9 BAB II LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bisnis dan Perusahaan Pengertian perusahaan dan bisnis pernah dipaparkan oleh Raymond E. Glos dalam bukunya “Business, It’s Nature and Environment An Introduction”. Perusahaan dapat diartikan sebagai sebuah organisasi yang memproses perubahan keahlian dan sumber daya ekonomi menjadi barang dan, atau jasa yang diperuntukkan bagi pemuasan kebutuhan para pembeli, serta diharapkan akan memberikan laba kepada para pemiliknya. Jadi, fokusnya lebih kepada organisasi. Sedangkan bisnis dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang terlibat didalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahana berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka (Umar Husein, 2007). Dari penjelasan kedua istilah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian bisnis lebih luas dibandingkan pengertian perusahaan karena perusahaan merupakan bagian dari bisnis. Dalam kegiatan bisnis, dibutuhkan kesiapan dalam menghadapi tantangan dan resiko untuk mengkombinasikan tenaga kerja, material, modal dan manajemen secara baik sebelum memasarkan produk. Orang yang memiliki kompetensi tersebut sering dikenal sebagai pengusaha. 10 Studi Kelayakan Bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layaknya suatu bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk. Kegiatan utama bisnis bisa dikategorikan kedalam kegiatan yang berbentuk operasional rutin yang didasarkan pada suatu konsep pendayagunaan sistem yang telah ada dilakukan secara terus menerus serta berulang-ulang. Akan tetapi berbeda jika kegiatan yang dilakukan merupakan proses pembangunan dan perluasan sistem, maka kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang berbentuk proyek sehingga kegiatan lainnya yang belum ada dalam bisnis akan berlangsung setelah adanya kegiatan berbentuk proyek ini dilakukan. Misalnya jika sebuah perusahaan akan berdiri maka sistem dibangun terlebih dahulu oleh proyek, baru kemudian dioperasionalkan secara rutin. Motivasi utama dari kegiatan bisnis adalah laba (Umar Husein, 2007). Laba didefiniskan sebagai perbedaan antara penghasilan dan biaya - biaya yang dikeluarkan. Sehingga dalam bisnis para pengusaha harus dapat melayani para pelanggan dengan cara menguntungkan untuk kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, selain juga harus mengetahui kesempatan-kesempatan baru untuk memuaskan keinginan konsumen. 2.1.2 Konsep Komponen Bisnis Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa konsep bisnis terdiri dari empat konsep komponen, yakni konsep pasar (P1), konsep perusahaan (P2), konsep persaingan (P3), dan yang terakhir yaitu konsep perubahan (P4). 11 P4 P3 P1 P4 P2 P4 Gambar 2.1 : Konsep Komponen Bisnis Sumber : Umar Husein dalam “Studi Kelayan Bisnis” Penjelasan mengenai Konsep Komponen Bisnis adalah transaksi - transaksi bisnis dilakukan dipasar (P1) oleh perusahaan (P2) : Pada hakikatnya, transaksi-transaki bisnis dilakukan di pasar (P1) oleh perusahaan (P2). Transaksi-transaksi ini diharapkan terjadi dengan memuaskan kedua belah pihak, yaitu produsen dan konsumen. Namun, proses antara P1 dan P2 ternyata dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh persaingan dan aspek eksternal lainnya (P3) baik secara positif maupun negatif. Selain itu, ketiga kutub ini memiliki perubahan-perubahannya sendiri (P4), yang pada gambar di atas berbentuk lingkaran-lingkaran, dimana secara langsung atau tidak langsung juga akan mempengaruhi kelancaran bisnis perusahaan. Konsep Pasar (P1) Pasar di mana produk dari produsen ditawarkan pada konsumen potensialnya tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, jadi hendaknya produsen mengetahui dengan baik bagaimana menentukan pasar produsen yang diinginkan. Apakah itu dalam 12 bentuk monopoliy, oligopoly, pasar persaingan sempurna, dan seterusnya. Produsen hendaknya juga mengetahui pasar konsumen yang ingin dimasuki, misalnya pasar pemerintah, re-seller, industri, atau pasar konsumen. Selain itu, perusahaan hendaknya menentukan kebijakan segmentasi pasar, target pasar, serta positioning produk di pasarnya. Konsep Perusahaan (P2) Konsep perusahaan akan disebut sebagai konsep lingkungan internal perusahaan. Elemen-elemen dari lingkungan internal perusahaan dapat dibagi atas fungsionalnya, lingkungan perusahaan terbagi atas fungsional pemasaran, SDM, keuangan, produksi / operasi, dan manajemen. Sedangkan, dari sisi tingkatan manajemen dapat dibagi atas manajemen tingkat atas, menengah, dan tingkat bawah. Konsep Persaingan dan Eksternal Lain (P3) Selain konsep lingkungan internal, konsep bisnis juga memiliki lingkungan eksternal, yaitu kondisi-kondisi yang berada di luar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan perusahaan. Kondisi-kondisi ini meliputi kondisi politik, ekonomi, sosial, teknologi, legal dan lingkungan hidup. Lingkungan eksternal yang lain adalah lingkungan industri, yaitu suatu lingkungan dimana produk-produk perusahaan berada dan terlibat dalam persaingan. Selain itu perusahaanperusahaan juga melakukan kerja sama agar produk-produk secara keseluruhan tetap dapat bertahan dan terus berkembang. 13 Konsep Perubahan (P4) Dunia terus berubah begitu pula halnya dengan dunia bisnis. Lingkungan bisnis, seperti situasi politik, ekonomi, dan seterusnya terus berubah. Demikian pula, situasi pasar dimana produk dijual, misalnya sikap konsumen, perilaku konsumen, serta daur hidup produk juga berubah. Aspek-aspek internal perusahaan, seperti kondisi SDM di dalam perusahaan selalu berubah-ubah sikap dan perilakunya, termasuk motivasi dan kepuasan mereka. Hendaknya, perubahan-perubahan yang terjadi baik dari luar maupun dari dalam perusahaan dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kelemahan-kelemahan serta ancamanancaman yang ada dapat ditutup dengan kekuatan-kekuatan dan peluang-peluang yang dimilikinya. 2.1.3 Industri Manufaktur dan Jasa 2.1.3.1 Industri Manufaktur Menurut Kotler (2000), Penawaran sebuah perusahaan kepada pasar sasarannya biasanya mencakup beberapa jenis. Komponen jasa ini bisa merupakan bagian kecil ataupun bagian utama atau pokok dari keseluruhan penawaran tersebut. Pada kenyataannya, suatu penawaran dapat bervariasi dari dua kutub ekstrem, yaitu murni berupa barang manufaktur pada satu sisi dan jasa murni pada sisi lainnya. Berdasarkan kriteria ini, penawaran sebuah perusahaan dapat dibedakan menjadi lima kategori, yakni : 14 1. Produk fisik murni Penawaran pada kategori ini semata-mata hanya berupa produk fisik (contohnya, sepatu, pasta gigi, minuman ringan, tisu, dan sabun cuci), tanpa ada jasa atau layanan yang menyertai produk tersebut. 2. Produk fisik dengan jasa pendukung Pada kategori ini, penawaran terdiri atas suatu produk fisik yang disertai dengan satu atau beberapa jasa atau layanan untuk meningkatkan daya tarik pada konsumen. Sebagai contoh, dealer mobil menawarkan jasa pengantaran, fasilitas pembayaran kredit, reparasi, penggantian suku cadang, dan seterusnya. Dalam kategori ini, jasa dapat pula didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan perusahaan bagi para pelanggan yang telah membeli produknya (Clemente, 1992). Pakar pemasaran Theodore Levitt (1972) mengamati bahwa semakin canggih teknologi sebuah produk generic (misalnya: mobil, mesin fotocopy, kamera digital, telepon genggam, dan komputer, semakin besar pula ketergantungan penjualannya pada kualitas dan ketersediaan layanan pelanggan (customer service) yang menyertainya, seperti ruang pajangan (showroom), fasilitas pengantaran, pemelirahaan dan reparasi, bantuan aplikasi, pelatihan operator, konsultan instalasi, dan pemenuhan garansi. 3. Produk hybrid Penawaran pada kategori ini terdiri atas komponen barang dan jasa yang kurang lebih sama besar porsinya. Contohnya adalah restoran siap saji. 15 4. Jasa utama yang didukung dengan barang dan jasa minor. Penawaran pada kategori ini terdiri atas jasa pokok tertentu bersama-sama dengan jasa tambahan (pelengkap) dan atau barangbarang pendukung. Contohnya bisa dijumpai pada konteks jasa penerbangan. Selama menempuh penerbangan menuju tempat tujuan, ada sejumlah unsure produk fisik pelengkap yang terlibat, seperti makanan dan minuman, majalah atau surat kabar yang disediakan, videogame, radio, TV, dan lain-lain. Jasa seperti ini memerlukan barang yang bersifat capital intensif (dalam hal ini tentu saja pesawat) untuk realisasinya, namun penawaran utamanya tetap berupa jasa. 5. Jasa murni Penawaran pada kategori ini hampir seluruhnya berupa jasa, contohnya jasa fisioterapi, konsultasi psikologi, jasa tukang pijat, babysitter, dan lain-lain. Kelima macam kategori produk ini bisa pula digambarkan secara skematis dalam sebuah kontinum, sebagaimana tersaji dalam Gambar 2.2. dalam gambar tersebut, produk dibedakan berdasarkan elemen tangible dan intangible. Garam, misalnya bisa dikatakan hamper 100% berupa produk fisik. Sebaliknya, jasa professional merupakan bentuk jasa murni. Di tengah-tengahnya terdapat restoran siap saji sebagai bentuk produk yang memiliki komponen tangible dan intangible yang kurang lebih sama. 16 Jasa Profesional Dosen Intangible Dominant Teater Biro iklan Penerbangan Hotel Seimbang Tangible Dominant Restoran siap saji Tailored suit Mobil Rumah Deterjen Minuman ringan Garam Gambar 2.2 : Kontinum Barang dan Jasa Sumber : Lovelock, Patterson & Walker (2004) 2.1.3.2 Konsep dan Definisi Industri Jasa Di Indonesia, penyerapan tenaga kerja di sektor jasa hampir mencapai 40%, sama halnya dengan di RCC dan Thailand (Wirtz, 2000). Sejumlah faktor diyakini berkontribusi pada pertumbuhan pesat dan signifikansi peran sektor jasa, di antaranya (Lovelock, Paterson dan Walker, 2004) ; 1. Internasionalisasi dan globalisasi, seperti “hollowing out effect”: peningkatan perdagangan jasa, dan bertumbuhnya pelanggan global. Dalam beberapa dekade terakhir perubahan pola penyerapan tenaga kerja di negara industri, dari yang semula berpusat pada sektor manufaktur ke sektor jasa. Pemanukfaturan berteknologi rendah yang cenderung bersifat labor-intensif beralih ke negara-negara yang tingkat upahnya relatif masih murah, 17 seperti Vietnam, RRC, Meksiko dan Indonesia. Sementara di negara-negara industri, seperti Amerika, Australia, Jepang dan Inggris, tuntutan terhadap tingkat keterampilan angkatan kerja semakin meningkat dikarenakan pekerjaan - pekerjaan yang tersedia di sektor manufaktur berteknologi tinggi cenderung bersifat knowledge-intensive skill-intensive. dan Selain itu, berbagai bentuk jasa baru juga bermunculan dalam rangka merespon perubahan kebutuhan konsumen, baik individual maupun organisasional. Perubahan pola penyerapan tenaga kerja seperti ini disebut hollowing out effect. 2. Perubahan regulasi pemerintah, seperti deregulasi dan privatisasi di sejumlah sektor usaha (seperti perbankan, transportasi, telekomunikasi, dan layanan public), serta kesepakatan baru antar negara dalam hal perdagangan jasa (General Agreement on Trade in Services (GATS) ditandatangani oleh 110 negara pada tahun 1994). 3. Perubahan sosial, seperti meningkatnya ekspektasi pelanggan, bertambahnya waktu luang, meningkatnya pendapatan disejumlah negara, dan semakin banyaknya wanita yang masuk kedalam angkatan kerja. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan di berbagai negara dalam bertambahnya jumlah dual income families, bermunculan pula global middle class dengan kebutuhan, minat dan gaya hidup yang relative konvergen (Lovelock, Patterson dan Walker, 2004). Implikasinya, permintaan terhadap 18 sejumlah jenis jasa ikut meningkat di antaranya jasa hiburan, pariwisata, kesehatan, olahraga, dan restoran siap saji. 4. Tren bisnis, seperti pengendoran standar asosiasi professional (sejumlah asosiasi jasa profesional mulai mencabut larangan terhadap aktivitas promosi dan periklanan, di antaranya profesi akuntan, arsitek, dokter, pengacara, dan optometrist), penerapan orientasi pemasaran oleh organisasi nirlaba, berkembangnya outsourcing terhadap jasa-jasa non-inti (non-core services), berkembangnya gerakan kualitas (Total Quality Management), dan bertumbuhnya bisnis waralaba (franchising). 5. Kemajuan teknologi, seperti konvergensi komputer dan telekomunikasi, miniaturisasi, digitalisasi, dan perangkat lunak yang semakin canggih. Teknologi informasi berperan signifikan dalam menunjang daya saing setiap organisasi, misalnya dalam hal penciptaan atau penyempurnaan sistem penyampaian jasa baru (contohnya, Internet banking, TV media, TV kabel, vending machines, dan sebagainya), peningkatan keterlibatan pelanggan dalam operasi jasa swalayan, pembentukan departemen layanan pelanggan tersentralisasi (contohnya, pemanfaatan call centers oleh perusahaan penerbangan, asuransi, telepon, dan lain-lain), dan pengembangan database marketing yang akurat. Sementara mengemukakan itu, Lovelock, perpektif “service” Patterson dan sebagai sebuah Walker sistem. (2004) Dalam perspektif ini, setiap bisnis jasa dipandang sebagai sebuah sistem yang 19 terdiri atas dua komponen utama : (1) operasi jasa (service operations), di mana masukan (input) diproses dan elemen-elemen produk jasa diciptakan : dan (2) penyampaian jasa (service delivery), di mana elemenelemen produk jasa tersebut dirakit, dirampungkan dan disampaikan kepada pelanggan (lihat gambar 2.3). sebagian dari system ini tampak (visible) atau diketahui pelanggan (sering disebut pula front office atau frontstage), sementara sebagian lainnya tidak tampak atau bahkan tidak diketahui keberadaannya oleh pelanggan (back office atau backstage). Gambar 2.3 : Sistem Penyampaian Jasa Sumber : Lovelock, Patterson & Walker (2004) Semakin maju sebuah negara semakin tidak didominasi oleh industri manufaktur yang memproduksi barang akhir, berkembangnya industri jasa yang mungkin lebih pesat dibandingkan industri manufaktur dibanyak negara maju. Beberapa faktor yang mempengaruhi bisnis untuk bergerak kearah bisnis jasa (Umar Husein, 2007) antara lain : 20 • Perubahan regulasi pemerintah • Swastanisasi perusahaan-perusahaan pemerintah dan organisasi nirlaba • Komputerisasi dan inovasi teknologi • Perkembangan waralaba (franchising) • Ekspansi leasing dan bisnis persewaan • Pertumbuhan pusat-pusat jada dalam perusahaan manufaktur • Tekanan finansial terhadap organisasi-organsiasi publik dan nirlaba, serta • Internasionalisasi bisnis jasa. Zeithhami dan Bitner (1996) mencoba merangkum banyak pendapat para ahli tentang definisi jasa sebagai “Semua aktivitas ekonomi yang output-nya bukanlah produk atau kontruksi fisik yang secara umum konsumsi dari produksinya dilakukan pada waktu yang sama dan nilai tambah yang diberikan dalam bentuk lainnya (seperti: kenyamanan, liburan, kecepatan, dan kesehatan) yang secara prinsip adalah intingible bagi pembeli pertamanya”. Perkembangan bisnis jasa di masa yang akan datang akan memiliki implikasi pada lingkungan bisnis jasa pada saat ini, antara lain : a. Akan terjadi inovasi jasa, sebagai contoh; e-commerce b. Semakin meningkatnya partisipasi konsumen terhadap jasa, sebagai contoh; konsumen akan mencari informasi yang lebih spesifik dan lengkap dengan menggunakan internet. 21 c. Semakin meningkatnya kandungan jasa pada barang-barang, misalnya adanya aktivitas (jasa) yang tidak diduga ditempat rekreasi, atau pencarian informasi dengan menggunakan barang yang memiliki tingkat kemudahan dan penggunaan (operasional) yang lebih baik akan memiliki nilai tersendiri contohnya radio. Jasa memiliki karakteristik antara lain : intangibilitas, keberagaman, simultanitas akan produksi dan konsumsi jasa, serta kerentanan (perishability). Intangibilitas (intangible) merupakan prinsip dari jasa, konsekuensi dari sifat ini adalah bahwa : jasa tidak bisa dilihat, dicicipi atau disentuh. Oleh karena itu, jasa tidak bisa disimpan, sehingga fluktuasi permintaan jasa sulit untuk dikendalikan. Dan jasa tidak dapat dipatenkan, akibat suatu konsep jasa akan mudah ditiru oleh pesaingnya. Dan juga, jasa sulit dikomunikasikan kepada konsumen, karena itu kualitas jasa sulit untuk dinilai oleh konsumen. Sehingga penentuan pada harga jasa sulit dilakukan, ini dikarenakan biaya pemrosesan jasa sulit dibedakan mana biaya tetapnya dan mana yang termasuk biaya variabel. Keberagaman pada penerapannya menyebabkan jasa sulit distandarisasi sebagai kegiatan yang konsisten. Sebagai contoh, adanya perbedaan keinginan konsumen menjadikan aktivitas dan kegiatan dibidang jasa memiliki perbedaan dalam prakteknya dilapangan meskipun dilakukan untuk suatu jasa yang sama. Mengenai simutanistas produksi dan konsumsi, jasanya jasa akan dimulai pada saat adanya permintaan konsumen, sehingga produksi dan konsumsi dilakukan bersamaan setelah terjadinya kesepakatan antara 22 konsumen dengan penyedia jasa. Sedangkan kerentanan (perishability) merupakan sebuah timbal balik dari kegiatan jasa yang telah dilakukan, ini dikarenakan jasa tidak dapat disimpan, dijual lagi atau pun dikembalikan. Sebagai contoh jika rambut yang sudah dicukur tidak akan dapat dikembalikan kepada asalnya. 2.1.3.3. Bisnis Retail Bisnis retail (ritel) mengalami perkembangan cukup besar, ditandai dengan semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis riter modern membutuhkan yang baru. dukungan Pengelolaan infrastruktur ritel yang modern tentunya memadai terutama kebutuhan teknologi tinggi (high-tech). Teknologi tinggi ini memungkinkan ritel membangun sistem informasi canggih yang mendukung pengelolaan sistem persediaan yang lebih efisien sehingga manajemen ritel mampu menyediakan berbagai produk makana dan minuman yang selalu segar. Teknologi juga memudahkan pelayanan, pemrosesan, serta pengantaran layanan yang lebih cepat, teliti, dan memuaskan pelanggan. Selain itu, dengan menggunakan sistem informasi, para peritel mampu mengatur persediaan di gudang-gudang ritel, sehingga sistem pasokan dan persediaan menjadi semakin terintegrasi terhadap berbagai kebutuhan gerai atau toko ritel yang dimilikinya. Perubahan-perubahan yang paling penting dibahas pada bagian ini, yaitu: 23 (1) perbedaan yang mendasar dan terus berkembang dalam format ritel, (2) meningkatkan konsentrasi industri, (3) globalisasi, dan (4) penggunaan berbagai cara untuk berinteraksi dengan konsumen. Masing-masing format ritel menargetkan segmen pasar yang berbeda dan menggambarkan tren atau kecenderungan terhadap keanekaragaman barang dagangan yang semakin meningkat. Tiap jenis ritel menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga para konsumen bisa berlangganan pada ritel yang berbeda untuk pembelian dan kebutuhan yang berbeda. Saat jumlah format ritel yang berbeda meningkat, jumlah pesaing dalam tiap format akan cenderung menurun. Sedikit peritel nasional yang mampu mendominasi kebanyakan format. Contohnya, PT. Matahari Putra Prima yang memiliki departement store masuk dalam format ritel berorientasi makanan dengan nama hypermart. Faktor penentu cara interaksi tersebut adalah adanya kemajuan teknologi maupun keberagaman jenis format ritel. Ritel dengan format tanpa toko (non-store) akan lebih banyak mengoptimalkan kemajuan teknologi informasi untuk berinteraksi dengan konsumen. Tidak semua pe-ritel yakin telah melakukan upaya yang otimal dalam berinteraksi dengan konsumen dengan hanya memilih satu cara. Sebagian besar peritel menggunakan kombinasi dari berbagai cara dalam berinteraksi seperti dilakukan oleh Matahari Departement Store yang menggunakan catalog / direct mail, e-mail, interaksi langsung didalam toko. 24 Pe-ritel juga dapat berposisi sebagai perusahaan yang menyimpan persediaan dengan ukuran lebih kecil. Fungsi utama ritel adalah mempertahankan persediaan yang sudah ada, sehingga produk akan selalu tersedia saat konsumen menginginkannya. Ritel yang mengantar produk hingga dekat ke tempat konsumen, menyediakan jasa yang memudahkan konsumen dalam membeli dan menggunakan produk, maupun menawarkan kredit sehingga konsumen dapat memiliki produk dengan segera dan membayar belakangan. Pelanggan membutuhkan ritel karena tidak semua barang dijual dalam keadaan lengkap. Pembelian salah satu barang ke ritel tersebut akan menambah nilai barang tersebut terhadap kebutuhan konsumen. Terdapat empat unsur yang dapat digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang berguna untuk menggolongkan ritel, yaitu Jenis barang yang dijual 1. Perbedaan dan keanekaragaman barang yang dijual 2. Tingkat layanan konsumen 3. Harga barang Ritel dapat dibedakan berdasarkan jenis produk yang dijualnya. Sebagai contoh ritel yang menjual produk olahraga biasanya toko peralatan olahraga. Selain itu juga dapat dibagi menurut jenis olahraga itu sendiri, seperti basket, golf, sepakbola, dan lain-lain. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Sebagai akibat dari adanya perkembangan usaha 25 manufaktur dan peluang pasar yang cukup terbuka, maupun upaya pemerintah untuk mendorong perkembangan bisnis ritel. Investasi perusahaan ritel asing tetap berinvestasi ke Indonesia dengan tiga cara yaitu : • Pengaturan objek dalam perencanaan barang dagangan. • Implikasi perencanaan dan pengelolaan keanekaragaman barang dagangan terhadap kinerja keuangan dan kinerja operasional ritel. Aspek bauran komunikasi dalam ritel meliputi hal-hal sebagai berikut : o Startegi komunikasi dalam mengembangkan merek dan membangun kesetiaan pelanggan. o Beberapa metode untuk berkomunikasi dengan pelanggan. o Kerja sama komunikasi antara peritel dengan vendor atau pemasok. o Memilih media komunikasi, menentukan frekuensi, dan waktu yang paling tepat dalam menjalankan aktivitas komunikasi dengan pelanggan. 2.1.4 Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak sebuah bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. (Umar Husein, Studi Kelayakan Bisnis, p8, 2007). 26 2.1.4.1 Reviewer Studi Kelayakan Bisnis Reviewer menggunakan analisa kelayakan ide bisnis adalah sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan baik persetujuan ataupun penolakan terhadap kelayakan suatu rencana bisnis yang akan direalisasikan sesuai dengan kepentingan pihak yang terkait didalamnya. Adapun Pihak-pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis adalah sebagai berikut : • Pihak Investor, karena investor adalah pemilik modal yang memiliki kepentingan langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal yang ditanamkannya. • Pihak Kreditor, karena dari pihak ini dana bisa dipinjamkan yang pada akhirnya keputusan pemberian pinjaman dipertimbangkan setelah melakukan pengkajian ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat sebelumnya. • Pihak Manajemen Perusahaan, sebagai pihak yang memberikan kebijakan terhadap langkah perencanaan dari studi kelayakan bisnis tersebut sebagai bentuk realisasi dari ide proyek dalam rangka meningkatkan laba perusahaan. • Pihak Pemerintah dan Masyarakat, ini disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah yang akan mempengaruhi kebijakan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung terkait prioritas pemerintah sebagai unsur pendukung rencana yang akan dijalankan. • Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi, sebagai analisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. Aspek-aspek yang perlu dianalisis untuk 27 mengetahui biaya dan manfaat tersebut antara lain ditinjau dari aspek Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (kebijakan pemerintah), distribusi nilai tambah pada seluruh masyarakat, nilai investasi per tenaga kerja, pengaruh sosial, serta analisis kemanfaatan dan beban sosial. 2.1.4.2 Aspek Studi Kelayakan Bisnis • Aspek Pasar Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dengan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dengan kekuatan penawaran untuk membentuk suatu harga. Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Permintaan yang didukung oleh kekuatan tenaga beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang didasari pada kebutuhan saja disebut sebagai permintaan potensial. Hukum permintaan mengatakan bahwa bila harga suatu barang meningkat, maka kuantitas harga barang yang diminta akan berkurang, begitu pula sebaliknya, bila harga barang yang diminta menurun, maka kuantitas barang yang diminta menaik (asumsi cetris paribus). Sedangkan penawaran dapat diartikan sebagai kuantitas barang yang ditawarkan dipasar pada berbagai tingkat harga. Tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : harga barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos produksi, tingkat teknologi, dan 28 tujuan-tujuan perusahaan. Bentuk pasar bisa dilihat dari sisi produsen dan sisi konsumen. Dari sisi produsen, maka pasar dapat dibedakan atas asas persaingan sempurna, persaingan monopolitik, oligopoli dan monopoli. Dan dari sisi konsumen, pasar dibedakan atas empat bentuk jenis pasar, yakni pasar konsumen, pasar industri, pasar penjualan ulang kembali dan pasar pemerintah. Proyeksi permintaan dan penawaran produk dapat dilakukan dengan melakukan estimasi total terhadap permintaan pasar, estimasi wilayah permintaan pasar, estimasi penjualan aktual dan pangsa pasar, serta peramalan permintaan pada saat yang akan datang. Implikasi pada studi kelayakan bisnis biasanya terlibat pada tugas analis yakni mampu menentukan rancangan produk atau jasa (benchmark) yang akan dijual, mampu menentukan jenis pasar yang akan dipilih, mampu melakukan antisipasi selanjutnya dalam menentukan pergerakan permintaan konsumen dan juga penawaran produsen yang diperoleh melalui informasi product life cycle (PLC), dan terakhir dapat menentukan prediksi berbagai peluang dan ancaman sekaligus kekuatan dan kelemahan dalam peningkatan pangsa pasar (market share). • Aspek Internal Perusahaan Jika pasar yang akan dituju tidak dapat ditentukan, maka prospek kedepan-pun tidak jelas arahnya, dengan arti resiko kegagalan bisnis menjadi besar. Segmentasi target posisi di pasar dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain segmentasi pasar, menetapkan pasar sasaran, serta menentukan posisi pasar. 29 Sikap konsumen merupakan reaksi konsumen terhadap pasar yang akan memberikan pengaruh dalam menilai efektivitas kegiatan pemasaran, sedangkan perilaku konsumen merupakan tindakan langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsikan serta menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia terima dengan harapannya. Menurut Stanton (1995), pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial. Selanjutnya diperlukan manajemen dalam pemasaran dalam pencapaian barang dan atau jasa yang sampai ke tangan konsumen dengan melalui manajemen strategi terlebih dahulu sebelum kegiatan dan pengelolaan lain dilakukan. Implikasi pada studi kelyakan bisnis yakni informasi dalam menentukan seputar segmentasi, target, posisi produk, strategi bersaing, program pemasaran dan market-share. • Aspek Teknik dan Teknologi Dengan tujuan adalah untuk meyakini apakah secara teknis dan pilihan teknologi, rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional secara rutin. Dalam hal masalah manajemen operasional, 30 ada tiga hal yang harus dihadapi oleh perusahaan, yakni masalah penentuan posisi perusahaan, masalah desain, masalah opersional. Selain itu, persoalan lain mengenai masalah proses dan operasi akan bermunculan, maka untuk itu persoalan yang timbul harus disesuaikan dan dikelompokkan sesuai dengan masalah manajemen operasional yakni sebagai kelompok masalah posisi perusahaan, kelompok masalah desain, dan kelompok masalah operasional. Implikasi pada SKB akan memberikan informasi mengenai pemilihan strategi produk, teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, penentuan letak dan layout secara geografis, dan perencanaan dan kualitas produk serta operasional rutinnya. • Aspek Manajemen Tujuan studi aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau tidak. Dalam pembangunan proyek bisnis dan implementasinya dapat dilakukan melalui pendekatan-pendekatan, antara lain : - Perencanaan ( Planning ) - Pengorganisasian ( Organizing ) - Pergerakan ( Actuating ) - Pengendalian ( Controlling ) • Aspek Sumber Daya Manusia - Perencanaan SDM - Analissi Pekerjaan 31 - Rekrutmen, Seleksi, Orientasi - Produktivitas - Pelatihan dan Pengembangan - Prestasi Kerja, - Kompensasi, - Perencanaan Karir, - Keselamatan dan Kesehatan Kerja, - Pemberhentian, • Aspek Keuangan - Kebutuhan Dana dan Sumbernya - Aliran Kas (Cash Flow) - Biaya Modal (Cost of Capital) - Inisial dan Operasional Aliran Kas - Analisis kepekaan (Sensitivity Analysis) - Penilaian dan Pemilihan Investasi • Aspek Lingkungan - Aspek Ekonomi - Aspek Sosial - Aspek Politik - Aspek Budaya Dalam lingkungan industri yakni mencakup : - Ancaman Masuk Pendatang Baru - Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri - Ancaman dari Produk Pengganti - Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli (Buyers) 32 - Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok (Suppliers) - Pengaruh Kekuatan Stakeholder Lainnya 2.1.4.3. Resiko Bisnis • • • Resiko pada Aspek Sumber Daya Manusia - Resiko pada Para Eksekutif dan Pekerja Inti - Resiko Menangani Karyawan - Resiko dalam Hubungan Industri dan Perselisihan - Stres dan Pelayanan - Etika Resiko pada Aspek Keuangan - Biaya produksi yang Berlebihan - Biaya over-heads yang lebih tinggi - Utang - Pinjaman yang Berlebihan Resiko pada Aspek Pemasaran - Masalah Kebijakan Pemerintah - Masalah Perubahan Permintaan Pasar - Masalah Perang Harga - Pemalsuan - Performa Produk yang Rendah - Promosi yang Kurang Baik - Masalah Merk - Masalah Pengembangan Produk - Masalah Distribusi 33 • • Resiko pada Aspek Produksi / Operasi - Masalah pemasok - Kerusakan Kualitas Produk - Minimalisasi Resiko Komputerisasi Resiko pada Aspek Sistem Informasi - Nilai Data di Komputer - Resiko Komputersisasi - Minimalisasi Resiko Komputerisasi - Menetapkan Kebijakan SISFO 2.1.5 Appreciative Inquiry 2.1.5.1 Sejarah Lahirnya Appreciative Inquiry Sejarah Appreciative Inquiry (AI) berawal dari program doktoral dalam bidang perilaku organiasi pada Case Western Reserve University melalui kolaborasi antara David Cooperrider dan Suresh Srivasta pada tahun 1980. Sebagai mahasiswa program doktoral, David Cooperrider terlibat dalam sebuah diagnosis konvensional atau sebuah analisis organisasi mengenai “apa yang salah dengan sisi sumber daya manusia”. Pada saat pengumpulan data, ia terkesan dengan tingkat kerjasama yang positif, inovasi dan pengelolaan yang bersifat egaliter (egalitarian governance) yang ia amati dalam organisasi. Suresh Srivastva, pembimbing Cooperrider lebih mendalami masalah ini. karena pengaruh dari tulisan Schwetzer yang berjudul “reverence for life”, Cooperrider memperoleh izin dari Dr.William Kiser, Direktur The Cleveland Clinic, untuk memfokuskan diri secara penuh pada sebuah analisis 34 life-centric terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tingginya efektivitas fungsi klinik pada saat klinik tersebut berada dalam kondisi terbaiknya. The Cleveland Clinic menjadi klinik besar pertama dimana sebuah keputusan yang diambil secara sadar untuk menggunakan sebuah metode penyelidikan (inquiry) yang berfokus pada faktor-faktor yang memberi hidup (live giving factors) membentuk dasar untuk sebuah analisis organisasi. Istilah “Appreciative Inquiry” pertama kali ditulis dalam sebuah analisis dalam bentuk footnote dalam laporan umpan balik dengan judul “Emergent Themes oleh David Cooperrider dan Suresh Srivasta untuk Dewan Gubernur Cleveland Clinic. Bersama Suresh Srivasta, pada tahun 1987 Cooperrider mempublikasikan “Appreciative Inquiry in Organization Life”. Ini kali pertama terminologi Al mencuat dalam sebuah publikasi profesional. Kebanyakan dari artikelnya menjelaskan bahwa Al merupakan peralihan dari theory of change yang berdasarkan kekurangan berubah menjadi sebuah positive dari theory life-centric. Organisasi, menurut Cooperrider dan Suresh Srivasta, bukan merupakan sekumpulan masalah untuk dipecahkan, tetapi merupakan pusat kapasitas manusia yang tidak terhingga, tidak dapat diprediksi, hal yang tidak diketahui atau sebuah misteri kehidupan. Pada tahun 1990, Suresh Srivasta, Ron Fry dan David Cooperrider yang tergabung dalam tim SIGMA bekerja sama dengan Romania’s Health Care System pasca jatuhnya rejim komunis, untuk membuat sebuah model yang bertujuan menjelaskan konsep Al yang sederhana. Ini merupakan awal dari model 4-D yang menjelaskan cycle dari Al sebagai “Discovery, Dream, Design dan Destiny”. Pada tahun yang sama juga, David Cooperrider dan 35 Suresh Srivasta mempubliksikan buku “Appreciative Management and Leadership: The Power of Positive Thought and Action in Organizations” yang berisikan penelitian terhadap kekuatan citra yang positif dan sebuah artikelnya yang berjudul: ”Positive Image: Positive Action Pada tahun 1996, Sue Annis Hammond mempubliksikan buku dengan judul “The Thin Book of Appreciative inquiry”, yang memperkenalkan dasar-dasar Al sebagai filosopi dan metodologi perubahan. Sementara pada tahun 1999, sebuah buku dipublikasi oleh David Cooperrider, Peter Sorensen, Diana Whitney dan Therese Yaeger dengan judul “Appreciative Inquiry: Toward a Positive Theory of Human Organization and Change”. Pada tahun yang sama buku berjudul “Lacating the Energy for Change: An Introduction to Appreciative Inquiry” dipublikasikan juga dan ditulis oleh Dr.Charles Elliot, seorang Dekan dari Trinity Hall, Cambridge. Dan pada akhirnya, Peter Sorensen dari Benedictine University pada tahun 2000 membuat suatu argumen bahwa Al adalah lebih dari sekedar metode, Al merupakan sebuah paradigma baru mengenai perubahan yang unik yang diciptakan untuk menghadapi tantangan abad 21. 2.1.5.2. Definisi Appreciative Inquiry Appreciative Inquiry (AI) adalah pendekatan yang bersifat social construction dalam pengembangan organisasi yang diperkenalkan oleh Cooperrider & Srivasta (1987) sebagai suatu bentuk action research. Sebagai sebuah produk paradigma sosio-rasionalis (socio-rationalist paradigm), Al dibangun di atas teori yang dikemukakan oleh Lewin (1951) yang menyatakan bahwa eksistensi sosial diatur oleh interpretasi kita terhadap 36 lingkungan, dan juga berdasarkan gagasan yang dikemukakan oleh Gergen (1982, 1994) mengenai realitas yang dikonstruksi secara sosial (socially- contructed reality). Perumpamaan yang dapat mengilustrasikan perbedaan mendasar antara pendekatan pemecahan masalah (problem solving) dengan Al adalah gambaran sebuah gelas yang terisi air setengah dari ukurannya, yang dapat dilihat baik “setengah terisi” ataupun “setengah kosong”. Perbedaanperbedaan tersebut dapat dilihat dari komparasi antara pendekatan “problem solving” dan “appreciative inquiry”. Perkembangan Al sebagai alternatif dari pendekatan pemecahan masalah dapat membuka cakrawala baru dan mengungkap kemungkinankemungkinan yang sebelumnya kurang mendapat perhatian atau terabaikan. Cara untuk memahami AI adalah mempertimbangkan makna dua kata yang terkandung dalam istilah ini. kekuatan AI, bagaimana pun adalah kedua suku katanya yang bekerja bersama. Apresiasi mengacu pada tindakan mengakui dan menghargai apa yang telah dimiliki dan dilakukan di masa lalu, apakah itu “kekuatan”, “kesuksesan”, aset, maupun potensi. Inquiry berarti tindakan eksplorasi dan penemuan. Tindakan ini menyiratkan penyelidikan tentang kemungkinan-kemungkinan baru, dimana pada saat ini berada pada tahap tidak mengetahui atau memahami. Appreciation berarti pengakuan dan nilai tambah. Apresiasi atas penghargaan berhubungan dengan pengakuan. Dengan nilai, dan dengan rasa terima kasih. Kata “menghargai” adalah sebuah kata kerja yang memiliki makna ganda. Kata ini mengacu pada tindakan mengakui dan tindakan meningkatkan nilai. Definisi ini mencakup: 37 • Tindakan mengakui apa yang terbaik dari orang-orang atau dunia di sekitar kita. • Untuk merasakan hal-hal tersebut, yang memberi hidup, kesehatan, vitalitas, dan keunggulan dalam sistem manusia yang hidup. • Menyatakan kekuatan, sukses, aset, dan potensi masa lalu dan masa kini • Menambah nilai • Menganggap hal-hal yang menjadi sumber hidup (kesehatan, vitalitas, keunggulan) ke dalam sistem yang hidup. Tentu saja, organisasi, bisnis, dan komunitas dapat mengambil manfaat dari apresiasi yang lebih besar. Di seluruh dunia orang haus akan penghargaan. Mereka ingin bekerja dengan kemampuan yang sungguhsungguh untuk pekerjaan yang bernilai. Inquiry berarti tindakan eksplorasi dan penemuan. Tindakan ini menyiratkan penyelidikan tentang kemungkinan-kemungkinan baru, dimana pada saat ini berada pada tahap tidak mengetahui atau memahami. Kata menyelidiki adalah sebuah kata kerja yang berarti : • Menanyakan pertanyaan • Mempelajari • Mencari, mengekplorasi, menyelidiki ke dalam, atau menginvestigasi. Sedangkan Inquiry adalah sebuah proses belajar bagi organisasi seperti halnya individual. Yakni tindakan menyelidiki memerlukan rasa ingin tahu yang tulus dan keterbukaan terhadap kemungkinan baru, arah baru, dan pengertian baru. Jadi, dapat ditekankan bahwa Appreciative Inquiry adalah sebuah pendekatan dalam pengembangan organisasi yang menawarkan kepada kita seluruh proses dan potensi untuk secara positif 38 mengeksplorasi, secara kolektif membayangkan (berimajinsi), secara kolaboratif merancang, dan secara bersama-sama berkomitmen untuk melangkah ke masa depan. AI melibatkan orang-orang dari seluruh sistem dalam pembaharuan, perubahan, dan kinerja yang lebih terfokus. Ide dasarnya dalah memperkuat hal-hal yang menjadi kelebihan organisasi daripada mencoba memperbaiki apa yang masih menjadi kekurangan. Manfaat yang sudah terbukti dari pendekatan ini adalah keandalannya dalam mengakui kontribusi yang telah diberikan oleh masing-masing individu dalam organisasi, yang menghasilkan kepercayaan dan kemajuan organisasi. Kerena metode ini menciptakan sesuatu yang bermakna dan bermanfaat dengan mengisahkan cerita nyata yang sukses dan melewati batas-batas aktivitas sosial dan industri, Al disukai banyak manajer. The Jakarta Consulting Group dalam buku Appreciative Inquiry, Application in Change Performance and Talent Management (2008) menggambarkan bahwa Al dapat diterapkan di berbagai sisi kehidupan, misalnya : • Dialog dengan orang lain. • Mengambil pelajaran dari pengalaman masa lalu • Melibatkan seluruh komunitas dan organisasi dalam perubahan • Membangun sebuah visi bagi masa depan yang dapat dimiliki dengan semua orang serta membantu penerapannya. • Perencanaan strategis • Perbaikan pendidikan • Riset aksi 39 • Evaluasi • Menitoring dan manajemen kinerja • Perubahan budaya dalam transformasi • Pelatihan kepemimpinan • Pengembangan komunitas • Pelayanan/kepuasan pelanggan 2.1.5.3 Appreciative Inquiry Sebagai Filosofi dan Metode Perubahan Gagasan yang bergulir mengenai “lebih bagus memperkuat yang menjadi kelebihan daripada mencoba memperbaiki apa yang menjadi kekurangan” inilah yang menjadi landasan pola pikir Appreciative Inquiry (AI), yang acap dilakukan dalam perubahan organisasi untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Pendekatan penyelesaian masalah melihat suatu fakta sebagai suatu masalah yang harus diperbaiki tanpa menghubungkannya dengan tujuan dari suatu organisasi atau visi dalam tataran yang lebih tinggi. Kondisi tersebut diatas dapat membuat seseorang atau organisasi merasa lemah, merasa malu, merasa kurang, merasa bersalah dan tidak membuat kebanggaan apapun atas kerja yang telah dilakukannya. Saling menyalahkan adalah dampak yang akan timbul, baik antar individu maupun antar bagian atau unit kerja. Pencarian solusi yang dilakukan adalah hanya sebatas kepada fakta yang negatif atau masalah tersebut dan tidak merefleksikan mengenai tujuan dasar atau visi yang akan diraih. 40 2.1.5.4 Prinsip dan Asumsi Appreciative Inquiry Terdapat serangkaian asumsi yang melandasi AI, yaitu : Dalam setiap komunitas, organisasi dan kelompok ada hal-hal yang berfungsi dengan baik. • Apa yang menjadi fokus kita akan menjadi kenyataan • Realitas diciptakan pada suatu saat, dan ada banyak kenyataan yang terjadi. • Tindakan menanyakan pertanyaan dari sebuah organisasi atau kelompok mempengaruhi kelompok dalam beberapa hal tertentu. • Jika kita membawa sebagian masa lalu kita ke masa depan, yang harus kita bawa adalah bagian dari masa lalu kita yang terbaik. • Adalah penting untuk menghargai perbedaan. Sampai saat ini, prinsip-prinsip AI telah berkembang, dari sebelumnya dikenal dengan lima prinsip menjadi delapan prinsip. 1. Constructionist Principle : Pemikiran dan kata-kata menciptakan dunia. Bahasa yang kita gunakan membentuk realitas kita. Words are tools to a hammer everything is a nail! AI sebagai sebuah metodologi untuk melaksanakan eprubahan didasarkan pada kekuatan kata-kata untuk menciptakan dunia. Budaya organisasi tercermin dalam nilai, keyakinan, serta aturan-aturan informal dan pengharapan yang memandu kehidupan organisasi dan terbentuk melalui pemikiran dan percakapan manusia. Constructionist Principle menempatkan komunikasi dan bahasa manusia pada pusat pengorganisasian manusia dan perubahan. Ia menyatakan bahwa makna dibuat dalam percakapan, realitas diciptakan dalam komunikasi, dan pengetahuan diperoleh melalui interaksi sosial. 41 Intinya, ia menyatakan bahwa pengetahuan adalah realitas yang subyektif. Menurut Constructionist Principle, kekuatan bahasa bukanlah sebagai sebuah alat individu namun lebih sebagai sarana dimana komunitas menciptakan pengetahuan dan membuat makna. Pengetahuan yang dianggap baik, benar, dan bermakna adalah sebuah kesepakatan sosial yang luas yang tercipta diantara orang-orang melalui komunikasi. 2. Simultaneity Principle : Penyelidikan menghasilkan perubahan. melakukan serangkaian pertanyaan dapat mempengaruhi keluaran dalam berbagai cara. Realitas diciptakan dalam suatu waktu dan terdapat banyak realitas. Perubahan terjadi pada saat kita mengajukan pertanyaan. Penyelidikan dan perubahan bersifat simultan, penyelidikan adalah intervensi dan mungkin merupakan cara yang paling efektif untuk transformasi. 3. Poetic Principle : Organisasi, seperti hasil karya seni, adalah sumber pembelajaran, inspirasi, dan interpretasi yang tak berujung. Seperti hasil karya besar sastra dan puisi, organisasi dapat diceritakan dan diinterpretasi berulang kali, melalui setiap kerangka referensi dan topik penyelidikan. Pilihan mengenai apa yang dipelajari hanya tergantung kepada kita. Kita dapat mempelajari hampir setiap topik yang berkaitan dengan pengorganisasian manusia kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan, konflik lintas fungsional atau kerjasama, frustrasi karyawan atau kenyamanan kerja. Salah satu cara yang paling kuat agar topik yang kita fokuskan mempengaruhi dunia adalah melalui metafora yang kita pilih untuk menggambarkan pengorganisasian manusia. Kita 42 mengatakan, misalnya, bahwa organisasi seperti mesin, ekosistem alami, keluarga, medan pertempuran, atau network. Setiap metafora, sebagai sebuah analog bagi pengorganisasian, secara cepat menstimulasi seperangkat gambaran yang hidup. 4. Anticipatory Principle : Citra mempengaruhi tindakan. Apa yang kita fokuskan menjadi realitas. Human system bergerak sesuai dengan arahan terhadap citra masa depan. Citra yang positif membimbing ke arah tindakan yang positif juga. Kita menciptakan dunia yang kita beri perhatian. Keberadaan organisasi sebagian disebabkan oleh orang-orang terbenam ke dalam dan berbagi gambaran dan proyeksi masa depan. Ada beberapa hasil studi yang isinya menyimpulkan bahwa apa yang kita fokuskan akan menentukan apa yang akan kita dapati, baik ini melalui pengaruh pihak lain yang kuat (seperti atasan, guru, orang tua), ataupun melalui pikiran kita sendiri yang memusatkan perhatian pada peristiwa atau kejadian tertentu, isu tertentu, atau kompetensi tertentu. Kesuksesan dan kegagalan bergantung, sebagian, kepada gambaran masa depan yang kita bangun. Gambaran yang berdasarkan atas ketakutan dapat menciptakan kepanikan yang meluas. Sebaliknya, jelas, gambaran yang memotivasi dapat memobilisasi tindakan yang berpengaruh, positif, dan kolektif. Prinsip ini juga menyertakan gagasan atau ide bahwa inquiry dan change adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Citra adalah penjelasan potensi yang bersifat sensory rich, elaborasi kemungkinan dan penjelasan mengenai hal-hal yang tidak diketahui. Sementara beragam gambaran dilukiskan secara visual, dan 43 bahkan sementara sebagian dijelaskan dalam bentuk visi, gambaran adalah cerita yang disampaikan oleh kita sendiri mengenai diri sendiri. 5. Positive Principle : Kekuatan yang difokuskan pada hal-hal yang positif telah dititikberatkan dalam banyak bidang relevansi dalam prinsip ini diilustrasikan dalam sebuah artikel mengenai personal change. Dalam membangun pemahaman mengapa pasien yang baru pulih dari operasi jantung gagal mengubah gaya hidup yang diperlukan, ditemukan bahwa perubahan pribadi yang akan bertahan lebih lama harus disertai dengan pendekatan yang bersifat emosional disamping dengan pendekatan yang rasional. Lebih jauh, pendekatan emosional ini harus dilandasi emosi yang bersifat positif, bukan negatif. Orang akan kurang atau bahkan tidak termotivasi dengan adanya ketakutan akan kematian dibandingkan dengan adanya harapan untuk mendapatkan hidup yang sehat dan bahagia. Satu emosi, ketakutan akan kematian, akan memicu penghindaran terhadap perubahan ke arah yang lebih baik dan cenderung untuk terjebak kembali pada perilaku yang lama yang tidak sehat. Pertanyaan positif menghasilkan perubahan positif. Momentum perubahan mensyaratkan pengaruh positif dan ikatan sosial dalam skala besar. Pertanyaan positif menghasilkan hal-hal yang terbaik dari orangorang, menginspirasi tindakan positif, dan menciptakan peluang untuk masa depan yang positif. Pertanyaan positif menghasilkan antusiasme dan mengembangkan perubahan positif dalam sistem manusia. 6. The Wholeness Principle : Keutuhan menghasilkan yang terbaik bagi orang-orang dan organisasi. Kumpulan para stakeholder bersama-sama dalam sebuah forum kelompok besar yang menstimulasi kreativitas dan 44 membangun kapasitas kolektif. Keutuhan muncul manakala orang-orang mampu untuk mendengarkan, menyaksikan, dan memahami pandangan, perspektif, dan interprestasi yang berbeda dari suatu peristiwa. Wholeness Principle mengarahkan peserta untuk berfokus pada higher ground daripada common ground. Pengalaman keutuhan dan penyembuhan bukan timbul dari ditemukannya hal-hal yang memiliki kesamaan, tetapi dalam kemampuan memahami, menerima, dan menikmati perbedaan. 7. The Enactment principle : Bertindak “seolah-olah” adalah self fulfilling. Untuk benar-benar membuat sebuah perubahan, kita harus “menjadi perubahan yang ingin kita lihat”. Perubahan yang positif terjadi bila proses yang digunakan untuk perubahan adalah sebuah model yang hidup dari masa depan yang ideal. 8. The Free Choice Power : Pilihan bebas membebaskan kekuatan. Orangorang akan menjadi lebih baik dan akan lebih memiliki komitmen bila mereka diberi kebebasan untuk memilih tentang bagaimana mereka memberi kontribusi dan apa yang dapat mereka berikan sebagai kontribusi. Memperlakukan orang layaknya sukarelawan dengan kebebasan untuk memilih cara berkontribusi sesuai dengan yang diinginkan membebaskan power baik organisasi maupun personal. Kebebasan memilih menghasilkan antusiasme dan komitmen bagi organisasi dan mendorong kinerja yang lebih baik. prinsip ini mengajarkan kepada kita untuk secara konsisten menciptakan peluang untuk memilih, memberikan opsi kepada orang lain, dan mendorong 45 mereka untuk memilih pekerjaan sesuai dengan intuisi, minat, kekuatan, dan panggilan hati nurani. 2.2 Kerangka Pemikiran Kerangka Pemikiran yang akan diimplementasikan dalam penelitian adalah sebagai berikut : Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran