INITIAL PUBLIC OFFERINGS DAN KINERJA

advertisement
Jurnal keuangan dan Bisnis
Volume 3 No. 3, November 2011
INITIAL PUBLIC OFFERINGS DAN KINERJA PERUSAHAAN
Adhisyahfitri Evalina Ikhsan
([email protected])
Dosen FE Universitas Syiah Kuala
ABSTRACT
The objective of this research is to test and analyze the differences in performance before
and after the company made its Initial Public Offering (IPO). The population used in this study
were non-financial companies that go public on the Indonesia Stock Exchange in 2001 – 2004. The
population election process was selected based on specified criterias, amounted to 22 companies.
The researh results showed that there were differences in company performance in
operating return on assets, operating cash flows, sales growth, cash flows to net income and cash
flows return on sales before and after Initial Public Offering (IPO), except for total asset turn over.
Keywords : Company Performance, Initial Public Offering
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pasar modal saat ini telah mengalami
perkembangan yang pesat dan memegang
peranan penting dalam memobilisasi dana
dari pihak yang memiliki kelebihan dana
(investor) kepada pihak yang mengalami
kekurangan dana (perusahaan). Kebutuhan
akan dana pada dasarnya dapat diperoleh
melalui beberapa alternatif pendanaan, salah
satu alternatif pendanaan tersebut adalah
melalui penerbitan dan penjualan saham di
pasar modal. Proses penawaran sebagian
saham perusahaan kepada investor melalui
bursa efek disebut Initial Public Offering
(IPO) atau lebih dikenal dengan istilah go
public.
Undang-Undang No. 25 tahun 2007
tentang Pasar Modal (sebagai pengganti
Undang-Undang No. 8 tahun 1995)
mendefinisikan penawaran umum perdana
sebagai kegiatan penawaran efek yang
dilakukan oleh emiten untuk menjual efek
kepada masyarakat berdasarkan tata cara
yang diatur dalam undang-undang dan
peraturan pelaksanaannya. Adapun yang
dimaksud sebagai efek adalah surat berharga
yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti
hutang, dan kontrak berjangka atas efek.
Transaksi penawaran saham perdana atau
IPO untuk pertama kalinya terjadi di pasar
perdana (primary market), dimana harga
saham pada penawaran perdana ditentukan
berdasarkan kesepakatan bersama antara
perusahaan emiten dengan underwriter
(penjamin emisi efek) yang di tunjuk oleh
perusahaan emiten. Sehubungan dengan IPO,
perusahaan harus menerbitkan prospektus
yang berisi informasi yang akan digunakan
investor untuk pengambilan keputusan
investasi. Informasi dalam prospektus
memberikan gambaran tentang kondisi,
prospek ekonomi, rencana investasi, ramalan
laba, dan dividen yang akan dijadikan dasar
dalam pembuatan keputusan. Penilaian
investor terhadap kondisi dan prospek
perusahaan akan menentukan besarnya dana
yang dapat diperoleh perusahaan dari pasar
modal.
Laporan keuangan memiliki arti penting
yang akan digunakan sebagai informasi
dalam menilai kinerja perusahaan, sehingga
mensyaratkan bahwa laporan keuangan
haruslah mencerminkan keadaan perusahaan
yang sebenarnya pada kurun waktu tertentu,
2011
Adhisyahfitri Evalina Ikhsan
setelah go public. Walaupun secara rata-rata
perusahaan mampu meningkatkan penjualan
dan total asetnya, tetapi peningkatan tersebut
tidak sepenuhnya membawa dampak
terhadap perbaikan kinerja operasi. Penelitian
yang dilakukan oleh Gumanti & Dwi Lusi T.
Swastika
(2007)
menggunakan
rasio
operating performance dengan indikatornya
yaitu operating return on asset, operating
cash flow, salesh growth dan total asset turn
over.
sehingga pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan perusahaan tersebut
menjadi tepat. Dalam menilai apakah kinerja
suatu perusahaan itu bagus atau tidak perlu
dilakukan analisis atau pengukuran terhadap
kinerjanya salah satunya dengan melakukan
analisis rasio (Robbins dan Mary Coulter,
2003). Dengan rasio tersebut akan tampak
jelas berbagai indikator keuangan yang dapat
mengungkapkan kondisi keuangan suatu
perusahaan maupun kinerja yang telah
dicapai perusahaan untuk suatu periode
tertentu.
Pengujian terhadap kinerja operasi
perusahaan setelah IPO menarik untuk
dilakukan, karena ada bukti yang konsisten di
pasar modal bahwa praktek manajemen laba
(earning management) pada periode sebelum
go public adalah umum dilakukan oleh
perusahaan. Ada indikasi yang kuat bahwa
karena praktek manajemen laba pada periode
sebelum IPO, manajemen mengalami
kesulitan untuk mempertahankan kinerja laba
setelah IPO (Jain dan O. Kini, 1994).
Berbagai penelitian sebelumnya juga
telah melaporkan hasil penelitian tentang
kinerja operasi setelah IPO di antaranya
McLaughlin et.al (1996) menguji kinerja
operasi
perusahaan
yang
melakukan
penawaran lanjutan (seasoned equity
offering). Mikkelson et.al (1997), menguji
keterkaitan kinerja operasi dan tingkat
kepemilikan saham pada perusahaan yang
baru go public. Jain dan O. Kini (1994),
menguji kinerja operasi yang melakukan IPO
dalam kurun waktu dua belas tahun di New
York Stock Exchange. Secara umum
penelitian yang mencoba melihat kinerja
operasi perusahaan setelah IPO tersebut
menunjukkan
bahwa
kinerja
operasi
mengalami penurunan. Jain dan O. Kini
(1994) menyatakan bahwa penurunan kinerja
operasi merupakan akibat dari upaya
manajemen untuk menampilkan kinerja
keuangan yang baik pada periode-periode
sebelum IPO.
Rumusan Masalah
Penelitian ini ingin menguji kembali
hasil penelitian yang telah pernah dilakukan
sehubungan dengan kinerja perusahaan
sebelum dan sesudah IPO. Penelitian ini
difokuskan hanya pada perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia untuk periode tahun 2001 dan
2004. Alasan peneliti mengambil tahun 20012004 sebagai sampel di karenakan pada tahun
2001 lebih banyak perusahaan yang IPO di
bandingkan dengan tahun-tahun berikutnya,
agar data yang di peroleh tetap up to date
maka peneliti mengambil sampel hingga
tahun 2004.
TINJAUAN PUSTAKA
Initial Public Offering
Istilah Initial Public Offering atau go
public akhir-akhir ini menjadi hal yang
sangat sering didengar. Banyak perusahaan
besar semakin menyadari bahwa persaingan
bisnis semakin ketat, oleh karena itu mereka
perlu memperluas pasar. Tetapi sering kali
perusahaan dihadapkan pada masalah
kekurangan modal serta manajemen yang
lemah dari perusahaan. Untuk memecahkan
masalah yang dihadapi, go public merupakan
jalan keluar, yaitu dengan melakukan
penawaran saham perdana kepada publik
(Initial Public Offering atau IPO). Initial
Public Offering merupakan suatu peristiwa
penawaran saham yang dilakukan oleh
perusahaan (emiten) kepada masyarakat
umum (investor) untuk pertama kalinya
(Sunariyah, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Gumanti
& Dwi Lusi T. Swastika (2007) dengan
periode pengamatan tahun 1995 dan 1996
memberikan
hasil
pengujian
bahwa
perusahaan yang baru go public di pasar
modal
Indonesia
tidak
mampu
mempertahankan kinerja operasinya dalam
jangka waktu sampai dengan tiga tahun
Penawaran saham perdana merupakan
salah satu cara efektif bagi perusahaan untuk
memenuhi
kebutuhan
dana
sebagai
konsekuensi dari semakin besarnya atau
213
212 – 220
Jurnal Keuangan dan Bisnis
November
berkembangnya perusahaan yang pada
gilirannya membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Dengan penawaran umum perdana
akan terjadi perubahan status perusahaan dari
perusahaan tertutup menjadi terbuka dan
memberikan konsekuensi tanggung jawab
kepada
pihak
manajemen
untuk
meningkatkan
kinerjanya.
Sebagai
perusahaan publik, perusahaan akan selalu
menjadi perhatian masyarakat pemodal
karena ada andil yang perlu dipertanggung
jawabkan yakni modal yang ditanamkan,
sehingga peningkatan kinerja perusahan
setelah menjadi perusahaan publik akan
diharapkan oleh banyak pihak.
Banyak alasan yang melatarbelakangi
mengapa perusahaan memutuskan untuk
menjadi perusahaan publik, diantaranya
menurut Anoraga dan Puji Pakarti (2001)
manfaat yang diperoleh yaitu perusahaan
akan memperoleh dana yang relatif besar dan
diterima sekaligus, dikenal oleh banyak
pihak, pengelolaan yang profesional karena
diserahkan kepada orang-orang yang mampu
dibidangnya. Selain itu Anoraga dan Puji
Pakarti
juga
menyebutkan
adanya
konsekuensi yang harus ditanggung oleh
perusahaan go public yaitu “adanya tuntutan
untuk lebih terbuka dan harus mengikuti
peraturan-peraturan pasar modal mengenai
kewajiban pelaporan, serta keharusan untuk
meningkatkan pertumbuhan perusahaan
semakin kuat”.
2. Keharusan untuk mengikuti peraturanperaturan
pasar
modal
mengenai
kewajiban pelaporan.
3. Gaya manajemen yang berubah dari
informal ke formal.
4. Kewajiban membayar deviden.
5. Senantiasa berusaha meningkatkan tingkat
pertumbuhan perusahaan.
Setelah melakukan penawaran saham
perdana perusahaan akan berubah status
menjadi perusahaan publik. Perubahan status
ini membawa banyak konsekuensi lain,
diantaranya adanya kewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan baik
kepada investor, masyarakat, maupun kepada
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (BAPEPAM-LK) dan adanya
tuntutan pemisahan antara pemilik dan
manajemen. Dengan kata lain sebuah
perusahaan publik memiliki tanggung jawab
dan berkewajiban untuk mematuhi peraturan
pasar modal, sebagaimana yang diwajibkan
dalam Keputusan Menteri Keuangan No.
1548/KMK.013/1990
dalam
Sunariyah
(2003), perusahaan publik harus memenuhi
beberapa kesanggupan yaitu :
Melalui penawaran umum perdana inilah
para investor atau pemodal melakukan
penilaian
terhadap
perusahaan
yang
melaksanakan IPO tersebut. Apabila kinerja
perusahaan yang tertuang dalam prospektus
baik serta proses penjaminan dari
underwriter juga bagus maka para investor
cenderung akan merespon dengan baik saham
yang di tawarkan oleh emiten. Fenomena ini
akan terlihat pada harga saham yang dibeli
dari
perusahaan
yang
bersangkutan.
Pemesanan saham akan melebihi jatah yang
akan diterbitkan (dijual), sehingga fenomena
underpricing akan ditemui. Underpricing
adalah suatu situasi dimana harga saham
perusahaan yang baru go public, biasanya
dalam hitungan hari, secara rata-rata lebih
tinggi daripada harga penawarannya. Tetapi
tidak sedikit perusahaan yang melakukan go
public direspon biasa atau bahkan direspon
negatif oleh para investor, yang akan
1. Keharusan untuk
disclosure).
keterbukaan
Proses Go Public
Pada saat melakukan penawaran,
perusahaan harus menyediakan prospektus
yang di dalamnya memuat informasi
keuangan dan non-keuangan. Informasi
keuangan terdiri dari neraca (balance sheet),
laporan laba rugi (income statement), laporan
arus kas (cash flow statement). Sedangkan
informasi non keuangan berisi antara lain
informasi mengenai underwriter, auditor,
konsultan hukum, nilai penawaran saham,
persentase saham yang ditawarkan, umur
perusahaan, dan informasi lain yang
mendukung (Sulistyanto dan H. Wibisono,
2003).
Informasi dalam prospektus tersebut
akan memberikan gambaran mengenai
kondisi, prospek ekonomi, rencana investasi,
serta ramalan laba dan dividen yang akan
dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan
rasional mengenai resiko dan nilai saham
yang di tawarkan perusahaaan (Firth dan
C.K.Liau-Tan, 1998).
(full
214
2011
Adhisyahfitri Evalina Ikhsan
berakibat pada penurunan harga saham pasca
IPO. Peristiwa penurunan harga saham pasca
IPO biasa dikenal dengan overpricing.
Disamping itu, kondisi perekonomian secara
makro dan stabilitas keamanan negara juga
menjadi indikator berhasil atau tidaknya
proses penawaran umum perdana.
bahwa dalam mengevaluasi/menilai kinerja
perusahaan yang paling berkepentingan
adalah pemilik perusahaan dalam hal ini
investor, para manajer, kreditor, pemerintah
dan masyarakat. Mereka akan menilai
perusahaan dengan ukuran keuangan tertentu
sesuai dengan tujuannya.
Penilaian kinerja perusahaan dapat
diketahui melalui perhitungan rasio keuangan
dari semua laporan keuangan yang disajikan
perusahaan. Namun demikian, umumnya
ukuran yang lazim dipakai dikategorikan
kedalam 5 kelompok utama, yaitu (a) rasio
keuntungan, (b) rasio aktivitas, (c) rasio
leverage, (d) rasio likuiditas, (e)rasio
pertumbuhan. Sebagai bagian dari alat
penilaian kinerja perusahaan terutama
perusahaan industri non keuangan, operating
performance yang pernah dipakai oleh Jain
dan O. Kini (1994) dapat digunakan sebagai
alat penilaian kinerja perusahaan, maka
dengan menggunakan operating performance
diupayakan dapat menunjukkan kinerja
perusahaan yang sesungguhnya. Rasio
operating performance mencakup rasio
operating return on asset, operating cash
flow to total asset, sales growth, dan total
asset turn over.
Kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi yang tertuang dalam skema
strategis (strategic & planning) suatu
organisasi (Bastian 2001). Lukman (2000)
menyatakan bahwa kinerja adalah sesuatu
yang di capai, prestasi yang diperlihatkan dan
kemampuan kerja. Kinerja dapat juga di
artikan suatu kemampuan organisasi atau
kelompok untuk mencapai suau tujuan
maupun prestasi yang akan diperlihatkan
kepada orang lain atau kelompok lain.
Lebih lanjut Lukman (2000) menyatakan
pengukuran kinerja adalah penentuan secara
periodik efektifitas operasional suatu bagian
organisasi. Kinerja perusahaan yang sering
dipergunakan menunjukkan hasil operasi
perusahaan selama periode tertentu, biasanya
didapatkan
dari
laporan
keuangan
perusahaan, baik dari laporan neraca, laba
rugi dan arus kas. Dari laporan keuangan
yang diterbitkan perusahaan inilah para analis
maupun investor rela melakukan analisis atas
kinerja perusahaan tersebut, serta melihat
perkembangan perusahaan.
Selain itu penilaian kinerja perusahaan
dapat dilakukan juga dengan menggunakan
analisis rasio aliran kas. Analisis sumber dan
penggunaan kas (aliran kas) merupakan alat
yang sangat penting bagi manajemen
keuangan untuk mengetahui aliran kas, dari
mana aliran kas tersebut dan kemana kas
tersebut
digunakan.
Sedangkan
bagi
perusahaan digunakan untuk meningkatkan
kemampuannya dalam menghasilkan kas
sekaligus untuk menilai tingkat likuiditasnya
agar tetap terjaga.
Ada banyak cara untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan. Salah satu pengukuran
yang
cukup
baik
adalah
dengan
menggunakan rasio-rasio kinerja operasi
(operating performance) dan aliran kas (cash
Flow), (Jain dan O. Kini, 1994). Sebagai
wujud dari apa yang di capai perusahaan
dalam suatu periode tertentu, maka kinerja
keuangan harus senantiasa baik. Apabila
kinerja keuangan bagus, maka akan
menghasilkan prestasi yang bagus pula,
begitu juga sebaliknya.
Untuk mengetahui prestasi yang dicapai
oleh perusahaan perlu dilakukan penilaian
terhadap kinerja perusahaan dalam kurun
waktu tertentu (Helfert dalam Gumanti dan
Dwi Lusi T Swastika, 2007) mengemukakan
Informasi aliran kas sangat berguna
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan
memungkinkan
para
pemakai
mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai sekarang dari arus kas
masa depan dari berbagai perusahaan.
Informasi
arus
kas
tersebut
juga
meningkatkan daya banding pelaporan
kinerja operasi berbagai perusahaan, karena
dapat meniadakan pengaruh penggunaan
perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap
transaksi dan peristiwa yang sama.
215
212 – 220
Jurnal Keuangan dan Bisnis
Pihak manajemen dapat menggunakan
laporan sumber dan penggunaan kas untuk
menentukan kebijakan deviden, kas yang
berasal dari aktifitas operasi, dan kebijakan
investasi dan pendanaan. Sementara pihak
luar, seperti investor dan kreditur dapat
menggunakan laporan arus kas untuk
menentukan kemampuan perusahaan dalam
membayar deviden, kemampuan dalam
membayar hutang dan kas yang berasal dari
operasi dibandingkan dengan kas yang
berasal dari sumber penggunaannya.
November
secara tegas menunjukkan bahwa praktek
manajemen laba pada perusahaan yang akan
go public ditemukan merata. Artinya, secara
rata-rata ada upaya untuk menaikkan laba
yang dilaporkan pada tahun-tahun menjelang
IPO. Aksi tersebut nampaknya dipicu oleh
adanya harapan agar dengan kinerja
keuangan yang baik saham yang akan
ditawarkan ke publik dapat diterima pasar
dengan baik pula. Jadi, pemilik perusahaan
termotivasi untuk menaikkan laba yang
dilaporkan dalam upaya memberikan kesan
bahwa perusahaan telah di kelola dengan
baik.
Hubungan antara Kinerja Perusahaan
dengan Initial Public Offering (IPO)
Hipotesis
Penilaian kinerja perusahaan setelah
menjadi perusahaan publik juga penting
dilakukan sebab apabila kinerja perusahaan
setelah menjadi perusahaan publik kurang
baik atau jelek, maka akan berpengaruh pada
harga saham yang beredar di pasar sekunder
atau bursa efek. Perusahaan publik dituntut
untuk selalu meningkatkan kinerjanya secara
terus menerus, agar para investor atau
pemegang
saham
aktif
dalam
memperdagangkan sahamnya di pasar modal,
dan pada akhirnya harga dari saham
perusahaan yang bersangkutan bisa bersaing
secara kompetitif sehingga saham tersebut
bisa dikategorikan menjadi saham yang blue
chip.
Dari uraian diatas maka hipotesis dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Terdapat
perbedaan
kinerja
operasi
perusahaan sebelum dan sesudah Initial
Public Offering”.
METODE PENELITIAN
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dengan kriteria sebagai
berikut :
1. Perusahaaan
non
keuangan
yang
melakukan Initial Public Offerings (IPO)
tahun 2001 dan 2004.
2. Tersedianya laporan keuangan untuk dua
tahun buku sebelum dan tiga tahun buku
setelah IPO atau laporan keuangan tahun
1999-2007.
3. Perusahaan yang mempunyal laba
berturut-turut dua tahun sebelum dan tiga
tahun sesudah IPO.
Proses penentuan sampel dapat dilihat
pada Tabel 1.
Secara umum penelitian-penelitian yang
mencoba melihat kinerja operasi perusahaan
setelah IPO menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan mengalami penurunan. Jain dan
O. Kini (1994) mengklaim bahwa penurunan
tersebut identik dengan terjadinya upaya
untuk membuat laporan keuangan menjadi
baik pada periode-periode sebelum IPO.
Upaya-upaya dimaksud identik dengan
praktek manajemen laba. (Teoh et.al dalam
Gumanti & Dwi Lusi T. Swastika, 2007)
Tabel 1
Proses Penentuan Sampel Penelitian
Perusahaan yang IPO tahun 2001-2004
(dikurangi) perusahaan kelompok keuangan (bank), Asuransi
Perusahaan yang laporan keuangannya lengkap
(dikurangi) Perusahaan yang rugi dua tahun berturut-turut
Total Sampel Penelitian
Sumber : Bursa Efek Indonesia
216
78 Perusahaan
27 Perusahaan
51 Perusahaan
29 Perusahaan
22 Perusahaan
2011
Adhisyahfitri Evalina Ikhsan
Berikut ini daftar perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini :
Tabel 2
Daftar Perusahaan Sampel
Yang IPO di Bursa Efek Indonesia Tahun 2001-2004
NO
KODE
PERUSAHAAN
NAMA
PERUSAHAAN
TANGGAL
IPO
1
ARNA
Arwana Citra Mulia Tbk.
15 Agustus 2001
2
BTON
Betonjaya Manunggal Tbk.
3
CNKO
Central Koporindo International Tbk.
4
CLPI
Colorpak Indonesia Tbk.
6 Juli 2001
5
KARK
Karya Yasa Profilia Tbk.
25 Juli 2001
6
DOID
Daeyu Orchid Indonesia Tbk.
15 Juni 2001
7
IATG
Infoasia Teknologi Global Tbk.
8
KAEF
Kimia Farma Tbk.
9
PLAS
Plastpack Prima Industri Tbk.
10
PYFA
Pyridam Farma Tbk.
11
WAPO
Wahana Phonix Mandiri Tbk.
12
RYAN
Ryane Adibusana Tbk.
17 Oktober 2001
13
ANTA
Anta Express Tour & Travel Service Tbk.
18 Januari 2002
14
FISH
Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk.
18 Januari 2002
15
FORU
Fortune Indonesia Tbk.
17 Januari 2002
16
IIKP
Inti Indah Karya Plasindo Tbk.
14 Oktober 2002
17
PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.
18
ARTI
Arona Binasejati Tbk.
19
ENRG
Energi Mega Persada Tbk.
20
MAPI
Mitra Adiperkasa Tbk.
10 November 2004
21
AKKU
Aneka Kemasindo Utama Tbk.
4 November 2004
22
PJAA
Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
2 Juli 2004
18 juli 2001
1 November 2001
15 November 2001
4 Juli 2001
16 Maret 2001
16 Oktober 2001
11 Juni 2001
23 Desember 2002
30 April 2003
7 Juni 2004
Sumber : Bursa Efek Indonesia
perusahaan
digunakan
menghasilkan laba operasi.
Operasionalisasi Variabel
Operating return on aset
Operating return on asset diukur
sebagai rasio laba operasi terhadap
total asset. Tingkat pengembalian
operasi terhadap asset mencerminkan
suatu pengukuran efisiensi dalam
pengggunaan aset. Hal ini berarti
bahwa nisbah tersebut menunjukkan
seberapa efisien aset yang ada di
dalam
Operating cash flow
Rasio ini mencerminkan kinerja
operasi yang baik karena aliran kas
operasi merupakan komponen utama
dalam perhitungan nilai sekarang
bersih (net present value) yang
digunakan oleh perusahaan. Investor
secara langsung atau tidak langsung
217
212 – 220
Jurnal Keuangan dan Bisnis
lebih banyak menekankan analisisnya
terhadap kemampuan perusahaan
dalam memperoleh kas bersih dari
aktivitas operasi.
November
mengukur
kinerja
operasi
dengan
menggunakan rasio operating performance
dan rasio aliran kas.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara dokumentasi yaitu pengumpulan
data yang didasarkan pada catatan yang telah
tersedia di BEI dengan mengklasifikasikan
data-data laporan keuangan berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) dan Pusat Referensi Pasar Modal
(PRPM) dengan alamat Gedung Bursa Efek
Indonesia lantai 1 tower 2, Jl. Jendral
Sudirman kavling 52-53 Jakarta 12190 yang
dikirim via pos dan email, serta situs resmi di
http://www.idx.co.id.
Sales growth
Sales growth atau pertumbuhan
penjualan menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan
kinerja operasinya. Artinya, jika rasio
pertumbuhan penjualan meningkat,
perusahaan secara ekonomis akan
mampu meningkatkan pendapatan
operasinya.
Total asset turn over
Tingkat perputaran total aset
(total asset turn over) diukur dengan
rasio penjualan terhadap total aset
perusahaan. Semakin tinggi rasio
perputaran total aset berarti semakin
tinggi kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan
aset-aset
yang
dimiliki
untuk
menghasilkan
penjualan. Perusahaan dikatakan
mengalami peningkatan efisiensi
penggunaan assetnya jika rasio
perputaran total aset dari waktu ke
waktu mengalami peningkatan.
Metode Analisis Data
Analisis
data
dilakukan
dengan
menggunakan statistik deskriptif yaitu nilai
rata-rata (mean) yang bertujuan untuk
mengetahui
perbedaan
kinerja
pada
perusahaan non keuangan yang terdaftar di
BEI sebelum dan sesudah perusahaan
melakukan IPO dari tahun 2001-2004 dan
diolah dengan menggunakan program
Statistical Package For Science (SPSS).
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN
Cash Flow to Net Income
dan
Berdasarkan hasil pengolahan data maka
dapat
dilihat
perkembangan
kinerja
perusahaan
yang diukur dengan rasio
operating return on asset, operating cash
flow, sales growth, total asset turn over, cash
flow to net income dan cash flow return on
sales pada 22 perusahaan yang melakukan
IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 20012004. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.
Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan kas
pada saat sekarang maupun dimasa
depan. Melalui rasio ini dapat
diketahui seberapa besar kas dari
aktifitas
operasi
dibandingkan
dengan laba bersih yang diperoleh.
Cash Flow Return on Sales
Rasio ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana perusahaan
melakukan investasi pada sumbersumber dana yang produktif.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa
seluruh rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan rata-rata lebih
baik sebelum perusahaan melakukan IPO
kecuali untuk total asset turn over. Hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan
kinerja perusahaan sebelum dan sesudah
melakukan IPO, selain itu juga hasil
penelitian ini membuktikan bahwa kinerja
perusahaan
sesudah
melakukan
IPO
cenderung menurun.
Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan perusahaan per 31
Desember yang di publikasikan berturut-turut
dari tahun 1999-2007 yang digunakan untuk
218
2011
Adhisyahfitri Evalina Ikhsan
Tabel 3
Perkembangan Kinerja Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Sebelum dan Sesudah Initial Public Offering
Rasio
Operating Return on Asset
Operating Cash Flow
Sales Growth
Total Asset Turn Over
Cash Flow to Net Income
Cash Flow Return on Sales
Sumber : Data Sekunder Diolah
Sebelum
0,075413223
0,070227016
0,893434438
1,112839467
6,670601972
0,070926383
Kinerja operasi yang menurun kemudian
naik, artinya berfluktuasi, pasca IPO
mengindikasikan adanya ketidakmampuan
manajemen dalam menjaga kinerja operasi
perusahaan. Ditemukannya kecenderungan
penurunan kinerja operasi pasca IPO dapat
dikaitkan dengan adanya upaya untuk
membuat kinerja keuangan sebelum IPO
meningkat. Indikasi bahwa manajemen
perusahaan melakukan aktivitas manajemen
laba (earnings management) pada periode
sebelum IPO bisa jadi merupakan salah satu
penyebab yang membuat kinerja pasca IPO
cenderung menurun. Artinya, jika perusahaan
mencoba untuk meningkatkan kinerja operasi
sebelum IPO dengan melakukan manajemen
laba, maka dampak dari manajemen laba
akan dirasakan pada periode pasca IPO.
Rata-rata
Sesudah
0,059508106
0,027336310
0,348837001
1,103651663
4,803124830
0,014732648
3. Tidak terbebasnya sampel penelitian dari
efek krisis ekonomi.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan :
1. Menambah jumlah sampel baik dalam hal
jumlah sektor industri maupun rentang
waktu penelitian.
2. Selain
menguji
kinerja
sesudah
melakukan IPO juga memperluas
pengujian dengan melihat ada tidaknya
praktek manajemen laba baik pada
periode sebelum maupun sesudah IPO.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Puji Pakarti. (2001).
Pengantar Pasar Modal. Cetakan Kelima.
Semarang : Penerbit Rineka Cipta.
Bastian, Indra(2001). Akuntansi Sektor
Publik. Edisi Pertama Yogyakarta :
BPFE-UGM.
Firth, M., dan C. K. Liau-Tan, (1998),
“Auditor Quality, signaling, and the
Valuation of Initial Public Offering”,
Journal Of Business Finance and
Accounting, 25(1): 145-165.
Gumanti, Tatang A, dan Dwi Lusi T
Swastika (2007), “Kinerja Operasi
Sebelum dan Pasca Initial Public
Offerings di Bursa Efek Jakarta”. The
First Accounting Conference, Faculty of
Economic Universitas Indonesia.
Jain, B.A., dan O. Kini. (1994). ‘The PostIssue Operating Performance Of IPO
Firms’. Journal of Finance, 49(5): 16991726.
KESIMPULAN, KETERBATASAN dan
SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio
operating return on asset, operating cash
flow, sales growth, total asset turn over, cash
flow to net income dan cash flow return on
sales sebelum dan sesudah melakukan IPO.
Selain itu penelitian ini membuktikan bahwa
adanya penurunan kinerja perusahaan
sesudah melakukan IPO.
A. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan sebagai berikut :
1. Kecilnya jumlah sampel penelitian.
2. Rentang waktu penelitian yang relatif
pendek
219
212 – 220
Jurnal Keuangan dan Bisnis
Lukman, Syamsuddin. (2000). Manajemen
Keuangan
Perusahaan.
PT.
Raja
Grafindo. Jakarta.
McLaughlin, R., A. Safieddine, dan G. K.
Vasudevan, (1996). “The Operating
Performance of seasoned Equity Issuers:
Free Cash Flow And Post-Issue
Performance”, Journal of Financial
Management, 25(4): 41-53.
Mikkelson, W. H., M. Partch, dan K. shah,
(1997), “Ownership and Operating
Performance of Companies That Go
Public”, Journal of Finance, 44(3): 281307.
November
Robbins, Stephen P. and Mary Coulter.
(2003). Management. Prentice Hall, Inc.
New Jersey.
Sulistyanto, S dan H. Wibisono. (2003).
“Rekayasa Keuangan Refleksi Sikap
Opportunis Manajer?”. Seri Kajian
Ilmiah.
Sunariyah. (2003). Pengantar Pengetahuan
Pasar Modal. Edisi ketiga. Yogyakarta:
AMP YPKN.
Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang
Pasar Modal.
220
Download