BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. 2.1.1.1. Bank Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca, yang berarti tempat penukaran uang. Secara umum, bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman (kredit) dan atau bentuk lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak. Menurut Hasibuan (2005), bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotif profit juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. Selain itu Kasmir (2008) berpendapat bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan 10 11 kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah usaha yang berbentuk lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund), serta memberikan jasa-jasa bank lainnya untuk motif profit juga social demi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok dari bank, sedangkan memberikan jasa bank lainnya sebagai kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Hal ini dilakukan dengan memberikan balas jasa yang menarik, seperti bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat agar lebih senang menabung. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. 2.1.1.2. Fungsi Bank Menurut Sigit dan Budisantoso (2006) secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services. 12 1) Agent of trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo. 2) Agent of Development Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling memengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat 13 diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusikonsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. 3) Agent of Service Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian secara luas. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan. 2.1.1.3. Jenis-jenis Bank Kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat tidak terlalu beda satu sama lain. Menurut Kasmir (2010), jenis-jenis bank dapat dibagi menjadi : 14 1) Dilihat dari segi fungsinya a) Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b) Bank Perkreditan Rakyat Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. c) Bank Sentral Fungsi bank sentral di Indonesia di pegang oleh Bank Indonesia (BI), Bank Sentral tidak termasuk ke dalam Undang-undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, hal ini dikarenakan pada prinsipnya Bank Indonesia merupakan lembaga Negara yang turut berfungsi mengawasi pelaksanaan Undangundang tersebut, yaitu dalam kapasitasnya selaku pembinaan dan pengawas bank. Bank sentral bersifat 15 tidak komersial seperti halnya bank umum dan bank perkreditan rakyat. 2) Dilihat dari segi kepemilikannya a) Bank Milik Pemerintah Bank milik pemerintah adalah bank yang akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. b) Bank Milik Swasta Nasional Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. c) Bank Milik Asing Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu Negara. d) Bank Milik Campuran Bank milik campuran adalah bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan 16 pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia. 3) Dilihat dari segi status a) Bank Devisa Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. b) Bank Non Devisa Bank non devisa adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. 4) Dilihat dari segi cara menentukan harga a) Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional Bank yang berdasarkan prinsip konvensional adalah bank yang menetapkan bunga sebagai harga jual, menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. 17 b) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah Bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain. Berdasarkan jenis-jenis bank dapat dijelaskan bahwa bank terbagi ke dalam beberapa bagian, hal ini dikarenakan spesifikasi bank dalam jalur lalu lintas keuangan. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkaun wilayah operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan saham yang ada serta akta pendiriannya. Sedangkan dari menentukan harga yaitu antara bank konvensional berdasarkan bunga dan bank syariah berdasarkan bagi hasil. 2.1.1.4. Usaha-usaha Bank Menurut Iskandar (2008), usaha-usaha bank umum meliputi: 1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2) Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumtif. 18 3) Memberikan jasa lainnya dalam bentuk transfer atau pengiriman uang, kliring, jual beli valuta asing, menerbitkan referensi bank, bank garansi, L/C dan surat kredit berdokumenter, inkaso, safe deposit box, dan jual-beli suratsurat berharga. 4) Menerima setoran pembayaran dari instansi/perusahaan seperti pembayaran listrik, uang kuliah, telepon, air, dan pembayaran pajak. 5) Melayani pembayaran seperti pembayaran gaji/pensiun pegawai dan pembayaran deviden, kupon. 6) Menempatkan dana, meminjam dana baik dengan menggunakan surat, sarana komunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya. 7) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga 8) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek, melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat. 9) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia. 19 10) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan usaha-usaha bank umum tersebut dapat dijelaskan bahwa bank umum dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan usahanya dan masing-masing bank dapat memilih jenis usaha yang sesuai dengan keahlian dan bidang usaha yang ingin dikembangkannya. Dengan cara demikian kebutuhan masyarakat terhadap berbagai jenis jasa bank dapat dipenuhi oleh dunia perbankan tanpa mengabaikan prinsip kesehatan dan efisiensi. 2.1.1.5. Sumber Dana Bank Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Menurut Ismail (2010), dana bank yang digunakan sebagai alat untuk melakukan aktivitas usaha dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1) Dana Sendiri a) Modal Disetor Modal disetor merupakan dana awal yang disetorkan oleh pemilik pada saat awal bank didirikan. 20 b) Cadangan Cadangan merupakan sebagian dari laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan lainnya yang akan digunakan untuk menutup timbulnya risiko di kemudian hari. c) Sisa Laba Sisa laba merupakan akumulasi dari keuntungan yang diperoleh oleh bank setiap tahun. 2) Dana Pinjaman a) Pinjaman dari Bank Lain di Dalam Negeri b) Pinjaman dari Bank atau Lembaga Keuangan di Luar Negeri c) Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank 3) Dana Pihak Ketiga a) Simpanan Giro Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh dari masyarakat atau pihak ketiga yang sifat penarikannya adalah dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro atau sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan. 21 b) Tabungan Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah. c) Deposito Deposito merupakan jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan antara bank dengan nasabah. Berdasarkan sumber dana bank tersebut dapat dijelaskan bahwa dana untuk membiayai operasinya dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau lembaga lainnya. Disamping itu untuk membiayai operasinya dana dapat diperoleh dengan modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. 2.1.1.6. Pengalokasian Dana Bank Menurut Syamsu Iskandar (2008), penggunaan dana bank dapat dijelaskan sebagai berikut : 22 1) Aktiva Produktif Penggunaan dana dalam aktiva produktif atau earning assets memiliki tujuan untuk memperoleh penghasilan bagi bank, yang berasal dari: a) Pemberian Pinjaman Pemberian pinjaman atau yang biasa disebut dengan kredit adalah penyediaan uang atau dana sejumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui yang akan dilunasi setelah jangka waktunya berakhir. Dengan diberikannya jasa berupa pinjaman ini maka kepada nasabah (debitur) akan dikenakan biaya jasa oleh bank yaitu yang dinamakan “bunga pinjaman”. b) Penempatan Dana pada Bank Lain Penempatan dana pada bank lain baik didalam negeri maupun diluar negeri dapat berupa: call money, deposito berjangka, deposit on call, sertifikat deposito dan tabungan. Biasanya penempatan dana pada bank lain ini dilihat dari skala prioritasnya dengan kepentingan bank sendiri dalam hal memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau likuiditasnya. 23 c) Surat-Surat Berharga Penempatan dana pada surat-surat berharga dapat berupa surat-surat berharga jangka pendek atau jangka panjang baik dalam nilai rupiah maupun dalam valuta asing, seperti pembelian surat-surat berharga pasar uang dan pasar modal, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), reksa dana, saham-saham bank lain di bursa efek, dan lain-lain. d) Penyertaan Penyertaan adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan investasi jangka panjang, baik dalam rangka pendirian, ikut serta dalam lembaga keuangan lain, penyelamatan kredit atau lainnya. 2) Aktiva Tidak Produktif Disebut aktiva tidak produktif karena tidak dapat memberikan penghasilan bagi bank. Yang termasuk dalam pos-pos ini adalah: a) Kas Kas merupakan alat yang paling likuid dalam operasional bank yang dapat dipergunakan setiap saat untuk menunjang operasional bank. 24 b) Rekening Giro pada Bank Indonesia Penempatan dana pada rekening giro Bank Indonesia dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Disamping itu, rekening giro pada Bank Indonesia selain untuk transaksi kliring, dapat juga berfungsi untuk transaksi antar bank. c) Giro pada Bank Lain Giro pada bank lain yaitu dana yang dimiliki yang disimpan pada rekening giro pada bank lain, baik dalam nilai rupiah maupun dalam valuta asing dari seluruh kantornya didalam negeri ataupun diluar negeri yang sewaktu-waktu dapat ditarik jika memerlukannya. d) Aktiva Tetap dan Inventaris Bank Berdasarkan uraian di atas, penggunaan dana bank terdiri dari 2 bagian yaitu pada aktiva produktif dan aktiva tidak produktif. Aktiva produktif merupakan aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan. Aktiva produktif adalah penanaman dana bank dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan. Aktiva tidak produktif merupakan aktiva yang tidak 25 menghasilkan pendapatan yaitu dalam bentuk kas, rekening giro pada Bank Indonesia, penempatan dana pada bank lain berupa rekening giro dan aktiva tetap dan inventaris bank. 2.1.2. Tingkat Bunga Bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tetentu. Tingkat bunga sebagai harga bisa diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah saat ini dengan satu rupiah di masa depan (Boediono,1994). Pertukaran inilah yang menimbulkan fenomena “hutang piutang”. 2.1.2.1. Tingkat Bunga Murni, Premi Risiko, dan Biaya Transaksi Tingkat Bunga Murni merupakan tingkat bunga yang terbentuk tanpa memperhitungkan faktor risiko tidak kembalinya dana yang dipinjam oleh debitur (modal ditambah bunga). Faktor risiko bisa diperhitungkan dengan meminta jaminan ( collateral ) atau menetapkan tingkat bunga yang lebih tinggi. Tambahan atau kenaikan tingkat bunga ini disebut premi risiko. Dalam memberikan pinjaman melalui transaksi keuangan, pihak kreditur (pemberi pinjaman) harus memperhitungkan juga biaya transaksi. Biaya transaksi antara lain terdiri dari biaya menyimpan dan merawat jaminan, biaya administrasi cicilan hutang, biaya 26 administrasi cicilan hutang, biaya penagihan dan sebagainya (Boediono, 1994). 2.1.2.2. Tingkat Bunga Nominal Tingkat bunga nominal merupakan tingkat bunga yang telah disepakati oleh debitur dan kreditur. Tingkat bunga inilah yang harus dibayar debitur kepada kreditur disamping pengembalian pinjaman pokoknya pada saat jatuh tempo. 2.1.2.3. Tingkat Bunga Riil Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal minus laju inflasi yang terjadi selama periode yang sama (Boediono, 1994) : Rr = R*n – R**i keterangan : Rr = tingkat bunga riil R*n = tingkat bunga nominal R**i = laju inflasi R*n adalah simbol untul laju inflasi yang benar-benar terjadi selama periode tersebut. Sedangkan R**i adalah untuk laju inflasi yang diharapkan terjadi selama periode yang sama dan laju inflasi yang diharapkan ini menambah tingkat bunga sebagai unsur “premi inflasi”. 27 2.1.3. Spread Spread atau net-margin adalah pendapatan bank yang utama dan akan menentukan besarnya pendapatan bersih bank. Besarnya spread ini bervariasi, tergantung dari besarnya volume kredit yang akan disalurkan. Besarnya volume kredit yang disalurkan bank akan berpengaruh terhadap margin (selisih) antara tingkat bunga pinjaman (cost of funds) dan tingkat bunga simpanan (lending Rate). Semakin tinggi spread atau net interest margin yang mampu diciptakan oleh bank, maka hal ini mengindikasikan tingkat keuntungan bank meningkat sehingga akan memberikan kesempatan bagi bank untuk lebih leluasa dalam menyalurkan dana kreditnya. Penentuan tinggi rendahnya spread tergantung pada bagaimana bank menerapkan strategi serta target pasarnya dan risiko perbankan. Pengelompokan jenis industri dan peringkat usaha bank merupakan pertimbangan untuk menetapkan tinggi rendahnya spread ( Dendawijaya, 2003 ) Pada saat krisis pertengahan 1997, kebijakan meningkatkan tingkat bunga (SBI) bertujuan untuk mempertahankan nilai tukar dan mengendalikan jumlah uang beredar. Mekanismenya dengan meningkatkan tingkat bunga SBI sebagai suku bunga acuan perbankan akan direspon dengan meningkatnya tingkat suku bunga pinjaman. Hal ini berdampak pada penurunan penyaluran kredit 28 dan jumlah uang beredar ke masyarakat (Johnston dalam Siregar, 2001) Spread ini memengaruhi perilaku perbankan dalam menyalurkan kredit. Dengan tingkat suku bunga SBI yang tinggi maka perbankan akan mengalami kesulitan di dalam menetapkan suku bunga pinjaman. Oleh sebab itu, perbankan harus tetap menjaga selisih/marjin antara kedua tingat bunga tersebut. 2.1.4. 2.1.4.1. Kredit/Pinjaman Pengertian Kredit Pengertian kredit menurut Rivai dan Veithzal (2007:4): “kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditur/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.” Pengertian kredit berdasarkan Ensiklopedi umum yang dikutip oleh Rachmat Firdaus (2004:2), bahwa : “Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan mengharapkan memperoleh keuntungan, kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberikan terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam.” 29 Dari pengertian kredit diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, kepercayaan dalam kedua belah pihak dalam pemberian kredit yang terkandung kesepakatan pelunasan utang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tetentu yang telah disepakati bersama. Selain itu dari proses kredit itu sendiri telah didasarkan pada suatu perjanjian yang mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masing- masing. Diharapkan dari proses pemberian kredit ini dapat memberikan tambahan berupa nilai, dimana tambahan nilai itu didapat dari bunga pokok pinjaman yang mana akan menghasilkan pendapatan bagi pihak yang memberikan kredit. 2.1.4.2. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Menurut Kasmir (2003:91) penilaian dari prinsip-prinsip dalam pemberian kredit meliputi analisis 5 C dan 7 P, yaitu : 1) Analisis 5 C terdiri dari : a) Character/Watak Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. b) Capacity/Kemampuan Capacity adalah kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada 30 akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. c) Capital/Modal Capital adalah sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh koperasi. d) Collateral/Jaminan Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. e) Condition of Economic/Kondisi Ekonomi Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. 2) Analisis 7 P terdiri dari : a) Personality Untuk menilai peminjam dari segi kepribadian dan tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. b) Party Untuk mengklasifikasikan peminjam kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal loyalitas serta karakternya. c) Purpose Untuk mengetahui tujuan dari peminjam dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan peminjam. 31 d) Prospect Untuk menilai usaha peminjam di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. e) Payment Ukuran bagaimana cara peminjam mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. f) Profitability Analisis bagaimana menjaga kemampuan peminjam dalam memperoleh laba. g) Protection Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. 2.1.4.3. Unsur-Unsur Kredit Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit itu sendiri menurut Kasmir (2003) antara lain : 1) Kreditur, yaitu orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa dan bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain (debitur). 2) Debitur, yaitu pihak yang membutuhkan uang, barang atau jasa. 32 3) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya, baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 4) Waktu, yaitu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. 5) Degree of risk, yaitu suatu kegiatan resiko yang akan dihadapi berbagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari, semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena semakin jauh kemampuan manusia untuk menentukan hari depan, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Dengan timbulnya unsur resiko ini maka timbulah jaminan pemberian kredit. Prestasi atau objek kredit, tidak hanya diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat dalam bentuk barang atau jasa. Namun dalam kehidupan modern sekarang, transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktik perkreditan. 33 2.1.4.4. Kredit Bermasalah Kredit bermasalah timbul karena adanya kerugian dalam penyaluran dana kredit yang mengalami kemacetan faktor resiko kerugian itu sendiri diakibatkan dari nasabah yang sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu atau nasabah yang tidak sengaja yaitu akibat terjadi musibah seperti bencana alam dan kebakaran. Bank dalam setiap perjanjian kredit selaku kreditor percaya bahwa setiap debitur memiliki kemampuan memenuhi kewajibannya untuk melunasi segala hutang yang telah disepakati antara bank dengan debitor. Akan tetapi, dalam kenyataannya tidak seperti yang diharapkan sebelumnya. Berbagai macam faktor di luar perhitungan atau jangkauan perkiraan dapat terjadi, sekalipun telah dilakukan analisis mendalam dan penuh kehati-hatian melalui verifikasi dan analisis kredit yang baik. Timbulnya risiko yang tidak diharapkan ini menandakan bahwa kredit bermasalah tersebut adalah bagian dari kehidupan bisnis perbankan. Kredit bermasalah seringkali dipersamakan dengan kredit macet, padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kolektibilitas macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet. Sedangkan kredit macet adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya 34 tidak dapat dilunasi selama lebih dari 2 (dua) masa angsuran. Penyelesaian kredit Pengadilan/KP2LN macet kemudian diserahkan kepada (Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara) atau diajukan tuntutan kepada Perusahaan Asuransi Kredit. Menurut Mulyadi (1999:104) mengatakan bahwa kemacetan kredit pada umumnya disebabkan oleh kesulitan keuangan, baik yang disebabkan oleh faktor intern (manajemen) maupun faktor ekstern. Pengertian kredit bermasalah menurut Rachmat Firdaus (2003:184), adalah sebagai berikut : “Kredit bermasalah merupakan akibat dari pengelolaan kredit yang kurang baik atas menurunnya pendapatan bunga bank serta menurunnya pengembalian pokok kredit yang pada gilirannya bank akan menderita kerugian dan bukan tidak mungkin pada akhirnya akan mengalami kebangkrutan.” Dengan demikian, kredit macet merupakan kredit bermasalah, tetapi kredit bermasalah belum tentu atau tidak seluruhnya merupakan kredit macet. Dalam pada itu, penyebab timbulnya kredit bermasalah sendiri menurut Soedrajad Djiwandono (Mudrajad Kuncoro, 2002:470) dapat disebabkan faktor internal dan eksternal. Faktor Internal antara lain disebabkan oleh kebijakan perkreditan yang kurang menunjang, kelemahan sistem dan prosedur penilaian kredit, 35 pemberian dan pengawasan kredit yang menyimpang dari prosedur, itikad yang kurang baik dari pemilik, pengurus, dan pegawai bank. Sedangkan factor eksternal antara lain disebabkan oleh lingkungan usaha debitor, musibah atau kegagalan usaha, persaingan antar bank yang tidak sehat. Sehubungan dengan upaya penyelesaian kredit yang bermasalah sebagaimana dimaksudkan terdahulu, Retnowulan Sutantio (1996:245) mengemukakan bahwa baik kredit bermasalah maupun kredit macet tersebut diukur dari kolektibilitas kredit yang bersangkutan artinya kapan suatu kredit dikatakan bermasalah atau macet dapat dilihat dari kolektibilitasnya. Kedudukan bank sebagai lembaga keuangan yang bergerak di bidang kredit berpengaruh besar terhadap lancer tidaknya arus lalu lintas pembayaran yang diperlukan dalam peningkatan pembangunan bidang ekonomi Indonesia. Sebagai lembaga keuangan yang melepaskan uangnya kepada masyarakat tentu bank berharap untuk dapat memperoleh keuntungan berupa bunga yang dibebankan pada saat perjanjian kredit terjadi. Harapan itu baru akan terwujud dan menjadi kenyataan, apabila bank bertindak hati-hati, terutama dalam menentukan siapa yang patut diberi kredit dan berapa besar diberikan, setelah mengetahui jaminannya. kredit yang 36 Bank senantiasa menjaga bahwa perjanjian yang dibuat dengan debitor itu tidak cacat menurut hokum serta memenuhi syaratsyarat sahnya perjanjian. Apabila bank sejak dini sudah bertindak hati-hati, dapatlah diharapkan bahwa kredit yang diberikan oleh pihak kreditor kepada debitor terjamin pengembaliannya dalam jangka waktu yang ditentukan. Bila hal ini terjadi maka tujuan memperoleh profit akan tercapai sehingga segala sesuatu terlaksana sesuai yang diharapkan. 2.1.4.5. Kolektabilitas Kredit Penetapan kolektibilitas kredit dinilai berdasarkan kemampuan membayar, dengan demikian kolektibilitas kredit diatur sebagai berikut : 1) Lancar (L) a) Prospek usaha : tenaga kerja memadai dan belum pernah mengalami perselisihan atau pemogokan. b) Kondisi keuangan : analisis arus kas menunjukan bahwa debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga, tanpa dukungan sumber dana tambahan. c) Kemampuan membayar : Kredit dengan tingkat pembayaran tepat waktunya dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit. 2) Dalam Perhatian Khusus (DPK) 37 a) Prospek usaha : tenaga kerja memadai dan belum pernah mengalami perselisihan atau pemogokan. b) Kondisi keuangan : analisis arus kas menunjukan bahwa debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga, namun terdapat indikasi masalah tertentu yang apabila tidak diatasi akan mempengaruhi pembayaran dimasa mendatang. c) Kemampuan membayar : Kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari. 3) Kurang Lancar (KL) a) Prospek usaha : tenaga kerja berlebihan namun hubungan pimpinan dan karyawan pada umumnya baik. b) Kondisi keuangan : analisis arus kas bahwa debitur hanya mampu membayar bunga dan sebagian dari pokok. c) Kemampuan membayar : Kredit yang terdapat tunggkan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 91 hari s/d 180 hari. 4) Diragukan (D) a) Prospek usaha : tenaga kerja berlebihan dalan jumlah yang sangat besar sehingga dapatmenimbulkan keresahan. b) Kondisi keuangan : analisis arus kas menunjukan ketidakmampuan membayar pokok dan bunga sekaligus. 38 c) Kemampuan membayar : Kredit yang terdapat tunggkan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melewati 181 hari s/d 270 hari. 5) Macet (M) a) Prospek usaha : terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi. b) Kondisi keuangan : analisis arus kas menunjukan bahwa debitur tidak mampu menutupi biaya produksi sehingga tidak mampu membayar pokok dan bunga kredit. c) Kemampuan membayar : Kredit yang terdapat tunggkan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melewati 271 hari s/d 360 hari. 2.1.5. Non Performing Loan Kredit non lancar (Non Performing Loan) adalah kredit yang kolektibilitasnya sudah dikategorikan kurang lancar, diragukan dan macet sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif. Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total kredit yang disalurkan). NPL dapat juga diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan baik akibat 39 faktor kesengajaan yang dilakukan oleh debitur maupun faktor ketidaksengajaan yang berasal dari faktor luar (Meydianawathi, 2006). Rasio NPL dapat diformulasilasikan sebagi berikut : NPL = Kredit Bermasalah/Total Kredit x 100% Kredit digolongkan non lancar, apabila terdapat tunggakan pokok kredit maupun bunga. Hal ini disebabkan debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok atau membayar bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara bank dengan debitur. Tunggakan pokok kredit maupun bunga menyebabkan kemampuan bank untuk menyalurkan kredit menjadi terpengaruh karena berkurangnya dana yang akan disalurkan untuk kredit. Di sisi lain, bank harus membentuk penyisihan cadangan piutang ragu-ragu untuk menutup resiko kerugian. 2.1.6. Return On Equity 2.1.6.1. Pengertian Rasio Keuntungan (Profitability Ratio) atau Rentabilitas, yaitu rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memperoleh kentungan dari penggunaan modal perusahaan. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu rasio yang mewakili rasio keuntungan (Profitability Ratio). Return On Equity (ROE) merupakan salah satu alat pengukur efisiensi perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk mengelola 40 modal dari pemegang saham dalam menghasilkan laba yang diharapkan perusahaan. Return On Equity (ROE) sering disebut rentabilitas modal sendiri. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang para pemegang saham. Return On Equity (ROE) berkaitan dengan komposisi sumber pendanaan perusahaan dalam kegiatan produksi perusahaan. Dalam asumsi normal, Return On Equity (ROE) akan diperoleh rendah kalau hanya dengan mengandalkan modal sendiri. Jadi jika penggunaan hutang dalam pembiayaan perusahaan meningkat, maka Return On Equity (ROE) akan meningkat dengan sendirinya karena perusahaan dalam pembiayaan modal tidak hanya mengandalkan modal sendiri saja tetapi juga menggunakan modal tambahan berupa hutang (pinjaman) dari pihak lain. Rumus sistematis Return On Equity (ROE) adalah sebagai berikut : Return On Equity (ROE) = Laba Bersih/Total Ekuitas Return On Equity (ROE) sangatlah penting bagi bank, karena modal merupakan faktor utama guna kelangsungan hidup bank itu nantinya, yang dalam pengelolaannya selalu mengandung risiko. Pengelolaan rasio merupakan suatu keharusan lagi bagi dunia usaha yang mana kemunculannya bisa 41 setiap saat. Oleh karena itu pengelolaan rasio harus dilakukan secara terpadu, terarah koordinatif dan berkesinambungan antara unit kerja untuk meningkatkan kinerja namun tetap berlandaskan prinsip-prinsip pengelolaan rasio yang sehat dan tidak keluar dari kebijakan yang ditetapkan oleh bank Indonesia. 2.1.6.2. Pengertian Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan dengan berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laopran laba rugi. Adapun penilaian aspek profitabilitas, baik secara kuantitatif atau kualitatif didasarkan kepada penilaian beberapa komponen berikut: 1) Pengembalian atas aktiva (Return On Assets/ ROA) 2) Pengembalian atas ekuitas (Return On Equity/ROE) 3) Margin Bunga Bersih (Net Interest Margin/NIM) 42 4) Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 5) Pertumbuhan laba operasional 6) Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversivikasi pendapatan 7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya 8) Prospek laba operasional. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu indikator yang masuk dalam susunan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan. Laporan tahunan merupakan dokumen yang memberi informasi kepada pemegang saham dan diaudit sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Laporan keuangan menjadi bahan informasi bagi pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan 43 keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan perusahaan. 2.2. Penelitian Sebelumnya, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2.2.1. Penelitian Sebelumnya Sebagai referensi, penulis mengambil beberapa referensi dari penelitian sebelumnya yang menjadi acuan dalam penyusunan skripsi ini. Penelitian sebelumnya tersebut adalah : Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No Jurnal dan Judul Penulis Latar Belakang Pengaruh Loan To Suku bunga BI Deposit Ratio, Suku Banyaknya nasabah Bunga BI Rate dan 1. Pertumbuhan Kredit Bank yang tidak Revita Terhadap Kredit Bermasalah Kesimpulan Romadhoni teratur dalam pembayaran angsuran yang Sub Sektor Perbankan menyebabkan Pada Indeks LQ45 pertumbuhan kredit Di Bursa Efek Indonesia di Bank tidak stabil. Rate yang tinggi membuat nasabah ke kredit yang bunga pinjaman lebih rendah, seperti koperasi. (BEI) Credit Risk Menurunnya rasio Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi net interest margin Elisabeth Dewi pada tahun 2014. Kusumaningrum Ketidakkonsistenan Net Interest Margin Pada 2. Perusahaan Perbankan Yang yang diproksikan dengan Non Performing hasil penelitian Loan (NPL) tidak 44 Terdaftar di BEI 3. Analisis Loan To terdahulu dalam berpengaruh melihat faktor yang terhadap Net memengaruhi net Interest interest margin. Margin. Laba perbankan Rasio loan to yang cenderung deposit ratio mengalami (LDR) Terhadap Laba Pada peningkatan. Akan memiliki Perbankan Yang tetapi presentase pengaruh Terdaftar di Bursa Efek Loan to Deposit positif dan Indonesia Periode 2007- Ratio dan Net signifikan dan 2012 Interest Margin memberikan mengalami hubungan penururunan. pengaruh Deposit Ratio dan Net Interest Margin Mia Sari Utami sedang terhadap laba perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Keingintahuan Capital penulis untuk Adequacy Ratio mengetahui apakah dan Non Capital Adequacy Performing Ratio (CAR), Non Loan Riski Performing Loan berpengaruh Agustiningrum (NPL), dan Loan to tidak signifikan Deposits Ratio terhadap (LDR) berpengaruh profitabilitas. secara parsial Loan to terhadap Deposits Ratio profitabilitas pada berpengaruh Analisis Pengaruh CAR, 4. NPL, dan LDR Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan 45 perusahaan positif perbankan. signifikan terhadap profitabilitas. Spread of 5. Analisis Pengaruh Sektor UMKM Interest Rate, Spread Tingkat Suku yang relatif banyak CAR, dan NPL mengajukan berpengaruh pinjaman atau negatif kredit dan kredit terhadap UMKM oleh bermasalah yang penyaluran Perbankan di Indonesia sering terjadi di kredit UMKM perbankan kelompok bank Indonesia. pemerintah dan Bunga Bank, CAR, dan Sukma NPL Terhadap Penyaluran Kredit Wardhani swasta nasional. Kekuatan Faktor-faktor penentu net interest Bank Monitoring, margin telah Risiko, Spread Suku 6. banyak digali Bunga Agus Rantono, Pada Bank Perkreditan Taswan Rakyat secara empirik, namun demikian penelitian spread suku bunga pada Bank Perkreditan Rakyat masih sangat sedikit. monitoring bank berpengaruh positif signifikan terhadap spread suku bunga. Nonperforming loan dan Loan/Deposit Ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap spread 46 suku bunga. Spread of Pengaruh Spread Of 7. Profitabilitas bank Interest Rate dan Kredit Abel Tasman, Bermasalah Terhadap Rahmiati, Tri Profitabilitas Perusahaan Hartanti Perbankan Yang yang cenderung tidak stabil karena banyaknya kredit yang bermasalah. interest rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap Terdaftar di Bursa Efek profitabilitas Indonesia perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Penelitian mengenai penyaluran kredit telah banyak Pengaruh Spread 8. dilakukan oleh Tingkat Suku Bunga dan Andreani peneliti terdahulu Rasio Keuangan Caroline Barus, dan memperoleh Terhadap Penyaluran Marya Lu hasil yang Kredit Umkm Pada Bank bervariasi, sehingga Umum di Indonesia mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penyaluran kredit pada perusahaan perbankan. Secara simultan, Spread tingkat suku bunga bank, CAR, LDR dan NPL secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Kredit UMKM. 47 2.2.2. Kerangka Pemikiran Pada perkembangan zaman sekarang ini, bank merupakan salah satu penentu perekonomian suatu negara, sebagai prioritas bank dalam menghimpun dana pihak ketiga lalu di salurkan menjadi kredit. Apabila kredit bermasalah tersebut melampaui batas akan berpengaruh pada profitabilitas, hingga likuiditas yang berakhir dengan kebangkrutan. Pada penelitian ini peneliti akan menjelaskan pengaruh Spread of Interest Rate dan kredit bermasalah terhadap profitabilitas bank khususnya sektor perbankan baik BUMN maupun swasta nasional yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2012 sampai dengan 2015. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu Spread of Interest Rate dan kredit bermasalah (NPL) yang mempengaruhi profitabilitas (ROE) sehingga dibentuk kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keterangan : = Pengaruh secara parsial = Pengaruh secara simultan X₁ (Spread of Interest Rate) = Spread of Interest Rate X₂ (Non Performing Loan) = Non Performing Loan Y (Return On Equity) = Return On Equity 48 2.2.3. Pengembangan Hipotesis Spread of Interest Rate Menurut Kasmir (2012:7) sebagai perantara keuangan bank akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan (bunga simpanan) dengan bunga yang diterima dari peminjam (bunga kredit). Keuntungan ini dikenal dengan istilah Spread Based. Jenis keuntungan ini diperoleh dari bank jenis konvensional. Menurut Ismail (2011:7) spread merupakan perbedaan antara bunga yang diterima dari nasabah dan bunga yang dibayar kepada nasabah. Dalam hal, pendapatan bunga yang diterima dari nasabah peminjam lebih rendah daripada biaya bunga yang dibayar oleh bank kepada nasabah disebut dengan negative spread. Sebaliknya, apabila bunga yang diterima dari nasabah yang memperoleh pinjaman dari bank lebih besar dibanding bunga yang dibayar oleh bank kepada nasabah disebut dengan positive spread. Negative spread pada umumnya terjadi pada saat perekonomian negara tidak stabil dan terjadi krisis keuangan. Bank tidak akan mampu menaikkan suku bunga kredit karena usaha debitur sedang mengalami lesu, sehingga bank tidak mampu menjual kredit dengan suku bunga kredit di atas suku bunga simpanan. Kondisi ini yang menyebabkan munculnya negative 49 spread. Sebaliknya, positive spread biasanya terjadi pada kondisi perekonomian yang normal. Pada perekonomian negara stabil, maka suku bunga kredit akan selalu lebih tinggi dibanding dengan suku bunga simpanan. Dalam kondisi perekonomian suatu negara stabil, biasanya negative spread tidak terjadi. Setiap bank akan mampu menjual dananya dengan bunga lebih tinggi dibanding dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah yang menempatkan dananya. Sebaliknya, dalam kondisi perekonomian suatu negara tidak stabil, atau sedang krisis, maka negative spread bisa terjadi. Jadi, Spread of interest rate merupakan selisih penerimaan bunga dengan pengeluaran bunga. Semakin tinggi nilai spread mengindikasikan semakin tinggi profitabilitas sebaliknya, semakin rendah spread maka semakin rendah pula profitabilitas. Berdasarkan hal ini, rumusan hipotesis yang ditawarkan adalah : Hipotesis 1 : Spread of Interest Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan kelompok Bank Pemerintah yang terdaftar di BEI. Hipotesis 2 : Spread of Interest Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan kelompok Bank Swasta Nasional yang terdaftar di BEI. perbankan 50 Kredit Bermasalah Menurut (Ismail, 2011:122), Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Untuk mengukur kredit bermasalah suatu bank, biasanya menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL), karena rasio Non Performing Loan (NPL) yaitu rasio yang memperlihatkan perbandingan antara kredit macet dengan total kredit yang diberikan. Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima. Artinya bank kehilangan kesempatan mendapat bunga, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total. Jadi, semakin tinggi kredit bermasalah maka semakin rendah profitabilitas bank, sebaliknya semakin rendah kredit bermasalah maka semakin tinggi profitabilitas bank.Oleh sebab itu, kredit bermasalah mengindikasikan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Hipotesis 3 : Kredit bermasalah berpengaruh negatif signifikan terrhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan kelompok Bank Pemerintah yang terdaftar di BEI. 51 Hipotesis 4 : Kredit bermasalah berpengaruh negatif signifikan terrhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan kelompok Bank Swasta Nasional yang terdaftar di BEI. Hipotesis 5 : Spread of Interest Rate dan kredit bermasalah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan kelompok Bank Pemerintah yang terdaftar di BEI. Hipotesis 6 : Spread of Interest Rate dan kredit bermasalah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan kelompok Bank Swasta Nasional yang terdaftar di BEI.