1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan kayu (keumamah) merupakan salah satu makanan tradisional khas Aceh yang dibuat dari ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang terlapisi tepung terigu dan dikeringkan dibawah sinar matahari (Djarijal, 1995). Cara pengawetan ikan secara tradisional menyebabkan ikan menjadi keras, dengan warna menjadi kehitaman menyerupai kayu, dan dapat bertahan lama. Kualitas ikan kayu tergantung pada proses pengolahan dan cahaya matahari selama pengeringan (Moeljanto, 1992). Pada umumnya selama penyimpanan dan pemasaran di tempat terbuka, memungkinkan ikan tersebut terkontaminasi oleh mikroba, khususnya kapang. Keberadaan kapang pada permukaan ikan kayu sebagai kontaminan terjadi karena tepung terigu yang digunakan sebagai pelapis ikan. Pemakaian tepung terigu sebagai pelapis dimaksudkan agar air yang terkandung di dalam ikan terserap oleh tepung sehingga ikan dapat bertahan lama. Menurut Belitz dan Grosch (1999), te pung terigu merupakan karbohidrat yang dapat menyerap air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitasari (2009) bahwa penambahan tepung terigu menyebabkan sebagian besar air pada bahan akan terserap kedalam pati (amilum), sehingga pada kondisi lembab dan basah memungkinkan terjadi pertumbuhan kapang yang tidak dinginkan atau sebagai kontaminan. Kapang yang sering menyerang tepung terigu adalah kapang amilolitik yaitu kapang yang mampu menghidrolisis amilum menjadi senyawa yang lebih sederhana terutama dalam bentuk glukosa (Fardiaz, 1992). 1 2 Hasil penelitian terdahulu (Safika, 2008) menunjukkan bahwa hampir semua ikan kayu dari pasar Banda Aceh dan Lhokseumawe banyak terkontaminasi oleh Aspergillus. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) menunjukkan bahwa ikan kayu yang yang dijual di 5 pasar tradisional Kota Banda Aceh positif mengandung formalin. Resiko kesehatan yang ditimbulkan jika konsumen mengkonsumsi produk yang telah terkontaminasi oleh kapang patogen maupun produk yang mengandung formalin sangat berbahaya karena bersifat karsinogen. Oleh karena itu, penelitian ini ditekankan pada pemanfaatan kulit udang sebagai sumber kitosan dalam suatu upaya pencegahan kontaminasi kapang pada ikan kayu dengan mengacu pada standar food grade. Penggunaan biomaterial kitosan merupakan salah satu cara alternatif untuk mengatasi permasalahan keberadaan kapang kontaminan pada ikan kayu khususnya Aspergillus. Kitosan merupakan polimer yang jumlahnya berlimpah di alam pada limbah perikanan seperti kulit udang (No et al., 2002). Beberapa keuntungan penggunaan kitosan sebagai pelapis makanan adalah mempunyai aktivitas antimikroba, tidak toksik bagi manusia, murah, dan mudah mengalami biodegradasi (Wang, 1992; Muzzarelli, 1996; Paul et al., 2013). Beberapa penelitian melaporkan bahwa kitosan memiliki aktivitas antimikroba dan layak digunakan pada bahan pangan (Odu et al, 2012; Chamanara et al., 2015; Suseno et al., 2015). Penggunaan kitosan dapat diaplikasikan sebagai pelapis (edible coating) (Jianglian dan Zhang, 2013; Paul et al., 2013, Soares et al., 2013). Kitosan sebagai pelapis dapat berfungsi sebagai antimikroba yang aman, sehingga dapat memperpanjang daya 3 simpan makanan serta nilai gizi dapat dipertahankan (Alak et al., 2010; Rachmawati, 2010; Qian et al., 2013). B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah. 1. Bagaimana keanekaragaman kapang kontaminan pada ikan kayu di pasar Banda Aceh. 2. Bagaimana memanfaatkan kulit udang sebagai sumber kitosan untuk pengganti pelapis alternatif ikan kayu. 3. Bagaimana aktivitas antifungi kitosan dan konsentrasi minimum penghambatan (MIC) terhadap kapang kontaminan pada ikan kayu. 4. Seberapa besar kosentrasi kitosan yang efektif sebagai pelapis ikan kayu dan waktu yang diperlukan untuk pelapisan kitosan pada ikan kayu melalui perendaman. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meneliti keanekaragaman kapang yang mengontaminasi ikan kayu di pasar Banda Aceh. 2. Memanfaatkan kulit udang sebagai sumber kitosan sebagai pelapis alternatif ikan kayu. 4 3. Menganalisis aktivitas antifungi kitosan dan menentukan konsentrasi penghambatan minimum (MIC) terhadap kapang kontaminan pada ikan kayu. 4. Mendapatkan konsentrasi kitosan dan waktu perendaman yang efektif untuk pelapisan ikan kayu D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memanfaatkan limbah kulit udang sebagai pelapis pengganti tepung terigu pada ikan kayu. 2. Daya simpan ikan kayu lebih lama dengan pelapisan kitosan. 3. Produsen dapat mengaplikasikan pemakaian kitosan pada konsentrasi tertentu untuk mengawetkan dan memperpanjang daya simpan ikan kayu sehingga mendapatkan produk yang bernilai ekonomis tinggi.