BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian

advertisement
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar
hormon tiroid pada anak penderita SNSS dan SNRS.
3.2.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi rawat inap RB4 anak dan poli nefrologi anak
dan di ruang rawat inap anak RSUP. H. Adam Malik Medan. Waktu penelitian
dilaksanakan bulan Agustus 2015 - Januari 2016.
3.3.
Populasi dan Sampel
Populasi target adalah anak yang didiagnosis penyakit SN oleh nefrologis.
Populasi terjangkau adalah populasi target yang dirawat di ruang rawat inap
anak dan yang datang berobat ke poli nefrologi anak RSUP. H.Adam Malik
Medan selama periode penelitian. Sampel adalah populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji
hipotesis terhadap 2 proporsi independen, yaitu:34
21
Universitas Sumatera Utara
n1 = n2 = (Z √2PQ + Z √P1Q1 + P2Q2 )2
(P1 – P2)2
Keterangan:
n1
= jumlah sampel anak dengan penyakit SNSS
n2
= jumlah sampel anak dengan penyakit SNRS

= kesalahan tipe I = 0.05 → Tingkat kepercayaan 95%
Z
= nilai baku normal = 1.96

= kesalahan tipe II = 0.2 → Power (kekuatan penelitian) 80%
Z
= 0.842
P1
= proporsi perubahan kadar hormon tiroid pada SN = 0.3310
Q1
= 1 – P1 = 0.67
P1 –P2 = selisih proporsi perubahan kadar hormon tiroid pada penyakit SN
P2
= proporsi perubahan kadar hormon tiroid pada SN yang diteliti = 0.6
Q2
= 1 – P2 = 0.4
P
= P1+P2 = 0.47
2
= 1 – P = 0.53
Q
Dengan menggunakan rumus di atas maka didapat jumlah sampel untuk
masing-masing kelompok sebanyak 23 orang.
3.5.
Metode Pengumpulan Data
Data demografi subjek penelitian dikumpulkan melalui wawancara langsung
dengan orangtua atau wali pasien menggunakan alat bantu daftar isian
mengenai data pribadi, data orangtua, riwayat penyakit terdahulu dan riwayat
pengobatan yang pernah dijalani, serta diagnosa pasien. Pencatatan berat
badan (BB), panjang badan (PB), atau tinggi badan (TB), Index massa tubuh
22
Universitas Sumatera Utara
(BMI), parameter laboratorium ( albumin, ureum, kreatinin, dan kadar hormon
tiroid) yang tersedia dilakukan secara langsung oleh peneliti.
3.5.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi :

Semua pasien penderita SN (SNRS dan SNSS) yang berobat ke poli
nefrologi anak dan dirawat di instalasi rawat RB4 anak.

Usia 1-18 tahun
Kriteria eksklusi :
 Anak menderita hipotiroid kongenital
 Anak penderita hipertiroid
3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)/ Informed Consent
Semua sampel penelitian telah mendapat persetujuan dari orang tua setelah
dilakukan penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam
hasil penelitian ini.
3.7.
Etika Penelitian
Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
23
Universitas Sumatera Utara
3.8.
Cara Kerja
3.8.1. Alokasi subjek
– Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi akan dimintai
persetujuan dari orangtua untuk mengikuti penelitian setelah diberikan
penjelasan dan informed consent yang menyatakan setuju mengikuti
penelitian ini.
–
Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok anak yang
menderita SNSS dan kelompok anak yang menderita SNRS.
–
Data dasar diperoleh dari rekam medik kemudian dilanjutkan
wawancara langsung bagi pasien atau orangtua.
3.8.2. Pengukuran
–
Semua sampel diperiksa kadar Ureum, Creatinin, Albumin
–
Semua sampel diperiksa profil tiroid dengan menggunakan alat
Cobas 6000. Pemeriksaan menggunakan darah vena, darah diambil
dengan menggunakan jarum suntik oleh petugas laboratorium, lalu
dimasukkan kedalam tabung tanpa anti pembekuan. Darah dibiarkan
selama 5 menit sampai 10 menit agar darah membeku. Kemudian
darah di centrifuge dengan kecepatan 5000 RPM selama 10 menit.
Kemudian serum yang sudah terpisah diambil sebanyak 300 µl sampai
500 µl dan dimasukan ke dalam cup sampling. Setelah itu cup
sampling dimasukan ke dalam rak Cobas 6000. Tombol start ditekan,
alat Cobas 6000 otomatis berkerja selama 1 jam. Kemudian hasil
24
Universitas Sumatera Utara
dikirim ke komputer dan dicetak. Hasil berupa kadar TSH, T4 total dan
T3 total.
3.9.
Alur Penelitian
Populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi
Sindroma Nefrotik
Sensitif Steroid
Sindroma Nefrotik
Resisten Steroid
Pemeriksaan kadar hormon tiroid
hohormon tiroid
Pengumpulan dan pengolahan data
Analisa data
Gambar 3.9 : Alur penelitian
3.10. Identifikasi Variabel
Variabel bebas
Skala
Tipe SN
Nominal dikotom
Usia
Numerik
Jenis kelamin
Nominal dikotom
Lama menderita SN
Numerik
25
Universitas Sumatera Utara
BMI
Numerik
GFR
Numerik
Variabel tergantung
Skala
Kadar hormon tiroid
Numerik
3.11. Definisi Operasional
1.
Sindrom nefrotik resisten steroid adalah tidak terjadi remisi pada
pengobatan prednison dosis penuh (full dose) 2 mg/ kg/ hari selama 4
minggu dimana sebelumnya pasien sensitif steroid tapi setelah 3 bulan
kembali lagi menjadi resisten steroid.21
2.
Sindroma nefrotik sensitif steroid adalah remisi terjadi pada pemberian
prednison dosis penuh selama 4 minggu.21
3.
Hormon tiroid adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang
berfungsi mensintesis triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4).3
Tabel 4.1 Kadar hormon tiroid normal pada anak16
Hormon
T4
T3
TSH
4.
Usia
Prepubertas
1-3 tahun
Nilai normal
3-10 tahun
Pubertas
(11-18 tahun)
5.5-12.8 (µg/dL)
4.9-13 (µg/dL)
Prepubertas
(1-10 tahun)
11.9-21.8 (ng/dL)
Pubertas
(11-18 tahun)
8-18.5 (ng/dL)
Prepubertas
Pubertas
0.6-5.5 (µIU/mL)
0.5-4.8 (µIU/mL)
6.8-13.5 (µg/dL)
Hipotiroid: kurang atau tidak adanya hormon tiroid dengan gejala klinis:
ikterus, letargi, konstipasi, malas minum dan masalah makan lainnya
26
Universitas Sumatera Utara
serta hipotermi. Beberapa bayi menunjukkan tanda klasik berupa wajah
sembab, pangkal hidung rata, pelebaran fontanela, hernia umbilikalis,
kulit yang dingin dan mottled, ikterik, hipotoni, hiporefleksia, galaktore
dan meningkatnya kadar prolaktin. Pada pemeriksaan laboratoium
dijumpai kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.16
5.
Subklinikal hipotiroid (SH) : peningkatan kadar TSH dengan kadar T4
dan T3 yang normal.17
6.
Hipertiroid: peningkatan kadar T4 dan T3 total maupun kadar T4 dan T3
bebas, sedangkan kadar plasma TSH rendah. 16
7.
Lama menderita SN: rentang waktu dari awal mulai terdiagnosa SN
sampai dilakukan pemeriksaan kadar hormon tiroid.( dalam satuan
tahun dan bulan)
8.
Gromerular filtration rate (GFR) adalah laju rata-rata penyaringan darah
yang terjadi di glomerulus yaitu sekitar 25% dari total curah jantung per
menit dengan menggunakan rumus Schwartz.35
9.
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan pengukuran presentase lemak
tubuh manusia berdasarkan berat badan dan tinggi badan.36
27
Universitas Sumatera Utara
3.12. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan sistem
komputer perangkat lunak SPSS versi 19. Untuk melihat hubungan antara
kadar hormon tiroid dengan tipe SN digunakan uji t-independen. Untuk
menilai faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hormon tiroid pada tipe SN
digunakan analisa multivariat. Untuk mengetahui korelasi kadar albumin
dengan kadar TSH menggunakan regresi linier. Dengan tingkat kemaknaan
ditetapkan P < 0.05 dengan level interval kepercayaan (IK) 95%.
28
Universitas Sumatera Utara
BAB 4. HASIL
Penelitian dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Total pasien yang
dilakukaan pemeriksaan sebanyak 46 pasien penderita sindrom nefrotik,
yang terdiri dari 23 pasien dengan SNSS dan 23 pasien dengan SNRS.
Rerata usia pasien untuk masing-masing kelompok adalah adalah 7.7 tahun
dan 11.2 tahun. Jenis kelamin lelaki lebih mendominsi dibandingkan
perempuan untuk kedua kelompok. Berat badan dan tinggi badan untuk
kelompok SNRS lebih besar dengan 34.4 kg dan 132.1 cm berbanding 23.1
kg dan 113.7 cm untuk kelompok SNSS. Rerata lama menderita sindroma
nefrotik lebih lama pada kelompok SNRS dengan 7.3 tahun berbanding 4.7
tahun. Laju filtrasi glumerolus lebih tinggi pada SNSS, sedangkan rerata
kadar T3 dan T4 lebih tinggi pada kelompok SNRS. Pasien yang mengalami
hipotiroid subklinis lebih banyak terjadi pada pasien SNRS dengan 12 pasien
berbanding tujuh pasien pada SNSS (tabel 4.1)
Tabel 4.1. Karakteristik dasar subjek penelitian
Karakteristik
Usia (tahun), rerata (SB)
Jenis kelamin, n (%)
Lelaki
Perempuan
Berat badan (kg), rerata (SB)
Tinggi badan, rerata (SB)
IMT (kg/m2), rerata (SB)
Lama
menderita
sindrom
nefrotik (tahun), rerata (SB)
Subklinis hipotiroid, n (%)
SNSS
(23)
7.7 (4.20)
SNRS
(23)
11.2 (3.76)
17 (51.5)
6 (46.2)
23.1 (10.83)
113.7 (20.92)
17.8 (2.91)
4.7 (2.77)
16 (48.5)
7 (53.8)
34.4 (13.38)
132.1 (17.69)
19.1 (3.01)
7.3 (2.65)
7(36.8)
12(63.2)
29
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2
Perbedaan Karakteristik Laboratorium antara Kelompok
SNSS dan SNRS
SNSS
SNRS
n = 23
n = 23
T3, rerata (SB),
1.2 (0.48)
1.2 (0.73)
0.297
T4, rerata (SB)
5.6 (3.12)
7.0 (6.21)
0.878
TSH, rerata (SB)
4.8 (4.63)
9.5 (14.75)
0.022*
Albumin, rerata (SB),
2.9 (1.35)
2.4 (1.25)
0.231
Ureum, rerata (SB), mg/dl
22.7 (15.47)
41.3 (47.28)
0.053
0.9 (1.0)
0.809
Karakteristik
Kreatinin,
mg/dl
rerata
(SB), 0.4 (0.34)
GFR, rerata (SB)
P
160.6 (49.38)
131.8 (61.96) 0.177
Ya
7 (36.8)
12 (63.2)
Tidak
16 (59.3)
11 (40.7)
Subklinis Hipotiroid, n (%)
0.134
t Independent
Tabel 4.2 menampilkan karakteristik laboratorium antara kelompok
subyek dengan SNSS dan SNRS. Tidak ditemukan perbedaan yang
signifikan untuk mayoritas karakteristik laboratorium (p>0,05). Hanya
parameter TSH yang tampak lebih tinggi pada kelompok SNRS yaitu 9,5
mg/dl dibandingkan pada kelompok SNSS dengan rerata 4,8 mg/dl (p=0,022,
p<0,05).
30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kenaikan kadar TSH
pada SNSS dan SNRS
Karakteristik
Jenis Kelamin
Usia
Lama Sakit
IMT
GFR
OR
IK 95%
P
5.427
1.522
1.401
0.621
0.994
1.007 – 29.24
0.852 – 2.719
1.037 – 1.892
0.395 – 0.977
0.982 – 1.007
0.049
0.039
0.028
0.156
0.397
Ancova
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa yang berpengaruh
terhadap terjadinya hipotiroid pada subyek dengan SNSS dan SNRS adalah
jenis kelamin, usia dan lama menderita SN (p<0.05). Variabel yang paling
dominan menyebabkan terjadinya subklinikal hipotiroid adalah jenis kelamin
(nilai OR tertinggi = 5.427).
Hubungan kadar albumin dengan kadar TSH pada pasien SNSS dan
SNRS
Pada subyek SNSS dan SNRS tampak bahwa albumin berkorelasi signifikan
dengan TSH (p<0.05), kadar albumin berkorelasi kuat dan bernilai negatif
dengan kadar TSH, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai albumin
maka akan diikuti semakin menurunnya kadar TSH.
31
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Grafik Scatterplot Korelasi Albumin dan TSH pada Subyek
Sindrom Nefrotik sensitif steroid
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot Korelasi Albumin dan TSH pada Subyek
Sindrom Nefrotik Resisten Steroid
32
Universitas Sumatera Utara
BAB 5. PEMBAHASAN
Hasil penelitian kami dijumpai anak dengan penderita SNSS dan SNRS
sebanyak 46 orang. Umur penderita SNSS rata-rata 7,7 tahun dan SNRS
rata-rata 11,2 tahun. Pada penelitian kami perbandingan antara jenis kelamin
laki-laki dengan jenis kelamin perempuan adalah lebih banyak laki-laki.
Pada anak laki-laki sekitar dua kali lebih mungkin mengalami SN
dibandingkan perempuan, namun ketidakseimbangan ini akan berbeda pada
remaja dan dewasa, dimana kecenderungan untuk terjadinya SN sama
antara laki-laki dan perempuan.37,38 Chang dkk di Taiwan yang meneliti
epidemiologi SN pada anak usia 6 bulan hingga 18 tahun didapatkan laki-laki
berbanding perempuan 1,9 : 1.39 Penelitian oleh Kapoor K dkk di India
menemukan jumlah penderita SN resisten steroid dengan jenis kelamin
lelaki(n=16) lebih banyak dibandingkan perempuan (n=4).32 Dalam studi ini
juga dijumpai hal yang sama, dimana jumlah penderita SN berjenis kelamin
lelaki(n=33) dan berjenis kelamin perempuan(n=13).
Nilai albumin pada penderita SN resiten steroid dalam studi di India adalah
2,79 – 3,30 g/dl.30 Pada penelitian lain di Arab Saudi dijumpai nilai albumin
pada penderita SN sensitif steroid adalah 3,85 – 3.99 g/dl.40 Nilai albumin
pada penderita SN secara keseluruhan dalam studi ini adalah 2,97 g/dl untuk
SN sensitif steroid dan 2,44 g/dl untuk SN resisten steroid.
33
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian kami, hasil pemeriksaan fungsi tiroid dijumpai
peningkatan kadar TSH pada pasien SNRS, sedangkan kadar hormon
lainnya seperti T3 dan T4 dalam batas normal sesuai dengan penelitian Vidhi
dkk di India tahun 2014 dimana kadar T3 dan T4 dalam batas normal
sebelum dan sesudah terapi namun kadar TSH meningkat.12 Sesuai juga
dengan penelitian Afroz dkk.41 Pada tahun 2011 studi yang dilakukan oleh
Afroz dkk menyimpulkan keluarnya berbagai protein binding lewat urine pada
pasien SN menyebabkan subklinikal hipotiroid.41 Kadar TSH di penelitian
kami pada grup SNRS rata-rata 9,5 mIU/L, dimana pasien SNRS mempunyai
kadar TSH yang meningkat signifikan dibandingkan SNSS, penemuan ini
sesuai dengan studi di India tahun 2015.30
Penelitian di India didapati 20% dari anak SN (n=10) dengan SNRS
hipotiroid dan 7 subklinikal hipotiroid dan 3 hipotiroid.30 Penemuan ini hampir
sama dengan studi yang dilakukan di India tahun 2013 dimana prevalensi
hipotiroid pada pasien SNRS didapati 30% sama dengan penelitian di Israel
2012 yang jauh lebih tinggi.29 Sedangkan dalam studi yang dilakukan di Iran
didapatkan 58,6% pasien menunjukkan hipotiroid yang jauh lebih tinggi dari
prevalensi subklinikal hipotiroid sekitar 20% pada anak yang sehat normal. 10
Pada penelitian kami ditemukan anak yang mengalami subklinikal hipotiroid
secara total semua 41%(n=19) dimana yang SNRS didapati 63,2% (n=12)
dan SNSS 36,8% (n=7).
34
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menunjukkan hormon tiroid pada sirkulasi yang terikat protein,
terutama tiroid binding globulin (TBG), prealbumin dan albumin. Ada
peningkatan ekskresi lewat urine yaitu total T4, total T3 dan TBG selama
nephrosis.32 Ini menunjukkan hipotiroid sebagai komplikasi umum pada
pasien SNRS yang harus terus di evaluasi. Subklinikal hipotiroid lebih umum
didapati pada pasien kami, dimana kemungkinan dapat terjadi pertama
karena TSH adalah protein dengan berat molekul rendah yang mungkin
hilang dalam urine pasien SN, meskipun ada sedikit studi yang memverifikasi
ini.30 Kedua karena kortikosteroid digunakan untuk mengobati pasien dengan
proteinuria, yang dapat mengurangi sekresi TSH dari pituitary. Efek
glukokortikoid pada level hypothalamic pitutary thyroid juga menekan
pelepasan TSH dari hipotalamus yang mungkin mekanisme utama untuk
sekresi TSH rendah dari hipofisis.30,33
Pada hasil penelitian kami dijumpai beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap peningkatan kadar TSH, faktor-faktor tersebut yaitu: jenis kelamin,
usia, dan lama menderita SN. Analisis dengan menggunakan analisa
multivariat dijumpai faktor jenis kelamin merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap peningkatan kadar TSH pada pasien SN. Statistik
menunjukkan bahwa insidens dari hipotiroid pada pasien laki-laki itu sekitar
1,2 kali lebih sering dibandingkan perempuan.11
Sedangkan studi lain
mengenai hipotiroid primer menunjukkan bahwa hipotiroid lebih sering pada
perempuan dibandingkan laki-laki pada neonatus.12 Perempuan memiliki
35
Universitas Sumatera Utara
respon TSH yang lebih tinggi exogenous TRH daripada laki-laki, dan
keduanya endogenous dan exogenous estrogen menambah TSH respon ke
TRH.42,43 Pada studi di Iran juga menunjukkan bahwa insiden terbanyak
hipotiroid pada anak di bawah umur 3 tahun pada penderita SN.10 Dengan
bertambahnya usia, insiden hipotiroid berkurang. Hipotiroid didapati 32,8%
pada usia 3-6 tahun , dan 19,7% setelah usia 6 tahun pada pasien SN, pada
anak yang lebih muda menunjukkan kejadian lebih tinggi akan hipotiroid.10
Sekresi TSH pada anak sehat yang lebih tua berhubungan dengan usia yang
berkaitan dengan penurunan sekresi TSH di pituitary. Mekanisme ini belum
diketahui dengan pasti. Bisa karena peningkatan sensitivitas dari thyrotropin
pada negatif feedback oleh T4, tapi mekanisme lain bisa oleh karena
penurunan sekresi TRH.44,45 Proteinuria yang berkepanjangan pada pasien
SNRS dapat menguras cadangan tiroid dan menyebabkan kerusakan
progresif pada epitel tubulus ginjal yang mengarah ke terganggunya
penyerapan
protein
dengan
berat
molekul
rendah
sehingga
dapat
menimbulkan hipotiroid yang berat.9
Pada penelitian di India tahun 2014 didapati korelasi negatif antara
kadar serum albumin dan kadar serum TSH(r=-0,480 , p< 0,05) ini
menunjukkan bahwa tingkat serum TSH memiliki korelasi dengan tingkat
keparahan dari hipoalbuminemia pada sindrom nefrotik. 12 Proteinuria
mengakibatkan hilangnya tiroid yang mengikat globulin serta T3 dan T4
dalam urine yang menyebabkan penurunan jumlah T3,T4 dalam darah yang
36
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan peningkatan kadar TSH serum. Jadi dengan penurunan kadar
albumin serum, TSH meningkat.32 Pada penelitian di India tahun 2015 juga
ditemukan peran proteinuria dikonfirmasi oleh korelasi negatif yang signifikan
antara TSH dan serum albumin, yang juga sesuai dengan penelitian kami
didapati korelasi negatif yang signifikan antara TSH dan albumin. 30
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini dilakukan
pada anak dibawah usia 18 tahun dengan variasi umur yang tidak merata
sehingga sulit melihat kejadian peningkatan kadar TSH pada usia tertentu.
Kami juga tidak melakukan pemeriksaan hormon tiroid yang penting lainnya
seperti free T4 dan free T3. Penelitian ini juga dilakukan secara potong
lintang yang menilai perubahan kadar hormon tiroid dengan menilai faktorfaktor yang mempengaruhi pada satu saat sehingga kurang menggambarkan
perubahan kadar hormon tiroid yang terjadi. Selain itu, pada penelitian ini
hanya dilakukan pada 46 penderita SN sehingga diperlukan jumlah sampel
penelitian yang lebih besar untuk menunjukkan hasil yang lebih bermakna.
37
Universitas Sumatera Utara
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Terdapat hubungan yang bermakna antara SN dengan Subklinikal
Hipotiroid. Faktor yang dianggap berpengaruh terhadap peningkatan
kadar TSH adalah usia, jenis kelamin dan lama menderita SN.
Terdapat perbedaan kadar TSH antara anak penderita SNSS dan
SNRS.
6.2. Saran
Terapi dapat diberikan pada kadar peningkatan TSH yang menetap
(TSH > 10 mIU/L). Diperlukan evaluasi pemeriksaan kadar hormon
tiroid
pada
anak
dengan
penderita
SN
lebih
lanjut
dengan
menggunakan sampel yang lebih banyak serta metode yang lebih baik
seperti kohort.
38
Universitas Sumatera Utara
RINGKASAN
Anak dengan penyakit SN pada umumnya subklinikal hipotiroid selama
proteinuria terjadi meskipun mereka secara klinis eutiroid. Masih terbatas
data mengenai kadar hormon tiroid pada anak dengan SNSS dan SNRS.
Subklinikal hipotiroid didefinisikan dengan adanya peningkatan kadar TSH
dimana kadar total T3 dan total T4 normal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar hormon tiroid
pada anak dengan SNSS dan SNRS.
Sampel pada penelitian ini adalah anak penderita SNSS dan SNRS.
Pda kedua grup dilakukan pemeriksaan kadar hormon tiroid. Hasil
pemeriksaan kadar hormon tiroid menunjukkan peningkatan kadar TSH pada
penderita SN.
Sebagai kesimpulan, pada penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan antara penyakit SN dengan peningkatan kadar TSH. Dibandingkan
kadar T3 dan T4, TSH meningkat signifikan pada anak dengan SN.
Peningkatan kadar TSH lebih umum pada anak SNRS dibandingkan SNSS.
39
Universitas Sumatera Utara
SUMMARY
Children with Nephrotic syndrome (NS) commonly have a state of
subclinical hypothyroidism during proteinuria although they are clinically
euthyroid. To date, data comparing thyroid hormone level between children
with SSNS and those with SRNS are still limited.
To compare thyroid hormone level between children with SSNS and
SRNS.
A cross-sectional study was conducted on Haji Adam Malik General
Hospital from August 2015 to January 2016. Subjects were children aged one
to 18 years diagnosed with NS. Based on steroid responsiveness, subjects
were divided into two group (SSNS and SRNS). Serum thyroid profile were
collected on both group and analyzed using independent T test.
There were 46 subjects fulfilled the inclusion and exclusion criteria, 23
were SSNS and 23 others were SRNS. Subclinical hypothyroidism was more
common in children with SRNS (63,2%, n=12) than those with SSNS (36,8%,
n=7). Compared to T3 and T4 level, TSH level was elevated significantly on
both group. P value less than 0.05
Compared to T3 and T4, TSH was increased more prominently in
nephrotic syndrome children. The elevation of TSH level was more common
in children with SRNS compared to SSNS.
40
Universitas Sumatera Utara
Download