ANALISIS PENGGUNAAN FRASA BAHASA ASING YANG MERUPAKAN MEREK DESKRIPTIF DALAM PENDAFTARAN MEREK DI INDONESIA (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 179PK/Pdt.Sus/2012) INTISARI Oleh Wahyu Shafaat1 dan Dina W. Kariodimedjo2 Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan penggunaan frasa bahasa asing yang merupakan suatu merek deskriptif dalam pendaftaran merek di Indonesia, dimana hal tersebut mampu menimbulkan ketidakpastian bagi pemilik merek yang ingin mendaftarkan mereknya di Indonesia, dan menjelaskan mengenai pembatalan merek yang menggunakan frasa bahasa asing yang merupakan merek deskriptif atas dasar bertentangan dengan ketertiban umum dan itikad tidak baik. Metode pendekatan yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis adalah suatu pendekatan yang mengacu pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, pendekatan normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder terhadap asas-asas hukum serta studi kasus yang dengan kata lain sering disebut sebagai penelitian hukum kepustakaan. Oleh karenanya, dalam melaksanakan penelitian ini, penulis hanya akan mengkaji kepustakaan yang digolongkan sebagai data sekunder. Merek deskriptif adalah merek yang berkaitan dengan barang dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya, dalam pelaksanaan pendaftaran merek pemohon di Indonesia merek wajib menguraikan sejelas-jelasnya merek yang akan dimohonkan, dan apabila menggunakan bahasa asing maka perlu dijabarkan arti merek tersebut dalam Bahasa Indonesia. Oleh karenanya baik menggunakan Bahasa Asing ataupun Bahasa Indonesia merek deskriptif tetap lemah karena tidak memiliki daya pembeda. Bagi merek deskriptif yang telah terdaftar, maka upaya yang dilakukan oleh pemilik merek tidak terdaftar dengan cara membatalkan merek tersebut, adapun dalam kasus Kopitiam, pemegang merek tidak terdaftar dapat membatalkan atas dasar itikad tidak baik dan bertententangan dengan ketertiban umum. Kata Kunci : Frasa Asing, Daya Pembeda, Merek Deskriptif. 1 2 Mahasiswa Program S-2 Magister Ilmu Hukum. Dosen Fakultas Hukum UGM. xii ANALYSIS OF FOREIGN LANGUAGE PHRASE UTILIZITATION THAT CONSTITUTE DESCRIPTIVE TRADEMARK IN INDONESIAN TRADEMARK REGISTRATION (Case Study of Republic of Indonesia Supreme Court No. 179PK/Pdt.Sus/2012) ABSTRACT By Wahyu Shafaat1 dan Dina W. Kariodimedjo2 Goal of this studies are to explain a use of foreign phrease that constituting descriptive mark in Indonesian trademark registration, such may emerge an uncertainty for trademark owner that wanted register their trademark in Indonesia, and explained regarding annulment trademark that use foreign phrase constitute the descriptive trademark, with contrary to public order and bad faith as legal ground. Method approach taken by Author in this studies is normative judicial approach. Judicial approach is an approaching that refer to applicable law and legislation, normative approach is an approaching that examining library materials or secondary data on legal principle and case study(ies) or in other way referred as legal studies library. Therefore, in peformed this studies, Author only studied any library materials which cotegorized as secondary data. Descriptive trademark is a trademark that associated with goods and/or service on which the trademark is enlistment, in Indonesian trademark registration, applicant is obliged to clarify requested trademark clearly, if applicant filed trademark with foreign language, such trademark shall be translated in Bahasa. Therefore, whether use foreign language or Bahasa, Descriptive trademark is weak trademark because is not inherently distinctive. If a descriptive trademark has been registered, unregistered owner of trademark shall enforce an annulment such trademark, focussing in Kopitiam cases, unregistered owner of trademark may annul the trademark with contrary to public order and bad faith as legal ground. Keyword : Foreign Phrase, Distinction, Descriptive Mark 1 2 Student of Master Of Law Program Lecture of UGM Faculty xiii