yang cenderung
deposit ratio
mengalami
(LDR)
Terhadap Laba Pada
peningkatan. Akan
memiliki
Perbankan Yang
tetapi presentase
pengaruh
Terdaftar di Bursa Efek
Loan to Deposit
positif dan
Indonesia Periode 2007-
Ratio dan Net
signifikan dan
2012
Interest Margin
memberikan
mengalami
hubungan
penururunan.
pengaruh
Deposit Ratio dan Net
Interest Margin
Mia Sari Utami
sedang
terhadap laba
perusahaan
perbankan yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia.
Keingintahuan
Capital
penulis untuk
Adequacy Ratio
mengetahui apakah
dan Non
Capital Adequacy
Performing
Ratio (CAR), Non
Loan
Riski
Performing Loan
berpengaruh
Agustiningrum
(NPL), dan Loan to
tidak signifikan
Deposits Ratio
terhadap
(LDR) berpengaruh
profitabilitas.
secara parsial
Loan to
terhadap
Deposits Ratio
profitabilitas pada
berpengaruh
Analisis Pengaruh CAR,
4.
NPL, dan LDR Terhadap
Profitabilitas Pada
Perusahaan Perbankan
45
perusahaan
positif
perbankan.
signifikan
terhadap
profitabilitas.
Spread of
5.
Analisis Pengaruh
Sektor UMKM
Interest Rate,
Spread Tingkat Suku
yang relatif banyak
CAR, dan NPL
mengajukan
berpengaruh
pinjaman atau
negatif
kredit dan kredit
terhadap
UMKM oleh
bermasalah yang
penyaluran
Perbankan di Indonesia
sering terjadi di
kredit UMKM
perbankan
kelompok bank
Indonesia.
pemerintah dan
Bunga Bank, CAR, dan
Sukma
NPL Terhadap
Penyaluran Kredit
Wardhani
swasta
nasional.
Kekuatan
Faktor-faktor
penentu net interest
Bank Monitoring,
margin telah
Risiko, Spread Suku
6.
banyak digali
Bunga
Agus Rantono,
Pada Bank Perkreditan
Taswan
Rakyat
secara empirik,
namun demikian
penelitian spread
suku bunga pada
Bank Perkreditan
Rakyat masih
sangat sedikit.
monitoring
bank
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap spread
suku bunga.
Nonperforming
loan dan
Loan/Deposit
Ratio
berpengaruh
negatif tidak
signifikan
terhadap spread
46
suku bunga.
Spread of
Pengaruh Spread Of
7.
Profitabilitas bank
Interest Rate dan Kredit
Abel Tasman,
Bermasalah Terhadap
Rahmiati, Tri
Profitabilitas Perusahaan
Hartanti
Perbankan Yang
yang cenderung
tidak stabil karena
banyaknya kredit
yang bermasalah.
interest rate
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Terdaftar di Bursa Efek
profitabilitas
Indonesia
perusahaan
perbankan yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Penelitian
mengenai
penyaluran kredit
telah banyak
Pengaruh Spread
8.
dilakukan oleh
Tingkat Suku Bunga dan
Andreani
peneliti terdahulu
Rasio Keuangan
Caroline Barus,
dan memperoleh
Terhadap Penyaluran
Marya Lu
hasil yang
Kredit Umkm Pada Bank
bervariasi, sehingga
Umum di Indonesia
mendorong peneliti
untuk melakukan
penelitian kembali
untuk melihat
faktor-faktor apa
saja yang dapat
mempengaruhi
penyaluran kredit
pada perusahaan
perbankan.
Secara
simultan,
Spread tingkat
suku bunga
bank, CAR,
LDR dan NPL
secara
bersamaan
berpengaruh
terhadap
variabel
dependen yaitu
Kredit UMKM.
47
2.2.2.
Kerangka Pemikiran
Pada perkembangan zaman sekarang ini, bank merupakan salah
satu penentu perekonomian suatu negara, sebagai prioritas bank dalam
menghimpun dana pihak ketiga lalu di salurkan menjadi kredit.
Apabila kredit bermasalah tersebut melampaui batas akan berpengaruh
pada
profitabilitas,
hingga
likuiditas
yang
berakhir
dengan
kebangkrutan. Pada penelitian ini peneliti akan menjelaskan pengaruh
Spread of Interest Rate dan kredit bermasalah terhadap profitabilitas
bank khususnya sektor perbankan baik BUMN maupun swasta
nasional yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2012 sampai dengan
2015. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu Spread of Interest Rate
dan kredit bermasalah (NPL) yang mempengaruhi profitabilitas (ROE)
sehingga dibentuk kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Keterangan :
=
Pengaruh secara parsial
=
Pengaruh secara simultan
X₁ (Spread of Interest Rate)
=
Spread of Interest Rate
X₂ (Non Performing Loan)
=
Non Performing Loan
Y (Return On Equity)
=
Return On Equity
48
2.2.3.
Pengembangan Hipotesis
Spread of Interest Rate
Menurut Kasmir (2012:7) sebagai perantara keuangan bank
akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan
kepada penyimpan (bunga simpanan) dengan bunga yang diterima
dari peminjam (bunga kredit). Keuntungan ini dikenal dengan istilah
Spread Based. Jenis keuntungan ini diperoleh dari bank jenis
konvensional.
Menurut Ismail (2011:7) spread merupakan perbedaan
antara bunga yang diterima dari nasabah dan bunga yang dibayar
kepada nasabah. Dalam hal, pendapatan bunga yang diterima dari
nasabah peminjam lebih rendah daripada biaya bunga yang dibayar
oleh bank kepada nasabah disebut dengan negative spread.
Sebaliknya, apabila bunga yang diterima dari nasabah yang
memperoleh pinjaman dari bank lebih besar dibanding bunga yang
dibayar oleh bank kepada nasabah disebut dengan positive spread.
Negative spread pada umumnya terjadi pada saat perekonomian
negara tidak stabil dan terjadi krisis keuangan.
Bank tidak akan mampu menaikkan suku bunga kredit
karena usaha debitur sedang mengalami lesu, sehingga bank tidak
mampu menjual kredit dengan suku bunga kredit di atas suku bunga
simpanan. Kondisi ini yang menyebabkan munculnya negative
49
spread. Sebaliknya, positive spread biasanya terjadi pada kondisi
perekonomian yang normal. Pada perekonomian negara stabil, maka
suku bunga kredit akan selalu lebih tinggi dibanding dengan suku
bunga simpanan. Dalam kondisi perekonomian suatu negara stabil,
biasanya negative spread tidak terjadi. Setiap bank akan mampu
menjual dananya dengan bunga lebih tinggi dibanding dengan bunga
yang dibayarkan kepada nasabah yang menempatkan dananya.
Sebaliknya, dalam kondisi perekonomian suatu negara tidak stabil,
atau sedang krisis, maka negative spread bisa terjadi.
Jadi, Spread of interest rate merupakan selisih penerimaan
bunga dengan pengeluaran bunga. Semakin tinggi nilai spread
mengindikasikan semakin tinggi profitabilitas sebaliknya, semakin
rendah spread maka semakin rendah pula profitabilitas. Berdasarkan
hal ini, rumusan hipotesis yang ditawarkan adalah :
Hipotesis 1 : Spread of Interest Rate berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
pada
perusahaan
perbankan
kelompok Bank Pemerintah yang terdaftar di BEI.
Hipotesis 2 : Spread of Interest Rate berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
pada
perusahaan
kelompok Bank Swasta Nasional yang terdaftar di BEI.
perbankan
50
Kredit Bermasalah
Menurut (Ismail, 2011:122), Kredit bermasalah merupakan
kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat
melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan
perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Untuk
mengukur kredit bermasalah suatu bank, biasanya menggunakan rasio
Non Performing Loan (NPL), karena rasio Non Performing Loan
(NPL) yaitu rasio yang memperlihatkan perbandingan antara kredit
macet dengan total kredit yang diberikan.
Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu
kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah
disalurkan, maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima.
Artinya bank kehilangan kesempatan mendapat bunga, yang berakibat
pada penurunan pendapatan secara total.
Jadi, semakin tinggi kredit bermasalah maka semakin
rendah profitabilitas bank, sebaliknya semakin rendah kredit
bermasalah maka semakin tinggi profitabilitas bank.Oleh sebab itu,
kredit bermasalah mengindikasikan berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas.
Hipotesis 3 : Kredit bermasalah berpengaruh negatif signifikan
terrhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan kelompok Bank
Pemerintah yang terdaftar di BEI.
51
Hipotesis 4 : Kredit bermasalah berpengaruh negatif signifikan
terrhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan kelompok Bank
Swasta Nasional yang terdaftar di BEI.
Hipotesis 5 : Spread of Interest Rate dan kredit bermasalah secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas
pada
perusahaan perbankan kelompok Bank Pemerintah yang terdaftar di
BEI.
Hipotesis 6 : Spread of Interest Rate dan kredit bermasalah secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas
pada
perusahaan perbankan kelompok Bank Swasta Nasional yang terdaftar
di BEI.
Download