Tn. R 72 Tahun dengan Gout Arthritis dan Hipertensi Tingkat 1 Mr. R

advertisement
Intan & Evi |Tn. R 72 Tahun dengan Gout Arthritis dan Hiperrtensi Tingkat 1
Tn. R 72 Tahun dengan Gout Arthritis dan Hipertensi Tingkat 1
Intan Ratna Kusumastuti, Evi Kurniawati
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Indonesia merupakan negara berkembang yang jumlah penduduk berusia 60 tahun keatas semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Lansia menurut definisi WHO adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas, baik pria ataupun wanita. Makin
meningkatnya harapan hidup makin kompleks penyakit yang diderita oleh orang lanjut usia, dan biasanya berkaitan dengan
gangguan metabolik. Hal ini dapat dilihat terkait dengan masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit
tidak menular yaitu penyakit kronis yang paling banyak menyerang pada lanjut usia adalah gout arthritis dan hipertensi.
Pada kasus, seorang laki-laki lansia berusia 72 tahun, datang dengan keluhan nyeri sendi pada jari kaki kanan serta lutut
kanan yang masih sering dirasakan oleh pasien meskipun sudah minum obat sejak 1 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien
sudah berobat tetapi masih sering merasakan nyeri dan mempunyai riwayat darah tinggi. Pada pemeriksaan tekanan darah
didapatkan 150/100 mmHg dan status lokalis pada region patella dan digiti dekstra didapatkan nyeri tekan dan warm. Dan
pemeriksaan penunjang didapatkan kadar asam urat 7,56 mg/dl. Terapi yang diberikan kepada pasien adalah captopril 1x25
mg, asam mefenamat 3x500 mg, dan allopurinol 1x100 mg.
Kata Kunci: gout arthritis, hipertensi, lanjut usia
Mr. R 72 Years Old with Gout Arthritis dan Hipertensi Grade 1
Abstract
Indonesia is a developing country in which population of age 60 years and older is increasing year by year. According to
WHO, elderly is someone which aged 60 years or above, both male or female. Increasing of lifespan leads to increased risk
of complex diseases in elderly, and most of them related to metabolic diseases. It can be associated with the most common
health problems which is non infectious diseases, such as chronic disease and the most common in older adults is gout
arthritis and hypertension. In case, an elderly man was 72 years old came with finger joint pain in the right foot and right
knee still often felt by the patient despite taking medication since 1 month ago. Patientalready treated previously but still
often feel pain and have a history of hypertension. On the blood pressure examination is 150/100 mmHg, and localstatus in
the region of patella and digiti dextra is tenderness and warm. In additional examination of uric acid level is 7,56 mg/dl. The
treatment is given by the patient are captopril 1x25 mg, mefenamat acid 3x500 mg and allopurinol 1x100 mg.
Keywords: elderly, gout arthritis, hypertension
Korespondensi: Intan Ratna Kusumastuti, S.Ked, alamat Perumahan Griya Kencana blok h no 1 Rajabasa Bandar Lampung,
Hp 081279195660, e-mail [email protected]
Pendahuluan
Indonesia
merupakan
Negara
berkembang yang jumlah penduduk berusia 60
tahun ke atas semakin meningkat dari tahun
ketahun. Berdasarkan laporan badan pusat
statisktik terjadi peningkatan usia harapan
hidup (UHH). Di indonesia pada tahun 2000
UHH adalah 64,5 tahun dengan presentase
populasi lansia adalah 7,18%. Angka ini
meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun
2010 dengan presentase populasi lansia adalah
7,56% dan pada tahun 2011 menjadi 69,65
tahun dengan populasi lansia adalah 7,58%.1
Lansia menurut definisi WHO adalah
seseorang yang berusia 60 tahun ketas, baik
pria ataupun wanita. Proses menua secara
individu mengakibatkan beberapa masalah
baik masalah secara fisik, biologis, mental
maupun
sosial
ekonominya.
Makin
meningkatnya harapan hidup makin kompleks
penyakit yang diderita oleh orang lanjut usia,
dan biasanya berkaitan dengan gangguan
metabolik.2
Hal ini dapat dilihat terkait dengan
masalah kesehatan yang paling banyak dialami
adalah penyakit tidak menular. Contohnya
yaitu penyakit kronis yang paling banyak
menyerang pada lanjut usia adalah gout
arthritis dan hipertensi.3
Penyakit Gout Arthritis menurut
American Collage of Rheumatology merupakan
suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan
akibat radang sendi yang sudah lama dikenal,
gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat
dari nyeri inflamasi suatu sendi. Gout adalah
bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan
nyeri yang paling sering di sendi besar jempol
kaki, namun dapat mempengaruhi sendi-sendi
yang lain dan dapat menjadi semakin parah.4
J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 79
Intan & Evi |Tn. R 72 Tahun dengan Gout Arthritis dan Hiperrtensi Tingkat 1
Arthritis gout merupakan salah satu
penyakit metabolik yang dicirikan dengan
adanya hiperurisemia. Salah satu penyakit yang
dapat memperngaruhi hiperuresemia adalah
hipertensi.5
Hipertensi
merupakan
penyebab
kematian nomor 3 yakni mencapai 6,7% dari
populasi kematian pada semua umur di
indonesia. Hipertensi adalah keadaan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan diastolik
lebih sering meningkat pada orang yang lebih
muda dari usia 50 tahun. Dengan terjadinya
penuaan, hipertensi sistolik menjadi masalah
yang lebih besar sebagai akibat dari kaku
progresif pada arteri yang lebih besar.
Setidaknya seperempat dari orang dewasa (dan
lebih dari setengah dari mereka yang lebih tua
dari 60) memiliki tekanan darah tinggi.6
Lansia sebagai kepala keluarga yang
memiliki masalah utama gout arthritis dan
hipertensi merupakan masalah kompleks pada
pasien dan keluarganya. Hal ini tentu didukung
oleh masalah internal dan eksternal dari pasien
dan keluarganya. Oleh karena itu, dibutuhkan
partisipasi dan dukungan pelaku rawat
keluarga yang optimal dalam memotivasi,
mengingatkan serta memerhatikan pasien
dalam penatalaksanaan penyakitnya.
Kasus
Pasien Tn. R 72 tahun, datang ke
Puskesmas Panjang diantar oleh istrinya untuk
berobat karena nyeri sendi pada jari kaki kanan
serta lutut kanan yang masih sering dirasakan
oleh pasien meskipun sudah minum obat.Nyeri
sendi dirasakan hilang timbul dan menghilang
dengan sendirinya. Biasanya nyeri akan
dirasakan bertambah setelah sebelumnya
pasien mengkonsumsi sayur-sayur berwarna
hijau tua seperti daun singkong. Sebelumnya 1
bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri
sendi di jari-jari (ibu jari dan jari telunjuk) kaki
kanan dan lutut kanansampai susah untuk
berjalan.
Selain itu pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan
rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi.
Riwayat penyakit kencing manis tidak pernah
dimiliki oleh pasien. Riwayat penyakit keluarga
yang pernah dialami seperti pasien tidak
diketahui oleh pasien karena keluarga pasien
yang tinggal di pulau Jawa, tetapi anak pasien
(Ny.NS) yang tinggal dalam 1 rumah bersama
J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 80
pasien memilki riwayat penyakit stroke sejak 3
tahun yang lalu.
Sebelumnya pasien memiliki riwayat
merokok selama 30 tahun tetapi sudah 2 tahun
ini pasien berhenti merokok. Pasien tidak
pernah melakukan olahraga tetapi sejak 2
minggu terakhir pasien melakukan olahraga
dengan berjalan disekitar rumah setiap 2 hari,
tetapi pasien kurang mengatur pola makan
sehingga pasien tidak menghindari makanan
yang berisiko terhadap penyakitnya. Pasien
masih sering mengkonsumsi kopi, kacangkacangan, sayur hijau seperti daun singkong
dan jeroan (tinggi purin).
Pasien rutin ke praktik dokter umum
yang dapat ditempuh sekitar ±10 menit untuk
mengontrolkan hipertensi. Tetapi sejak 1 bulan
terakhir ini pasien mulai rutin berobat ke
Puskesmas Panjang dan rutin ke Puskesmas
setiap minggu untuk mengkontrolkan keluhan
nyeri sendi dan tekanan darah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaaan umum tampak sakit ringan, suhu
36,2oC, tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 96
x/menit, RR 22 x/menit, berat badan 50 kg,
tinggi badan 155 cm, status gizi normal (IMT
:22,2). Pada status generalis kepala, mata,
telinga, hidung, mulut, leher, paru, jantung,
abdomen semua dalam batas normal. Pada
status lokalis Regio patella dekstra didapatkan
nyeri tekan (+) dan regio digiti I dan II pedis
dekstra didapatkam warma (+) dan nyeri tekan
(+). Serta pada pemeriksaan penunjang
didapatkan asam urat 7,56 mg/dl.
Pasien
diberikan
terapi
obat
asammefenamat 3x500 mg, allopurinol 1x100
mg dan captopril 1x25 mg.
Pembahasan
Masalah kesehatan yang dibahas pada
kasus ini adalah seorang lansia berusia 72
tahun yang menderita gout arthritis sejak
1bulanyang telah mengkonsumsi obat tetapi
masih merasakan nyeri sendi dan memiliki
riwayat hipertensi 1 tahun. Tujuan yang
dilakukan adalahnuntuk pendekatan dan
perkenalan
terhadap
pasien
serta
menerangkan maksud dan tujuan kedatangan
yang diikuti dengan anamnesis tentang
keluarga dan perihal penyakit ya nng telah
diderita. Dari hasil kunjungan tersebut, sesuai
konsep mandala of health, dari segi perilaku
kesehatan pasien masih mengutamakan kuratif
daripada preventif dan memiliki pengetahuan
Intan & Evi |Tn. R 72 Tahun dengan Gout Arthritis dan Hiperrtensi Tingkat 1
yang kurang tentang penyakit-penyakit yang ia
derita. Lingkungan psikososial, pasien merasa
sedih karena anak ketiganya bercerai dan
memiliki riwayat sakit stroke dan semenjak
pensiun, pasien sudah mulai jarang untuk
komunikasi dan makan bersama dengan teman
sepekerjaannya tetapi jika dengan tetangga
pasien masih sering berkomunikasi. Ekonomi
dan uang untuk kebutuhan sehari-hari
didapatkan dari anaknya saja. Human biology,
tidak diketahui oleh pasien tentang riwayat
penyakit dalam keluarganya. Life style, pola
makan masih sering mengkonsumsi makanan
seperti jeoran dan sayur-sayur hijau seperti
daun singkong, dan pasien masih sering
mengkonsumsi kopi setiap siang hari. Selain itu
keluarga juga belum mengurangi penggunaan
garam dan minyak pada saat memasak.
Perilaku olahraga ringan dengan berjalan sudah
mulai dijalani pasien sejak 2 minggu yang lalu
yang dilakukan setiap 2 hari. Keadaan rumah
kurang ideal, sangat sempit, kurang rapi,
ventilasi yang sangat kurang dan pencahayaan
yang kurang menyebabkan keadaan rumah
menjadi lembab. Sistem pelayanan kesehatan
terjangkau baik dari segi biaya maupun lokasi.
Biasanya menggunakan angkutan umum untuk
ke Puskesmas. Pekerjaan, sudah 6 bulan pasien
tidak bekerja, sehari-hari hanya duduk,
mengobrol dan tidur dirumah, sebelumnya
pasien bekerja sebagai kuli di pelabuhan
biasanya pasien bekerja selama 8 jam dan
mengangkut barang-barang. Dari hasil scoring
menggunakan Mini Mental State Examination
didapatkan adanya gangguan ringan sampai
berat terhadap fungsi kognitif sehingga
keluarga tentunya sangat berperan guna
kelangsungan hidup pasien.
Penegakan diagnosis klinik utama pada
pasien sudah benar, yaitu goutarthritis dan
hipertensi grade I. Insiden gout berkorelasi
kuat dengan konsentrasi serum asam urat, jika
meningkat ketika melebihi 7 mg/dL dan
berdasarkan JNC VIII, hipertensi stage I apabila
tekanan sistolik ≥140 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg.
Gout
arthritis
biasanya
terjadi
karenaadanya peningkatan kadar asam urat
yang melebihi normal. Kondisi ketika kelebihan
asam urat dalam tubuh (hyperuricemia)
mengarah pada pembentukan berbagai
jaringan kristal monosodium urat. Terlepas dari
gangguan herediter ekskresi asam urat dan
metabolisme purin, penyebab utama asam urat
adalah makanan kaya purin, konsumsi alkohol,
dan kelebihan berat badan.
Untuk penegakan diagnosis arthritis gout
akut, dapat digunakan kriteria dari American
College of Rheumatology (ACR) tahun 1977
yaitu ditemukannya kristal urat di cairan sendi,
atau adanya tofus yang berisi kristal urat, atau
terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris
dan radiologis yang diantaranya yaitu 1.
Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis
akut, 2. Inflamasi maksimal terjadi dalam
waktu satu hari, 3. Arthritis monoartikuler, 4.
Kemerahan pada sendi, 5.Bengkak dan nyeri
pada MTP-1, 6. Artritis unilateral yang
melibatkan MTP-1, 7. Artritis unilateral yang
melibatkan sendi tarsal, 8. Kecurigaan adanya
tofus, 9. Terjadi peningkatan kadar asam urat
dalam darah (lebih dari 7,5 mg/dl), 10.
Pembengkakan
sendi
yang
asimetris
(radiologis), 11. Kista subkortikal tanpa erosi
(radiologis), 12. Kultur mikroorganisme
negative pada cairan sendi).7
Sedangkan
osteoarthritis
biasanya
predileksi di sendi besar dan distal.Biasanya
mengenai 2 sendi/simetrsis dan gejalanya
biasanya dirasakan terus menerus. Untuk
kriteria diagnosis untuk osteoarthritis lutut,
koksa dan tangan digunakan kriteria menurut
American College of Rheumatology, yaitu :
Nyeri lutut (+) dan minimal 3 dari 6 kriteria
berikut: 1. Usia >50 tahun, 2. Kaku pagi <30
menit, 3. Krepitus, 4. Nyeri tekan, 5.
Pembesaran tulang, 6. Tidak panas pada
perabaan.8
Hipertensi grade I berdasarkan JNC VIII,
apabila tekanan sistolik ≥140 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi
pada lansia disebabkan karena proses penuaan
dimana
terjadi
perubahan
sistem
kardiovaskuler, katup mitral dan aorta
mengalami sklerosis dan penebalan, miokard
menjadi
kaku
dan
lambat
dalam
berkontraktilitas. Kemampuan memompa
jantung harus bekerja lebih keras sehingga
terjadi hipertensi.9
Lansia, ditambah lagi dengan faktor bahwa
seorang lansia menderita penyakit kronis
seperti hipertensi, jauh lebih rentan terkena
depresi karena telah memasuki fase hidup
terakhirnya. Sebuah kuisioner berjumlah 15
item yang dikenal dengan Geriatric depression
scale, dapat digunakan untuk mengetahui
apakah seorang lansia menderita depresi atau
tidak. Dari pemeriksaan GDS terhadap Tn. R
J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 81
Intan & Evi |Tn. R 72 Tahun dengan Gout Arthritis dan Hiperrtensi Tingkat 1
didapatkan score 5 yang berarti pasien
mengalami kemungkinan depresi.14 Pada
pasien ini kemungkinan depresi dikarenakan
pasien masih sering memikirkan anak ke 3 nya
yang sudah bercerai dan memiliki riwayat
penyakit stroke dan karena masalah ekonomi
keluarga dimana pasien tidak bekerja lagi dan
hanya mendapat uang dari anaknya saja.
Dalam kasus ini pasien penderita gout
arthritis yang berjenis kelamin laki-laki dan
berusia lanjut dengan riwayat merokok dan
hipertensi. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti EKG.
Lalu dilakukan intervensi terhadap
pasien dengan menggunakan media leaflet
asam urat dan poster diet hipertensi.
Intervensi ini dilakukan dengan tujuan untuk
merubah pola makan pasien yang tidak teratur
meskipun untuk merubah hal tersebut
bukanlah hal yang dapat dilihat hasilnya dalam
kurun waktu yang singkat. Ada beberapa
langkah
atau proses sebelum orang
mengadopsi perilaku baru menurut Rogers,
1974. Pertama adalah kesadaran (awareness),
dimana orang tersebut menyadari stimulus
tersebut. Kemudian dia mulai tertarik
(interest). Selanjutnya, orang tersebut akan
menimbang-nimbang baik atau tidaknya
stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu, dia
akan mencoba melakukan apa yang
dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap
akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya.
Ketika intervensi dilakukan, keluarga juga turut
serta mendampingi dan mendengarkan apa
yang disampaikan pada pasien.10
Edukasi yang diberikan agar terhindar
dari penyakit gout, salah satu caranya adalah
menjaga kadar asam urat dalam darah di posisi
normal, yaitu 5-7 mg/dl. Batasan tertinggi
untuk pria adalah 7 mg/dl sedangkan untuk
wanita 6 mg/dl. Faktor yang dapat diubah
dalam hal peningkatan kadar asam urat adalah
diet purin. Dibutuhkan perhatian lebih pada
edukasi pasien mengenai diet rendah purin
karena pengetahuan yang kurang akan
memperburuk gout.11
Diet normal biasanya mengandung 6001.000 mg purin per hari. Namun bagi penderita
gout, asupan purin harus dibatasi sekitar 100150 mg purin per hari. Kita susah
menghilangkan sama sekali asupan purin ke
dalam tubuh karena hampir semua bahan
pangan terutama sumber protein mengandung
J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 82
purin. Namun kita bisa mengontrol asupan
purin dengan cara memilih bahan pangan yang
rendah kandungan purinnya.
Untuk karbohidrat sebaiknya dari
kabohidrat komplek seperti nasi, singkong, ubi
dan roti. Hindari karbohidrat sederhana seperti
gula, sirup atau permen. Penderita asam urat
harus menjalani diet rendah protein karena
protein dapat meningkatkan asam urat,
terutama protein hewani. Sedangkan sumber
protein yang dianjurkan adalah sumber protein
nabati dan protein yang berasal dari susu, keju
dan telur. Sangat disarankan untuk membatasi
konsumsi lemak. Lemak dapat menghambat
ekskresi asam urat melalui urin. Batasi
makanan
yang
digoreng,
penggunaan
margarin, mentega dan santan. Ambang batas
lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15% dari
total kalori/hari. Dan juga disarankan untuk
banyak minum air putih, minimal 2,5 liter/hari.
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu
mengeluarkan asam urat melalui urin.
Sedangkan alkohol, tape dan brem harus
dijauhi. Bahan pangan mengandung alkohol ini
dapat meningkatkan asam laktat plasma, asam
yang dapat menghambat pengeluaran asam
urat dari dalam tubuh melalui urin.12
Penatalaksaan arthritis gout dapat juga
dilakukan dengan latihan fisik aerobik dan
latihan fisik ringan. Risiko terjadinya gout lebih
besar terjadi pada lelaki yang tidak memiliki
aktivitas fisik dan kardiorespiratori fitness
dibandingkan dengan lelaki yang aktif secara
fisik dan kardiorespiratori. Untuk mencegah
kekakuan dan nyeri sendi, dapat dilakukan
latihan fisik ringan berupa latihan gerak
sendiseperti
senam,
bersepeda,
dan
berenang.12
Pada tanggal 11 Maret dilakukan
kunjungan kembali ke rumah pasien. Dari hasil
anamnesis lanjut nyeri sendi sudah berkurang
dan jarang dirasakan pasien. Selain itu
didapatkan bahwa pasien sudah mulai
mencoba
membiasakan
makan
yang
mengandung rendah purin, seperti tidak
makan jeroan, ikan, tempe (kacang-kacangan),
sayur hijau tua seperti daun singkong, dan
pasien juga sudah mengurangi konsumsi kopi
tidak setiap hari dan diganti dengan minum air
putih yang lebih sering dari sebelumnya. Selain
itu istri pasien juga sudah mulai mengurangi
garam pada saat memasak dan membatasi
makanan yang digoreng sehingga istri pasien
sudah mulai memasak dengan cara direbus
Intan & Evi |Tn. R 72 Tahun dengan Gout Arthritis dan Hiperrtensi Tingkat 1
atau dikukus. Olahraga sudah mulai dilakukan
pasien hampir setiap hari pada pagi hari
dengan berjalan di sekitar rumah pasien. Tetapi
pasien belum melakukan senam karena pasien
belum mengikuti posyandu lansia. Rumah
masih terlihat berantakan namun jendela yang
biasanya tertutup sudah mulai dibuka hampir
setiap hari. Selain itu dilakukan pemeriksaan
tekanan darah yaitu 130/80 mmHg dan
pemeriksaan kadar asam urat yaitu 6,8 mg.
Pada
umumnya
tujuan
dari
penatalaksanaan pasien yang mengalami gout
arthritis adalah pengendalian rasa sakit,
memperbaiki fungsi sendi yang terserang dan
menghambat penyakit supaya tidak menjadi
lebih parah. Untuk stadium akut diberikan
NSAID, tetapi pada pasien diberikan asam
mefenamat. Sebuah studi prospektif jangka
panjang didapatkan pasien dengan arthritis
dengan usia diatas 65 tahun, yang secara
teratur menggunakan aspirin (NSAID) pada
dosis rendah beresiko menderita dyspepsia
apabila berhenti menggunakan NSAIDs. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan NSAIDs
harus dikurangi. Pedoman pengobatan arthritis
gout saat ini yang disarankan adalah NSAID oral
atau colchicine sebagai lini pertama
pengobatan sistemik untuk serangan akut.13
Selain itu diberikan obat penurun asam
urat seperti alupurinol atau obat urikosurik,
tetapi tidak dapat diberikan pada stadium akut.
Pada stadium interkritik dan menahun tujuan
pengobatan adalah menurunkan kadar asam
urat, sampai kadar normal, guna mencegah
kekambuhan. Penurunan kadar asam urat
dilakukan dengan pemberian diet rendah purin
dan pemakaian obat allopurinol bersama obat
urikosurik yang lain. 6
Pada pasien ini diberikan asam
mefenamat untuk mengurangi rasa nyeri sendi
dan diberikan allopurinol untuk menurunkan
kadar asam urat. Pada pasien ini setelah
dilakukan intervensi didapatkan kadar asam
urat yaitu 6,8 mg/dl, yang sudah sesuai dengan
target yaitu <7 mg/dl. Kadar asam urat ini
sudah turun dibandingkan sebelumnya yaitu
7,56 mg/dl. Hal ini karena pasien sudah mulai
mengkonsumsi obat allopurinol sejak 2 minggu
dan sejak 1 minggu pasien juga sudah mulai
mengkonsumsi makanan rendah purin.
Pada pasien hipertensi dengan usia ≥60
tahun, mulai pengobatan farmakologis pada
tekanan darah sistolik ≥150 mmHg atau
diastolik ≥90 mmHg dengan target terapi untuk
sistolik <150 mmHg dan diastolik <90 mmHg.
Terapi lini pertama dan selanjutnya sekarang
harus dibatasi menjadi empat golongan obat:
diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker
(CCB), ACE Inhibitor, dan ARB (JNC VIII). Pada
pasien diberikan captopril 1x25 mg. Dan
setelah dilakukan intervensi didapatkan
tekanan darah 130/80 mmHg. Tekanan darah
tersebut telah turun dari awal pasien datang
yaitu 150/100 mmHg dan sudah mencapai
target JNC VIII. Hal tersebut dapat terjadi
karena pasien sudah rutin mengkonsumsi obat
antihipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan dari
pola makan yang dianjurkan sudah mulai
diperbaiki secara bertahap.
Prognosis pada pasien ini dalam hal quo
ad vitam: dubia ad bonam dilihat dari
kesehatan dan tanda-tanda vitalnya masih
baik; quo ad functionam: dubia ad bonam
karena pasien masih bisa beraktivitas seharihari; dan quo ad sanationam: dubia ad bonam
karena pasien masih bisa melakukan fungsi
sosial kepada masyarakat sekitar.
Simpulan
Diagnosis gout arthritis dan hipertensi
pada kasus sudah sesuai dengan teori dan
telaah kritis dari penelitian terkini.Pada pasien
terdapat 6 dari 12 tanda gout arthritis yang
menunjukan pasien termasuk penyakit gout
arthritis.Dan pada pemeriksaan tekanan darah
didapatkan
>150/90
mmHg.
Faktor
pengetahuan yang rendah tentang penyakit
pasien juga berperan dalam kasus ini.
Tatalaksana pada pasien ini sudah sesuai
dengan CPG dan dukungan keluarga tentang
konsumsi makanan untuk pasien.
Daftar Pustaka
1. Depkes RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2013.
2. Kusumawardhani
T. Penatalaksanaan
hipertensi pada usia lanjut. J Peny Dalam.
2007; 7(1):135-40.
3. Diantari E, Candra A. Pengaruh asupan
purin dan cairan terhadap kadarasam urat
pada wanita usia 50-60 tahun di
Kecamatan Gajah Mungkur Semarang. J of
Nutrition College. 2013; 2(1):44-9.
4. Hochberg MC, Altman RD, April KT,
Benkhalti M, Guyatt G, Mcgowan J, et al.
American College of Rheumatology 2012
Recommendations for the use of
J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 83
Intan & Evi |Tn. R 72 Tahun dengan Gout Arthritis dan Hiperrtensi Tingkat 1
5.
6.
7.
8.
9.
nonpharmacologic and pharmacologic
therapies in osteoarthritis of the hand, hip,
and
knee.
American
College
of
Rheumatology. 2012; 64(4):465-74.
Liu B, Wang T, Zhao HN, Yue WW, Yu HP,
Liu CX, et al. The prevalence of
hyperuricemia in China: a meta-analysis.
BMC Public Health. 2011; 11(832):14712458.
Hensen, Putra TR. Hubungan konsumsi
purin dengan hiperurisemia pada suku bali
di daerah wisata pedesaaan. J Peny Dalam.
2007; 8(1):37-43.
Hidayat R. Radang sendi. Scientific Journal
of Pharmaceutical Development and
Medical Application. 2009; 22(1):19793910.
Kumar P, Clark M. Clinical medicine. Edisi
ke-6. London: Elseveir Saunders; 2007.
hlm. 1153-4.
Herlinah L, Wiarsih K, Rekawati E.
Hubungan dukungan keluarga dengan
perilaku lansia dalam pengendalian
J Medula Unila | Volume 5 | Nomor 1 | Mei 2016 | 84
10.
11.
12.
13.
14.
hipertensi. J Keperawatan Komunitas.
2013; 1(2):108-15.
Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan
ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
Chamayasinta DR, Husnah. Hubungan
pengetahuan diet purin dengan kadar
asam urat pasien gout arthritis. JKS. 2013;
13(1):13-17.
Zahara R. Artritis gout metakarpal dengan
perilaku makan tinggi purin diperberat oleh
aktivitas mekanik pada kepala keluarga
dengan posisi menggenggam statis.
Medula Unila. 2013; 1(3):67-73.
Anand BS, Katz J. Peptic ulcer disease.
Medscape
Reference,
Professor.
Department of Internal Medicine, Division
of Gastroenterology, Baylor College of
Medicine.
2011.
Tersedia
dari
:
http://emedicine.medscape.com/article/1
81753-overview
Njoto EN. Mengenali depresi pada
usialanjut
menggunakan
geriatric
depression scale (GDS) untuk menunjang
diagnosis.
CDK.
2014;
41(6):217.
Download